I. Pendahuluan
Pengambilan sampel dan pengujian kualitas air dilakukan untuk berbagai keperluan,
diantaranya untuk:
Beberapa ketentuan jenis kualitas air yang perlu diketahui oleh pengelola penyedia air
minum harus :
1. Menjamin air minum yang diproduksi memenuhi syarat kesehatan dengan
melaksanakan pemeriksaan secara berkala memeriksa kualitas air yang diproduksi
mulai dari :
1) pemeriksaan instalasi pengolahan air
2) pemeriksaan pada jaringan pipa distribusi
3) pemeriksaan pada pipa sambungan ke konsumen
4) pemeriksaan pada proses isi ulang dan kemasan
2. Melakukan pengamanan terhadap sumber air baku yang dikelolanya dari segala
bentuk pencemaran berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
Dengan mempertimbangkan kegunaan air untuk manusia, karena air merupakan
substrat yang mudah tercemar, maka perlu pengawasan yang meliputi :
1) Pengamanan lapangan atau inspeksi sanitasi: Pada air minum perpipaan maupun
air minum kemasan, dilakukan pada seluruh unit pengolahan air minum, mulai dari
sumber air baku, instalasi pengolahan, proses pengemasan bagi air minum
kemasan, dan jaringan distribusi sampai dengan sambungan rumah bagi air minum
perpipaan.
2) Pengambilan sample: jumlah, frekuensi dan titik sampel air minum harus
dilaksanakan sesuai kebutuhan, dengan ketentuan minimal sebagai berikut :
Untuk penyediaan air minum perpipaan dan air minum kemasan dan atau kemasan
isi ulang :
(1) Pemeriksaan kualitas bakteriologis
(2) Pemeriksaan kualitas kimiawi
(3) Titik pengambilan sampel air
Data yang diperoleh dari analisis kualitas air tergantung pada teknik analisis yang
digunakan dan metode pengambilan contoh yang baik. Metode pengambilan contoh
yang tepat dan cocok dapat digunakan disesuaikan dengan jenis maupun lokasi
sampling. Dalam pengambilan contoh air perlu memperhatikan titik sampling, waktu,
peralatan yang digunakan, dan jenis parameter yang akan dianalisis. Metode
Pengambilan Contoh Uji Kualitas Air dapat dilihat pada SNI 06 – 2412 – 1991.
Pengawasan air minum dilakukan dalam upaya memperhatikan dan meningkatkan
derajat kualitas kesehatan masyarakat sebagai konsumen air minum, agar air yang
dikonsumsi tidak menimbulkan gangguan kesehatan.
1
II. Pengambilan Contoh Uji
A. Umum
Maksud pengambilan contoh uji (sampling), adalah mengumpulkan volume
contoh uji yang akan diteliti dengan jumlah sekecil mungkin, tetapi masih mewakili
(representatif), yaitu masih mempunyai sifat–sifat yang sama dengan sumber contoh
tersebut (misal badan air atau sungai, danau atau waduk, mata air, sumur dll.).
Pengambilan contoh uji adalah merupakan langkah pertama dari serangkaian penelitian
suatu badan air, dimana urutannya adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan contoh uji yang representatif
2. Transportasi dan penanganan contoh uji
3. Analisa di laboratorium
Jadi jelas bahwa hasil analisa hanya berlaku, jika langkah–langkah lain telah
dilaksanakan dengan lengkap.
Beberapa istilah yang ada dalam materi pengambilan contoh ini antara lain adalah:
1. sumber air adalah air permukaan, air tanah, air hujan
2. contoh uji adalah air yang diambil untuk keperluan pengujian atau
pemeriksaan kualitas di laboratorium;
3. pemantauan kualitas air adalah pemeriksaan kualitas air yang dilakukan
secara terus menerus pada lokasi tertentu dalam periode tertentu;
4. contoh air sesaat (grab sample) adalah contoh air yang diambil sesaat dari
suatu lokasi tertentu;
5. contoh air gabungan waktu (composite sample) adalah campuran contoh-
contoh sesaat yang diambil dari suatu lokasi pada waktu yang berbeda;
6. contoh gabungan tempat (integrated sample) adalah campuran contoh-
contoh sesaat yang diambil dari lokasi atau titik yang berbeda pada waktu
yang sama;
7. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
Contoh uji yang diambil dari beberapa aliran (n aliran bagian) pada saat/
waktu yang sama.
Pengambilan contoh uji dengan cara ini adalah untuk mewakili seluruh badan
air pada saat yang sama, misal untuk mengetahui beban pencemaran aliran
– aliran bagian terhadap sungai induk.
2
Contoh uji terdiri dari n aliran bagian (1 contoh sesaat dari tiap aliran bagian),
dimana volume setiap contoh uji sebanding dengan debit aliran masing –
masing aliran bagian, yaitu :
(i = 1,2,3,……n )
3
D. Persiapan
Hal – hal yang perlu diperhatikan pada persiapan pengambilan contoh uji, yaitu:
1. Siapkan peralatan untuk pengambilan contoh uji (sampling), termasuk
instrumen/alat pengukuran untuk melakukan analisa di lapangan, dan cek
kelayakannya.
2. Siapkan wadah (tempat contoh uji) dengan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan. dan bersihkan dari kotoran (lumut, jamur) dan dari contoh uji
bekas (terdahulu). Bilas wadah yang sudah bersih dengan aquadest.
3. Bersihkan peralatan sampling lainnya pipa/selang pompa dan semua alat-
alat yang akan dialiri oleh contoh uji, dari kotoran (lumut, jamur dll) dan dari
contoh bekas terdahulu.
4. Cegah adanya kontaminasi dari logam/peralatan sampling, dari minyak
pelumas/oli/bensin.
5. Bilas wadah dan semua peralatan sampling yang akan dialiri dengan
contoh uji
4
i. Alat pengambilan contoh untuk pemeriksaan plankton berupa jaringan yang
berpori 173 mesh/inchi.
j. Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan hewan benthos, misalnya Echman
grap, digunakan untuk pengambilan contoh pada sumber air yang alirannya
relatif kecil.
3. Bahan
a. Untuk pengawetan contoh
1) Pengawetan contoh dimaksudkan untuk menghambat agar unsur-unsur
yang terkandung di dalam contoh tidak mengalami perubahan baik secara
fisika, kimia maupun bakteriologi.
2) Bahan kimia yang digunakan untuk pengawetan harus memenuhi bahan
kimia untuk analisis.
3) Pengawetan contoh diperlukan apabila pemeriksaan contoh tidak dapat
dilakukan langsung di lapangan.
4) Persyaratan pengawetan haruslah tidak mengganggu atau merubah zat
yang akan diperiksa.
5) Pengawetan yang terbaik adalah dengan cara pendinginan pada suhu 4 oC
atau lebih rendah lagi, karena tidak menggunakan bahan kimia.
4. Tahapan Kerja
Urutan pelaksanaan pengambilan contoh air adalah sebagai berikut :
a. Menentukan lokasi pengambilan contoh
b. Menentukan titik pengambilan contoh
c. Melakukan pengambilan contoh
d. Melakukan pemeriksaan kualitas air di lapangan
e. Melakukan pengawetan contoh dan perlakuan pendahuluan
f. Pelabelan, pengepakan dan pengangkutan contoh ke laboratorium
5
6
5. Cara Pelaksanaan Pengambilan Contoh
a. Penentuan lokasi
Lokasi pengambilan contoh ditentukan berdasarkan tujuan pemeriksaan
kualitas air.
1) Penentuan kualitas air pada daerah pengaliran sungai didasarkan pada :
a) Sumber air alamiah, yaitu lokasi pada tempat yang belum atau masih
sedikit mengalami pencemaran;
b) Sumber air tercemar, yaitu lokasi pada tempat yang telah mengalami
perubahan atau di hilir sumber pencemaran;
c) Sumber air yang dimanfaatkan, yaitu lokasi pada tempat penyadapan
pemanfaatan sumber air.
1) Di sungai
a) Bila contoh uji diambil dari saluran atau sungai dsb. yang mempunyai
kedalaman lebih dari 5 meter dan alirannya cukup turbulen bagi air menjadi
homogen, contoh uji diambil pada kira – kira 1/2 sampai 2/3 tinggi
penampang basah di bawah permukaan air (lihat gb 1).
Bila dekat dengan lapisan permukaan air, ada risiko bahwa lapisan air
mengandung banyak zat terapung, seperti lumut, minyak, lemak dsb. dan
bila dekat dengan dasar sungai, mengandung zat – zat yang mengendap
dan bila diambil ditepi sungai yang tidak dilapisi semen atau tidak dipasang
turap, jangan terlalu dekat ke tepi karena lapisan tanah pada tepi sungai
dapat tergerus oleh aliran air.
7
Lumut, minyak, lemak
Gambar 1.
Cara pengambilan sampel
yang mewakili sampel air
1/2 – 2/3
sungai
Zat tersuspensi/
endapan 1/3 – 1/2
b) Bila contoh uji diambil dari saluran atau sungai yang terdiri dari aliran –
aliran yang terpisah, misalnya pada musim kering, sampel harus diambil
dari aliran bagian yang paling besar dan yang dianggap bersifat sama
dengan keadaan asli air sungai tersebut.
c) Bila penampang sungai tidak teratur (irregular) contoh uji harus diambil
(bila mungkin) di tengah aliran utama, yaitu dimana tinggi penampang
basah terbesar dan alirannya tidak terganggu. Pengambilan sampel bisa
dilakukan dari perahu atau dari jembatan (lihat gambar 2).
Gambar 2.
Cara pengambilan sampel di
sungai dengan beberapa aliran
bagian.
8
d) Bila contoh uji diambil dari saluran atau anak sungai yang bermuara pada
sungai induk atau laut, harus diingat bahwa tinggi permukaan air sungai
atau laut, dapat berubah pada waktu hujan atau air pasang. Pada saat itu
air sungai atau air laut masuk ke dalam anak–anak sungai, sehingga sifat–
sifat air di anak–anak sungai, akan dipengaruhi oleh induk sungai atau laut.
Untuk menghindari hal tersebut, titik pengambilan sampel harus dipilih
cukup jauh dari muara, dimana aliran anak sungai tidak terganggu (lihat
gambar3).
e) Contoh pada gambar 3., jika pada titik A, aliran terganggu, maka titik
pengambilan sampel dilakukan di B yaitu pada lokasi yang tidak terganggu.
Anak Gambar 3.
sungai Cara pengambilan sampel jika
aliran anak sungai terganggu
B Aliran anak sungai
Yang tidak terganggu
Cek
dam Aliran anak sungai
A Yang dapat terganggu
f) Bila antara tempat pengambilan contoh uji yang aman dan muara (tempat
yang terganggu alirannya) juga merupakan tempat pembuangan air
tercenar yang harus diselidiki pula, maka cara pengambilan sampel harus
difikirkan. Atau contoh uji diambil di tempat yang tidak terganggu, namun
jumlah sampel harus diperbanyak dan pengukuran debit harus teliti, agar
supaya interpretasi keadaan dapat didukung oleh data–data yang cukup
lengkap dan tepat.
