Anda di halaman 1dari 27

PENGAMBILAN CONTOH UJI AIR

DAN
PENGUJIAN KUALITAS AIR
Nurhasanah Sujahjo & Ida Dahliawati**

I.

Pendahuluan

Pengambilan sampel dan pengujian kualitas air dilakukan untuk berbagai


keperluan, diantaranya untuk:
-

dibandingkan dengan standar (baku mutu yang disyaratkan)


mengetahui kinerja suatu sistem pengolahan (Seperti : IPA, IPAL,IPLT)
monitoring kualitas (air sungai, air danau)
merancang model sistem pengolahan
mengetahui efisiensi sistem pengolahan

Beberapa ketentuan jenis kualitas air yang perlu diketahui oleh pengelola
penyedia air minum harus :
1 Menjamin air minum yang diproduksi memenuhi syarat kesehatan dengan
melaksanakan pemeriksaan secara berkala memeriksa kualitas air yang
diproduksi mulai dari :
o pemeriksaan instalasi pengolahan air
o pemeriksaan pada jaringan pipa distribusi
o pemeriksaan pada pipa sambungan ke konsumen
o pemeriksaan pada proses isi ulang dan kemasan
2 Melakukan pengamanan terhadap sumber air baku yang dikelolanya dari
segala bentuk pencemaran berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku.
Dengan mempertimbangkan kegunaan air untuk manusia, karena air
merupakan substrat yang mudah tercemar, maka perlu pengawasan yang
meliputi :
1) Pengamanan lapangan atau inspeksi sanitasi : Pada air minum perpipaan
maupun air minum kemasan, dilakukan pada seluruh unit pengolahan air
minum, mulai dari sumber air baku, instalasi pengolahan, proses
pengemasan bagi air minum kemasan, dan jaringan distribusi sampai
dengan sambungan rumah bagi air minum perpipaan.
2) Pengambilan sample : jumlah, frekuensi dan titik sampel air minum harus
dilaksanakan sesuai kebutuhan, dengan ketentuan minimal sebagai
berikut :

Untuk penyediaan air minum perpipaan dan air minum kemasan dan atau
kemasan isi ulang :
(1) Pemeriksaan kualitas bakteriologis
(2) Pemeriksaan kualitas kimiawi
(3) Titik pengambilan sampel air
Data yang diperoleh dari analisis kualitas air tergantung pada teknik analisis
yang digunakan dan metode pengambilan contoh yang baik. Metode
pengambilan contoh yang tepat dan cocok dapat digunakan disesuaikan
dengan jenis maupun lokasi sampling. Dalam pengambilan contoh air perlu
memperhatikan titik sampling, waktu, peralatan yang digunakan, dan jenis
parameter yang akan dianalisis. Metode Pengambilan Contoh Uji Kualitas
Air dapat dilihat pada SNI 06 2412 1991.
Pengawasan air minum dilakukan dalam upaya memperhatikan dan
meningkatkan derajat kualitas kesehatan masyarakat sebagai konsumen air
minum, agar air yang dikonsumsi tidak menimbulkan gangguan kesehatan.
II.

Pengambilan Contoh Uji

Umum
Maksud pengambilan contoh uji (sampling), adalah mengumpulkan
volume contoh uji yang akan diteliti dengan jumlah sekecil mungkin,
tetapi masih mewakili (representatif), yaitu masih mempunyai sifatsifat
yang sama dengan sumber contoh tersebut (misal badan air/sungai,
danau/waduk, mata air, sumur dll.).
Pengambilan contoh uji adalah merupakan langkah pertama dari
serangkaian penelitian suatu badan air, dimana urutannya adalah
sebagai berikut :
(1) Pengambilan contoh uji yang representatif
(2) Transportasi dan penanganan contoh uji
(3) Analisa di laboratorium
Jadi jelas bahwa hasil analisa hanya berlaku, jika langkah langkah
lain telah dilaksanakan dengan lengkap.
Jenis Contoh Uji
Ada 3 (tiga) jenis contoh uji ( sampel ), yaitu :
(1)Contoh ( sampel ) sesaat ( Grab sample ) :
Contoh uji yang diambil di satu titik dan di suatu saat atau volume
contoh uji yang diambil langsung dari badan air yang sedang diteliti.

(2)

Contoh (sampel) sesaat terpadu ( Integrated Sample )


Contoh uji yang diambil dari beberapa aliran (n aliran bagian) pada
saat/ waktu yang sama.
Pengambilan contoh uji dengan cara ini adalah untuk mewakili
seluruh badan air pada saat yang sama, misal untuk mengetahui
beban pencemaran aliran aliran bagian terhadap sungai induk.
Contoh uji terdiri dari n aliran bagian ( 1 contoh sesaat dari tiap
aliran bagian), dimana volume setiap contoh uji sebanding dengan
debit aliran masing masing aliran bagian, yaitu :
volume contoh bagian i
---------------------------------volume contoh terpadu

debit aliran bagian i


-----------------------------debit total

( i = 1,2,3,n )
(3)

Contoh (sampel) campuran ( Composite sample )


Contoh uji yang diambil di satu titik pada beberapa saat. Jenis
contoh uji cara ini adalah dimaksudkan untuk mewakili secara
merata perubahan parameter pada suatu badan air yang sedang
diteliti selama masa yang cukup panjang secara mendetail dengan
pekerjaan yang terbatas.
Contoh campuran meliputi x menit dan terdiri dari y contoh bagian
yang diambil setiap x/y menit, dengan volume tiap contoh uji sesuai
dengan volume air yang mengalir melalui titik pengambilan contoh
dalam waktu x/y menit ( sekitar pengambilan contoh tersebut),
sehingga :
volume contoh bagian i
volume air selama x/y menit
---------------------------------- = -----------------------------------------------volume contoh campuran seluruh volume air selama x menit
Untuk pengambilan contoh uji (sampel) campuran biasanya
digunakan alat pengambilan contoh uji otomatis yang dilengkapi
dengan pengukur debit. Tetapi bila alat tersebut tidak ada, maka
scontoh bagian diambil dengan volume yang diperkirakan cukup,
kemudian debit air dihitung secara manual (penampamg sungai x
kecepatan aliran). Dengan rumus di atas maka volume setiap
sampel bagian dapat dihitung untuk digabungkan/dicampur menjadi
sampel campuran.

