Anda di halaman 1dari 42

BIODIVERSITY

Preserving Species

By Nur Aulia
Ruang Lingkup

01 Konsep Keanekaragaman Hayati dan Spesies

02 Manfaat Keanekaragaman Hayati

03 Mencirikan Ancaman Keanekaragaman


Hayati
04 Perlindungan Keanekaragaman Hayati

05 Penangkaran Dan Rencana Penyelamatan Spesies


Konsep Keanekaragaman
Hayati dan Spesies
Biodiversity
Biodiversity atau Keanekaragaman Hayati merupakan keseluruhan berbagai
variasi yang meliputi tingkat genetik, spesies, dan ekosistem di suatu daerah.

1. Keanekaragaman genetik adalah ukuran dari berbagai versi berbeda dari gen
yang sama dalam spesies individu;
2. Keanekaragaman spesies menggambarkan jumlah berbagai jenis organisme
dalam komunitas atau ekosistem individu; dan
3. Keanekaragaman ekologis menilai kekayaan dan kompleksitas komunitas
biologis, termasuk jumlah ceruk, tingkat trofik, dan proses ekologis yang
menangkap energi, mempertahankan jaring makanan, dan mendaur ulang bahan
dalam sistem ini.
Keanekaragaman Genetik
di Indonesia
Keanekaragaman Jenis
di Indonesia
Keanekaragaman Ekosistem
di Indonesia
Spesies
Konsep suatu spesies adalah fundamental dalam
memahami keanekaragaman hayati
Secara umum, spesies adalah organisme berbeda
yang bertahan karena mereka dapat menghasilkan
keturunan yang subur. Tetapi banyak organisme
bereproduksi secara aseksual, yang lain tidak
bereproduksi di alam hanya karena mereka biasanya
tidak bertemu satu sama lain. Karena ambiguitas seperti
itu, ahli biologi evolusi menyukai konsep spesies
filogenetik, yang mengidentifikasi kesamaan genetik.
Sebagai alternatif, konsep spesies evolusi
mendefinisikan spesies berdasarkan sejarah evolusi dan Padma Raksasa (Rafflesia Arnoldii)
leluhur bersama. Kedua pendekatan ini mengandalkan
analisis DNA untuk menentukan kesamaan di antara
organisme.
Berapa Banyak Spesies yang Ada?

Ahli biologi telah mengidentifikasi sekitar


1,5 juta spesies, tetapi ini mungkin hanya
mewakili sebagian kecil dari jumlah
sebenarnya.
Sekitar 70 persen dari semua spesies yang
dikenal adalah invertebrata (hewan tanpa
tulang punggung, seperti serangga, spons,
kerang, dan cacing).
Sebagian besar organisme yang belum
ditemukan dan mungkin merupakan 90
persen dari semua spesies.

Tabel 1. Perkiraan jumlah spesies


Biodiversity Hot Spots

Keanekaragaman hayati yang diidentifikasi oleh konservasi internasional cenderung terletak di iklim tropis atau di laut tengah dan di
kepulauan, daerah pesisir, atau pegunungan tempat banyak habitat berada. Sebagian besar konsentrasi keanekaragaman hayati dunia berada di
dekat garis khatulistiwa, terutama hutan hujan tropis dan terumbu karang.
Pembagian bioregion di Indonesia didasarkan pada bio-geografi flora dan fauna yang tersirat oleh adanya
garis Wallace (Wallace 1860 dan 1910), garis Weber (Weber 1904), dan garis Lydekker (1896).
Manfaat Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman Hayati Menyediakan
Makanan Dan Obat-obatan

 Bahan genetik dari tanaman liar telah


digunakan untuk memperbaiki tanaman
domestik. Sebanyak 80.000 spesies tanaman
liar yang dapat dimakan dapat dimanfaatkan
oleh manusia.
 Beberapa spesies ini telah dieksplorasi untuk
kemungkinan domestikasi atau penanaman
yang lebih luas. Lebah liar, ngengat,
kelelawar, dan organisme lain menyediakan
penyerbukan untuk sebagian besar tanaman
dunia. Tanpa ini kita akan memiliki sedikit
pertanian di sebagian besar dunia.

