Anda di halaman 1dari 11

TEKNIK SAMPLING DAN SAMPLING AIR DI

KAWASAN WISATA
TOURISM MEDICAL LABORATORY

Oleh :
Selvi Felicia Putri Krisnara (P07134120128)
Komang Devi Parwati (P07134120131)
Ni Made Deffy Ayu Rintis Sari (P07134120132)
IVC

D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
2023/2024
A. PENDAHULUAN

Pengambilan contoh air (water sampling) merupakan salah satu bagian yang tak
terpisahkan dari sistem pengukuran kualitas air, yaitu untuk mendapatkan data kualitas air yang
akurat dan valid Untuk mendapatkan data hasil pengukuran yang valid (representatif) ,
diperlukan :

a. Contoh air yang representatif .


b. Metode analisis dengan tingkat akurasi dan presisi yang dapat diterima
c. Peralatan dan instrumentasi yang terkalibrasi
d. Sumber daya manusia (analis atau laboran) yang dibekali dengan pengetahuan
dan keterampilan yang memadai .

Pengertian contoh air yang representatif adalah contoh air yang komposisinya sama
dengan komposisi badan air (sungai , waduk , laut , sumur dsb) yang akan diteliti kualitasnya
Jika contoh air yang akan dianalisis adalah contoh air yang karakteristiknya telah berubah dari
karakteristik asalnya (badan airnya), maka ketika dianalisis di laboratorium, data yang
diperoleh adalah data yang tidak sama dengan kualitas badan air tersebut, sehingga data yang
diperoleh tidak representative, sehingga akan menimbulkan kesalahan dalam membuat
kesimpulan tentang kualitas badan air tersebut, yang selanjutnya akan menimbulkan kesalahan
yang lebih jauh, yaitu kesalahan dalam mengambil kebijakan yang akan diterapkan dalam
rangka pengelolaan kualitas air tersebut.

Maksud dan tujuan pengambilan contoh air adalah mengumpulkan volume air dari
badan air yang akan diteliti kualitasnya dengan volume sekecil mungkin tetapi karakteristik
dan komposisinya masih sama dengan karakteristik badan air tersebut. Untuk mendapatkan
contoh air yang representatif diperlukan beberapa persyaratan diantaranya:

a. Pemilihan lokasi yang tepat


b. Teknik pengambilan contoh
c. Metode pengawetan contoh

B. PEMBAHASAN
1. Pemilihan lokasi pengambilan contoh air
Pemilihan lokasi pengambilan contoh air merupakan salah satu langkah penting
dalam prosedur pengambilan contoh air, lokasi pengambilan contoh dipilih agar supaya
contoh air yang diambil benar-benar mewakili badan air tersebut, agar supaya diperoleh
hasil pengukuran yang representatif. Dalam pemilihan lokasi harus mempertimbangkan
tujuan dari pengukuran /pemantauan dan pengetahuan tentang kondisi dan geografi dari
badan air yang akan diteliti.
Lokasi pengambilan contoh air sudah dapat ditentukan dalam perencanaan dan dapat
diplotkan di atas peta, tetapi keputusan akhir sangat tergantung kepada kondisi di
lapangan setelah dilakukan survey pendahuluan . Dalam tulisan ini hanya akan diberikan
pedoman-pedoman umum dalam pemilihan lokasi pengambilan contoh air .

1) Pemilihan lokasi pengambilan contoh air di Sungai.


