Oleh:
Nur Aulia
(P032192007)
I. PENDAHULUAN
Infeksi virus ini disebut COVID-19 dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina, pada
akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan cepat dan telah menyebar ke wilayah lain di Cina
dan ke beberapa negara, termasuk Indonesia. Hal ini membuat beberapa negara di luar negeri
menerapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus
Corona. Keberadaan Covid-19 yang mematikan ini telah banyak menyita perhatian dunia. Ada
yang menanganinya dengan sangat serius dan ada pula yang tidak peduli. Keberadaan virus ini
mengharuskan sebagian besar penduduk untuk berkerja dari rumah, dan hanya keluar rumah untuk
sesuatu yang penting. Akibatnya jumlah kendaraan dijalanan berkurang dan pabrik-pabrik yang
berjalan sebagian besar tutup untuk sementara waktu, hal ini sebagaimana yang dibicarakan
sebagian banyak orang dapat mengurangi jumlah polusi dan membuat udar sejuk kembali, tetapi
apakah hal ini lantas membuat kita tidak menyadari dampak lain yang mungkin ditimbulkan?
Berikut uraian beberapa dampak yang dapat ditimbulkan oleh pandemi ini, dari yang bersifat
sementara hingga berkelanjutan
ekologis dan sosial. Lalu bentuk reaksi sosial berkolaborasi. Selain itu, bagi pembuat
seperti apa yang sekarang dapat kita lihat dari kebijakan perlu kembali mengkaji produk
kasus Corona? kebijakan yang tidak lagi melakukan
Saat wabah terjadi, perilaku eksploitasi lingkungan hidup dan
‘memborong’ barang untuk memenuhi menyebabkan kerentanan sosial bagi
kebutuhan diri atau perilaku pedagang untuk masyarakat kecil.
menjual barang dengan harga berkali-kali Pada level negara, negara perlu
lipat kemudian terjadi. Hal tersebut memberikan kecukupan informasi, sistem
menunjukkan, empati yang minim. Maka, preventif dan penanganan yang holistik.
pertanyaannya adalah apabila kepedulian Maka, pada saat krisis ini, negara hadir
kepada sesama manusia saja minim, bersama masyarakat dan membangun
bagaimana dengan kepedulian terhadap penanganan krisis secara terukur, menindak
lingkungan hidup? Pertanyaan berikutnya perilaku spekulan dengan tegas dan
adalah bagaimana sistem kapasitas memastikan keyakinan bahwa ‘kita mampu
penyangga virus ini? Bagaimana dengan melewati krisis ini’ Bagi masyarakat, selain
daya dukung lingkungan yang kita miliki? empati, maka solidaritas sosial perlu kembali
Bagaimana keterhubungan ekologis yang dipererat. Solidaritas sosial perlu dibangun
terbangun selama ini antara kita (manusia) dengan kesadaran kemanusiaan, tanpa
dan bentang alam? Bagaimana modal sosial memandang perbedaan pilihan politik, agama,
yang kita miliki untuk melawan wabah ini? kepercayaan, hingga etnis.
Pendidikan Instansi pendidikan mengalih pertemuan
Pandemi telah mempengaruhi sistem kelasnya dengan pertemuan daring ataupun
pendidikan di seluruh dunia, yang mengarah tugas rumah guna meminimalisir pertemuan
ke penutupan sekolah dan universitas secara satu sama lain disuatu ruangan yang sama
luas. Menurut data yang dikeluarkan dalam jarak yang dekat serta menghindari
oleh UNESCO pada tanggal 25 Maret, kerumunan. Sedangkan di perguruan tinggi,
penutupan sekolah dan universitas karena mengalih pertemuan kelasnya dengan
COVID-19 dilaksanakan secara nasional di pertemuan daring dan tugas daring. Covid-19
165 negara. Termasuk penutupan lokal, ini Sebagai gejala sosial, kontak sosial
mempengaruhi lebih dari 1,5 miliar siswa di menggunakan kontak sekunder yaitu
seluruh dunia, terhitung 87% dari siswa yang menggunakan perantara melalui teknologi
terdaftar. dalam pertemuan kelasnya, sebisa mungkin
Sejak diberlakukannya Social dapat memanfaatkan teknologi dalam
distancing memberi dampak bagi pendidikan. pertemuan pembelajaran secara online
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan baik, namun penulis sendiri sebagai
(Mendikbud dikti) Nadiem Makarim mahasiswa merasakan hal tersebut tidak
mendukung kebijakan pemerintah daerah memadai , dari harga kuota internet yang
untuk meliburkan sekolah karena penyebaran lumayan mahal, karena sekali kuliah untuk
virus corona yang semakin mengkhawatirkan. satu mata kuliah dapat menghabiskan kuota
“Dampak penyebaran COVID-19 akan sebanyak 1Gb, kemudian terkadang ditengah
berbeda dari satu wilayah dengan wilayah perkuliahan terjadi masalah jaringan
lainnya. Kami mendukung kebijakan akibatnya banyak materi-materi yang tidak
(meliburkan sekolah) yang diambil pemda,” tersampaikan dengan baik. Penulis berharap
ujar Nadiem. agar birokrat dapat mengambil langkah bijak
Belajar dirumah sudah tepat dalam memaksimalkan ketertinggalan
dilakukan dalam kondisi seperti saat ini. semester ini dengan bijak, agar tidak ada ada
karena dalam Ilmu Sosiologi, interaksi antar yang tumpang tindih dan merasa dirugikan.