Cara sederhana lainnya (walaupun tidak menggambarkan contoh


campuran murni) adalah sbb. :

x
= 120 menit ( 2 jam )

x/y
= 15 menit

y
= 120/15 = 8

Volume total sampel


=
2 liter ( 2000 ml )

Volume sampel bagian = 2000 ml/8 = 125 ml


Jumlah frekwensi, dan titik pengambilan contoh air dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan.
Persiapan
Hal hal yang perlu diperhatikan pada persiapan pengambilan contoh
uji, yaitu :
(1) Siapkan peralatan untuk pengambilan contoh uji (sampling ),
termasuk instrumen/alat pengukuran untuk melakukan analisa di
lapangan, dan cek kelayakannya.
(2) Siapkan wadah (tempat contoh uji) dengan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan. dan bersihkan dari kotoran (lumut, jamur) dan
dari contoh uji bekas (terdahulu). Bilas wadah yang sudah bersih
dengan aquadest.
(3) Bersihkan peralatan sampling lainnya pipa/selang pompa dan
semua alat-alat yang akan dialiri oleh contoh uji, dari kotoran
( lumut, jamur dll.) dan dari contoh bekas terdahulu.
(4) Cegah adanya kontaminasi dari logam/peralatan sampling, dari
minyak pelumas/oli/bensin.
(5) Bilas wadah dan semua peralatan sampling yang akan dialiri
dengan contoh uji
Istilah dan Definisi
Beberapa istilah yang ada dalam materi pengambilan contoh ini antara
lain adalah :
1)
2)
3)
4)

sumber air adalah air permukaan, air tanah, air hujan


contoh uji adalah air yang diambil untuk keperluan
pengujian/pemeriksaan kualitas di laboratorium;
pemantauan kualitas air adalah pemeriksaan kualitas air yang
dilakukan secara terus menerus pada lokasi tertentu dalam periode
tertentu;
contoh air sesaat (grap sample) adalah contoh air yang diambil
sesaat dari suatu lokasi tertentu;

5)
6)
7)

contoh air gabungan waktu (composite sample) adalah campuran


contoh-contoh sesaat yang diambil dari suatu lokasi pada waktu
yang berbeda;
contoh gabungan tempat (integrated sample) adalah campuran
contoh-contoh sesaat yang diambil dari lokasi atau titik yang
berbeda pada waktu yang sama;
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.

Persyaratan Pengambilan Contoh Air


1) Peralatan
Alat pengambilan contoh air harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh air
(misalnya untuk keperluan pemeriksaan logam, alat pengambilan
contoh tidak terbuat dari logam),
Mudah dicuci dari bekas contoh sebelumnya,
Contoh mudah dipindahkan ke botol penampung tanpa ada sisa
bahan tersuspensi di dalamnya,
Kapasitas alat disesuaikan dengan keperluan dan tergantung dari
maksud pemeriksaan,
Mudah dan aman dibawa
2) Jenis Alat Pengambilan Contoh Air
Alat pengambil contoh sederhana (ember plastik, botol).
Botol biasa diberi pemberat yang dapat digunakan pada kedalaman
tertentu.
Alat pengambil contoh setempat secara mendatar yang digunakan
untuk pengambilan contoh di sungai atau air mengalir pada
kedalaman tertentu.
Alat pengambil contoh secara tegak, untuk mengambil contoh pada
lokasi yang airnya tenang atau aliran sangat lambat pada
kedalaman tertentu, seperti di danau, waduk dan muara sungai.
Alat pengambil contoh pada kedalaman yang terpadu, untuk
mendapatkan contoh yang mewakili semua lapisan air.
Alat pengambil contoh secara otomatis, digunakan untuk contoh
gabungan waktu dari air limbah atau air sungai tercemar, agar
diperoleh kualitas air rata-rata selama periode tertentu.
Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan gas terlarut yang
dilengkapi tutup sehingga alat dapat ditutup segera setelah terisi
penuh.
5

Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan bakteri, yaitu botol gelas


yang ditutup kapas atau aluminium foil, tahan panas dan tekanan
selama proses sterilisasi.
Alat pengambilan contoh untuk pemeriksaan plankton berupa
jaringan yang berpori 173 mesh/inchi.
Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan hewan benthos, misalnya
Echman grap, digunakan untuk pengambilan contoh pada sumber
air yang alirannya relatif kecil.

Gambar 1 : Alat Pengambil Contoh Air

3) Bahan
(1) Untuk pengawetan contoh
Pengawetan contoh dimaksudkan untuk menghambat agar unsurunsur yang terkandung di dalam contoh tidak mengalami
perubahan baik secara fisika, kimia maupun bakteriologi.
Bahan kimia yang digunakan untuk pengawetan harus memenuhi
bahan kimia untuk analisis. Pengawetan contoh diperlukan apabila
pemeriksaan contoh tidak dapat dilakukan langsung di lapangan.
Persyaratan pengawetan haruslah tidak mengganggu atau
merubah zat yang akan diperiksa. Pengawetan yang terbaik
adalah dengan cara pendinginan pada suhu 4 oC atau lebih rendah
lagi, karena tidak menggunakan bahan kimia.
(2) Wadah contoh air
Persyaratan wadah contoh air adalah sebagai berikut :
Terbuat dari bahan gelas atau plastik
Dapat ditutup dengan rapat
Mudah dicuci dan tidak mudah pecah
Wadah untuk pemeriksaan bakteri harus dapat disterilkan
Tidak menyerap zat-zat kimia dari contoh
Tidak melarutkan zat-zat kimia ke dalam contoh
Tidak menimbulkan reaksi antar wadah dan contoh air
6

4)

Teknisi pengambilan contoh air


Teknisi pengambilan contoh harus sudah terlatih dan mampu.

