Anda di halaman 1dari 97

PT.

YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

BAB II
RUANG LINGKUP STUDI

2.1. LINGKUP RENCANA KEGIATAN

2.1.1. Status dan Lingkup Rencana Usaha / Kegiatan yang Akan Ditelaah

Status Studi AMDAL

PT. YYY merupakan perusahaan swasta nasional yang dikhususkan membidangi


usaha perkebunan dan pengolahan kelapa sawit (Akte Pendirian pada Lampiran 1).
Sebagai langkah awal dilakukan pembuatan studi kelayakan teknis dan ekonomis.
Studi ini disamping akan dijadikan sebagai kelayakan teknis dalam kegiatan
perkebunan dan pengolahan kelapa sawit, juga sebagai bahan penilaian dampak
lingkungan rencana kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang akan
dilaksanakan. Studi kelayakan teknis yang telah dilakukan menghasilkan bahwa
secara teknis kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit di lahan rawa
dengan batas koordinat seperti pada Tabel 2-1 layak dilakukan, dan secara
ekonomis juga menguntungkan untuk diusahakan. Sehingga untuk mengetahui
apakah juga layak secara lingkungan, maka akan dilakukan studi AMDAL.

Pelaksanaan Amdal itu sendiri dilakukan secara berurutan, yaitu dimulai dengan
penyusunan studi kelayakan teknis dan ekonomis terlebih dahulu yang disusun
tahun 2006, kemudian dilanjutkan penyusunan Amdal dan diakhiri nantinya dengan
kemungkinan modifikasi proyek dengan upaya pengelolaan. Pada saat studi ini
dilakukan kegiatan masih pada tahap persiapan (perijinan, inventaisasi pemilik
lahan, survei, dan lain-lain).

Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha/Kegiatan dengan Rencana Tata Ruang

Secara administratif, rencana lokasi perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT.
YYY terletak di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Banjar. Untuk mencapai
lokasi proyek dapat ditempuh melalui jalan darat dan sungai. Melalui jalan darat dari
Kota Martapura ke arah timur, masuk jalan akses pengangkutan batubara di desa

RUANG LINGKUP STUDI


(2-1)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Surian kemudian menuju ke arah utara melalui jalan tanah yang telah diperkeras
dengan laterite menyusuri saluran sekunder masuk ke Desa Alalak Padang atau ke
Desa Makmur Karya dari arah selatan. Sedangkan melalui jalan sungai dari Kota
Martapura dengan menggunakan perahu sampai ke Sungai Rangkas Tengah,
dilanjutkan kearah Simpang Lima dan berbelok ke utara menuju daerah transmigran
Jejangkit dengan waktu tempuh 1,5 jam.

Untuk lebih jelasnya, lokasi rencana kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa
sawit PT. YYY disajikan pada Gambar 2.1. Selanjutnya titik-titik koordinat wilayah
rencana perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT. YYY secara lebih rinci dapat
dilihat dalam Tabel 2.1.

Tabel 2-1. Koordinat Lokasi Perkebunan dan pabrik kelapa Sawit PT. YYY

No. Bujur Timur (BT) Lintang Selatan (LS)

1 114º49’54,6” 03º01’05,4”

2 114º56’00,1” 03º04’42,3”

3 114º53’51,8” 03º08’19,2”

4 114º55’16,9” 03º10’02,5”

5 114º52’48,6” 03º11’09,1”

6 114º49’21,7” 03º11’09,1”

7 114º49’52,6” 03º07’46,2”

8 114º49’43,4” 03º02’31,5”

Salah satu hal penting yang diperhatikan dalam penyusunan Amdal perkebunan ini
adalah kesesuaian lokasi dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan
Selatan dan Rencana Tata Ruang Kabupaten Banjar. Berdasarkan Peraturan
Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 9 Tahun 2000 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dan Rencana Tata Ruang Kabupaten
Banjar lokasi proyek termasuk dalam Kawasan Budidaya Tanaman Perkebunan
Lahan Basah (KBTPLB). Hal ini menunjukan bahwa lahan rencana perkebunan PT.

RUANG LINGKUP STUDI


(2-2)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

YYY tidak melanggar kaidah tata ruang yang ada baik di provinsi maupun
kabupaten. Untuk lebih jelasnya, penetapan kawasan pembangunan lahan
perkebunan PT. YYY dengan RTRW selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.2
dan Gambar 2.3. Sedangkan menurut Kepmenhut No. 453 selengkapnya dapat
dilihat Gambar 2.4.

Rencana Usaha / Kegiatan Penyebab Dampak

Aspek penting yang dilingkup dalam proses studi Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT. YYY
adalah sebagai berikut : (i) rencana kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa
sawit yang dibatasi pada komponen kegiatan yang diperkirakan menimbulkan
dampak perubahan secara mendasar terhadap komponen lingkungan, (ii) komponen
lingkungan hidup yang ditelaah, dimana dibatasi hanya pada komponen lingkungan
yang mengalami perubahan secara mendasar akibat serangkaian kegiatan
perkebunan dan pengolahan kelapa sawit, (iii) kegiatan lain yang ada di sekitar
lokasi proyek.
Lingkup kegiatan pada perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT. YYY di
Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar mencakup penguraian tahapan
kegiatan, metode perkebunan, dan pengolahan kelapa sawit yang dapat diuraikan
sebagai berikut :

(1.) Rencana Jadwal Pelaksanaan Proyek

Secara umum aktivitas perkebunan dan pengolahan kelapa sawit oleh PT. YYY
dibedakan atas 3 (tiga) tahapan kegiatan, yakni tahap pra-konstruksi, konstruksi dan
operasi. Ketiga tahapan kegiatan di atas terbagi kedalam 2 (dua) kegiatan utama
yaitu perkebunan dan industri pengolahan kelapa sawit. Tahap kegiatan pada
sektor perkebunan kelapa sawit meliputi pembersihan lahan, pesemaian/pembibitan,
pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan tanaman.
Sedangkan tahap kegiatan pada sektor pengolahan kelapa sawit meliputi
pengangkutan dan pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi minyak kelapa
sawit mentah (crude palm oil, CPO) dan minyak inti sawit (kernel palm oil, PKO).

RUANG LINGKUP STUDI


(2-3)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Gambar 2-1. Peta Lokasi Proyek

RUANG LINGKUP STUDI


(2-4)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Gambar 2-2. Kesesuian tata ruang dengan RTRWP

RUANG LINGKUP STUDI


(2-5)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Gambar 2-3. Kesesuaian dengan RTRW Kabupaten Banjar

RUANG LINGKUP STUDI


(2-6)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Gambar 2-4. Status lahan menurut Kepmenhut No. 453

RUANG LINGKUP STUDI


(2-7)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Pemilihan kegiatan yang menimbulkan dampak dan komponen lingkungan hidup


yang terkena dampak ditetapkan melalui suatu proses pelingkupan (scoping).
Proses pelingkupan dilakukan melalui studi pendahuluan di lapangan, serangkaian
diskusi antara anggota tim, hasil pertemuan dan konsultasi dengan berbagai pihak
(pemrakarsa, pejabat pemerintah, para pakar, tokoh masyarakat dan/atau yang
mewakili masyarakat yang terkena dampak) dan telaahan berbagai laporan studi
sebelumnya yang relevan dengan rencana kegiatan proyek serta termasuk
penjaringan lewat pengumuman di koran daerah (Lampiran 2). Selengkapnya
rencana jadwal pelaksanaan kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit
disajikan pada Tabel 2.2.

Tabel 2-2. Jadwal rencana kegiatan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. YYY

Kegiatan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 s/d 2034
A. Prakonstruksi
Pengadaan
1 X
lahan
Penerimaan
2 X
Tenaga Kerja
B. Konstruksi
Pembukaan
1 X
lahan
Mobilisasi
2 Peralatan & X
Material
Pembangunan
3 Sarana X X
Prasarana
Pembangunan
4 X
pabrik
C. Operasi X
1 Pembibitan X
2 Penanaman X
3 Pemeliharaan X X X X X X X X
4 Pemanenan X X X X X

RUANG LINGKUP STUDI


(2-8)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

5 Pengolahan X X X X
6 Pengangkutan X X X X X
Pengolahan
7 X X X X
Limbah
Sumber : PT. YYY (2007)

(2.) Rencana Penggunaan lahan

Berdasarkan izin lokasi yang dimiliki rencana luas tapak proyek perkebunan dan
pengolahan kelapa sawit PT. YYY adalah seluas 15.000 hektar. Dengan demikian
luas plasma yang harus dikembangkan oleh perusahaan minimal 3.000 ha (20% dari
luas inti) Dari areal tapak proyek perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT. YYY
seluas 15.000 hektar, sebagian besar akan digunakan sebagai kebun kelapa sawit
yang diproyeksikan hingga mencapai 14.350 hektar, selain itu juga digunakan untuk
jalan dan saluran (420 hektar), emplasemen (108 hektar), dan pabrik 15 hektar serta
pembangunan fasilitas umum (107 hektar). Site plan perkebunan dan pengolahan
kelapa sawit PT. YYY disajikan pada Gambar 2.4, sedangkan rencana penggunaan
lahan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT. YYY selengkapnya disajikan
pada Tabel 2.3.

Tabel 2-3. Rencana pemanfaatan lahan kebun PT. YYY

No. Penggunaan Lahan Luas (ha)


1 Areal Tanaman 14.350
2 Jalan dan Saluran 420
3 Emplasemen 108
4 Pabrik 15
5 Penampungan Air Baku 2
6 IPAL 5
7 Fasilitas Umum 100
Jumlah 15.000

RUANG LINGKUP STUDI


(2-9)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Gambar 2-5. Site plan kebun dan pabrik kelapa sawit PT. YYY

RUANG LINGKUP STUDI


(2-10)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

(3.) Rencana Produksi Kebun dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit

Dari tapak proyek seluas 15.000 ha, areal yang akan tertanam kelapa sawit
diproyeksikan akan mencapai 14.350 ha serta areal pabrik pengolahan seluas 22
ha. Kapasitas pabrik pengolahan kelapa sawit PT. YYY adalah 80 ton TBS/jam.
Pada pengelolaan kebun yang baik, produksi TBS dari perkebunan kelapa sawit PT.
YYY dengan kelas kesesuaian potensial untuk kelapa sawit yang termasuk S2
(cukup sesuai) dengan S3 (sesuai marjinal) diperkirakan produksi sebesar 20 - 25
ton TBS/ha/tahun. Dengan perkiraan produksi ini maka bila luas tanaman kelapa
sawit mencapai 14.350 ha akan dihasilkan produksi maksimal 260.000 ton
TBS/tahun, seperti yang disajikan Tabel 2.4.

Berdasarkan perkiraan potensi produksi, maka kapasitas pabrik dapat dihitung.


Dengan asumsi tiga shift kerja perhari (20 jam kerja perhari) dengan 25 hari kerja
perbulan serta kapasitas produksi maksimum yang disesuaikan dengan produksi
bulanan diperhitungkan sebesar 10,5%, maka untuk mengolah seluruh produksi TBS
tersebut akan dibutuhkan pabrik dengan kapasitas minimal (14.350 ha x 20 ton
TBS/ha x 10,5%) : (25 hari x 20 jam) = 60,27 ton TBS/jam (dalam hal ini PT. YYY
merencanakan kapasitas pabrik terpasang 80 TBS/jam). Tanaman kelapa sawit
tenera unggul yang bersumber dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit dapat
menghasilkan 23 - 28 ton TBS/ha/tahun (Tabel 2.5). Dengan tingkat produktivitas
yang demikian, dapat diperoleh sekitar 5.5 - 7,5 ton CPO dan 0,5 ton minyak inti
sawit/ha/tahun pada tingkat oil extraction rate (rendemen CPO) 23 – 26% dan kernel
extraction rate (rendemen inti) 6,5 – 8% (Asmono et al., 2001).

RUANG LINGKUP STUDI


(2-11)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Tabel 2-4. Proyeksi produksi TBS kebun inti, CPO dan inti sawit di PT. YYY

Sumber : PT. YYY

Tabel 2-5. Karakter varietas unggul kelapa sawit

RUANG LINGKUP STUDI


(2-12)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

(4.) Rencana Penggunaan Sumberdaya Air

Air digunakan untuk berbagai keperluan, antara lain untuk pembibitan, rumah tangga
karyawan, kantor, dan PKS. Keperluan air untuk operasional kebun dan pengolahan
kelapa sawit PT. YYY rencananya akan dipenuhi dari sungai terdekat yang di
perbesar kapasitasnya sehingga mampu menampung air dalam jumlah yang besar
guna memenuhi kebutuhan PKS terutama pada saat musim kemarau, sedangkan
pengambilan air langsung dari Sungai Barito dengan jarak ± 7 km merupakan
alternatif lain. Menurut perhitungan teknis, rata-rata kebutuhanan air di pembibitan
setara dengan curah hujan 3,4 mm/hari (34.000 liter/ha/hari atau 2,25 liter per
polibag). Penyiraman tidak perlu dilakukan jika turun hujan pada hari tersebut
dengan curah hujan minimum 8 mm. Rumahtangga karyawan diperkirakan
memerlukan air sebesar 950 m3/hari. Kantor diperkirakan akan memerlukan air 25
m3/hari. Keperluan air untuk PKS dihitung berdasarkan kapasitas riil PKS, namun
untuk perhitungan penggunaan air nantinya dihitung berdasarkan kapasitas
maksimum PKS. Kebutuhan air untuk mengolah 1 ton TBS adalah 1,0 m3 (dengan
rasio 1 : 1), sehingga pada saat kapasitas maksimum PKS mengolah produksi 80
ton TBS/jam dibutuhkan air sebanyak 80 m3/jam atau 1.600 m3/hari (setara 20 jam
kerja mesin/hari). Kebutuhan air tersebut akan dipenuhi dari Sungai Barito dengan
cara membuat waduk penampungan air baku seluas sekitar 2 ha yang dibuat di
dekat bangunan pabrik. Secara rinci penggunaan air untuk kegiatan perkebunan
dan pabrik kelapa sawit PT. YYY disajikan pada Tabel 2.6.

Tabel 2-6. Rencana penggunaan air untuk keperluan kegiatan perkebunan dan
pabrik kelapa sawit PT. YYY

RUANG LINGKUP STUDI


(2-13)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

(5.) Rencana Sistem Perjernihan Air

Sebelum didistribusikan untuk memenuhi keperluan PKS dan rumahtangga


karyawan, air dari Sungai Barito dipompa ke instalasi air (water treatment) untuk
dijernihkan. Proses penjernihan air adalah sebagai berikut:

1) Air dari Sungai Barito dialirkan melalui pipa berdiameter 6 inci dan ditampung di
kolam penampungan (clarifier tank). Air yang masuk ke dalam kolam diberi
bahan kimia sebagai koagulan seperti tawas dengan dosis 50 - 125 ppm dan
soda ash 25 – 50 ppm. Tingkat pemberian koagulan ini tergantung pada
kualitas air yang diambil dari sungai, semakin rendah kualitas air yang diambil,
maka semakin besar pula dosis bahan kimia yang ditambahkan. Pemberian
koagulan ini dilakukan dengan cara menginjeksikan koagulan melalul pipa
sebelum air sampai di clarifier tank. Dari clarifier tank ini, air jernih ditampung
pada beberapa water tank untuk didistribusikan menuju tempat yang
membutuhkan air. Proses ini selain akan menghasilkan air yang memenuhi
persyaratan, juga menghasilkan bahan sediment. Secara periodik akan
dilakukan pengangkatan sedimen agar kolam penampungan tetap dalam
keadaan design yang diinginkan (kapasitas tetap). Sedimen yang terangkat
kemudian diangkut dengan menggunakan truk dan disebarkan pada daerah
yang relatif rendah (cekungan).

2) Boiler memerlukan air yang mumi dan bebas ion, agar tidak merusak boiler dan
mesin-mesin lainnya. Untuk itu perlu dilakukan pemurnian air sehingga sesuai
dengan standar. Pengolahan air untuk boiler dilakukan dengan proses
demineralisasi dan cleaerasi. Demineralisasi bertujuan untuk menghilangkan
kandungan mineral di dalam air dengan jalan substitusi anion dan kation.
Dalam proses ini kation yang digunakan adalah resin dengan prinsip kerja
menjerap kation maupun anion yang terdapat dalam air sehingga air menjadi
bebas ion. Selanjutnya resin yang sudah jenuh dan harus segera dilakukan
proses regenerasi. Deaerasi adalah suatu proses untuk melepaskan gas-gas
yang terlarut di dalam air seperti gas O2 dan CO2. Proses ini biasanya
menggunakan deaerator, berupa silinder mendatar yang dilengkapi dengan pipa

RUANG LINGKUP STUDI


(2-14)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

injeksi steam yang mengarah ke atas. Prinsip kerjanya, air yang masuk harus
berlawanan dengan sistem yang masuk sehingga udara yang terlarut di dalam
air akan keluar sempuma. Suhu air di dalam deaerator sekitar 105 oC.
Keadaan ini dapat mengurangi jumlah gas terlarut, selain itu kondisi air dengan
suhu tersebut sangat baik karena dapat berfungsi sebagai panas pendahuluan
sebelum masuk ke dalam boiler.

(6.) Rencana Penggunaan Energi

Sumber energi diperlukan untuk kegiatan kebun, perumahan, kantor, penerangan,


dan PKS rencananya bersumber dari mesin genset. Khusus untuk PKS dan
perumahan disekitarnya, sumber energi tambahan berasal dari turbin (boiler) dari
PKS manakala proses pengolahan CPO berlangsung. Penggunaan genset untuk
PKS diperlukan untuk masa awal pengolahan pabrik. Genset Turbin masing-masing
berkapasitas 300 KVA sebanyak 2 unit dan 1000 KVA sebanyak 3 unit. Untuk
perumahan karyawan dan kantor induk menggunakan listrik dari genset
berkapasitas 80 KVA. Untuk emplasement Divisi menggunakan genset berkapasitas
70 KVA sebanyak 2 unit. Mesin genset akan menggunakan solar sebanyak, 2.000
liter perbulan (2 unit genset 30 KVA). Oli bekas dan operasional genset sebanyak
84 liter/bulan akan dikumpulkan dalam drum berukuran 200 liter untuk selanjutnya
dijual kepada pengumpul resmi atau dimusnahkan sesuai Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor : 86 tahun 1990 tentang Tata Cara Pemusnahan Pelumas Bekas dan
Pengawasamya. Pengolahan kelapa sawit di PKS, diperlukan energi listrik 15 s.d.
17 kW/ton TBS (Bapedal, 1998).

(7.) Rencana Pengolahan Limbah

Limbah yang dihasilkan dari perkebunan dan PKS adalah limbah padat, cair, gas.
Gambaran jenis-jenis limbah yang dihasilkan oleh PKS secara lengkap disajikan
pada Gambar 2.6 dan Gambar 2.7.

RUANG LINGKUP STUDI


(2-15)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Tahap Proses Fungsi Limbah/Dampak

Sterilisasi  Mempermudah perontokan  Limbah cair panas


(Pengukusan)  Mengurangi kadar air  Kebisingan
 Inaktivasi enzim lipase dan
okdidase

Perontokan  Memisahkan buah dari  Limbah padat


(Treshing) tandan  Kebisingan

Pelumatan  Menghancurkan daging buah  Kebisingan


(Digesting)  Melepaskan sel yang
mengandung minyak

Ekstraksi  Memisahkan minyak daging  Limbah padat (sabutyang


Minyak buah dari bagian lain bercampur dengan inti sawit)
 Limbah cair panas

Pemurnian  Membersihkan minyak dari  Limbah padat (sludge)


(Klarifikasi) kotoran lain  Limbah cair panas
 Kebisingan

Gambar 2-6. Tahap proses, fungsi dan limbah pengolahan minyak sawit (CPO)
(Bapedal, 1998).

RUANG LINGKUP STUDI


(2-16)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Tahap Proses Fungsi Limbah/Dampak

Ampas dan Biji

Pemisahan Biji  Memisahkan biji dari sabut  Limbah padat


dan Serabut dan kotoran lain

Pengeringan  Mengurangi kadar air yang


terkandung dalam inti sawit

Pemecahan Biji  Memecah cangkang dengan  Debu dan Kebisingan


(nut Cracking) cara lemparan

Pemisahan Inti  Memisahkan inti sawit dari  Limbah padat (cangkang,


Sawit dengan cangkang dan kotoran lain batu, dll)
Cangkang
 Limbah cair
 Kebisingan

Pengempaan  Mengeluarkan minyak dari  Limbah padat (bungkil)


inti sawit

Minyak Inti Sawit

Gambar 2-7. Tahap proses, fungsi dan limbah pengolahan minyak inti sawit (PKO)
(Bapedal, 1998)

RUANG LINGKUP STUDI


(2-17)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

(a) Limbah Padat

Limbah padat pada pembangunan kebun dan PKS meliputi limbah padat dari hasil
kegiatan pembukaan lahan dan operasional PKS. Pada kegiatan pembukaan lahan
dihasilkan limbah kayu yang tidak dimanfaatkan, ranting, daun dari pohon dan
semak belukar. Limbah padat hasil pengolahan kelapa sawit berupa janjangan
kosong, serabut, cangkang, dan lumpur (sludge). Limbah kayu yang dihasilkan
pada saat pembukaan lahan akan dimanfaatkan untuk menahan tanggul/tukungan
individual dan limbah daun, pelepah, serta serasah dimanfaatkan untuk menutup
tanah dan dibiarkan menjadi humus. Jumlah limbah padat yang dihasilkan dari
proses pengolahan kelapa sawit diperkirakan berupa janjangan kosong (21,5%),
serabut (12,9%), cangkang (5,4%), dan lumpur (4,1%). Total limbah padat yang
dihasilkan PKS diperkirakan sebesar 43,95%. Dengan kapasitas pabrik 80 ton
TBS/jam maka limbah padat total sebesar 13,16 ton/jam atau 263 ton/hari.

Tahapan proses produksi yang menghasilkan limbah ini adalah pada tahap
pemisahan buah dari tandan yang menghasilkan janjangan kosong, pemisahan biji
kelapa sawit dengan sabut yang menghasilkan serabut, tahap pemecahan biji
dengan inti sawit yang menghasilkan cangkrang, dan tahap pemurnian (klarifikasi)
yang menghasilkan lumpur.

Limbah padat dari proses pengolahan kelapa sawit dapat dipergunakan sebagai
pupuk, mulsa, dan dijual sebagai bahan bakar alternatip bagi industri. Dengan
demikian limbah padat dari rencana perkebunan dan pengolahan kelapa sawit
secara keseluruhan tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.

Limbah daun, pelepah serta serasah dapat dimanfaatkan untuk menutup tanah
sebelum penanaman dan dibiarkan menjadi humus. Janjangan kosong akan
dimanfaatkan sebagai pupuk atau mulsa yang akan disebarkan pada lahan kebun
kelapa sawit. Cangkang akan dijual kepada pihak luar sebagai bahan alternatif
bahan bakar pengganti batubara. Serabut akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar
untuk operasional boiler. Sedangkan lumpur yang mengendap pada IPAL setelah
dikeringkan akan digunakan untuk pupuk bahan organik di areal perkebunan.

