DAN
PENGUJIAN KUALITAS AIR
Nurhasanah Sujahjo & Ida Dahliawati**
I. Pendahuluan
Beberapa ketentuan jenis kualitas air yang perlu diketahui oleh pengelola
penyedia air minum harus :
1 Menjamin air minum yang diproduksi memenuhi syarat kesehatan dengan
melaksanakan pemeriksaan secara berkala memeriksa kualitas air yang
diproduksi mulai dari :
o pemeriksaan instalasi pengolahan air
o pemeriksaan pada jaringan pipa distribusi
o pemeriksaan pada pipa sambungan ke konsumen
o pemeriksaan pada proses isi ulang dan kemasan
2 Melakukan pengamanan terhadap sumber air baku yang dikelolanya dari
segala bentuk pencemaran berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku.
Dengan mempertimbangkan kegunaan air untuk manusia, karena air
merupakan substrat yang mudah tercemar, maka perlu pengawasan yang
meliputi :
1) Pengamanan lapangan atau inspeksi sanitasi : Pada air minum perpipaan
maupun air minum kemasan, dilakukan pada seluruh unit pengolahan air
minum, mulai dari sumber air baku, instalasi pengolahan, proses
pengemasan bagi air minum kemasan, dan jaringan distribusi sampai
dengan sambungan rumah bagi air minum perpipaan.
2) Pengambilan sample : jumlah, frekuensi dan titik sampel air minum harus
dilaksanakan sesuai kebutuhan, dengan ketentuan minimal sebagai
berikut :
1
Untuk penyediaan air minum perpipaan dan air minum kemasan dan atau
kemasan isi ulang :
(1) Pemeriksaan kualitas bakteriologis
(2) Pemeriksaan kualitas kimiawi
(3) Titik pengambilan sampel air
Data yang diperoleh dari analisis kualitas air tergantung pada teknik analisis
yang digunakan dan metode pengambilan contoh yang baik. Metode
pengambilan contoh yang tepat dan cocok dapat digunakan disesuaikan
dengan jenis maupun lokasi sampling. Dalam pengambilan contoh air perlu
memperhatikan titik sampling, waktu, peralatan yang digunakan, dan jenis
parameter yang akan dianalisis. Metode Pengambilan Contoh Uji Kualitas
Air dapat dilihat pada SNI 06 – 2412 – 1991.
Pengawasan air minum dilakukan dalam upaya memperhatikan dan
meningkatkan derajat kualitas kesehatan masyarakat sebagai konsumen air
minum, agar air yang dikonsumsi tidak menimbulkan gangguan kesehatan.
2
(2) Contoh (sampel) sesaat terpadu ( “Integrated Sample” )
Contoh uji yang diambil dari beberapa aliran (n aliran bagian) pada
saat/ waktu yang sama.
Pengambilan contoh uji dengan cara ini adalah untuk mewakili
seluruh badan air pada saat yang sama, misal untuk mengetahui
beban pencemaran aliran – aliran bagian terhadap sungai induk.
Contoh uji terdiri dari n aliran bagian ( 1 contoh sesaat dari tiap
aliran bagian), dimana volume setiap contoh uji sebanding dengan
debit aliran masing – masing aliran bagian, yaitu :
( i = 1,2,3,……n )
3
Cara sederhana lainnya (walaupun tidak menggambarkan contoh
campuran murni) adalah sbb. :
x = 120 menit ( 2 jam )
x/y = 15 menit
y = 120/15 = 8
Volume total sampel = 2 liter ( 2000 ml )
Volume sampel bagian = 2000 ml/8 = 125 ml
Jumlah frekwensi, dan titik pengambilan contoh air dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan.
Persiapan
Hal – hal yang perlu diperhatikan pada persiapan pengambilan contoh
uji, yaitu :
(1) Siapkan peralatan untuk pengambilan contoh uji (sampling ),
termasuk instrumen/alat pengukuran untuk melakukan analisa di
lapangan, dan cek kelayakannya.
(2) Siapkan wadah (tempat contoh uji) dengan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan. dan bersihkan dari kotoran (lumut, jamur) dan
dari contoh uji bekas (terdahulu). Bilas wadah yang sudah bersih
dengan aquadest.
(3) Bersihkan peralatan sampling lainnya pipa/selang pompa dan
semua alat-alat yang akan dialiri oleh contoh uji, dari kotoran
( lumut, jamur dll.) dan dari contoh bekas terdahulu.
(4) Cegah adanya kontaminasi dari logam/peralatan sampling, dari
minyak pelumas/oli/bensin.
