Anda di halaman 1dari 19

Zona Intertidal

Oleh
Dwi Puspita Sari
Emilia Yuliyani
Intan Rizki Anita
Rika Sundari

Zona Intertidal
zona intertidal merupakan

daerah yang paling sempit


diantara zona laut lainnya.
Zona intertidal di mulai
dari pasang tertinggi
sampai pada surut
terendah. Zona ini hanya
terdapat pada daerah
pulau atau daratan yang
luas dengan pantai yang
landai

Faktor-faktor kondisi
lingkungan kawasan Intertidal
Pasang surut

adanya pasang surut maka menyebabkan faktor pembatas pada daerah ini
menjadi lebih ekstrim.
Suhu
Suhu yang meningkat menyebabkan penguapan dan dampaknya daerah
menjadi kering.
Gerakan Ombak
Peleburan ombak yang terus menerus ini membuat organisme di laut dapat
hidup di daerah yang lebih tinggi di daerah yang terkena terpaan ombak
daripada di daerah karang pada kisaran pasut yang sama.
Perubahan Salinitas
Perubahan salinitas yang dapat mempengaruhi organisme terjadi di zona
intertidal
Gelombang
parameter utama dalam proses erosi atau sedimentasi besarnya erosi
tergantung pada besarnya energi dihempaskan oleh gelombang

Pembagian Zona intertidal Pada Berbagai Jenis


Pantai

berdasarkan material atau

substrat penyusun dasar


perairan dapat dibagi menjadi
3 tipe, yaitu:
1. Pantai berbatu
2. Pantai berpasir,dan
3. Pantai berlumpur

Skema Umum Untuk Zonasi Pantai Berbatu

Pantai ini didominasi oleh substrat dari batu Tipe pantai

ini banyak ditemui di selatan Jawa, Nusa Tenggara dan


Maluku.
Menurut Stephenson and Stephenson (1972) in
Raffaelli and Hawkins (1996) menyatakan bahwa
pembagian zona pada pantai berbatu dibagi menjadi
tiga bagian yaitu:
1. A high-shore area (bagian pantai yang paling atas)
2. A broad midshore zone (zona bagian tengah yang
lebar)
3. A narrower low-shore zone (zona bagian bawah yang
sempit) atau yang biasa disebut infralittoral fringe.

Skema Pantai Berpasir


Pantai berpasir adalah pantai dengan ukuran substrat

0.002-2 mm. Jenis pantai berpasir termasuk dalam jenis


pantai dengan partikel yang halus.
Sama halnya pada pantai berbatu pada pantai berpasir
juga dibagi dalam beberapa zonasi (Dahl, 1952 and
Salvat, 1964 in Raffaelli and Hawkins, 1996) yaitu:
1. Mean High Water of Spring Tides (MHWS) rata-rata air
tinggi pada pasang purnama. Zona ini berada pada bagian
paling atas.
2. Mean Tide Level (MLS) rata-rata level pasang surut.
Zona ini merupakan daerah yang paling banyak
mengalami fluktusi pasang surut.
3. Mean Water Low of Spring Tides (MLWS) rata-rata air
rendah pada pasang surut purnama. Zona ini merupakan
zona yang paling bawah.

Skema Pantai berlumpur


Pantai berlumpur merupakan pantai yang memiliki

substrat yang sangat halus dengan diameter kurang


dari 0.002 mm
Secara umum dapat dibagi menjadi:
1. Bagian atas atau supralitoral dihuni oleh berbagai
jenis kepiting yang menggali substrat. Zona ini juga
dipengaruhi oleh pasang tertinggi dan paling sering
mengalami kekeringan.
2. Bagian bawah atau litoral. Bagian ini merupakan
bagian yang terluas diantara bagian ekosistem pantai
berlumpur. Pada zona ini dihuni oleh tiram dan
policaeta.

Selain itu, secara umum daerah intertidal sangat

dipengaruhi oleh pola pasang dan surutnya air laut,


sehingga dapat dibagi menjadi tiga zona yaitu
1. Zona pertama merupakan daerah diatas pasang tertinggi
dari garis laut yang hanya mendapatkan siraman air laut
dari hempasan riak gelombang dan ombak yang menerpa
daerah tersebut backshore (supratidal)
2. Zona kedua merupakan batas antara surut terendah dan
pasang tertinggi dari garis permukaan laut (intertidal)
3.Zona ketiga adalah batas bawah dari surut terendah
garis permukaan laut (subtidal).