manusia itu tidak harus bertemu langsung, Permasalahan sosial yang
tidak harus bersentuhan atau bertatap muka diakibatkan Covid-19 dirasakan oleh
langsung. Interaksi bisa melalui media cetak, masyarakat terutama para siswa dan
teknologi dan media sosial. oleh karena itu, mahasiswa terkait belajar dirumah, para
siswa mengeluh akan belajar dirumah Islam 23 persen, tidak berafiliasi ke agama
dipenuhi dengan tugas rumah yang diberi apapun 16 persen, Hindu sejumlah 15 persen,
oleh masing-masing guru terlalu banyak, Buddha 7 persen, penganut agama lokal 6
sedangkan mahasiswa mengeluhkan bahwa persen, agama-agama lain (Bahai, Tao, Jain,
pertemuan daring banyak terkendala oleh Shinto, Sikh, Zoroaster dll, 1 persen, dan
jaringan Web, teknologi yang kurang Yahudi 0,2 persen. Sementara di Indonesia,
memadai, hingga sinyal. jumlah penduduk saat ini telah mencapai 273
Dampak virus corona berdampak jutaan jiwa. Komposisinya: penganut Islam
pada ketertundaan Semua Agenda kegiatan 87,18 persen, Kristen 6,96 persen, Katolik
yang ada, baik di sekolah maupun di 2,91 persen, Hindu 1,69 persen, Buddha 0,72
perguruan tinggi seperti tugas mahasiswa persen, Khong Hu Cu 0,05 persen, lainnya
dalam pengabdian masyarakat tidak dapat 0,13 persen. Berdasarkan data ini maka 99
dilakukan karena guna meminimalisir persen menganut agama ataupun
pertemuan dalam jarak yang dekat serta keyakinannya masing-masing. Nilai-nilai
mengikuti himbauan pemerintah untuk dan spirit agama sangat kental mewarnai
menghindari kerumunan / membuat perilaku kehidupan sehari-hari sejak di dalam
kerumunan, maka segala agenda kegiatan rumah sendiri, tempat kerja, maupun dalam
yang sudah direncanakan harus ditunda bermasyarakat dan berbangsa.
dalam beberapa waktu yang tidak dapat Pertanyaannya yakni bagaimana spirit agama
ditentukan. Penundaan/Pembatalan agenda tersebut justru dapat membangkitkan energi
kegiatan sangat baik dilakukan dalam situasi untuk membangun peradaban Indonesia
dan kondisi saat ini yang sangat kepada kemajuan bangsa dan negara?
menghawatirkan. Kita sebagai warga yang Muhammadiyah dan Nahdlatul
baik harus patuh dalam aturan yang dibuat Ulama menyerukan jemaahnya masing-
oleh pemerintah dalam upaya pencegahan masing untuk melakukan aktivitas pengajian,
penularan Virus Corona. shalat Jumat dengan diganti shalat dhuhur di
Sudut Pandang Agama rumahnya masing-masing. Pun keputusan
Jumlah penduduk dunia saat ini yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama
berdasarkan populasi dunia pada sensus 2010 Indonesia memiliki semangat yang sama.
mencapai 6,9 miliar; dengan komposisi Apalagi bagi jemaah yang sudah memiliki
Kristiani 31 persen (Katolik dan Kristen), tanda-tanda terkena Covid-19 atau sudah
masuk kategori ODP untuk sementara ini jemaahnya dengan makin produktifnya
tidak perlu pergi ke masjid. Hal yang tidak publik agama melakukan penyemprotan
jauh beda pun dilakukan oleh pemimpin desinfektan secara mandiri di tiap-tiap rumah
tertinggi umat Katolik. Paus Fransiskus ibadahnya. Inilah cara beragama yang
mengimbau umat Katolik untuk beribadah di membebaskan pemeluknya secara akal budi
rumahnya masing-masing tanpa harus pergi sesuai dengan semangat kemajuan teknologi
ke Gereja. Hal di atas sepantasnya komunikasi dan informasi maupun ilmu
disebarluaskan ke seantero negeri mengingat pengetahuan lainnya.
jumlah Muslim yang mencapai 87 persen dari
III. PENUTUP
jumlah penduduk. Harapannya dapat
Penjelasan diatas semestinya
mencegah meluasnya virus Covid-19 akibat
menyadarkan masyarakat akan bahaya yang
perjumpaan-perjumpaan masyarakat di luar ditimbulkan dari pandemi corona ini, bukan
rumahnya yang tidak mendesak secara hanya dari segi kesehatan, tetapi juga dari
keperluan. Beribadah di rumah dengan alasan lingkungan, perekonomian, dan sosial di
lebih mendekatkan diri pada Allah SWT masyarakat. Efek yang ditimbulkan terhadap
adalah argumentasi yang sekadar lingkungan memiliki segi positif terhadap
mendasarkan pada indoktrinasi agama polusi udara yang sebelumnya sangat
namun jauh dari semangat penyelamatan memprihatinkan, kini menurun drastis, tetapi
penganutnya. Menyelamatkan umat hal tersebut tidak lantas membuat kita tidak
alam-1t7qNLhBsbK