(5) Bilas wadah dan semua peralatan sampling yang akan dialiri
dengan contoh uji
Beberapa istilah yang ada dalam materi pengambilan contoh ini antara
lain adalah :
1) sumber air adalah air permukaan, air tanah, air hujan
2) contoh uji adalah air yang diambil untuk keperluan
pengujian/pemeriksaan kualitas di laboratorium;
3) pemantauan kualitas air adalah pemeriksaan kualitas air yang
dilakukan secara terus menerus pada lokasi tertentu dalam periode
tertentu;
4) contoh air sesaat (grap sample) adalah contoh air yang diambil
sesaat dari suatu lokasi tertentu;
4
5) contoh air gabungan waktu (composite sample) adalah campuran
contoh-contoh sesaat yang diambil dari suatu lokasi pada waktu
yang berbeda;
6) contoh gabungan tempat (integrated sample) adalah campuran
contoh-contoh sesaat yang diambil dari lokasi atau titik yang
berbeda pada waktu yang sama;
7) Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.
5
Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan bakteri, yaitu botol gelas
yang ditutup kapas atau aluminium foil, tahan panas dan tekanan
selama proses sterilisasi.
Alat pengambilan contoh untuk pemeriksaan plankton berupa
jaringan yang berpori 173 mesh/inchi.
Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan hewan benthos, misalnya
Echman grap, digunakan untuk pengambilan contoh pada sumber
air yang alirannya relatif kecil.
3) Bahan
6) Volume contoh
Volume contoh disesuaikan dengan tujuan pengambilan contoh air
8
Untuk pemeriksaan kualitas bakteriologi :
Tahapan Kerja
Urutan pelaksanaan pengambilan contoh air adalah sebagai
berikut :
o Menentukan lokasi pengambilan contoh
o Menentukan titik pengambilan contoh
o Melakukan pengambilan contoh
o Melakukan pemeriksaan kualitas air di lapangan
o Melakukan pengawetan contoh dan perlakuan pendahuluan
o Pelabelan, pengepakan dan pengangkutan contoh ke
laboratorium
1) Penentuan lokasi
Lokasi pengambilan contoh ditentukan berdasarkan tujuan
pemeriksaan kualitas air.
(1)Penentuan kualitas air pada daerah pengaliran sungai
didasarkan pada :
a) Sumber air alamiah, yaitu lokasi pada tempat yang belum
atau masih sedikit mengalami pencemaran;
b) Sumber air tercemar, yaitu lokasi pada tempat yang telah
mengalami perubahan atau di hilir sumber pencemaran;
c) Sumber air yang dimanfaatkan, yaitu lokasi pada tempat
penyadapan pemanfaatan sumber air.
9
(2)Pemantauan kualitas air pada danau/waduk didasarkan pada :
Tempat masuknya sungai ke danau/waduk
Di tengah danau/waduk
Lokasi penyadapan air untuk pemanfaatan
Tempat keluarnya air danau/waduk
A. Di sungai.
(1) Bila contoh uji diambil dari saluran/sungai dsb. Yang mempunyai
kedalaman lenih dari 5 meter dan alirannya cukup turbulen bagi air
menjadi homogen, contoh uji diambil pada kira – kira 1/2 sampai
2/3 tinggi penampang basah di bawah permukaan air (lihat gb 1).
Bila dekat dengan lapisan permukaan air, ada risiko bahwa lapisan
air mengandung banyak zat terapung , seperti lumut, minyak,
lemak dsb. dan bila dekat dengan dasar sungai, mengandung zat –
zat yang mengendap dan bila diambil ditepi sungai yang tidak
dilapisi semen atau tidak dipasang turap,jangan terlalu dekat ke
tepi karena lapisan tanah pada tepi sungai dapat tergerus oleh
aliran air.
Lumut, minyak,
lemak Gambar 1.
Cara pengambilan sampel
yang mewakili sampel air
1/2 – 2/3
sungai
Zat tersuspensi/
endapan 1/3 – 1/2
10
(2) Bila contoh uji diambil dari saluran atau sungai yang terdiri dari
aliran –aliran yang terpisah, misalnya pada musim kering, sampel
harus diambil dari aliran bagian yang paling besar dan yang
dianggap bersifat sama dengan keadaan asli air sungai tersebut.
(3) Bila penampang sungai tidak teratur (irregular) contoh uji harus
diambil (bila mungkin) di tengah aliran utama, yaitu dimana tinggi
penampang basah terbesar dan alirannya tidak terganggu.
Pengambilan sampel bisa dilakukan dari perahu atau dari
jembatan (lihat gambar 2).
Gambar 2.
Cara pengambilan sampel di sungai dengan beberapa aliran
bagian.