5) Sarana pengambilan contoh


Sedapat mungkin gunakan jembatan atau lintasan gantung
Menggunakan perahu atau sejenisnya
Untuk sumber air yang dangkal
6) Volume contoh
Volume contoh disesuaikan dengan tujuan pengambilan contoh air
Waktu dan Frekwensi Pengambilan Contoh
(1) Waktu pengambilan contoh
Untuk pemantauan kualitas air, interval waktu pengambilan contoh
diatur pada hari dan jam yang berbeda, sehingga dapat diketahui
perbedaan kualitas air setiap hari maupun setiap jam. Sebagai
contoh apabila pengambilan contoh pertama dilakukan pada hari
Senin jam 06.00, maka pengambilan contoh selanjutnya dilakukan
pada hari Selasa jam 07.00, dst
(2) Frekwensi pengambilan contoh
Frekwensi pengambilan contoh untuk keperluan pemantauan
dilakukan berdasarkan keperluan atau apabila belum ditetapkan,
maka sebagai pegangan dapat dilakukan sebagai berikut :
Untuk sungai/saluran yang tercemar berat, setiap 2 minggu
sekali, selama satu tahun;
Untuk sungai/saluran yang tercemar ringan sampai sedang,
sebulan sekali, selama satu tahun;
Untuk air alami yang belum tercemar, setiap 3 bulan sekali
selama satu tahun;
Untuk air danau/waduk, setiap 2 bulan selama satu tahun;
Untuk aliran air tanah, setiap 3 bulan selama satu tahun.
Alternatif lain untuk Frekuensi dan Jumlah Contoh Uji
Frekuensi pengambilan contoh uji, dipengaruhi oleh faktor faktor
berikut :
(1) Perubahan perubahan beban pencemaran dan puncak yang tidak
bisa diabaikan, khususnya pada parameter kualitas air yang akan
diteliti. Perlu taksiran teoritis dahulu, misalnya karena adanya
industri, kota, perubahan debit sungai dsb.
(2) Maksud dan tujuan analisa, misalnya air sungai yang digunakan
sebagai air baku untuk produksi air minum dan air hasil produksi
7

harus diperiksa kualitasnya karena ada hubungannya dengan


kesehatan masyarakat, walaupun kualitas air baku biasanya
diabaikan.
(3) Contoh lain adalah dalam merencanakan sebuah instalasi
pengolahan air minum (IPA), dari air baku sampai menjadi air hasil
olahan (produksi), melalui proses proses pengolahan di IPA,
membutuhkan waktu 2 jam, tidak diperlukan frekuensi pengambilan
contoh uji air kurang dari 2 jam, dan untuk analisa
parameter
kualitas air dengan efek racun kronis (jangka panjang) dan
konsentrasi rendah, maka frekuensi pengambilan contoh uji pun
rendah. Sebaliknya apabila efek racun akut (jangka pendek) dan
konsentrasi tinggi, tetapi masa pencemaran singkat, maka
memerlukan frekuensi pengambilan contoh yang tinggi.
(4) Peralatan dan dana yang tersedia:
Sebenarnya biaya pengambilan contoh uji bisa cukup murah, tetapi
biaya pengangkutan dan analisa, dapat membatasi jumlah contoh uji
dan jumlah parameter yang dianalisa. Oleh karena itu harus
dipertimbangkan :
o Jumlah parameter yang akan dianalisa per contoh
o Jumlah contoh
o Jumlah titik pengambilan contoh.
Dari uraian di atas, sebetulnya sulit untuk menentukan frekuensi
pengambilan contoh yang ideal, misalnya tergantung pada sifat
badan air yang akan diteliti, maksud dan tujuan penelitian, dan jenis
analisa.
Pengawasan badan air secara rutin ( setelah penelitian selesai
dilakukan ), pengambilan contoh uji tidak perlu sesering pada waktu
penelitian, misal contoh sesaat diambil satu kali per hari, pada saat
pencemaran paling tinggi (waktu puncak) diduga terjadi. Dengan
bertambahnya pengalaman, penentuan frekuensi akan lebih mudah
lagi.
Tata cara pelaksanaan pengawasan kualitas air minum yang
diselenggarakan secara terus menerus dan berkesinambungan agar air
yang digunakan oleh penduduk terjamin kualitasnya, sesuai dengan
persyaratan kualitas air minum yang tercantum pada Keputusan Menteri
Kesehatan RI,
Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, ada anjuran
mengenai jumlah, frekuensi dan jumlah sampel air minum untuk
pemeriksaan kualitas air sebagai berikut :

Untuk Sistem Penyediaan Air Minum Perpipaan :


8

Untuk pemeriksaan kualitas bakteriologi :

Untuk pemeriksaan kualitas bakteriologi, jumlah minimal sampel


tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel. 1 : Jumlah Minimal Sampel Air Minum Pada Jaringan Distribusi
Penduduk yang dilayani

Jumlah minimal sampel per bulan

< 5000 jiwa

1 sampel

5000 s/d 10.000 jiwa

1 sampel / 5000 jiwa

> 10.000 jiwa

1 sampel per 10.000 jiwa, ditambah


10 sampel tambahan

Untuk pemeriksaan kualitas kimiawi :


(a) Jumlah sampel air minum perpipaan pada jaringan distribusi
minimal 10 % dari jumlah sampel untuk pemeriksaan bakteriologi
(b) Air baku diperiksa minimal satu sampel setiap tiga bulan sekali.

Tahapan Kerja
Urutan pelaksanaan pengambilan contoh air adalah sebagai
berikut :
o Menentukan lokasi pengambilan contoh
o Menentukan titik pengambilan contoh
o Melakukan pengambilan contoh
o Melakukan pemeriksaan kualitas air di lapangan
o Melakukan pengawetan contoh dan perlakuan pendahuluan
o Pelabelan, pengepakan dan pengangkutan contoh ke
laboratorium
Cara Pelaksanaan Pengambilan Contoh
1)

Penentuan lokasi
Lokasi pengambilan contoh ditentukan berdasarkan tujuan
pemeriksaan kualitas air.
(1)Penentuan kualitas air pada daerah pengaliran sungai
didasarkan pada :
a)
Sumber air alamiah, yaitu lokasi pada tempat
yang belum atau masih sedikit mengalami pencemaran;
b)
Sumber air tercemar, yaitu lokasi pada tempat
yang telah mengalami perubahan atau di hilir sumber
pencemaran;
9

c)

Sumber air yang dimanfaatkan, yaitu lokasi


pada tempat penyadapan pemanfaatan sumber air.