9
c. Danau atau waduk dengan kedalaman antara 30–100 m, contoh air
diambil pada 4 titik masing-masing pada permukaan, lapisan termoklin,
lapisan hipolimnion dan dasar danau atau waduk;
d. Danau/waduk dengan kedalaman >100 m, titik pengambilan contoh air
dapat ditambah sesuai dengan keperluan
Tabel dibawah ini menunjukkan frekuensi pengambilan contoh serta titik atau lokasi
pengambilan contoh uji, dalam kaitannya dengan frekuensi analisa atau
pengukuran parameter untuk mendukung proses pengolahan air.
KETERANGAN :
I = Setelah proses : KOAGULASI - FLOKULASI
II = Setelah proses : SEDIMENTASI
III = Setelah proses: FILTRASI
IV = Air baku dan setelah proses STABILISASI - DESINFEKSI
F = Frekuensi analisa/pengukuran
*) = Jenis logam tergantung material pipa
**) = Ada aturan tersendiri
x) = Tidak dilakukan untuk air baku
j = jam ; h = hari
10
c. Pengambilan contoh untuk berbagai keperluan
12
Cara – cara pengawetan contoh uji untuk beberapa parameter analisa dapat dilihat
pada tabel 3. berikut.
Sianida (CN–) total 500 P,G didinginkan di tempat gelap, 24 jam / 14 hari:
ditambah NaOH sampai pH > 12
24 jam jika ada
Sulfida
Iodin 500 P,G dianalisa segera 0,5 jam / NS
S u l f a t – P,G didinginkan 28 hari / 28 hari
B o r o n 100 P tidak diperlukan 28 hari / 6 bulan
Bromida – P,G tidak diperlukan 28 hari / 28 hari
Sulfida 100 P,G didinginkan, ditambah 4 tetes
asam asetat 2N per 100 ml ;
ditambah NaOH sampai pH > 9
Salinitas 200 G dianalisa segera 6 bulan / NS
disegel atau disimpan pada tempat
lilin yang disegel lilin
Silika – P didinginkan tidak sampai beku 28 hari / 28 hari
Fosfat 100 G(A) untuk fosfat terlarut, saring 48 jam / NS
segera, dinginkan
F e n o l 500 P,G didinginkan , ditambah H2SO4 *) / 28 hari
didinginkan, jika ada sisa khlor
Pestisida – G (S), 7 hari / 7 hari
TFE lined tambah 100 mg/lNa2S2O3 sampai diekstraksi
cap 40 hari setelah
ekstraksi
Ozon 1000 G analisa segera 0,5 jam / NS
Minyak & Lemak 1000 G,mulut didinginkan, ditambah H2SO4 28 hari / 28 hari
lebar sampai pH < 2
BOD 1000 P,G didinginkan 6 jam / 48 jam
14
VOL. WAKTU MAKSIMUM
ANALISA MINIMUM WADAH CARA PENGAWETAN PENYIMPANAN
PARAMETER CONTOH CONTOH UJI YANG
ml DIANJURKAN/
BATASAN
Logam ( umum ) – P ( A), untuk logam terlarut segera 6 bulan / 6 bulan
G(A) disaring, ditambah HNO3
sampai pH < 2
Khrom Heksavalen 300 P (A), didinginkan 24 jam / 24 jam
(Cr6+), dan Cu G(A)
metode
Kolorimetri
Raksa ( Mercury) 500 P (A), ditambah HNO3 sampai pH < 2 ; 28 jam / 28 jam
Hg G(A) didinginkan pada
4 oC
Keterangan :
Contoh yang telah dimasukkan ke dalam wadah, kemudian diberi label berupa
keterangan mengenai identitas contoh, seperti lokasi pengambilan, tanggal, jam,
jenis pengawet yang ditambahkan, dll. Penulisan keterangan tersebut harus
menggunakan alat tulis tahan air, tidak mudah pudar.
Referensi
Nurhasanah Sujahjo & Ida Dahliawati, Pengambilan dan Penanganan Sampel Air
Baca juga :
1. SNI 6989.57 :2008 tentang Metode Pengambilan Contoh Air Permukaan
2. SNI 6989.58 :2008 tentang Metode Pengambilan Contoh Air Tanah
3. SNI 6989.59 :2008 tentang Metode Pengambilan Contoh Air Limbah
4. SNI 03-7016 : 2004 tentang Tatacara pengambilan contoh dalam rangka
pemantauan kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai
15
BAGIAN II
PEMERIKSAAN MUTU FISIK AIR
A. PEMERIKSAAN WARNA
1. DASAR TEORI
Warna didalam air disebabkan oleh adanya ion-ion metal alam (besi dan
mangan), humus, plankton, tanaman air dan buangan industri. Warna air biasanya
dihilangkan terutama sekali untuk penggunaan air industri dan air minum.
Yang dimaksud dengan warna sebenarnya adalah warna nyata yaitu warna
setelah kekeruhan sampel dihilangkan. Sedang yang dimaksud warna nampak
adalah warna yang tidak hanya disebabkan zat-zat yang terlarut didalam air akan
tetapi juga zat tersuspensi.
2. PRINSIP
Pemeriksaan warna ditentukan dengan membandingkan secara visual warna
dari sampel dengan larutan standar warna yang diketahui konsentrasinya. Didalam
metode ini sebagai standar warna digunakan larutan platina-kobalt dengan satuan
mg/lt Pt-Co. warna laruatan Pt-Co juga tersedia sebagai cetakan di set peralatan
Merckoquant (jauh lebih sederhana, cocok untuk lapangan, tetapi ketelitiannya lebih
rendah).
C. ALAT
1. 14 tabung Nessler, dengan skala 50 ml, berbentuk tinggi (untuk larutan
standar dan sampel).
2. Gelas ukur 100 ml (untuk HCl) dan 1 labu takar 1000 ml (untuk persiapan larutan
standar).
3. Pipet volume.
4. Set Merckoquant “warna”.
D. REAGEN
Larutan standar Warna :
Gunakan labu takar 1000 ml untuk melarutkan 1,246 gr Kalium kloro platina,
K2PtCl6 (equivalen dengan 500 mg logam platina) dan 1,00 gr Kobalt klorida, CoCl 2.
6H2O (equivalen dengan 250 mg kobalt) dalam akuades dan 100 ml HCl pekat dan
kemudian diencerkan menjadi 1000 ml dengan akuades. Larutan standar tersebut
mempunyai skala warna 500.
16
Apabila tidak ada Kalium kloro platina, larutkan 500 mg logam platina murni
didalam aqua regia dengan pemanasan, kemudian hilangkan Asam nitrat yang ada
dengan penambahan HCl pekat beberapa kali. Larutkan residu yang dihasilkan
bersama dengan 1,0 gr Kobalt klorida seperti pada cara tersebut diatas.
E. CARA KERJA
1. Siapkan standar dengan skala warna 5; 10; 15; 20; 25; 30; 35; 40; 45; 50; 60;
dan 70 yang didapat dari larutan baku dengan skala warna 500 sebanyak
masing-masing 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0; 3,5; 4,0; 4,5; 5,0; 6,0; dan 7,0 ml dan
diencerkan menjadi 50 ml didalam tabung Nessler. Di set Merckoquant, warna
tersebut dicetak sehingga larutan standar tidak diperlukan.
2. Sampel air yang akan diperiksa dimasukkan dalam tabung Nessler 50 ml. dan
dibandingkan dengan standar. Dasar tempat tabung terbuat dari warna putih
atau ditempatkan pada permukaan tertentu dengan sudut tertentu, sehingga
cahaya yang dipantulkan dapat melalui medium. Kalau untuk set Merckoquant :
lihat prosedur didalam set.
3. Untuk mendapatkan hasil yang teliti maka harus dibuat duplikat setiap analisa.
B. PEMERIKSAAN BAU
1. DASAR TEORI
Air untuk keperluan air minum dan industri makanan minuman dan farmasi
harus tidak berbau. Sebagian besar zat organik dan beberapa zat anorganik dapat
menimbulkan bau. Zat-zat ini berasal dari buangan rumah tangga dan industri atau
dari alam misalnya pembusukan daun atau kegiatan mikroba.
Tes terhadap mikroba dilakukan untuk memperoleh suatu gambaran secara
kualitatif dan mendekati pengukuran kuantitatif dari intensitas bau.
2. PRINSIP
Sampel dibaui dengan alat pembau manusia.
3. ALAT
1. Wadah bebas bau.
2. Kompor listrik.
3. Jangan menggunakan tutup gabus atau plastik.
4. Jangan menggunakan bejana yang memiliki mulut sempit.
17
4. CARA KERJA
1. Sebelum pengambilan sampel kran dialirkan dulu 15 menit.
2. Sampel dimasukkan kedalam wadah bebas bau.
3. Dibaui. Jika kurang jelas dipanaskan pada suhu 60o C.
C. PEMERIKSAAN SUHU
Metode : Pemuaian dengan Termometer
1. DASAR TEORI
Temperatur dari air akan mempengaruhi penerimaan (acceptance)
masyarakat akan air tersebut dan dapat mempengaruhi pula reaksi kimia dalam
pengelolaan, terutama apabila temperatur tersebut sangat tinggi. Di samping itu,
temperatur pada air mempengaruhi secara langsung toksisitas banyak bahan kimia
pencemar, pertumbuhan mikroorganisme dan virus. Pada umumnya pengukuran
suhu dapat dilakukan dengan setiap termometer air raksa yang baik kualitasnya,
paling sedikit harus mempunyai tanda setiap 0,1o C, tanda harus digoreskan dalam
gelas kapiler. Pada keadaan normal, suhu air sama dengan suhu udara lingkungan.
Peningkatan suhu terjadi pada air yang dibuang dari proses produksi yang
menggunakan pemanasan sumber air panas atau dari gunung berapi dan lain-lain
yang akan mengganggu biota air atau tanaman.
2. PRINSIP
Bahan didiamkan 1-2 menit dalam labu erlenmayer yang telah ada
termometernya, kemudian dilihat suhunya pada termometer.
3. ALAT
1. Termometer 100o C.
2. Labu Erlenmayer 200 ml.
4. CARA KERJA
a. Sebelum pengambilan sampel, air kran dialirkan dulu 15 menit. Sampel air
dituangkan ke dalam labu erlenmayer.
b. Masukkan termometer
c. Ditunggu 1-2 menit.
d. Dibaca dan dicatat temperaturnya (waktu membaca, termometer tetap di
dalam air).
18
D. PEMERIKSAAN KEKERUHAN
Metode: Nephelometric
1. DASAR TEORI
Air yang jernih untuk keperluan rumah tangga dan industri makanan, farmasi
dan industri lain. Kekeruhan dalam air ditimbulkan oleh bahan-bahan yang
tersuspensi misalnya tanah liat, lumpur bahan-bahan organik dan anorganik yang
halus, plankton dan mikroba. Hal ini disebabkan partikel-partikel tersebut
menghamburkan cahaya yang melewati air. Sampel sebaiknya segera diperiksa, jika
ditunda sampel harus disimpan ditempat yang gelap dan diperiksa sebelum 24 jam.
Lebih dari waktu itu akan terjadi perubahan kekeruhan.
2. PRINSIP
Metode ini berdasarkan atas perbandingan intensitas cahaya yang
dihamburkan oleh contoh pada kondisi tertentu dengan intensitas cahaya yang
dihamburkan oleh suspensi standar pembanding pada kondisi yang sama. Makin
tinggi intensitas cahaya yang dihamburkan, makin tinggi tingkat kekeruhannya.
19
f. Suspensi kekeruhan standar :
10,00 ml suspensi kekeruhan induk diencerkan sampai 100 ml dengan air bebas
kekeruhan. Larutan ini dibuat setiap kali akan digunakan. Kekeruhan dari
suspensi ini 40 NTU.
g. Standar kekeruhan encer :
Suspensi kekeruhan standar dari volume tertentu diencerkan dengan air bebas
kekeruhan sesuai dengan keperluan.
Dibuat setiap hari.
4. CARA KERJA
a. Kalibrasi turbidimeter :
Instruksi petunjuk pelaksanaan dari pabrik agar diikuti. Apabila skala
prekalibrasi tidak ada, maka perlu dipersiapkan kurva kalibrasi untuk setiap
kisaran angka dari instrument.
Setiap skala kalibrasi yang diberikan diuji akurasinya dengan peralatan
yang sudah dikalibrasi menggunakan standar yang cocok.
20
E. PEMERIKSAAN KEKERUHAN
Metode : Visual
1. PRINSIP
Membandingkan kekeruhan sampel dengan deret standar hingga didapatkan
kekeruhan yang sama antara bahan dengan deret standar.
2. ALAT
a. Tabung Nessler dan rak.
b. Pipet volume 100 ml.
c. Buret.
3. REAGEN
Larutan standar berisi 1 mg/ml SiO3 (silika gel).
4. CARA KERJA
a. Sebelum pengambilan sampel kran dialirkan dulu 15 menit.
b. Pipet 100,0 ml sampel dimasukkan kedalam tabung Nessler dengan pipet
volume. Blanko berisi 100,0 ml aquadest.
c. Pipet 100,0 ml aquadest dimasukkan kedalam tabung Nessler dengan pipet
volume sebanyak 5 tabung.
d. Kelima tabung yang berisi aquadest ditambah larutan standar silika gel H yang
banyaknya berurutan: 0,1 ml; 0,5ml; 1ml; 1,5ml; 2ml; dan seterusnya.
e. Digojog. Ditambahkan aquadest sampai tanda 100,0 ml.
f. Membandingkan kekeruhan sampel dengan deret standar hingga didapat
kekeruhan yang sama dengan salah satu dari deret standar.
2. PRINSIP
Sampel disaring dengan filter kertas, cairan yang lolos dikeringkan pada
suhu 105oC sehingga garam-garam akan mengendap (presipitasi) dahulu;
sebelumnya juga termasuk zat koloidal.
3. CARA KERJA
Ada beberapa cara untuk memisahkan zat tersuspensi dari larutannya
seperti cara pengendapan, menggunakan centrifuge dan menggunakan filter. Cara
centrifuge yang digunakan untuk mengendapkan partikel-partikel dengan diameter
tertentu (cara pemakaian lihat buku petunjuk pada alat centrifuge).
Pemisahan zat tersuspensi dari larutannya dapat menggunakan filter. Jenis
filter harus dipilih sesuai dengan pemegang filter (filter holder) atau corongnya.
Sebelum analisa perlu penimbangan berat beaker glass/filter kering, yang telah
dikeringkan pada suhu 105oC lalu didinginkan selama 15 menit dalam desikator.
Sesudah analisa, beaker/filter mengandung zat padat yang telah dikeringkan 105 oC
atau 550o C, harus didinginkan selama 15 menit (setelah pengeringan 105 o C) dan
selama 30 menit (setelah pembakaran 550oC dan dipindahkan ke oven 105oC)
dalam desikator. Supaya filter serta lapisan lumpur kering tidak terkena kalembaban
udara, penimbangan dilakukan dengan cepat.
22
BAGIAN III
PEMERIKSAAN KIMIA
A. PEMERIKSAAN pH
1. Metode : Potensiometri
2. DASAR TEORI
Air dalam alam umumnya mempunyai pH diantara 4 – 9. Sebagian besar
agak alkalis disebabkan adanya karbonat dan bikarbonat. Perubahan pH dibawah
atau diatas normal dapat terjadi karena buangan industri yang bersifat asam kuat
atau basa kuat.
Penentuan pH sangat penting untuk tiap kegiatan sanitasi. Untuk penyediaan
air bersih merupakan faktor penting dalam proses koagulasi, desinfeksi, pelunakan
air dan pengawasan korosi pada sistem distribusi. Pada proses pengolahan air
limbah industri secara biologik, pH harus dijaga supaya sesuai dengan
pertumbuhan optimal kuman yang dipergunakan.
3. PRINSIP
Aktivitas ion hidrogen dalam air diukur secara potensiometri dengan
menggunakan kombinasi elektroda gelas dan elektroda kalomel. Penggunaan
elektroda ini menghasilkan perubahan tegangan sebesar 59,1 mv / unit pH pada
suhu 25oC.
4. Referensi
SNI 06-6989.11-2009, Air dan Air Limbah, Bagian 11: Cara Uji Derajat Keasaman
(pH) dengan Menggunakan Alat pH-meter
5. ALAT
1. pH meter
2. Pengaduk magnetik
3. Flow chamber
6. REAGEN
1. Menyiapkan larutan baku
2. Larutan Kalium hidrogen tartrat jenuh
3. Larutan Kalsium hidroksida jenuh
23
7. CARA KERJA
Karena perbedaan pembuatan dan model dari pH meter yang
diperdagangkan, sehingga tidak memungkinkan untuk membuat petunjuk secara
lengkap untuk tiap instrumen. Elektroda gelas dan referensi, ujungnya dicelupkan
dalam air selama satu malam atau sesuai dengan petunjuk. Demikian juga, apabila
pH meter tidak dipergunakan untuk mengukur pH, dijaga supaya ujung elektroda
tercelup dalam akuades.
Sebelum dipergunakan, elektroda diangkat dari akuades dan dibilas dengan
akuades atau air bebas mineral. Elektroda dikeringkan dengan kertas
lunak.Instrumen dibakukan dengan mencelupkan elektroda, dalam larutan dapar
yang pH nya mendekati contoh dan dicatat, suhu dapar dan pH disesuaikan suhu
tersebut. Elektroda diangkat dari larutan dapar, dibilas sampai bersih dan
dikeringkan. Dimasukkan kedalam dapar kedua yang mempunyai perbedaan
sekittar 4 pH unit dari yang pertama dan dicatat pH yang terbaca dan hasil
pembacaan tersebut harus dalam 0,1 unit pH untuk dapar kedua.
Elektroda dibilas sampai bersih, dikeringkan dan dicelupkan kedalam contoh.
Contoh digoyangkan sehingga homogen, diusahakan padatan dalam bentuk
suspensi. Apabila suhu contoh berbeda dengan suhu dapar, elektroda dibiarkan
setimbang dengan contoh. Suhu contoh diukur dan tombol suhu pada pH meter
disesuaikan dengan suhu contoh. Suhu dan pH dicatat.
24
B. KADAR KLORIDA
1. METODE: ARGENTOMETRI-MOHR
2. DASAR TEORI
Klorida dalam bentuk Cl-, adalah ion anorganik yang terdapat dalam air.
Kalau Cl- terikat pada Na 250 mg/l akan terasa asin, tetapi kalau terikat pada Mg,
tidak. Kadar Cl- dalam air tinggi, maka pipa logam dalam industri dapat rusak, juga
bangunan dan pertanian. Dalam larutan netral atau sedikit basa,
Kalium cromat dapat menunjukkan titik akhir titrasi klorida dengan bentuk
perak nitrat. AgCl diendapkan sebelum warna merah perak cromat terbentuk. Ion
sulfida, ferri sulfat, sulfit mengganggu tetapi dapat dihilangkan dengan penambahan
H2O2. Orthophosphat 25 mg/l dan besi 10 mg/l akan mengganggu.
3. TUJUAN
Menetapkan kadar klorida dalam air dan air limbah
4. RUANG LINGKUP
Metode ini digunakan untuk penentuan kadar klorida (Cl-) dalam air dan air limbah
dengan metode argentometri cara Mohr pada kisaran kadar 1,5 mg/L sampai
dengan 100 mg/L.
5. ACUAN
1. Standard Methods, 4500, 20th edition, 1998, Standard Methods for the
examination of water and wastewater.
2. SNI 06-2412-1991, Metode pengambilan contoh uji kualitas air.
3. SNI 6989-19: 2009, Cara Uji Klorida (Cl-) dengan Metode Argentometri
6. DEFINISI
Larutan baku klorida
Larutan yang mempunyai kadar klorida, Cl- yang diencerkan dengan akuades
sampai kadar tertentu
Larutan blanko bebas klorida
Akuades yang tidak mengandung klorida atau mengandung klorida dengan
kadar lebih rendah dari batas deteksi
7. ALAT
a. buret 50 ml atau alat titrasi lain dengan skala yang jelas;
b. labu erlenmeyer 100 ml dan 250 ml;
c. labu ukur 100 dan 1000 ml;
d. gelas ukur 100 ml;
e. pipet volume 25 ml dan 50 ml;
f. pipet ukur 10 ml;
g. gelas kimia 250 ml dan 1000 ml;
h. spatula; pengaduk magnet;
i. alat pengukur pH;
25
8. REAGENSIA
a. akuades bebas klorida;
b. larutan natrium klorida (NaCl) 0,0141 N;
c. kertas saring bebas klorida berukuran pori 0,45 µm;
d. larutan indikator kalium kromat (K2CrO4) 5% b/v;
e. larutan baku perak nitrat (AgNO3) 0,0141 N;
f. suspensi ammonium hidroksida;
g. indikator fenol ftalein;
h. larutan natrium hidroksida (NaOH) 1N;
i. larutan asam sulfat (H2SO4) 1N; dan
j. hidrogen peroksida (H2O2) 30%.
9. CARA KERJA
a. Persiapan contoh uji
1) Gunakan volume contoh uji air maksimum 100 ml atau jumlah yang sesuai
dan diencerkan hingga volume 100 ml.
2) Jika contoh uji air berwarna pekat, tambahkan 3 ml suspensi Al(OH) 3,
aduk, biarkan mengendap kemudian disaring.
3) Jika contoh uji air mengandung sulfida, sulfit atau tiosulfat, tambahkan 1 ml
H2O2 30% dan aduk selama 1 menit.
4) Apabila contoh uji keruh, saring dengan kertas saring berukuran pori 0,45
µm.
5) Jika pH tidak pada kisaran 7 sampai dengan 10, atur dengan menambah
kan larutan NaOH 1N atau H2SO4 1N.
b. Prosedur
1) Gunakan 100 ml contoh uji, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml.
2) Tambahkan 1 ml larutan indikator K2CrO4 5%
3) Titrasi dengan larutan baku AgNO3 sampai titik akhir titrasi yang ditandai
dengan terbentuknya endapan berwarna merah kecoklatan.