Tabel 2. Beberapa produk obat alami


Salah satu contohnya kunyit (Curcuma domestica) dan temu lawak (Curcuma xanthorriza).
Pemanfaatan kedua jenis bahan obat tersebut berpatokan pada kandungan senyawa kurkumin dan
beberapa senyawa volatil, seperti xanthorrizol dan senyawa terpenoid lain yang terdapat pada
rimpangnya. Kurkumin dan Xanthorrizol dilaporkan sebagai metabolit yang berperan sebagai
antikanker pada tumbuhan temulawak dan kunyit.
Keanekaragaman Hayati Dapat
Membantu Stabilitas Ekosistem

 Keragaman yang tinggi dapat membantu


komunitas biologis menahan tekanan lingkungan
lebih baik dan pulih lebih cepat daripada
komunitas dengan spesies yang lebih sedikit.
 Dalam komunitas yang beragam, beberapa
spesies selamat dari gangguan, sehingga fungsi
ekologis dapat dipertahankan.
 Mempertahankan keanekaragaman hayati
penting untuk pengendalian hama dan fungsi
ekologis lainnya.
Keanekaragaman Hayati Memberikan Banyak
Manfaat Estetika Dan Budaya

Apresiasi alam sangat penting


secara ekonomi. Seringkali rekreasi
bernilai bahkan lebih dari sumber daya
yang dapat diekstraksi dari suatu
daerah. Memancing, berburu,
berkemah, hiking, dan kegiatan
berbasis alam lainnya juga memiliki
nilai budaya. Kegiatan-kegiatan ini
memberikan latihan, dan kontak
dengan alam dapat memulihkan secara
emosional. Dalam banyak budaya,
alam membawa konotasi spiritual dan
mengamati dan melindungi alam
memiliki makna keagamaan atau
moral.

Pemanfaatan jasa lingkungan Taman Nasional di Jawa untuk Ekowisata


Ancaman pada Keanekaragaman
Hayati
Kepunahan dari Proses Alami

Spesies muncul melalui proses


mutasi dan seleksi alam, dan mereka
menghilang dengan cara yang sama

Dinosaurus, Jurassic World Movie

Studi catatan fosil menunjukkan bahwa lebih dari


99% dari semua spesies yang pernah ada sekarang punah.
Sebagian besar spesies itu sudah pergi jauh sebelum manusia
ada. Teori saat ini menunjukkan bahwa bencana ini
disebabkan oleh perubahan iklim, mungkin dipicu ketika
asteroid besar menghantam bumi. Banyak ahli ekologi
khawatir bahwa perubahan iklim global yang disebabkan oleh
pelepasan gas "rumah kaca" kita di atmosfer dapat memiliki
efek bencana yang sama
Wolly Mammoth, Replika di Museum Victoria , British Columbia Canada
Manusia Mempercepat Kepunahan

Tingkat hilangnya spesies telah meningkat


secara dramatis selama 150 tahun terakhir. Antara
1600 dan 1850,  Disadari atau tidak, lahan yang kita
tempati, makanan, pakaian, bahan bakar, dan
barang-barang yang kita beli, serta sampah yang
kita hasilkan berkontribusi menjadi penyebab
punah atau berkurangnya populasi spesies
E.O.Wilson merangkum ancaman manusia terhadap
keanekaragaman hayati dengan akronim HIPPO,
yang merupakan singkatan dari:
Perusakan Habitat (Habitat Destruction),
Spesies Invasif (Invasive Species),
Polusi (Pollution),
Populasi Manusia (Population), dan
Pemanenan Berlebih (Overharvesting).
Perusakan Habitat

