Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM 2 KUALITAS AIR

“PENGAMBILAN SAMPEL”

Dosen Pengampu:

Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si

Asisten Praktikum:

Andhika Wijaya; Deinar Ardhany Rahma

Disusun Oleh :

Nama : Gunawan Triyono

NIM : 190722638004

Mata Kuliah : Praktikum Kualitas Air

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN GEOGRAFI

DEPARTEMEN GEOGRAFI

2022
I. TUJUAN
1 Mahasiswa mampu mengenali dan mengimplementasikan alat-alat dalam pengujian
kualitas air.
2 Mahasiswa mampu melaksanakan pengambilan sampel air.
3 Mahasiswa mampu menganalisis atau mengidentifikasi kondisi lapangan saat
pengambilan sampel air.
4 Mahasiswa mampu mengenali karakteristik air baik secara fisik maupun kimiawi.

II. DASAR TEORI


Kualitas air alamiah diukur pada lokasi di hulu sungai yang belum mengalami
perubahan oleh kegiatan manusia. Sedangkan perubahan kualitas air dapat diketahui di
hilir sungai, setelah melalui suatu daerah permukiman, industri ataupun pertanian.
Untuk perlindungan terhadap pemakai sumber air, diperlukan pula lokasi pengukuran
pada setiap pemanfaatan sumber air antara lain sumber air minum, industri, perikanan,
rekreasi dan lain-lain. Daerah muara sungai diperlukan lokasi pengukuran untuk
mengetahui pengaruh intrusi air laut. Pada danau atau waduk sekurang-kurangnya
diperlukan tiga titik pengambilan contoh yaitu sebelum masuk, di tengah dan setelah
keluar dari danau. Apabila danau disadap untuk keperluan pemanfaatan tertentu, maka
diperlukan pula pengambilan contoh pada lokasi tersebut (BSN, 2004).
Pengambilan dalam sampel air kebenaran data harus diperhatikan bahwa data
yang digunakan terjamin kebenarannya sehingga dalam pemantauan kualitas air perlu
dipertimbangkan pemilihan lokasi seperti perencanaan sistem pemantauan air dengan
pengumpulan data mengenai keadaan lingkungan serta karakteristik dan pemanfaatan
sumber air. Berdasarkan data tersebut dapat direncanakan lokasi pengambilan contoh
yang tepat sesuai dengan keperluannya. Dalam tata cara ini diberikan suatu penuntun
pemilihan lokasi yang tepat. Ada tiga dasar yang perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan lokasi pengambilan contoh (BSN, 2004).
a. Kualitas air sebelum adanya pengaruh kegiatan manusia yaitu pada lokasi hulu
sungai yang dimaksudkan untuk mengetahui kualitas air secara alamiah sebagai
base line station.
b. Pengaruh kegiatan manusia terhadap kualitas air dan pengaruhnya untuk
pemanfaatan tertentu. Lokasi ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh
kegiatan manusia yang disebut “impact station”.
c. Sumber-sumber pencemaran yang dapat memasukkan zat-zat yang berbahaya
kedalam sumber air. Lokasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sumber
penyebaran bahan-bahan yang berbahaya, sehingga dapat ditanggulangi. Letak
lokasi dapat di hulu ataupun di hilir sungai, bergantung pada sumber dan jenis
zat berbahaya tersebut apakah alamiah ataupun buatan.
Perubahan kualitas air yang terus menerus perlu dipertimbangkan dalam
penentuan waktu pengambilan contoh pada sumber air. Contoh perlu diambil pada
waktu tertentu dan periode yang tetap sehingga data dapat digunakan untuk
mengevaluasi perubahan kualitas air, akan tetapi kualitas air pada saat tersebut tidaklah
menggambarkan kualitas air pada saat-saat yang lain. Hal ini terjadi terutama pada
kualitas air yang berubah setiap waktu. Sebagai contoh pada Gambar 1 menunjukkan
perubahan kualitas air yang sangat ekstrim selama pengukuran selama tiga minggu.
Kemudian Dari gambar tersebut, perhitungan nilai rata-rata harian adalah 6,1. Akan
tetapi apabila contoh hanya diambil setiap hari keempat, maka nilai rata-rata menjadi
9. Sedangkan bila diambil setiap hari pertama nilai rata-ratanya menjadi 3. Akan tetapi,
untuk mengetahui kesalahan ini maka frekuensi pengambilan contoh setiap minggu
diambil sebanyak dua kali, sehingga diperlukan 6 kali pengambilan dalam periode tiga
minggu.