(4) Bila contoh uji diambil dari saluran atau anak sungai yang
bermuara pada sungai induk atau laut. Harus diingat bahwa tinggi
permukaan air sungai atau laut, dapat berubah pada waktu hujan
atau air pasang. Pada saat itu air sungai atau air laut masuk ke
dalam anak – anak sungai, sehingga sifat – sifat air di anak –
anak sungai, akan dipengaruhi oleh induk sungai atau laut. Untuk
menghindari hal tersebut, titik pengambilan sampel harus dipilih
cukup jauh dari muara, dimana aliran anak sungai tidak
terganggu (lihat gambar3).
(5) Contoh pada gambar 3., jika pada titik A, aliran terganggu,
maka titik pengambilan sampel dilakukan di B yaitu pada lokasi
yang tidak terganggu.
11
Anak sungai Gambar 3.
Cara pengambilan sampel jika
aliran anak sungai terganggu
B Aliran anak sungai
Yang tidak terganggu
Cek
dam Aliran anak sungai
A Yang dapat terganggu
(6) Bila antara tempat pengambilan contoh uji yang aman dan
muara (tempat yang terganggu alirannya) juga merupakan
tempat pembuangan air tercenar yang harus diselidiki pula, maka
cara pengambilan sampel harus difikirkan. Atau contoh uji diambil
di tempat yang tidak terganggu, namun jumlah sampel harus
diperbanyak dan pengukuran debit harus teliti, agar supaya
interpretasi keadaan dapat didukung oleh data – data yang cukup
lengkap dan tepat.
B. Di danau / waduk
12
Tabel. 2. Frekuensi Pengambilan Contoh dan Analisa Parameter
PARAMETER UNIT PROSES / FREKUENSI ANALISA
I F II F III F IV F
pH v 1x /j v 1x /j v 1x/4j v
CO2 Bebas, mg/l CaCO3 v 1x/4j v
Alkalinitas, mg/l CaCO3 v 1x/4j V
Kesadahan Total, mg/l v 1x/4j v
CaCO3
Kalsium v 1x/4j v
Besi, mg/l v
Mangan, mg/l v
Ammonium, mg/l N v
Nitrit, mg/l N v
Nitrat, mg/l N v
Sulfat, mg/l SO42– v
Klorida, mg/l Cl– v
Flourida, mg/l F– v
Zat organik, mg/l KMnO4 v
Suhu v 1x/4j v
Daya Hantar Listrik v 1x/4j v
Turbidity, NTU v 1x /j v 1x /j v 1x / j v
W a r n a, mg/l Pt.Co v 1x/4j v
Zat padat terlarut (TDS), mg/l v
Logam *) , mg/l v
ORP, mv v
Sisa klor bebas, mg/l Cl2 v x)
Sisa klor total , mg/l Cl2 v x)
O2 terlarut (DO) , mg/l O2 v 1x /h v x)
O2 terlarut (24 jam) , mg/l O2 v 1x /h v x)
Coliform total, MPN v **)
Coli Tinja, MPN v **)
KETERANGAN :
I = Setelah proses : KOAGULASI - FLOKULASI
II = Setelah proses : SEDIMENTASI
III = Setelah proses: FILTRASI
IV = Air baku dan setelah proses STABILISASI - DESINFEKSI
F = Frekuensi analisa/pengukuran
*) = Jenis logam tergantung material pipa
**) = Ada aturan tersendiri
x) = Tidak dilakukan untuk air baku
j = jam ; h = hari
15
Cara – cara pengawetan contoh uji untuk beberapa parameter
analisa dapat dilihat pada tabel 3. berikut.
16
Fluorida 300 P tidak diperlukan 28 hari / 28 hari
Sisa Khor 500 P,G dianalisa segera 0,5 jam / tidak
diijinkan disimpan
Sianida ( CN– ) total 500 P,G didinginkan di tempat gelap, 24 jam / 14 hari :
ditambah NaOH sampai pH > 12
24 jam jika ada Sulfida
Iodin 500 P,G dianalisa segera 0,5 jam / NS
S u l f a t – P,G didinginkan 28 hari / 28 hari
B o r o n 100 P tidak diperlukan 28 hari / 6 bulan
Bromida – P,G tidak diperlukan 28 hari / 28 hari
Sulfida 100 P,G didinginkan, ditambah 4 tetes
asam asetat 2N per 100 ml ;
ditambah NaOH sampai pH > 9
Salinitas 200 G dianalisa segera 6 bulan / NS
disegel atau disimpan pada tempat
lilin yang disegel lilin
Silika – P didinginkan tidak sampai beku 28 hari / 28 hari
Fosfat 100 G(A) untuk fosfat terlarut, saring 48 jam / NS
segera, dinginkan
F e n o l 500 P,G didinginkan , ditambah H2SO4 *) / 28 hari
didinginkan, jika ada sisa khlor
Pestisida – G (S), 7 hari / 7 hari sampai
tambah 100 mg/lNa2S2O3
TFE lined diekstraksi
cap 40 hari setelah
ekstraksi
Ozon 1000 G analisa segera 0,5 jam / NS
Minyak & Lemak 1000 G,mulut didinginkan, ditambah H2SO4 28 hari / 28 hari
lebar sampai pH < 2
BOD 1000 P,G didinginkan 6 jam / 48 jam
17
Raksa ( Mercury) Hg 500 P (A), ditambah HNO3 sampai pH < 2 ; 28 jam / 28 jam
G(A) didinginkan pada
4 oC
Keterangan :
18
terlebih dahulu mengenai ekosistem air (water ecosystem), bahwa peredaran
air di bumi ini sangat luas.