 Satwa liar yang habitatnya terganggu menjelajah


perkebunan atau kawasan tempat tinggal manusia,
sehingga terjadi perebutan ruang atau konflik antara
satwa liar dan manusia yang kerap berakhir dengan
kematian satwa karena ditangkap paksa atau diracun
 Diperkirakan sekitar 20-70% habitat alami Indonesia
sudah rusak (Bappenas, 1993). Hal ini terjadi terutama
karena konversi habitat alami untuk berbagai
kepentingan pembangunan. Misalnya, degradasi hutan
mangrove untuk dikonversi menjadi tambak, lahan
pertanian, pemukiman, pelabuhan dan industri, seperti
yang umum terjadi di pesisir timur Sumatera, pantai
utara Jawa, dan Sulawesi Selatan..
Spesies Invasif

Spesies Invasif adalah organisme yang


berkembang pesat di daerah yang baru di mana
mereka bebas dari pemangsa, penyakit, atau Arapamia gigas 
Burung Merak (Pavo Cristatus)
keterbatasan sumber daya yang bisa jadi
mengendalikan populasi mereka di habitat asli
mereka. misalnya, burung merak telah
diperkenalkan ke banyak kebun binatang kota.
Spesies pendatang biasanya tidak mempunyai
pemangsa alami sehingga dapat merusak
keseimbangan alam, seperti Arapamia Gigas,
Kodok Tebu, dan tanaman Kudzu.

Kodok Tebu Kudzu


Polusi

Polusi menyebabkan hilangnya keanekaragaman


hayati misalnya asap kendaraan bermotor di kota besar
mengakibatkan kematian atau pindahnya burung ke
tempat lain. Selain itu, polusi asap mobil juga dapat
menyebabkan tertutupnya mulut daun tanaman di sekitar
yang dapat mengakibatkan kematian dan hilangnya flora
setempat.
Populasi
Dalam 40 tahun terakhir, populasi global meningkat dua kali lipat dari
sekitar 3,5 miliar menjadi sekitar 7 miliar. Pada waktu itu, menurut
perhitungan Dana Dunia untuk Alam (WWF), konsumsi sumber daya global
kita telah tumbuh dari 60 persen dari apa yang dapat didukung bumi dalam
jangka panjang hingga 150 persen.
Pada saat yang sama, populasi satwa liar global telah menurun lebih dari
sepertiga karena perluasan pertanian, urbanisasi, dan aktivitas manusia
lainnya.
Kurva pertumbuhan populasi manusia mulai naik, tetapi masih belum jelas
apakah kita dapat mengurangi ketidaksetaraan global dan memberikan
kehidupan yang dapat ditoleransi bagi semua manusia sambil menjaga
ekosistem alami yang sehat dan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi.
Pemanenan Berlebih
Panen berlebihan dapat menghabiskan
atau menghilangkan spesies tertentu.
Penanaman berlebihan melibatkan
pengambilan lebih banyak jenis tertentu
daripada yang bisa digantikan oleh
reproduksinya.

Salah satu contohnya adalah peningkatan


ukuran dan efisiensi kapal penangkap ikan
secara besar-besaran dalam tahun-tahun
belakangan ini telah mengakibatkan
kehancuran banyak populasi ikan di
samudra. Perdagangan, perburuan dan
penangkapan satwa liar secara berlebihan
juga menjadi pemicu kepunahan spesies
tersebut. Begitu juga tangkapan samping
atau bycatch – dimana satwa dilindungi
mati tertangkap tanpa sengaja, misalnya
akibat praktik perikanan yang tidak
berkelanjutan. Contoh adalah Terumbu
Karang dan ikan Tuna. Kompasiana.com
Fragmentasi Habitat
Fragmentasi dengan tebang habis
menghasilkan hilangnya karakteristik hutan
dalam yang diperlukan oleh spesies.
Meskipun sebanyak setengah dari hutan
mungkin tetap tidak dipotong dalam banyak
operasi penebangan, sebagian besar yang
tersisa menjadi tepi hutan. Akibatnya dapat
menimbulkan :
 Pengurangan habitat menjadi
bidang-bidang sempit dan
terisolasi
 Pulau-pulau kecil yang jauh dari
daratan memiliki spesies terestrial
yang lebih sedikit
 Populasi yang kecil sulit
berkembang biak
 Spesies invasif menyebar dengan
cepat ke daerah baru