Gambar 1. Contoh Perubahan Kualitas Air pada Pengukuran 3 Minggu


Sumber: BSN, 2004
Penelitian terdahulu tentang Sungai Metro juga telah dilakukan oleh Ali (2013).
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil 3 titik sampel di Kecamatan Sukun untuk
mengukur kualitas air, yaitu di Karangbesuki sebagai bagian hulu (stasiun 1);
Pisangcandi sebagai bagian tengah (stasiun 2); dan Bandungrejosari sebagai bagian
hilir (stasiun 3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air Sungai Metro untuk
parameter DO pada 3 stasiun berada dibawah baku mutu sesuai peruntukannya dan
parameter BOD pada stasiun 2 dan 3 telah melebihi baku mutu air sesuai peruntukannya
yaitu peruntukan untuk golongan air Kelas III. Sedangkan untuk kondisi status mutu
air Sungai Metro pada stasiun 1 dan 2 menunjukkan “kondisi baik”, sedangkan pada
stasiun 3 menunjukkan “cemar ringan”.

III. ALAT DAN BAHAN


1 Alat
• Laptop/PC
• Microsoft Word 365
• EC (Eletrical Conductivity) Meter
• PH Meter
• Yalon
• Botol yang ditutupi plastik hitam
• ATK (Alat Tulis Kantor)
2 Bahan
• Sampel Air Titik 5
• Peta Persebaran Sungai atau Sub DAS Metro

IV. LANGKAH KERJA


1 Pra-Lapangan
• Penentuan lokasi dalam satu kelas yang dibagi menjadi 6 (enam) kelompok dalam 1
(satu) kelas.
• Setiap kelompok mewakili cakupan pengambilan sampel air yang mengalir di sungai
baik di kawasan hulu, tengah, maupun hilir atau sumber air, hutan, permukiman,
industri, dan lain-lain.
• Pengambilan sampel air sebanyak dua per minggu per kelompok, dimana apabila
diuji penyimpanan air maksimal 2x24 jam.
2 Lapangan
• Siapkan alat dalam pengambilan sampel air, seperti PH meter, EC meter, yalon, botol
air yang ditutupi plastik hitam, alat tulis, dan alat dokumentasi (HP).
• Nyalakan alat PH Meter dengan menekan tombol power on, kemudian celupkan ke
air sungai dan tunggu sampai angka di alat tersebut tetap. Sebelum mencelupkan,
lebih baik alat PH meter dikalibrasikan terlebih dahulu menggunakan aquades atau
unsur senyawa dengan tinkat PH netral atau 7.
• Nyalakan alat EC Meter dengan menekan tombol power on, kemudian celupkan ke
air sungai dan tunggu sampai angka di alat tersebut tetap.
• Langkah selanjutnya celupkan botol 1,5 liter yang ditutupi plastik berwarna hitam
ke air sungai, isi botol sampai penuh.
• Kemudian mengukur kedalaman sungai menggunakan yalon untuk mengetahui
bentuk sungai dari pengambilan sampel air.
3 Pasca Lapangan
• Masukan sampel air yang ada di botol hitam ke dalam kulkas.
• Apabila ingin diuji laboratorium seperti menguji Kebasahan, PH, DHL, kekeruhan
air, dan lain-lain, batas maksimal penyimpanan 2x24 jam.
• Uji coba di laboratorium bertujuan untuk membandingkan atau memvalidasi
pengambilan sampel dilapangan dengan laboratorium kemudian dianalisis.