4) Catat volume AgNO3 yang digunakan.
5) Kerjakan secara duplo titrasi tersebut (dengan titik akhir titrasi yang
konsisten), rata-ratakan volume AgNO3 yang diperoleh.
6) Lakukan titrasi blanko terhadap 100 ml akuades (titrasi larutan blanko
biasanya memerlukan 0,2 ml sampai dengan 0,3 ml larutan baku AgNO3).
26
Perhitungan :
Kadar Cl- (mg/L) = 1000 (A – B) X N AgNO3 X 35,45
V
A adalah volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi contoh uji (ml)
B adalah volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko (ml)
N adalah normalitas larutan baku AgNO3 (mgrek/ml)
V adalah volume contoh uji (ml)
PEMBUATAN PEREAKSI
27
4.2 Panaskan 60oC dan tambahkan 55 ml NH4OH pekat secara perlahan sambil di
aduk.
4.3 Biarkan selama 1 jam, pindahkan ke dalam botol dan cuci endapannya dengan
cara di tambah akuades bebas klorida,
4.4 Aduk dan dienaptuangkan.
4.5 Lakukan hal tersebut secara berulang-ulang sampai bebas klorida.
4.6 Tambahkan akuades bebas klorida sampai volume mendekati 1000 ml.
28
C. PEMERIKSAAN FLOURIDA
1. Metode: Alizarin
2. DASAR TEORI
Kadar flourida ± 1 mg/l mencegah keroposnya gigi (carries dentis). Kadar
floorida lebih dari batas maka akan menyebabkan fluorosis. Metode pemeriksaan
yaitu: Colorimetris dengan larutan spands dan Colorimetris dengan larutan alizarin.
Pengambilan contoh dengan botol polietilen. Kalau memakai botol harus
botol yang tidak bekas untuk tempat flourida tinggi dan dibilas dengan air sampel.
3. PRINSIP
Ion zirkonium dengan alizarin membentuk senyawa zirkonium alizarin yang
berwarna kemerah-merahan. Dengan adanya ion flourida maka intensitas warna
akan berkurang karena terbentuknya ion kompleks ZrF 6-2. Pengurangan intensitas
warna sebanding dengan kadar ion flourida dan dapat diukur secara visual atau
secara spektrofotometri pada panjang gelombang 520-550 nm.
4. Referensi
5. ALAT
a. Spektrofotometer
b. Alat gelas : pipet volume, labu Erlenmeyer, pipet ukur, buret, corong
6. REAGEN
a. Larutan induk fluorida :
Larutan 221,0 mg Natrium flourida (NaF) anhidrat ke dalam 1 L akuades
(1,00 ml = 100 µg F) atau 0.1 mg/mL atau 100 mg F/L.
b. Larutan baku flourida:
Encerkan 100 ml larutan induk flourida menjadi 1000 ml dengan akuades.
1 ml = 10 µg F (10 µg/mL)
c. Pereaksi flourida:
1) Reagen Zirconil alizarin
300 mg zirconil klorida oktahidrat (ZrOCl2. 8H2O) dilarutkan dalam 50 ml
akuades yang dimasukkan dalam labu ukur tertutup dan bervolume 1 L. Di
dalam 50 ml akuades dilarutkan 70 mg garam Alizarin sulfonat (juga
disebut alizarin merah S) dan dituangkan perlahan-lahan ke dalam larutan
29
zircolin sambil diaduk. Larutan yang dihasilkan didiamkan supaya menjadi
jernih selama beberapa menit.
7. CARA KERJA
a. Pembuatan kurva kalibrasi :
Buat satu larutan baku flourida yang mengandung 0,0; 0,25; 0,50; 1,0;
2,0 mg/l F.b
1) Pipet 0,0 ; 5,0 ; 10,0 ; 20,0 dan 40,0 ml dari larutan baku (10 mg/L)
flourida, masing-masing masukkan kedalam labu ukur 200 ml. Encerkan
dengan akuades sampai tanda.
2) Pipet larutan dalam labu ukur masing-masing 100,0 ml; masing-masing
masukkan kedalam labu erlenmayer 250 ml.
3) Selanjutnya kerjakan sama dengan cara kerja b.
4) Buat kurva kalibrasi
b. Pengujian sampel
1) Ambil 100 ml contoh, dimasukkan kedalam labu erlenmayer 250 ml.
2) Tambahkan 2 tetes Natrium arsenit, kocok.
3) Tambahkan 5 ml pereaksi flourida, campur homogen. Diamkan 1 jam.
30
4) Ukur absorbansi dengan spektrofotometer panjang gelombang 535 nm,
sebagai blanko nol gunakan akuades.
5) Hitung kadar flourida dengan kurva kalibrasi.
PERHITUNGAN
Hitung kadar flourida dengan menggunakan kurva kalibrasi atau persamaan
garis lurus dan perhatikan hal-hal berikut :
a. Selisih kadar maksimum yang diperolehkan antara pengukuran duplo adalah
2%, rata-rata hasilnya.
b. Apabila hasil perhitungan kadar flourida lebih besar dari 2,5 mg/l ulangi
pengujian dengan cara mengencerkan contoh.
31
D. PEMERIKSAAN KESADAHAN TOTAL, Ca dan Mg
1. DASAR TEORI
Kesadahan air artinya daya air tersebut untuk mengendapkan sabun-sabun
terutama diendapkan oleh ion kalsium dan magnesium yang ada dalam air serta
diendapkan oleh ion-ion logam bermartabat tinggi seperti aluminium, besi, mangan,
stronsium, seng dan juga oleh hidrogen. Tetapi karena ion-ion logam-logam tersebut
selain Ca dan Mg hanya terdapat sedikit dalam air alam. Kesadahan hanyalah
ditentukan oleh kadar jumlah dari ion-ion Ca dan Mg. Tetapi bila ion-ion logam yang
menimbulkan kesadahan berjumlah cukup besar, harus dimasukkan dalam
perhitungan. Dalam kesadahan dipakai satuan derajat kesadahan (oD) yang artinya
di beberapa negara berbeda: 1oD (Jerman) sesuai dengan 10 mg CaO/l atau 7,1 mg
MgO/l. 1oD (Prancis) sesuai dengan 10 mg CaCO3/l atau 8,4 MgCO3 mg/l.
Sedangkan di Amerika kesadahan dinyatakan sebagai mg CaCO3/l atau ppm
CaCO3. Indonesia memakai derajat Jerman (tahun 1977), mulai tahun 1990 dihitung
sebagai mg/L CaCO3. Kesadahan penting artinya bagi air industri karena air yang
mempunyai kesadahan tinggi akan menimbulkan kerak pada ketel yang sukar
menghantarkan panas dan sukar dihilangkan. Untuk air minum, dikehendaki
kesadahan antara 5-10 oD atau 500 mg/L CaCO3.
2. TUJUAN
Menetapkan kesadahan total, Ca dan Mg dalam air atau air limbah
3. RUANG LINGKUP
Metode ini digunakan untuk penentuan kesadahan total yang terdapat dalam air dan
air limbah dengan metode titrimetri EDTA dengan batas terendah 5 mg/L. Metode ini
digunakan untuk contoh uji air yang tidak berwarna.
4. ACUAN
a. BSN, SNI 06-6989.12-2004 Air dan air limbah – Bagian 12: Cara uji kesadahan
total kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dengan metode titrimetri ICS 13.060.50
b. Clesceri, L.S., Greenberg, A.E., and Eaton, A.D., 1998, Standard methods for
the examination of water and wastewater, 20th edition, no. 2340 – C.Basset at
all, 1978,
c. Vogel’s, Textbook of Quantitative Inorganic Analysis, Fourth Edition, El
Bsandlogman, London.
32
5. REAKSI
OH
Mg2+ / Ca2+ + Na+ O3-S N=N
Mg/Ca EBT (merah anggur)
EBT (biru)
6. ALAT
a. buret 50 ml
b. labu Erlenmeyer 250 dan 500 ml;
c. labu ukur 250 dan 1000 ml;
d. gelas ukur 100 ml;
e. pipet volume 10 dan 50 ml;
f. pipet ukur 10 ml;
g. gelas kimia 50, 250, dan 1000 ml;
h. alat pengukur pH;
i. pengaduk gelas;
j. pemanas listrik;
k. timbangan analitik;
7. PEREAKSI
a. Indikator mureksid (Lampiran A no.1 )
b. Indikator Eriochrome Black T (EBT) (Lampiran A no.2)
c. Larutan natrium hidroksida (NaOH) 1 N (lampiran A no.3)
d. Larutan penyangga pH 10 ± 0,1 (lampiran A no.4)
e. Bahan pengomplek (lampiran A no.5)
f. Larutan CaCO3 0,01 M (lampiran A no.6)
g. Larutan baku Na2EDTA ± 0,01 M (lampiran A no.7)
h. Serbuk natrium sianida (NaCN)
i. Akuades atau air bebas mineral yang mempunyai daya hantar listrik (DHL) 0,5
µS/cm sampai dengan 2 µS/cm.
33
8. CARA KERJA PENETAPAN KESADAHAN TOTAL SEBAGAI CaCO3
a. Ambil 50,0 ml contoh uji, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml,
b. Tambahkan 1ml sampai 2 ml larutan penyangga (buffer) pH 10 ± 0,1.
c. Tambahkan seujung spatula (30 mg sampai dengan 50 mg) indikator EBT.
d. Lakukan titrasi dengan larutan baku Na2EDTA 0,01 M secara perlahan sampai
terjadi perubahan warna merah keunguan menjadi biru.
e. Catat volume larutan baku Na2EDTA yang digunakan.
f. Apabila larutan Na2EDTA yang dibutuhkan untuk titrasi lebih dari 15 ml,
encerkan contoh uji dengan akuades
g. Ulangi titrasi tersebut 2 kali, kemudian rata-ratakan volume Na 2EDTA yang
digunakan (a)
Catatan: untuk menghilangkan gangguan, baca SNI 06-6989.12-2004 Air dan air
limbah – Bagian 12: Cara uji kesadahan total kalsium (Ca) dan magnesium (Mg)
dengan metode titrimetric.
Pengendalian mutu:
Lakukan uji secara duplo untuk kontrol ketelitian. Perbedaan pemakaian larutan Na2EDTA
secara duplo tidak boleh lebih besar dari 0,10 mL.
Kontrol akurasi
Untuk kontrol gangguan matriks lakukan uji spike matrix. Kisaran persen temu balik
adalah 85% sampai dengan 115%.
Gunakan spike matrix sebagai kontrol mutu, maka lakukan dengan cara sebagai
berikut :
Ambil 15 mL contoh uji ditambah 10 mL larutan standar kalsium karbonat 0,01 M
dan encerkan dengan air suling hingga volumenya 50 mL, masukkan ke dalam
Erlenmeyer 250 mL. Lakukan langkah 8 b) sampai dengan 8.e)
34
Perhitungan
Kesadahan total (mg CaCO3/L) =
1000 x V EDTA (a) x M EDTA x BM CaCO3
V
1. Indikator mureksid
1.1 Timbang 200 mg mureksid dan 100 g kristal natrium klorida (NaCl), kemudian
dicampur.