(2)Pemantauan kualitas air pada danau/waduk didasarkan pada :


Tempat masuknya sungai ke danau/waduk
Di tengah danau/waduk
Lokasi penyadapan air untuk pemanfaatan
Tempat keluarnya air danau/waduk
2)

Menentukan titik pengambilan contoh


Penentuan tiitk / lokasi pengambilan contoh uji harus dipilih
sedemikian rupa sehingga mewakili secara keseluruhan dari sistem
penyediaan air minum tersebut, termasuk sampel air baku.
Titik pengambilan contoh uji harus dipilih mengingat kecepatan
aliran yang tidak merata. Sifat air yang tidak homogen, maka
diperlukan data data mengenai badan air secara keseluruhan. Titik
pengambilan contoh uji harus dipilih supaya contoh uji yang diambil
dapat dianggap mewakili seluruh badan air dan tidak hanya satu
bagian dengan karakteristik yang kebetulan dapat diselidiki.
Karena setiap keadaan dan situasi berbeda, maka agak sulit untuk
memberi petunjuk yang umum. Di bawah ini diberikan anjuran yang
diharapkan dapat dipertimbangkan untuk pelaksanaan pengambilan
contoh uji, yaitu :

A. Di sungai.
(1) Bila contoh uji diambil dari saluran/sungai dsb. Yang mempunyai
kedalaman lenih dari 5 meter dan alirannya cukup turbulen bagi air
menjadi homogen, contoh uji diambil pada kira kira 1/2 sampai
2/3 tinggi penampang basah di bawah permukaan air (lihat gb 1).
Bila dekat dengan lapisan permukaan air, ada risiko bahwa lapisan
air mengandung banyak zat terapung , seperti lumut, minyak,
lemak dsb. dan bila dekat dengan dasar sungai, mengandung zat
zat yang mengendap dan bila diambil ditepi sungai yang tidak
dilapisi semen atau tidak dipasang turap,jangan terlalu dekat ke
tepi karena lapisan tanah pada tepi sungai dapat tergerus oleh
aliran air.

10

Lumut, minyak,
lemak
1/2 2/3

Zat
tersuspensi/
endapan

Gambar 1.
Cara pengambilan sampel
yang mewakili sampel air
sungai

1/3 1/2

(2) Bila contoh uji diambil dari saluran atau sungai yang terdiri dari
aliran aliran yang terpisah, misalnya pada musim kering, sampel
harus diambil dari aliran bagian yang paling besar dan yang
dianggap bersifat sama dengan keadaan asli air sungai tersebut.
(3) Bila penampang sungai tidak teratur (irregular) contoh uji harus
diambil (bila mungkin) di tengah aliran utama, yaitu dimana tinggi
penampang basah terbesar dan alirannya tidak terganggu.
Pengambilan sampel bisa dilakukan dari perahu atau dari
jembatan (lihat gambar 2).
Gambar 2.
Cara pengambilan sampel di
sungai dengan beberapa aliran
bagian.
Alat pengambilan sampel

Tempat yang
kurang
Cocok untuk
pengambilan
sampel(4) Bila contoh uji diambil dari saluran atau anak sungai yang

bermuara pada sungai induk atau laut. Harus diingat bahwa tinggi
permukaan air sungai atau laut, dapat berubah pada waktu hujan
atau air pasang. Pada saat itu air sungai atau air laut masuk ke
dalam anak anak sungai, sehingga sifat sifat air di anak
anak sungai, akan dipengaruhi oleh induk sungai atau laut. Untuk
menghindari hal tersebut, titik pengambilan sampel harus dipilih
cukup jauh dari muara, dimana aliran anak sungai tidak
terganggu (lihat gambar3).

11

(5) Contoh pada gambar 3., jika pada titik A, aliran terganggu,
maka titik pengambilan sampel dilakukan di B yaitu pada lokasi
yang tidak terganggu.

Anak
sungai

Gambar 3.
Cara pengambilan sampel jika
aliran anak sungai terganggu
Aliran anak
sungai
Yang tidak
terganggu

Cek
dam
A

Aliran anak
sungai
Yang dapat
terganggu
Sungai induk /
Muara

(6) Bila antara tempat pengambilan contoh uji yang aman dan
muara
(tempat yang terganggu alirannya) juga merupakan
tempat pembuangan air tercenar yang harus diselidiki pula, maka
cara pengambilan sampel harus difikirkan. Atau contoh uji diambil
di tempat yang tidak terganggu, namun jumlah sampel harus
diperbanyak dan pengukuran debit harus teliti, agar supaya
interpretasi keadaan dapat didukung oleh data data yang cukup
lengkap dan tepat.
B.

Di danau / waduk
Titik pengambilan contoh air adalah sebagai berikut :
Danau/waduk kedalaman < 10 m, contoh air diambil pada 2 titik
masing-masing pada permukaan dan dasar danau/waduk;
Danau/waduk dengan kedalaman 10 30 m, contoh air diambil
pada 3 titik masing-masing pada permukaan, lapisan
tekmoklin/metalimnion dan dasar danau/waduk;
Danau/waduk dengan kedalaman antara 30 100 m, contoh air
diambil pada 4 titik masing-masing pada permukaan, lapisan
termoklin, lapisan hipolimnion dan dasar danau/waduk;
Danau/waduk dengan kedalaman > 100 m, titik pengambilan
contoh air dapat ditambah sesuai dengan keperluan
12

Tabel dibawah ini menunjukkan frekuensi pengambilan contoh serta


titik/lokasi pengambilan contoh uji, dalam kaitannya dengan frekuensi
analisa/pengukuran parameter untuk mendukung proses pengolahan air.
Tabel. 2. Frekuensi Pengambilan Contoh dan Analisa Parameter
PARAMETER
pH

UNIT PROSES /
I
F
II
v

CO2 Bebas, mg/l CaCO3


Alkalinitas, mg/l CaCO3
Kesadahan
Total,
mg/l
CaCO3
Kalsium
Besi, mg/l
Mangan, mg/l
Ammonium, mg/l N
Nitrit, mg/l N
Nitrat, mg/l N
Sulfat, mg/l SO42
Klorida, mg/l Cl
Flourida, mg/l F
Zat organik, mg/l KMnO4
Suhu
Daya Hantar Listrik
Turbidity, NTU
W a r n a, mg/l Pt.Co