RUANG LINGKUP STUDI


(2-18)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Pemanfaatan janjangan kosong sebagai pupuk organik memerlukan waktu


degradasi 6 bulan sampal 1 tahun melalui proses pengomposan. Pengomposan
limbah padat kelapa sawit dilakukan dengan sistem aerobik dengan memanfaatkan
mikroorganisme aerobik (kapang, bakteri dan actinomicetes). Selain pemanfaatan
mikroorganisme tersebut dalam pengomposan ditambahkan starter atau aktivator
dari kotoran lemak. Nantinya janjangan kosong akan dipotong-potong menjadi
bagian-bagian kecil dan kemudian ditaburkan di atas permukaan tanah pada lahan
penanaman kelapa sawit. Praktek ini akan mengurangi penggunaan pupuk pabrikan
hingga 50%.

(b) Limbah Cair

Limbah cair yang akan dihasilkan dari seluruh proses produksi CPO diperkirakan
maksimal sebesar 60% dari jumlah TBS yang diolah. Dengan demikian pada
pengoperasian pabrik kelapa sawit secara penuh dengan kapasitas 80 ton TBS/jam
akan menghasilkan limbah cair sebesar 48 ton/jam atau 920 ton/hari. Berdasarkan
hasil penelitian diketahui bahwa kualitas limbah cair yang dihasilkan berpotensi
mencemari badan air penerima limbah. Hasil penelitian limbah cair pabrik kelapa
sawit tersebut disajikan pada Tabel 2.7.

Tabel 2-7. Kualitas limbah cair pabrik kelapa sawit

Sumber: PPKS dalam IPB (2000)

Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) berasal dari unit proses pengukusan
(sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon di PKS. Limbah cair
tersebut berbentuk kental berwarna coklat, dan berbau dengan kandungan lemak 60
ppm dan minyak 0.8 % dan mengandung bahan organik yang sangat tinggi. Namun,

RUANG LINGKUP STUDI


(2-19)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

senyawa organik dapat dirombak (mengalami degradasi) secara mikrobiologis oleh


mikroba (bakteri aerob maupun anaerob). Karakteristik fisika dan kimia LCPKS
segar disajikan dalam Tabel 2.8 dan Tabel 2.9.

Tabel 2-8. Karakteristik fisika dan kimia LCPKS

Sumber: PPKS dalam IPB (2000)

Tabel 2-9. Karakteristik limbah cair PKS menurut sumbernya

Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2004).

- Rencana Pengelolaan Limbah Cair

PT. YYY merencanakan penanganan limbah cair tersebut dengan sistem


pengolahan limbah dalam IPAL. Desaign IPAL nantinya disesuaikan dengan kondisi
fisik lahan basah. Kolam-kolam limbah didesain menggunakan tanggul dari beton
RUANG LINGKUP STUDI
(2-20)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

untuk mencegah penyebaran limbah ke perairan umum ketika musim hujan. Desain
kolam limbah untuk PKS PT. Palmina dengan kapasitas 80 ton TBS/jam dengan
tujuan untuk dibuang ke perairan umum dengan kandungan BOD kurang dari 100
ppm mengacu pada desain kolam limbah dari PPKS selengkapnya disajikan pada
Gambar 2.8.

Gambar 2-8. Desain kolam limbah (PPKS, 2006)

RUANG LINGKUP STUDI


(2-21)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

(a) Limbah Gas (Udara) dan Kebisingan

Limbah udara berasal dari pembakaran solar pada generating set dan pembakaran
sabut pada boiller. Gas buangan ini dibuang ke udara terbuka dan dikendalikan
dengan pemasangan penangkap debu (dust collector) untuk mengikat debu dalam
sisa gas pembakaran, kemudian dialirkan melalui cerobong asap setinggi 25 m dari
permukaan tanah. Debu dari dust collector secara reguler ditampung dan dibuang
ke lapangan untuk penimbunan daerah rendah yang ada di sekitar perkebunan.

Kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin-mesin produksi di PKS cukup tinggi,


mengingat mesin yang digunakan umumnya mesin-mesin yang besar.

6) Rencana Tangki Timbun

Sebagai kelengkapan prasarana pabrik pengolahan kelapa sawit PT. YYY


berencana membangun dua unit tangki timbun CPO dekat dengan PKS masing-
masing dengan kapasitas 2.000 ton.

7) Rencana Umur Kegiatan

Umur kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT. YYY tidak dapat
ditentukan mengingat bahan baku dapat diperbaharui dengan cara melakukan
pengaturan waktu tanam dan peremajaan tanaman kelapa sawit apabila tanaman
sudah mengalami penurunan produksi.

Umur tanaman kelapa sawit ditentukan selama 30 tahun sejak saat ditanam. Sejak
tanam hingga umur empat tahun baru berbuah dan dapat dipanen, namun dengan
produksi yang relatif kecil (buah pasir). Selanjutnya relatif umur 7 hingga 15 tahun,
tanaman kelapa sawit mengalami produksi puncak yakni rata-rata 20-30 ton
TBS/ha./tahun, khusus pada lahan basah produksi pada kisaran umur tersebut
dapat mencapai 35 ton TBS/ha./tahun, selanjutnya terus mengalami penurunan
produksi hingga umur 25 tahun. Umur 25 tahun ke atas, tanaman kelapa sawit
sudah dinyatakan tidak layak ekonomis lagi untuk dipanen dengan pertimbangan
perbandingan biaya pemeliharaan dan produksi. Tanaman yang tidak produktif lagi

RUANG LINGKUP STUDI


(2-22)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

akan ditebang dan kembali diremajakan (replanting) yakni dengan menanam


tanaman kelapa sawit baru.

8) Tahapan Rencana Kegiatan Penyebab Dampak

Rencana kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT. YYY terbagi atas 3
tahap kegiatan, yaitu tahap pra-konstruksi, konstruksi dan operasi. Uraian
komponen kegiatan yang ditelaah pertahapan kegiatan berkaitan dengan dampak
yang ditimbulkan diuraikan sebagai berikut :

a) Tahap Pra Konstruksi


(1) Survei Lahan
(2) Pengadaan dan Pembebasan Lahan
(3) Rekrutmen Tenaga Kerja
(4) Mobilisasi Peralatan

(1) Survei Lahan


Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi pengukuran atau pemetaan
topografi, penentuan trace / aligmen lokasi perkebunan dan pengolahan kelapa
sawit serta kebutuhan prasarana lainnya termasuk penyclidikan tanah (soil
investigation), sehingga dapat ditentukan jenis tanah yang sesuai (land suitable)
guna mendukung peruntukan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit.
Secara umum survei/sigi yang dilakukan pada dasarnya untuk mengetahui
berbagai hal yang berhubungan dengan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit,
sebagai berikut.
1. Pengecekan tanah untuk menentukan lokasi yang tepat untuk perkebunan dan
pengolahan kelapa sawit serta sarana penunjangnya.
2. Untuk mengetahui kesesuaian atau kelayakan teknis dan ekonomis dalam
hubungannya dengan perencanaan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit.
3. Mendeliniasi lokasi lahan yang cocok untuk kebun dan infrastruktur lainnya serta
memberikan faktor pembatasnya

RUANG LINGKUP STUDI


(2-23)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

4. Memberikan saran dan rekomendasi rencana perkebunan dan pengolahan


kelapa sawit di calon lokasi yang sesuai dengan kesesuaian lahannya.
5. Merancang kedudukan lokasi pabrik, jalan, pengambilan air termasuk di
dalamnya perencanaan kemajuan kebun.

(2) Pengadaan dan Pembebasan Lahan

Penentuan lokasi rencana perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT. YYY
berdasarkan pertimbangan :
1) Hasil studi rencana teknis kebun dan pabrik serta sarana prasarana lainnya.
2) Areal rencana lokasi merupakan areal yang sesuai dengan RTRWP Kalimantan
Selatan dan RTRW Kabupaten Banjar.
3 ) Aksesibilitas yang mudah dari calon lokasi ke tempat kegiatan lainnya.

Dalam kegiatan pengadaan dan pembebasan lahan untuk areal kebun pada
prinsipnya tidak dilakukan kompensasi (ganti rugi). Peran serta masyarakat sekitar
kebun nantinya akan dilibatkan dalam program plasma. Jika tanah yang sudah
digarap masyarakat tersebut berada dalam lokasi proyek (berdasarkan izin lokasi),
maka lahan tersebut akan menjadi enclave atau dijadikan cadangan kebun plasma.
Komitmen perusahaan dalam pengelolaan kebun menggunakan program plasma.
Direncanakan, program plasma akan mulai dilakukan paling lambat pada akhir tahun
2008, yang dikelola melalui koperasi (KUD) yang akan dibentuk sebelumnya. Dalam
program plasma ini, setiap kepala keluarga (KK) akan mengelola lahan maksimal
seluas 2 Ha. Penetapan dan alokasi lahan plasma ditentukan dari lahan yang
ditawarkan oleh masyarakat melalui koordinasi KUD. Dengan demikian pola
kemitraan ini selama satu siklus perkebunan PT. YYY (30 tahun). Rencana
penggunaan lahan untuk kepentingan kebun dan pabrik pengolahan serta sarana
dan prasarananya sudah diuraikan pada Tabel 2.3.

(3) Rekrutmen Tenaga Kerja

RUANG LINGKUP STUDI


(2-24)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Rencana keperluan tenaga kerja untuk kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa
sawit akan menangani bidang manajemen, administrasi, tenaga teknis kebun, dan
perencanaan teknik meliputi operasional pembukaan lahan, pembuatan jalan,
pembangunan fasilitas dan sarana prasarana lainya. Pada tahap konstruksi
sebagian besar komponen kegiatan dikerjakan secara swakelola dengan melibatkan
tenaga kerja dari masyarakat lokal. Sedangkan pada tahap operasi diperlukan
tenaga kerja dalam jumlah yang banyak, baik keperluan kebun maupun pabrik
kelapa sawit. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk kegiatan kebun dan PKS
diperkirakan sebanyak 1.982 orang meliputi staff administrasi (tenaga kerja tetap)
hingga buruh lepas yang menangani kegiatan pembukaan lahan, persemaian,
pemeliharaan, pemanenan dan pengangkutan serta pengolahan. Bidang pekerjaan
yang meliputi jumlah dan kualifikasi serta asal tenaga kerja yang dibutuhkan
disajikan pada Tabel 2.10, sedangkan struktur organisasi perusahaan dapat dilihat
pada Gambar 2.9. Komitmen PT. YYY untuk tenaga kerja adalah memberdayakan
tenaga kerja lokal minimal 60 % dari jumlah yang diperlukan dengan syarat harus
memenuhi kualifikasi, keterampilan dan pendidikan yang sesuai dengan yang
diinginkan oleh perusahaan. Melalui program CSR nantinya, pembinaan
masyarakat sekitar dalam peningkatan keterampilan yang diperlukan perusahaan
akan dilakukan supaya kualifikasi tenaga kerja dapat memenuhi standarisasi tenaga
kerja yang diperlukan.

GENERAL
ESTATE
MANAGER

MANAGER MANAGER
KEBUN INTI PABRIK

ASISTEN KEPALA TATA ASISTEN KEPALA TATA


KEPALA USAHA KEPALA USAHA

ASISTEN KEPALA
KEPALA SEKSI ANALISIS KEPALA SEKSI
RUANG LINGKUP STUDI
DEKSI (2-25)

MANDOR I, SEKSI KEPALA SEKSI


MEKANIK BAGIAN
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Gambar 2-9. Struktur Organisasi Perkebunan Kelapa Sawit PT. YYY.

Tabel 2-10. Rencana penggunaan tenaga kerja

Pekerja Pekerja Tetap Pekerja Tidak Tetap


Per Satuan Laki- Perem- Yang Laki- Perem- Yang
Jumlah Jumlah
Tugas Laki puan diperlukan Laki puan diperlukan
Clerk 2 1 3 3 11 1 12 19
Supervisi - - - - 56 1 57 112
Public Relation - - - - 1 - 1 2

Security - - - - 8 - 8 14
Legal - - - - 2 - 2 4
Nurseries 1 - 1 1 45 - 45 84
Incorse of - - - - 6 - 6 9
Newplanting
Immature Oil 3 - 3 4 270 244 514 958
Palm Upkeep
Mature Oil 4 - 4 6 109 100 209 375
Palm
Plucking - - - - 131 - 131 214
Tecnical 3 - 3 4 19 - 19 48
Driver - - - - 17 - 17 39
Emplacement - - - - - - - -
Watcmen - - - - 22 - 22 44
Total 13 1 14 18 697 346 1.043 1.922
Sumber: PT. YYY, 2006

Proses penerimaan tenaga kerja PT. YYY harus melalui berbagai tahap dan
memenuhi Standard Operational Procedor (SOP) yang tetap ditetapkan perusahaan
maupun peraturan perundangan yang berlaku. Proses penerimaan tenaga kerja
RUANG LINGKUP STUDI
(2-26)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

diawali dengan mempublikasikan pengumuman secara terbuka melalui media masa,


selanjutnya dilakukan proses seleksi sesuai ketentuan yang berlaku. Rencana
kebutuhan tenaga kerja PT. YYY disajikan pada Tabel 2.10, dengan rasio jumlah
tenaga kerja sekitar 0,2 x rencana luas lahan.

Pada saat ini di kantor PT. YYY di lokasi perkebunan terdapat tenaga kerja dengan
posisi : Pengurus Kebun (1 orang). Kepala Seksi (1 orang), Asisten Agronomi (3
orang), Asisten Survei (1 orang), Kepala Pembibitan (1 orang) dan tenaga security
(20 orang). Sedangkan dua lokasi pembibitan PT. YYY sudah menyerap tenaga
kerja harian sekitar 120 orang.

(4) Mobilisasi Peralatan

Mobilisasi peralatan mencakup kegiatan pemindahan peralatan dari dan ke dalam


lokasi proyek yang dilakukan pada awal dan akhir kegiatan konstruksi. Mobilisasi
peralatan ini meliputi kegiatan pengerahan dan pengangkutan peralatan-peralatan
berat yang akan digunakan untuk menunjang kegiatan baik untuk pembukaan lahan,
pembuatan jalan, dan pembangunan sarana dan prasarana, dan operasional kebun.

Peralatan didatangkan secara langsung oleh kontraktor. Pengangkutan peralatan


tersebut dilakukan melalui jalur sungai/laut dengan menggunakan kapal dan jalur
darat juga digunakan untuk mengangkut peralatan dan material yang berasal dari
daerah sekitar tapak proyek (lokal). Pengangkutan menggunakan jalur darat akan
melewati jalan negara/provinsi dan jalan kabupaten hingga mencapai lokasi proyek.
Material serperti semen, pasir, koral, kayu untuk pondasi dan bahan lainnya dibeli di
tempat penjualan terdekat kemudian diangkut ke masing-masing lokasi
pembangunan sesuai dengan kapasitas dan volume yang dibutuhkan. Penjelasan
mengenai jenis kegiatan, jenis peralatan, jumlah, kapasitas dan cara mobilisasi
peralatan yang akan digunakan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.11.

Tabel 2-11. Peralatan yang akan dipergunakan perkebunan dan pengolahan


kelapa sawit PT. YYY

RUANG LINGKUP STUDI


(2-27)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

No Peralatan Kapsitas/Jumlah Cara


Pengarahan
A Kendaraan / Alat Berat
1 Excavator 1.5 m3 / 7 unit Lewat sungai
2 Buldozer 5 m3 / 4 unit Lewat sungai
3 kapal / Klotok 6 unit Dijalankan
4 Dump truck 30 ton / 12 unit Dijalankan
5 Fram Tractor 18 unit Dijalankan
6 Water pump 15 unit Diangkut truk
7 Pick up 7 unit Dijalankan
8 Jeep 2 unit Dijalankan
9 Truk Tanki 12 ton / 5 unit Dijalankan
10 Truk Kernel 12 ton / 1 unit Dijalankan
11 Traktor 4 ton / 1 unit Dijalankan
B Peralatan Bengkel
1 Mesin compressor (Tian Li) 1 unit Diangkut truk
2 Mesin compressor (Robin EY 15) 1 unit Diangkut truk
3 Mesin las (Tian Li portable) 1 unit Diangkut truk
4 Travo las (50 - 500 A) 2 unit Diangkut truk
5 Mesin bor duduk 1 unit Diangkut truk
6 Mesin gerinda potong 1 unit Diangkut truk
7 Elektrik drill 1 unit Diangkut truk
8 Disc grinder 4" 1 unit Diangkut truk
9 Chain block 5 ton 1 unit Diangkut truk
10 Tangga alumunium 6 m 1 unit Diangkut truk
11 Safety belt 1 unit Diangkut truk
12 Nazzia taster 1 unit Diangkut truk
13 Torque wrench (britool 20-100 Ft) 1 set Diangkut truk
14 Torque wrench (britool 200-600 Ft) 1 pcs Diangkut truk
15 Blender set 1 Pcs Diangkut truk
16 Garage jack 10 ton 1 set Diangkut truk
17 Hydroulic jack 10 ton 1 Pcs Diangkut truk
18 Teri removal 1 Pcs Diangkut truk
19 Oil can 1 set Diangkut truk
20 Multy tester AC/DC 1 Pcs Diangkut truk
21 Bearing puller 1 Pcs Diangkut truk
22 Bearing puller 1 set Diangkut truk
23 Hand riveter 1 set Diangkut truk
24 Ring piston wrench 1 set Diangkut truk
25 Mechanical tool standard 3 set Diangkut truk
C Peralatan Penunjang Lainnya
Peralatan survey dan pembuatan Blok 2 set Diangkut truk
1 Tanam (Theodolite, kompas, meteran,
peta – peta).
2 Peralatan pembibitan, penanaman dan - Diangkut truk

RUANG LINGKUP STUDI


(2-28)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

pemeliharaan.
a. Cangkul 1500 buah Diangkut truk
b. Arit 1500 buah Diangkut truk
c. Hotu 1 set Diangkut truk
d. Hand Sprayer 250 buah Diangkut truk
e. Chisel 150 buah Diangkut truk
f. Dodos 200 buah Diangkut truk
g. Ganco 200 buah Diangkut truk
h. Kapak 200 buah Diangkut truk
i. Pisau enggrek 200 buah Diangkut truk
J. Angkong 200 buah Diangkut truk
Pencegahan dan Pengendalian - Diangkut truk
3
Kebakaran Lahan.
a. Pompa 5 unit Diangkut truk
b. Menara Pantau 3 unit Diangkut truk
c. Pesawat Orari 8 unit Diangkut truk
1 unit Diangkut truk
4 Pabrik PKS (80 ton TBS/jam)
dan trailer
5 Generator Set Turbin 300 KVA 2 unit Diangkut truk
6 Generator Set Turbin 1.000 KVA) 3 unit Diangkut truk
7 Generator Set (80 KVA) 1 unit Diangkut truk
8 Generator Set (70 KVA) 2 unit Diangkut truk
9 Generator Set (30 KVA) 2 unit Diangkut truk
Sumber : PT. YYY (2006).

b) Tahap Konstruksi
(1) Pembukaan Lahan
(2) Pembangunan Sarana dan Prasarana
(3) Pembangunan PKS

(1) Pembukaan Lahan

Areal yang diperuntukan bagi lokasi proyek adalah seluas 15.000 ha. Luasan
dimaksud akan dialokasikan untuk areal perkebunan dan pengolahan kelapa sawit
beserta fasilitas penunjangnya. Bagi lahan yang memenuhi kesesuaian untuk
tanaman sawit akan dijadikan kebun, namun bagi lahan yang kurang sesuai
dialokasikan untuk tujuan lain.

Kegiatan pembukaan lahan dilakukan secara bertahap dengan sistem mekanis


dengan alat berat excavator tanpa pembakaran sesuai dengan Keputusan Direktur

RUANG LINGKUP STUDI


(2-29)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Jenderal Perkebunan Nomor 38/KB.110/SKI/DJ.BUN/05.95 tentang Petunjuk Teknis


Pembukaan Lahan Tanpa Pembakaran Untuk Perkebunan. Kayu-kayu hasil
pembukaan lahan dipergunakan untuk membangun jembatan, perumahan dan jalan.

Tahapan kegiatan pembukaan lahan meliputi:

- Bloking dan Pancang Rumpukan

Pekejaan bloking adalah pekerjaan memberikan batas areal yang akan dikerjakan
yang didahului oleh tim survey ke dalam lahan dan menentukan batas-batas yang
sesuai dengan program yang akan dikerjakan. Pekerjaan ini disesuaikan dengan
master plan kebun yang telah dibuat dan membuat petak-petak blok sebagai
batasan terkecil untuk bididaya tanaman kelapa sawit. Blok yang dibuat berukuran
300 m X 1000 m sehingga luas tiap blok berjumlah 30 hektar. Setelah dilakukan
bloking diteruskan dengan pembuatan parit sebagai batas blok dan sebagai bahan
badan jalan yang akan dibuat belakang hari setelah memenuhi standart penggunaan
jalan perkebunan. Pekerjaan lanjutan adalah dengan memancang untuk pembuatan
rumpukan yang akan diteruskan dengan perumpukan mekanis oleh alat berat
excavator.

- Rumpuk Mekanis

Rumpuk mekanis adalah pekerjaan pembersihan lahan yang akan ditanami kelapa
sawit dengan cara mengumpulkan pohon-pohon atau tanaman-tanaman yang ada di
areal/lahan secara teratur dan rapi membentuk barisan-barisan sampai areal siap
ditanami kelapa sawit dan tidak mengganggu tanaman budidaya.

(3) Pembangunan Sarana dan Prasarana

Pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan perkebunan dan


pengolahan kelapa sawit berupa : jalan, jembatan, saluran drainase, pintu air,
gorong-gorong, kantor, perumahan karyawan, pos Checker, pembangkit listrik,
sarana air bersih, IPAL dan fasilitas penunjang lainya. Komponen-komponen
tersebut bekerja secara terintegrasi dan harmonis satu sama lain.

RUANG LINGKUP STUDI


(2-30)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

a) Pembangunan Jalan, Jembatan, dan Gorong-Gorong

Untuk kelancaran transportasi, kebun dan pabrik memerlukan pembangunan jalan


penghubung berupa jalan utama (main road), jalan koleksi (collecting road), jalan
lingkungan dalam kawasan pemukiman, jembatan dan gorong-gorong.
Pembangunan jalan dan jembatan direncanakan 5 % dari total areal perkebunan.