1.2 Gerus campuran tersebut hingga mempunyai ukuran 40 mesh sampai dengan
50 mesh.
1.3 Simpan dalam botol yang tertutup rapat.
35
CATATAN 4 Buang larutan penyangga jika 1 ml sampai dengan 2 ml larutan
tersebut ditambahkan ke dalam larutan contoh uji tidak
menghasilkan pH 10,0 ± 0,1 pada titik akhir titrasi.
5. Bahan pengompleks
Untuk contoh uji air yang mengandung ion-ion pengganggu memerlukan bahan
pengkompleks untuk menghasilkan perubahan warna yang jelas dan tajam pada titik
akhir titrasi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu dari
bahan pengomplek pada nomor 3.2.e.1), 3.2.e.2) atau 3.2.e.3), seperti di bawah ini.
5.1 Inhibitor I
5.1.1 Atur keasaman contoh uji menjadi pH 6 atau lebih tinggi, dengan
menggunakan larutan penyangga atau NaOH 0,1 N.
5.1.2 Tambahkan 250 mg serbuk natrium sianida (NaCN).
5.1.3 Tambahkan larutan penyangga secukupnya sampai pH nya 10,0 ± 0,1.
5.2 Inhibitor II
5.2.1 Larutkan 5,0 g natrium sulfida nonahidrat (Na2S.9H2O) atau 3,7 g Na2S.
5H2O dalam 100 ml akuades.
5.2.2 Simpan dalam botol yang tertutup rapat dengan karet. Hindarkan agar
tidak kontak dengan udara.
CATATAN Inhibitor ini akan rusak akibat oksidasi oleh udara,
menghasilkan endapan sulfida yang mengaburkan titik akhir
titrasi bila terdapat logam berat dengan kadar tinggi.
37
E. PEMERIKSAAN SULFAT (Sebagai SO4)
Metode: Turbidimetri
1. Dasar Teori
Sulfat larut di dalam air, larutan air ini akan bereaksi basa karena proses
hidrolisis. Sulfat akan terurai oleh asam klorida encer. Dengan metode turbidimetri,
warna atau zat tersuspensi dalam jumlah yang besar akan mengganggu.
2. Ruang Lingkup
Cara pengujian kadar Sulfat yang terdapat dalam air antara 1 – 40 mg/L SO42-
3. Referensi
SNI 06-6989.20-2004, Air dan Air Limbah, bagian 20: Cara Uji Sulfat (SO 4) secara
Turbidimetri
4. Prinsip
Ion sulfat dalam suasana asam direaksikan dengan Barium klorida
membentuk endapan Barium sulfat dengan ukuran yang sama. Absorbansi suspensi
Barium sulfat dengan fotometri dan konsentrasi ion sulfat ditetapkan dengan
membandingkannya dengan kurva standar.
5. Alat
a.Spektrofotometer
b. Pengaduk magnet yang dilengkapi pengatur kecepatan putar tetap dan waktu.
c. Sendok 2 – 3 ml
d. Pipet volume 5, 10, 20, 25 dan 50 ml
e. Labu ukur 200 dan 1000 ml
f. Gelas ukur 50, 100, dan 500 ml
g. Labu Erlenmeyer 250 ml
h. Gelas kimia 1000 ml
6. Pereaksi
a. Natrium sulfat bebas air, Na2SO4 anhidrat
b. Larutan buffer A: 30 gram MgCl2.6H2O, 5 gram CH3COONa.3H2O, 1 gram KNO3,
20 ml CH3COOH glassial dalam 1000 ml air bebas mineral
c. Larutan buffer B: 30 gram MgCl2.6H2O, 5 gram CH3COONa.3H2O, 1 gram KNO3,
0,111 gram Na2SO4 anhidrat, 20 ml CH3COOH glassial dalam 1000 ml air bebas
mineral
d. Kristal barium klorida, BaCl2.2H2O
e. Akuades atau air demineralisasi yang mempunyai DHL 0,5 – 2,0 µmhos/cm.
f. Saringan membran berpori 0,45 µm.
38
7. Persiapan Contoh Uji
Siapkan contoh uji dengan tahapan sebagai berikut :
a. Sediakan contoh uji yang telah diambil sesuai dengan metode pengambilan
Contoh Uji Kualitas Air, SNI 06-2412-1991
b. Apabila contoh uji keruh, saring dengan saringan membran berpori 0,45 µm.
c. Ukur 50 ml contoh uji secara duplo dan masukkan ke dalam gelas kimia 250 ml
9. Cara Uji
a. Ukur 100 ml contoh uji dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml;
b. Tambahkan 5,0 ml larutan kondisi ke dalam contoh uji, aduk dengan pengaduk
magnet dan tambahkan 1 sendok BaCl2.2H2O
c. Aduk larutan selama 1 menit setelah penambahan kristal BaCl2.2H2O;
d. Apabila contoh uji berwarna lakukan tahapan 1) sampai 3) tanpa penambahan
BaCl2.2H2O;
e. Ukur dan catat serapannya pada kisaran waktu 0 – 4 menit setelah
pengadukan (pada panjang gelombang 420 nm)
f. Buat spike matrix: pipet 25,0 ml larutan standar sulfat 100 mg/L masukkan
dalam labu Erlenmeyer, tambahkan 75 ml sampel, kerjakan seperti sampel
10. Perhitungan
Hitung kadar sulfat di dalam contoh uji dengan menggunakan kurva kalibrasi
atau persamaan garis lurus dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Untuk contoh yang tidak berwarna
1) Selisih kadar maksimum yang diperbolehkan antara dua pengukuran
duplo adalah 2%, rata-ratakan hasilnya.
2) Apabila hasil perhitungan kadar sulfat lebih besar dari 40 mg/L ulangi
pengujian dengan cara mengencerkan contoh uji.
b. Untuk contoh yang berwarna
1) Kurangkan hasil pembacaan kekeruhan dari contoh uji yang ditambah
BaCl2.2H2O dengan contoh uji tanpa BaCl2.2H2O.
2) Masukkan hasil pengurangan tersebut ke kurva kalibrasi
3) Selisih kadar maksimum yang diperbolehkan antara 2 pengukuran duplo
adalah 2%, rata-ratakan hasilnya.
4) Bila hasil perhitungan kadar sulfat lebih besar dari 40 mg/L ulangi hasil
pengujian dengan cara mengencerkan contoh uji.
39
11. Jika hasil penetapan menunjukkan kadar sulfat kurang dari 5 mg/L, ulangi pengujian
menggunakan larutan buffer B
40
F. PENGUJIAN KADAR BESI
Metode : Fenantrolin
1. DASAR TEORI
Besi terdapat dalam air alam, dengan kadar sangat rendah. Air permukaan
yang alkalis dan disaring jarang mengandung besi lebih dari 1 mg/l. Beberapa air
tanah dan permukaan yang asam, kadang-kadang mengandung besi lebih banyak.
Dalam keadaan tereduksi ferro, besi ini larut dengan adanya ion-ion pembentuk
kompleks, ion ferro hanya larut dalan pH kurang dari 5. Diudara terbuka karena
dioksidasi akan terbentuk ferri dan dapat dihidrolisa menjadi ferri oksida hidrat yang
tidak larut. Bentuk ini banyak terdapat dalam sampel-sampel yang sampai
dilaboratorium bila tidak dicegah terjadinya oksidasi. Pembentukan besi dapat pula
karena hasil pertumbuhan kuman selama penyimpanan maupun pengiriman. Pada
air limbah yang asal pH kurang dari 3,5 besi akan larut dalam bentuk ferri. Jadi
dalam air, besi dapat sebagai larutan maupun bentuk koloidal yang mengikat bahan
organik dalam bentuk ferri maupun ferro.
2. Ruang lingkup
Cara pengujian kadar besi terlarut dan besi total yang terdapat dalam air antara
kadar 0,02 – 4,0 mg /liter besi.
3. Pengertian
Besi terlarut adalah unsur besi dalam air yang dapat lolos melalui saringan
membrane berpori 0,45 µm;
Besi total adalah jumlah unsur besi yang terlarut dan tersuspensi dalam air setelah
dilakukan proses pemanasan dengan asam kuat;
4. PRINSIP
Ion besi Fe3+ (ferri) dalam suasana asam dan panas, direduksi oleh hidroksilamin
hidrokhlorida menjadi ion ferro (Fe2+). Ion ferro dengan 1,10 – fenantrolin pada pH
3,2 – 3,3 membentuk senyawa fenantrolin khelat yang berwarna merah. Warna
yang terbentuk diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 510 nm.
5. Alat
a. Spektrofotometer bekerja pada panjang gelombang 510 nm
b. Kuvet yang mempunyai ketebalan tembus cahaya 1 cm atau lebih
c. Gela kimia 50, 100 ml
d. Labu ukur 50, 100 dan 1000 ml
41
e. Labu Erlenmeyer 250 ml
f. Pipet volume
Alat-alat gelas yang dipakai harus bebas besi, bersihkan dengan larutan asam
khlorida pekat dan bilas sampai bersih dengan akuades.
6. Pereaksi
a. Asam khlorida pekat
b. Larutan hidroksilamin hidrokhlorida
Larutkan 10 g NH2OH. HCl dalam 100 ml akuades.
c. Larutan penyangga ammonium asetat.
1) Larutkan 250 g NH4C2H3O2 dalam 150 ml akuades
2) Tambahkan 700 ml asam asetat glacial
3) Encerkan sampai 1 liter
d. Larutan fenantrolin
1) Larutkan 0,1 g 1,10 fenantrolin monohidrat C12H8N2HO. H2O dalam 100
ml akuades.
2) Panaskan sampai 800C, tidak boleh mendidih. Bila tidak dipanaskan
tambahkan 2 tetes HCl pekat.
e. Larutan sediaan standar besi (1 ml = 200 µg Fe)
1) Tambahkan 20 ml H2SO4 pekat kedalam 50 ml akuades dan larutkan
1,404 g ferro ammonium sulfat: Fe(NH4)2(SO4)2. 6H2O.
2) Tambahkan beberapa tetes larutan KMnO 4 0,1 N sampai warna sedikit
pink
3) Encerkan menjadi 1000 ml didalam labu ukur, aduk.
7. CARA KERJA
a. Persiapan contoh uji
1) Sediakan contoh uji yang telah diambil sesuai dengan metode pengambilan
contoh uji kualitas air, SNI 06-2421-1991
2) Ukur 50 ml contoh uji secara duplo dan masukkan kedalam Erlenmeyer 250
ml.
3) Terhadap contoh uji yang mengandung kadar besi tinggi, dilakukan
pengenceran
c. Cara pengujian
1) Total besi
a) Kocok contoh air sampai merata, masukkan 50 ml contoh yang mengandung
tidak lebih 0,1 mg Fe kedalam gelas kimia
b) Tambah 2 ml HCl pekat dan 1 ml larutan hidroksilamin hidrokhlorida.
c) Panaskan dan didihkan sampai semua besi larut, volume larutan menjadi 15
-20 ml. (Jika contoh mengandung unsur-unsur pengganggu, maka dilakukan
pemanasan sampai kering dan diabukan, kemudian larutkan kembali
dengan 2 ml HCl pekat dan 5 ml akuades).
d) Dinginkan, masukkan ke dalam labu ukur 50 (atau 100 ml).
e) Tambah 10 ml larutan penyangga ammonium asetat dan 2 ml larutan
fenantrolin.
f) Tambahkan akuades sampai tanda batas, kocok sampai bercampur rata.
g) Setelah 10-15 menit, ukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 510 nm.