V. DIAGRAM ALIR

Gambar 2. Diagram Alir Pengambilan Sampel Air


VI. HASIL PRAKTIKUM
1 Tabel pengamatan pengambilan sampel air sungai (terlampir)
2 Dokumentasi kegiatan (terlampir)

VII. PEMBAHASAN
Pada acara praktikum kali ini, praktikan melaksanakan kegiatan pengambilan
sampel air sungai guna untuk diteliti kondisi kualitas airnya. Lokasi pengambilan
sampel berada di daerah hilir Sub DAS Metro, lebih tepatnya di Kali Watu,
Bandungrejosari, Kecamatan Sukun. Lokasi pengambilan sampel terletak di
7°59'56.43"S dan 112°37'3.75"E. Penggunaan lahan di sekitar daerah pengambilan
sampel kebanyakan yaitu kompleks permukiman warga, hal ini membuat aliran sungai
di sekitar titik pengambilan sampel rawan akan pencemaran limbah rumah tangga. Atas
alasan inilah praktikan memilih aliran sungai di Kali Watu sebagai lokasi pengambilan
sampel, aliran sungai yang disekitarnya terdapat penggunaan lahan guna untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari tentunya memerlukan upaya pemantauan
kondisi kualitas air yang lebih intensif guna untuk melindungi para pemakai air yang
ada disekitarnya.
Dalam pengambilan sampel air pada praktikum kali ini ada dua parameter yang
diuji, yaitu daya hantar listrik dan tingkat keasaman air. Alat yang digunakan untuk
mengukur kedua parameter tersebut yaitu EC meter dan pH meter, Dengan EC meter
praktikan dapat mengetahui tingkat konduktivitas listrik (dinyatakan dengan satuan
mS/cm) berserta dengan suhu (dinyatakan dengan satuan C) dari air yang berada di
aliran sungai Kali Watu. Sedangkan pH meter digunakan untuk mengukur tingkat
keasaman pada sampel air (dinyatakan dengan satuan pH).
Berdasarkan dari hasil pengambilan sampel lapangan, ditemukan bahwa tingkat
konduktivitas air yang berada di titik sampel yaitu 0,35 mS/cm atau 350 μS/cm dengan
suhu 27,8 C. Tingkat konduktivitas dari sampel air yang diambil oleh praktikan berada
jauh dibawah ambang nilai EC sebagai sumber air minum yaitu 1500 μS/cm (WHO).
Pencemaran seperti sampah dan sisa-sisa makanan dapat menyebabkan kandungan
garam pada perairan tersebut meningkat sehingga perairan tersebut dapat
menghantarkan listrik dengan baik (Ayu, dkk., 2006; Arlindia, 2015). Selain
memberikan pengaruh terhadap kadar garam, daya hantar listrik juga berkaitan erat
dengan TDS atau Total Dissolved Solid, semakin tinggi nilai daya hantar listrik dari
sebuah larutan air maka kandungan TDS-nya juga semakin tinggi pula. Kadar TDS juga
berpengaruh terhadap tingkat kekeruhan dari air. Berdasarkan hasil observasi oleh
praktikan, aliran sungai di titik sampel memiliki warna yang agak kecokelatan akibat
adanya sedimentasi serta tingkat pencemaran yang cenderung minim meskipun jumlah
permukiman warga yang bisa dibilang tidak sedikit, hal inilah yang mengakibatkan
rendahnya tingkat EC air yang ada di titik pengambilan sampel.
Selanjutnya yaitu tingkat pH atau keasaman, Hasil dari pengambilan sampel
menunjukan bahwa tingkat pH air di titik sampel yaitu 7,3. Berdasarkan hasil tersebut,
dapat diindikasikan bahwa air yang mengalir di wilayah tersebut bersifat basa lemah
dan menunjukkan bahwa air sungai yang mengalir di Kali Watu memenuhi syarat baku
mutu air minum sesuai kriteria mutu air kelas 1 berdasarkan peraturan pemerintah
Nomor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran
air.
Letak dari kali Watu atau dalam pengambilan sampel berada di zona 2 (zona
transportasi sedimen) sesuai dengan karakteristik fisik dengan sungai berwarna coklat.
Berdasarkan Kementrian PUPR (2017) dalam pelatihan sumber daya air dan kontruksi
bahwa zona 2 Letaknya di hilir zona 1 sungai mulai membentuk dataran banjir. Di zona
ini sedimen dari hulu yang berasal dari hasil erosi tebing dan dasar sungai didistribusi
ke hilir. Sedimen bervariasi dari batu kerikil dibagian hulu sampai lumpur dan lempung
di bagian hilir semua bergerak ke bawah. Meander mulai bergerak lateral, setelah banjir
sedimen halus mengisi dataran banjir.