Adaptasi biota zona


intertidal
Bentuk adaptasi adalah mencakup :
1. adaptasi structural,

cara hidup untuk menyesuaikan dirinya dengan


mengembangkan struktur tubuh atau alat-alat tubuh
kearah yang lebih sesuai dengan keadaan lingkungan dan
keperluan hidup.
2. adaptasi fisiologi,
cara makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara penyesaian proses-proses
fisiologis dalam tubuhnya
3. adaptasi tingkah laku.
respon-respon hewan terhadap kondisi lingkungan dalam
bentuk perubahan tingkah laku.

Pola adaptasi organism intertidal


Daya Tahan terhadap Kehilangan air
Organisme laut berpindah dari air ke udara terbuka, mereka mulai
kehilangan air. Mekanisme yang sederhana untuk menghindari
kehilangan air terlihat pada hewan-hewan yang bergerak seperti
kepiting dan anemon.
Pemeliharaan Keseimbangan Panas
Organisme intertidal juga mengalami keterbukaan terhadap suhu
panas dan dingin yang ekstrim dan memperlihatkan adaptasi
tingkah laku dan struktur tubuh untuk menjaga keseimbangan
panas internal.
Tekanan mekanik
Gerakan ombak mempunyai pengaruh yang berbeda, pada pantai
berbatu dan pada pantai berpasir. Untukmempertahankan posisi
menghadapi gerakan ombak, organisme intertidal telah
membentuk beberapa adaptasi.
Pernapasan
Diantara hewan intertidal terdapat kecenderungan organ
pernapasan yang mempunyai tonjolan kedalam rongga
perlindungan untuk mencegah kekeringan. Hal ini dapat terlihat
jelas pada berbagai moluska dimana insang terdapat pada rongga

Cara Makan
Pada waktu makan, seluruh hewan intertidal harus mengeluarkan bagianbagian berdaging dari tubuhnya. Karena ituseluruh hewan intertidal hanya
aktif jika pasang naik dan tubuhnya terendam air. Hal ini berlaku bagi seluruh
hewan baik pemakan tumbuhan, pemakan bahan-bahan tersaring, pemakan
detritus maupun predator.
Tekanan Salinitas
Zona intertidal juga mendapat limpahan air tawar yang dapat menimbulkan
masalah tekanan osmotik bagi organisme intertidal yang hanya dapat
menyesuaikan diri denagn air laut. Kebanyakan tidak mempunyai mekanisme
untuk mengontrol kadar garam cairantubuhnya dan disebutosmokonformer.
Adaptasi satu-satunya samadengan adaptasi untuk melindungi dari
kekeringan.

Reproduksi
Kebanyakan organisme intertidal hidup menetap atau bahkanmelekat,
sehingga dalam penyebarannya mereka mmenghasilkan telur atau larva yang
terapung bebas sebagai plankton. Hampir semua organisme mempunyai daur
perkembangbiakan yang seirama dengan munculnya arus pasang surut
tertentu, seperti misalnya pada waktu pasang purnama.

Benthos Intertidal
Benthos merupakan organismeorganisme yang hidup pada
dasar perairan.
Menurut Odum (1993) benthos
adalah organisme yang
melekat atau beristirahat
pada dasar atau hidup didasar
endapan.

Pengelompokan benthos
Berdasarkan cara

makannya :
a. filter feeder, yaitu
hewan benthos yang
mengambil makanan
dengan menyaring
air (dominan di
substrat berpasir),
contoh : moluska,
bivalvia, beberapa
jenis echinodermata
dan crustaceae

b. Deposit feeder, yaitu


hewan benthos yang
mengambil makanan
dalam substrat dasar
(banyak terdapat di
substrat berlumpur),
contoh : jenis polychaeta
(kelabang laut)

Berdasarkan

keberadaannya :
a. epifauna, yaitu hewan
benthos yang hidup
melekat pada permukaan
dasar perairan
b. infauna, yaitu hewan
benthos yang hidup
didalam dasar perairan.

Anda mungkin juga menyukai