Pemilihan lokasi pengambilan contoh air di sungai, sangat dipengaruhi
oleh lebar, kedalam sungai dan kecepatan air dalam sungai, tetapi pedoman
umum adalah pilihlah lokasi yang dianggap bercampur sempurna.
a) Contoh air harus diambil dari lokasi yang dianggap bercampur yang
sempurna, hindari pengambilan contoh di tempat air yang diam
(stagnan) .
b) Jika sungai terdiri dari beberapa aliran air yang terpisah, dipilih airan
yang paling besar.
c) Jika ada anak sungai atau efluent dari air limbah yang masuk ke dalam
sungai utama, maka pengambilan contoh dilakukan pada sungai utama
sebelum dan sesudah pencampuran dari anak sungai dan di lokasi anak
sungai . Lokasi pencampurannya dapat terjadi beberapa kilometer di
bagian hilir, dan jarak lokasi pencampuran sangat dipengaruhi oleh lebar
dan kedalaman sungai tersebut. Pada Tabel 1.1. dicantumkan perkiraan
jarak yang diperlukan untuk pencampuran .
d) Menurut SNI 06-2421-1991, lokasi pengambilan contoh air di sungai
sangat dipengaruhi oleh kecepatan air.
1. Untuk debit < 5 m3 /detik , contoh diambil pada satu titik di
tengah sungai pada 0,5 x kedalaman dari permukaan.
2. Untuk debit 5-150 m3 /detik, contoh diambil pada 2 (dua) titik,
masingmasing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada 0,5 x
kedalaman sungai.
3. Untuk debit > 150 m3 /detik, contoh minimum 6 (enam) titik ,
masingmasing pada jarak ¼. 1/2., ¾ lebar sungai pada 0,2 dan
0,8 x kedalaman sungai.
Untuk pengambilan contoh di sungai diperlukan alat bantu yaitu perahu
atau jembatan. Jembatan merupakan tempat pengambilan contoh air yang paling
ideal , karena mudah dicapai dan sangat membantu dalam pengambilan contoh
air.
2) Pengambilan contoh air di danau /waduk
Kualitas air di danau atau waduk sangat dipengaruhi oleh kondisi air
yang masuk, lebar dan kedalam dari danau, dan untuk setiap tempat mempunyai
kualitas air yang berbeda-beda. Jika tujuan pengambilan contoh untuk
mengetahui kualitas air yang keluar dari danau , maka titik pengambilan contoh
dipilih keluaran dari danau atau waduk tersebut. Tetapi jika ingin mengetahui
kualitas air di badan air tersebut dapat dilakukan transect sampling, yaitu
pengambilan contoh pada berbagai tempat dan kedalam dari danau tersebut.
a. Menurut SNI , pengambilan contoh air di danau adalah sebagai berikut:
Untuk danau dengan kedalaman < 10 meter , contoh diambil di 2 (dua)
titik , yaitu dipermukaan dan di dasar danau .
b. Untuk kedalaman 10 -30 meter , contoh di ambil di 3 (tiga) titik, yaitu di
permukaan , dilapisan tengah dan di dasar sungai.
c. Untuk kedalaman 30-100 meter, contoh di ambil di 4 (empat) titik
pengambilan , yaitu di permukaan, ditengah dan di bagian dasar.