mongabay.co.id
Upaya Perlindungan
Keanekaragaman Hayati
Kita secara bertahap menyadari akan kerusakan sumber daya hayati dan alasan untuk
melestarikannya. Perlahan, kita mengadopsi undang-undang nasional dan perjanjian internasional
untuk melindungi aset yang tak tergantikan ini. Sebagian besar negara sekarang memiliki undang-
undang yang melindungi spesies yang terancam punah). Beberapa upaya perlindungan, yaitu:

Undang-undang Penangkapan Ikan dan Perburuan Spesies yang


1 Terancam Punah Guna Melindungi Spesies dan Habitatnya

2 Pemulihan untuk Membangun Kembali Populasi

3. Penggunaan Lahan Pribadi pada Spesies yang Terancam Punah


3

Perencanaan regional berskala besar


4

5 Perjanjian Satwa Liar Internasional


Undang-undang Perburuan dan Penangkapan Ikan

• Menjelang tahun 1890-an, sebagian besar


negara bagian memberlakukan
pembatasan perburuan dan penangkapan
ikan. Gagasan umum di balik undang-
undang ini adalah untuk melestarikan
sumber daya untuk penggunaan manusia
di masa depan daripada untuk
melestarikan satwa liar demi
kepentingannya sendiri.
• Di Indonesia Perlindungan sumber daya
perikanan diatur secara terpisah dalam
Pasal 13 Undang-Undang No. 31 Tahun
2004 yang diatur lebih lanjut dengan PP
No. 60 Tahun 2007.
UU Spesies Yang Terancam Punah Guna Melindungi Habitat Dan
Spesies

Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae)

Merupakan salah satu cara yang paling kuat untuk


melindungi keanekaragaman hayati dan kualitas lingkungan.
Cara ini tidak hanya memlindungi organisme langka dan
terancam punah, tapi juga membantu melindungi habitat yang
bermanfaat bagi seluruh komunitas biologis dan melindungi
pelayanan ekologi yang berharga.
UU Spesies yang Terancam Punah Guna Melindungi Habitat Dan
Spesies di Indonesia

Perlindungan dan UU No. 5 Tahun 1994 Kementerian Negara


penyelamatan tentang Keanekaragaman Lingkungan Hidup
keanekaragaman hayati Hayati mengeluarkan Peraturan
Indonesia berdasarkan No. 29 tentang Pedoman
kekhasan ekosistem dan Konservasi
jenis di suatu kawasan Keanekaragaman Hayati.