1x /j

1x /j

FREKUENSI ANALISA
F
III
F
IV
F
1x /j

1x /j

1x/4j

v
v
v

1x/4j
1x/4j
1x/4j

v
V
v

1x/4j

v
v
v
v

1x/4j
1x/4j

v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v

1x / j

1x/4j

Zat padat terlarut (TDS), mg/l

Logam *) , mg/l
ORP, mv
Sisa klor bebas, mg/l Cl2
Sisa klor total , mg/l Cl2
O2 terlarut (DO) , mg/l O2
O2 terlarut (24 jam) , mg/l O2

v
v

1x /h
1x /h

Coliform total, MPN


Coli Tinja, MPN

x)
x)
x)
x)
**)
**)

KETERANGAN :
I
= Setelah proses : KOAGULASI - FLOKULASI
II
= Setelah proses : SEDIMENTASI
III = Setelah proses: FILTRASI
IV = Air baku dan setelah proses STABILISASI - DESINFEKSI
F
= Frekuensi analisa/pengukuran
*) = Jenis logam tergantung material pipa
**) = Ada aturan tersendiri
x)
= Tidak dilakukan untuk air baku
j
= jam ; h = hari

3)

Pengambilan contoh untuk berbagai keperluan


13

(1) Untuk pemeriksaan sifat fisika dan kimia air


o Siapkan alat pengambil contoh yang sesuai dengan keadaan
sumber air;
o Bilas alat dengan contoh yang akan diambil;
o Ambil contoh sesuai dengan keperluan dan campurkan dalam
penampung sementara hingga merata;
o Apanila contoh diambil dari beberapa titik, maka volume contoh
yang diambil dari setiap titik harus sama.
(2) Untuk pemeriksaan oksigen terlarut
a) Tahapan pengambilan contoh yang dilakukan secara langsung :
o Siapkan botol BOD volume 300 mL yang bersih dan bertutup
asah;
o Celupkan botol dengan hati-hati,
o Isi botol sampai penuh, hindari terjadinya turbulensi dan
gelembung udara pada saat pengisian botol; kemudian
ditutup,
o Contoh siap untuk dianalisis.
b) Alat pengambilan khusus
Contoh air diambil sesuai dengan
prosedur pemakaian alat tersebut.
(3) Untuk pemeriksaan mikrobiologi
a) Pada air permukaan secara langsung
o Siapkan botol yang volumenya 100 mL dan telah disterilkan
pada suhu 120oC selama 15 menit atau dengan cara
strerilisasi lain;
o Pegang bagian bawah botol dan celupkan 20 cm di bawah
permukan air dengan posisi mulut botol berlawanan dengan
arah aliran.
b) Pada air permukaan secara tidak langsung dari jembatan
o Siapkan botol steril yang tutupnya terbungkus kertas
aluminium;
o Ikat botol dengan tali dan pasang pemberat di bagian dasar
botol;
o Buka tutup botol dan turunkan botol perlahan-lahan ke dalam
permukaan air;
o Tarik tali sambil digulung;
14

o Buang sebagian isi botol hingga volumenya volume botol;


o Bakar bagian mulut botol, kemudian botol tutup lagi.
c) Untuk air tanah pada sumur gali
Tahapan pengambilan contoh air sama dengan pada air
permukaan
d) Air tanah pada kran air
o Siapkan botol steril yang tutupnya terbungkus kertas
aluminium;
o Buka kran dan biarkan air mengalir selama 1 2 menit;
o Sterilkan kran dengan cara membakar mulut kran sampai
keluar uap air;
o Alirkan lagi air selama 1 2 menit;
o Buka tutup botol dan isi sampai botol;
o Bakar bagian mulut botol, kemudian botol ditutup.
Pemeriksaan Perameter di Lapangan
1). Memeriksa unsur-unsur yang dapat berubah dengan cepat,
dilakukan langsung setelah pengambilan contoh, antara lain : pH,
suhu, warna, DHL, alkalinitas, asiditas dan DO.
2). hasil pemeriksaan dicatat dalam buku catatan pemeriksaan di
lapangan , yang meliputi nama sumber air, tanggal pengambilan
contoh, jam, keadaan cuaca, bahan pengawet yang ditambahkan
dan nama petugas.
Pengolahan Pendahuluan Contoh
Penyaringan
Ekstraksi

: untuk pemeriksaan parameter terlarut


: untuk pemeriksaan pestisida, pemeriksaan
minyak dan lemak

Pengawetan Contoh Secara Fisika , Kimia


Salah satu cara pengawetan sampel yang umum, adalah contoh uji
disimpan dalam suasana dingin ( + 4 oC ). Selama di perjalanan
contoh uji disimpan di dalam termos es ( kotak isotermos/ice box )
yang mengandung es biasa atau es kering ( CO 2 ) atau ice pack.
Bila contoh uji berada di laboratorium, disimpan di dalam kulkas
( medicool/refrigerator ).
Pengawetan secara kimia dilakukan tergantung pada jenis
parameter yang diawetkan, misalnya pengasaman, yaitu
penambahan asam nitrat atau asam chlorida pekat atau asam sulfat
15

pekat ke dalam contoh sampai pH <2, dan penambahan larutan


basa ke dalam contoh sampai pH 10 11.
Cara analisa dapat juga dipilih tergantung kemungkinan
kemungkinan cara pengawetan yang ada.
Cara cara pengawetan contoh uji untuk beberapa parameter
analisa dapat dilihat pada tabel 3. berikut.

Tabel 3. Cara Pengawetan/Penanganan Contoh Uji

ANALISA
PARAMETER

VOL.
MINIMUM
CONTOH
ml

WADAH

CARA PENGAWETAN
CONTOH UJI

WAKTU MAKSIMUM
PENYIMPANAN
YANG
DIANJURKAN/
BATASAN

Warna

500

P,G

didinginkan

48 jam / 48 jam

Daya Hantar Listrik

500

P,G

didinginkan

28 hari / 28 hari

B a u

500

dianalisa segera
didinginkan

6 jam / NS

R a s a

500

dianalisa segera
didinginkan

24 jam / NS

S u h u

P,G

dianalisa segera

Kekeruhan/
Turbidity

P,G

dianalisa pada hari itu atau


disimpan di tempat gelap s/d
24 jam, didinginkan

tidak diijinkan
disimpan
24 jam / 48 jam

Zat padat

P,G

didinginkan

7 hari / 2 7 hari

pH

P,G

dianalisa segera

tidak diijinkan
disimpan

Karbon dioksida
( CO2 )