- Jalan Kebun

Jalan kebun dapat dibuat lebih awal sebelum land clearing. Jalan kebun dirancang
sebagai batas setiap blok kebun yang memiliki dimensi 300 m x 1.000 m atau seluas
30 hektar. Untuk main road memiliki orientasi mata angin Utara – Selatan,
sedangkan collecting road Timur – Barat. Orientasi tersebut dimaksudkan untuk
manajemen pengelolan jalan dimana jalan collection road harus mendapat lama
penyinaran yang lebih lama dibandingkan dengan main road. Keperluan jalan pada
setiap blok adalah 300 m untuk main road dan 1.000 m untuk collecting road. Lebar
main road 10 m dan collecting road 6 m. Pembuatan kedua jalan ini menggunakan
material uruk dari pembuatan saluran drainase primer (main drain) dan sekunder
(sub-drain). Selain jalan di atas, nantinya di dalam kebun akan dibuatkan jalan
panen (pasar pikul). Jalan panen berfungsi sebagai jalan bagi tenaga kerja dalam
mengangkut buah dari pohon ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) dan juga
sebagai jalan bagi tenaga kerja dalam pelaksanaan pekerjaan merawat tanaman.
Lebar jalan panen dibuat 1,0 – 2,0 meter searah dengan main road pada interval
pada satu setiap dua gawangan (barisan tanaman kelapa sawit).

- Jalan Penghubung

Jalan penghubung adalah jalan yang menghubungkan pusat kegiatan proyek


dengan jalan propinsi atau jalan kabupaten. Jalan penghubung tersebut
direncanakan dengan klasifikasi sama dengan jalan kabupaten. Pada tahap
pembangunan biasanya jalan ini diperkeras dengan sirtu, namun demikian bila telah
menghasilkan maka untuk kelancaran transportasi CPO keluar kebun jalan diaspal.

- Pembangunan Saluran Drainase dan Jembatan/Gorong-gorong

RUANG LINGKUP STUDI


(2-31)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Keberhasilan kegiatan perkebunan kelapa sawit di lahan rawa sangat tergantung


pada pengelolaan air (water management). Jaringan saluran drainase dibangun
untuk mengatasi faktor-faktor pembatas yang terdapat pada kegiatan budidaya
perkebunan kelapa sawit di lahan rawa sehingga nantinya sesuai untuk budidaya
kelapa sawit.

Perencanaan saluran drainase meliputi perencanaan pembuatan saluran dan


bangunanbangunan pendukungnya seperti jembatan/gorong-gorong dan pintu-pintu
air. Setiap jalan yang melintas saluran drainase atau badan air alami akan
dilengkapi dengan jembatan permanen atau gorong-gorong beton. Ada tiga saluran
yang nantinya akan dibuat pada kebun PT. Palmina, yaitu :

(a) Saluran Primer, merupakan saluran yang dapat menampung limpasan air dari
saluran cabang maupun dari sungai yang berada dan berbatasan dengan lahan
perkebunan. Saluran yang dibangun kedua sisi jalan utama (main road).
Dimensi saluran utama adalah lebar atas 2 meter, lebar dasar 1,5 meter, dan
kedalaman 2 meter. Pada jarak 300 m dari ujung saluran utama dipasang pintu
pengendali yang berfungsi untuk mengendalikan muka air di saluran utama.
Dalam keadaan darurat, misalnya banjir, pintu saluran dapat dibuka.

(b) Saluran Sekunder, merupakan saluran yang dibangun pada satu sisi jalan
koleksi (collection road). Saluran koleksi ini berukuran lebar atas 1.5 m, lebar
dasar 1 m dan kedalaman 1,5 m yang berfungsi untuk menampung aliran air dari
saluran tersier dan menjadi stabilisator limpasan air dari Saluran Utama. Jarak
antara saluran cabang ini adalah 1 km melebar dan 2 km membujur. Pada
bagian ujung Saluran Cabang dilengkapi dengan pintu pengendali (stop log)
yang berfungsi untuk mengatur tinggi muka air. Saluran Cabang bermuara dan
tegak lurus ke Saluran Utama.

(c) Saluran tersier, merupakan saluran yang dibuat pada bagian tengah blok kebun
dengan bentuk menyerupai sisir dengan interval 1 : 10, artinya setiap 10 baris
tanaman kelapa sawit akan dibuat satu saluran tersier. Saluran tersier berfungsi
untuk mempercepat proses drainase dalam blok kebun.

RUANG LINGKUP STUDI


(2-32)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

b) Pembangunan Kantor dan Perumahan

Bangunan kantor dan perumahan perusahaan antara lain berupa bangunan kantor
pusat perkebunan (inti, plasma, dan afdeling), gudang, garasi kendaraan, penjernih
air dan guest house. Bangunan perumahan karyawan baik staf maupun non staf
dirancang untuk memiliki kondisi yang layak dan memadai. Komplek perumahan
dilengkapi dengan bangunan fasilitas umum seperti sekolah, mushola, dan klinik
kesehatan.

Lahan yang akan digunakan untuk pembangunan kantor dan perumahan dipilih
dengan mempertimbangkan persyaratan lingkungan antara lain sebagai berikut :
(a) Lahan harus sesuai dengan peruntukan bangunan
(b) Lingkungan yang sehat dan nyaman bagi para penghuni
(c) Fasilitas air bersih cukup tersedia
(d) Sanitasi yang baik dan mudah diterapkan

c) Pembangunan Fasilitas Penunjang Lainnya

Bangunan fasilitas penunjang lainnya berfungsi untuk mendukung kegiatan


perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang akan dilakukan oleh perusahaan,
antara lain berupa menara pantau. Menara pantau dibangun pada lokasi strategis
vang berfungsi sebagai pemantau kegiatan-kegiatan di dalam perkebunan dan
pengolahan kelapa sawit seperti memantau kondisi lahan terhadap bahaya api di
musim kemarau, pencurian, dan gangguan keamanan lainnya. Bangunan menara
pantau terbuat dari kayu dengan ketinggian ± 12 meter, dibuat sebanyak 3 (tiga)
buah dan ditempatkan 2 orang petugas yang dilengkapi dengan peralatan teropong,
alat komunikasi, dll.

4). Pembangunan PKS

Pabrik pengolahan kelapa sawit PT. YYY dan emplasemennya direncanakan


dibangun pada areal seluas 123 ha. Rencana kapasitas pabrik pada tahap pertama
adalah 40 ton TBS/jam dan akan ditingkatkan menjadi 80 ton TBS/jam. Rencana
badan air yang akan digunakan untuk keperluan pabrik sebagai sumber air adalah
sungai-sungai terdekat (Sungai Barito) dengan lokasi dibangunnva pabrik. Dengan

RUANG LINGKUP STUDI


(2-33)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

rasio 1:1 antara TBS yang diolah dan keperluan air, maka pada kapasitas maksimun
80 ton TBS/jam selama 20 jam diperlukan 1.600 m3 air setiap harinya.

Tersedianya sumber air yang memadai merupakan salah satu faktor terpenting yang
harus diperhatikan dalam menentukan letak lokasi suatu pabrik, disamping faktor-
faktor lainnya seperti jarak angkut bahan baku dan hasil produksi yang diusahakan
sependek mungkin untuk menekan biaya pengangkutan dan lain sebagainya.

Pemilihan lokasi pabrik ini dilakukan dengan memperhitungkan adanya batasan-


batasan yang umum berlaku antara lain mengenai penggunaan sumber air dari
sungai agar mensuplai kebutuhan air untuk pengelolaan sepanjang tahun. Topografi
yang ideal untuk pabrik dipilih yang datar namun demikian pembuatan loading ramp
dibutuhkan tempat yang lebih tinggi dari unit rebusan sehingga perlu dilakukan
penimbunan.

Lokasi yang dipilih harus memiliki daya dukung tanah yang cukup baik karena tanah
harus mampu menopang semua bangunan dan peralatan pabrik yang dibangun
diatasnya. Disamping itu lokasi pabrik harus bebas banjir dan memiliki drainase
vang baik. Untuk ketepatan letak pabrik pada saatnya perlu dilakukan penelitian
tanah (Sounding and Drilling) sebelum pembangunan pabrik dimulai. Pertimbangan
lain yang diperhatikan adalah arah angin yang sering terjadi di lokasi sedapat
mungkin asap dari cerobong pabrik tidak mencemari udara di lingkungan komplek
permukiman karyawan atau penduduk sekitamya termasuk tingkat kebisingannya.

Pabrik kelapa sawit (PKS) adalah unit ekstraksi minyak kelapa sawit mentah (CPO)
dan minyak inti sawit (PKO) dari TBS kelapa sawit. Pengembangan tanaman kelapa
sawit selalu disertai dengan pembangunan pabrik. Hal ini disebabkan minyak sawit
mudah mengalami perubahan kimia dan fisika selama minyak dalam tandan dan
pengolahan. Perencanaan pembangunan pabrik haruslah selaras dengan rencana
penanaman dan rencana produksi TBS.

Menurut SK Menteri Pertanian No.107/Kpts/2000, sebuah pabrik kelapa sawit (PKS)


hanya dapat didirikan apabila pcrusahaan tersebut mempunyai kebun yang mampu

RUANG LINGKUP STUDI


(2-34)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

memasok 50 % dari kapasitas PKS yang akan dibangun (Pusat Penelitian Kelapa
Sawit, 2004).

Direncanakan pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit PT. YYY akan


berlangsung selama 1 tahun mulai dibangun tahun ke 3 dan diharapkan dapat
diselesaikan diuji coba dan dioperasikan pada tahun ke 4 untuk mengolah TBS dan
menghasilkan CPO serta PKO. Lay out (tata letak) pabrik kelapa sawit PT. YYY
disajikan dalam Gambar 2.10. Pabrik kelapa sawit tersusun atas unit-unit proses
yang memanfaatkan kombinasi perlakuan mekanis, fisik dan kimia. Bagian-bagian
dari suatu PKS meliputi :
1) Jembatan timbang
2) Penerimaan TBS dan penimbangan (Loading ramp)
3) Stasiun Rebusan (Sterilization)
4) Stasiun Pelepaan Buah (Tresching)
5) Stasiun Kempa (Pressing)

RUANG LINGKUP STUDI


(2-35)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Gambar 2-10. Lay-out pabrik kelapa sawit PT. YYY


6) Stasiun Klarifikasi (Clarification)
7) Stasiun Deparicarping
8) Stasiun Pengutipan Inti
9) Stasiun Ketel
10) Unit Pembangkit Energi
11) Tangki Timbun CPO
12) Oil trep
13) Effluent treatment dan sludge decanter system
14) Kolam penyediaan air
15) Bangunan Kantor
16) Laboratorium
17) Bengkel
18) Tempat ibadah dan pos jaga.

c) Tahap Operasi

(1) Persemaian

(2) Penanaman

RUANG LINGKUP STUDI


(2-36)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

(3) Pemeliharaan

(4) Pemanenan

(5) Pengangkutan

(6) Pengolahan CPO - PKO

(7) Pengelolaan limbah.

(1) Persemaian

Persemaian atau pengadaan bibit kelapa sawit dilakukan dalam dua tahap yaitu
persemaian tahap I (pre nursery) dan tahap II pembibitan (main nursery). Untuk
menghindari kerusakan pada kecambah, bila kecambah yang diterima bagian dari
tanaman tidak dapat langsung ditanam maka harus disimpan pada tempat yang
sejuk dan lembab. Bagian atas kantong kecambah diusahakan tetap mengembung.
Lokasi untuk persemaian dipilih pada areal yang tetap, datar, cukup sumber air
penyiraman, bebas banjir dan bebas dari gangguan binatang liar. Lokasi
seyogyanya dipilih disentral areal atau pada areal rencana lokasi pabrik.

- Persemaian Tahap I (pre nursery)

Pada persemaian tahap I ini kegiatannya relatif lebih mudah karena arealnva lebih
kecil dan hemat pemakaian kantong plastik (polybag) besar karena bibit di
persemaian ini merupakan hasil seleksi kecambah yang sudah baik. Bibit dirawat
dalam persemaian selama 3 bulan.

Persiapan areal persemaian. Areal persemaian yang telah dipilih terlebih dahulu
dilakukan pembersihan dari gulma . Kantong plastik kecil (baby polybag) ukuran 15
x 20 cm tebal 0,08 mm yang telah diisi dengan top soil sampai tinggi mencapai 1 cm
dari bibir kantong, disusun rapat membentuk bedengan kayu diberi plang kayu agar
kantong tidak tumbang. Antara bedeng yang satu dengan bedeng yang lain diberi
jarak sekitar 50 cm yang berfungsi untuk jalan kontrol. Sebelum penyemaian,
bedeng-bedeng ini disiram terlebih dahulu selama lebih kurang satu minggu. Untuk
mengetahui perkembangan bibit hingga di lapangan, maka penyemaian diberi label
atau / papan nama yang berisikan nomor, kelompok kecambah, jumlah dan tanggal

RUANG LINGKUP STUDI


(2-37)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

semai pada setiap bedeng. Ukuran papan 12 x 20 cm, warna dasar di cat kuning
dan tulisan hitam.

Seleksi dan Penyamaian Kecambah. Kecambah - kecambah yang menunjukkan


gejala kelainan (abnormal), patah, busuk dan sebagainya dibuang. Jadi yang
disemai hanya kecambah yang normal saja. Kecambah ditanam tepat di tengah-
tengah kantong dalam lobang yang dibuat dengan jari sekitar 1,5 cm dengan posisi
bagian akar (tandannya tumpul dan kasar) menghadap ke atas. Selanjutnya
kecambah ditutup dengan tanah sekitar 1,0 - 1,5 cm.

Pemeliharaan. Persemaian disiram 2 kali sehari (pagi dan sore) terkecuali jika hari
hujan dengan curah hujan minimal 8 mm. Bibit dalam semaian dilakukan penyiangan
2 minggu sekali, termasuk pekerjaan tambah tanah dan konsolidasi bibit.

Seleksi Semai. Seleksi semai dapat dilaksanakan pada saat penyiangan, yakni bila
dijumpai pertumbuhan bibit yang tidak normal dan keadaannya tidak mungkin lagi
sembuh, maka semai tadi harus segera di cabut dan dibuang. Besamya seleksi
pada tahap persemaian ini sekitar 10 - 15 %.

- Persemaian Tahap II (main nursery)

Pada persemaian tahap II atau pembibitan ini adalah tempat membesarkan bibit dari
pre nursery yang telah diseleksi dan dipindahkan ke dalam kantong plastik sebesar
berukuran 43,5 cm x 50 cm, berlobang-lobang sebesar 0,3 dan tebal 0.2 mm.
Lamanya bibit dalam pembibitan utama sekitar 8 - 12 bulan.

Persiapan areal. Areal pembibitan dilengkapi dengan instalasi air untuk penyiraman
bibit dan parit drainase untuk mengalirkan air pada waktu hujan. Kantong plastik
besar ukuran 42,5 x 50 cm, tebal 0,2 mm yang telah diisi dengan top soil sampai
tinggi sekitar 1 cm dari bibir kantong, diatur pada areal pembibitan dengan jarak
tanam 85 x 85 x 85 cm (segi tiga sama sisi). Sebelum ditanam kantong plastik
dibiarkan selama 1 minggu agar tanah cukup padat dan kelembaban merata dengan
jarak tanam ini jumlah bibit yang diperoleh sekitar 13.500 - 14.500 per hektar.

Penanaman per nomor kelompok. Untuk mengetahui perkembangan bibit, tiap


kelompok harus diberi papan nama yang memuat nomor kelompok, jumlah bibit dan

RUANG LINGKUP STUDI


(2-38)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

tanggal tanam dalam kantong besar, demikian juga pada tiap-tiap kantong harus
diberi nomor kelompok. Bibit dari pre-nursery yang telah berumur sekitar 3,5 bulan
yang telah diseleksi dipindahkan ke kantong plastik besar vang telah disusun di
lapangan. Penanaman dapat dilaksanakan dengan cara memotong kantong plastik
kecil pada bagian bawahnva. Kemudian tanah beserta bibit kecil ditanam dalam
kantong plastik besar, setelah itu ditanam di sekitar bola tanah, bibit kecil dipadatkan
dan diratakan. Kecambah-kecambah yang menunjukkan gejala kelainan fisik dan
fisiologis disingkirkan.

Pemeliharaan. Pemeliharan pemibibitan utama mencakup pelaksanaan pekejaan


penyiraman, penyiangan, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit. Jumlah
air yang dibutuhkan per bibit dalam kantong plastik besar setiap hari dua liter,
penyiraman dapat dilaksanakan pagi dan sore hari. Jika hari hujan dengan curah
hujan di atas 10 mm, maka penyiraman pada hari itu dapat ditiadakan. Penyiraman
dapat dilaksanakan dengan cara manual memakai selang plastik atau gembor.
Sedangkan penyiangan dilaksanakan dengan rotasi sekitar 20 - 30 hari sekali
tergantung dari pertumbuhan rumput. Penyiangan dapat dilaksanakan dengan
menggunakan herbisida yang telah terdaftar resmi.

Pemberantasan hama dan penyakit yang umum terdapat pada pembibitan adalah
belalang (Valanga), Kumbang malam (Apogonia), Adoretus (Lepadoretus), penyakit
collante dan bercak daun (Culvularia dan Helminthosporium). Pemberantasan hama
dan penyakit dilaksanakan secara kimiawi. Pemupukan pada pembibitan
dilaksanakan secara rutin setiap 2 minggu sekali, pada umur tanaman 0 - 3 bulan
dengan menggunakan NPK (15:15:6:4) sebanyak 2,5 gram/tanaman/2 minggu, umur
tanaman 3 - 10 bulan dengan NPK (12:12:17:2) sebanvak 10 gram/tanaman/2
minggu dan Kieserite sebanyak 5 gram/tanaman/2 minggu. Bibit dalam pembibitan
utama secara berkala dilaksanakan pemeriksaan, bila terdapat polybag yang miring
segera ditegakan dan polybag pecah diganti. Bila tanah dalam polybag berkurang
hingga bonggol bibit terbuka maka ditimbun tanah kembali dan dipadatkan.

Seleksi Bibit. Seleksi bibit dimaksudkan untuk menyingkirkan semua bibit yang
abnormal dan mempertahankan bibit yang normal serta bermutu baik untuk ditanam

RUANG LINGKUP STUDI


(2-39)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

di lapangan. Untuk mendapatkan bibit yang baik dan menghindari perawatan pada
bibit abnormal, maka seleksi bibit dilaksanakan tiap 2 bulan sekali sampai saat akan
dipindahkan ke lapangan. Lebih kurang 2 minggu sebelum diangkut ke lapangan,
bibit diputar agar akar yang menembus polybag putus. Besarnya seleksi pada saat
pembibitan ini sekitar 15 - 20%. Pegangkutan bibit ke lapangan bisa menggunakan
traktor dengan trailer atau truk sampai di tempat areal yang akan ditanam,
selanjutnya untuk sampai di lobang tanam bibit diangkut secara manual (dilangsir).

Direncanakan luas areal persemaian adalah 42 ha, dengan kapasitas 12.000 bibit
per hektar. Bahan yang digunakan adalah kecambah dari varietes "Tenera" yang
bersumber dari London Sumatera Ind. Pemesanan kecambah kelapa sawit
dilakukan 1 tahun atau paling lambat enam bulan sebelum bibit diperlukan.
Berdasarkan kerusakan kecambah, bibit yang siap disalurkan ke pembibitan utama
ditentukan maksimal 75%.

Gulma yang tumbuh dalam pembibitan dicabut dengan tangan setiap 2 minggu
sekali, sekaligus dilakukan penambahan tanah pada kantong-kantong plastik yang
kurang tanahnya. Pemupukan dilakukani jika diperlukan. Pupuk yang diberikan
adalah urea atau pupuk majemuk dengan konsentrasi 0,20% atau 2 gram/liter
melalui penyemprotan. Hama dan penyakit yang umum mengganggu bibit muda
seperti semut, jangkrik, belalang, tikus dan cacing. Sedangkan penyakit adalah
Helminthosporium antracnose blast. Pengelolaan naungan dilaksanakan sampai
umur 1,5 bulan, sehingga bibit hanya memperoleh pencahayaan sekitar 30 %.
Seleksi dilakukan terhadap bibit yang menyimpang atau rusak.

Pembibitan awal (PN) PT. YYY berada di lokasi pembibitan utama, pada lahan
datar, dekat dengan sumber air dan berada di lokasi penanaman. Terletak di tengah
lokasi perkebunan PT. YYY. Jumlah bibit yang tersedia pada tahun 2007 sebanyak
160.000 dan tahun 2008 sebanyak 360.000 bibit.

Pemberian serasah (mulching) berupa sisa tanaman atau cangkang sawit dapat
mengurangi penguapan air dan pemupukan. Cangkang dapat ditabur dalam bibit
sebanvak 0,5 kg/polibag. Penggemburan tanah dilaksanakan agar tanah dalam
polibag tidak memadat yang mulai dilaksanakan setelah bibit berumur 3 bulan.

RUANG LINGKUP STUDI


(2-40)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Jalan dan parit dibuat agar berfungsi dengan baik. Pengendalian hama dan
penyakit dilakukan secara dini dan berkesinambungan. Jenis dan dosis pupuk yang
digunakan dicantumkan dalam Tabel 2.12.

Tabel 2-12. Dosis pupuk pada pembibitan kelapa sawit PT. YYY
Dosis pupuk (g/bibit)
Umur bibit
Pupuk majemuk Pupuk majemuk 12- Kiserit
(minggu)
15-15-6-4 12-17-2
2 5,0 - -
4 5,0 - -
6 5,0 - -
8,10,12 7,5 - -
14,16,18 10,0 - -
20 - 15,0 5,0
22 - 15,0 -
24 - 15,0 5,0
26 - 20,0 -
28 - 20,0 7,5
30 - 20,0 -
32 - 25,0 7,5
34 - 25,0 -
36 - 25,0 10,0
Jumlah 67,5 180,0 35,0
Sumber : PT YYY (2007)

Seleksi bibit dilakukan untuk pemilihan bibit yang mutunya sesuai dengan standar.
Bibit yang dibawah standar atau tidak normal dimusnahkan. Seleksi dilakukan pada
umur 4,8 dan 12 bulan. Rata-rata pertumbuhan bibit kelapa sawit jenis D x P
disajikan pada Tabel 2.13.

Bibit dipindahkan ke kebun setelah umurnya 12 - 14 bulan. Dalam 15 - 20 hari


sebelum diangkat, akar bibit yang keluar dari polibag dan menembus tanah dipotong
dengan cara memutar bibit 180o lalu dilakukan penyiraman yang intensif.
Pengumpulan bibit dilakukan dengan cara mengelompokkan untuk memudahkan
seleksi dan menghitung jumlah bibit. Pengangkutan bibit dilakukan secara hati-hati
untuk menghindari rusaknya akar dan pecahnya tanah dalam polibag.