1990 1999

1931 1994 2009


Sesuai amanat UUD
1945 Pasal 33 maka Pelaksanaan perlindungan
diterbitkan UU No. 5 jenis tumbuhan dan satwa
tentang Konservasi mengacu pada PP No. 7
Sumber Daya Alam tentang Pengawetan Jenis
Hayati Ekosistemnya Tumbuhan dan Satwa
Rencana Pemulihan Bertujuan Untuk • Spesies Kunci adalah spesies yang memiliki efek besar pada
Membangun Kembali Populasi fungsi ekologis dan yang pemusnahannya akan memengaruhi
banyak anggota komunitas biologis lainnya; contohnya adalah
Sebuah rencana pemulihan dapat mencakup berbagai jenis  Harimau Sumatera,Orangutan Sumatera, Badak Sumatera, Gajah
strategi, seperti membeli wilayah habitat, memulihkan habitat, Sumatera, Badak Jawa, Orangutan Kalimantan, Penyu Laut,
memperkenalkan kembali spesies ke rentang, program Rafflesia Arnoldii.
penangkaran, dan rencana untuk menegosiasikan kebutuhan
suatu spesies dan spesies. orang yang tinggal di suatu daerah • Spesies indikator adalah spesies yang terikat pada komunitas
Berbagai istilah digunakan untuk spesies langka atau hampir
biotik tertentu atau tahapan suksesi atau serangkaian kondisi
punah yang dianggap pantas mendapat perhatian khusus
diantaranya: lingkungan. Mereka dapat ditemukan dengan andal dalam kondisi
tertentu tetapi tidak yang lain; contohnya adalah sungai kecil
(Salvelinus fontinalis).
• Spesies payung adalah spesies yang memiliki daerah jelajah yang
sangat luas sehingga bila habitat yang menjadi daerah jelajahnya
terjaga dengan baik, satwa dan makhluk lain yang ada di dalamnya
dapat terjaga dengan baik pula. WWF-Indonesia melakukan upaya
konservasi terhadap enam spesies payung yang ada di Indonesia.
Keenam spesies payung tersebut adalah gajah, harimau, orangutan,
badak, penyu, dan hiu paus.
• Spesies andalan adalah organisme yang sangat menarik atau
menarik dimana orang bereaksi secara emosional. Spesies ini dapat
memotivasi masyarakat untuk melestarikan keanekaragaman hayati
dan berkontribusi pada konservasi; contohnya adalah panda raksasa
(Ailuropoda melanoleuca).
Tanah Pribadi dalam Perlindungan Spesies
yang Terancam Punah

Dua pertiga dari spesies yang terdaftar terjadi di tanah yang dimiliki secara pribadi, sehingga kerja
sama antara badan federal, negara bagian, dan lokal dan pemilik tanah pribadi dan suku sangat penting
untuk kemajuan. Sejumlah ketentuan melindungi pemilik tanah, dan ini berfungsi sebagai insentif bagi
mereka untuk berpartisipasi dalam mengembangkan rencana konservasi habitat.
Diperlukan Perencanaan Regional Berskala Besar

Ahli biologi konservasi R. E. Grumbine menyarankan empat prinsip


remanajemen untuk melindungi keanekaragaman hayati dalam pendekatan jangka
panjang berskala besar:
1. Lindungi habitat yang cukup untuk populasi semua spesies asli di wilayah
tertentu.
2. Kelola pada skala regional yang cukup besar untuk mengakomodasi gangguan
alam (kebakaran, angin, perubahan iklim, dan sebagainya).
3. Rencanakan selama berabad-abad sehingga spesies dan ekosistem dapat terus
berevolusi.
4. Memungkinkan penggunaan dan hunian manusia pada tingkat yang tidak
mengakibatkan degradasi ekologis yang signifikan.
Perjanjian Satwa Liar Internasional

Konvensi 1975 tentang Perdagangan


Internasional Spesies Terancam Punah
(CITES) adalah langkah penting menuju
perlindungan di seluruh dunia terhadap flora
dan fauna yang terancam punah
menghilangkan pasar untuk satwa liar yang
terancam punah adalah cara yang efektif
untuk menghentikan perburuan liar
IUCN Red List

1. Extinct (EX: Punah) 5. Vulnerable (VU: Rentan)


2. Extinct In The Wild (EW: Punah Alam Liar) 6. Data Deficient (DD: Informasi Kurang) 
3. Critically Endangered (CR: Kritis) 7. Near Threatened (NT: Hampir Terancam)
4. Endangered (EN: Terancam) 8. Least Concern (LC: Risiko Rendah)

IUCN Red List of Threatened Species dan CITES Appendices merupakan lembaga yang biasanya dijadikan rujukan