2) Besi terlarut
a) Contoh air disaring terlebih dahulu dengan kertas saring halus
b) 50 ml contoh air yang mengandung tidak lebih 0,1 mg Fe dikerjakan sama
dengan cara kerja besi total
3) Ion ferro
Untuk penentuan ion ferro harus dilakukan pengambilan contoh khusus dan
diawetkan dengan asam nitrat, untuk mencegah oksidasi. Pengambilan contoh
dan penambahan asam harus dilakukan secepatnya.
a) Lakukan pengambilan contoh air dengan botol gelas tertutup asah,
tambahkan 4 ml HCl pekat untuk setiap 100 ml contoh, tutup rapat (jangan
ada gelembung udara).
b) Masukkan 50 ml contoh air yang telah diasamkan dan mengandung tidak
lebih 0,1 mg Fe ke dalam labu ukur 100 ml.
43
c) Tambahkan 20 ml larutan fenantrolin dan 10 ml larutan penyangga (buffer)
ammonium asetat.
d) Encerkan sampai tanda batas, kocok sampai bercampur rata.
e) Ukur absorbansi setelah 10-15 menit dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 510 nm.
PROSEDUR :
1. Pipet masing-masing pada :
Gelas kimia
Sampel
I II III IV V
Standart kerja Fe
0 2,0 4,0 6,0 8,0 -
5 mg/L, ml
Sampel, ml - - - - - 50,0
Aquadest, ml 50 48 46 44 42 -
HCl pekat, ml 2 2 2 2 2 2
Hidroksilamin, ml 1 1 1 1 1 1
2. Ditambah batu didih, dipanaskan sampai volume 10-15 ml, didinginkan, atur
pH hingga 3 – 3,2 dengan NH4OH 1 : 1, pindahkan kedalam labu ukur 50,0
ml.
3. Masing-masing tabung tambahkan :
Ammonium asetat,
10 10 10 10 10 10
ml
Fenantrolin, ml 4 4 4 4 4 4
44
G. PEMERIKSAAN MANGAN (Mn2+)
METODE PERSULFAT
1. DASAR TEORI
Mangan dalam air tanah, biasanya ada dalam bentuk ion divalen (valensi 2)
yang larut. Karena tidak ada oksigen, sebagian atau seluruh dari Mn dalam air
pengolahan industri mungkin dalam bentuk valensi tinggi. Penentuan dari Mn total
tidak dapat membedakan variasi dari tingkat valensi. Mn valensi 7 digunakan untuk
mengoksidasi Mn atau bahan organik penyebab rasa. Apabila permanganat
berlebihan akan terbentuk kompleks Mn valensi 4, harus dideteksi dengan
sensitifitas yang tinggi untuk mengontrol pengolahan dan untuk mencegah keluarnya
Mn ke sistem distribusi air. Ada petunjuk bahwa Mn berada dalam air permukaan,
baik dalam bentuk suspensi valensi 4 dan dalam bentuk valensi 3 secara relatif
stabil. Kompleks larut, meskipun kadang-kadang berada lebih dari 1 mg/l. Mn
memberikan noda yang kuat dan tidak disukai pada proses pencucian baju dan
dapat merusak hati. Batas kadar Mn terendah ditentukan pada air yang dapat
diterima berdasarkan efek toksikologi.
2. Ruang Lingkup.
Cara pengujian jadar mangan terlarut dan mangan total yang terdapat dalam air
antara 50- 2000µg/L Mn.;
3. Prinsip
Ion Mn2+ dalam suasana asam, panas dengan bantuan katalis, dioksidasi dengan
persulfat menjadi senyawa manganat yang berwarna ungu kemerahan. Warna yang
terbentuk diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 525 nm.
4. Peralatan
a. Spektrofotometer, yang bekerja pada panjang gelombang 525 nm
b. Kuvet yang mempunyai ketebalan tembus cahaya 1 cm
c. Labu ukur 100 ml
d. Gelas erlemeyer 250 ml
e. Alat-alat gelas lainnya
5. Perekasi
a. Pereaksi Khusus
1) Larutkan 7,5 HgSO4 dalam 40 ml HNO3 pekat dan 20 ml akuades
2) Tambahkan 20 ml H3PO4 pekat (85%) dan 30 mg AgNO3
3) Larutkan dan encerkan sampai 100 ml
45
b. Kristal ammonium persulfat (NH4)2S2O8 atau kalium persulfat K2S2o8
c.Larutan standar Mn dari KMnO4 baku:
1) Pembuatan larutan KMnO4 0,1 N :
a) Timbang 3,2 g KMnO4 p.a. larutkan dengan akuades dan encerkan sampai
1L
b) Panaskan sampai mendidih selama 1 jam.
c) Diamkan pada suhu kamar selama 2 – 3 hari.
d) Saring larutan melalui asbes atau cawan kaca masir (fritted glass filter
cruscible).
e) Pindahkan larutan pada botol yang kering, berwarna gelap bertutup gelas
dan simpan ditempat yang gelap.
f) Jika ada endapan, larutan harus disaring sebelum distandarkan.
g) Tetapkan normalitas larutan KMnO4
2) Pembakuan KMnO4 0,1 N terhadap natrium oksalat:
a) Timbang dengan teliti 0,25 – 0,3 g natrium oksalat (Na2C2O4) p.a.
masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml
b) Larutkan dengan 60 ml akuades dan tambah 15 ml H2SO4 4 N
c) Panaskan 60-90oC dan titrasi dengan KMnO4 sampai warna ungu.
d) Kocoklah hati-hati dan tunggu dulu sampai warna ungu hilang sebelum
penambahan permanganat selanjutnya.
e) Teruskan titrasi sampai warna tak hilang lagi. Pada titik akhir titrasi suhu
harus di atas 60oC
f) Tetapkan blanko, bersamaan dengan pekerjaan tersebut di atas
Normalitas KMnO4 = gram Na2C2O4
(A-B) x 0,06701
A = ml titrasi contoh
B = ml titrasi bkanko
46
c. 0,05 ml;0,1 ml;0,2 ml; 0,3 ml dan seterusnya secara bertingkat baku Mn
yang mengandung 1 ml = 0,11 mg dan setiap baku tambah 50 ml akuades.
b. Kedalam setiap Erlenmeyer tambahkan masing-masing 5 ml pereaksi khusus
c. Panaskan dan didihkan sekama 5 menit
d. Pindahkan dari pemanas dan tambahkan masing-masing 1 g ammonium
persulfat.
e. Didihkan kembali selama 5 menit, dinginkan hingga suhu kamar
f.Pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 ml dan encerkan sampai
tanda batas
g. Kocok sampai bercampur rata dan tentukan kadar mangan.
47
8. Prosedur modifikasi :
Pengolahan contoh, baku dan blanko:
1 2 3 4 5 6 7
Labu Konsentrasi standar (mg/L)
Blanko Sampel
erlenmayer 1 2 3 4 5
Sampel (ml) - - - - - - 50
Standar Mn
50 mg/L (ml) - 1 2 3 4 5 -
Aquadest (ml) 90 ad 90 ad 90 ad 90 ad 90 ad 90 -
1. Tambahkan 0,5 ml HNO3 pekat atau 5 ml HNO3 10%.
2. Tambahkan larutan AgNO3 0,1 N sejumlah equivalen chlorida, dilebihkan 2 ml.
3. Panaskan hingga mendidih (diberi batu didih) volume di bawah 100 ml.
4. Tambahkan kurang lebih 1 gr peroksodisulfat, didihkan lagi selama 1 menit,
5. Dinginkan, pindahkan ke dalam tabung Nessler atau labu ukur 100 ml,
tambahkan aquades yang telah ditambah HNO3 hingga volume tepat 100 ml.
6. Baca pada spektrofotometer pada panjang gelombangn 530 nm, bandingkan
dengan standar aquades yang telah diasamkan dengan HNO3
48
H. PEMERIKSAAN NITRIT (sebagai N)
Metode : Diazotasi
1. RUANG LINGKUP
Metode ini digunakan untuk penentuan nitrit, NO2–N dalam air dan air limbah secara
spektrofotometri pada kisaran kadar 0,01 mg/L sampai dengan 1,00 mg/L NO2–N.
Jika menggunakan kuvet 1 (satu) cm dalam penetuan kadar nitrit, NO2_N dapat
diperoleh kadar sampai dengan 0,18 mg/L NO2–N. Untuk meningkatkan ketelitian
pembacaan dapat digunakan kuvet yang lebih panjang lintasannya (5 cm atau 10
cm) Metode ini digunakan untuk contoh uji air yang tidak berwarna.
2. ACUAN
Badan Standardisasi Nasional, SNI 06-6989.9-2004
3. PRINSIP
Ion nitrit dalam suasana asam pada pH 2-2,5 bereaksi dengan sulfanilamide
yang diazotasikan dengan N-(1-naphtyl) etilen diamin dihidroklorida membentuk
warna ungu kemerahan. Warna yang terbentuk diukur serapannya secara
spektrofotometri pada panjang gelombang 543 nm.
4. Peralatan
a. spektrofotometer sinar tampak dengan kuvet silica;
b. neraca analitik.
c. labu ukur 50 ml; 250 ml; 500 ml dan 1000 ml;
d. pipet volumetrik 1 ml; 2 ml; 5 ml; 10 ml dan 50 ml; atau burat
e. pipet ukur 5 ml;
f. gelas kimia 200 ml dan 400 ml;
g. erlenmeyer 250 ml; dan
5. Pereaksi
a. Akuades bebas nitrit
b. Glass wool
c. Kertas saring bebas nitrit berukuran pori 0,45 µm.
d. Larutan sulfanilamida, H2NC6H4SO2NH2
e. Larutan NED Dihidroklorida
f. Larutan natrium oksalat, Na2C2O4 0,05 N.
g. Larutan kalium permanganat, KMnO4 0,05 N.
h. Larutan induk nitrit, 250 mg/L NO2-N.
( D ) x ( C ) = ( 250 ) x ( 50 )
dengan pengertian :
C adalah kadar NO2-N dalam larutan induk;
D adalah volume larutan induk nitrit yang diperlukan untuk membuat 250 ml,
50 mg/L NO2-N.
50
d. Pembuatan kura kalibrasi NO2-N
1) Pipet 0,0 ml; 1,0 ml; 2,0 ml; 5,0 ml; 10,0 ml; 15,0 ml dan 20,0 ml larutan
baku nitrit (0,5 mg/L) masing-masing ke dalam labu ukur 50 ml.
2) Tambahkan akuades sampai tepat tanda tera sehingga diperoleh kadar
nitrit, NO2 -N 0,00 mg/L; 0,01 mg/L; 0,02 mg/L; 0,05 mg/L; 0,10 mg/L; 0,15
mg/L dan 0,20 mg/L.