Tabel 2-13. Rata-rata pertumbuhan bibit kelapa sawit jenis D x P


Umur (bulan) Jumlah Tinggi (cm) Diameter batang Keterangan

RUANG LINGKUP STUDI


(2-41)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

pelepah (cm)
3 3,5 20,0 1,3 Pre nuersery
4 4,5 25,0 1,5 Main nursery
5 5,5 32,0 1,7 sda
6 8,5 39,0 1,8 sda
7 10,5 52,2 2,7 sda
8 11,5 64,3 3,6 sda
9 13,5 88,8 4,5 sda
10 15,5 101,9 5,5 sda
11 16,5 114,1 5,8 sda
12 18,5 126,9 6,0 Siap salur
Sumber: PT YYY (2007).
(2) Penanaman

Setelah pembukaan lahan selesai, maka untuk menentukan titik tanam dilakukan
pemancangan. Jarak antar pancang merupakan jarak tanam yang menentukan
jumlah populasi jumlah tanaman per hektar. Rencana jarak tanam yang digunakan
9,2 m segitiga sama sisi (pancang mata lima), sehingga jumlah populasi tanaman
134 - 136 pokok / hektar.

Sebelum penanaman, terlebih dahulu dibuat lubang tanam. Pembuatan lubang


tanam dilakukan minimal 2 minggu sebelum tanam. Pada titik pancang dibuat lubang
tanam 60 cm x 60 cm dan dalam 60 cm. Pancang diletakkan di samping lubang.
Setelah itu diberi pupuk TSP sebanyak 0,5 kg/lubang. Pada waktu penanaman,
kantong plastik dibuang kemudian bibit ditimbun sehingga tinggi leher tanaman
sama dengan tinggi permukaan lobang. Selanjutnya tanah dipadatkan agar
tanaman tidak miring.

Setelah bibit berumur 10 - 12 bulan dilakukan seleksi, kemudian bibit dipindah


tanam. Sehari sesudah tanam, dilakukan pemeriksaan mengenai kedalaman tanam
dan kondisi tanaman apakah miring, tergenang air, atau bibit abnormal. Terhadap
bibit yang abnormal diadakan perbaikan atau diganti.

Direncanakan, penanaman pada tahun pertama (2007) mencapai areal seluas 800
ha, tahun kedua (2008) seluas 1600 ha, tahun ketiga (2009) seluas 5.250 ha, dan
tahun keempat (2010) seluas 6.255 ha. Dengan demikian, dari tahun keempat
(2010) hingga tahun ke-28 (2034) luas keseluruhan kebun kelapa sawit PT. YYY

RUANG LINGKUP STUDI


(2-42)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

mencapai luas 13.350 ha. Rencana alokasi penanaman kelapa sawit pada areal
kebun PT. YYY disajikan pada Tabel 2.14

(3) Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan terhadap kebun kelapa sawit PT. YYY terbagi atas 2 tahap
yaitu Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Pemeliharaan
Tanaman Menghasilkan (TM). Termasuk dalam kegiatan pemeliharaan ini adalah
kegiatan pemeliharaan sarana prasarana (jalan pikul, jalan panen dan saluran
drainase).

Tabel 2-14. Rencana alokasi penanaman kelapa sawit di kebun PT.YYY


Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Jumlah
No. Uraian
-------------------------- hektar -----------------------
1 Pembuatan Lahan 45 2.100 5.250 6.255 14350
2 Pembibitan 40 100 120 - 260
3 Penanaman - 2.000 5.000 7.350 14.350
Pemeliharaan - - 2.000 5.000 14.350
4
TBM-1
Pemeliharaan - - - 2.000 7.000
5
TBM-2
Pemeliharaan - - - - -
6
TBM-3
Sumber : PT YYY (2006).

a) Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

- Pemeliharaan Tanaman Penutup Tanah

Untuk mengurangi penguapan air dan agar tidak ditumbuhi gulma pesaing, terutama
selama tajuk tanaman belum menutup, maka ditanam tanaman penutup tanah (land
cover crop, LCC). Kriteria yang digunakan dalam memilih penutup tanah, antara lain
: (i) bukan pesaing tanaman, (ii) mudah diperbanyak, pertumbuhannya cepat dan

RUANG LINGKUP STUDI


(2-43)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

tidak mengandung hama dan penyakit berbahaya bagi tanaman pokok, (iii)
memberikan bahan organik yang tinggi, (iv) memiliki kemampuan menekan gulma.
Umumnya LCC yang dipergunakan adalah jenis kacangan (leguminosa) yang
bcrsifat menjalar, seperti Calopogonium caeruleum (CC), Calopogonium
monocoides (CM), Pueraria phaseoloides (PP), Centrosema pubescens (CP) dan
Macuna cochinchinensi (MC). Berbagai komposisi campuran penanaman kacangan
dianjurkan yang disesuaikan dengan kondisi lapangan dengan perbandingan
campuran tergantung dari daya tumbuh biji dan persediaannya seperti ditunjukkan
oleh Tabel 2.15.

Tabel 2-15. Rencana komposisi campuran penanaman kacangan penutup tanah


di kebun kelapa sawit PT. YYY

Jenis kacangan (kg/ha)


No.
CC PJ CP PP CM MC
1 1 3 - - - -
2 - 3 8 - - -
3 - - 12 8 - -
4 1 - 8 - - -
5 - 2 1 - - -
6 0,6 - - 2,3 2,3 -
7 0,6 - - 3,4 - -
8 - 3 - - 3 2
Sumber : PT. YYY (2006).
Untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik, tanaman kacangan tersebut dipupuk
dengan dosis seperti pada Tabel 2.16

Tabel 2-16. Jenis dan dosis pemupukan tanaman kacangan penutup tanah di
kebun kelapa sawit PT. YYY

Umur (bulan) Jenis pupuk Dosis (kg/Ha)


1 15-15-6-4 40
3 Rack Fosfet (RP) 80
6 Rack Fosfet (RP) 120

RUANG LINGKUP STUDI


(2-44)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Tahun ke-2 Rack Fosfet (RP) 200


Sumber : PT. YYY (2006).

- Pemberantasan Tumbuhan Pengganggu (Gulma)

Gulma yang tumbuh di sekitar bibit atau tanaman kelapa sawit perlu diberantas
sebab dapat merugikan tanaman pokok, bahkan menurunkan produksi. Gulma
menjadikan tanaman pokok berkompetensi dalam memperoleh air, unsur hara,
bahaya maupun CO2. Selain itu, gulma dapat berperan sebagai tanaman inang bagi
hama dan penyakit. Beberapa gulma pada kebun kelapa sawit disajikan dalam
Tabel 2.17.

Tabel 2-17. Beberapa gulma pada tanaman kebun kelapa sawit


No Nama Nama Latin
1 Alang-alang Imperata cvlindrica
2 Rumput pahit Axonopus compressus
3 Paitan Passpalum conjugatum
4 Teki-tekian Cyperus rotundus
5 Teki-tekian Cyperus. cyperoides
6 Krisan Rhynchospora corymbosa
7 Bambu-bambuan Ottocloa nodosa
8 Lampujangan Panicum repens
9 Mikania Mikania micrantha
10 Putihan Eupatopium odoratum
11 Babadotan Ageratum conyzoides
12 Wedusan Ageratum. houstonianum
13 Kentangan Boreira latifolia
14 Pakis kawat Gleichenia linearis
15 Kucingan Mimosa invisa
16 Bayam duri Amaranthu spinosus
Sumber : Yan Fauzi et al. (2005).

Dalam pemeliharaan tanaman penutup tanah, dilakukan pengendalian gulma pada


tanaman penutup tanah kacangan yang bertujuan untuk mempertahankan kondisi

RUANG LINGKUP STUDI


(2-45)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

areal agar tetap murni tanaman kacangan. Berbagai tingkat penyiangan gulma,
adalah: (i) membuang semua gulma (clean weeding), dikerjakan sesaat ketika lahan
akan ditanami kacangan penutup tanah, (ii) membuang semua gulma, sehingga
yang tumbuh hanyalah tanaman penutup tanah saja, dilaksanakan pada umur
tanaman 0-6 bulan dengan rotasi 2 minggu, (iii) penyiangan yang tersisa hanyalah
tanaman penutup tanah sekitar 8 % dan rumput lunak 15% dilakukan pada umur
tanaman 7-12 bulan dengan rotasi 3 bulan, (iv) penyiangan yang dilakukan sehingga
tersisa tanaman penutup tanah sekitar 70 % dan rumput lunak 30 %, dilaksanakan
pada tanaman berumur 7-12 bulan, (v) penyiangan dengan cangkul untuk
membuang gulma perdu, dilaksanakan pada tanaman berumur 13-30 bulan, dan (vi)
penyiangan dengan membabat sampai batas tinggi yang dikehendaki (30 cm)
sedangkan alang-alang harus dihilangkan sama sekali.

Pengendalian gulma dengan wiping dilakukan secara rutin agar tanaman selalu
bebas dari gulma. Wiping gulma dilakukan menggunakan herbisida glyphosate
dengan konsentrasi 0,5 %. Pada areal bebas gulma, dosis pemakaian herbisida
tersebut 6-10 ml/ha/rotasi.

- Garuk Piringan (Cyrcle Weeding)

Piringan tanaman dibuat pada saat menjelang pemupukan pertama. Minimum


jaringan - jaringan yang dibuka dengan diameter 1 m dan diperlebar hingga 3,0 m
sesuai dengan perkembangan umur tanaman. Perawatan piringan tanaman
dilakukan dengan cara menggaruk rumput-rumput yang tumbuh dengan
menggunakan alat khusus. Rotasi pemeliharaan piringan biasanya dilakukan 3 - 4
kali dalam satu tahun.

Pemeliharaan piringan pohon dilakukan dengan cara manual dan cara kimia. Dalam
cara manual, penyiangan dilakukan untuk menyingkirkan semua jenis tumbuhan dari
permukaan tanah selebar piringan pohon yang telah ditentukan, sehingga tanah
bersih dari rumput. Jari-jari piringan pohon disesuaikan dengan umur tanaman
kelapa sawit, yaitu: TBM 1 = 100 cm, TBM 2 = 125 cm, dan TBM 3 = 150 cm.

Rotasi kapasitas pengendalian gulma piringan pohon adalah sebagai berikut :


 TBM 1 = 2,5 HK/ha/rotasi, 4 kali/tahun
RUANG LINGKUP STUDI
(2-46)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

 TBM 2 = 3,0 HK/ha/rotasi, 4 kali/tahun


 TBM 3 = 4,0 HK/ha/rotasi, 4 kali/tahun.

Pemeliharaan piringan cara kimia mulai dapat dilaksanakan pada areal TBM 3,
dengan rotasi 4 x setahun (R.6), menggunakan bahan glyphosate dengan dosis 300
ml/ha/rotasi. Pelaksanaannya harus ekstra hati-hati, agar tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap tanaman pokok.

- Pemupukan

Setelah bibit tanaman di lapangan, tanaman sudah harus dipupuk. Secara ideal
pemupukan dilakukan setelah pekerjaan garuk piringan selesai sehingga pupuk
dapat digunakan oleh tanaman secara maksimum. Adapun dosis pemupukan
tentative untuk areal rencana proyek disajikan dalam Tabel 2.18

Tabel 2-18. Dosis pemupukan tanaman kelapa sawit menurut umur tanaman
Umur Jenis dan Dosis Pupuk (Kg/pokok)
(Bulan) Urea RP MOP Kieserite HGF-B CuSO4 ZnSO4 Dolomit
1 0,10 - - - - - - -
3 0,25 - 0,15 0,10 - 0,10 0,10 0,50
5 0,25 0,50 0,15 0,10 - - - -
8 0,25 - 0,35 0,25 0,02 0,10 0,10 0,50
12 0,50 0,75 0,35 0,25 - - - -
16 0,50 - 0,50 0,50 0,03 0,20 0,20 0,50
20 0,50 1,00 0,50 0,50 - - - -
24 0,50 - 0,75 0,50 0,05 - - 0,50
28 0,75 1,00 0,75 0,75 - 0,20 0,20 0,50
32 0,75 - 1,00 0,75 - - - 0,50
Jumlah 4,35 3,25 4,50 3,70 0,10 0,60 0,60 3,00
Sumber : PT. YYY. 2007.

Pemberian pupuk N pada umur 1 bulan dilakukan dengan cara menabur pupuk
mulai dari pangkal batang sampai sejauh 30 - 40 cm. Pemberian pupuk NPK, MOP
dan tanah mineral (Kieserite) serta borate pada umur selanjutnya dilakukan dengan
menaburkan pupuk secara merata sampai sejauh lebar tajuk.

- Kastrasi

RUANG LINGKUP STUDI


(2-47)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Kastrasi adalah tindakan kultur teknis untuk membuang semua bunga pada waktu
tanaman berumur 12 - 20 bulan, atau jika sekitar 35% tanaman telah berbunga.
Manfaat dari pekerjaan ini adalah menghindarkan sumber penyakit dari tandan atau
bunga busuk yang tidak dipanen karena belum memenuhi kriteria. Merangsang
pertumbuhan vegetatif dan waktu panen dapat disesuaikan dengan rencana.

- Penyerbukan

Hadirnya serangga Elaedibius cameranicus dalam teknik budidaya kelapa sawit


akhir-akhir ini setelah menghilangkan pekerjaan penyerbukan buatan yang biasanya
dilakukan setelah kastrasi. Penggunaan serangga ini sudah terbukti berperan aktif
sebagai pelaksana penyerbukan alamiah yang berhasil meningkatkan produksi.

- Persiapan Panen

Panen umumnya dapat dimulai dari setelah tanaman kelapa sawit berumur 32 bulan.
Agar panen dapat berjalan lancar diperlukan persiapan panen yang mencakup :
1) Pembuatan atau pembukaan jalan panen untuk mempermudah pemanen
mengangkut buah
2) Pembuatan tempat pengumpulan hasil (TPH) sebelum diangkut ke pabrik
3) Pemangkasan (tunas) pendahuluan untuk mempermudah pemotongan tandan
4) Pembuatan titik pikul pada areal terdapat parit / drainase.

- Pemberantasan Hama dan Penyakit

Hama yang biasanya menyerang pada tanaman kelapa sawit yang masih muda
adalah tikus, dan babi. Untuk mengatasi hal ini biasanya diberi umpan beracun
dengan menggunakan Klerat untuk tikus, sedangkan untuk babi dengan jerat babi
(perangkap). Sedang hama lain yang kadang timbul adalah ulat api (Famili
Limacucididae) dan ulat kantong (Famili Psychidae) dilakukan dengan PHT
menggunakan tanaman bunga pukul 12. Dari dua famili tersebut yang sering
dijumpai menyerang tanaman adalab Thosea asigna, Setora nitens, Mahasena
corbetti dan Metisa plana.
RUANG LINGKUP STUDI
(2-48)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Pemberantasan hama ini dapat dilakukan dengan cara penyemprotan dengan


larutan insektisida yang sesuai dengan bahan aktif tetradifon, triazolos, karbaril,
klopirifos. Pada gejala serangan dini dapat juga dilaksanakan secara manual
(kutipan) atau hand picking. Jenis penyakit yang biasa menyerang penyakit akar
dan penyakit daun anthracnose pada tingkat lanjut serangan ini menyebabkan
tanaman layu dan mati.

Tanaman yang mati sebagai akibat serangan penyakit tersebut sebaiknya dibongkar
dan dibakar. Jenis jamur lain yang sering menyerang adalah Marasmius, jamur ini
menyerang buah menjadi busuk. Cara pemberantasannya dilakukan dengan cara
sanitasi kebun. Penyakit lain yang umumnya menyerang tanaman muda adalah
penyakit tajuk (Crown Deseases) karena penyakit ini disebabkan oleh faktor genetis
maka penggunaan bibit harus dihindarkan dari pohon induk yang mempunyai sifat
ini. Serangan Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit akan mengakibatkan turunnya
produksi. Kehilangan daun sebanyak 50 % pada tanaman berumur 1-2 tahun akan
menurunkan produksi 12-24 %. Pengendalian Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit
dilaksanakan dengan cara: monitoring populasi, pengendalian ketika populasi hama
sudah kritis, pemanfaatan musuh alami Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit.

Penggunaan pestisida digunakan apabila populasi serangan melebihi ambang batas


ekonomi atau dengan kata lain dalam rangka pengendalian hama dan penyakit
dilakukan melalui konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Adapun langkah-
langkah yang harus dilakukan dalam konsep PHT yaitu : melaksanakan teknologi
budidaya secara benar, penggunaan tanaman secara resisten, pengendalian secara
mekanis merupakan komponen utama dan pengendalian dengan pestisida
merupakan komponen penunjang.

Kumbang penggerek pucuk dikendalikan dengan cara : monitoring populasi setiap 6


baris diperiksa 1 tahun baris, padat populasi kritis 3-5 ekor/ha pada TBM I, 15-20
ekor/ha pada TBM III, penghancuran tempat meletakkan telor, pemberantasan
secara kimia dengan insektisida butiran karbofuran 0,3 g/pohon atau 3 butir kapur
barus/pohon setiap 1-2 bulan, menggunakan ferotrap terdiri dari I kantong feromon

RUANG LINGKUP STUDI


(2-49)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

sintetik (Etil-4 metil oktanpate) yang digantung dalam ember plastik (1 fetot
ferotrap/60 hari).

Busuk tandan (Marasinus bunch rot) dikendalikan dengan cara : mengurangi


kelembaban jarak tanam optimal, pemeliharaan, pemupukan berimbang,
penyemprotan dengan fungisida seperti Difolatan 4 F atau Actidione. Busuk pangkal
batang dikendalikan dengan menggunakan biofungisida Marfu yang diproduksi oleh
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dengan dosis seperti diperlihatkan dalam
Tabel 2.19.

Tabel 2-19. Rencana dosis dan aplikasi biofungisida Marfu di kebun kelapa sawit
PT.YYY

Dosis
No Sasaran Cara aplikasi
gr/pohon
Bibit kelapa sawit
 Tanah pengisi polibag main Dicampurkan dengan tanah
-
nursery pengisi
1 Ditaburkan di permukaan
tanah di dalam polibag pada
 Bibit di main nursery 10
saat pemindahan bibit ke
main nursery
Perlindungan tanaman muda pada areal tanaman ulang
Dimasukkan ke lubang
 Lubang tanam 200
tanam
 Tanah hasil galian lubang
2 200 Dicampur ke dalam tanah
tanam
 TBM I 200 Ditaburkan pada piringan
 TBM II 200 Ditaburkan pada piringan
 TBM III 200 Ditaburkan pada piringan
Eradikasi sumber penularan
Rajangan tanaman sakit 200 Ditaburkan
3
Dimasukkan ke dalam 4
Lubang tanam sisipan 200
lubang

RUANG LINGKUP STUDI


(2-50)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Tanah hasil galian lubang


200 Ditaburkan
tanam sisipan
Pengobatan tanaman sakit dengan gejala lanjut
4  Tanaman penimbun Dicampurkan merata ke
1000
pangkal batang dalam 1 m3
Sumber : PT. YYY (2007).

b) Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)

Untuk dapat berhasil dengan baik, pemeliharaan tanaman menghasilkan juga harus
dilakukan dengan cara intensif, termasuk kepentingan pengawasan yang terus
menerus atas keberadaan hama dan penyakit Pemeliharaan tanaman
menghasilkan, pada prakteknya dapat dibagi atas kelompok dan umur tanaman
sebagai berikut:
1) tanaman muda (umur 1 - 5 tahun)
2) tanaman remaja (umur 6 - 14 tahun)
3) tanaman tua (umur 15 - 25 tahun)

Tingkat intensitas pemeliharaan pada ketiga kelompok tersebut adalah sama kecuali
dalam dosis pemupukan mulai dikurangi bahkan dihentikan dua tahun menjelang
penanaman ulang (replanting). Pekerjaan pemeliharaan tanaman menghasilkan
(TM) yang perlu dilakukan antara lain mencakup :

- Perawatan Gawangan

Perawatan gawangan meliputi pemberantasan alang-alang, dongkel anak kayu dan


sembung rarnbat. Cara pelaksanaannya pada dasarnya sama dengan perawatan
tanaman penutup tanah pada tanaman belum menghasilkan.

- Pemeliharaan Jaringan

Pemeliharaan jaringan pada tanaman menghasilkan dapat dilakukan dengan cara


kimiawi dengan menggunakan larutan herbisida (bahan aktif glyposate, dalopon,
atau sejenisnva) dengan atomizer sprayer. Rotasi pekerjaan ini relatif lebih lama
karena efek dari herbisida tersebut sehingga rotasinya 3 - 4 kali dalam setahun.

- Pemupukan

RUANG LINGKUP STUDI


(2-51)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Dosis pemupukan pada tanaman yang menghasilkan hendaknya didasarkan pada


hasil analisis daun yang direkomendasikan oleh badan penelitian atau bagian riset.
Pedoman pemupukan yang akan dilakukan sebagai berikut :

Pemupukan TM dilakukan dengan memberikan unsur hara makro (N, P, K, Mg, dan
Ca) dan unsur mikro (B, Cl, S, Zn dan Cu). Jenis pupuk yang akan digunakan
adalah: SP36, RP dun TSP ; sumber K adalah MOP dan abu, kiserit dan dolomit.
Pemupukan mengacu standar nasional yang spesifikasinya ditunjukkan dalam Tabel
2.20.

Tabel 2-20. Spesifikasi pupuk berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)


No Jenis pupuk Unsur hara Kandungan
1 Urea N Min 46%
2 ZA N 21%
S 23%
P2O5 (total) Min 28%
P2O5 (larut asam sitrat) Min 10%
Ca + Mg Setara CaO
A12O3 + Fe2O3 Maks 3%
3 Rock phosphate Kadar air Maks 3%
Kehalusan :
- Lolos saringan 80 Min 50%
mesh
- Lolos saringan 25 Min 80%
mesh
4 SP-36 P2O5 35 %
5 K2O K2O Min 60%
6 Kieserit MgO Maks 26%
S Maks 21%
MgO Maks 30%
CaO Maks 30%
Al2O3 + Fe2O3 Maks 30%
Kadar air Maks 5%
7 Dolomit SiO2 Maks 3%
Ni Maks 5%
Kehalusan :
- Lolos saringan 80 100%
mesh
- Lolos saringan 25 Min 50%
mesh
Sumber : Pedoman Pusat Penelitian Marihat, 1985.

RUANG LINGKUP STUDI


(2-52)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Dalam tahapan penentuan dosis pupuk dilakukan pembuatan kesatuan contoh daun
(KCD) dan pengambilan contoh daun. Dosis pupuk ditentukan berdasarkan faktor-
faktor : tanah (jenis, fisik dan kimia tanah), iklim (curah hujan, hari hujan dan
penyebaran), hasil uji penelitian pemupukan, umur tanaman, produktivitas tanaman,
realisasi pemupukan 2 tahun sebelumnya, hasil analisis hara daun dan tanah, hasil
pengamatan tanaman secara visual di lapangan. Pada areal datar, pupuk
ditaburkan di piringan pohon, sedangkan di areal bergelombang-berbukit serta areal
yang sering tergenang air dilaksanakan dengan cara dibenam. Pemupukan
dilakukan pada saat curah hujan 60-200 mm/bulan, dengan selang waktu 2 bulan
untuk semua jenis pupuk.

Pemeliharaan jalan dan parit dilakukan dengan perawatan. Jalan utama dirawat
setiap 6 bulan sekali dengan pengerasan, kemudian digrader dan dipadatkan
dengan compactor. Perawatan parit juga dilaksanakan setiap 6 bulan.