100

P,G

dianalisa segera

2 jam / tidak diijinkan


disimpan

Alkalinitas

200

P,G

didinginkan

24 jam / 14 hari

Asiditas

100

P, G (B)

didinginkan

24 Jm / 14 hari

Kesadahan

100

P,G

ditambah HNO3

6 bulan / 6 bulan

Ammonia

500

P,G

dianalisa segera atau


ditambah H2SO4 sampai pH <
2 , didinginkan

7 hari / 28 hari

N i t r i t, NO2

100

P,G

dianalisa segera atau


didinginkan

none / 48 jam

N i t r a t, NO3

100

P,G

dianalisa segera

48 jam / 48 jam (23


hari untuk contoh yang
dibubuhi khlor)

Nitrat + Nitrit

200

P,G

ditambah H2SO4 sampai pH <


2 , didinginkan

None / 28 hari

VOL.

WAKTU MAKSIMUM

16

ANALISA
PARAMETER

MINIMUM
CONTOH
ml

WADAH

500

P,G

didinginkan,
ditambah H2SO4 sampai pH <
2 , didinginkan

7 hari / 28 hari

Bromida

P,G

tidak diperlukan

28 hari / 6 bulan

Fluorida

300

tidak diperlukan

28 hari / 28 hari

Sisa Khor

500

P,G

dianalisa segera

0,5 jam / tidak


diijinkan disimpan

Sianida ( CN ) total

500

P,G

didinginkan di tempat gelap,


ditambah NaOH sampai pH > 12

24 jam / 14 hari :

Kjedahl Nitrogen

Iodin

CARA PENGAWETAN
CONTOH UJI

PENYIMPANAN
YANG
DIANJURKAN/
BATASAN

24 jam jika ada Sulfida

500

P,G

dianalisa segera

0,5 jam / NS

P,G

didinginkan

28 hari / 28 hari

100

tidak diperlukan

28 hari / 6 bulan

P,G

tidak diperlukan

28 hari / 28 hari

Sulfida

100

P,G

didinginkan, ditambah 4 tetes


asam asetat 2N per 100 ml ;
ditambah NaOH sampai pH > 9

Salinitas

200

G
disegel
lilin

Silika

Fosfat

100

F e n o l

S u l f a t
B o r o n
Bromida

dianalisa segera
atau disimpan pada tempat
yang disegel lilin

6 bulan / NS

didinginkan tidak sampai beku

28 hari / 28 hari

G (A)

untuk fosfat terlarut, saring


segera, dinginkan

48 jam / NS

500

P,G

*) / 28 hari

G (S),
TFE lined
cap

didinginkan , ditambah H2SO4


didinginkan, jika ada sisa khlor
tambah 100 mg/lNa2S2O3

Ozon

1000

analisa segera

0,5 jam / NS

Minyak & Lemak

1000

didinginkan, ditambah H2SO4


sampai pH < 2

28 hari / 28 hari

BOD

1000

P,G

didinginkan

6 jam / 48 jam

COD

100

P, G

dianalisa segera ; ditambah


H2SO4 sampai pH < 2 ;
didinginkan.

7 hari / 28 hari

Pestisida

ANALISA
PARAMETER

VOL.
MINIMUM
CONTOH
ml

Oksigen terlarut
(DO):
Metode Elektrometrik
Metode Winkler

300

Total organik Karbon

100

G,mulut
lebar

WADAH

G, Botol
BOD
G

CARA PENGAWETAN
CONTOH UJI

7 hari / 7 hari sampai


diekstraksi
40 hari setelah
ekstraksi

WAKTU MAKSIMUM
PENYIMPANAN
YANG
DIANJURKAN/
BATASAN

analisa segera,

0,5 jam / tidak


diijinkan disimpan

O2 diendapkan di tempat,
tambah H2SO4 titrasi dapat
ditunda

titrasi dapat ditunda 8


jam setelah
penambahan asam

dianalisa segera, atau

7 hari / 28 hari

17

( TOC )

Logam ( umum )

didinginkan dan ditambah HCl


sampai pH < 2

P ( A),
G (A)

untuk logam terlarut segera


disaring, ditambah HNO3
sampai pH < 2

6 bulan / 6 bulan

Khrom Heksavalen
( Cr6+ ) , dan Cu
metode Kolorimetri

300

P (A),
G (A)

didinginkan

24 jam / 24 jam

Raksa ( Mercury) Hg

500

P (A),
G (A)

ditambah HNO3 sampai pH < 2 ;


didinginkan pada
4 oC

28 jam / 28 jam

Keterangan :
Didinginkan = disimpan pada 4 oC ditempat gelap
*)
= penjelasan mendetail pada uraian mengenai parameter
tsb dianjurkan dianalisa segera, disimpan dengan cara
didinginkan
G
= Gelas / kaca
G(B)
= Gelas Borosilikat
G (A)
= Gelas yang dibilas dengan HNO 3 1 + 1
G(S)
= Gelas yang dibilas dengan pelarut organik
P
= Plastik ( Poly ethylene atau yang sejenis )
P ( A)
= Plastik yang dibilas dengan HNO3 1 + 1
NS
= Not Stated = tidak ditetapkan dalam acuan ( reference )
Pengangkutan Contoh ke Laboratorium
Contoh yang telah dimasukkan ke dalam wadah, kemudian diberi label
berupa keterangan mengenai identitas contoh, seperti lokasi
pengambilan, tanggal, jam, jenis pengawet yang ditambahkan, dll.
Penulisan keterangan tersebut harus tahan air, tidak mudah pudar.
III.

Kualitas Air

Untuk melindungi pemakaian air baik secara ekonomis maupun proses


diperlukan upaya memperbaiki mutu air mulai dari sumber air sampai air
hasil pengolahan yang akan didistribusikan kepada masyarakat harus sesuai
ketentuan yang berlaku. Air untuk keperluan sebagai air minum, persyaratan
kimia yang berhubungan dengan pengaruh toksisitas harus lebih
diperhatikan, karena berdampak dapat menimbulkan keracunan dan
gangguan pada kesehatan manusia. Contohnya kandungan flour dalam air,
kandungan flour dalam air minum harus memenuhi persyaratan kadar
18

maksimum yang diperbolehkan dan minimum yang diperlukan, karena


berpengaruh terhadap kesehatan gigi.
Air merupakan H2O + X, dimana X merupakan zat-zat yang larut dalam air
yang diakibatkan karena buangan hasil aktivitas manusia yang terbawa dari
hydrological cycle, sehingga bertambahnya aktivitas pembangunan
(industrialisasi), maka faktor X dalam air akan menjadi masalah yang lebih
hebat diwaktu mendatang. Untuk mengetahui pencemaran air perlu dipahami
terlebih dahulu mengenai ekosistem air (water ecosystem), bahwa peredaran
air di bumi ini sangat luas.
Karena X merupakan zat-zat yang larut dalam air, maka efek kelarutannya
dalam air akan menimbulkan hal-hal sebagai berikut :
1.

Pengaruh toksisitas;

2.

Pengaruh reaksi-reaksi yang ditimbulkan pada berbagai penggunaan


berupa :
- Pengendapan berlebihan
- Timbulnya busa yang sulit dimusnahkan (non-biodegradeble)
- Timbulnya pengaruh fisiologis yang tidak diinginkan terhadap rasa
atau pengaruh bau
- Berubahnya wujud fisik air.

Beberapa ketentuan atau persyaratan air minum yang perlu dipenuhi


antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Air tidak boleh mengandung mikroorganisme yang dapat menimbulkan


penyakit bagi yang mengkonsumsinya;
Air harus jernih;
Air tidak mengandung unsur yang tidak dikehendaki;
Air tidak berasa dan tidak berbau;
Air harus mengandung oksigen terlarut yang cukup;
dll.

Dalam menentukan air yang akan digunakan sebagai air minum perlu
dilakukan pengujian terhadap kualitas air itu sendiri, dari beberapa
pembacaan dari unsur-unsur yang tertera dari hasil pemeriksaan, dapat
dianalisis sebagai bahan pertimbangan apakah air tersebut layak untuk
dikonsumsi sebagai air minum atau telah terkontaminasi pencemar (tidak
layak diminum).
Selain pengaruh unsur-unsur kimia dalam air, air juga merupakan media atau
lingkungan yang baik untuk kehidupan mikroorganisme, baik pathogen
maupun non pathogen. Karenanya timbul istilah apa yang disebut sebagai
water deseases atau penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui air
(transmitted by water).
Untuk mengetahui adanya pencemaran oleh fecal colli dapat digunakan
coliform indeks, yaitu indeks untuk menyatakan kualitas air dari segi hygiene.
Dalam 1 gram feaces biasanya rata-rata terdapat sejumlah coliform bakteria.
19

Standardisasi bakteriologis air ditentukan dengan perkiraan terdekat jumlah


kuman golongan coli dalam setiap 100 mL contoh air, yaitu yang biasa
disebut degan istilah Most Probable Number of Coliform Organisme (MPN).
Nilai MPN yang dipersyaratkan untuk air minum adalah nol (tidak
mengandung coiform bakteri).
Semua pengotor yang ada di dalam air tidak boleh terjadi, kontaminasi dari
masing-masing sumber akan berbeda. Substansi di atas umumnya
terkandung di dalam air yang terdapat di alam dan memberikan pengaruh
terhadap mutu air. Substansi yang tersuspensi seperti bakteri dapat
menyebabkan penyakit, kandungan algae atau protozoa dapat menyebabkan
bau, kekeruhan atau warna air, sedangkan lumpur adalah salah satu
substansi yang menyebabkan kekeruhan.
3.1. Standar Kualitas Air
3.1.1 Kualitas Air Baku
Air baku untuk air minum : air yang dapat berasal dari sumber air
permukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan yang memenuhi baku
mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.
Standar Kualaitas Air Baku untuk air minum mengacu pada : Peraturan
Menteri KLH (Baku Mutu Lingkungan) PP 82 tahun 2001
Untuk dapat dimanfaatkan air dari sumber air baku haruslah memenuhi
suatu persyaratan kualitas yang tergantung sekali kepada jenis
penggunaan tersebut :
3.1.2 Penggolongan Air
Pasal 7 : PP 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air.
Penggolongan air menurut peruntukannya ditetapkan sebagai berikut :
Golongan I
: Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu;
Golongan II : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum;
Golongan III : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan;
Golongan IV : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan
dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri,
pembangkit listrik tenaga air.
Menurut PP 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan kualitas air dan
pengendalian
pencemaran air , penggolongan air terbagi 4 Kelas ( I s.d
IV) , dimana Kelas I salah satunya air yang rencana penggunaannya
diperuntukkan bagi Air baku untuk air minum
yang memerlukan
20

pengolahan dengan filtrasi dan desinfeksi untuk memenuhi baku mutu air
minum.
Apabila digunakan sistem pengolahan konvensional yang lengkap yaitu
koagulasi, flokulasi, sesdimentasi, filtrasi dan desinfeksi maka kadar
maksimum parameter berikut adalah :
o
o
o
o
o
o
o
o

Residu tersuspensi 5000 mg/L


Fe 1 mg/l
Pb 0,1 mg/L
Zn 5 mg/L
NO2 N 1 mg/L
S sebagai H2S 0,1 mg/L
Faecal Coliform 2000 jml/100mL
Total Coliform 10.000 jml/100mL

3.1.3 Kualitas Air Minum


Jenis air minum meliputi :
1)
2)
3)
4)

air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga;


air yang didistribusikan melalui tangki air;
air kemasan;
air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang
disajikan kepada masyarakat.

Persyaratan air minum yang dimaksud di atas meliputi persyaratan


bakteriologis, kimia, radioaktif dan fisik, sesuai dengan Kep.MenKes.RI
No.907/MENKES/SK/VII/2002 :
o Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan :
a). Parameter Mikrobiologi :
E. Koli, total Koliform
b). Kimia an-organik
:
Arsen, fluorida, Kromium-val.6, kadmium, Nitrit sbg-N,
Nitrat sgb-N, Sianida, Selenium.
o Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan :
a). Parameter Fisik :
Bau, warna, Jumlah zat padat terlarut (TDS), kekeruhan,
rasa, suhu.
b). Parameter kimiawi :
Aluminium, besi, kesadahan, khlorida, mangan, pH, seng, sulfat,
tembaga, sisa khlor, ammonia.