3) Ke dalam masing-masing labu ukur tambahkan 1 ml larutan sulfanilamida,
kocok dan biarkan 2 menit sampai dengan 8 menit.
4) Tambahkan 1 ml larutan NED dihidrochlorida, kocok dan biarkan selama 10
menit dan segera lakukan pengukuran absorbansi (pengukuran tidak boleh
dilakukan lebih dari 2 jam) pada panjang gelombang 543 nm.
5) Buat kurva kalibrasi
f. Pemeriksaan/pengujian :
1) Pipet 50,0 ml contoh atau contoh yang diencerkan sampai 50,0 ml dan
masukkan ke dalam labu ukur 50 ml.
2) Tambahkan 2 ml reagen warna dan campur. Diamkan selama 10 menit
3) Ukur serapan pada spektrofotometer pada 543 nm. paling lama 2 jam dari
penambahan reagen warna.
PEMBUATAN PEREAKSI
52
I. PEMERIKSAAN KADAR NH3-N
1. RUANG LINGKUP
Menguji kadar ammonium yang terdapat dalam air antara 0,02 – 5,00 mg/L NH4-N
Menggunakan metode Nessler dengan alat spektrofotometer pada kisaran panjang
gelombang 400 – 500 nm
2. ACUAN
AWWA 4500 – NH3 C ; SNI 06 – 2479 - 1991
3. Pereaksi
a. NH4Cl
b. Larutan Nessler
c. Larutan penyangga borat atau fosfat
d. Larutan NaOH 6 N
e. Larutan H2SO4 1 N
f. larutan asam borat 2%
g. Kertas lakmus yang mempunyai kisaran pH 0 – 14
4. ALAT
a. Tabung Nessler 50 ml
b. pipet ukur 1 ml ; 5 ml ; 10 ml
c. pipet volume 50,0 ml
d. Alat destilasi (jika perlu)
e. Spektrofotometer
b. Bilas semua alat gelas yang digunakan dengan akuades bebas ammonium
53
4) Buang filtrate pertama, lanjutkan penyaringan sisanya hingga didapat
larutan jernih, tak berwarna dan bebas sulfide
5) Atur pH filtrate menjadi netral (pH 7) dengan penambahan H2SO4 1 N
6) Pipet 50,0 ml larutan tersebut, lanjutkan ke butir 4
PEMBUATAN PEREAKSI
1. Larutan standar induk ammonium 1 ml = 1 mg N
1) Larutkan 3,819 g NH4Cl (yang telah dikeringkan pada suhu 100 o C selama 2
jam) dalam labu ukur 1000,0 ml
2) Simpan dalam botol plastic berwarna gelap dan di tempat dingin
9. Larutan K-Na-tartrat
1) Larutkan 50 g KNaC4H4O6.4H2O dalam 100 ml air
54
2) Didihkan larutan kira-kira berkurang 30 ml untuk membebaskan ammonianya,
setelah dingin, larutkan sampai 100 ml
1. DASAR TEORI
Air minum mempunyai batas syarat zat organik yang diukur dengan
banyaknya mg/l KMnO4 yang diperlukan untuk mengoksidisir zat organik yang
diperlukan untuk mengoksidir zat organik yang terkandung didalamnya, dengan
pendidihan selama 10 menit dalam lingkungan asam.
Kandungan zat organik yang melebihi batas memungkinkan pertumbuhan
kuman, disamping menunjukkan pengotoran zat-zat organik yang kemungkinan
membahayakan kesehatan.
DEFINISI Nilai permanganat : adalah Jumlah miligram kalium permanganat yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik dalam 1000 ml air pada kondisi
mendidih
2. RUANG LINGKUP :
Metode ini digunakan untuk penentuan nilai permanganat dengan metode oksidasi
suasana asam dalam contoh air dan air limbah yang mempunyai kadar klorida (Cl -)
kurang dari 300 mg/L.
3. ACUAN :
BSN, SNI 06-6989.22-2004
4. Prinsip
Zat organik di dalam air dioksidasi dengan KMnO4, kelebihan KMnO4 direduksi oleh
asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4.
Reaksi oksidasi KMnO4 dalam kondisi asam sebagai berikut :
KMnO4 + 3 H2SO4 MnSO4 + K2SO4 + 5 On
Zat organik dapat dioksidasi dengan reaksi sebagai berikut :
C2H2O + On 2 CO2 + H2O
5. Bahan
a. Asam sulfat, H2SO4 8 N yang bebas zat organic
b. Kalium permanganat, KMnO4 0,1 N
c. Kalium permanganate 0,01 N
d. Asam oksalat, (COOH)2.2H2O 0,1 N
e. Asam oksalat 0,01 N
55
f. Natrium oksalat (COONa) 2.2H2O
6. Peralatan
a. Labu Erlenmeyer 300 ml;
b. labu ukur 1000 ml dan 100 ml;
c. stop watch;
d. pemanas listrik;
e. gelas ukur 5 ml;
f. pipet ukur 10 ml dan 100 ml;
g. gelas kimia 1000 ml;
h. buret 50 ml; dan
i. termometer
7. Prosedur
Membersihkan Labu Erlenmayer dari Zat Organik :
a. Masukkan 100 ml aquadest kedalam labu erlenmayer 300 ml.
b. Tambahkan 2,5 ml H2SO4 4N bebas zat organik.
c. Tambah tetes demi tetes 0,01 N KMnO4 sampai warna merah.
d. Didihkan selama 10 menit.
e. Bilas dengan aquadest.
f. Simpan khusus untuk pemeriksaan zat organic, hindarkan dari debu.
56
9. Perhitungan
1. Nilai permanganat
PEMBUATAN PEREAKSI
1. Asam sulfat, H2SO4 8 N yang bebas zat organic
1.1. Pindahkan 222 ml H2SO4 pekat sedikit demi sedikit ke dalam 500 ml akuades
dalam gelas kimia sambil didinginkan dan encerkan sampai 1000 ml dalam labu
ukur 1000 ml.
1.2. Pindahkan kembali ke dalam gelas kimia dan tetesi dengan larutan KMnO4
sampai berwarna merah muda.
57
1.3. Panaskan pada temperatur 800C selama 10 menit, bila warna merah hilang
selama pemanasan tambah kembali larutan KMnO4 0,01 N sampai warna
merah muda stabil.
2.1. Larutkan 3,16 g KMnO4 dengan akuades dalam labu ukur 1000 ml. Simpan
dalam botol gelap selama 24 jam sebelum digunakan.
2.2. Penetapan larutan kalium permanganat, KMnO4 0,01 N dengan tahapan
sebagai berikut :
2.2.1 Pipet 100,0 ml akuades secara duplo dan masukkan ke dalam labu
erlenmeyer 300 ml, panaskan hingga 70oC.
2.2.2 Tambahkan 5 ml H2SO4 8 N yang bebas zat organik.
2.2.3 Tambahkan 10,0 ml larutan baku asam oksalat 0,01 N menggunakan
pipet volume.
2.2.4 Titrasi dengan larutan kalium permanganat 0.01 N sampai warna merah
muda dan catat volume pemakaian.
2.2.5 Hitung normalitas larutan baku kalium permanganat dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
V2 X N2 = V1 x N1
dengan pengertian:
V1 adalah ml larutan baku asam oksalat;
N1 adalah normalitas larutan baku asam oksalat yang dipergunakan
untuk titrasi;
V2 adalah ml larutan baku kalium permanganat; dan
N2 adalah normalitas larutan baku kalium permanganat yang tidak dicari.
58
K. PENETAPAN KADAR OKSIGEN TERLARUT
METODE IODOMETRI Modifikasi AZIDA
1. RUANG LINGKUP
Metode ini meliputi cara uji kadar oksigen terlarut (Dissolved oxygen, DO) dari
contoh air dan air limbah untuk contoh yang mengandung > 50 Ug NO2-N/L dan
kadar besi (II) < 1 mg/L dengan mengguakan metode Iodometri (modifikasi azida)
untuk kadar oksigen terlarut sama atau dibawah kejenuhannya
2. ACUAN
a. SNI 06-6989.14-2004
b. Leonore S.F. Cleveri et al. 1988, Standard Methods for the examination of
water and wastewater, No. 4500-O C, 20th edition, Washington DC ; APHA,
AWWA, WEF.
3. DEFINISI
Oksigen terlarut (Dissolved oxygen, DO) :
Jumlah milligram oksigen yang terlarut dalam air atau air limbah yang dinyatakan
dengan mg O2/L
4. PRINSIP
Oksigen terlarut bereaksi dengan ion mangan (II) dalam suasana basa menjadi
hidroksida mangan dengan valensi lebih tinggi (Mn IV). Dengan adanya ion iodide
(I-) dalam suasana asam, ion mangan (IV) akan kembali menjadi ion Mn II) dengan
membebaskan iodine (I2) yang setara dengan kandungan oksigen terlarut. Iodin
yang terbentuk kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat dengan indicator amilum.
5. Bahan
a. MnSO4 20%
b. Pereaksi Iodida-azida (pereaksi O2)
c. NaI atau KI
d. NaN3
e. Asam salisilat
f. H2SO4 6 N
g. Na2S2O3 0,025 N
h. KH(IO3) 2
i. K2Cr2O7
6. Peralatan
1. Botol Winkler
2. Buret mikro 2 ml
3. Pipet volume 5,0 ml ; 10 ml ; dan 50 ml
4. Pipet ukur 5 ml
5. Erlenmeyer 125 ml
6. Gelas kimia 400 ml
7. Labu ukur 1000,0 ml
7. Prosedur
1. Masukkan sampel air ke dalam botol Winkler sampai penuh, tutup
2. Tambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml alkali iodide azida dengan ujung pipet tepat di
atas permukaan larutan
59
3. Tutup segera dan homogenkan hingga terbentuk gumpalan, biarkan gumpalan
mengendap selama 5 menit
4. Tambahkan 1 ml H2SO4 pekat, tutup dan homogenkan hingga endapan larut
sempurna
5. Pipet 50,0 ml, masukkan ke dalam Erlenmeyer 150 ml
6. Titrasi dnegan Na2S2O3 dengan indiketor amilum sampai warna biru tepat hilang
8. Perhitungan
Oksigen terlarut (mg/L) = V x N x 8 x 1000 x F
50
V adalah ml Na2S2O3
N adalah normalitas Na2S2O3
F adalah factor (volume botol : (vol botol – jml ml pereaksi)
1. Larutan MnSO4
a. Larutkan 48 g MnSO4. 4 H2O dengan akuades ke dalam labu ukur 100 ml
atau
b. Larutkan 40 g MnSO4. 2 H2O dengan akuades ke dalam labu ukur 100 ml
atau
c. Larutkan 36,4 g MnSO4. H2O dengan akuades ke dalam labu ukur 100 ml
N = N2 x V2
V1
61
L. PEMERIKSAAN Cr
Metode : Alizarin
1. DASAR TEORI
Dalam proses industri banyak kromium digunakan sehingga dapat
mencemari kadar Cr dalam air minum. Krom dalam air minum dapat bervalensi 6
atau bervalensi 3, tetapi yang tosis adalah krom bervalensi 6. Untuk memeriksa Cr ++
+
, dicari dulu total krom (vol 6 dan vol 3), dan dicari juga kadar Cr valensi 6 (Cr +6),
selisih total Cr+6 dan Cr+3. Krom valensi 3 dioksidasi dengan KMnO4 menjadi Cr+6.