- Pemberantasan Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan dengan sistem pengendalian hama


terpadu (PHT) terhadap UPDKS dan tikus. Pengendalian berdasarkan monitoring
populasi, memanfaatkan musuh alami dan mengutamakan pelestarian.
Penggunaan insektisida merupakan tindakan terakhir dan dipilih jenis yang aman
terhadap lingkungan, parasitoid dan predator. Monitoring UPDKS dilakukan dengan
mengamati 1 pohon contoh/ha, setiap 1 bulan. Populasi kritis UPDKS disajikan
pada Tabel 2.21.

Tabel 2-21. Tingkat populasi kritis ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
No Jenis UPDKS Populasi kritis (Jumlah ulat/pelepah)
1 S. asigna 5 – 10
2 S. nitens 5 – 10
3 D. triana 20 – 30
4 D. diducta 10 – 20
5 D. bradleyi 10 – 20
6 D. bisura 10 – 20

RUANG LINGKUP STUDI


(2-53)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

7 B. bisura 4–5
8 M. piana 5 – 10
9 D. inclusa 5 – 10
10 D. mendosia 5 – 10
11 A. phidippus 2–5
Sumber: PT YYY (2007).

Penggunaan pestisida digunakan apabila populasi serangan melebihi ambang batas


ekonomi atau dengan kata lain dalam rangka pengendalian hama dan penyakit
dilakukan melalui konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Adapun langkah-
langkah yang harus dilakukan dalam konsep PHT yaitu : melaksanakan teknologi
budidaya secara benar, penggunaan tanaman secara resisten, pengendalian secara
mekanis merupakan komponen utama dan pengendalian dengan pestisida
merupakan komponen penunjang.

Penggunaan insektisida sintetik diupayakan sebagai tindakan terakhir dan sedapat


mungkin dipilih jenis insektisida serta teknik aplikasi vang paling aman bagi
lingkungan, khusus bagi kelangsungan hidup parasitoid dan predator UPDKS.
Beberapa jenis insektisida yang dapat digunakan untuk pengendalian UPDKS
disajikan pada Tabel 2.22

Tabel 2-22. Rencana jenis, dosis dan cara aplikasi insektisida dalam pcngendalian
UPDKS di kebun kelapa sawit PT. YYY.

Jenis insektisida
No Contoh Dosis Cara aplikasi Hama sasaran
Bahan aktif
produk
Ulat api, ulat
Bacillus 300 - 500
1 Thuricida HP Semprot bulu & ulat
thuringiensis g/ha
kantung
Bacillus 300 - 500
2 Bactospeine fogging
thuringiensis g/ha
375 - 750 Ulat api dan
3 Deltamet-rin Decis 2,5 ES Fogging
g/ha ulat bulu
Dipterex 95 Semprot/
4 Triklorfon 1000 g/ha Ulat bulu
SP fogging
Sumber : PT. YYY (2007).

RUANG LINGKUP STUDI


(2-54)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Beberapa jenis tikus yang dapat dijumpail di areal kebun sawit adalah tikus belukar
(Rattus tiomanicus), tikus sawah (Rattus argentiventer), tikus rumah (Rattus diardii)
dan tikus huma (Rattus exulans). Pengendalian tikus akan dilakukan dengan cara
monitoring populasi tikus setiap bulan sekali, yang selanjutnya dikendalikan dengan :
(i) menggunakan rodentisida (klerat) RMB bila populasi sudah tinggi, dan (ii)
menggunakan musuh alami.

Penyakit BPP (busuk pangkal pinang) yang disebabkan oleh Genoderma boninse,
karat daun (red rust), penyakit busuk tandan buah dikendalikan dengan cara
dibongkar bersama akarnya dan dimusnahkan. Lubang bekasnya dan 6 pohon
sekitarnya ditaburi Marfu P, dengan dosis 200 g/pohon. Tanaman yang terserang
ringan dibuang 4 lubang di piringan pohon sedalam 30 cm, kemudian dimasukkan
75 g Marfu P/lubang.

Pengendalian penyakit karat daun (red rust) yang disebabkan oleh ganggang hijau
(algae) C. ephaleuros cukup dengan penunasan secara teratur setiap < 9 bulan.
Jika serangannya berat (30 - 40 %), baru dilakukan pengendalian dengan
menggunakan fungisida berupa khlorotanil, mankozeb, triadimefon, koper oksida,
dengan konsentrasi 0,1 - 0,2 % disemprot hingga membasahi permukaan daun yang
terserang.

Pengendalian penyakit busuk tandan buah yang disebabkan oleh Marasmus


palmivorus dilakukan dengan cara : (i) mengatur kelembaban kebun, seperti
penyiangan di piringan pohon serta penunasan pelepah cara teratur, (ii) melakukan
eradiasi dengan membuang dan membakar semua tandan busuk, (iii) melaksanakan
panen secara teratur dengan pusingan < 10 hari, (iv) mengendalikan serangan tikus
dan hama Tirathaba, (v) melaksanakan penyemprotan dengan fungisida, antara lain
Difolatan 4 F (kaptafol), Actidiore (sikloheksimid), Bayleton 250 cc (triadimetol)
dengan konsentrasi 0,1-0.2 % dengan pusingan 10 - 14 hari.

- Penunasan

Penunasan dilakukan dengan putaran 6 - 8 bulan sekali dengan system songgo dua
yang berarti dua pelepah dibawah buah tertua ditinggalkan dan merata keliling
pohon. Tunasan harus merapat ke batang dan berbentuk tapak kuda. Pada waktu
RUANG LINGKUP STUDI
(2-55)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

menunas, pakis dan tanaman lain yang tumbuh dibatang dan buah busuk dibuang.
Pelapah hasil pemotongan dibagi dua dan diletakkan di gawangan yang bukan
digunakan sebagai jalan panen.

- Pemeliharaan Jalan Pikul

Pemeliharaan jalan pikul dilakukan dengan cara manual ataupun kimiawi, secara
manual dilakukan dengan cara slashing dibabat tandas. Tetapi biasanya dikerjakan
secara kimiawi sejalan dengan waktu pemeliharaan piringan.

- Pemeliharaan Saluran Drainase

Saluran drainase dipelihara secara rutin dengan cara pembersihan dan


pembuangan lumpur dan tanaman yang tumbuh di saluran.

- Pemeliharaan Jalan Panen

Selambat - lambatnya 6 (enam) bulan sebelum panen dimulai, jalan panen, titipan
panen, tempat pengumpulan hasil (TPH) sudah harus dibuat. TPH dibuat dengan
ukuran 3 x 3 meter dan harus selalu bersih dari gulma.

- Sensus Pokok

Sensus pokok bertujuan untuk mengetahui jumlah pohon dan kondisi pohon.
Pekerjaan sensus pokok dilakukan setahun sekali.

- Pemangkasan Daun Tua

Pemangkasan daun tua dilakukan 9 bulan sekali. Pelepah daun dikumpulkan dan
ditumpuk pada gawangan mati atau diantara tanaman diluar jalan panen dan
piringan sebagai sumber bahan organik dan mencegah pencucian unsur organik.
Pada saat penunasan diusahakan sampai songgo dua pada tanaman dibawah 10
tahun dan songgo satu untuk tanaman diatas 10 tahun yang sudah menggunakan
egrek, sehingga setelah ditunas jumlah pelepah daun tersisa 48 – 54 pelepah.

(4) Pemanenan Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit mulai menghasilkan buah pada umur 30 bulan setelah
tanam. Buah pertama yang keluar (buah pasir) belum dapat diolah di PKS karena

RUANG LINGKUP STUDI


(2-56)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

kandungan minyaknya yang rendah. Buah sawit normal berukuran 12 - 18 g/butir


yang duduk pada bulir. Setiap bulir berisi sekitar 10 - 18 butir tergantung kepada
kesempurnaan penyerbukan. Bulir-bulir ini menyusun tandan buah yang berbobot
rata-rata 20 - 30 kg/tandan. Setiap TBS berisi sekitar 2.000 buah sawit. TBS inilah
yang dipanen dan diolah di PKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2004).

Cara panen yang banyak diterapkan di perkebunan kelapa sawit dewasa ini adalah
sistem giring. Pada sistem ini, pemanenan diberi acak tertentu dari lahan yang akan
dipanen dan si pemanen mengerjakan beberapa gawang. Acak merupakan acak
tidak tetap dan bila selesai dikerjakan pemanenan pindah ke acak berikutnva yang
telah ditetapkan.

Keuntungan dari cara ini ialah cepat dipanen dan diangkut keluar, sehingga cepat
sampai di pabrik. Kriteria untuk dapat mulai dipanen antara lain : jumlah kerapatan
panen lebih dari 60 % dan mutu tandan sudah baik (berat tandan rata-rata di atas 3
kg). Penentuan matang panen vang umum diterapkan adalah 2 brondolan per kg
berat tandan. Tabel 2.23 menyajikan derajat kematangan buah berdasarkan
banyaknya brondolan yang jatuh.

Untuk mendapatkan mutu CPO yang baik, maka mutu yang diolah harus
berdasarkan kriteria kematangan yang optimal yaitu kondisi buah tingkat fraksi 2 dan
3. Pada kondisi 2 dan 3 kandungan minyak dalam TBS relatif tinggi dengan kadar
garam asam lemak bebas (FFA) yang rendah. Pada tandan buah yang masih
mentah (fraksi 0 dan 1) kandungan minyak CPO sangat rendah, sedangkan bila TBS
terlalu matang (fraksi 4 dan 5) maka kualitas minyak menjadi rendah karena kadar
asam lemak bebasnya tinggi. Untuk mendapatkan jumlah dan kualitas minyak CPO
yang baik maka dibutuhkan koordinasi yang baik antara pemanen, pengawas
lapangan, bagian fraksi dan staf pabrik. Tandan buah segar yang telah dipanen
harus segera ditangani dan diusahakan secepatnya diproses dalam pabrik.

Tabel 2-23. Tingkat kematangan buah berdasarkan banyaknya brondolan yang


jatuh.
Warna Tingkat
Fraksi Jumlah Brondolan
Buah Kematangan
00 Tidak ada Hitam Sangat mantah

RUANG LINGKUP STUDI


(2-57)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

0 1 - 12,5 buah luar brondol Hitam Mentah


1 12,5 - 25 buah luar brondol Kemerahan Kurang matang
2 25 - 50 buah luar brondol Merah Matang
3 50 - 75 Kekuningan Matang
4 75 - 100 Merah Lewat matang
5 Buah dalam brondol dan terdapat buah Kekuningan Lewat matang
busuk
Sumber:PT YYY (2006).

Pelaksanaan panen pada tahap awal (pohon setinggi 2 - 5 m), dilakukan dengan
menggunakan dodos, sedangkan apabila tinggi tanaman sudah tidak lagi
memungkinkan (> 5 m) maka alat panen yang digunakan adalah kapak dan galah
bambu dilengkapi pisau enggrek pada ujungnya.

(5) Pengangkutan TBS dan CPO

Buah kelapa sawit memiliki sifat perisable (segera mengalami kerusakan penurunan
kualitas dan rendemen) bila tidak segera diolah (Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
2004). Tandan buah segar hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik untuk
diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak segara diolah, kandungan asam lemak
bebasnya semakin meningkat. Untuk menghindari hal itu, maksimal 8 jam setelah
panen, TBS harus segara diolah (Tim Penulis PS, 2001).

Buah serta brondol diangkut ke TPH setelah gagang tandan dipotong serapatnya.
Pengangkutan buah dilakukan dari tempat yang paling jauh guna memudahkan
memikul tandan ke TPH. Pada TPH buah disusun secara terbalik sebanyak 5 - 10
tandan per baris, kemudian pangkal tandan diberi nomor dan brondol ditempat
terpisah. TBS diangkut ke PKS menggunakan truk, traktor dan trailer. CPO dan inti
sawit, diangkut menggunakan truk tangki CPO, sedangkan inti sawit diangkut
dengan truk kernel.
Angkutan TBS. Untuk kapasitas PKS sebesar 80 ton TBS/jam dan operasional
PKS selama 20 jam/hari akan diperlukan TBS sebesar 20 jam x 80 ton TBS/jam =
1.600 ton TBS/hari. Jika menggunakan truk dengan kapasitas 6 ton, maka untuk
1.600 ton TBS/hari tersebut akan dilakukan 267 trip pengangkutan TBS per hari.
Jika setiap truk dalam sehari dapat mengangkut sebanyak 4 trip, maka diperlukan
truk pengangkut sebanyak 67 unit truk per hari. TBS yang diangkut berasal dari

RUANG LINGKUP STUDI


(2-58)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

kebun inti dan plasma. Pengangkutan TBS dengan menggunakan traktor dan trailer
dilakukan jika alat angkut truk mengalami kerusakan atau jumlah TBS melimpah
diluar daya angkut truk.
Angkutan CPO. Dari 1.600 ton TBS/hari akan dihasilkan CPO sebanyak 22 % x
1.600 ton TBS/hari = 352 ton CPO/hari. CPO akan diangkut ke dermaga dengan
menggunakan truk tangki berkapasitas 12 ton CPO, sehingga untuk mengangkut
CPO setiap hari diperlukan 30 trip angkutan. Kapasitas pengapalan adalah 3.000
ton CPO per sekali pengapalan. Dengan demikian, setiap 8 – 9 hari akan ada sekali
pengapalan.

Angkutan PKO. Dari 1.600 ton TBS/hari akan dihasilkan PKO sebanyak 0,05 % x
1.600 ton TBS/hari = 90 ton PKO/hari. PKO akan diangkut ke dermaga, kapasitas
pengapalan adalah 2.000 ton CPO per sekali pengapalan. Dengan demikian, setiap
20 – 25 hari akan ada sekali pengapalan, sedangkan jumlah angkutan yang
diperlukan setiap pengapalan sebanyak 17 trip dengan menggunakan truk kapasitas
12 ton.

Kebutuhan jenis dan jumlah alat angkut TBS, CPO dan PKO disajikan pada Tabel
2.24.

Tabel 2-24. Pengangkutan TBS, CPO dan inti sawit


Bahan yang Kapasitas Angkutan
Jenis Angkutan Jumlah Angkutan
Diangkut (ton unit)
Truk 67 6
TBS
Traktor + Trailer 15 8
CPO Truk Tangki 8 12
Inti Sawit Truk Kernel 1 12
Sumber : PT. YYY (2006)

(6) Pengolahan

Jumlah dan kapasitas hasil minyak CPO yang diperoleh sangat dipengaruhi kondisi
buah (TBS) yang diolah dalam pabrik. Direncanakan kapasitas PKS PT. YYY
adalah 80 ton TBS/jam, dengan operasional PKS 20 jam/hari. Fraksionasi hasil
pengolahan tandan buah segar disajikan pada Gambar 2.10. Sedangkan diagram
alir dari proses pengolahan kelapa sawit disajikan pada Gambar 2.11.

RUANG LINGKUP STUDI


(2-59)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Tandan Buah Segar diangkut ke lokasi pabrik minyak sawit menggunakan truk.
Sebelum dimasukan ke dalam loading ramp. TBS tersebut harus ditimbang terlebih
dahulu pada jembatan penimbangan (weighing bridge).

a) Perebusan (Sterillizer)

Tandan buah segar setelah ditimbang, dimasukkan ke dalam lori rebusan yang
terbuat dari plat baja berlubang-lubang (cage) dan langsung dimasukan ke dalam
Sterilizer yaitu bejana perebusan yang menggunakan uap air bertekanan antara 2,2
- 3,0 kg/cm2. Proses perebusan ini dimaksudkan untuk: (a) mematikan enzim-enzim
yang dapat menurunkan kualitas minyak, (b) agar buah mudah lepas daril tandannya
dan (c) memudahkan pemisahan cangkang dan anti dengan keluarnya air dari biji.
Proses ini biasanya berlangsung selama 90 menit menggunakan uap air yang
berkekuatan antara 280 - 290 kg/ton TBS. Dengan proses ini dapat dihasilkan
kondensat yang mengandung 0,5 % minyak ikutan pada temperatur tinggi.

Kondensat ini kemudian dimasukkan ke dalam Fat Pit. Tandan buah yang sudah
direbus dimasukkan ke dalam thresher dengan menggunakan hoisting crane.

b) Perontokan Buah dan Tandan (Thresher)

Pada threser, buah yang masih melekat pada tandannya akan dipisahkan dengan
menggunakan prinsip bantingan sehingga buah tersebut terlepas kemudian
ditampung dan dibawa oleh fit conveyor ke digester.

Secara garis besar urutan kerjanya adalah sebagai berikut:


(1) Buah kelapa sawit yang sudah tiba di pabrik dan sudah ditimbang, kemudian
dimasukkan ke dalam lori perebusan yang berkapasitas 2,5 ton setiap lori. Buah
beserta lorinya direbus dalam tempat perebusan (sterilizer) selama 60 menit.
(2) Pelepasan buah dan pelumatan.

RUANG LINGKUP STUDI


(2-60)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

TANDAN
BUAH SEGAR
(100%) PENGUAPAN
BLOW DOWN
(11,1%)

BRONDOLAN
(67%)

TANDAN KOSONG CPO KASAR BIJI & AMPAS


(21,5%) (43,5%) (23,5%)

UNSUR N
(1,5%)
CPO 22,5% BIJI AMPAS
(10,4%) (12,9%)
UNSUR P
(0,5%)
KERNEL SERAT
SOLID 4,1%
(5%) (11,5%)
UNSUR K
(1,5%)
AIR 16,9% CANGKANG AIR
(5,4%) (1,4%)
UNSUR Mg
(0,9%)

Gambar 2-11. Fraksionasi hasil pengolahan TBS

(3) Buah yang sudah direbus dimasukkan ke dalam mesin pelepas buah (stripping,
thresher), kemudian buah telah rontok itu di bawa ke dalam mesin pelumat
(digester). Tandan kosong diangkut ke tempat pembakaran, digunakan sebagai
bahan bakar untuk menghasilkan uap yang digunakan dalam proses sterilisasi.
(4) Pengeluaran minyak.
(5) Dilakukan pengepresan dengan menggunakan alat tipe hidraulic. centrifugal atau
press continuous screw. Buah yang sudah lumat dipres sehingga minyak keluar
dan dipisahkan dari ampasnya. Minyak ditampung dan dilakukan pemurnian.

RUANG LINGKUP STUDI


(2-61)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Minyak yang sudah keluar dialirkan ke dalam Crude Oil Tank (tangki minyak
mentah).
(6) Pemurnian (clarification)
(7) Minyak yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam tangki pemumian. Dari
sini akan dihasilkan minyak sawit mentah (CPO). Selanjutnya CPO ini disimpan
dalam tangki timbun (CPO storage).
(8) Pemisahan biji dari sisa-sisa daging buah.
(9) Sisa pengepresan yang berupa ampas, di bawa ke alat pembuang sisa daging
buah (depericarper). Pemisahan biji dari sabut menggunakan proses
pengeringan dan pengembusan. Biji yang sudah terpisah, kemudian diangkut ke
silo dan dikeringkan.
10) Pabrik biji (kernel plant)
- Ukuran ampas kempa (cake breaker conveyor) : berfungsi membawa ampas
kempa ke pemisah serabut dan biji (nut / fibre seperator, depericarper).
- Pemisah ampas biji (depericarper)
- Pemeram biji : berfungsi memeram biji sampai kering, dengan conveyor
masuk ke drum pemisah biji (nut grading drum). Selanjutnya sampai ke alat
pemecah biji (nut cracker).
- Pemecah biji (nut cracker): berfungsi memecah biji yang sudah diperam dan
hasil pecahannya dimasukkan ke vibrating gaute.
- Pemisah getar : Dari nut cracker dimasukkan ke kolom pembersih (dust
separator) yang membebaskan mass cracker dari abu dan benda ringan
lainnya. Mass cracker yang sudah bersih masuk ke pemisah getar yang
berfungsi membebaskan biji yang tidak pecah. Biji yang tidak pecah
diproses ulang ke nut cracker.
- Hydrocyclone: Berfungsi memisahkan inti dengan cangkang.
- Silo pengering inti (kernel dryer) : Berfungsi mengeringkan inti yang berasal
dari hydrocyclone sampai kadar air sesuai dengan ketentuan (7%).
- Gudang inti (kernel storage) : Penyimpanan produksi inti (kernel) disimpan
dalam goni isi 80 kg atau disimpan dalam gudang bentuk curah.

RUANG LINGKUP STUDI


(2-62)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

TBS
PEREBUSAN
100%
Tandan Rebus
88,5%

Penguapan 0,4%
PENEBAHAN Air Blowdown 11,1%

Tandan Kosong 21,5% Buah Rebus 67%

DIGESTER
Pembakaran di Unit
Pupuk/Abu 0,05%
Incenerator

Minyak 17,2%
SCREW PRESS
Minyak bersih 17,2%
Sledge 26,3% 23,5% BOILER
Air 7,9%
CLARIFIER DEPERICARTER I
AIR
10,6% Ampas 12,9%
VACUM DRYER Air 7,9%
Sludge 26,3%
DEPERICARTER II
Minyak bersih 4,1%
CPO 22,5%
Sludge Centrifugal
26,0%
CRACKER

CANGKANG
Air
PEMISAH ANGIN
14,4%
4,2%
Minyak 0,2%
1,2%
PURIFIER 2,2%
1,0% PEMISAHAN
PENGERINGAN
DENGAN AIR
TANGKI TANGKI
39,4% 5,0%
TIMBUN TIMBUN
CPO CPO GUDANG KERNEL

Minyak 0,2%
TANGKI
PENGUMPUL
Limbah Cair 9,7% LIMBAH CAIR Air Blowdown 11,1%

Limbah Cair 55 %

UNIT INSTALASI PENGOLAHAN


AIR LIMBAH

Gambar 2-12. Diagram alir proses pengolahan kelapa sawit

RUANG LINGKUP STUDI


(2-63)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

c) Pengolahan Minyak dari Daging Buah

Brondolan buah (buah lepas) yang dibawa oleh fruit conveyor dimasukan ke dalam
digester atau peralatan pengaduk, supaya buah terlepas dari biji. Dalam proses
pengadukan (digester) ini digunakan uap air yang temperaturnya selalu dijaga agar
stabil antara 80 – 90oC. Setelah masa buah dari proses pengadukan selesai
kemudian dimasukkan ke dalam alat pengepressan (screw press) agar minyak
keluar dari biji dan fibre. Untuk proses pengepresan ini perlu tambahan panas
sekitar 10 -15% terhadap kapasitas pengepressan. Dari pengepressan tersebut
akan diperoleh minyak mentah, arnpas dan biji.

Sebelum minyak mentah tersebut ditampung pada crude oil tank, harus dilakukan
pemindahan kandungan pasirnya pada sand trap, kemudian dilakukan penyaringan
(vibrating screen). Sedangkan ampas dan biji yang masih mengandung minyak (oil
sludge) dikirim ke pemisah ampas dan biji (Depericarper).

