NIM: 1092211007
Kelas: PWK A
Sejarah kawasan hutan di Bangka Belitung sendiri berawal dari Register tanah
kehutanan Nomor 21. Tahura Bukit Mangkol awalnya merupakan kawasan hutan lindung.
Landskap Tahura Bukit Mangkol terdiri dari Bukit Gadung, Bukit Pauh, Bukit Panas dan
bukit Mangkol dengan jumlah pal batas sekitar 340 buah. Visi Tahura Bukit Mangkol dibuat
tidak lain bukan tanpa tujuan melainkan diharapkan di masa mendatang dapat menjadi
kawasan ekoturisme. Untuk itu Tahura Bukit Mangkol telah dibuatkan detil engineering
design-nya. Di kawasan Tahura Bukit Mangkol juga merupakan sumber air bagi PDAM
setempat karena di Bukit Mangkol ini terdapat Air terjun yang mengalir dari atas bukit
sehingga bisa memenuhi kebetuhan air Masyarakat yang tinggal di sekitar sana.
Namun akhir-akhir ini terdapat perambahan hutan illegal tepatnya pada bulan Maret
Tahun 2023 lalu yang dilakukan oleh oknum tidak bertanggungjawab, telah dilakukan
pembukaan kawasan hutan di dua lokasi dengan luas sekitar 2 hektare dan 5 hektare di lokasi
Hutan Tahura Bukit Mangkol. Perambahan adalah kegiatan memungut hasil hutan baik kayu
ataupun bukan kayu yang dilakukan secara tidak sah dan tanpa izin pihak kehutanan.
Perambah hutan adalah salah satu pihak yang sering dipersalahkan dalam kerusakan hutan.
Perambahan hutan dalam kelompok kecil atau besar dengan intensitas yang tinggi dapat
merusak hutan. Mereka melakukan penebangan hutan untuk di jual kayunya. Pohon-pohon
ditebang tanpa dipikirkan akibat yang ditimbulkan dari gundulnya hutan. Selain memungut
hasil hutan, perambah hutan juga membuka lahan dengan cara menebang dan membakar
hutan untuk dijadikan tempat bercocoktanam. Setelah lahan dirasakan tidak produktif lagi
maka mereka akan berpindah mencari lahan baru untuk dibuka kembali.
Diketahui kegiatan illegal pembukaan Kawasan hutan yang dilakukan Sdr. V alias A
untuk mendapatkan keuntungan secara finansial yang berdampak buruk, baik untuk
lingkungan hidup, ekosistem dan keselamatan masyarakat. Perusakan hutan tersebut akan
mengganggu keseimbangan ekosistem dan fungsi Kawasan Tahura Bukit Mangkol sebagai
penjaga keberlangsungan ketersediaan sumber air dan pengendali banjir bagi kota
Pangkalpinang dan sekitarnya. Hutan yang ditebang secara massal tanpa prosedur yang tepat
dapat menimbulkan dampak negative yang bisa menurunkan fungsi lingkungan, dimulai dari
berkurangnya daerah resapan air sehingga bisa menyebabkan wilayah tersebut menjadi rawan
bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan. Penebangan hutan secara liar
juga dapat mengurangi pasokan oksigen bagi makhluk hidup.
Pengungkapan kasus ini berawal dari adanya pengaduan masyarakat kepada Dinas
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terkait aktivitas
ilegal berupa pembukaan Kawasan hutan Tahura Bukit Mangkol tanpa dilengkapi perizinan
yang sah. Menindaklanjuti pengaduan tersebut, Petugas Pengamanan Hutan Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Bangka Tengah sebagai pengelola Tahura Bukit Mangkol
mengarahkan patroli ke wilayah Kecamatan Simpang Katis dan menemukan adanya 1unit
alat berat buldozer di dalam Tahura Bukit Mangkol dan 2 unit ekskavator yang terparkir di
dekat pondok yang berada di area penggunaan lain yang berbatasan langsung dengan Tahura
Bukit Mangkol.
Atas perbuatannya tersebut, oknum tidak bertanggung jawab tersebut diduga
melakukan tindak pidana kehutanan berupa mengerjakan dan atau menggunakan dan atau
menduduki kawasan hutan secara tidak sah untuk kegiatan perkebunan dan diancam dengan
hukuman penjara maksimum 10 tahun dan denda maksimum Rp 5 miliar, berdasarkan Pasal
78 Ayat 2 Jo. Pasal 50 Ayat 3 Huruf a Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan, yang diubah dengan Pasal 36 Angka 19 Pasal 78 Ayat 2 Jo. Pasal 36 Angka 17
Pasal 50 Ayat 2 Huruf a Undang-Undang No 11 Tahun 2021 tentang Cipta Kerja. Aparat
setempat menjelaskan pada saat ini tim gakkum KLHK sedang mempelajari untuk
menyiapkan Langkah hukum lainnya, termasuk gugatan perdata ganti rugi dan biaya
pemulihan lingkungan atas perbuatan perusakan lingkungan hidup yang dilakukan oleh
oknum tidak bertanggung jawab ini.
Referensi
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam
dan Ekosistem