Krom valensi 6 dengan diphenyl carbazide dalam lingkungan asam, membentuk
senyawa komplek yang berwarna merah violet, dapat diperiksa dengan
spektrofotometer dengan membuat kurva kalibrasi standard Cr pada panjang
gelombang 540 nm. Cr+3 tidak memberi warna pada diphenyl carbazide dalam
lingkungan asam.
2. PRINSIP
Cr valensi 6 bereaksi dengan diphenyl carbazide dalam larutan asam,
membentuk senyawa yang berwarna merah violet. Untuk menentukan total
kromium, contoh didestruksi dengan campuran Asam nitrat, Asam sulfat, kemudian
dioksidasi dengan Kalium permanganat, baru direaksikan dengan Diphenyl
carbazide. Warna yang terbentuk diukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 540 nm.
N = N – C6H5
NH – NH – C6H5
C. REAKSI : C=O + CrO42- C + Cr2+ + 4 H2O
NH – NH – C6H5 N = N – C6H5
Diphenyl carbazid Diphenyl carbezone
2+
N = N – C6H5 N = N – C6H5
C=O + Cr2+ C -- O – Cr
N = N – C6H5 N = N – C6H5
62
3. ALAT
Pipet volume, pipet ukur, Labu ukur, Spektrofotometer
4. REAGENSIA
a. Larutan induk Cr 1 ml = 1 mg Cr.
- Diencerkan 20 x menjadi 1 ml = 0,05 mg Cr = 50 mg/L.
b. H2SO 4 1 : 1
c. KMnO4 0,1 N
d. Asam oksalat 0,01 N
e. Larutan 5 Diphenyl carbazide 0,5% dalam aceton/alkohol.
E. CARA KERJA
1. Membuat Kalibrasi Kurva Standar Cr:
a. Menyiapkan 5 labu ukur, masukkan sbb:
Tabung Nessler
I II III IV V
Standar Cr, ml = 50 mg/L 1 2 3 4 5
Sampel, ml - - - - -
H2SO4, ml 2 2 2 2 2
Aquadest 97 96 95 94 93
Diphenyl carbazide, ml 2 2 2 2 2
63
e. Kocok, tambahkan 2 ml Diphenyl carbazide, campur sampai homogen.
f. Tunggu 5 – 10 menit sampai pembentukan warna sempurna.
g. Ukur absorbansinya pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 550 nm,
aquadest dikerjakan sama sebagai blanko.
h. Dibaca pada kurva kalibrasi.
64
M. PEMERIKSAAN DETERGEN
Metode: Methylen Blue
1. DASAR TEORI
Didalam kehidupan modern yang merupakan salah satu akibat daripada
perkembangan budaya masyarakat yang cenderung terus membutuhkan
kelengkapan alat-alat sebagai kebutuhan yang sekunder, maka pola kehidupan
yang konsumtif akan dengan dengan sendirinya meningkat sebagai pernyataan
penggambaran suatu status simbol seseorang baik ditinjau dari segi peningkatan
ekonomisnya, maupun kebutuhan segi-segi praktis. Salah satu alat yang kini
digunakan secara luas sampai pada tingkat masyarakat kampung pun seperti
detergen maupun sabun-sabun yang diproses sebagai synthetis detergent ternyata
penggunannya menimbulkan suatu masalah pencemaran.
Salah satu sumber utama dari pencemaran sabun atau detergen adalah
umumnya rumah tangga (household/domestic pollution sources).
Dibandingkan dengan sabun, maka synthetics soap (sabun sintetis) maupun
detergen justru merupakan suatu bahan kimia yang sisa buangannya lebih tahan
dan tidak berubah dalam berbagai media. Tersebut terakhir ini tidak berubah di
dalam media asam, alkali, maupun “alkalin earth metals”. Beberapa sifat-sifat umum
dari baik sabun maupun detergen adalah merugikan kepentingan kesehatan umum
didalam proses waste water treatment. Karena sifat stabilitas yang mantap sebagai
non biodegradable materials di dalam system hydrological cycle. Detergen
merendahkan tegangan permukaan (inter facial), maupun tegangan dalam air itu
sendiri.
Akibat-akibat ini masih memberikan beraneka ragam akibat sampingan
seterusnya seperti:
1. Meningkatkan kemampuan bercampur dengan bahan-bahan yang basah setiap
ia bersinggungan/berhubungan sehingga mengadakan enulsifikasi terhadap
lemak dan minyak.
2. Mengadakan deflokulasi terhadap colloid.
3. Merangsang untuk mengapungnya zat-zat padat yang membentuksuatu basa.
4. Membunuh bakteri-bakteri yang berguna maupun mikroorganisme lain.
Dewasa ini di dalam pasaran dapat dibedakan 3 tipe utama dari kelompok-
kelompok detergen :
1. Detergen Anionik
65
Umumnya sebagai senyawa yang dapat larut, di dalam struktur kimianya adalah
sulfat dan sulfonat.
2. Detergen Kationik
Dalam struktur kimianya mengandung empat gugus ammonium.
3. Detergent Non-ionik
Merupakan produk kondensasi daripada ethylene oxide dengan bahan-bahan
phenolik atau asam lemak.
Di antara tiga kelompok itu, maka detergen anionik adalah merupakan
jumlah terbesar dalam peredaran di pasaran karena banyak dipakai, serta
merupakan suatu sulfonat. Golongan detergen ini adalah lebih lebih murah dan lebih
stabil dalam air yang “keras“.
Sebaliknya kationik detergen mempunyai sifat yang lebih terbaik di dalam
kemampuan sebagai bakteriside, maupun bakterio statik. Tetapi kelompok ini adalah
mahal, serta tidak banyak digunakan di dalam rumah tangga. Sebaliknya kelompok
non-ionik lebih banyak digunakan di dalam industri daripada sebagai keperluan di
rumah tangga.
Golongan sulfonat ditinjau daru rumus bangun kimianya dibedakan sebagai
“branched chain“ (rantai yang bercabang) dan “straight-chain“ atau rantai lurus.
Tersebut pertama lebih banyak dikenal nama kimianya dengan ABS atau Alkyl
Benzen Sulfonat, sedangkan terakhir dikenal dengan LAS, atau Linier Alkyl Sulfonat.
2. ALAT
a. Spektrofotometer sinar tunggal atau sinar ganda yang mempunyai kisaran
panjang gelombang 190-900 nm dan lebar celah 0,2-2 nm serta telah dikalibrasi
pada saat digunakan.
b. Corong pemisah 250 ml terbuat dari borosilikat
c. Labu ukur 500 dan 1000 ml
d. Mikropipet 250, 500, dan 1000 l
e. Pipet volum 50 ml
f. Pipet ukur 10 ml
g. Kolom pertukaran ion berukuran panjang 20 cm dan diameter 13 cm.
3. REAGEN
a. Serbuk Alkil Sulfonat Linier (ASL) atau Natrium lauril sulfat, C12H25OSO3 Na.
b. Larutan indikator fenolftalein 0,5%.
66
c. Larutan Natrium hidroksida, NaOH 1 N
d. Larutan Asam sulfat, H2SO4 1 N
e. Larutan biru metilen.
f. Kloroform, CHCl3
g. Hidrogen peroksida, H2O2
h. Akuades atau demineralisasi yang mempunyai DHL 0,5-2 mhos/cm.
i. Glass wool
j. Saringan membrane berpori 0,45 m
k. Resin penukar kation
4. CARA KERJA
a. Persiapan contoh uji:
1) Sediakan contoh uji yang telah diambil dengan metode pengambilan contoh
uji kualitas air, SK SNI M-02-1089-F.
2) Ukur contoh uji sebanyak 150 ml secara duplo.
3) Apabila contoh uji mengandung zat tersuspensi, saring contoh uji dengan
saringan membran berpori 0,45 m.
4) Apabila contoh uji mengandung kationik surfaktan dan bahan kationik
lainnya, masukkan contoh uji kekolom penukar ion.
5) Apabila contoh uji mengandung non surfaktan seperti sulfida, tambahkan
kedalam contoh uji beberapa tetes larutan H2O2.
6) Apabila tidak mengandung zat-zat diatas abaikan langkah 2) – 5).
a) Ukur contoh uji sebanyak 100 ml secara duplo dan masukkan kedalam
corong pemisah 250 ml.
b) Tambahkan 3-5 tetes indikator PP dan larutan NaOH 1 N tetes demi tetes
kedalam contoh uji sampai timbul warna merah muda. Kemudian hilangkan
dengan menambahkan H2SO4 1 N tetes demi tetes.
c) Tambahkan larutan biru metilena sabanyak 25 ml, jika warna biru hilang atau
menjadi pucat sekali salama ekstraksi dengan kloroform, berarti kadar ASL
tinggi sekali maka ganti dan buang contoh uji tersebut dan buatlah contoh
seperti pada tabel 1.
d) Tambahkan 10 ml CHCl3 kocok kuat-kuat selama 30 detik, sekali-kali buka
tutup corong untuk mengeluarkan gas.
67
e) Biarkan terjadi pemisahan fase, goyangkan perlahan-lahan, jika terbentuk
emulsi tambahkan sedikit isopropil alkohol (ml), keluarkan lapisan bawah
(CHCl3) dan tampung dalam corong pemisah yang lain.
f) Ulangi ekstraksi seperti pada h dan i sebanyak 2 kali dan satukan larutan
ekstrak tersebut dengan larutan ekstrak pada h.
g) Tambahkan 50 ml larutan pencuci kedalam larutan ekstrak kloroform
gabungan, kocok kuat-kuat selama 30 detik.
h) Biarkan sampai terjadi pemisahan fase, goyangkam perlahan-lahan, dan
keluarkan lapisan bawah (kloroform) melalui serabut kaca, masukkan
kedalam labu ukur (jaga agar lapisan air tidak terbawa).
i) Ulangi ekstraksi terhadap larutan pencuci dengan kloroform seperti pada h
sebanyak 2 kali.
j) Cuci serabut kaca dengan kloroform sebanyak 10 ml dan satukan dengan
larutan ekstrak diatas.
k) Masukan larutan ekstrak kedalam labu ukur 100 ml dan tepatkan dengan
kloroform sampai tepat pada tanda tera.
l) Contoh uji siap diuji.
d. Cara uji :
1) Ambil contoh uji pada 4a.l
68
2) Masukkan kedalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat
serapan-masuknya pada panjang gelombang 652 nm, pembacaan dilakukan
tidak lebih dari 3 jam setelah ekstraksi.
3) Apabila perbedaan pengukuran lebih besar dari 2%, periksa alat dan ulangi
pekerjaan dari langkah 1, bila lebih kecil atau sama dengan 2%, rata ratakan
hasilnya.
69