Dalam proses penyaringan minyak mentah tersebut perlu ditambahkan air panas
untuk melancarkan penyaringan tersebut. Minyak mentah (crtide oil) kemudian
dipompakan ke dalam decenter guna memisahkan solid dan liquid. Pada fase cair
yang berupa minyak air dan masa jenis ringan ditampung pada continuous setting
tank, minyak dialirkan ke oil tank. Pada fase padat yang terdiri dari air dan padatan
terlarut ditampung ke dalam sludge tank yang kemudian dialirkan ke sludge
seperator untuk memisahkan minyaknya.

d) Proses Pemurnian Minyak

Minyak dari oil tank dialirkan ke dalam oil purifier untuk depericaper melalui cake
brake conveyor yang dipanaskan dengan uap air. Selanjutnya dialirkan ke vacum
driver untuk memisahkan air sampai pada batas standard. Kemudian melalui sarvo
balance, maka minyak sawit dipompakan ke tangki timbun (oil storage tank).

e) Proses Pengolahan Inti Sawit

Ampas kempa yang terdiri dari biji dan serabut dimasukkan ke dalam depericaper
melalui cake brake conveyor yang dipanaskan dengan uap air agar sebagian
kandungan air dapat diperkecil, sehingga press cake terurai dan memudahkan

RUANG LINGKUP STUDI


(2-64)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

proses pemisahan. Pada depericaper terjadi proses pemisahan fibre dan biji.
Pemisahan terjadi akibat perbedaan berat dan gaya isap blower. Biji tertampung
pada Nut Silo yang dialiri dengan udara panas antara 60 - 800C selama 18 - 24 jam
agar air turun dari sekitar 21 % menjadi 4%.

Sebelum biji dimasukkan ke dalam nut craker, terlebih dahulu diproses ke dalam nut
grading drum untuk dapat dipisahkan ukuran besar kecilnya biji yang disesuaikan
dengan fraksi yang telah ditentukan. Nut kemudian dialirkan ke nut craker sebagai
alat pemecah. Masa biji pecah dimasukkan ke dry separator (proses pemisahan
debu dan cangkang halus) untuk memisahkan cangkang halus, biji utuh dengan
cangkang/inti.

Masa cangkang bercampur inti dialirkan masuk ke dalam kernel drier untuk proses
pengeringan sampai kadar airnya mencapai 7 % dengan tingkat pengeringan 500C,
600C dan 700C dalam waktu 14 - 16 jam. Selanjutnya guna memisahkan kotoran,
maka dialirkan melalui winnowing kernel (kernel storage), sebelum diangkut dengan
truk ke pabrik pemroses berikutnya.

d. Kegiatan-kegiatan yang Ada di Sekitar Rencana Lokasi Proyek dan


Dampak yang Ditimbulkannya

Kegiatan-kegiatan yang ada di sekitar rencana lokasi kegiatan perkebunan dan


pengolahan kelapa sawit PT. YYY digambarkan pada Gambar 2.12, sedangkan
uraian secara singkat kegiatan dimaksud sebagai berikut:

Sebelah Utara adanya Aktivitas perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT.
Kharisma Inti Usaha (PT. KIU) yang secara kumulatif akan menimbulkan sifat
dampak yang serupa dengan dampak kegiatan PT. YYY, dengan sifat yang saling
memperkuat (sinergetik) terhadap berupa penurunan kualitas air, tanah, flora dan
fauna darat.

Sebelah Selatan adanya Aktivitas perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT.
Monrad lntan Barakat yang secara kumulatif juga akan menimbulkan sifat dampak
yang serupa dengan dampak kegiatan PT. YYY, dengan sifat yang saling

RUANG LINGKUP STUDI


(2-65)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

memperkuat (sinergetik) terhadap berupa penurunan kualitas air, tanah, flora dan
fauna darat.

Sebelah Barat ada aktivitas perkebunan dan pabrik kelapa sawit milik PT. Putra
Bangun Bersama (PBB). Kegiatan ini secara kumulatif akan menimbulkan sifat
dampak yang serupa dengan dampak kegiatan PT. YYY. Selain itu ada juga
aktivitas transportasi, air di Sungai Barito serta pemukiman penduduk desa
sepanjang sungai tersebut yang terdapat di sekitar tapak proyek (Kecamatan
Jejangkit, Rantau Badauh dan Cerbon), aktivitasnya mengeluarkan limbah ceceran
minyak dan oli mesin tranportasi sungai yang mereka gunakan. Selain itu aktivitas
pemukiman akan mengeluarkan limbah domestik sehingga apabila tidak dikelola
dengan baik dapat menurunkan kualitas lingkungan perairan sungai.

Sebelah Timur ada aktivitas penebangan hutan galam, pencari purun dan jebakan
sumur ikan di dalam hutan alam terutama pada musim kemarau, terdapat di dalam
dan sekitar tapak proyek dimana aktivitasnya akan menyebabkan degradasi hutan
galam dan purun sehingga apabila tidak dikelola dengan baik dapat menurunkan
kualitas lingkungan hutan galam dan sekitamya.

2.1.2. Alternatif-alternatif yang Akan Dikaji dalam AMDAL

a. Dasar Pemikiran dalam Mengkaji Alternatif

Seperti disinggung di muka bahwa langkah pertama yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan Amdal adalah adanya kesesuaian lokasi proyek dengan Tata Ruang
Wilayah. Oleh sebab itu pemilihan alternatif dalam penyusunan studi AMDAL ini
akan memperhitungkan aspek tata ruang, terutama kemungkinan keberadaan
kawasan lindung, (resapan, lahan gambut), pemukiman penduduk (desa, UPT), juga
kegiatan lain yang berkaitan atau tumpang tindih dengan pengunaan lahan lainnya
yang dilakukan oleh pihak lain yang berkaitan dengan kepentingan dan aktivitas
masyarakat umum (jalan negara, pusat pemerintahan, pasar dan fasilitas umum
lainnya).

RUANG LINGKUP STUDI


(2-66)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Gambar 2.13. Kegiatan-kegiatan di sekitar proyek yang berpotensi menimbulkan


dampak

RUANG LINGKUP STUDI


(2-67)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Menyangkut dengan tata ruang, jika lokasi proyek berada pada kawasan hutan
produksi, maka dilakukan pelepasan kawasan hutan. Jika lokasi berada pada
kawasan hutan lindung atau cagar alam, maka dilakukan enclave (dikeluarkan) dari
rencana lokasi proyek.

Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi potensi dampak negatif yang dapat muncul
dari kegiatan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. YYY terhadap komponen
lingkungan yang terdapat di dalam tapak proyek dan sekitamya.

Alternatif lain yang perlu dikaji dalam studi ini, terutama sangat terkait dengan
realitas posisi tapak proyek PT. YYY yang hampir seluruhnya berupa lahan basah
(kemungkinan tanah bergambut, sulfat masam dan masalah tata air), tanaman yang
diusahakan lebih adaptif pada suasana lingkungan lahan kering, konstruksi
bangunan yang sesuai dengan kodisi lahan basah dan terletak dalam satu wilayah
administratif (Kabupaten Banjar), tetapi secara pengelolaan lingkungan masuk
dalam satu daerah pengaliran sungai yang sama (DAS Barito).

Hal ini terutama berimplikasi pada perlunya suatu telaahan alternatif yang
mempertimbangkan : (i) tersediannya ruang dan lahan yang tidak tumpang tindih
dengan penggunaan lain, (ii) Faktor-Faktor biofisik (Agroklimat) cukup mendukung,
dan (iii) Tidak berdampak negatif terhadap kelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan.

Kriteria yang dipergunakan dalam menetapkan suatu alternatif meliputi :

a) Menghasilkan alternatif kegiatan PT. YYY yang menghasilkan dampak negatif


terhadap lingkungan yang paling kecil dan menghasilkan dampak positif yang
paling besar.

b) Secara ekonomi efektif dan efisien (bersifat ekonomis, termasuk di dalamnya


efisiensi dalam penggunaan sumber daya alam seperti lahan dan air).

c) Secara teknologi dapat diaplikasi oleh pemrakarsa.

d) Secara sosial bersifat akseptabel (dapat diterima masyarakat).

RUANG LINGKUP STUDI


(2-68)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

b. Prosedur untuk Memilih Alternatif

Secara skematis alur proses atau prosedur pemilihan alternatif kegiatan perkebunan
dan pengolahan kelapa sawit PT. YYY dalam studi Amdal dapat dillhat pada
Gambar 2.13. Adapun langkah-langkah adalah sebagai berikut :

(1) Langkah pertama dalam memilih suatu alternatif adalah dengan jalan menilai
kelayakan suatu lahan yang rencananya digunakan untuk lokasi perkebunan dan
pengolahan kelapa sawit PT. YYY. Dalam hal ini proses yang dilakukan adalah
seleksi kesesuaian lokasi dengan Tata Ruang Wilayah dan evaluasi kesesuaian
lahan, dimana lahan minimal berharkat sesuai (S3) untuk budidaya tanaman
kelapa sawit.

(2) Langkah kedua adalah penilaian pemilihan teknologi konstruksi, tata air dan
budidaya kelapa sawit sebagai komoditas potensial yang akan dikembangkan di
lokasi proyek, pengaturan tata air serta konstruksi fisik. Proses seleksi teknologi
yang dilakukan adalah berdasarkan pertimbangan berbasis lahan basah seperti
yang telah banyak diterapkan pada Perkebunan Besar Swasta di Sumatera dan
Malaysia. Dalam proses ini akan dipilih desain atau teknologi yang
berkesesuaian dengan keadaan lingkungan spesifik lahan basah di Kalimantan
Selatan.

(3) Langkah ketiga dalam menetapkan suatu alternatif adalah dengan join
melakukan evaluasi rencana pembangunan fisik (tata letak) seperti kebun,
pabrik, jalan, kantor, mess karyawan dan yang lainnya berdasarkan kesesuaian
lahan dan estitika lingkungan. Sebagai contoh kebun diletakkan pada areal yang
nilai kesesuaiannya berharkat cukup sesuai (S3), kantor dan mess karyawan
diletakkan pada areal yang nilai kesesuaianya berharkat tidak sesuai untuk
tanaman kelapa sawit (N2) dan instalasi pengolahan limbah jangan diletakkan
dengan pemukiman penduduk. Dalam tahapan ini akan terpilih tata letak yang
memenuhi nitai kesesuaian lahan dan nilai estitika lingkungan.

RUANG LINGKUP STUDI


(2-69)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

INPUT PROSES OUTPUT

Rencana kebun & Seleksi tata ruang: Kawasan / Areal


pabrik kelapa  RTRWP Kal – Sel terpilih sebagai
sawit PT. Palmina  RTRWK Banjar lokasi proyek
Utama (sesuai izin
lokasi)

Tinjauan Kesesuaian Tata Ruang

Teknologi :
Seleksi teknologi
 Sistem
berbasis spesifikasi Desain/Teknologi
Budidaya
lahan basah di Terpilih
 Tata air
Kalimantan Selatan
 Kontruksi

Tinjauan Kesesuaian Teknologi/Desain

Tata letak : Seleksi kesesuaian Lahan terpilih


 Kebun lahan dan estetika untuk sarana
 Pabrik lingkungan prasarana: Kebun,
 Jalan pabrik, sarana dan
 Kantor, dll prasarana

Tinjauan Kesesuaian Tata Letak

Proses : Seleksi Proses : Proses terpilih


 Limbah cair  Aerob dengan Zero
 Limbah Padat  Anaerob Waste
 Limbah Gas  Land application

Gambar 2-14. Bagan alir proses pemilihan alternatif

RUANG LINGKUP STUDI


(2-70)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

(4) Langkah keempat, adalah pemilihan alternatif proses terutama masalah


pengelolaan limbah yang dihasilkan baik itu limbah cair maupun limbah padat.
Seleksi yang dilakukan meliputi seleksi sistem pengolahan limbah (fisik, kimia,
biologi) dan pemanfaatan limbah yang efisien sehingga hasil akhir pada proses
industri minyak kelapa sawit didapatkan dengan limbah yang minimum ( zero
waste ) atau produksi bersih.

Identifikasi yang dilakukan dengan menelaah seluruh aspek kegiatan perkebunan


dan pabrik kelapa sawit yang akan dilakukan PT. YYY serta komponen lingkungan
yang berada di dalam tapak proyek PT. YYY dan sekitarnya, termasuk menelaah
(a) peta tapak proyek dan keterkaitannya dengan kegiatan sekitar termasuk studi
mengenai kondisi komponen lingkungan hidup yang akan terkena dampak kegiatan
proyek PT. YYY, (b) rencana pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan PT.
YYY, termasuk desain pengelolaan limbah cair dan padat.

2.2. Lingkup Rona Lingkungan Hidup Awal

2.2.1. Komponen Lingkungan Fisik-Kimia

a. lklim

Pengkajian kondisi iklim di wilayah studi didasarkan pada hasil pengamatan dan
pengumpulan data yang dilakukan oleh Stasiun Klimatologi Dinas Permukiman dan
Prasarana Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan yang dimatching dengan Stasiun
Klimatologi Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Stasiun Klimatologi Pelabuhan
Udara Samsudin Noor terletak kurang lebih 40 km dari lokasi daerah studi. Stasiun
Meteorologi tersebut merupakan stasiun yang berada pada garis lintang dan elevasi
yang berdekatan dengan wilayah studi. Disamping itu juga merupakan stasiun
Meterologi yang relatif lebih lengkap. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka
data iklim ini cukup representatif untuk digunakan.

Berdasarkan hasil pengumpulan data curah hujan dapat diketahui bahwa lokasi
sekitar wilayah studi termasuk daerah beriklim tropika basah (tipe iklim Af/Am
menurut Koppen) dengan musim kemarau (musim kering) yang singkat atau tipe

RUANG LINGKUP STUDI


(2-71)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

iklim B menurut Schmidt dab Ferguson dengan jumlah bulan kering (<60 mm)
sebanyak 1 sampai 2 bulan dalam satu tahun (Arifin dkk., 2002). Menurut Koppen
(1918) dalam Kartasapoetra (1988) daerah dengan tipe iklim demikian memiliki
karakteristik sebagai berikut : suhu udara selalu tinggi dengan suhu selalu tinggi
sepanjang tahun dan curah total tahunan < 2.000 mm.

Data suhu dan kelembaban udara rata-rata dari Dinas Kimpraswil Provinsi
Kalimantan Selatan (Tabel 2.25), menunjukkan bahwa suhu tidak berkisar antara
26,9 - 29,50C dan rata-rata bulanan 280C serta suhu udara maksimum 30,90C.
Kelembaban udara berkisar antara 78 – 830C. Atau rata – rata 81%.

Tabel 2-25. Rata-rata suhu udara dan kelembaban udara

No. Bulan Suhu Udara Rata- Kelembaban (%)


rata (0C)
1 Januari 27,9 82,0
2 Februari 28,2 83,0
3 Maret 29,5 81,0
4 April 28,6 81,0
5 Mei 26,9 81,0
6 Juni 27,4 80,0
7 Juli 28,3 79,0
8 Agustus 28,2 77,9
9 September 28,8 78,0
10 Oktober 27,9 79,0
11 Nopember 28,5 81,0
12 Desember 27,6 81,0
Rata - Rata 28,3 81,0
Sumber :Dinas Kimpraswil Provinsi Kalimantan Selatan, 2007.

Total rata-rata Curah Hujan (CH) tahunan adalah 1.646 mm dan jumlah Hari Hujan
(HH) adalah 155 hari. Pada Tabel 2.26 menunjukkan bahwa CH berkisar antara 61 -
221 mm, tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 221 mm dan terendah pada
bulan Agustus 62 mm. Sedangkan CH berkisar antara 7 - 22 hari, tertingi terjadi
pada bulan Januari dan terendah bulan Agustus. Selanjutnya musim hujan biasanya

RUANG LINGKUP STUDI


(2-72)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

terjadi antara bulan Oktober hingga bulan Mei, sedangkan bulan kemarau terjadi
biasanya antara bulan April hingga bulan September.

Kecepatan angin rata - rata bulanan berkisar antara 5 – 9 knot dengan arah angin
dominan bertiup ke arah timur (60%), ke arah selatan (75%), ke arah barat (39%)
dan ke arah utara (42%). Pada saat studi dilaksanakan kecepatan angin rata-rata
sebesar 5 hingga 9 knot, dengan arah angin bergerak dari barat ke timur. Hasil
pengukuran arah dan kecepatan angin sesaat sekitar lokasi pengamatan
menunjukkan bahwa arah angin selama 24 jalan menuju pada empat mata angin,
yakni barat-timur, timur-barat, selatan-utara, dan utara-selatan. Kecepatan angin
berkisar antara 0,4 - 2,1 m/dt.

Tabel 2-26. Rata-rata Curah Hujan (CH) dan Hari Hujan (HH) bulanan
No. Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hari)
1 Januari 221 22
2 Februari 218 21
3 Maret 213 18
4 April 186 16
5 Mei 137 12
6 Juni 104 17
7 Juli 82 10
8 Agustus 61 7
9 September 92 8
10 Oktober 117 10
11 Nopember 203 15
12 Desember 192 19
Rata - Rata 1.646 155
Sumber : Dinas Kimpraswil Provinsi Kalimantan Selatan

Prosentase lamanya penyinaran matahari (n/N) rata-rata bulanan pada lokasi


pekerjaan sesuai dengan stasiun meteorologi yang adalah berkisar antara 5.63 jam -
11.52 jam dengan rata-rata sebesar 9.05 jam. Lama penyinaran matahari ini sudah
dapat dikatakan 100 % karena penyinaran matahari pada waktu siang hari
berlangsung lebih dari 8 jam.

RUANG LINGKUP STUDI


(2-73)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

b. Kualitas Udara dan Kebisingan

1) Kualitas Udara

Parameter kadar debu dan gas-gas di udara yang diukur erat kaitannya dengan
dampak yang diperkirakan mungkin terjadi terhadap kualitas udara selama kegiatan
proyek terutama tergantung dari banyaknya sumber pencemar yaitu aktivitas yang
berlangsung (seperti kegiatan angkutan / transportasi yang melintas pada saat
pengukuran), dan variabel lain seperti suhu, kelembaban, arah dan kecepatan angin.
Gambaran data kualitas udara di lokasi rencana proyek disajikan pada Tabel 2.27

Tabel 2-27. Hasil pengukuran kualitas udara pada sekitar lokasi kegiatan PT. YYY

SO2 NO2 CO TSP


No Lokasi sampling
(µg / m3)
1 Lokasi PT. Kharisma Inti Usaha 0.92 1.69 97.36 108
2 Pulau Pinang Utara 6.42 5.45 221.25 859
3 Sungai Bahalang 0.55 5.83 74.67 103
4 Sungai Puting 3.38 3.69 188.04 4,051
Baku Mutu Udara Ambien Nasional (PP 900 400 30,000 230
no. 41 1999)*)
Sumber : Dokumen ANDAL PT. Kharisma Inti Usaha

2) Kebisingan

Data tingkat kebisingan di kawasan pembangunan kekun kelapa sawit milik PT.
Kharisma Inti Usaha disajikan pada Tabel 2.28

Tabel 2-28. Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada sekitar lokasi kegiatan PT.
YYY

No Lokasi sampling Kebisingan (dBA)


1 Lokasi PT. Kharisma Inti Usaha 40.1
2 Pulau Pinang Utara 67.8
3 Sungai Bahalang 50.7
4 Sungai Puting 63.8
Sumber : Dokumen ANDAL PT. Kharisma Inti Usaha

RUANG LINGKUP STUDI


(2-74)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

c. Fisiografi dan Geologi

Fisiografi

Wilayah studi umumnya berada pada ketinggian antara tiga meter sampai dengan
tujuh meter di atas permukaan laut (dpl) dengan kemiringan lahan datar (0-2 %).
Wilayah studi merupakan bagian palembahan Sungai Barito, yaitu suatu dataran
pantai tua dengan dataran sungai yang mengalami pengangkatan. Fisiografi
tergolong fisiografi rawa belakang (back swamp) dan beting pasir tua (old poin bar),
keduanya masih termasuk kelompok lahan-lahan aluvial (alluvial lands), yang masih
dipengaruhi oleh pasang surut air sungai. Kondisi ini menyebabkan daerah ini
sering mengalami banjir musiman dan tergenang dalam waktu lama.

Geologi

Kegiatan tektonik daerah ini diduga telah berlangsung sejak Jaman Jura, yang
menyebabkan bercampurnya batuan ultramafik dan batuan malihan. Pada Jaman
Kapur Awal, atau sebelumnya terjadi penerobosan granit dan diorit yang menerobos
batuan ultramafik dan batuan malihan. Pada akhir Kapur Awal terbentuk kelompok
Alino yang sebagian merupakan Olistotrom, diselingi dengan kegiatan gunung api
Kelompok Pitanak. Pada awal Kapur Akhir, kegiatan tektonik menyebabkan
tersesarkannya batuan ultramafik dan malihan keatas Kelompok Alino. Pada Kala
Paleosen kegiatan teknonik menyebabkan terangkatnya batuan Mezolikum, disertai
penerobosan batuan andesit porfir. Pada awal Eosen terendapkannya Formasi
Tanjung dalam lingkungan Paralas. Pada kala Oligosen terjadi genang laut yang
membentuk Formasi Berai. Kemudian pada Kala Miosen terjadi transgresi laut yang
membentuk Formasi Warukin.

Gerakan Tektonik terakhir terjadi pada Kala Akhir Miosen, menyebabkan batuan
yang tua terangkat, membentuk Tinggian Meratus, dan melipat kuat batuan Tersier
dan pra-Tersier. Sejalan dengan itu terjadilah penyesaran naik dan penyesaran
geser yang diikuti sesar turun dan pembentukan Formasi Dahor pada Kala Pliosen.

Wilayah Studi merupakan bagian dari apa yang dikenal sebagai Cekungan Barito,
yaitu suatu teluk pantai geosinklinal dan dataran rendah aluvial yang terbentuk dari

RUANG LINGKUP STUDI


(2-75)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

endapan-endapan sungai zaman Resen atau Kwarter. Cekungan Barito sampai


dengan kota Amuntai terdapat di wilayah bagian barat Pegunungan Meratus dan
merupakan sabuk luar yang seolah-olah melingkari lahan kering yang elevasinya
lebih tingi. Semula wilayah ini masih termasuk dalam relik sahul – sunda. Sesudah
zaman glasial Pleistosen dataran ini tergenang, kemudian secara berangsur–angsur
terisi endapan Kapuas dan Kahayan. Dengan mundurnya laut selama zaman
Pleistosen pembentukan tanah pada cekungan Barito menjadi semakin jelas
(Gambar 3-2).

Cekungan marin terus-menerus terisi oleh endapan sungai sehingga terbentuk suatu
paya (marsh) atau rawa pasang surut yang ditumbuhi vegetasi spesifik rawa.
Vegetasi ini mengikat lumpur dan material lain yang terbawa arus dan
mempengaruhi pembentukan endapan–endapan yang heterogen. Tingkat
perkembangan terakhir dicapai di bawah transgresi laut sesudah zaman Pleistosen.