3) Pengambilan contoh air sumur/ air tanah


Secara umum kualitas air sumur atau air tanah relatif stabil ,pengambilan
contoh air dapat dilakukan pada kedalaman 20 cm di atas permukaan air dan
untuk proses pengambilannya dapat digunakan fasilitas yang ada seperti ember
dengan kerekan ( timba) atau pompa air . Sedangkan untuk air sumur bor,
pengambilan contoh air dapat dilakukan di tempat keluar dari pompa atau kran
keluaran, setelah air dibuang beberapa saat untuk mengeluarkan air yang
terperangkap dalam pipa.
4) Pengambilan contoh di instalasi pengolahan air .
Pemilihan lokasi pengambilan contoh air di dalam instalasi pengolahan air
ditujukan untuk mengetahui efisiensi setiap proses yang ada di dalam instalasi,
yaitu dari mulai air baku sampai dengan air hasil olahan , dengan demikian jumlah
titik sampling tergantung kepada banyaknya proses yang digunakan di dalamnya.
Contohnya lokasi sampling untuk instalasi pengolahan air minum.
a. Air baku
b. Air setelah bak sedimetasi
c. Air setelah filtrasi , setelah penambahan kapur dan kaporit
d. Air di reservoar ( bak penampung)
e. Air di konsumen.
Pemilihan lokasi di pelanggan (konsumen) , ditujukan untuk mengetahui
seberapa jauh perubahan kualitas air akibat dari perjalanan air dari reservoir di
instalasi sampai di konsumen , hal ini mungkin terjadi misalnya karena terjadi
korosi pada pipa transmisi, sehingga akan terjadi perubahan kualitas air di
pelanggang. Banyaknya contoh air yang diambil contohnya sangat dipengaruhi
oleh banyaknya pelanggang. Ada beberapa ketentuan yang dikeluarkan oleh
WHO , untuk jumlah contoh air yang harus diambil . Misalnya untuk pelanggan
dari 20.001 sampai 50.000 pelanggan dibutuhkan 1 (satu) contoh air .Untuk
penambahan setiap 5000 pelanggang dibutuhkan 1 contoh air dengan frekuensi
pengambilan contoh setiap 2 minggu sekali.
2. Teknik Pengambilan Contoh Air
Dalam pengambilan contoh air dikenal dengan istilah Grab sample (contoh
air sesaat) dan composite sample (contoh air campuran).
a. Contoh Air Sesaat ( Grab Sample)
Istilah contoh air sesaat adalah contoh air yang diambil pada satu kali
pengambilan dari satu lokasi. Dengan demikian data hasil pengukuran
hanya mewakili kualitas air pada saat dilakukan pengambilan dan pada titik
pengambilan , oleh sebab itu , pengambilan contoh air sesaat (grab sample)
ditujukan untuk badan air yang kualitasnya relatif stabil terhadap perubahan
musim dan perubahan kedalam badan air . Contohnya air sumur dalam,
kualitas airnya relatif stabil sehingga dengan pengambilan contoh sesaat ,
dapat mewakili kualitas badan air tersebut. Pengambilan contoh sesaat juga
digunakan untuk studi pendahuluan , yaitu untuk mengetahui kualitas badan
air secara umum.
b. Contoh air komposit ( Composite Sample)
Contoh air komposit (composite sample) adalah contoh air
campuran yang diambil dari satu lokasi, dengan beberapa kali periode
pengambilan dalam rentang waktu tertentu. Kemudian contoh–contoh air
tersebut digabungkan dicampurkan menjadi satu contoh. Periode
pengambilan contoh pada umumnya dilakukan selama 24 jam (siang
malam) dengan frekuensi pengambilan contoh setiap 1, 2 atau 3 jam sekali
atau pengambilan secara kontinyu selama 24 jam menggunakan pompa
dengan debit yang konstan.
Dengan demikian data hasil pengukuran contoh air komposit
merupakan data kualitas air rata-rata selama selang waktu tertentu.
Pengambilan contoh air secara komposite ditujukan untuk badan air yang
kualitasnya berubah terhadap waktu, Misalnya sungai yang diduga dicemari
oleh buangan domestik (buangan rumah tangga), maka dapat dipastikan
bahwa kualitas air tersebut akan berubah setiap waktu, tergantung kepada
adanya air buangan domestik yang masuk , maka untuk mengetahui kualitas
air sungai tersebut tidak cukup hanya dengan satu kali pengambilan contoh
air (grab sampel) , tetapi harus dilakukan pengambilan contoh selama waktu
tertentu (umumnya 24 jam atau 1 minggu) dengan rentang waktu
pengambilan tertentu, kemudian contoh air tersebut digabungkan . Data
hasil pengukuran contoh air komposite tersebut merupakan data kualitas
rata-rata badan air tersebut selama rentang waktu tertentu ( umumnya 24
jam atau 1 minggu).
Pengambilan contoh air secara komposit dapat dilakukan untuk
badan air yang kualitas airnya berubah terhadap perubahan tempat. Maka
pengambilan contoh air harus dilakukan pada beberapa lokasi, kemudian
digabungkan. Jika untuk mengetahui kualitas air sungai dengan lebar
sungai yang cukup lebar, maka pengambilan contoh air pada satu lokasi
tidak cukup menggambarkan kualitas air rata-rata dari sungai tersebut.
Maka harus dilakukan pengambilan contoh pada beberapa lokasi, sepanjang
lebar sungai tersebut, kemudian contoh-contoh air tersebut digabungkan
menjadi satu contoh.
3. Peralatan pengambilan sampel air harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
 Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat sampel air (misalnya
untuk keperluan pemeriksaan logam, alat pengambilan sampel tidak
terbuat dari logam),
 Mudah dicuci dari bekas sampel sebelumnya,
 Sampel mudah dipindahkan ke botol penampung tanpa ada sisa bahan
tersuspensi di dalamnya,
 Kapasitas alat disesuaikan dengan keperluan dan tergantung dari maksud
pemeriksaan,
 Mudah dan aman dibawa
Peralatan pengambilan sampel terdiri dari beberapa jenis, penggunaannya
harus disesuaikan dengan
 Alat pengambil sampel sederhana (ember plastik, botol).
 Botol biasa diberi pemberat yang dapat digunakan pada kedalaman
tertentu.
 Alat pengambil sampel setempat secara mendatar yang digunakan untuk
pengambilan sampel di sungai atau air mengalir pada kedalaman tertentu.
 Alat pengambil sampel secara tegak, untuk mengambil sampel pada lokasi
yang airnya tenang atau aliran sangat lambat pada kedalaman tertentu,
seperti di danau, waduk dan muara sungai.
 Alat pengambil sampel pada kedalaman yang terpadu, untuk mendapatkan
sampel yang mewakili semua lapisan air.
 Alat pengambil sampel secara otomatis, digunakan untuk sampel
gabungan waktu dari air limbah atau air sungai tercemar, agar diperoleh
kualitas air rata-rata selama periode tertentu.
 Alat pengambil sampel untuk pemeriksaan gas terlarut yang dilengkapi
tutup sehingga alat dapat ditutup segera setelah terisi penuh.
 Alat pengambil sampel untuk pemeriksaan bakteri, yaitu botol gelas yang
ditutup kapas atau aluminium foil, tahan panas dan tekanan selama proses
sterilisasi.
 Alat pengambilan sampel untuk pemeriksaan plankton berupa jaringan
yang berpori 173 mesh/inchi.
 Alat pengambil sampel untuk pemeriksaan hewan benthos, misalnya
Ekman grap, digunakan untuk pengambilan sampel pada sumber air yang
alirannya relatif kecil.

4. Cara Pengambilan Contoh Air


1) Pengambilan contoh air untuk pemeriksaan fisik dan kimia
Botol sampel yang terbuat dari gelas atau plastik, dengan volume
tertentu (250- 1000 ml) harus dalam keadaan bersih. Setelah tutupnya dibuka ,
kemudian dibenamkan ke dalam air ( sungai atau danau) dengan mulut
menghadap aliran air , dengan kedalamaan 20 cm.
Jika botol dalam keadaan bersih dan kering tidak perlu dibilas dengan
contoh air . tetapi jika botol tersebut bersih tetapi tidak kering , maka harus
dilakukan pembilasan dengan contoh air Jika menggunakan alat pengambill
contoh air ( sampler ), maka sampler yang akan digunakan harus bersih, jika
perlu dibilas terlebih dahulu dengan air yang akan diambil contohnya.
Kemudian dilakukan pengambilan contoh dengan alat tersebut, kemudian air
yang terdapat pada alat pengambil contoh dipindahkan ke dalam botol sampel,
dan selama pemindahan di jaga agar tidak terjadi perubahan kualitas air.
Setelah botol terisi dengan contoh air, ditambah pengawet, ditutup dan
kemudian diberi label. Selanjutnya contoh air di simpan dalam boks pendingin
yang berisi es Kemudian dilakukan pengulangan pengambilan contoh untuk
pengukuran parameter dilapangan seperti pengukuran pH, Oksigen terlarut dll.
Selama pengambilan contoh berlangsung harus diamati kondisi lapangan dan
juga cuaca, misalnya hujan, atau dalam keadaan terang, kondisi sungai dalam
keadaan banjir dll. Selama perjalanan dari lapangan ke laboratorium , harus
dijaga agar boks pendingin tetap dingin ( 4 0C ).
Selama penyimpanan di laboratorium harus dalam keadaan dingin (4
0C) dan perlu diingatkan bahwa lamanya penyimpanan terbatas dan setiap
parameter air mempunyai waktu penyimpanan /pengawetan yang tertentu.
Analisis contoh air harus sudah dilakukan sebelum batas waktu penyimpanan
habis.
2) Volume contoh air.
Volume contoh air yang harus diambil sangat tergantung kepada banyak
parameter-parameter kualitas air yang akan diukur, dan metode pengukuran
yang digunakan. Semakin banyak parameter yang akan diukur semakin banyak
volume air yang harus diambil, dan untuk setiap parameter yang akan diuji
memerlukan volume sampel yang berbeda-beda. Contohnya untuk
pengukuran kekeruhan volume contoh ar yang diperlukan cukup 100 ml ,
tetapi untuk pengukuran parameter pestisida memerlukan volume air antara
1000 s/d2000 ml. Secara umum volume contoh air yang harus di ambil harus
lebih banyak dari pada volume yang diperlukan untuk pengukuran, dengan
demikian tersedia sisa volume air yang dibutuhkan untuk pengulangan
pengukuran jika diperlukan, kira-kira 5 liter contoh air diperlukan untuk
pengukuran dengan parameter kualitas air yang cukup lengkap.
5. Pengawetan Contoh Air.
Pengawetan contoh air adalah perlakuan–perlakuan yang diterapkan
terhadap contoh air dengan tujuan agar kualitas air tidak berubah selama perjalanan
dari lokasi sampling ke laboratorium,dan selama penyimpan di laboratorium ,
menunggu untuk dianalisis.
Metode pengawetan untuk setiap parameter berbeda-beda , tergantung
kepada karakteristik parameter yang ada di dalam air , dan setiap pengawetan yang
dilakukan mempunyai batas waktu pengawetan, karena proses pengawetan contoh
air adalah proses yang dilakukan dengan tujuan agar senyawa kimia yang akan diuji
tidak berubah selama penyimpanan. Untuk mengetahui teknik pengawetan sampel
air maka diperlukan pengetahuan karakteristik setiap senyawa-senyawa kimia yang
ada di dalam air .
Sebagaiman diketahui bahwa air di alam selalu mengandung bahan–bahan
atau senyawa kimia yang tersuspensi atau tidak larut seperti kekeruhan,
senyawasenyawa kimia yang terlarut seperti mineral , NaCl dan gas yang
terdispersi dalam air ,seperti gasoksigen atau CO2 terlarut).
Senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam air mempunyai sifat yang
berlainan satu sama lain , senyawa-senyawa tersebut dapat berubah karena terjadi
perubahan fisik air (temperatur dan tekanan), atau senyawa-senyawa tersebut
bereaksi satu sama lain membentuk senyawa baru.
Dengan demikian senyawa yang ada dalam air dibagi dalam 3 kategori.
a) Senyawa kimia /molekul kimia yang terdapat dalam air dan relatif stabil ,
tidak mudah berubah untuk jangka waktu tertentu , misalnya untuk
parameter Natrium, kalium, kalsium dan magnesium kloride atau sulfat.
Sehingga tidak perlu diawetkan , jika contoh air tersebut akan segera di
analisis.
b) Senyawa / molekul kimia yang konsentrasinya berubah dengan cepat akibat
terjadinya perubahan fisik air. Contohnya adalah gas yang terlarut dalam
air (O2 terlarut, gas Cl2 sebagai disinfektan ) akan berubah terhadap
perubahan temperatur dan tekanan air. Untuk menjaga agar di peroleh hasil
pengukuran yang akurat, maka untuk pengukuran parameter tersebut harus
dilakukan pengukuran sesegera mungkin, yaitu pengukuran di lapangan,
tidak mungkin ( tidak praktis) dilakukan pengawetan contoh air . Pada
umumnya parameter lapangan ( parameter yang diukur di lapangan ) adalah
temperatur, oksigen terlarut, pH , daya hantar listrik (konduktifitas) , asidi-
alkalinitas dan sisa klor untuk air bersih (PDAM),
c) Senyawa kimia /molekul kimia yang mudah berubah tetapi masih bisa
diawetkan dengan cara-cara tertentu dengan waktu penyimpanan yang
terbatas.
Untuk setiap parameter pengukuran mempunyai cara pengawetan sampel air yang
berbeda, demikian pula waktu penyimpanannya. Contoh untuk parameter ammonia
, diawetkan dengan cara diasamkan dengan H2SO4 pekat sampai pH 2 , dengan
waktu penyimpanan paling lama 28 hari , harus sudah dilakukan pengukuran.
Beberapa cara pengawetan sampel air untuk setiap parameter . Berdasarkan Tabel
tersebut, pengawetan contoh air dikelompokkan dalam :
- Pengawetan dengan cara pendinginan 40C ( contohnya untuk parameter BOD
, asidi-alkalinitas, warna , konduktifitas dll).
- Pengawetan dengan penambahan H2SO4 pekat sampai pH < 2 dan pendinginan
40C. ( untuk 1 liter contoh air ditambah ±1 ml H2SO4 pekat ) , untuk parameter
COD, TOC , Fosfat , ammonia dll.
- Pengawetan dengan penambahan HNO3 pekat sampai pH < 2 dan pendinginan
40C. ( untuk 1 liter contoh air ditambah ±1 ml HNO3 pekat ) untuk parameter
logam berat , kesadahan dll.
- Pengawet dengan penambahan NaOH sampai pH 12 untuk parameter H2S dan
CN
DAFTAR PUSTAKA
AWWA , Introduction to Water Quality Analyses , 1975
AWWA, Standard Methods For The Examination of Water and WasteWater , 18 th Edition
, 1992.
UNEP, Water Quality Monitoring , E & FN Spon an Imprint of Chapman &Hall , UK,
1996.

Anda mungkin juga menyukai