3.2. Pengawasan
21

Pengawasan air minum dilaksanakan melalui kegiatan :


1. Inspeksi sanitasi dan pengambilan contoh air termasuk air pada
sumber air baku, proses produksi, jaringan distribusi, dan air minum
isi ulang dan air minum dalam kemasan;
2. Pemeriksaan kualitas air dilakukan di tempat/di lapangan dan atau di
laboratorium;
3. Analisis hasil pemeriksaan laboratorium dan pengamatan lapangan;
4. Memberi rekomendasi untuk mengatasi masalah yang ditemui dari
hasil kegiatan di atas yang ditujukan kepada pengelola penyediaan
air minum;
5. Tindak lanjut upaya penanggulangan/perbaikan dilakukan oleh
pengelola penyediaan air minum;
6. Penyuluhan kepada masyarakat.
Pengawasan internal yang dilakukan oleh pengelola air minum dengan
sistem perpipaan terhadap air yang diproduksinya adalah sebagai
berikut :
1.

Pada tiap reservoir (tandon air) dilakukan pemeriksaan parameter :


o Sisa khlor dlakukan minimal satu kali sehari;
o pH, dilakukan minimal satu kali per minggu;
o Daya Hantar Listrik (DHL), Alkalinitas, kesadahan total, CO 2
agresif dan suhu dilakukan minimal satu kali per minggu;
o Besi dan mangan dilakukan minimal satu kali per bulan bila
menjadi masalah.

2.

Pada jaringan pipa distribusi dilakukan pemeriksaan parameter :


o Sisa khlor, minimal satu kali sehari, pada outlet reservoir dan
konsumen terjauh;
o pH, minimal satu kali perminggu;
o DHL, minimal satu kali per bulan;
o Total Coliform/E. Coli, minimal satu bulan sekali pada outlet
reservoir dan konsumen terjauh.

Pemeriksaan kualitas air baku air minum dilakukan meliputi parameter :


o Total Coliform/E. Coli
o pH, DO, bahan organik(KMnO 4), Alkalinitas, Kesadahan Total,
CO2 Agresif, suhu, DHL.
o Besi dan Mangan
IV.

Pengujian Kualitas Air dari Instalasi


Pengujian kualitas air dari instalasi dimaksudkan untuk mengetahui :
- efisiensi sistem pengolahan (baik itu efisiensi tiap unit pengolahan
atau efisiensi dari kualitas influen dan effluen pengolahan.
22

- hasil pengolahan dibandingkan dengan baku mutu


Perhitungan efisiensi :
(Influen - Effluen)
--------------------- x 100 %
Influen

4.1. Instalasi Penjernihan Air


Instalasi penjernihan air, yang selanjutnya disebut paket unit IPA adalah
suatu unit instalasi penjernihan air yang dapat mengolah air baku
melalui proses fisik kimia sehingga menghasilkan air minum;
4.1.1. Proses Instalasi Pengolahan Air Minum
Air yang tidak memenuhi syarat untuk langsung diminum perlu diolah
terlebih dulu, sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat kesehatan,
ditinjau dari perlu atau tidaknya pengelolaan, dapat dibedakan
beberappa macam air, yakni :
1.
2.
3.
4.

air yang tidak membutuhkan pengolahan, yaitu air langsung


diminum, misalnya air tanah yang tidak terkontaminasi;
air yang memerlukan proses disinfeksi saja, umumnya berupa air
tanah atau air permukaan yang diperkirakan hampir tidak
terontaminasi, dan tidak berwarna atau jernih;
air yang memerlukan penyaringan pasir cepat yang lengkap atau
alat pengolahan air lainnya yang sejenis dan dilanjutkan dengan
chlorination;
air yang membutuhkan pengolahan air secara lengkap, yaitu pada
air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan.

Sistem pengolahan air terdiri atas unit koagulasi, flokulasi, sedimentasi,


filtrasi dan reservoar seperti pada gambar 3 berikut ini.
Kapur

Air baku

Al2 ( S4)3

Soda Ash

Clear well
Air olahan

Gambar 3 : Skema IPA

23

Keterangan
1. Pengaduk cepat (static mixer)
2. Pengaduk lambat
3. Unit pengendap dngan plat settler;
4. Saringan Pasir Cepat;
Tabel 4 : Unit pengolahan pada Instalasi Pengolahan Air
NO

UNIT

FUNGSI

Pengaduk
Cepat

Untuk meratakan bahan kimia yang dibutuhkan supaya


dapat bercampur dengan air secara merata

Pengaduk
lambat

Bak
Pengendap

Untuk membentuk partikel padat (makroflok) yang lebih


besar supaya bisa diendapkan dari hasil reaksi partikel
koloid dengan koagulan yang dibubuhkan
Untuk mengendapkan flok yang terbentuk pada unit bak
pengaduk lambat dengan gaya berat flok itu sendiri

Saringan

Menyaring partikel flok yang masih terbawa aliran dari bak


pengendap

4.1.2. Penentuan lokasi sampel


Penentuan lokasi sampel untuk mengetahui kualitas air olahan
dibandingkan dengan baku mutu dapat dilihat pada gambar berikut.

Al2(SO4)3
Kapur
Intake

Bak Sedimen

Flokulator

Filter

sungai

Pompa

5
Kaporit
1

Bak Penampung
Air Olahan

Gambar 4 : Titik Pemeriksaan Air


Konsumen

24

Contoh LHU pemeriksaan kualitas Air Baku dan Air Hasil Olahan
Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang dibandingkan dengan standar dan
metode yang digunakan untuk pengujian.

Tabel 5 : Pemeriksaan kualitas IPA

Keterangan : I = Air Baku , II = Air Hasil Olahan

Daftar Pustaka

25

SNI IPA -19-6773-2002 Spesifikasi Paket Unit Instalasi Penjernihan Air Sistem
Konvensional dengan Struktur Baja
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. : 907/MENKES/SK/VII/2002
SNI 06 2412 1991, Metode Pengambilan Contoh Uji Kualitas Air
Alaerts, G, Metoda Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya, 1984
Daryanto, Masalah Pencemaran, Tarsito, Bandung, 2004

26

Anda mungkin juga menyukai