Struktur geologi wilayah studi cenderung di dominasi oleh lempung dengan sisipan-
sisipan pasir halus. Endapan kwarter sampai resen terdiri dari endapan aluvium,
yaitu terdiri dari lempung hitam keabuan yang lunak dengan sisipan-sisipan pasir
halus meliputi daerah yang sebagian besar berupa rawa dan endapan diluminium,
terdiri dari pasir lempungan sampai lempung pasiran, pasir, kerikil, kerakal, kwarsa,
kerikil linorit meliputi daerah yang lebih tinggi.

Korelasi satuan batuan di daerah wilayah studi merupakan endapan permukaan dan
batuan sedimen berjenis Aluvium yang meliputi kerikil, pasir, lanau, lempung dan
lumpur yang diperkirakan terbentuk pada masa Kenozoikum pada zaman Kuarter
kala Holosen dan diduga berumur kurang lebih 10.000 tahun.

Stratigrafi wilayah studi dari muda ke tua adalah sebagai berikut :

1. Lapisan atas tanah (top soil)

Terdiri dari bahan organik dan lempung abu-abu berkerikil dan berpasir sampai
kedalaman sekitar 2,0 m dari permukaan tanah.

2. Satuan Lempung Lunak

RUANG LINGKUP STUDI


(2-76)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Lempung berwarna abu-abu kecoklatan mengandung sisa tanaman dengan


tekstur lempung liat berdebu, plastisitas sedang-tinggi dengan butir terbesar 0,2
mm. Satuan ini berada pada elevasi +3,359 m sampai dengan +2,359 m. Pada
lapis di bawahnya masih didominasi satuan lempung abu-abu lunak berjenis
lempung berliat, dengan lapisan cukup tebal, yaitu antara elevasi rata-rata
+0,860 m sampai dengan –29,14 m.

3. Satuan Lempung Sedang

Pada lapis di bawah lempung lunak masih merupakan satuan lempung berwarna
abu-abu sedang yang lembab sedikit berpasir, dengan fraksi dominan adalah
lempung, lapisan ini berada antara kedalaman – 26 m sampai dengan – 30 m.

4. Satuan Pasir
Pasir putih kasar sampai padat sedikit berkerikil mendominasi lapisan ini.
Lapisan ini cukup tebal, yakni pada kedalaman elevasi – 35,0 m sampai dengan
– 60 m.

d. Ruang, Lahan dan Tanah

Lokasi rencana Perkebunan dan Pengolahan Kelapa Sawit PT. YYY secara
administratif termasuk ke dalam Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar
Provinsi Kalimantan Selatan. Areal rencana proyek ini mengambil luasan sebesar
15.000 ha dengan merevitilisasi lahan – lahan yang selama ini belum tergarap
(lahan tidur). Mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah, baik itu Rencana
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 9 Tahun 2000 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan (lihat Gambar 2.2) lokasi
proyek sebagian besar termasuk dalam Kawasan Budidaya Tanaman Pertanian
Lahan Basah. Namun demikian berdasarkan hasil penapisan dengan SK
Menhutbun No. 453/Kpts11/1999 Tanggal 17 Juni 1999, maka areal rencana
perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT. YYY dari peta Balai Pemantapan
Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah VI Banjarbaru termasuk ke dalam Kawasan Areal
Penggunaan Lain.

RUANG LINGKUP STUDI


(2-77)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Lokasi proyek hampir seluruhnya merupakan daerah rawa yang berkembang dari
satuan lahan dataran alluvial. Pola penggunaan lahan yang dominan pada wilayah
ini adalah hutan rawa yang didominasi oleh vegetasi galam (Melaleoca
leucadendrum) yang merupakan ciri khas tumbuhan pioner pada wilayah tanah
sulfat masam. Sebagian dari wilayah ini sudah dibuatkan oleh pemerintah beberapa
saluran drainase untuk membuang kelebihan air, seperti kanal Saka Ramai di Desa
Batik Kecamatan Cerbon Kabupaten Barito Kuala yang memiliki lebar 6 meter dan
dalam 2 meter serta Kanal Antasan Muning yang membelah cekungan rawa di
sekitar lokasi proyek. Di bagian Selatan juga terdapat kanal-kanal untuk drainase
SPT Galam rabah. Kanal - kanal tersebut sekarang ini sudah merubah sistem tata
air yang ada di wilayah rawa belakang (back swamp). Hutan rawa adalah hutan
yang tersebar pada daerah dengan tipologi lahan basah baik berupa rawa pasang
surut maupun rawa pedalaman. Vegetasi yang berkembang biasanya galam, purun
dan paku-pakuan. Penggunaan lahan lain di lokasi studi adalah areal persawahan
merupakan sawah yang kebanyakan tadah hujan yang banyak tersebar di 1evee
sungai dan rawa belakang (back swamp) dan termasuk dalam landform alluvial.

Secara geomorphologi wilayah studi termasuk dalam endapan alluvial, yang


termasuk didalamnya dataran banjir (tanggu1 sungai alami, rawa belakang, tasik
sungai, beting pasir), teras sungai, dataran alluvial.

Berdasarkan perbedaan fisiografi, topografi, umur, dan adanya lapisan gambut,


maka tanah-tanah di wilayah studi dan regional di sekitarnya terbentuk melalui salah
satu dari fase sedimentasi sebagai berikut:

1. Sedimentasi fase I, terjadi 5.000 sampai dengan 4.000 - 3.500 tahun yang lalu,
pada fase ini merupakan suplai endapan dari Sungai Barito dan sungai lainnya
seperti Sungai Kahayan dan pada akhir fase ditandai dengan terbentuknya mulut
sungai tua dekat Barambai (sebelah barat wilayah studi) sehingga garis pantai
sejajar dengan Barambai.

2. Sedimentasi fase II, terjadi 4.000-3.500 sampai dengan 1.000 - 700 tahun yang
lalu, pada fase ini suplai endapan berasal dari Sungai Barito dan Sungai Pulau
Petak dan pada akhir fase garis pantai terletak di Tabunganen.

RUANG LINGKUP STUDI


(2-78)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

3. Sedimentasi fase III, terjadi 1.000 - 700 tahun yang lalu sampai sekarang dan
proses sedimentasi terus berlangsung.
Dengan demikian tanah-tanah wilayah studi terbentuk melalui sedimentasi fase I.
Di dalam sedimen saat itu terjadi proses pembentukan senyawa pirit karena
kondisinya memenuhi. Kondisi penting yang memungkinkan terbentuknya pirit
(FeS2) adalah: (1) lingkungan anaerob, (2) adanya sumber sulfat, baik dari air laut,
air pasang payau atau air tanah yang kaya akan sulfat, (3) bahan organik sebagai
sumber energi bakteri, (4) sumber besi, yang berasal dari sedimen mengandung
besi oksida dan hidroksida, dan (5) waktu. Dalam kondisi sekarang pirit tidak akan
terbentuk lagi, karena satu atau lebih syarat tersebut di atas sulit terpenuhi.

Pada kondisi tanah alami dan belum pernah dibuka, laju akumulasi bahan organik
lebih cepat daripada dekomposisinya sehingga terbentuk lapisan gambut terutama
pada bagian lahan yang cekung. Sementara pada bagian dataran banjir selalu
mendapatkan bahan aluvium baru yang berlapis-lapis menutupi bahan sulfidik
dibawahnya. Tanah-tanah yang terbentuk umumnya gambut (histosols) dan aluvial
muda (entisols), yaitu tanah-tanah dengan katagori belum berkembang.

Pada kondisi lahan yang pernah terbuka, termasuk pada wilayah studi, terjadi
proses perkembangan tanah. Proses tanah utama yang terjadi dan masih
berlangsung hingga sekarang adalah pematangan fisik, homogenisasi, desalinisasi,
gleisasi pada levee dan ridge, perkembangan lapisan coklat, dan oksidasi pirit,
sementara lapisan bahan organik menipis. Karakteristik diagnostik dari tanah-tanah
ini adalah terangkatnya bahan sulfidik dan berkembangnya horison sulfurik yang
memungkinkan terbentuknya tanah sulfat masam (acid sulfate soils). Terbentuk
Inceptisols, yaitu tanah-tanah yang mulai berkembang.

Berdasarkan pengamatan tanah di lapang dan hasil analisis tanah di laboratorium,


maka tanah di wilayah studi terdiri lima Satuan Peta Tanah (SPT) yang meliputi
tanah-tanah Typic Haplosaprists, Terric Sulfisaprists, Sulfic Endoaquents, Sulfic
Endoaquepts dan Typic Endoaquepts. Penyebaran dan luasan masing-masing SPT
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2-29.

RUANG LINGKUP STUDI


(2-79)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Tabel 2-29. Legenda satuan peta tanah di wilayah studi


Bentuk
No Uraian Tanah Fisiografi Wilayah Bahan Induk Luas
SPT Ha %
Typic Haplosaprists, Beting pasir
saprik,drainase terhambat, 1.617 10,78
1 tua Bahan organik
sangat masam

Terric Sulfisaprists,
saprik,drainase terhambat, Bahan organik/ 3.266 21,78
2
sangat masam Aluvium

Sulfic Endoaquents,
berlempung halus,drainase Datar 764
3 5,09
sangat terhambat, sangat (0-3 %)
masam Rawa
Sulfic Endoaquepts, belakang
berlempung halus,drainase Bahan Aluvium 6.130 40,87
4
terhambat, sangat masam

Typic Endoaquepts,
berlempung halus,drainase 3.223 21,48
5
terhambat, sangat masam

Jumlah 15.000 100


Sumber: Studi Kelayakan PT. YYY, 2006.

SPT 1 (Typic Haplosaprists)

Lapisan organik dengan perkembangan saprik, drainase sangat terhambat, sangat


masam, fisiografi beting pasir tua, bentuk wilayah datar dan bahan induk bahan
organik.

SPT 2 (Terric Sulfisaprists)

Lapisan organik dengan perkembangan saprik, drainase terhambat, sangat masam,


fisiografi rawa belakang, bentuk wilayah datar dan bahan induk bahan
aluvium/organik.

SPT 3 (Sulfic Endoaquents)

Lapisan mineral dengan tekstur berlempung halus, drainase sangat terhambat,


sangat masam, fisiografi rawa belakang, bentuk wilayah datar dan bahan induk
bahan aluvium.

SPT 4 (Sulfic Endoaquepts)

RUANG LINGKUP STUDI


(2-80)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Lapisan mineral dengan tekstur berlempung halus, drainase terhambat, sangat


masam, fisiografi rawa belakang, bentuk wilayah datar dan bahan induk bahan
aluvium.

SPT 5 (Typic Endoaquepts)

Lapisan mineral dengan tekstur berlempung halus, drainase terhambat, sangat


masam, fisiografi rawa belakang, bentuk wilayah datar dan bahan induk bahan
aluvium.

e. Hidrologi

Terdapat dua Sungai utama dan sejumlah sungai-sungai kecil serta saluran-saluran,
baik alami maupun buatan yang memberikan suatu kondisi spesifik. Sungai utama
tersebut adalah Sungai Barito yang terletak di sebelah barat dan Sungai Alalak di
sebelah Selatan wilayah studi. Anak-anak sungai bermuara pada kedua sungai
tersebut. Sifat hidrologi juga dipengaruhi oleh saluran buatan seperti Sistem Garpu
Jejangkit dan Antasan Muning.

Tata air di wilayah studi sangat dipengaruhi oleh pasang surut semi diurnal dari
Sungai Barito dan juga Sungai Alalak. Gerakan pasang surut mengikuti kekuatan
daya tarik benda-benda langit, sehingga dalam satu bulan dapat terjadi pasang
tinggi (springtide) dan pasang ganda (neaptide). Pasang tinggi terjadi dua kali
dalam sebulan, yaitu pada bulan purnama dan bulan mati. Sedangkan pasang
ganda terjadi diantara dua pasang tinggi dan dapat terjadi dua kali dalam 24 jam.
Pada umumnya lahan di wilayah studi lebih banyak dipengaruhi oleh pasang tinggi
saja.

Pada mulut Sungai Barito fluktuasi pasang sekitar 2,25 m pada pasang besar dan
1,4 m pada pasang kecil. Pada daerah Marabahan gerakan pasang pada Sungai
Barito mencapai 1,6 m pada musim kering dan 1,4 m pada musim hujan.
Penggenangan air di lahan pada musim hujan berdasarkan fluktuasi pasang S.
Barito diprakirakan 20 – 90 cm.

RUANG LINGKUP STUDI


(2-81)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Berdasarkan data iklim dihasilkan perhitungan neraca air di wilayah studi yang
disajikan pada Tabel 2-30 dan Gambar 2-10. Bulan Desember – Mei merupakan
bulan-bulan surplus air di lahan. Pada kondisi ini lahan menjadi tergenang, karena
air pasang menahan air gravitasi. Bulan Juni – Oktober lahan cendrung terdrainase,
karena pasang yang berpengaruhi hanya pasang tinggi.

Tabel 2-30. Neraca air di wilayah studi

Suh CH- APW dKA


N CH ETP KAT ETA Sur/Def
Bulan u ETP L T
o o
C mm
1 Jan 27,4 391,6 148 243 0 300 0 148 243
2 Feb 27,4 287,6 134 153 0 300 0 134 153
3 Maret 30,5 246,4 224 22 0 300 0 224 22
4 April 28,1 284,2 163 121 0 300 0 163 121
5 Mei 28,2 199,5 168 31 0 300 0 168 31
6 Juni 27,6 114,7 141 -27 -27 275 -25 139 -2
7 Juli 26,9 92,1 124 -32 -59 249 -26 118 -6
8 Agus 27,3 55,5 145 -90 149 195 -54 109 -36
9 Sep 28,4 68,8 163 -95 -244 159 -36 104 -59
10 Okt 28,3 148,1 172 -24 -268 153 -6 154 -18
11 Nop 28 215,9 167 48 0 201 48 167 0
12 Des 27,4 384,5 148 236 0 300 99 148 137
Jumla 2488, 587, -
h 9 1897 3 448,9 3032 0 1776 587

RUANG LINGKUP STUDI


(2-82)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

380
340
300
260
220
mm Air

180
140
100
60
20
-20 i ri et ril ei ni li r er r r
ar ua Ju tu
s be ob be be
nu ar Ap M Ju
-60 Ja br M us em kt em em
F e Ag pt O op es
Se N D
Bulan

Curah Hujan ETP Sur/Def

Gambar 2-15. Neraca air di lahan PT. YYY

f. Kualitas Air

Kualitas air pada sekitar wilayah perkebunan PT. YYY meliputi beberapa aliran
sungai besar dan kecil , antara lain Sungai Barito dan Sungai Nagara dengan anak-
anak sungainya. Gambaran mengenai contoh data kualitas air sungai di wilayah
Sungai Barito selengkapnya disajikan dalam Tabel 2.31

Tabel 2-31. Hasil analisis kualitas air di sekitar wilayah studi


Lokasi sampel
Kecamatan Cerbon') Sungai Sungai Sungai
Parameter Satuan Baku Mutu
Muning Puting Puting
S-1 S-2 S-3
Hilir2) Hilir2) Hulu2)
FISIKA
Temperatur oC 28,3 29,7 28,9 28 27 27 Deviasi 3
Kecerahan cm - - - 20 50 50 -
Konduktivitas µmhos/ 0,035 0,282 1.49 78 26 23 -
cm
Kekeruhan NTU - - - 14 6,5 4 -
TDS mg/L 15.0 195 750 - - - 1000
TSS mg/L 51,0 143 221 108 120 110 50

RUANG LINGKUP STUDI


(2-83)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

KIMIA
Ph - 5,0 3,81 3.12 4 4 4 6-9
DO mg/L 4,0 364 3,2 71,4 7.1 7.5 6
NH3-N mg/L 0.67 1,25 3,8-5 0,04 0.07 0.08 0.5
N03-N mg/L 0.10 0,14 0.18 0,22 0,063 0,041 10
BOD5 mg/L 11.80 - - 01,85 0,2 0.-15 2
COD mg/L 68.62 - - 22,51 49.49 40.51 10
S02-S mg/L 360 487 798 24,568 17,204 15,823 400
Sulfida mg/L 0,041 0,027 0,051 2,3 2,2 2,5 0.002
Total Fosfat mg/L - - - 0,035 0,031 0.03 0,2
Chlorida mg/L 87 104 155 40 40 40 600
Mangan (Mn) mg/L 0,037 - - 0,043 0,023 0,014 0,1
Total Fe mg/L - - - 0,68 0,463 0,294 0,3
CN mg/L 0 0 0 - - - 0,02
Keterangan :
1) PD. Baramarta (2003)
2) PT Pro Natres Development (1995).
S-1 : Sungai Barito
S-2 : Sungai Batik
S-3 : Rawa Cerbon
Baku Mutu : SK. Gubernur Kalimantan Selatan No. 05 tahun 2007 tentang
Peruntukan Air Sungai di Provinsi Kalimantan Selatan (Kelas
I)

Perairan Sungai Batik di Kecamatan Cerbon Kabupaten Barito Kuala tidak


ditentukan dalam SK. Gub, KalSel No.05 Tahun 2007, namun berdasarkan
pengamatan lapangan menunjukkan sumber air dimanfatkan oleh masyarakat
sebagai baku air minum, disamping keperluan untuk mandi, cuci dan kakus.

Dari sejumlah parameter kualitas air untuk peruntukan air sungai di Kalimantan
Selatan kelas I (air yang peruntukanya dapat digunakan air baku air minum, dan
atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut) berdasarkan surat keputusan tersebut, maka terdapat beberapa
Parameter yang menjadi pembatas sehingga sumber air tersebut tidak layak untuk
dijadikan sebagai baku air minum, seperti TSS, pH, DO, amoniak, Nitrit, BOD5,COD
dan sulfat serta Besi.

Tingginya nilai parameter tersebut sehingga berada di luar kisaran yang


diprasyaratkan, diduga disebabkan oleh kondisi alamiah setempat yaitu sumber air
tersebut dominan dipengaruhi oleh sumber air rawa yang banyak mengandung pirit
dapat menyebabkan pH turun, besi dan sulfat meningkat serta diperkuat dengan
RUANG LINGKUP STUDI
(2-84)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

dasar perairan dan tanah setempat merupakan tanah sulfat masam yang dapat
menyebabkan perairan manjadi asam.

2.2.2. Komponen Lingkungan Biologi

a. Biologi Darat

1) Flora Darat

Rencana tapak proyek kegiatan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. YYY
berada pada kawasan lahan basah (rawa air tawar). Sebagian besar tipe vegetasi
rawa air tawar ini didominasi oleb jenis-jenis vegetasi yang tahan terhadap
rendaman air rawa seperti galam (Melaletica leucadendron), jingah (Ghita rengas),
rumbia (Mitroxylon sagu) dan bungur (Langerstromia speciosa) yang termasuk
dalam kelompok vegetasi tingkat tinggi, juga kelompok vegetasi tingkat rendah dari
jenis rumput - rumputan seperti bundung, purun (Thypa Sp.), banta (Leersia
hexandra), hering (Seleria Sp.), keladi (Colocasia esculenta), bakung/jungkal
(Crinum asiaticum), kumpai minyak, kumpai batu, eceng gondok (Eichornia
crassipes), kiambang (Pistia stratiolis), kangkung (Ipomea aquatics), dll.

Vegetasi daerah rencana tapak proyek umumnya merupakan vegetasi alami.


Sedangkan vegetasi budidaya terdapat di luar tapak proyek berdekatan dengan
sungai dan/atau pemukiman penduduk sekitar antara lain dari jenis kelapa (Cocos
nucifera), Jeruk (Citrus Sp.), kuini (Mangifera odorata), hampalam (Licuala spinas),
kasturi (Mangifera delmiyana), padi (Oryza sativa), keladi (Colocasia esculenta).
berbagai tanaman palawija, dll. Umumnya vegetasi tingkat tinggi (pohon) yang
tumbuh di areal budidaya masyarakat terdapat pada pematang / galangan atau
gundukan / tukungan yang sengaja dibuat untuk meninggikan tanah agar terhindar
dari rendaman air rawa secara permanen. Sedangkan untuk jenis tanaman padi dan
palawija lainnya ditanam pada musim permukaan air rawa turun / surut sehingga
tanah menjadi kering saat musim kemarau.

2) Fauna Darat

RUANG LINGKUP STUDI


(2-85)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Berdasarkan tipe habitat yang terdapat di areal studi yaitu rawa tentunya jenis-jenis
fauna darat yang terdapat umumnya fauna yang mampu hidup di daerah rawa pula
atau daerah yang melimpah air. Species fauna darat yang ada umumnya menyukai
air dan pakan berupa macam-macam biota air terutama ikan. Spesifikasi ini
sebagian ditunjukkan dari kenampakan bentuk paruh jenis-jenis aves pemakan ikan
yang terdapat disana, juga berupa fauna jenis mamalia, reptil dan amphibia yang
memiliki kemampuan menangkap dengan kuku maupun taring - taringnya.

Berdasarkan pertemuan langsung saat observasi maupun informasi penduduk


sekitar tapak proyek species - species fauna yang terdapat didaerah studi antara
lain:

Jenis Aves (burung-burungan) seperti bambangan kuning/tapalan (Ixobrychus


sinensis), bangau tongtong/sebaru (Leptoptilos javanicus), kuntul kerbau/bangau
halus (Babulcus ibis), pecuk-padi kecil (Phalacrocorax niger), cekakak cina (Halcyon
pileata), koreo padi/burak-burak (Amaurornis phoeniciurus), elang bondol (Haliastur
indus), Elang hitam (Icnaetus malayensis), bondol rawa/pipit habang (Lonchura
lencogastra), bondol kalimantan/pipit hirang (Lonchura malacca), punai besar
(Treron capellei), kucica hutan (Copsychus malabaricus), kucica kampung
(Copsychus saularis), tekukur (Streptopelia bitorquata), cucak rawa (Pynonotus
zeylanicus), empuloh janggut/karuang (Alophoixus bres), burung hantu/katatupi
(Ketupa ketupu), pelatuk (Dinopium rafflesi), layang-layang rumah (Delidhon
dasypus), bubut besar (Centropus sinensis), kutilang (Pycnonotus aurigaster), kedidi
/junggit batang (Calidris emminckii), bentet kelabu (Lanius schach), dll.

Jenis Mamalia antara lain: berang-berang (Lutra sumatrana), kera ekor panjang
(Macacafascicularis), bekantan (Nasalis larvatus), musang (Paradoxurus
hermaphroditus), tupai (Tupaia javanica), tikus sawah (Rattus argentiventer), tikus
rumah (Rattus tenezumi), kucing hutan (Felis bengalensis), dll.

Jenis Reptil antara lain: phyton/ular sawa (Phylon reticulatus), ular cincin
emas/tadung (Boiga Sp.), ular daun hijau (Trimeresurus albolabris), kobra/ tadung
mura (Biodae), bingkarungan (Calotus jubatus), biawak (Veranus nebolosus),
bonglon/tokek (Mabuya multifasciata), dll.

RUANG LINGKUP STUDI


(2-86)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Jenis Amphibi antara lain: katak sawah/hijau (Rana limnocharis), katak hujan/hitam
(Rana erythraea), buaya sapit (Tomistoma sehlegelli), buaya muara (Crocodylus
porosus), bulus/bidawang (Callagur borneensis), labi – labi/biukuk (Chitra indica), dll.

b. Biota Air

Gambaran mengenai biota perairan untuk keperluan memenuhi isi Kerangka Acuan
Analisis Dampak Lingkungan ditujukan kepada komunitas plankton, bentos,
tumbuhan air dan nekton yang berasosiasi langsung maupun tidak langsung dengan
habitat setempat dari hasil pengamatan sesaat dan hasil pengumpulan data
sekunder.

Pada perairan Sungai Puting, Sungai Tapin, Sungai Negara dan Sungai Barito
plankton yang sering ditemukan dari genus Cyanophy, Chlorophyta, Diatomae
Phyprophyta untuk golongan fitoplankton dengan jenis seperti berikut : Navicula,
Frustulia, Pediastrum, Oscillatoria, Gonatozygon, Cymbella, Spirotsenia, Closterium,
Eonotia Gomphonea, Achnanthes, Scenedesmus, Microspora, Nitzschia, Diatomae,
Spongilla dan Anabaenase. Untuk zooplankton ditemukan dari genus Entromostraca
ditemukan, jenis ditemukan yakni, Rotaria dan Cyclops.

Benthos lebih difokuskan pada macrozoobenthos dan jenis yang sering ditemukan
adalah seperti, Chironomus, Chaoborus, Dixa, Lymnaea, Diflogaster, EIlipters,
Nymphulla, Sphaerium dan gyraulus.

Tumbuhan air yang ditemukan di lokasi studi (Kabupaten Banjar) cukup bervariatif,
namun demikian berdasarkan pola hidupnya dapat dikelompokkan menjadi 4
kategori, yaitu : free floating, emergent, submerged dan rooted floating. (1)
Tumbuhan dari kelompok free foating ditemukan pada perairan tergenang dan selalu
berair sepanjang tahun, yaitu enceng gondok (Eichornia crassipes), Kayu apu (Pistia
stratiotes L), gayanggang, (Salvinia molesta) dan gulma itik (Azolla pinnata).
Kelompok tumbuhan air ini lebih menyukai perairan yang dalam dengan kondisi
tenang. Dalam kondisi volume perairan rawa meningkat dan genangan yang meluas
merupakan kondigi ideal pertumbuhan tumbuhan air kelompok ini. (2) Tumbuhan air
dari kelompok emergent, umumnya ditemukan di lahan rawa yang kering pada
musim kemarau baik di rawa dataran banjir maupun rawa pasang surut. Jenis
RUANG LINGKUP STUDI
(2-87)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

tumbuhan air ini adalah diantaranva : genjer (Limocharis flava), kangkung (Ipomea
aquatica), banta (Leersia hexandIra) dan rumput lingsing (Cyperus javanicus). Pada
saat kedalaman air meningkat hingga menenggelamkan kelompok emergent ini,
maka bersamaan itu juga kelimpahan kelompok ini menurun. (3) Tumbuhan air dari
kelompok submerged, umumnya ditemukan berasosiasi dengan kelompok emergent
yaitu pada perairan dangkal dan terbuka sehingga memungkinkan cahaya mataahari
masuk mencapai kedalaman air. Jenis tumbuhan air dari kelompok ini adalah :Lukut
cai (Hydrila verticilata) dan ganggang (Ceratophyllum demersum). (4) Tumbuhan
air dari kelompok rooted floating, umumnya ditemukan hampir menyebar di seluruh
permukaan perairan rawa yang relatif dangkal pada saat musim hujan dan di lebak-
lebak yang masih berair pada musim kemarau. Jenis tumbuhan air ini di antaranya :
Teratai halus (Nympaeae nouchali).

Berdasarkan kondisi fisiografis, ekosistem perairan di wilayah studi termasuk dalam


perairan darat (inland waters) dan masih berada dalam jangkauan pengaruh
oceanografis, terutama pasang surut. Meskipun demikian pada kondisi normal
salinitas air di wilayah studi masih berada dalam kisaran perairan tawar (fresh
water), yaitu 5 ppm, baik pada saat surut maupun saat pasang. Jenis-jenis ikan
yang ditemukan dan teridentifikasi melalui hasil tangkapan nelayan dapat dilihat
pada Tabel 2-32.

Tabel 2-32. Jenis-jenis ikan yang terdapat diperairan wilayah studi dan sekitarnya
No. Nama Indonesia/local Nama Ilmiah
1 Gabus Channa striatus
2 Betok Anabas testudineus
3 Sepat rawa Trichogaster trichopterus
4 Tambakan (Helostoma temminckii
5 Mihau Channa pleurophthalmus
6 Kihung Channa melanopterus
7 Baung Mystis nemurus

RUANG LINGKUP STUDI


(2-88)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

8 Pipih Netoplerus chilata


9 Jelawat Leptobardus hoevenii
10 Puyau Osteochilus hasselti
11 Seluang batang Rasbora einthoveni
12 Baung Mystis nemurus
13 Senggiringan Mystis wolffi
14 Lais Cryptopterus micronema
15 Lundu Mystis micracanthus
16 Lais tabiring Belodontichthys dinema
17 Tapah Wallago leeri
18 Udang galah Macrobrachium rosenbergii)

Dari jenis-jenis ikan yang disebutkan di atas tidak terdapat jenis ikan yang termasuk
dalam daftar merah jenis ikan terancam punah yang dikeluarkan oleh IUCN (1990).
Namun demikian berdasarkan wawancara dengan nelayan di Sungai Barito
beberapa ikan seperti jelawat (Leptobarbus hoevenii), lais tabiring (Belodontichthys
dinema), dan tapah (Wallago leeri) sudah mulai jarang ditemukan di perairan Sungai
Batito.

2.2.3. Komponen Lingkungan Sosial

a. Demografi

Secara administratif lokasi rencana perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT.
YYY terletak di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar.

Gambaran mengenai keadaan penduduk di lokasi rencana perkebunan dan


pengolahan kelapa sawit PT. YYY dapat dillhat pada Tabel 2.33.

Tabel 2-33. Penduduk berdasarkan jenis kelamin dan kepadatan di lokasi proyek
No Desa Luas Penduduk (jiwa) Rasio Jumlah Kepadatan

RUANG LINGKUP STUDI


(2-89)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

(km2) Laki - Perempuan Jumlah seks KK (jiwa/km2)


laki
1 Tapin
342,20 8.674 9.349 18.023 93 4.975 76
Tengah
2 Candi Laras
327,85 7.641 7.825 15.401 98 4.003 21
Utara
3 Cerbon 206,00 3.250 3.129 6.379 104 1.657 30
4 Rantau
261,81 6.075 6.041 12.116 103 2.648 43
Badauh
5 Jajangkit /
339,00 8.344 8.246 16.590 99 4.239 49
Mandastana
6 Benua 1
45 531
Hanyar 2
7 Garis
8,71 127 142
Hanyar
8 Makmur
15 879 59
Karya
Sumber : Hasil: Pengolahan Data Sekunder, 200 7

Dari Tabel 2.33 di atas tingkat kepadatan penduduk berkisar antara 21 jiwa hingga
76 jiwa/km2 . Nilai tingkat kepadatan yang demikian termasuk kategori daerah yang
sangat jarang (karena kurang dari 500 jiwa/km2). Selanjutnya nilai sex rasio berkisar
antara 93 hingga 104. Nilai angka yang demikian berarti kecuali Kecamatan Tapin
Tengah, maka kecamatan yang lain dapat dikategorikan seimbang antara jumlah
laki-laki dengan perempuan, dimana kondisi seimbang sex rasio berkisar 95 - 105.
Hal ini juga berarti jumlah penduduk perempuan di Kecamatan Tapin Tengah, Candi
Laras Utara dan Kecamatan Jajangkit lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-
laki. Kondisi di atas mengindikasikan bahwa di desa dalam wilayah studi ini
merupakan salah satu desa yang bukan merupakan tujuan pendatang (yang
umumnya laki-laki) untuk mencari pekerjaan tanpa diikuti keluarganya.

Hal yang terjadi di lokasi studi lebih disebabkan pola migrasi dimana umumnya
merupakan salah satu daerah yang tidak banyak menerima migran karena
wilayahnya yang relatif mempunyai kendala fisik jika dibandingkan kecamatan lain
yang ada di Kalimantan Selatan.

RUANG LINGKUP STUDI


(2-90)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

b. Sosial Ekonomi

Pada umumnya penduduk yang berada di wilayah studi sebagian besar ekonomi
rumah tangga mereka masih bertumpu pada sektor primer yakni di bidang pertanian.
Usaha tani yang dilakukan oleh masyarakat di wilayah studi sebagian besar adalah
pertanian padi sawah. Varietas padi yang ditanam umumnya padi lokal seperti siam,
lemo dan Karan dukuh, dengan masa pertanaman sekitar 5 - 7 bulan. Produksi padi
yang dihasilkan relatif rendah, yakni hanya sekitar 2,5 ton perhektar.

Luas lahan garapan mereka berkisar antara 0,5 sampai 1,0 hektar dengan rata-rata
seluas 0,75 hektar. Dalam pelaksanaan usaha tani padi sawah umumnya petani
responden tidak menggunakan pupuk. Walaupun demikian dalam menaggulangi
gangguan hama dan penyakit mereka umumnya menggunakan obat-obatan jenis
obat-obatan yang banyak digunakan adalah T'himex kemudian Dharmabas, dan
Thiodan. Tingkat penggunaan benih padi (lokal) sebesar 30 kg per hektar.

Usaha kayu atau menebang kayu galam yang dilakukan sejak dulu hingga kini
masih dikerjakan oleh sebagian penduduk setempat, meskipun menurut penduduk
usaha mencari kayu sekarang cukup sulit karena hutan kayu galam telah menipis
sehingga mereka harus ke tempat yang jaraknya cukup jauh. Dari pekerjaan ini
mereka bisa mendapatkan 10-20 batang dengan harga berkisar Rp. 500 – Rp 1.500
per batang sesuai dengan diameter dan panjangnya.

Usaha tani lain seperti mencari dan memelihara kolam ikan (beje dan susungaian)
hanya sebagai pekerjaan sampingan dikala musim kemarau dapat dipanen dan
pekerjaan di sawah belum dimulai. Selain penangkapan ikan juga dilakukan pada
saat musim air pasang dengan menggunakan alat tangkap tempirai, lukah, rengge.
Dari pekerjaan ini rata-rata hasil yang diperoleh berkisar antara Rp. 8.000 - Rp.
20.000 per hari. Beternak dalam artian komersial tidak dilakukan baik itu ternak
besar maupun ternak kecil (unggas), kecuali ternak itik karena tempat
pengembalaannya yang relatif luas.

Secara umum gambaran mata pencaharian atau lapangan usaha penduduk di lokasi
studi adalah petani dan peramu hutan (84,75/o), sedangkan sisanya berusaha di
bidang jasa, perdagangan, industri kecil dan karyawan.
RUANG LINGKUP STUDI
(2-91)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Selanjutnya jika ditinjau dari pendapatan penduduk di wilayah studi, rata-rata sekitar
adalah Rp.5.500.000 pertahun dengan kisaran antara Rp 2.450.000 sampai Rp
29.500.000,- per tahun.

c. Sosial Budaya

Di wilayah studi adat istiadat yang berlaku pada umumnya adalah adat Banjar dan
ada juga yang memadukan tradisi ajaran agama dengan adat istiadat setempat dan
sedikit kelompok masyarakat Desa Transmigrasi (Jejangkit) yang melaksanakan
adat istiadat dari desa asalnya.

Tradisi adat yang ada pada masyarakat saat ini dilaksanakan dalam suasana
keprihatinan mengingat kondisi perekonomian masyarakat yang juga belum
membaik terutama kurun waktu lima tahun belakangan. Menyusutnya jumlah ikan
dan menipisnya hutan galam yang dapat dieksploitasi serta sawah yang tidak dapat
menghasilkan berimbas pada tingkat pelaksanaan kegiatan adat dan tradisi oleh
penduduk. Namun demikian adat tradisi yang berbaur dengan kehidupan
keagamaan masih dirasakan seperti : batasmiah, aqiqah, yasinan, tahlillan,
peringatan hari besar islam (Maulid, Isra dan Mi’raj) hingga ke upacara perkawinan.
Khusus untuk kegiatan keagamaan sekarang ini lebih banyak dilakukan di mesjid
atau di surau dan jarang sekali dilakukan di rumah. Salah satu adat yang sudah
mulai ditinggalkan misalnya adat selamatan memulai musim tanam (taradak).

Aspek budaya masyarakat di lokasi studi yang menonjol adalah dominasi


masyarakat agraris (petani padi sawah) dengan masyarakat "Hunting" yakni peramu
hasil hutan (galam) dan hasil perikanan.

Pranata sosial atau lembaga masyarakat pada dasarnya merupakan kumpulan


norma - norma sosial sebagai upaya manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhan
hidupnva dan menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan. Beberapa
lembaga sosial yang berkembang di wilayah studi berupa keluarga, terutama
menyangkut pola hubungan dalam keluarga inti (batih), lembaga ekonomi (sistem
upah, jual beli, sewa, gadai, koperasi, dan lain-lain), lembaga pemerintahan desa,
lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, dan lembaga lainnya.

RUANG LINGKUP STUDI


(2-92)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Pola pengambilan keputusan rumah tangga cukup homogen, dimana pengambil


keputusan dalam keluarga secara bersama (kompromi) antara laki-laki dan
perempuan sebanyak 84,50% dan hanya oleh laki-laki sebanyak 16,50%.
Berdasarkan kondisi ini terilhat bahwa peranan laki-laki dan perempuan dalam
kehidupan rumah tangga relatif seimbang

Perkembangan lembaga sosial umumnva sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya


yang dianut oleh masyarakat, serta persepsi dan sikap masyarakat terhadap
lembaga tersebut. Lembaga pemerintahan desa cukup berperan dalam
menampung dan mewujudkan aspirasi masyarakat. Selain itu, keberadaan lembaga
pemerintahan desa ini sangat diakui kedudukannya oleh masyarakat. Bahkan
umumnya kepala desa merupakan salah satu tokoh informal setempat yang cukup
berpengaruh terhadap warganya.

Pelapisan sosial umumnya tidak begitu jelas, walaupun sebenarnya ada seperti
aparat desa dengan warga masyarakat, tokoh informal dengan masyarakat. Dasar
pelapisan sosial ini dapat terjadi karena faktor pendidikan, ekonomi, pekerjaan,
maupun kekuasaan. Pada wiayah studi kepala desa, ketua RT, ulama, dan tokoh
masyarakat merupakan tokoh informal yang dihormati dan sering dimintakan
pendapatnya dalam pemecahan masalah sehari-hari.

Dalam wilayah studi, kelompok dan organisasi sosial yang terbentuk lebih ditujukan
untuk memenuhi berbagai kebutuhan sosial dalam kerangka hidup bermasyarakat.
Kelompok dan organisasi sosial yang ada antara lain Kelompok Tani, Koperasi,
Rukun Kematian, Karang Taruna, Posyandu, dan lain-lain. Kelompok-kelompok ini
merupakan organisasi sosial yang cukup berperan dalam kehidupan sosial
masyarakat, karena melalui kelompok-kelompok inilah segala permasalahan
dibicarakan dan keputusan diambil. Pendekatan sosial melaluil kelompok ini sangat
efektif dalam mencapai tujuan untuk sosialisasi program dan memberikan pengertian
kepada masyarakat.

d. Sikap dan Persepsi Masyarakat

Sikap dan persepsi masyarakat terhadap sesuatu sangat ditentukan oleh


pengetahuan dan pemahamannya terhadap objek dari sikap itu sendiri. Selain itu,
RUANG LINGKUP STUDI
(2-93)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

latar belakang budaya dan kondisi lingkungan (baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial) suatu masyarakat juga turut menentukan sikap dan persepsinya
terhadap sesuatu.

Terhadap rencana kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit ini,


berdasarkan data awal hasil wawancara sesaat maka sebanyak (87,00%)
responden sudah mengetahui, sedangkan (13,00%) justru belum mengetahuinya.
Umumnya mereka berpendapat sebanyak (91,0%) setuju terhadap rencana kegiatan
perkebunan dan pengolahan kelapa sawit tersebut, sedangkan orang (9,0%) tidak
setuju.

2.2.4. Komponen Lingkungan Kesehatan Masyarakat

a. Sanitasi Perumahan

Sanitasi perumahan penduduk di sekitar lokasi rencana kegiatan proyek yang dilihat
dari kepadatan hunian, suhu dan kelembaban udara dalam ruang, penerangan dan
kebersihan dapat dijelaskan bahwa hampir 100 % jumlah hunian tergolong tidak
padat, dengan acuan luas lantai minimal untuk satu orang penghuni adalah 7 m 2,
kepadatan hunian ini sangat erat kaitanya dengan kebutuhan udara dalam ruang
dan keleluasaan pribadi di dalam rumah. Menurut luas ventilasi rumah, sebanyak 77
% rumah penduduk memiliki luas ventilasi yang memenuhi syarat yaitu > 10%.
Menurut pencahayaan dalam ruang sebanyak 85% memiliki pencahayaan yang
cukup dan terang, hanya 15% rumah penduduk yang memiliki pencahayaan yang
kurang.

b. Pembuangan Sampah dan Kotoran

Pengelolaan sampah oleh penduduk dapat dijelaskan bahwa 40% penduduk


membuang sampahnya pada lubang sarnpah yang mereka buat sendiri di sekitar
rumah, sedangkan 60% lainnya membuang sampahnya disekitar rumah. Dari segi
pembuangan kotoran manusia, sebanyak 77,3% memiliki jamban keluarga sendiri
yang letaknya ada yang di dalam rumah dan ada juga yang diluar rumah, sedangkan
sisanya 22,7 % penduduk membuang kotorannya di pekarangan rumah.

RUANG LINGKUP STUDI


(2-94)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

c. Penyediaan Air Bersih

Penyediaan air bersih untuk keperluan mandi, cuci maupun memasak/minum


penduduk 95 % menggunakan sumur gali dan sisanya 5% menggunakan air
permukaan lain. Air sumur gali oleh sebagian kecil masyarakat digunakan penduduk
untuk keperluan lainnya, misalnya mencuci lantai halaman rumah. Sebagian besar
penduduk mengeluhkan air yang mereka gunakan kadang agak keruh dan berasa,
untuk mengatasi hal itu penduduk melakukan sedimentasi dengan cara
mendiamkannya pada suatu tandon dalam waktu beberapa hari. Bila waktu musim
kemarau tiba dan ada intrusi air laut, mereka seringkali menggunakan air hujan
untuk kebutuhan fisiologis.

d. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dan Pola Pencarian Pengobatan

Sarana pelayanan kesehatan yang ada di lokasi proyek dan sekitamya tidak tersedia
secara memadai. Sarana kesehatan berupa adalah Puskesmas, Puskesmas
Pembantu, Dokter, Bidan dan Tenaga Paramedis lebih banyak terdapat di ibukota
Kecamatan. Umumnya penduduk memanfaatkan pelayanan kesehatan, yaitu di
bidan desa serta paramedis yang ada di desa. Jika bidan dan tenaga paramedis ini
dianggap tidak dapat menangani, maka penduduk merujuknya ke Puskesmas atau
ke dokter praktik maupun ke rumah sakit.

e. Vektor Penyakit

Dalam wawancara dengan penduduk mereka menyatakan bahwa di rumah mereka


banyak nyamuk dan untuk mengatasi hal itu mereka menggunakan obat nyamuk
bakar, obat nyamuk semprot, dan sebagian lagi tidur menggunakan kelambu. Selain
itu penduduk juga menyimpan obat-obatan seperlunya sebagai langkah antisipasi
jika terserang penyakit. Selain itu penduduk juga menyimpan obat-obatan
seperlunya sebagai langkah antisipasi jika terserang penyakit.

f. Pola Penyakit

Status kesehatan masyarakat di lokasi studi dapat digambarkan dari angka paparan
sepuluh penyakit terbesar. Umumnya penyakit yang menonjol adalah ISPA

RUANG LINGKUP STUDI


(2-95)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

mencapai 75,43 %, penyakit infeksi mencapai 11,85%. Selebihnya adalah penyakit


diare, malaria dan penyakit menular lainnya.

Dari data yang ada terlihat penyakit pada urutan pertama adalah ISPA (Infeksi
Saluran Pemapasan Atas), penyakit ini erat kaitamya dengan kualitas udara (air
borne diseases) baik di luar rumah (outdoor) maupun di dalam rumah (in door).
Beberapa penyakit berbasis lingkungan yaitu ISPA. penyakit kulit infeksi, diare,
malaria dan disentri perlu diwaspadai pada rona awal ini, hasil wawancara pada
sebagian masyarakat akhir-akhir ini beberapa masyarakat terserang penyakit kulit
hal ini dapat terjadi akibat faktor lingkungan, faktor penyebab dan faktor manusia.
Faktor lingkungan yang erat hubungannya dengan penyakit kulit infeksi adalah
kualitas air (water borne disease) penyakit yang yang ditularkan melalui air.

g. Resiko Pencemaran Lingkungan

Melihat resiko penyakit yang berkembang di masyarakat, maka potensi penyebaran


penyakit di masyarakat umumnya dipengaruhi oleh lingkungan, meliputi kualitas
udara, kualitas air serta perkembangbiakan vektor di alam.

Resiko kejadian penyakit saluran pernafasan seperti ISPA dan pneumonia terkait
dengan kualitas udara di tempat tinggal masyarakat, meliputi kondisi perumahan
secara umum, pencahayaan dan ventilasi ditambah pencemar udara di lingkungan
sekitar rumah atau tempat kerja. Population at risk penyakit pernafasan adalah
anak-anak, balita, lansia serta tenaga kerja yang terpapar faktor risiko.

Malaria merupakan penyakit endemis yang telah ada di masyarakat sejak beberapa
tahun terakhir. Hal ini sangat terkait dengan adanya vektor pembawa (Anopheles),
media perkembangbiakan (breeding places) serta penderita sebagai sumber
penalaran penyakit, Anopheles telah ada sejak beberapa waktu yang lalu justru di
daerah. Peningkatan kejadian malaria ini lebih diakibatkan oleh pertumbuhan tempat
perkembangbiakan vektor akibat kondisi lingkungan yang berair. Adanya genangan-
genangan air pada permukaan tanah merupakan tempat perkembangbiakan yang
baik. Dengan adanya permukiman – permukiman masyarakat di sekitar hutan maka
risiko timbul dan berjangkitinya penyakit demam berdarah pada masyarakat semakin
mudah.
RUANG LINGKUP STUDI
(2-96)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

RUANG LINGKUP STUDI


(2-97)

Anda mungkin juga menyukai