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengambilan sampel yang dilaksanakan oleh praktikan, dapat
ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1 Sifat fisik dan kimia sampel air sungai pada titik pengambilan sampel yaitu
warnanya yang agak kecokelatan, suhu mencapai 27,8 C, pH sebesar 7,3, dan
tingkat konduktivitas listrik sebesar 0,35 mS/cm atau 350 μS/cm.
2 Warna air di titik pengambilan sampel yang agak kecokelatan disebabkan oleh
terjadinya sedimentasi, sedangkan untuk tingkat keasamannya yang rendah
disebabkan oleh tidak adanya kegiatan industri di sekitar wilayah pengambilan
sampel.
3 Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum air
yang mengalir di sekitar titik pengambilan sampel sudah memenuhi syarat baku
mutu sebagai air yang aman untuk diminum. Hal ini juga menandakan bahwa
kondisi kualitas air yang ada di titik pengambilan sampel bisa dibilang sangat baik
berdasarkan pengukuran ketiga parameter sifat air tersebut.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Ali, A. (2013). Kajian kualitas air dan status mutu air sungai Metro di
Kecamatan Sukun kota Malang. Bumi Lestari Journal of Environment, 13(2).
Arlindia, I., & Afdal, A. (2015). Analisis Pencemaran Danau Maninjau dari Nilai TDS
dan Konduktivitas Listrik. Jurnal Fisika Unand, 4(4).
Indonesia, S. N. (2004). Tata cara pengambilan contoh dalam rangka pemantauan
kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai. Jakarta: BSN.
Setiyawan, A. (2019). Strategi Perlakuan Terhadap Kualitas Air Sungai Metro di Ruas
Pakisaji–Kepanjen di Kecamatan Pakisaji–Kepanjen Kabupaten Malang . Karta
Rahardja: Jurnal Pembangunan dan Inovasi, 1(2), 15-30.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pengamatan Pengambilan Sampel Air Sungai
No Indikator Keterangan
1 Jenis Air Air Sungai atau Air Tawar
2 Lokasi Pengambilan Sampel Kali Watu
Koordinat Lokasi Pengambilan 7°59'56.43"S dan
3
Sampel 112°37'3.75"E
4 Tanggal Pengambilan Sampel Senin, 4 April 2022
5 Kedalaman 0 – 100 cm
6 Temperatur 27,8°C
7 pH Air 7,3
8 Daya Hantar Listrik 0,35 mS/cm
Kondisi warna sungai yang
berwarna coklat akibat adanya
sedimentasi. Kemudian,
terdapat bau limbah rumah
tangga pada umumnya.
Kemudian bentuk tubuh atau
9 Kondisi Tubuh Air
permukaan dapat dilihat pada
Gambar 3. Umumnya di
Indonesia bentuk tubuh air
sungai sebagian besar adalah
sungai hujan, termasuk dalam
pengambilan sampel.
10 Kondisi Musim Musim Hujan
Menggunakan botol 1,5 liter
dengan jumlah 2 botol, yang
ditutupi plastik berwarna
hitam. Pengambilan dilakukan
11 Pengambilan Sampel Air
berada di pinggir sungai
dengan kedalaman ±3-6 cm.
Kemudian, setelah diambil
sampel air ditaruh di kulkas.
Gambar 3. Bentuk Tubuh Sungai Pengambilan Sampel

Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan


Kondisi Lapangan

EC Meter
pH meter

Yalon
Botol

Anda mungkin juga menyukai