Karena ”X” merupakan zat-zat yang larut dalam air, maka efek kelarutannya
dalam air akan menimbulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Pengaruh toksisitas;
2. Pengaruh reaksi-reaksi yang ditimbulkan pada berbagai penggunaan
berupa :
- Pengendapan berlebihan
- Timbulnya busa yang sulit dimusnahkan (non-biodegradeble)
- Timbulnya pengaruh fisiologis yang tidak diinginkan terhadap rasa
atau pengaruh bau
- Berubahnya wujud fisik air.
19
Semua pengotor yang ada di dalam air tidak boleh terjadi, kontaminasi dari
masing-masing sumber akan berbeda. Substansi di atas umumnya
terkandung di dalam air yang terdapat di alam dan memberikan pengaruh
terhadap mutu air. Substansi yang tersuspensi seperti bakteri dapat
menyebabkan penyakit, kandungan algae atau protozoa dapat menyebabkan
bau, kekeruhan atau warna air, sedangkan lumpur adalah salah satu
substansi yang menyebabkan kekeruhan.
3.2. Pengawasan
Pengawasan air minum dilaksanakan melalui kegiatan :
1. Inspeksi sanitasi dan pengambilan contoh air termasuk air pada
sumber air baku, proses produksi, jaringan distribusi, dan air minum
isi ulang dan air minum dalam kemasan;
2. Pemeriksaan kualitas air dilakukan di tempat/di lapangan dan atau di
laboratorium;
21
3. Analisis hasil pemeriksaan laboratorium dan pengamatan lapangan;
4. Memberi rekomendasi untuk mengatasi masalah yang ditemui dari
hasil kegiatan di atas yang ditujukan kepada pengelola penyediaan
air minum;
5. Tindak lanjut upaya penanggulangan/perbaikan dilakukan oleh
pengelola penyediaan air minum;
6. Penyuluhan kepada masyarakat.
Perhitungan efisiensi :
(Influen - Effluen)
--------------------- x 100 %
Influen
22
4.1. Instalasi Penjernihan Air
Instalasi penjernihan air, yang selanjutnya disebut paket unit IPA adalah
suatu unit instalasi penjernihan air yang dapat mengolah air baku
melalui proses fisik kimia sehingga menghasilkan air minum;
Keterangan
1. Pengaduk cepat (static mixer)
2. Pengaduk lambat
3. Unit pengendap dngan plat settler;
4. Saringan Pasir Cepat;
23
Tabel 4 : Unit pengolahan pada Instalasi Pengolahan Air
NO UNIT FUNGSI
1 Pengaduk Untuk meratakan bahan kimia yang dibutuhkan supaya
Cepat dapat bercampur dengan air secara merata
4 Saringan Menyaring partikel flok yang masih terbawa aliran dari bak
pengendap
Al2(SO4)3
Kapur
5
sungai
Kaporit
1 2 3 6
Bak Penampung Air Olahan
Konsumen
Contoh LHU pemeriksaan kualitas Air Baku dan Air Hasil Olahan
Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang dibandingkan dengan standar dan
metode yang digunakan untuk pengujian.
24
Keterangan : I = Air Baku , II = Air Hasil Olahan
Daftar Pustaka
SNI IPA -19-6773-2002 Spesifikasi Paket Unit Instalasi Penjernihan Air Sistem
Konvensional dengan Struktur Baja
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. : 907/MENKES/SK/VII/2002
SNI 06 – 2412 – 1991, Metode Pengambilan Contoh Uji Kualitas Air
Alaerts, G, Metoda Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya, 1984
Daryanto, Masalah Pencemaran, Tarsito, Bandung, 2004
25