mengenai status konservasi secara global. Status konservasi dari dua lembaga tersebut tidak bersifat mengikat secara
hukum, hingga suatu negara mengadopsinya dalam sistem hukum masing-masing.
Penangkaran dan Rencana
Penyelamatan Spesies
Kebun Binatang Dapat Membantu
Melestarikan Satwa Liar
 Di Indonesia sendiri usaha-usaha pemerintah untuk
perlindungan dan penyelamatan keanekaragaman hayati
dilakukan dengan pembentukan kawasan konservasi in situ
dan ex situ.
 Daftar tumbuhan dan satwa yang dilindungi telah beberapa
kali mengalami perubahan. Perubahan ini dilakukan
pemerintah setelah mendapatkan pertimbangan otoritas
keilmuan yang ditunjuk, yakni Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI).
 Daftar yang berlaku saat ini ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.106/MenLHK/Setjen/Kum.1/12/2018 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.20/MenLHK/Setjen/Kum.1/6/2018
tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Terdapat 904 spesies hewan dan tumbuhan dilindungi.
Kawasan Konservasi Ex-Situ

Kawasan konservasi ex situ adalah kawasan


perlindungan di luar habitat alaminya.

Taman Kehati pada intinya adalah sebuah kawasan


pencadangan sumber daya alam hayati lokal yang
diharapkan mampu mendukung kelestarian tumbuhan
beserta satwa penyerbuk dan pemencar biji

Kebun raya didefinisikan sebagai kawasan konservasi tumbuhan


secara ex situ yang memiliki koleksi tumbuhan terdokumentasi
dan ditata berdasarkan pola klasifikasi taksonomi, bioregion,
tematik, atau kombinasi dari pola-pola tersebut untuk tujuan
kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, wisata, dan jasa
Kebun Raya Bogor
Kawasan Konservasi In Situ
Kawasan in situ adalah kawasan perlindungan di habitat alami. Beberapa diantaranya :

Cagar Alam Kawasan suaka alam (KSA) dengan keadaan alamnya


mempunyai kekhasan/keunikan pada jenis tumbuhan dan/atau
keanekaragaman tumbuhan beserta gejala alam dan ekosistemnya sehingga
memerlukan upaya perlindungan dan pelestarian agar keberadaan dan
perkembangannya dapat berlangsung secara alami.
Suaka Marga Satwa KSA yang mempunyai kekhasan/keunikan pada jenis
satwa liar dan/atau keanekaragaman satwa liar dan untuk kelangsungan
hidupnya memerlukan upaya perlindungan dan pembinaan terhadap populasi
dan habitatnya.
Taman Nasional Kawasan perlindungan alam (KPA) berekosistem asli yang
dikelola dengan sistem zonasi dan dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, penunjang budaya, pariwisata, dan rekreasi.
Taman Hutan Raya KPA untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa, baik
alami maupun tidak alami, jenis asli dan/atau tidak jenis asli, yang tidak
invasif dan dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, penunjang budi daya, budaya, pariwisata, dan rekreasi.
Menyelamatkan Spesies Langka di Alam Liar

Taman Nasional Ujung Kulon di Indonesia,


rumah bagi beberapa badak Jawa yang tersisa
di dunia. Kebun binatang membantu
melindungi mereka di habitat asli mereka

Taman Nasional Ujung Kulon, Banten, Jawa Barat

Pulau Komodo dikenal sebagai habitat asli


hewan komodo. Pulau Komodo juga diterima
sebagai Situs Warisan Dunia  UNESCO, karena
dalam wilayah Taman Nasional Komodo, bersama
dengan Pulau Rinca, Pulau Padar dan Gili Motang

Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur


Kesimpulan

Keanekaragaman hayati menyediakan


makanan, serat, obat-obatan, air bersih, dan
banyak produk dan layanan lain yang kita
andalkan setiap hari. UU spesies yang terancam
punah telah menjadi salah satu alat yang kita
miliki untuk perlindungan lingkungan. Mengingat
ancaman serius yang dihadapi lingkungan kita
saat ini termasuk polusi, perusakan habitat,
spesies invasif, dan perubahan iklim global, kita
mungkin perlu mengevaluasi kembali spesies
mana yang akan kita lindungi, dan bagaimana kita
akan melindunginya. Jelas bahwa kita perlu
khawatir tentang organisme lain tempat kita
bergantung pada sejumlah layanan ekologi, dan
dengan siapa lagi kita berbagi planet ini.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai