YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
BAB II
RUANG LINGKUP STUDI
2.1.1. Status dan Lingkup Rencana Usaha / Kegiatan yang Akan Ditelaah
Pelaksanaan Amdal itu sendiri dilakukan secara berurutan, yaitu dimulai dengan
penyusunan studi kelayakan teknis dan ekonomis terlebih dahulu yang disusun
tahun 2006, kemudian dilanjutkan penyusunan Amdal dan diakhiri nantinya dengan
kemungkinan modifikasi proyek dengan upaya pengelolaan. Pada saat studi ini
dilakukan kegiatan masih pada tahap persiapan (perijinan, inventaisasi pemilik
lahan, survei, dan lain-lain).
Secara administratif, rencana lokasi perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT.
YYY terletak di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Banjar. Untuk mencapai
lokasi proyek dapat ditempuh melalui jalan darat dan sungai. Melalui jalan darat dari
Kota Martapura ke arah timur, masuk jalan akses pengangkutan batubara di desa
Surian kemudian menuju ke arah utara melalui jalan tanah yang telah diperkeras
dengan laterite menyusuri saluran sekunder masuk ke Desa Alalak Padang atau ke
Desa Makmur Karya dari arah selatan. Sedangkan melalui jalan sungai dari Kota
Martapura dengan menggunakan perahu sampai ke Sungai Rangkas Tengah,
dilanjutkan kearah Simpang Lima dan berbelok ke utara menuju daerah transmigran
Jejangkit dengan waktu tempuh 1,5 jam.
Untuk lebih jelasnya, lokasi rencana kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa
sawit PT. YYY disajikan pada Gambar 2.1. Selanjutnya titik-titik koordinat wilayah
rencana perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT. YYY secara lebih rinci dapat
dilihat dalam Tabel 2.1.
Tabel 2-1. Koordinat Lokasi Perkebunan dan pabrik kelapa Sawit PT. YYY
1 114º49’54,6” 03º01’05,4”
2 114º56’00,1” 03º04’42,3”
3 114º53’51,8” 03º08’19,2”
4 114º55’16,9” 03º10’02,5”
5 114º52’48,6” 03º11’09,1”
6 114º49’21,7” 03º11’09,1”
7 114º49’52,6” 03º07’46,2”
8 114º49’43,4” 03º02’31,5”
Salah satu hal penting yang diperhatikan dalam penyusunan Amdal perkebunan ini
adalah kesesuaian lokasi dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan
Selatan dan Rencana Tata Ruang Kabupaten Banjar. Berdasarkan Peraturan
Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 9 Tahun 2000 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dan Rencana Tata Ruang Kabupaten
Banjar lokasi proyek termasuk dalam Kawasan Budidaya Tanaman Perkebunan
Lahan Basah (KBTPLB). Hal ini menunjukan bahwa lahan rencana perkebunan PT.
YYY tidak melanggar kaidah tata ruang yang ada baik di provinsi maupun
kabupaten. Untuk lebih jelasnya, penetapan kawasan pembangunan lahan
perkebunan PT. YYY dengan RTRW selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.2
dan Gambar 2.3. Sedangkan menurut Kepmenhut No. 453 selengkapnya dapat
dilihat Gambar 2.4.
Aspek penting yang dilingkup dalam proses studi Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT. YYY
adalah sebagai berikut : (i) rencana kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa
sawit yang dibatasi pada komponen kegiatan yang diperkirakan menimbulkan
dampak perubahan secara mendasar terhadap komponen lingkungan, (ii) komponen
lingkungan hidup yang ditelaah, dimana dibatasi hanya pada komponen lingkungan
yang mengalami perubahan secara mendasar akibat serangkaian kegiatan
perkebunan dan pengolahan kelapa sawit, (iii) kegiatan lain yang ada di sekitar
lokasi proyek.
Lingkup kegiatan pada perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT. YYY di
Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar mencakup penguraian tahapan
kegiatan, metode perkebunan, dan pengolahan kelapa sawit yang dapat diuraikan
sebagai berikut :
Secara umum aktivitas perkebunan dan pengolahan kelapa sawit oleh PT. YYY
dibedakan atas 3 (tiga) tahapan kegiatan, yakni tahap pra-konstruksi, konstruksi dan
operasi. Ketiga tahapan kegiatan di atas terbagi kedalam 2 (dua) kegiatan utama
yaitu perkebunan dan industri pengolahan kelapa sawit. Tahap kegiatan pada
sektor perkebunan kelapa sawit meliputi pembersihan lahan, pesemaian/pembibitan,
pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan tanaman.
Sedangkan tahap kegiatan pada sektor pengolahan kelapa sawit meliputi
pengangkutan dan pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi minyak kelapa
sawit mentah (crude palm oil, CPO) dan minyak inti sawit (kernel palm oil, PKO).
Tabel 2-2. Jadwal rencana kegiatan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. YYY
Kegiatan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 s/d 2034
A. Prakonstruksi
Pengadaan
1 X
lahan
Penerimaan
2 X
Tenaga Kerja
B. Konstruksi
Pembukaan
1 X
lahan
Mobilisasi
2 Peralatan & X
Material
Pembangunan
3 Sarana X X
Prasarana
Pembangunan
4 X
pabrik
C. Operasi X
1 Pembibitan X
2 Penanaman X
3 Pemeliharaan X X X X X X X X
4 Pemanenan X X X X X
5 Pengolahan X X X X
6 Pengangkutan X X X X X
Pengolahan
7 X X X X
Limbah
Sumber : PT. YYY (2007)
Berdasarkan izin lokasi yang dimiliki rencana luas tapak proyek perkebunan dan
pengolahan kelapa sawit PT. YYY adalah seluas 15.000 hektar. Dengan demikian
luas plasma yang harus dikembangkan oleh perusahaan minimal 3.000 ha (20% dari
luas inti) Dari areal tapak proyek perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT. YYY
seluas 15.000 hektar, sebagian besar akan digunakan sebagai kebun kelapa sawit
yang diproyeksikan hingga mencapai 14.350 hektar, selain itu juga digunakan untuk
jalan dan saluran (420 hektar), emplasemen (108 hektar), dan pabrik 15 hektar serta
pembangunan fasilitas umum (107 hektar). Site plan perkebunan dan pengolahan
kelapa sawit PT. YYY disajikan pada Gambar 2.4, sedangkan rencana penggunaan
lahan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT. YYY selengkapnya disajikan
pada Tabel 2.3.
Gambar 2-5. Site plan kebun dan pabrik kelapa sawit PT. YYY
Dari tapak proyek seluas 15.000 ha, areal yang akan tertanam kelapa sawit
diproyeksikan akan mencapai 14.350 ha serta areal pabrik pengolahan seluas 22
ha. Kapasitas pabrik pengolahan kelapa sawit PT. YYY adalah 80 ton TBS/jam.
Pada pengelolaan kebun yang baik, produksi TBS dari perkebunan kelapa sawit PT.
YYY dengan kelas kesesuaian potensial untuk kelapa sawit yang termasuk S2
(cukup sesuai) dengan S3 (sesuai marjinal) diperkirakan produksi sebesar 20 - 25
ton TBS/ha/tahun. Dengan perkiraan produksi ini maka bila luas tanaman kelapa
sawit mencapai 14.350 ha akan dihasilkan produksi maksimal 260.000 ton
TBS/tahun, seperti yang disajikan Tabel 2.4.
Tabel 2-4. Proyeksi produksi TBS kebun inti, CPO dan inti sawit di PT. YYY
Air digunakan untuk berbagai keperluan, antara lain untuk pembibitan, rumah tangga
karyawan, kantor, dan PKS. Keperluan air untuk operasional kebun dan pengolahan
kelapa sawit PT. YYY rencananya akan dipenuhi dari sungai terdekat yang di
perbesar kapasitasnya sehingga mampu menampung air dalam jumlah yang besar
guna memenuhi kebutuhan PKS terutama pada saat musim kemarau, sedangkan
pengambilan air langsung dari Sungai Barito dengan jarak ± 7 km merupakan
alternatif lain. Menurut perhitungan teknis, rata-rata kebutuhanan air di pembibitan
setara dengan curah hujan 3,4 mm/hari (34.000 liter/ha/hari atau 2,25 liter per
polibag). Penyiraman tidak perlu dilakukan jika turun hujan pada hari tersebut
dengan curah hujan minimum 8 mm. Rumahtangga karyawan diperkirakan
memerlukan air sebesar 950 m3/hari. Kantor diperkirakan akan memerlukan air 25
m3/hari. Keperluan air untuk PKS dihitung berdasarkan kapasitas riil PKS, namun
untuk perhitungan penggunaan air nantinya dihitung berdasarkan kapasitas
maksimum PKS. Kebutuhan air untuk mengolah 1 ton TBS adalah 1,0 m3 (dengan
rasio 1 : 1), sehingga pada saat kapasitas maksimum PKS mengolah produksi 80
ton TBS/jam dibutuhkan air sebanyak 80 m3/jam atau 1.600 m3/hari (setara 20 jam
kerja mesin/hari). Kebutuhan air tersebut akan dipenuhi dari Sungai Barito dengan
cara membuat waduk penampungan air baku seluas sekitar 2 ha yang dibuat di
dekat bangunan pabrik. Secara rinci penggunaan air untuk kegiatan perkebunan
dan pabrik kelapa sawit PT. YYY disajikan pada Tabel 2.6.
Tabel 2-6. Rencana penggunaan air untuk keperluan kegiatan perkebunan dan
pabrik kelapa sawit PT. YYY
1) Air dari Sungai Barito dialirkan melalui pipa berdiameter 6 inci dan ditampung di
kolam penampungan (clarifier tank). Air yang masuk ke dalam kolam diberi
bahan kimia sebagai koagulan seperti tawas dengan dosis 50 - 125 ppm dan
soda ash 25 – 50 ppm. Tingkat pemberian koagulan ini tergantung pada
kualitas air yang diambil dari sungai, semakin rendah kualitas air yang diambil,
maka semakin besar pula dosis bahan kimia yang ditambahkan. Pemberian
koagulan ini dilakukan dengan cara menginjeksikan koagulan melalul pipa
sebelum air sampai di clarifier tank. Dari clarifier tank ini, air jernih ditampung
pada beberapa water tank untuk didistribusikan menuju tempat yang
membutuhkan air. Proses ini selain akan menghasilkan air yang memenuhi
persyaratan, juga menghasilkan bahan sediment. Secara periodik akan
dilakukan pengangkatan sedimen agar kolam penampungan tetap dalam
keadaan design yang diinginkan (kapasitas tetap). Sedimen yang terangkat
kemudian diangkut dengan menggunakan truk dan disebarkan pada daerah
yang relatif rendah (cekungan).
2) Boiler memerlukan air yang mumi dan bebas ion, agar tidak merusak boiler dan
mesin-mesin lainnya. Untuk itu perlu dilakukan pemurnian air sehingga sesuai
dengan standar. Pengolahan air untuk boiler dilakukan dengan proses
demineralisasi dan cleaerasi. Demineralisasi bertujuan untuk menghilangkan
kandungan mineral di dalam air dengan jalan substitusi anion dan kation.
Dalam proses ini kation yang digunakan adalah resin dengan prinsip kerja
menjerap kation maupun anion yang terdapat dalam air sehingga air menjadi
bebas ion. Selanjutnya resin yang sudah jenuh dan harus segera dilakukan
proses regenerasi. Deaerasi adalah suatu proses untuk melepaskan gas-gas
yang terlarut di dalam air seperti gas O2 dan CO2. Proses ini biasanya
menggunakan deaerator, berupa silinder mendatar yang dilengkapi dengan pipa
injeksi steam yang mengarah ke atas. Prinsip kerjanya, air yang masuk harus
berlawanan dengan sistem yang masuk sehingga udara yang terlarut di dalam
air akan keluar sempuma. Suhu air di dalam deaerator sekitar 105 oC.
Keadaan ini dapat mengurangi jumlah gas terlarut, selain itu kondisi air dengan
suhu tersebut sangat baik karena dapat berfungsi sebagai panas pendahuluan
sebelum masuk ke dalam boiler.
Limbah yang dihasilkan dari perkebunan dan PKS adalah limbah padat, cair, gas.
Gambaran jenis-jenis limbah yang dihasilkan oleh PKS secara lengkap disajikan
pada Gambar 2.6 dan Gambar 2.7.
Gambar 2-6. Tahap proses, fungsi dan limbah pengolahan minyak sawit (CPO)
(Bapedal, 1998).
Gambar 2-7. Tahap proses, fungsi dan limbah pengolahan minyak inti sawit (PKO)
(Bapedal, 1998)
Limbah padat pada pembangunan kebun dan PKS meliputi limbah padat dari hasil
kegiatan pembukaan lahan dan operasional PKS. Pada kegiatan pembukaan lahan
dihasilkan limbah kayu yang tidak dimanfaatkan, ranting, daun dari pohon dan
semak belukar. Limbah padat hasil pengolahan kelapa sawit berupa janjangan
kosong, serabut, cangkang, dan lumpur (sludge). Limbah kayu yang dihasilkan
pada saat pembukaan lahan akan dimanfaatkan untuk menahan tanggul/tukungan
individual dan limbah daun, pelepah, serta serasah dimanfaatkan untuk menutup
tanah dan dibiarkan menjadi humus. Jumlah limbah padat yang dihasilkan dari
proses pengolahan kelapa sawit diperkirakan berupa janjangan kosong (21,5%),
serabut (12,9%), cangkang (5,4%), dan lumpur (4,1%). Total limbah padat yang
dihasilkan PKS diperkirakan sebesar 43,95%. Dengan kapasitas pabrik 80 ton
TBS/jam maka limbah padat total sebesar 13,16 ton/jam atau 263 ton/hari.
Tahapan proses produksi yang menghasilkan limbah ini adalah pada tahap
pemisahan buah dari tandan yang menghasilkan janjangan kosong, pemisahan biji
kelapa sawit dengan sabut yang menghasilkan serabut, tahap pemecahan biji
dengan inti sawit yang menghasilkan cangkrang, dan tahap pemurnian (klarifikasi)
yang menghasilkan lumpur.
Limbah padat dari proses pengolahan kelapa sawit dapat dipergunakan sebagai
pupuk, mulsa, dan dijual sebagai bahan bakar alternatip bagi industri. Dengan
demikian limbah padat dari rencana perkebunan dan pengolahan kelapa sawit
secara keseluruhan tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
Limbah daun, pelepah serta serasah dapat dimanfaatkan untuk menutup tanah
sebelum penanaman dan dibiarkan menjadi humus. Janjangan kosong akan
dimanfaatkan sebagai pupuk atau mulsa yang akan disebarkan pada lahan kebun
kelapa sawit. Cangkang akan dijual kepada pihak luar sebagai bahan alternatif
bahan bakar pengganti batubara. Serabut akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar
untuk operasional boiler. Sedangkan lumpur yang mengendap pada IPAL setelah
dikeringkan akan digunakan untuk pupuk bahan organik di areal perkebunan.
Limbah cair yang akan dihasilkan dari seluruh proses produksi CPO diperkirakan
maksimal sebesar 60% dari jumlah TBS yang diolah. Dengan demikian pada
pengoperasian pabrik kelapa sawit secara penuh dengan kapasitas 80 ton TBS/jam
akan menghasilkan limbah cair sebesar 48 ton/jam atau 920 ton/hari. Berdasarkan
hasil penelitian diketahui bahwa kualitas limbah cair yang dihasilkan berpotensi
mencemari badan air penerima limbah. Hasil penelitian limbah cair pabrik kelapa
sawit tersebut disajikan pada Tabel 2.7.
Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) berasal dari unit proses pengukusan
(sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon di PKS. Limbah cair
tersebut berbentuk kental berwarna coklat, dan berbau dengan kandungan lemak 60
ppm dan minyak 0.8 % dan mengandung bahan organik yang sangat tinggi. Namun,
untuk mencegah penyebaran limbah ke perairan umum ketika musim hujan. Desain
kolam limbah untuk PKS PT. Palmina dengan kapasitas 80 ton TBS/jam dengan
tujuan untuk dibuang ke perairan umum dengan kandungan BOD kurang dari 100
ppm mengacu pada desain kolam limbah dari PPKS selengkapnya disajikan pada
Gambar 2.8.
Limbah udara berasal dari pembakaran solar pada generating set dan pembakaran
sabut pada boiller. Gas buangan ini dibuang ke udara terbuka dan dikendalikan
dengan pemasangan penangkap debu (dust collector) untuk mengikat debu dalam
sisa gas pembakaran, kemudian dialirkan melalui cerobong asap setinggi 25 m dari
permukaan tanah. Debu dari dust collector secara reguler ditampung dan dibuang
ke lapangan untuk penimbunan daerah rendah yang ada di sekitar perkebunan.
Umur kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT. YYY tidak dapat
ditentukan mengingat bahan baku dapat diperbaharui dengan cara melakukan
pengaturan waktu tanam dan peremajaan tanaman kelapa sawit apabila tanaman
sudah mengalami penurunan produksi.
Umur tanaman kelapa sawit ditentukan selama 30 tahun sejak saat ditanam. Sejak
tanam hingga umur empat tahun baru berbuah dan dapat dipanen, namun dengan
produksi yang relatif kecil (buah pasir). Selanjutnya relatif umur 7 hingga 15 tahun,
tanaman kelapa sawit mengalami produksi puncak yakni rata-rata 20-30 ton
TBS/ha./tahun, khusus pada lahan basah produksi pada kisaran umur tersebut
dapat mencapai 35 ton TBS/ha./tahun, selanjutnya terus mengalami penurunan
produksi hingga umur 25 tahun. Umur 25 tahun ke atas, tanaman kelapa sawit
sudah dinyatakan tidak layak ekonomis lagi untuk dipanen dengan pertimbangan
perbandingan biaya pemeliharaan dan produksi. Tanaman yang tidak produktif lagi
Rencana kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT. YYY terbagi atas 3
tahap kegiatan, yaitu tahap pra-konstruksi, konstruksi dan operasi. Uraian
komponen kegiatan yang ditelaah pertahapan kegiatan berkaitan dengan dampak
yang ditimbulkan diuraikan sebagai berikut :
Penentuan lokasi rencana perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT. YYY
berdasarkan pertimbangan :
1) Hasil studi rencana teknis kebun dan pabrik serta sarana prasarana lainnya.
2) Areal rencana lokasi merupakan areal yang sesuai dengan RTRWP Kalimantan
Selatan dan RTRW Kabupaten Banjar.
3 ) Aksesibilitas yang mudah dari calon lokasi ke tempat kegiatan lainnya.
Dalam kegiatan pengadaan dan pembebasan lahan untuk areal kebun pada
prinsipnya tidak dilakukan kompensasi (ganti rugi). Peran serta masyarakat sekitar
kebun nantinya akan dilibatkan dalam program plasma. Jika tanah yang sudah
digarap masyarakat tersebut berada dalam lokasi proyek (berdasarkan izin lokasi),
maka lahan tersebut akan menjadi enclave atau dijadikan cadangan kebun plasma.
Komitmen perusahaan dalam pengelolaan kebun menggunakan program plasma.
Direncanakan, program plasma akan mulai dilakukan paling lambat pada akhir tahun
2008, yang dikelola melalui koperasi (KUD) yang akan dibentuk sebelumnya. Dalam
program plasma ini, setiap kepala keluarga (KK) akan mengelola lahan maksimal
seluas 2 Ha. Penetapan dan alokasi lahan plasma ditentukan dari lahan yang
ditawarkan oleh masyarakat melalui koordinasi KUD. Dengan demikian pola
kemitraan ini selama satu siklus perkebunan PT. YYY (30 tahun). Rencana
penggunaan lahan untuk kepentingan kebun dan pabrik pengolahan serta sarana
dan prasarananya sudah diuraikan pada Tabel 2.3.
Rencana keperluan tenaga kerja untuk kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa
sawit akan menangani bidang manajemen, administrasi, tenaga teknis kebun, dan
perencanaan teknik meliputi operasional pembukaan lahan, pembuatan jalan,
pembangunan fasilitas dan sarana prasarana lainya. Pada tahap konstruksi
sebagian besar komponen kegiatan dikerjakan secara swakelola dengan melibatkan
tenaga kerja dari masyarakat lokal. Sedangkan pada tahap operasi diperlukan
tenaga kerja dalam jumlah yang banyak, baik keperluan kebun maupun pabrik
kelapa sawit. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk kegiatan kebun dan PKS
diperkirakan sebanyak 1.982 orang meliputi staff administrasi (tenaga kerja tetap)
hingga buruh lepas yang menangani kegiatan pembukaan lahan, persemaian,
pemeliharaan, pemanenan dan pengangkutan serta pengolahan. Bidang pekerjaan
yang meliputi jumlah dan kualifikasi serta asal tenaga kerja yang dibutuhkan
disajikan pada Tabel 2.10, sedangkan struktur organisasi perusahaan dapat dilihat
pada Gambar 2.9. Komitmen PT. YYY untuk tenaga kerja adalah memberdayakan
tenaga kerja lokal minimal 60 % dari jumlah yang diperlukan dengan syarat harus
memenuhi kualifikasi, keterampilan dan pendidikan yang sesuai dengan yang
diinginkan oleh perusahaan. Melalui program CSR nantinya, pembinaan
masyarakat sekitar dalam peningkatan keterampilan yang diperlukan perusahaan
akan dilakukan supaya kualifikasi tenaga kerja dapat memenuhi standarisasi tenaga
kerja yang diperlukan.
GENERAL
ESTATE
MANAGER
MANAGER MANAGER
KEBUN INTI PABRIK
ASISTEN KEPALA
KEPALA SEKSI ANALISIS KEPALA SEKSI
RUANG LINGKUP STUDI
DEKSI (2-25)
Security - - - - 8 - 8 14
Legal - - - - 2 - 2 4
Nurseries 1 - 1 1 45 - 45 84
Incorse of - - - - 6 - 6 9
Newplanting
Immature Oil 3 - 3 4 270 244 514 958
Palm Upkeep
Mature Oil 4 - 4 6 109 100 209 375
Palm
Plucking - - - - 131 - 131 214
Tecnical 3 - 3 4 19 - 19 48
Driver - - - - 17 - 17 39
Emplacement - - - - - - - -
Watcmen - - - - 22 - 22 44
Total 13 1 14 18 697 346 1.043 1.922
Sumber: PT. YYY, 2006
Proses penerimaan tenaga kerja PT. YYY harus melalui berbagai tahap dan
memenuhi Standard Operational Procedor (SOP) yang tetap ditetapkan perusahaan
maupun peraturan perundangan yang berlaku. Proses penerimaan tenaga kerja
RUANG LINGKUP STUDI
(2-26)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
Pada saat ini di kantor PT. YYY di lokasi perkebunan terdapat tenaga kerja dengan
posisi : Pengurus Kebun (1 orang). Kepala Seksi (1 orang), Asisten Agronomi (3
orang), Asisten Survei (1 orang), Kepala Pembibitan (1 orang) dan tenaga security
(20 orang). Sedangkan dua lokasi pembibitan PT. YYY sudah menyerap tenaga
kerja harian sekitar 120 orang.
pemeliharaan.
a. Cangkul 1500 buah Diangkut truk
b. Arit 1500 buah Diangkut truk
c. Hotu 1 set Diangkut truk
d. Hand Sprayer 250 buah Diangkut truk
e. Chisel 150 buah Diangkut truk
f. Dodos 200 buah Diangkut truk
g. Ganco 200 buah Diangkut truk
h. Kapak 200 buah Diangkut truk
i. Pisau enggrek 200 buah Diangkut truk
J. Angkong 200 buah Diangkut truk
Pencegahan dan Pengendalian - Diangkut truk
3
Kebakaran Lahan.
a. Pompa 5 unit Diangkut truk
b. Menara Pantau 3 unit Diangkut truk
c. Pesawat Orari 8 unit Diangkut truk
1 unit Diangkut truk
4 Pabrik PKS (80 ton TBS/jam)
dan trailer
5 Generator Set Turbin 300 KVA 2 unit Diangkut truk
6 Generator Set Turbin 1.000 KVA) 3 unit Diangkut truk
7 Generator Set (80 KVA) 1 unit Diangkut truk
8 Generator Set (70 KVA) 2 unit Diangkut truk
9 Generator Set (30 KVA) 2 unit Diangkut truk
Sumber : PT. YYY (2006).
b) Tahap Konstruksi
(1) Pembukaan Lahan
(2) Pembangunan Sarana dan Prasarana
(3) Pembangunan PKS
Areal yang diperuntukan bagi lokasi proyek adalah seluas 15.000 ha. Luasan
dimaksud akan dialokasikan untuk areal perkebunan dan pengolahan kelapa sawit
beserta fasilitas penunjangnya. Bagi lahan yang memenuhi kesesuaian untuk
tanaman sawit akan dijadikan kebun, namun bagi lahan yang kurang sesuai
dialokasikan untuk tujuan lain.
Pekejaan bloking adalah pekerjaan memberikan batas areal yang akan dikerjakan
yang didahului oleh tim survey ke dalam lahan dan menentukan batas-batas yang
sesuai dengan program yang akan dikerjakan. Pekerjaan ini disesuaikan dengan
master plan kebun yang telah dibuat dan membuat petak-petak blok sebagai
batasan terkecil untuk bididaya tanaman kelapa sawit. Blok yang dibuat berukuran
300 m X 1000 m sehingga luas tiap blok berjumlah 30 hektar. Setelah dilakukan
bloking diteruskan dengan pembuatan parit sebagai batas blok dan sebagai bahan
badan jalan yang akan dibuat belakang hari setelah memenuhi standart penggunaan
jalan perkebunan. Pekerjaan lanjutan adalah dengan memancang untuk pembuatan
rumpukan yang akan diteruskan dengan perumpukan mekanis oleh alat berat
excavator.
- Rumpuk Mekanis
Rumpuk mekanis adalah pekerjaan pembersihan lahan yang akan ditanami kelapa
sawit dengan cara mengumpulkan pohon-pohon atau tanaman-tanaman yang ada di
areal/lahan secara teratur dan rapi membentuk barisan-barisan sampai areal siap
ditanami kelapa sawit dan tidak mengganggu tanaman budidaya.
- Jalan Kebun
Jalan kebun dapat dibuat lebih awal sebelum land clearing. Jalan kebun dirancang
sebagai batas setiap blok kebun yang memiliki dimensi 300 m x 1.000 m atau seluas
30 hektar. Untuk main road memiliki orientasi mata angin Utara – Selatan,
sedangkan collecting road Timur – Barat. Orientasi tersebut dimaksudkan untuk
manajemen pengelolan jalan dimana jalan collection road harus mendapat lama
penyinaran yang lebih lama dibandingkan dengan main road. Keperluan jalan pada
setiap blok adalah 300 m untuk main road dan 1.000 m untuk collecting road. Lebar
main road 10 m dan collecting road 6 m. Pembuatan kedua jalan ini menggunakan
material uruk dari pembuatan saluran drainase primer (main drain) dan sekunder
(sub-drain). Selain jalan di atas, nantinya di dalam kebun akan dibuatkan jalan
panen (pasar pikul). Jalan panen berfungsi sebagai jalan bagi tenaga kerja dalam
mengangkut buah dari pohon ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) dan juga
sebagai jalan bagi tenaga kerja dalam pelaksanaan pekerjaan merawat tanaman.
Lebar jalan panen dibuat 1,0 – 2,0 meter searah dengan main road pada interval
pada satu setiap dua gawangan (barisan tanaman kelapa sawit).
- Jalan Penghubung
(a) Saluran Primer, merupakan saluran yang dapat menampung limpasan air dari
saluran cabang maupun dari sungai yang berada dan berbatasan dengan lahan
perkebunan. Saluran yang dibangun kedua sisi jalan utama (main road).
Dimensi saluran utama adalah lebar atas 2 meter, lebar dasar 1,5 meter, dan
kedalaman 2 meter. Pada jarak 300 m dari ujung saluran utama dipasang pintu
pengendali yang berfungsi untuk mengendalikan muka air di saluran utama.
Dalam keadaan darurat, misalnya banjir, pintu saluran dapat dibuka.
(b) Saluran Sekunder, merupakan saluran yang dibangun pada satu sisi jalan
koleksi (collection road). Saluran koleksi ini berukuran lebar atas 1.5 m, lebar
dasar 1 m dan kedalaman 1,5 m yang berfungsi untuk menampung aliran air dari
saluran tersier dan menjadi stabilisator limpasan air dari Saluran Utama. Jarak
antara saluran cabang ini adalah 1 km melebar dan 2 km membujur. Pada
bagian ujung Saluran Cabang dilengkapi dengan pintu pengendali (stop log)
yang berfungsi untuk mengatur tinggi muka air. Saluran Cabang bermuara dan
tegak lurus ke Saluran Utama.
(c) Saluran tersier, merupakan saluran yang dibuat pada bagian tengah blok kebun
dengan bentuk menyerupai sisir dengan interval 1 : 10, artinya setiap 10 baris
tanaman kelapa sawit akan dibuat satu saluran tersier. Saluran tersier berfungsi
untuk mempercepat proses drainase dalam blok kebun.
Bangunan kantor dan perumahan perusahaan antara lain berupa bangunan kantor
pusat perkebunan (inti, plasma, dan afdeling), gudang, garasi kendaraan, penjernih
air dan guest house. Bangunan perumahan karyawan baik staf maupun non staf
dirancang untuk memiliki kondisi yang layak dan memadai. Komplek perumahan
dilengkapi dengan bangunan fasilitas umum seperti sekolah, mushola, dan klinik
kesehatan.
Lahan yang akan digunakan untuk pembangunan kantor dan perumahan dipilih
dengan mempertimbangkan persyaratan lingkungan antara lain sebagai berikut :
(a) Lahan harus sesuai dengan peruntukan bangunan
(b) Lingkungan yang sehat dan nyaman bagi para penghuni
(c) Fasilitas air bersih cukup tersedia
(d) Sanitasi yang baik dan mudah diterapkan
rasio 1:1 antara TBS yang diolah dan keperluan air, maka pada kapasitas maksimun
80 ton TBS/jam selama 20 jam diperlukan 1.600 m3 air setiap harinya.
Tersedianya sumber air yang memadai merupakan salah satu faktor terpenting yang
harus diperhatikan dalam menentukan letak lokasi suatu pabrik, disamping faktor-
faktor lainnya seperti jarak angkut bahan baku dan hasil produksi yang diusahakan
sependek mungkin untuk menekan biaya pengangkutan dan lain sebagainya.
Lokasi yang dipilih harus memiliki daya dukung tanah yang cukup baik karena tanah
harus mampu menopang semua bangunan dan peralatan pabrik yang dibangun
diatasnya. Disamping itu lokasi pabrik harus bebas banjir dan memiliki drainase
vang baik. Untuk ketepatan letak pabrik pada saatnya perlu dilakukan penelitian
tanah (Sounding and Drilling) sebelum pembangunan pabrik dimulai. Pertimbangan
lain yang diperhatikan adalah arah angin yang sering terjadi di lokasi sedapat
mungkin asap dari cerobong pabrik tidak mencemari udara di lingkungan komplek
permukiman karyawan atau penduduk sekitamya termasuk tingkat kebisingannya.
Pabrik kelapa sawit (PKS) adalah unit ekstraksi minyak kelapa sawit mentah (CPO)
dan minyak inti sawit (PKO) dari TBS kelapa sawit. Pengembangan tanaman kelapa
sawit selalu disertai dengan pembangunan pabrik. Hal ini disebabkan minyak sawit
mudah mengalami perubahan kimia dan fisika selama minyak dalam tandan dan
pengolahan. Perencanaan pembangunan pabrik haruslah selaras dengan rencana
penanaman dan rencana produksi TBS.
memasok 50 % dari kapasitas PKS yang akan dibangun (Pusat Penelitian Kelapa
Sawit, 2004).
c) Tahap Operasi
(1) Persemaian
(2) Penanaman
(3) Pemeliharaan
(4) Pemanenan
(5) Pengangkutan
(1) Persemaian
Persemaian atau pengadaan bibit kelapa sawit dilakukan dalam dua tahap yaitu
persemaian tahap I (pre nursery) dan tahap II pembibitan (main nursery). Untuk
menghindari kerusakan pada kecambah, bila kecambah yang diterima bagian dari
tanaman tidak dapat langsung ditanam maka harus disimpan pada tempat yang
sejuk dan lembab. Bagian atas kantong kecambah diusahakan tetap mengembung.
Lokasi untuk persemaian dipilih pada areal yang tetap, datar, cukup sumber air
penyiraman, bebas banjir dan bebas dari gangguan binatang liar. Lokasi
seyogyanya dipilih disentral areal atau pada areal rencana lokasi pabrik.
Pada persemaian tahap I ini kegiatannya relatif lebih mudah karena arealnva lebih
kecil dan hemat pemakaian kantong plastik (polybag) besar karena bibit di
persemaian ini merupakan hasil seleksi kecambah yang sudah baik. Bibit dirawat
dalam persemaian selama 3 bulan.
Persiapan areal persemaian. Areal persemaian yang telah dipilih terlebih dahulu
dilakukan pembersihan dari gulma . Kantong plastik kecil (baby polybag) ukuran 15
x 20 cm tebal 0,08 mm yang telah diisi dengan top soil sampai tinggi mencapai 1 cm
dari bibir kantong, disusun rapat membentuk bedengan kayu diberi plang kayu agar
kantong tidak tumbang. Antara bedeng yang satu dengan bedeng yang lain diberi
jarak sekitar 50 cm yang berfungsi untuk jalan kontrol. Sebelum penyemaian,
bedeng-bedeng ini disiram terlebih dahulu selama lebih kurang satu minggu. Untuk
mengetahui perkembangan bibit hingga di lapangan, maka penyemaian diberi label
atau / papan nama yang berisikan nomor, kelompok kecambah, jumlah dan tanggal
semai pada setiap bedeng. Ukuran papan 12 x 20 cm, warna dasar di cat kuning
dan tulisan hitam.
Pemeliharaan. Persemaian disiram 2 kali sehari (pagi dan sore) terkecuali jika hari
hujan dengan curah hujan minimal 8 mm. Bibit dalam semaian dilakukan penyiangan
2 minggu sekali, termasuk pekerjaan tambah tanah dan konsolidasi bibit.
Seleksi Semai. Seleksi semai dapat dilaksanakan pada saat penyiangan, yakni bila
dijumpai pertumbuhan bibit yang tidak normal dan keadaannya tidak mungkin lagi
sembuh, maka semai tadi harus segera di cabut dan dibuang. Besamya seleksi
pada tahap persemaian ini sekitar 10 - 15 %.
Pada persemaian tahap II atau pembibitan ini adalah tempat membesarkan bibit dari
pre nursery yang telah diseleksi dan dipindahkan ke dalam kantong plastik sebesar
berukuran 43,5 cm x 50 cm, berlobang-lobang sebesar 0,3 dan tebal 0.2 mm.
Lamanya bibit dalam pembibitan utama sekitar 8 - 12 bulan.
Persiapan areal. Areal pembibitan dilengkapi dengan instalasi air untuk penyiraman
bibit dan parit drainase untuk mengalirkan air pada waktu hujan. Kantong plastik
besar ukuran 42,5 x 50 cm, tebal 0,2 mm yang telah diisi dengan top soil sampai
tinggi sekitar 1 cm dari bibir kantong, diatur pada areal pembibitan dengan jarak
tanam 85 x 85 x 85 cm (segi tiga sama sisi). Sebelum ditanam kantong plastik
dibiarkan selama 1 minggu agar tanah cukup padat dan kelembaban merata dengan
jarak tanam ini jumlah bibit yang diperoleh sekitar 13.500 - 14.500 per hektar.
tanggal tanam dalam kantong besar, demikian juga pada tiap-tiap kantong harus
diberi nomor kelompok. Bibit dari pre-nursery yang telah berumur sekitar 3,5 bulan
yang telah diseleksi dipindahkan ke kantong plastik besar vang telah disusun di
lapangan. Penanaman dapat dilaksanakan dengan cara memotong kantong plastik
kecil pada bagian bawahnva. Kemudian tanah beserta bibit kecil ditanam dalam
kantong plastik besar, setelah itu ditanam di sekitar bola tanah, bibit kecil dipadatkan
dan diratakan. Kecambah-kecambah yang menunjukkan gejala kelainan fisik dan
fisiologis disingkirkan.
Pemberantasan hama dan penyakit yang umum terdapat pada pembibitan adalah
belalang (Valanga), Kumbang malam (Apogonia), Adoretus (Lepadoretus), penyakit
collante dan bercak daun (Culvularia dan Helminthosporium). Pemberantasan hama
dan penyakit dilaksanakan secara kimiawi. Pemupukan pada pembibitan
dilaksanakan secara rutin setiap 2 minggu sekali, pada umur tanaman 0 - 3 bulan
dengan menggunakan NPK (15:15:6:4) sebanyak 2,5 gram/tanaman/2 minggu, umur
tanaman 3 - 10 bulan dengan NPK (12:12:17:2) sebanvak 10 gram/tanaman/2
minggu dan Kieserite sebanyak 5 gram/tanaman/2 minggu. Bibit dalam pembibitan
utama secara berkala dilaksanakan pemeriksaan, bila terdapat polybag yang miring
segera ditegakan dan polybag pecah diganti. Bila tanah dalam polybag berkurang
hingga bonggol bibit terbuka maka ditimbun tanah kembali dan dipadatkan.
Seleksi Bibit. Seleksi bibit dimaksudkan untuk menyingkirkan semua bibit yang
abnormal dan mempertahankan bibit yang normal serta bermutu baik untuk ditanam
di lapangan. Untuk mendapatkan bibit yang baik dan menghindari perawatan pada
bibit abnormal, maka seleksi bibit dilaksanakan tiap 2 bulan sekali sampai saat akan
dipindahkan ke lapangan. Lebih kurang 2 minggu sebelum diangkut ke lapangan,
bibit diputar agar akar yang menembus polybag putus. Besarnya seleksi pada saat
pembibitan ini sekitar 15 - 20%. Pegangkutan bibit ke lapangan bisa menggunakan
traktor dengan trailer atau truk sampai di tempat areal yang akan ditanam,
selanjutnya untuk sampai di lobang tanam bibit diangkut secara manual (dilangsir).
Direncanakan luas areal persemaian adalah 42 ha, dengan kapasitas 12.000 bibit
per hektar. Bahan yang digunakan adalah kecambah dari varietes "Tenera" yang
bersumber dari London Sumatera Ind. Pemesanan kecambah kelapa sawit
dilakukan 1 tahun atau paling lambat enam bulan sebelum bibit diperlukan.
Berdasarkan kerusakan kecambah, bibit yang siap disalurkan ke pembibitan utama
ditentukan maksimal 75%.
Gulma yang tumbuh dalam pembibitan dicabut dengan tangan setiap 2 minggu
sekali, sekaligus dilakukan penambahan tanah pada kantong-kantong plastik yang
kurang tanahnya. Pemupukan dilakukani jika diperlukan. Pupuk yang diberikan
adalah urea atau pupuk majemuk dengan konsentrasi 0,20% atau 2 gram/liter
melalui penyemprotan. Hama dan penyakit yang umum mengganggu bibit muda
seperti semut, jangkrik, belalang, tikus dan cacing. Sedangkan penyakit adalah
Helminthosporium antracnose blast. Pengelolaan naungan dilaksanakan sampai
umur 1,5 bulan, sehingga bibit hanya memperoleh pencahayaan sekitar 30 %.
Seleksi dilakukan terhadap bibit yang menyimpang atau rusak.
Pembibitan awal (PN) PT. YYY berada di lokasi pembibitan utama, pada lahan
datar, dekat dengan sumber air dan berada di lokasi penanaman. Terletak di tengah
lokasi perkebunan PT. YYY. Jumlah bibit yang tersedia pada tahun 2007 sebanyak
160.000 dan tahun 2008 sebanyak 360.000 bibit.
Pemberian serasah (mulching) berupa sisa tanaman atau cangkang sawit dapat
mengurangi penguapan air dan pemupukan. Cangkang dapat ditabur dalam bibit
sebanvak 0,5 kg/polibag. Penggemburan tanah dilaksanakan agar tanah dalam
polibag tidak memadat yang mulai dilaksanakan setelah bibit berumur 3 bulan.
Jalan dan parit dibuat agar berfungsi dengan baik. Pengendalian hama dan
penyakit dilakukan secara dini dan berkesinambungan. Jenis dan dosis pupuk yang
digunakan dicantumkan dalam Tabel 2.12.
Tabel 2-12. Dosis pupuk pada pembibitan kelapa sawit PT. YYY
Dosis pupuk (g/bibit)
Umur bibit
Pupuk majemuk Pupuk majemuk 12- Kiserit
(minggu)
15-15-6-4 12-17-2
2 5,0 - -
4 5,0 - -
6 5,0 - -
8,10,12 7,5 - -
14,16,18 10,0 - -
20 - 15,0 5,0
22 - 15,0 -
24 - 15,0 5,0
26 - 20,0 -
28 - 20,0 7,5
30 - 20,0 -
32 - 25,0 7,5
34 - 25,0 -
36 - 25,0 10,0
Jumlah 67,5 180,0 35,0
Sumber : PT YYY (2007)
Seleksi bibit dilakukan untuk pemilihan bibit yang mutunya sesuai dengan standar.
Bibit yang dibawah standar atau tidak normal dimusnahkan. Seleksi dilakukan pada
umur 4,8 dan 12 bulan. Rata-rata pertumbuhan bibit kelapa sawit jenis D x P
disajikan pada Tabel 2.13.
pelepah (cm)
3 3,5 20,0 1,3 Pre nuersery
4 4,5 25,0 1,5 Main nursery
5 5,5 32,0 1,7 sda
6 8,5 39,0 1,8 sda
7 10,5 52,2 2,7 sda
8 11,5 64,3 3,6 sda
9 13,5 88,8 4,5 sda
10 15,5 101,9 5,5 sda
11 16,5 114,1 5,8 sda
12 18,5 126,9 6,0 Siap salur
Sumber: PT YYY (2007).
(2) Penanaman
Setelah pembukaan lahan selesai, maka untuk menentukan titik tanam dilakukan
pemancangan. Jarak antar pancang merupakan jarak tanam yang menentukan
jumlah populasi jumlah tanaman per hektar. Rencana jarak tanam yang digunakan
9,2 m segitiga sama sisi (pancang mata lima), sehingga jumlah populasi tanaman
134 - 136 pokok / hektar.
Direncanakan, penanaman pada tahun pertama (2007) mencapai areal seluas 800
ha, tahun kedua (2008) seluas 1600 ha, tahun ketiga (2009) seluas 5.250 ha, dan
tahun keempat (2010) seluas 6.255 ha. Dengan demikian, dari tahun keempat
(2010) hingga tahun ke-28 (2034) luas keseluruhan kebun kelapa sawit PT. YYY
mencapai luas 13.350 ha. Rencana alokasi penanaman kelapa sawit pada areal
kebun PT. YYY disajikan pada Tabel 2.14
(3) Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan terhadap kebun kelapa sawit PT. YYY terbagi atas 2 tahap
yaitu Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Pemeliharaan
Tanaman Menghasilkan (TM). Termasuk dalam kegiatan pemeliharaan ini adalah
kegiatan pemeliharaan sarana prasarana (jalan pikul, jalan panen dan saluran
drainase).
Untuk mengurangi penguapan air dan agar tidak ditumbuhi gulma pesaing, terutama
selama tajuk tanaman belum menutup, maka ditanam tanaman penutup tanah (land
cover crop, LCC). Kriteria yang digunakan dalam memilih penutup tanah, antara lain
: (i) bukan pesaing tanaman, (ii) mudah diperbanyak, pertumbuhannya cepat dan
tidak mengandung hama dan penyakit berbahaya bagi tanaman pokok, (iii)
memberikan bahan organik yang tinggi, (iv) memiliki kemampuan menekan gulma.
Umumnya LCC yang dipergunakan adalah jenis kacangan (leguminosa) yang
bcrsifat menjalar, seperti Calopogonium caeruleum (CC), Calopogonium
monocoides (CM), Pueraria phaseoloides (PP), Centrosema pubescens (CP) dan
Macuna cochinchinensi (MC). Berbagai komposisi campuran penanaman kacangan
dianjurkan yang disesuaikan dengan kondisi lapangan dengan perbandingan
campuran tergantung dari daya tumbuh biji dan persediaannya seperti ditunjukkan
oleh Tabel 2.15.
Tabel 2-16. Jenis dan dosis pemupukan tanaman kacangan penutup tanah di
kebun kelapa sawit PT. YYY
Gulma yang tumbuh di sekitar bibit atau tanaman kelapa sawit perlu diberantas
sebab dapat merugikan tanaman pokok, bahkan menurunkan produksi. Gulma
menjadikan tanaman pokok berkompetensi dalam memperoleh air, unsur hara,
bahaya maupun CO2. Selain itu, gulma dapat berperan sebagai tanaman inang bagi
hama dan penyakit. Beberapa gulma pada kebun kelapa sawit disajikan dalam
Tabel 2.17.
areal agar tetap murni tanaman kacangan. Berbagai tingkat penyiangan gulma,
adalah: (i) membuang semua gulma (clean weeding), dikerjakan sesaat ketika lahan
akan ditanami kacangan penutup tanah, (ii) membuang semua gulma, sehingga
yang tumbuh hanyalah tanaman penutup tanah saja, dilaksanakan pada umur
tanaman 0-6 bulan dengan rotasi 2 minggu, (iii) penyiangan yang tersisa hanyalah
tanaman penutup tanah sekitar 8 % dan rumput lunak 15% dilakukan pada umur
tanaman 7-12 bulan dengan rotasi 3 bulan, (iv) penyiangan yang dilakukan sehingga
tersisa tanaman penutup tanah sekitar 70 % dan rumput lunak 30 %, dilaksanakan
pada tanaman berumur 7-12 bulan, (v) penyiangan dengan cangkul untuk
membuang gulma perdu, dilaksanakan pada tanaman berumur 13-30 bulan, dan (vi)
penyiangan dengan membabat sampai batas tinggi yang dikehendaki (30 cm)
sedangkan alang-alang harus dihilangkan sama sekali.
Pengendalian gulma dengan wiping dilakukan secara rutin agar tanaman selalu
bebas dari gulma. Wiping gulma dilakukan menggunakan herbisida glyphosate
dengan konsentrasi 0,5 %. Pada areal bebas gulma, dosis pemakaian herbisida
tersebut 6-10 ml/ha/rotasi.
Pemeliharaan piringan pohon dilakukan dengan cara manual dan cara kimia. Dalam
cara manual, penyiangan dilakukan untuk menyingkirkan semua jenis tumbuhan dari
permukaan tanah selebar piringan pohon yang telah ditentukan, sehingga tanah
bersih dari rumput. Jari-jari piringan pohon disesuaikan dengan umur tanaman
kelapa sawit, yaitu: TBM 1 = 100 cm, TBM 2 = 125 cm, dan TBM 3 = 150 cm.
Pemeliharaan piringan cara kimia mulai dapat dilaksanakan pada areal TBM 3,
dengan rotasi 4 x setahun (R.6), menggunakan bahan glyphosate dengan dosis 300
ml/ha/rotasi. Pelaksanaannya harus ekstra hati-hati, agar tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap tanaman pokok.
- Pemupukan
Setelah bibit tanaman di lapangan, tanaman sudah harus dipupuk. Secara ideal
pemupukan dilakukan setelah pekerjaan garuk piringan selesai sehingga pupuk
dapat digunakan oleh tanaman secara maksimum. Adapun dosis pemupukan
tentative untuk areal rencana proyek disajikan dalam Tabel 2.18
Tabel 2-18. Dosis pemupukan tanaman kelapa sawit menurut umur tanaman
Umur Jenis dan Dosis Pupuk (Kg/pokok)
(Bulan) Urea RP MOP Kieserite HGF-B CuSO4 ZnSO4 Dolomit
1 0,10 - - - - - - -
3 0,25 - 0,15 0,10 - 0,10 0,10 0,50
5 0,25 0,50 0,15 0,10 - - - -
8 0,25 - 0,35 0,25 0,02 0,10 0,10 0,50
12 0,50 0,75 0,35 0,25 - - - -
16 0,50 - 0,50 0,50 0,03 0,20 0,20 0,50
20 0,50 1,00 0,50 0,50 - - - -
24 0,50 - 0,75 0,50 0,05 - - 0,50
28 0,75 1,00 0,75 0,75 - 0,20 0,20 0,50
32 0,75 - 1,00 0,75 - - - 0,50
Jumlah 4,35 3,25 4,50 3,70 0,10 0,60 0,60 3,00
Sumber : PT. YYY. 2007.
Pemberian pupuk N pada umur 1 bulan dilakukan dengan cara menabur pupuk
mulai dari pangkal batang sampai sejauh 30 - 40 cm. Pemberian pupuk NPK, MOP
dan tanah mineral (Kieserite) serta borate pada umur selanjutnya dilakukan dengan
menaburkan pupuk secara merata sampai sejauh lebar tajuk.
- Kastrasi
Kastrasi adalah tindakan kultur teknis untuk membuang semua bunga pada waktu
tanaman berumur 12 - 20 bulan, atau jika sekitar 35% tanaman telah berbunga.
Manfaat dari pekerjaan ini adalah menghindarkan sumber penyakit dari tandan atau
bunga busuk yang tidak dipanen karena belum memenuhi kriteria. Merangsang
pertumbuhan vegetatif dan waktu panen dapat disesuaikan dengan rencana.
- Penyerbukan
- Persiapan Panen
Panen umumnya dapat dimulai dari setelah tanaman kelapa sawit berumur 32 bulan.
Agar panen dapat berjalan lancar diperlukan persiapan panen yang mencakup :
1) Pembuatan atau pembukaan jalan panen untuk mempermudah pemanen
mengangkut buah
2) Pembuatan tempat pengumpulan hasil (TPH) sebelum diangkut ke pabrik
3) Pemangkasan (tunas) pendahuluan untuk mempermudah pemotongan tandan
4) Pembuatan titik pikul pada areal terdapat parit / drainase.
Hama yang biasanya menyerang pada tanaman kelapa sawit yang masih muda
adalah tikus, dan babi. Untuk mengatasi hal ini biasanya diberi umpan beracun
dengan menggunakan Klerat untuk tikus, sedangkan untuk babi dengan jerat babi
(perangkap). Sedang hama lain yang kadang timbul adalah ulat api (Famili
Limacucididae) dan ulat kantong (Famili Psychidae) dilakukan dengan PHT
menggunakan tanaman bunga pukul 12. Dari dua famili tersebut yang sering
dijumpai menyerang tanaman adalab Thosea asigna, Setora nitens, Mahasena
corbetti dan Metisa plana.
RUANG LINGKUP STUDI
(2-48)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
Tanaman yang mati sebagai akibat serangan penyakit tersebut sebaiknya dibongkar
dan dibakar. Jenis jamur lain yang sering menyerang adalah Marasmius, jamur ini
menyerang buah menjadi busuk. Cara pemberantasannya dilakukan dengan cara
sanitasi kebun. Penyakit lain yang umumnya menyerang tanaman muda adalah
penyakit tajuk (Crown Deseases) karena penyakit ini disebabkan oleh faktor genetis
maka penggunaan bibit harus dihindarkan dari pohon induk yang mempunyai sifat
ini. Serangan Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit akan mengakibatkan turunnya
produksi. Kehilangan daun sebanyak 50 % pada tanaman berumur 1-2 tahun akan
menurunkan produksi 12-24 %. Pengendalian Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit
dilaksanakan dengan cara: monitoring populasi, pengendalian ketika populasi hama
sudah kritis, pemanfaatan musuh alami Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit.
sintetik (Etil-4 metil oktanpate) yang digantung dalam ember plastik (1 fetot
ferotrap/60 hari).
Tabel 2-19. Rencana dosis dan aplikasi biofungisida Marfu di kebun kelapa sawit
PT.YYY
Dosis
No Sasaran Cara aplikasi
gr/pohon
Bibit kelapa sawit
Tanah pengisi polibag main Dicampurkan dengan tanah
-
nursery pengisi
1 Ditaburkan di permukaan
tanah di dalam polibag pada
Bibit di main nursery 10
saat pemindahan bibit ke
main nursery
Perlindungan tanaman muda pada areal tanaman ulang
Dimasukkan ke lubang
Lubang tanam 200
tanam
Tanah hasil galian lubang
2 200 Dicampur ke dalam tanah
tanam
TBM I 200 Ditaburkan pada piringan
TBM II 200 Ditaburkan pada piringan
TBM III 200 Ditaburkan pada piringan
Eradikasi sumber penularan
Rajangan tanaman sakit 200 Ditaburkan
3
Dimasukkan ke dalam 4
Lubang tanam sisipan 200
lubang
Untuk dapat berhasil dengan baik, pemeliharaan tanaman menghasilkan juga harus
dilakukan dengan cara intensif, termasuk kepentingan pengawasan yang terus
menerus atas keberadaan hama dan penyakit Pemeliharaan tanaman
menghasilkan, pada prakteknya dapat dibagi atas kelompok dan umur tanaman
sebagai berikut:
1) tanaman muda (umur 1 - 5 tahun)
2) tanaman remaja (umur 6 - 14 tahun)
3) tanaman tua (umur 15 - 25 tahun)
Tingkat intensitas pemeliharaan pada ketiga kelompok tersebut adalah sama kecuali
dalam dosis pemupukan mulai dikurangi bahkan dihentikan dua tahun menjelang
penanaman ulang (replanting). Pekerjaan pemeliharaan tanaman menghasilkan
(TM) yang perlu dilakukan antara lain mencakup :
- Perawatan Gawangan
- Pemeliharaan Jaringan
- Pemupukan
Pemupukan TM dilakukan dengan memberikan unsur hara makro (N, P, K, Mg, dan
Ca) dan unsur mikro (B, Cl, S, Zn dan Cu). Jenis pupuk yang akan digunakan
adalah: SP36, RP dun TSP ; sumber K adalah MOP dan abu, kiserit dan dolomit.
Pemupukan mengacu standar nasional yang spesifikasinya ditunjukkan dalam Tabel
2.20.
Dalam tahapan penentuan dosis pupuk dilakukan pembuatan kesatuan contoh daun
(KCD) dan pengambilan contoh daun. Dosis pupuk ditentukan berdasarkan faktor-
faktor : tanah (jenis, fisik dan kimia tanah), iklim (curah hujan, hari hujan dan
penyebaran), hasil uji penelitian pemupukan, umur tanaman, produktivitas tanaman,
realisasi pemupukan 2 tahun sebelumnya, hasil analisis hara daun dan tanah, hasil
pengamatan tanaman secara visual di lapangan. Pada areal datar, pupuk
ditaburkan di piringan pohon, sedangkan di areal bergelombang-berbukit serta areal
yang sering tergenang air dilaksanakan dengan cara dibenam. Pemupukan
dilakukan pada saat curah hujan 60-200 mm/bulan, dengan selang waktu 2 bulan
untuk semua jenis pupuk.
Pemeliharaan jalan dan parit dilakukan dengan perawatan. Jalan utama dirawat
setiap 6 bulan sekali dengan pengerasan, kemudian digrader dan dipadatkan
dengan compactor. Perawatan parit juga dilaksanakan setiap 6 bulan.
Tabel 2-21. Tingkat populasi kritis ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
No Jenis UPDKS Populasi kritis (Jumlah ulat/pelepah)
1 S. asigna 5 – 10
2 S. nitens 5 – 10
3 D. triana 20 – 30
4 D. diducta 10 – 20
5 D. bradleyi 10 – 20
6 D. bisura 10 – 20
7 B. bisura 4–5
8 M. piana 5 – 10
9 D. inclusa 5 – 10
10 D. mendosia 5 – 10
11 A. phidippus 2–5
Sumber: PT YYY (2007).
Tabel 2-22. Rencana jenis, dosis dan cara aplikasi insektisida dalam pcngendalian
UPDKS di kebun kelapa sawit PT. YYY.
Jenis insektisida
No Contoh Dosis Cara aplikasi Hama sasaran
Bahan aktif
produk
Ulat api, ulat
Bacillus 300 - 500
1 Thuricida HP Semprot bulu & ulat
thuringiensis g/ha
kantung
Bacillus 300 - 500
2 Bactospeine fogging
thuringiensis g/ha
375 - 750 Ulat api dan
3 Deltamet-rin Decis 2,5 ES Fogging
g/ha ulat bulu
Dipterex 95 Semprot/
4 Triklorfon 1000 g/ha Ulat bulu
SP fogging
Sumber : PT. YYY (2007).
Beberapa jenis tikus yang dapat dijumpail di areal kebun sawit adalah tikus belukar
(Rattus tiomanicus), tikus sawah (Rattus argentiventer), tikus rumah (Rattus diardii)
dan tikus huma (Rattus exulans). Pengendalian tikus akan dilakukan dengan cara
monitoring populasi tikus setiap bulan sekali, yang selanjutnya dikendalikan dengan :
(i) menggunakan rodentisida (klerat) RMB bila populasi sudah tinggi, dan (ii)
menggunakan musuh alami.
Penyakit BPP (busuk pangkal pinang) yang disebabkan oleh Genoderma boninse,
karat daun (red rust), penyakit busuk tandan buah dikendalikan dengan cara
dibongkar bersama akarnya dan dimusnahkan. Lubang bekasnya dan 6 pohon
sekitarnya ditaburi Marfu P, dengan dosis 200 g/pohon. Tanaman yang terserang
ringan dibuang 4 lubang di piringan pohon sedalam 30 cm, kemudian dimasukkan
75 g Marfu P/lubang.
Pengendalian penyakit karat daun (red rust) yang disebabkan oleh ganggang hijau
(algae) C. ephaleuros cukup dengan penunasan secara teratur setiap < 9 bulan.
Jika serangannya berat (30 - 40 %), baru dilakukan pengendalian dengan
menggunakan fungisida berupa khlorotanil, mankozeb, triadimefon, koper oksida,
dengan konsentrasi 0,1 - 0,2 % disemprot hingga membasahi permukaan daun yang
terserang.
- Penunasan
Penunasan dilakukan dengan putaran 6 - 8 bulan sekali dengan system songgo dua
yang berarti dua pelepah dibawah buah tertua ditinggalkan dan merata keliling
pohon. Tunasan harus merapat ke batang dan berbentuk tapak kuda. Pada waktu
RUANG LINGKUP STUDI
(2-55)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
menunas, pakis dan tanaman lain yang tumbuh dibatang dan buah busuk dibuang.
Pelapah hasil pemotongan dibagi dua dan diletakkan di gawangan yang bukan
digunakan sebagai jalan panen.
Pemeliharaan jalan pikul dilakukan dengan cara manual ataupun kimiawi, secara
manual dilakukan dengan cara slashing dibabat tandas. Tetapi biasanya dikerjakan
secara kimiawi sejalan dengan waktu pemeliharaan piringan.
Selambat - lambatnya 6 (enam) bulan sebelum panen dimulai, jalan panen, titipan
panen, tempat pengumpulan hasil (TPH) sudah harus dibuat. TPH dibuat dengan
ukuran 3 x 3 meter dan harus selalu bersih dari gulma.
- Sensus Pokok
Sensus pokok bertujuan untuk mengetahui jumlah pohon dan kondisi pohon.
Pekerjaan sensus pokok dilakukan setahun sekali.
Pemangkasan daun tua dilakukan 9 bulan sekali. Pelepah daun dikumpulkan dan
ditumpuk pada gawangan mati atau diantara tanaman diluar jalan panen dan
piringan sebagai sumber bahan organik dan mencegah pencucian unsur organik.
Pada saat penunasan diusahakan sampai songgo dua pada tanaman dibawah 10
tahun dan songgo satu untuk tanaman diatas 10 tahun yang sudah menggunakan
egrek, sehingga setelah ditunas jumlah pelepah daun tersisa 48 – 54 pelepah.
Tanaman kelapa sawit mulai menghasilkan buah pada umur 30 bulan setelah
tanam. Buah pertama yang keluar (buah pasir) belum dapat diolah di PKS karena
Cara panen yang banyak diterapkan di perkebunan kelapa sawit dewasa ini adalah
sistem giring. Pada sistem ini, pemanenan diberi acak tertentu dari lahan yang akan
dipanen dan si pemanen mengerjakan beberapa gawang. Acak merupakan acak
tidak tetap dan bila selesai dikerjakan pemanenan pindah ke acak berikutnva yang
telah ditetapkan.
Keuntungan dari cara ini ialah cepat dipanen dan diangkut keluar, sehingga cepat
sampai di pabrik. Kriteria untuk dapat mulai dipanen antara lain : jumlah kerapatan
panen lebih dari 60 % dan mutu tandan sudah baik (berat tandan rata-rata di atas 3
kg). Penentuan matang panen vang umum diterapkan adalah 2 brondolan per kg
berat tandan. Tabel 2.23 menyajikan derajat kematangan buah berdasarkan
banyaknya brondolan yang jatuh.
Untuk mendapatkan mutu CPO yang baik, maka mutu yang diolah harus
berdasarkan kriteria kematangan yang optimal yaitu kondisi buah tingkat fraksi 2 dan
3. Pada kondisi 2 dan 3 kandungan minyak dalam TBS relatif tinggi dengan kadar
garam asam lemak bebas (FFA) yang rendah. Pada tandan buah yang masih
mentah (fraksi 0 dan 1) kandungan minyak CPO sangat rendah, sedangkan bila TBS
terlalu matang (fraksi 4 dan 5) maka kualitas minyak menjadi rendah karena kadar
asam lemak bebasnya tinggi. Untuk mendapatkan jumlah dan kualitas minyak CPO
yang baik maka dibutuhkan koordinasi yang baik antara pemanen, pengawas
lapangan, bagian fraksi dan staf pabrik. Tandan buah segar yang telah dipanen
harus segera ditangani dan diusahakan secepatnya diproses dalam pabrik.
Pelaksanaan panen pada tahap awal (pohon setinggi 2 - 5 m), dilakukan dengan
menggunakan dodos, sedangkan apabila tinggi tanaman sudah tidak lagi
memungkinkan (> 5 m) maka alat panen yang digunakan adalah kapak dan galah
bambu dilengkapi pisau enggrek pada ujungnya.
Buah kelapa sawit memiliki sifat perisable (segera mengalami kerusakan penurunan
kualitas dan rendemen) bila tidak segera diolah (Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
2004). Tandan buah segar hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik untuk
diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak segara diolah, kandungan asam lemak
bebasnya semakin meningkat. Untuk menghindari hal itu, maksimal 8 jam setelah
panen, TBS harus segara diolah (Tim Penulis PS, 2001).
Buah serta brondol diangkut ke TPH setelah gagang tandan dipotong serapatnya.
Pengangkutan buah dilakukan dari tempat yang paling jauh guna memudahkan
memikul tandan ke TPH. Pada TPH buah disusun secara terbalik sebanyak 5 - 10
tandan per baris, kemudian pangkal tandan diberi nomor dan brondol ditempat
terpisah. TBS diangkut ke PKS menggunakan truk, traktor dan trailer. CPO dan inti
sawit, diangkut menggunakan truk tangki CPO, sedangkan inti sawit diangkut
dengan truk kernel.
Angkutan TBS. Untuk kapasitas PKS sebesar 80 ton TBS/jam dan operasional
PKS selama 20 jam/hari akan diperlukan TBS sebesar 20 jam x 80 ton TBS/jam =
1.600 ton TBS/hari. Jika menggunakan truk dengan kapasitas 6 ton, maka untuk
1.600 ton TBS/hari tersebut akan dilakukan 267 trip pengangkutan TBS per hari.
Jika setiap truk dalam sehari dapat mengangkut sebanyak 4 trip, maka diperlukan
truk pengangkut sebanyak 67 unit truk per hari. TBS yang diangkut berasal dari
kebun inti dan plasma. Pengangkutan TBS dengan menggunakan traktor dan trailer
dilakukan jika alat angkut truk mengalami kerusakan atau jumlah TBS melimpah
diluar daya angkut truk.
Angkutan CPO. Dari 1.600 ton TBS/hari akan dihasilkan CPO sebanyak 22 % x
1.600 ton TBS/hari = 352 ton CPO/hari. CPO akan diangkut ke dermaga dengan
menggunakan truk tangki berkapasitas 12 ton CPO, sehingga untuk mengangkut
CPO setiap hari diperlukan 30 trip angkutan. Kapasitas pengapalan adalah 3.000
ton CPO per sekali pengapalan. Dengan demikian, setiap 8 – 9 hari akan ada sekali
pengapalan.
Angkutan PKO. Dari 1.600 ton TBS/hari akan dihasilkan PKO sebanyak 0,05 % x
1.600 ton TBS/hari = 90 ton PKO/hari. PKO akan diangkut ke dermaga, kapasitas
pengapalan adalah 2.000 ton CPO per sekali pengapalan. Dengan demikian, setiap
20 – 25 hari akan ada sekali pengapalan, sedangkan jumlah angkutan yang
diperlukan setiap pengapalan sebanyak 17 trip dengan menggunakan truk kapasitas
12 ton.
Kebutuhan jenis dan jumlah alat angkut TBS, CPO dan PKO disajikan pada Tabel
2.24.
(6) Pengolahan
Jumlah dan kapasitas hasil minyak CPO yang diperoleh sangat dipengaruhi kondisi
buah (TBS) yang diolah dalam pabrik. Direncanakan kapasitas PKS PT. YYY
adalah 80 ton TBS/jam, dengan operasional PKS 20 jam/hari. Fraksionasi hasil
pengolahan tandan buah segar disajikan pada Gambar 2.10. Sedangkan diagram
alir dari proses pengolahan kelapa sawit disajikan pada Gambar 2.11.
Tandan Buah Segar diangkut ke lokasi pabrik minyak sawit menggunakan truk.
Sebelum dimasukan ke dalam loading ramp. TBS tersebut harus ditimbang terlebih
dahulu pada jembatan penimbangan (weighing bridge).
a) Perebusan (Sterillizer)
Tandan buah segar setelah ditimbang, dimasukkan ke dalam lori rebusan yang
terbuat dari plat baja berlubang-lubang (cage) dan langsung dimasukan ke dalam
Sterilizer yaitu bejana perebusan yang menggunakan uap air bertekanan antara 2,2
- 3,0 kg/cm2. Proses perebusan ini dimaksudkan untuk: (a) mematikan enzim-enzim
yang dapat menurunkan kualitas minyak, (b) agar buah mudah lepas daril tandannya
dan (c) memudahkan pemisahan cangkang dan anti dengan keluarnya air dari biji.
Proses ini biasanya berlangsung selama 90 menit menggunakan uap air yang
berkekuatan antara 280 - 290 kg/ton TBS. Dengan proses ini dapat dihasilkan
kondensat yang mengandung 0,5 % minyak ikutan pada temperatur tinggi.
Kondensat ini kemudian dimasukkan ke dalam Fat Pit. Tandan buah yang sudah
direbus dimasukkan ke dalam thresher dengan menggunakan hoisting crane.
Pada threser, buah yang masih melekat pada tandannya akan dipisahkan dengan
menggunakan prinsip bantingan sehingga buah tersebut terlepas kemudian
ditampung dan dibawa oleh fit conveyor ke digester.
TANDAN
BUAH SEGAR
(100%) PENGUAPAN
BLOW DOWN
(11,1%)
BRONDOLAN
(67%)
UNSUR N
(1,5%)
CPO 22,5% BIJI AMPAS
(10,4%) (12,9%)
UNSUR P
(0,5%)
KERNEL SERAT
SOLID 4,1%
(5%) (11,5%)
UNSUR K
(1,5%)
AIR 16,9% CANGKANG AIR
(5,4%) (1,4%)
UNSUR Mg
(0,9%)
(3) Buah yang sudah direbus dimasukkan ke dalam mesin pelepas buah (stripping,
thresher), kemudian buah telah rontok itu di bawa ke dalam mesin pelumat
(digester). Tandan kosong diangkut ke tempat pembakaran, digunakan sebagai
bahan bakar untuk menghasilkan uap yang digunakan dalam proses sterilisasi.
(4) Pengeluaran minyak.
(5) Dilakukan pengepresan dengan menggunakan alat tipe hidraulic. centrifugal atau
press continuous screw. Buah yang sudah lumat dipres sehingga minyak keluar
dan dipisahkan dari ampasnya. Minyak ditampung dan dilakukan pemurnian.
Minyak yang sudah keluar dialirkan ke dalam Crude Oil Tank (tangki minyak
mentah).
(6) Pemurnian (clarification)
(7) Minyak yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam tangki pemumian. Dari
sini akan dihasilkan minyak sawit mentah (CPO). Selanjutnya CPO ini disimpan
dalam tangki timbun (CPO storage).
(8) Pemisahan biji dari sisa-sisa daging buah.
(9) Sisa pengepresan yang berupa ampas, di bawa ke alat pembuang sisa daging
buah (depericarper). Pemisahan biji dari sabut menggunakan proses
pengeringan dan pengembusan. Biji yang sudah terpisah, kemudian diangkut ke
silo dan dikeringkan.
10) Pabrik biji (kernel plant)
- Ukuran ampas kempa (cake breaker conveyor) : berfungsi membawa ampas
kempa ke pemisah serabut dan biji (nut / fibre seperator, depericarper).
- Pemisah ampas biji (depericarper)
- Pemeram biji : berfungsi memeram biji sampai kering, dengan conveyor
masuk ke drum pemisah biji (nut grading drum). Selanjutnya sampai ke alat
pemecah biji (nut cracker).
- Pemecah biji (nut cracker): berfungsi memecah biji yang sudah diperam dan
hasil pecahannya dimasukkan ke vibrating gaute.
- Pemisah getar : Dari nut cracker dimasukkan ke kolom pembersih (dust
separator) yang membebaskan mass cracker dari abu dan benda ringan
lainnya. Mass cracker yang sudah bersih masuk ke pemisah getar yang
berfungsi membebaskan biji yang tidak pecah. Biji yang tidak pecah
diproses ulang ke nut cracker.
- Hydrocyclone: Berfungsi memisahkan inti dengan cangkang.
- Silo pengering inti (kernel dryer) : Berfungsi mengeringkan inti yang berasal
dari hydrocyclone sampai kadar air sesuai dengan ketentuan (7%).
- Gudang inti (kernel storage) : Penyimpanan produksi inti (kernel) disimpan
dalam goni isi 80 kg atau disimpan dalam gudang bentuk curah.
TBS
PEREBUSAN
100%
Tandan Rebus
88,5%
Penguapan 0,4%
PENEBAHAN Air Blowdown 11,1%
DIGESTER
Pembakaran di Unit
Pupuk/Abu 0,05%
Incenerator
Minyak 17,2%
SCREW PRESS
Minyak bersih 17,2%
Sledge 26,3% 23,5% BOILER
Air 7,9%
CLARIFIER DEPERICARTER I
AIR
10,6% Ampas 12,9%
VACUM DRYER Air 7,9%
Sludge 26,3%
DEPERICARTER II
Minyak bersih 4,1%
CPO 22,5%
Sludge Centrifugal
26,0%
CRACKER
CANGKANG
Air
PEMISAH ANGIN
14,4%
4,2%
Minyak 0,2%
1,2%
PURIFIER 2,2%
1,0% PEMISAHAN
PENGERINGAN
DENGAN AIR
TANGKI TANGKI
39,4% 5,0%
TIMBUN TIMBUN
CPO CPO GUDANG KERNEL
Minyak 0,2%
TANGKI
PENGUMPUL
Limbah Cair 9,7% LIMBAH CAIR Air Blowdown 11,1%
Limbah Cair 55 %
Brondolan buah (buah lepas) yang dibawa oleh fruit conveyor dimasukan ke dalam
digester atau peralatan pengaduk, supaya buah terlepas dari biji. Dalam proses
pengadukan (digester) ini digunakan uap air yang temperaturnya selalu dijaga agar
stabil antara 80 – 90oC. Setelah masa buah dari proses pengadukan selesai
kemudian dimasukkan ke dalam alat pengepressan (screw press) agar minyak
keluar dari biji dan fibre. Untuk proses pengepresan ini perlu tambahan panas
sekitar 10 -15% terhadap kapasitas pengepressan. Dari pengepressan tersebut
akan diperoleh minyak mentah, arnpas dan biji.
Sebelum minyak mentah tersebut ditampung pada crude oil tank, harus dilakukan
pemindahan kandungan pasirnya pada sand trap, kemudian dilakukan penyaringan
(vibrating screen). Sedangkan ampas dan biji yang masih mengandung minyak (oil
sludge) dikirim ke pemisah ampas dan biji (Depericarper).
Dalam proses penyaringan minyak mentah tersebut perlu ditambahkan air panas
untuk melancarkan penyaringan tersebut. Minyak mentah (crtide oil) kemudian
dipompakan ke dalam decenter guna memisahkan solid dan liquid. Pada fase cair
yang berupa minyak air dan masa jenis ringan ditampung pada continuous setting
tank, minyak dialirkan ke oil tank. Pada fase padat yang terdiri dari air dan padatan
terlarut ditampung ke dalam sludge tank yang kemudian dialirkan ke sludge
seperator untuk memisahkan minyaknya.
Minyak dari oil tank dialirkan ke dalam oil purifier untuk depericaper melalui cake
brake conveyor yang dipanaskan dengan uap air. Selanjutnya dialirkan ke vacum
driver untuk memisahkan air sampai pada batas standard. Kemudian melalui sarvo
balance, maka minyak sawit dipompakan ke tangki timbun (oil storage tank).
Ampas kempa yang terdiri dari biji dan serabut dimasukkan ke dalam depericaper
melalui cake brake conveyor yang dipanaskan dengan uap air agar sebagian
kandungan air dapat diperkecil, sehingga press cake terurai dan memudahkan
proses pemisahan. Pada depericaper terjadi proses pemisahan fibre dan biji.
Pemisahan terjadi akibat perbedaan berat dan gaya isap blower. Biji tertampung
pada Nut Silo yang dialiri dengan udara panas antara 60 - 800C selama 18 - 24 jam
agar air turun dari sekitar 21 % menjadi 4%.
Sebelum biji dimasukkan ke dalam nut craker, terlebih dahulu diproses ke dalam nut
grading drum untuk dapat dipisahkan ukuran besar kecilnya biji yang disesuaikan
dengan fraksi yang telah ditentukan. Nut kemudian dialirkan ke nut craker sebagai
alat pemecah. Masa biji pecah dimasukkan ke dry separator (proses pemisahan
debu dan cangkang halus) untuk memisahkan cangkang halus, biji utuh dengan
cangkang/inti.
Masa cangkang bercampur inti dialirkan masuk ke dalam kernel drier untuk proses
pengeringan sampai kadar airnya mencapai 7 % dengan tingkat pengeringan 500C,
600C dan 700C dalam waktu 14 - 16 jam. Selanjutnya guna memisahkan kotoran,
maka dialirkan melalui winnowing kernel (kernel storage), sebelum diangkut dengan
truk ke pabrik pemroses berikutnya.
Sebelah Utara adanya Aktivitas perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT.
Kharisma Inti Usaha (PT. KIU) yang secara kumulatif akan menimbulkan sifat
dampak yang serupa dengan dampak kegiatan PT. YYY, dengan sifat yang saling
memperkuat (sinergetik) terhadap berupa penurunan kualitas air, tanah, flora dan
fauna darat.
Sebelah Selatan adanya Aktivitas perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT.
Monrad lntan Barakat yang secara kumulatif juga akan menimbulkan sifat dampak
yang serupa dengan dampak kegiatan PT. YYY, dengan sifat yang saling
memperkuat (sinergetik) terhadap berupa penurunan kualitas air, tanah, flora dan
fauna darat.
Sebelah Barat ada aktivitas perkebunan dan pabrik kelapa sawit milik PT. Putra
Bangun Bersama (PBB). Kegiatan ini secara kumulatif akan menimbulkan sifat
dampak yang serupa dengan dampak kegiatan PT. YYY. Selain itu ada juga
aktivitas transportasi, air di Sungai Barito serta pemukiman penduduk desa
sepanjang sungai tersebut yang terdapat di sekitar tapak proyek (Kecamatan
Jejangkit, Rantau Badauh dan Cerbon), aktivitasnya mengeluarkan limbah ceceran
minyak dan oli mesin tranportasi sungai yang mereka gunakan. Selain itu aktivitas
pemukiman akan mengeluarkan limbah domestik sehingga apabila tidak dikelola
dengan baik dapat menurunkan kualitas lingkungan perairan sungai.
Sebelah Timur ada aktivitas penebangan hutan galam, pencari purun dan jebakan
sumur ikan di dalam hutan alam terutama pada musim kemarau, terdapat di dalam
dan sekitar tapak proyek dimana aktivitasnya akan menyebabkan degradasi hutan
galam dan purun sehingga apabila tidak dikelola dengan baik dapat menurunkan
kualitas lingkungan hutan galam dan sekitamya.
Seperti disinggung di muka bahwa langkah pertama yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan Amdal adalah adanya kesesuaian lokasi proyek dengan Tata Ruang
Wilayah. Oleh sebab itu pemilihan alternatif dalam penyusunan studi AMDAL ini
akan memperhitungkan aspek tata ruang, terutama kemungkinan keberadaan
kawasan lindung, (resapan, lahan gambut), pemukiman penduduk (desa, UPT), juga
kegiatan lain yang berkaitan atau tumpang tindih dengan pengunaan lahan lainnya
yang dilakukan oleh pihak lain yang berkaitan dengan kepentingan dan aktivitas
masyarakat umum (jalan negara, pusat pemerintahan, pasar dan fasilitas umum
lainnya).
Menyangkut dengan tata ruang, jika lokasi proyek berada pada kawasan hutan
produksi, maka dilakukan pelepasan kawasan hutan. Jika lokasi berada pada
kawasan hutan lindung atau cagar alam, maka dilakukan enclave (dikeluarkan) dari
rencana lokasi proyek.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi potensi dampak negatif yang dapat muncul
dari kegiatan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. YYY terhadap komponen
lingkungan yang terdapat di dalam tapak proyek dan sekitamya.
Alternatif lain yang perlu dikaji dalam studi ini, terutama sangat terkait dengan
realitas posisi tapak proyek PT. YYY yang hampir seluruhnya berupa lahan basah
(kemungkinan tanah bergambut, sulfat masam dan masalah tata air), tanaman yang
diusahakan lebih adaptif pada suasana lingkungan lahan kering, konstruksi
bangunan yang sesuai dengan kodisi lahan basah dan terletak dalam satu wilayah
administratif (Kabupaten Banjar), tetapi secara pengelolaan lingkungan masuk
dalam satu daerah pengaliran sungai yang sama (DAS Barito).
Hal ini terutama berimplikasi pada perlunya suatu telaahan alternatif yang
mempertimbangkan : (i) tersediannya ruang dan lahan yang tidak tumpang tindih
dengan penggunaan lain, (ii) Faktor-Faktor biofisik (Agroklimat) cukup mendukung,
dan (iii) Tidak berdampak negatif terhadap kelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan.
Secara skematis alur proses atau prosedur pemilihan alternatif kegiatan perkebunan
dan pengolahan kelapa sawit PT. YYY dalam studi Amdal dapat dillhat pada
Gambar 2.13. Adapun langkah-langkah adalah sebagai berikut :
(1) Langkah pertama dalam memilih suatu alternatif adalah dengan jalan menilai
kelayakan suatu lahan yang rencananya digunakan untuk lokasi perkebunan dan
pengolahan kelapa sawit PT. YYY. Dalam hal ini proses yang dilakukan adalah
seleksi kesesuaian lokasi dengan Tata Ruang Wilayah dan evaluasi kesesuaian
lahan, dimana lahan minimal berharkat sesuai (S3) untuk budidaya tanaman
kelapa sawit.
(2) Langkah kedua adalah penilaian pemilihan teknologi konstruksi, tata air dan
budidaya kelapa sawit sebagai komoditas potensial yang akan dikembangkan di
lokasi proyek, pengaturan tata air serta konstruksi fisik. Proses seleksi teknologi
yang dilakukan adalah berdasarkan pertimbangan berbasis lahan basah seperti
yang telah banyak diterapkan pada Perkebunan Besar Swasta di Sumatera dan
Malaysia. Dalam proses ini akan dipilih desain atau teknologi yang
berkesesuaian dengan keadaan lingkungan spesifik lahan basah di Kalimantan
Selatan.
(3) Langkah ketiga dalam menetapkan suatu alternatif adalah dengan join
melakukan evaluasi rencana pembangunan fisik (tata letak) seperti kebun,
pabrik, jalan, kantor, mess karyawan dan yang lainnya berdasarkan kesesuaian
lahan dan estitika lingkungan. Sebagai contoh kebun diletakkan pada areal yang
nilai kesesuaiannya berharkat cukup sesuai (S3), kantor dan mess karyawan
diletakkan pada areal yang nilai kesesuaianya berharkat tidak sesuai untuk
tanaman kelapa sawit (N2) dan instalasi pengolahan limbah jangan diletakkan
dengan pemukiman penduduk. Dalam tahapan ini akan terpilih tata letak yang
memenuhi nitai kesesuaian lahan dan nilai estitika lingkungan.
Teknologi :
Seleksi teknologi
Sistem
berbasis spesifikasi Desain/Teknologi
Budidaya
lahan basah di Terpilih
Tata air
Kalimantan Selatan
Kontruksi
a. lklim
Pengkajian kondisi iklim di wilayah studi didasarkan pada hasil pengamatan dan
pengumpulan data yang dilakukan oleh Stasiun Klimatologi Dinas Permukiman dan
Prasarana Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan yang dimatching dengan Stasiun
Klimatologi Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Stasiun Klimatologi Pelabuhan
Udara Samsudin Noor terletak kurang lebih 40 km dari lokasi daerah studi. Stasiun
Meteorologi tersebut merupakan stasiun yang berada pada garis lintang dan elevasi
yang berdekatan dengan wilayah studi. Disamping itu juga merupakan stasiun
Meterologi yang relatif lebih lengkap. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka
data iklim ini cukup representatif untuk digunakan.
Berdasarkan hasil pengumpulan data curah hujan dapat diketahui bahwa lokasi
sekitar wilayah studi termasuk daerah beriklim tropika basah (tipe iklim Af/Am
menurut Koppen) dengan musim kemarau (musim kering) yang singkat atau tipe
iklim B menurut Schmidt dab Ferguson dengan jumlah bulan kering (<60 mm)
sebanyak 1 sampai 2 bulan dalam satu tahun (Arifin dkk., 2002). Menurut Koppen
(1918) dalam Kartasapoetra (1988) daerah dengan tipe iklim demikian memiliki
karakteristik sebagai berikut : suhu udara selalu tinggi dengan suhu selalu tinggi
sepanjang tahun dan curah total tahunan < 2.000 mm.
Data suhu dan kelembaban udara rata-rata dari Dinas Kimpraswil Provinsi
Kalimantan Selatan (Tabel 2.25), menunjukkan bahwa suhu tidak berkisar antara
26,9 - 29,50C dan rata-rata bulanan 280C serta suhu udara maksimum 30,90C.
Kelembaban udara berkisar antara 78 – 830C. Atau rata – rata 81%.
Total rata-rata Curah Hujan (CH) tahunan adalah 1.646 mm dan jumlah Hari Hujan
(HH) adalah 155 hari. Pada Tabel 2.26 menunjukkan bahwa CH berkisar antara 61 -
221 mm, tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 221 mm dan terendah pada
bulan Agustus 62 mm. Sedangkan CH berkisar antara 7 - 22 hari, tertingi terjadi
pada bulan Januari dan terendah bulan Agustus. Selanjutnya musim hujan biasanya
terjadi antara bulan Oktober hingga bulan Mei, sedangkan bulan kemarau terjadi
biasanya antara bulan April hingga bulan September.
Kecepatan angin rata - rata bulanan berkisar antara 5 – 9 knot dengan arah angin
dominan bertiup ke arah timur (60%), ke arah selatan (75%), ke arah barat (39%)
dan ke arah utara (42%). Pada saat studi dilaksanakan kecepatan angin rata-rata
sebesar 5 hingga 9 knot, dengan arah angin bergerak dari barat ke timur. Hasil
pengukuran arah dan kecepatan angin sesaat sekitar lokasi pengamatan
menunjukkan bahwa arah angin selama 24 jalan menuju pada empat mata angin,
yakni barat-timur, timur-barat, selatan-utara, dan utara-selatan. Kecepatan angin
berkisar antara 0,4 - 2,1 m/dt.
Tabel 2-26. Rata-rata Curah Hujan (CH) dan Hari Hujan (HH) bulanan
No. Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hari)
1 Januari 221 22
2 Februari 218 21
3 Maret 213 18
4 April 186 16
5 Mei 137 12
6 Juni 104 17
7 Juli 82 10
8 Agustus 61 7
9 September 92 8
10 Oktober 117 10
11 Nopember 203 15
12 Desember 192 19
Rata - Rata 1.646 155
Sumber : Dinas Kimpraswil Provinsi Kalimantan Selatan
1) Kualitas Udara
Parameter kadar debu dan gas-gas di udara yang diukur erat kaitannya dengan
dampak yang diperkirakan mungkin terjadi terhadap kualitas udara selama kegiatan
proyek terutama tergantung dari banyaknya sumber pencemar yaitu aktivitas yang
berlangsung (seperti kegiatan angkutan / transportasi yang melintas pada saat
pengukuran), dan variabel lain seperti suhu, kelembaban, arah dan kecepatan angin.
Gambaran data kualitas udara di lokasi rencana proyek disajikan pada Tabel 2.27
Tabel 2-27. Hasil pengukuran kualitas udara pada sekitar lokasi kegiatan PT. YYY
2) Kebisingan
Data tingkat kebisingan di kawasan pembangunan kekun kelapa sawit milik PT.
Kharisma Inti Usaha disajikan pada Tabel 2.28
Tabel 2-28. Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada sekitar lokasi kegiatan PT.
YYY
Fisiografi
Wilayah studi umumnya berada pada ketinggian antara tiga meter sampai dengan
tujuh meter di atas permukaan laut (dpl) dengan kemiringan lahan datar (0-2 %).
Wilayah studi merupakan bagian palembahan Sungai Barito, yaitu suatu dataran
pantai tua dengan dataran sungai yang mengalami pengangkatan. Fisiografi
tergolong fisiografi rawa belakang (back swamp) dan beting pasir tua (old poin bar),
keduanya masih termasuk kelompok lahan-lahan aluvial (alluvial lands), yang masih
dipengaruhi oleh pasang surut air sungai. Kondisi ini menyebabkan daerah ini
sering mengalami banjir musiman dan tergenang dalam waktu lama.
Geologi
Kegiatan tektonik daerah ini diduga telah berlangsung sejak Jaman Jura, yang
menyebabkan bercampurnya batuan ultramafik dan batuan malihan. Pada Jaman
Kapur Awal, atau sebelumnya terjadi penerobosan granit dan diorit yang menerobos
batuan ultramafik dan batuan malihan. Pada akhir Kapur Awal terbentuk kelompok
Alino yang sebagian merupakan Olistotrom, diselingi dengan kegiatan gunung api
Kelompok Pitanak. Pada awal Kapur Akhir, kegiatan tektonik menyebabkan
tersesarkannya batuan ultramafik dan malihan keatas Kelompok Alino. Pada Kala
Paleosen kegiatan teknonik menyebabkan terangkatnya batuan Mezolikum, disertai
penerobosan batuan andesit porfir. Pada awal Eosen terendapkannya Formasi
Tanjung dalam lingkungan Paralas. Pada kala Oligosen terjadi genang laut yang
membentuk Formasi Berai. Kemudian pada Kala Miosen terjadi transgresi laut yang
membentuk Formasi Warukin.
Gerakan Tektonik terakhir terjadi pada Kala Akhir Miosen, menyebabkan batuan
yang tua terangkat, membentuk Tinggian Meratus, dan melipat kuat batuan Tersier
dan pra-Tersier. Sejalan dengan itu terjadilah penyesaran naik dan penyesaran
geser yang diikuti sesar turun dan pembentukan Formasi Dahor pada Kala Pliosen.
Wilayah Studi merupakan bagian dari apa yang dikenal sebagai Cekungan Barito,
yaitu suatu teluk pantai geosinklinal dan dataran rendah aluvial yang terbentuk dari
Cekungan marin terus-menerus terisi oleh endapan sungai sehingga terbentuk suatu
paya (marsh) atau rawa pasang surut yang ditumbuhi vegetasi spesifik rawa.
Vegetasi ini mengikat lumpur dan material lain yang terbawa arus dan
mempengaruhi pembentukan endapan–endapan yang heterogen. Tingkat
perkembangan terakhir dicapai di bawah transgresi laut sesudah zaman Pleistosen.
Struktur geologi wilayah studi cenderung di dominasi oleh lempung dengan sisipan-
sisipan pasir halus. Endapan kwarter sampai resen terdiri dari endapan aluvium,
yaitu terdiri dari lempung hitam keabuan yang lunak dengan sisipan-sisipan pasir
halus meliputi daerah yang sebagian besar berupa rawa dan endapan diluminium,
terdiri dari pasir lempungan sampai lempung pasiran, pasir, kerikil, kerakal, kwarsa,
kerikil linorit meliputi daerah yang lebih tinggi.
Korelasi satuan batuan di daerah wilayah studi merupakan endapan permukaan dan
batuan sedimen berjenis Aluvium yang meliputi kerikil, pasir, lanau, lempung dan
lumpur yang diperkirakan terbentuk pada masa Kenozoikum pada zaman Kuarter
kala Holosen dan diduga berumur kurang lebih 10.000 tahun.
Terdiri dari bahan organik dan lempung abu-abu berkerikil dan berpasir sampai
kedalaman sekitar 2,0 m dari permukaan tanah.
Pada lapis di bawah lempung lunak masih merupakan satuan lempung berwarna
abu-abu sedang yang lembab sedikit berpasir, dengan fraksi dominan adalah
lempung, lapisan ini berada antara kedalaman – 26 m sampai dengan – 30 m.
4. Satuan Pasir
Pasir putih kasar sampai padat sedikit berkerikil mendominasi lapisan ini.
Lapisan ini cukup tebal, yakni pada kedalaman elevasi – 35,0 m sampai dengan
– 60 m.
Lokasi rencana Perkebunan dan Pengolahan Kelapa Sawit PT. YYY secara
administratif termasuk ke dalam Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar
Provinsi Kalimantan Selatan. Areal rencana proyek ini mengambil luasan sebesar
15.000 ha dengan merevitilisasi lahan – lahan yang selama ini belum tergarap
(lahan tidur). Mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah, baik itu Rencana
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 9 Tahun 2000 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan (lihat Gambar 2.2) lokasi
proyek sebagian besar termasuk dalam Kawasan Budidaya Tanaman Pertanian
Lahan Basah. Namun demikian berdasarkan hasil penapisan dengan SK
Menhutbun No. 453/Kpts11/1999 Tanggal 17 Juni 1999, maka areal rencana
perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT. YYY dari peta Balai Pemantapan
Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah VI Banjarbaru termasuk ke dalam Kawasan Areal
Penggunaan Lain.
Lokasi proyek hampir seluruhnya merupakan daerah rawa yang berkembang dari
satuan lahan dataran alluvial. Pola penggunaan lahan yang dominan pada wilayah
ini adalah hutan rawa yang didominasi oleh vegetasi galam (Melaleoca
leucadendrum) yang merupakan ciri khas tumbuhan pioner pada wilayah tanah
sulfat masam. Sebagian dari wilayah ini sudah dibuatkan oleh pemerintah beberapa
saluran drainase untuk membuang kelebihan air, seperti kanal Saka Ramai di Desa
Batik Kecamatan Cerbon Kabupaten Barito Kuala yang memiliki lebar 6 meter dan
dalam 2 meter serta Kanal Antasan Muning yang membelah cekungan rawa di
sekitar lokasi proyek. Di bagian Selatan juga terdapat kanal-kanal untuk drainase
SPT Galam rabah. Kanal - kanal tersebut sekarang ini sudah merubah sistem tata
air yang ada di wilayah rawa belakang (back swamp). Hutan rawa adalah hutan
yang tersebar pada daerah dengan tipologi lahan basah baik berupa rawa pasang
surut maupun rawa pedalaman. Vegetasi yang berkembang biasanya galam, purun
dan paku-pakuan. Penggunaan lahan lain di lokasi studi adalah areal persawahan
merupakan sawah yang kebanyakan tadah hujan yang banyak tersebar di 1evee
sungai dan rawa belakang (back swamp) dan termasuk dalam landform alluvial.
1. Sedimentasi fase I, terjadi 5.000 sampai dengan 4.000 - 3.500 tahun yang lalu,
pada fase ini merupakan suplai endapan dari Sungai Barito dan sungai lainnya
seperti Sungai Kahayan dan pada akhir fase ditandai dengan terbentuknya mulut
sungai tua dekat Barambai (sebelah barat wilayah studi) sehingga garis pantai
sejajar dengan Barambai.
2. Sedimentasi fase II, terjadi 4.000-3.500 sampai dengan 1.000 - 700 tahun yang
lalu, pada fase ini suplai endapan berasal dari Sungai Barito dan Sungai Pulau
Petak dan pada akhir fase garis pantai terletak di Tabunganen.
3. Sedimentasi fase III, terjadi 1.000 - 700 tahun yang lalu sampai sekarang dan
proses sedimentasi terus berlangsung.
Dengan demikian tanah-tanah wilayah studi terbentuk melalui sedimentasi fase I.
Di dalam sedimen saat itu terjadi proses pembentukan senyawa pirit karena
kondisinya memenuhi. Kondisi penting yang memungkinkan terbentuknya pirit
(FeS2) adalah: (1) lingkungan anaerob, (2) adanya sumber sulfat, baik dari air laut,
air pasang payau atau air tanah yang kaya akan sulfat, (3) bahan organik sebagai
sumber energi bakteri, (4) sumber besi, yang berasal dari sedimen mengandung
besi oksida dan hidroksida, dan (5) waktu. Dalam kondisi sekarang pirit tidak akan
terbentuk lagi, karena satu atau lebih syarat tersebut di atas sulit terpenuhi.
Pada kondisi tanah alami dan belum pernah dibuka, laju akumulasi bahan organik
lebih cepat daripada dekomposisinya sehingga terbentuk lapisan gambut terutama
pada bagian lahan yang cekung. Sementara pada bagian dataran banjir selalu
mendapatkan bahan aluvium baru yang berlapis-lapis menutupi bahan sulfidik
dibawahnya. Tanah-tanah yang terbentuk umumnya gambut (histosols) dan aluvial
muda (entisols), yaitu tanah-tanah dengan katagori belum berkembang.
Pada kondisi lahan yang pernah terbuka, termasuk pada wilayah studi, terjadi
proses perkembangan tanah. Proses tanah utama yang terjadi dan masih
berlangsung hingga sekarang adalah pematangan fisik, homogenisasi, desalinisasi,
gleisasi pada levee dan ridge, perkembangan lapisan coklat, dan oksidasi pirit,
sementara lapisan bahan organik menipis. Karakteristik diagnostik dari tanah-tanah
ini adalah terangkatnya bahan sulfidik dan berkembangnya horison sulfurik yang
memungkinkan terbentuknya tanah sulfat masam (acid sulfate soils). Terbentuk
Inceptisols, yaitu tanah-tanah yang mulai berkembang.
Terric Sulfisaprists,
saprik,drainase terhambat, Bahan organik/ 3.266 21,78
2
sangat masam Aluvium
Sulfic Endoaquents,
berlempung halus,drainase Datar 764
3 5,09
sangat terhambat, sangat (0-3 %)
masam Rawa
Sulfic Endoaquepts, belakang
berlempung halus,drainase Bahan Aluvium 6.130 40,87
4
terhambat, sangat masam
Typic Endoaquepts,
berlempung halus,drainase 3.223 21,48
5
terhambat, sangat masam
e. Hidrologi
Terdapat dua Sungai utama dan sejumlah sungai-sungai kecil serta saluran-saluran,
baik alami maupun buatan yang memberikan suatu kondisi spesifik. Sungai utama
tersebut adalah Sungai Barito yang terletak di sebelah barat dan Sungai Alalak di
sebelah Selatan wilayah studi. Anak-anak sungai bermuara pada kedua sungai
tersebut. Sifat hidrologi juga dipengaruhi oleh saluran buatan seperti Sistem Garpu
Jejangkit dan Antasan Muning.
Tata air di wilayah studi sangat dipengaruhi oleh pasang surut semi diurnal dari
Sungai Barito dan juga Sungai Alalak. Gerakan pasang surut mengikuti kekuatan
daya tarik benda-benda langit, sehingga dalam satu bulan dapat terjadi pasang
tinggi (springtide) dan pasang ganda (neaptide). Pasang tinggi terjadi dua kali
dalam sebulan, yaitu pada bulan purnama dan bulan mati. Sedangkan pasang
ganda terjadi diantara dua pasang tinggi dan dapat terjadi dua kali dalam 24 jam.
Pada umumnya lahan di wilayah studi lebih banyak dipengaruhi oleh pasang tinggi
saja.
Pada mulut Sungai Barito fluktuasi pasang sekitar 2,25 m pada pasang besar dan
1,4 m pada pasang kecil. Pada daerah Marabahan gerakan pasang pada Sungai
Barito mencapai 1,6 m pada musim kering dan 1,4 m pada musim hujan.
Penggenangan air di lahan pada musim hujan berdasarkan fluktuasi pasang S.
Barito diprakirakan 20 – 90 cm.
Berdasarkan data iklim dihasilkan perhitungan neraca air di wilayah studi yang
disajikan pada Tabel 2-30 dan Gambar 2-10. Bulan Desember – Mei merupakan
bulan-bulan surplus air di lahan. Pada kondisi ini lahan menjadi tergenang, karena
air pasang menahan air gravitasi. Bulan Juni – Oktober lahan cendrung terdrainase,
karena pasang yang berpengaruhi hanya pasang tinggi.
380
340
300
260
220
mm Air
180
140
100
60
20
-20 i ri et ril ei ni li r er r r
ar ua Ju tu
s be ob be be
nu ar Ap M Ju
-60 Ja br M us em kt em em
F e Ag pt O op es
Se N D
Bulan
f. Kualitas Air
Kualitas air pada sekitar wilayah perkebunan PT. YYY meliputi beberapa aliran
sungai besar dan kecil , antara lain Sungai Barito dan Sungai Nagara dengan anak-
anak sungainya. Gambaran mengenai contoh data kualitas air sungai di wilayah
Sungai Barito selengkapnya disajikan dalam Tabel 2.31
KIMIA
Ph - 5,0 3,81 3.12 4 4 4 6-9
DO mg/L 4,0 364 3,2 71,4 7.1 7.5 6
NH3-N mg/L 0.67 1,25 3,8-5 0,04 0.07 0.08 0.5
N03-N mg/L 0.10 0,14 0.18 0,22 0,063 0,041 10
BOD5 mg/L 11.80 - - 01,85 0,2 0.-15 2
COD mg/L 68.62 - - 22,51 49.49 40.51 10
S02-S mg/L 360 487 798 24,568 17,204 15,823 400
Sulfida mg/L 0,041 0,027 0,051 2,3 2,2 2,5 0.002
Total Fosfat mg/L - - - 0,035 0,031 0.03 0,2
Chlorida mg/L 87 104 155 40 40 40 600
Mangan (Mn) mg/L 0,037 - - 0,043 0,023 0,014 0,1
Total Fe mg/L - - - 0,68 0,463 0,294 0,3
CN mg/L 0 0 0 - - - 0,02
Keterangan :
1) PD. Baramarta (2003)
2) PT Pro Natres Development (1995).
S-1 : Sungai Barito
S-2 : Sungai Batik
S-3 : Rawa Cerbon
Baku Mutu : SK. Gubernur Kalimantan Selatan No. 05 tahun 2007 tentang
Peruntukan Air Sungai di Provinsi Kalimantan Selatan (Kelas
I)
Dari sejumlah parameter kualitas air untuk peruntukan air sungai di Kalimantan
Selatan kelas I (air yang peruntukanya dapat digunakan air baku air minum, dan
atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut) berdasarkan surat keputusan tersebut, maka terdapat beberapa
Parameter yang menjadi pembatas sehingga sumber air tersebut tidak layak untuk
dijadikan sebagai baku air minum, seperti TSS, pH, DO, amoniak, Nitrit, BOD5,COD
dan sulfat serta Besi.
dasar perairan dan tanah setempat merupakan tanah sulfat masam yang dapat
menyebabkan perairan manjadi asam.
a. Biologi Darat
1) Flora Darat
Rencana tapak proyek kegiatan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. YYY
berada pada kawasan lahan basah (rawa air tawar). Sebagian besar tipe vegetasi
rawa air tawar ini didominasi oleb jenis-jenis vegetasi yang tahan terhadap
rendaman air rawa seperti galam (Melaletica leucadendron), jingah (Ghita rengas),
rumbia (Mitroxylon sagu) dan bungur (Langerstromia speciosa) yang termasuk
dalam kelompok vegetasi tingkat tinggi, juga kelompok vegetasi tingkat rendah dari
jenis rumput - rumputan seperti bundung, purun (Thypa Sp.), banta (Leersia
hexandra), hering (Seleria Sp.), keladi (Colocasia esculenta), bakung/jungkal
(Crinum asiaticum), kumpai minyak, kumpai batu, eceng gondok (Eichornia
crassipes), kiambang (Pistia stratiolis), kangkung (Ipomea aquatics), dll.
2) Fauna Darat
Berdasarkan tipe habitat yang terdapat di areal studi yaitu rawa tentunya jenis-jenis
fauna darat yang terdapat umumnya fauna yang mampu hidup di daerah rawa pula
atau daerah yang melimpah air. Species fauna darat yang ada umumnya menyukai
air dan pakan berupa macam-macam biota air terutama ikan. Spesifikasi ini
sebagian ditunjukkan dari kenampakan bentuk paruh jenis-jenis aves pemakan ikan
yang terdapat disana, juga berupa fauna jenis mamalia, reptil dan amphibia yang
memiliki kemampuan menangkap dengan kuku maupun taring - taringnya.
Jenis Mamalia antara lain: berang-berang (Lutra sumatrana), kera ekor panjang
(Macacafascicularis), bekantan (Nasalis larvatus), musang (Paradoxurus
hermaphroditus), tupai (Tupaia javanica), tikus sawah (Rattus argentiventer), tikus
rumah (Rattus tenezumi), kucing hutan (Felis bengalensis), dll.
Jenis Reptil antara lain: phyton/ular sawa (Phylon reticulatus), ular cincin
emas/tadung (Boiga Sp.), ular daun hijau (Trimeresurus albolabris), kobra/ tadung
mura (Biodae), bingkarungan (Calotus jubatus), biawak (Veranus nebolosus),
bonglon/tokek (Mabuya multifasciata), dll.
Jenis Amphibi antara lain: katak sawah/hijau (Rana limnocharis), katak hujan/hitam
(Rana erythraea), buaya sapit (Tomistoma sehlegelli), buaya muara (Crocodylus
porosus), bulus/bidawang (Callagur borneensis), labi – labi/biukuk (Chitra indica), dll.
b. Biota Air
Gambaran mengenai biota perairan untuk keperluan memenuhi isi Kerangka Acuan
Analisis Dampak Lingkungan ditujukan kepada komunitas plankton, bentos,
tumbuhan air dan nekton yang berasosiasi langsung maupun tidak langsung dengan
habitat setempat dari hasil pengamatan sesaat dan hasil pengumpulan data
sekunder.
Pada perairan Sungai Puting, Sungai Tapin, Sungai Negara dan Sungai Barito
plankton yang sering ditemukan dari genus Cyanophy, Chlorophyta, Diatomae
Phyprophyta untuk golongan fitoplankton dengan jenis seperti berikut : Navicula,
Frustulia, Pediastrum, Oscillatoria, Gonatozygon, Cymbella, Spirotsenia, Closterium,
Eonotia Gomphonea, Achnanthes, Scenedesmus, Microspora, Nitzschia, Diatomae,
Spongilla dan Anabaenase. Untuk zooplankton ditemukan dari genus Entromostraca
ditemukan, jenis ditemukan yakni, Rotaria dan Cyclops.
Benthos lebih difokuskan pada macrozoobenthos dan jenis yang sering ditemukan
adalah seperti, Chironomus, Chaoborus, Dixa, Lymnaea, Diflogaster, EIlipters,
Nymphulla, Sphaerium dan gyraulus.
Tumbuhan air yang ditemukan di lokasi studi (Kabupaten Banjar) cukup bervariatif,
namun demikian berdasarkan pola hidupnya dapat dikelompokkan menjadi 4
kategori, yaitu : free floating, emergent, submerged dan rooted floating. (1)
Tumbuhan dari kelompok free foating ditemukan pada perairan tergenang dan selalu
berair sepanjang tahun, yaitu enceng gondok (Eichornia crassipes), Kayu apu (Pistia
stratiotes L), gayanggang, (Salvinia molesta) dan gulma itik (Azolla pinnata).
Kelompok tumbuhan air ini lebih menyukai perairan yang dalam dengan kondisi
tenang. Dalam kondisi volume perairan rawa meningkat dan genangan yang meluas
merupakan kondigi ideal pertumbuhan tumbuhan air kelompok ini. (2) Tumbuhan air
dari kelompok emergent, umumnya ditemukan di lahan rawa yang kering pada
musim kemarau baik di rawa dataran banjir maupun rawa pasang surut. Jenis
RUANG LINGKUP STUDI
(2-87)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
tumbuhan air ini adalah diantaranva : genjer (Limocharis flava), kangkung (Ipomea
aquatica), banta (Leersia hexandIra) dan rumput lingsing (Cyperus javanicus). Pada
saat kedalaman air meningkat hingga menenggelamkan kelompok emergent ini,
maka bersamaan itu juga kelimpahan kelompok ini menurun. (3) Tumbuhan air dari
kelompok submerged, umumnya ditemukan berasosiasi dengan kelompok emergent
yaitu pada perairan dangkal dan terbuka sehingga memungkinkan cahaya mataahari
masuk mencapai kedalaman air. Jenis tumbuhan air dari kelompok ini adalah :Lukut
cai (Hydrila verticilata) dan ganggang (Ceratophyllum demersum). (4) Tumbuhan
air dari kelompok rooted floating, umumnya ditemukan hampir menyebar di seluruh
permukaan perairan rawa yang relatif dangkal pada saat musim hujan dan di lebak-
lebak yang masih berair pada musim kemarau. Jenis tumbuhan air ini di antaranya :
Teratai halus (Nympaeae nouchali).
Tabel 2-32. Jenis-jenis ikan yang terdapat diperairan wilayah studi dan sekitarnya
No. Nama Indonesia/local Nama Ilmiah
1 Gabus Channa striatus
2 Betok Anabas testudineus
3 Sepat rawa Trichogaster trichopterus
4 Tambakan (Helostoma temminckii
5 Mihau Channa pleurophthalmus
6 Kihung Channa melanopterus
7 Baung Mystis nemurus
Dari jenis-jenis ikan yang disebutkan di atas tidak terdapat jenis ikan yang termasuk
dalam daftar merah jenis ikan terancam punah yang dikeluarkan oleh IUCN (1990).
Namun demikian berdasarkan wawancara dengan nelayan di Sungai Barito
beberapa ikan seperti jelawat (Leptobarbus hoevenii), lais tabiring (Belodontichthys
dinema), dan tapah (Wallago leeri) sudah mulai jarang ditemukan di perairan Sungai
Batito.
a. Demografi
Secara administratif lokasi rencana perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT.
YYY terletak di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar.
Tabel 2-33. Penduduk berdasarkan jenis kelamin dan kepadatan di lokasi proyek
No Desa Luas Penduduk (jiwa) Rasio Jumlah Kepadatan
Dari Tabel 2.33 di atas tingkat kepadatan penduduk berkisar antara 21 jiwa hingga
76 jiwa/km2 . Nilai tingkat kepadatan yang demikian termasuk kategori daerah yang
sangat jarang (karena kurang dari 500 jiwa/km2). Selanjutnya nilai sex rasio berkisar
antara 93 hingga 104. Nilai angka yang demikian berarti kecuali Kecamatan Tapin
Tengah, maka kecamatan yang lain dapat dikategorikan seimbang antara jumlah
laki-laki dengan perempuan, dimana kondisi seimbang sex rasio berkisar 95 - 105.
Hal ini juga berarti jumlah penduduk perempuan di Kecamatan Tapin Tengah, Candi
Laras Utara dan Kecamatan Jajangkit lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-
laki. Kondisi di atas mengindikasikan bahwa di desa dalam wilayah studi ini
merupakan salah satu desa yang bukan merupakan tujuan pendatang (yang
umumnya laki-laki) untuk mencari pekerjaan tanpa diikuti keluarganya.
Hal yang terjadi di lokasi studi lebih disebabkan pola migrasi dimana umumnya
merupakan salah satu daerah yang tidak banyak menerima migran karena
wilayahnya yang relatif mempunyai kendala fisik jika dibandingkan kecamatan lain
yang ada di Kalimantan Selatan.
b. Sosial Ekonomi
Pada umumnya penduduk yang berada di wilayah studi sebagian besar ekonomi
rumah tangga mereka masih bertumpu pada sektor primer yakni di bidang pertanian.
Usaha tani yang dilakukan oleh masyarakat di wilayah studi sebagian besar adalah
pertanian padi sawah. Varietas padi yang ditanam umumnya padi lokal seperti siam,
lemo dan Karan dukuh, dengan masa pertanaman sekitar 5 - 7 bulan. Produksi padi
yang dihasilkan relatif rendah, yakni hanya sekitar 2,5 ton perhektar.
Luas lahan garapan mereka berkisar antara 0,5 sampai 1,0 hektar dengan rata-rata
seluas 0,75 hektar. Dalam pelaksanaan usaha tani padi sawah umumnya petani
responden tidak menggunakan pupuk. Walaupun demikian dalam menaggulangi
gangguan hama dan penyakit mereka umumnya menggunakan obat-obatan jenis
obat-obatan yang banyak digunakan adalah T'himex kemudian Dharmabas, dan
Thiodan. Tingkat penggunaan benih padi (lokal) sebesar 30 kg per hektar.
Usaha kayu atau menebang kayu galam yang dilakukan sejak dulu hingga kini
masih dikerjakan oleh sebagian penduduk setempat, meskipun menurut penduduk
usaha mencari kayu sekarang cukup sulit karena hutan kayu galam telah menipis
sehingga mereka harus ke tempat yang jaraknya cukup jauh. Dari pekerjaan ini
mereka bisa mendapatkan 10-20 batang dengan harga berkisar Rp. 500 – Rp 1.500
per batang sesuai dengan diameter dan panjangnya.
Usaha tani lain seperti mencari dan memelihara kolam ikan (beje dan susungaian)
hanya sebagai pekerjaan sampingan dikala musim kemarau dapat dipanen dan
pekerjaan di sawah belum dimulai. Selain penangkapan ikan juga dilakukan pada
saat musim air pasang dengan menggunakan alat tangkap tempirai, lukah, rengge.
Dari pekerjaan ini rata-rata hasil yang diperoleh berkisar antara Rp. 8.000 - Rp.
20.000 per hari. Beternak dalam artian komersial tidak dilakukan baik itu ternak
besar maupun ternak kecil (unggas), kecuali ternak itik karena tempat
pengembalaannya yang relatif luas.
Secara umum gambaran mata pencaharian atau lapangan usaha penduduk di lokasi
studi adalah petani dan peramu hutan (84,75/o), sedangkan sisanya berusaha di
bidang jasa, perdagangan, industri kecil dan karyawan.
RUANG LINGKUP STUDI
(2-91)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
Selanjutnya jika ditinjau dari pendapatan penduduk di wilayah studi, rata-rata sekitar
adalah Rp.5.500.000 pertahun dengan kisaran antara Rp 2.450.000 sampai Rp
29.500.000,- per tahun.
c. Sosial Budaya
Di wilayah studi adat istiadat yang berlaku pada umumnya adalah adat Banjar dan
ada juga yang memadukan tradisi ajaran agama dengan adat istiadat setempat dan
sedikit kelompok masyarakat Desa Transmigrasi (Jejangkit) yang melaksanakan
adat istiadat dari desa asalnya.
Tradisi adat yang ada pada masyarakat saat ini dilaksanakan dalam suasana
keprihatinan mengingat kondisi perekonomian masyarakat yang juga belum
membaik terutama kurun waktu lima tahun belakangan. Menyusutnya jumlah ikan
dan menipisnya hutan galam yang dapat dieksploitasi serta sawah yang tidak dapat
menghasilkan berimbas pada tingkat pelaksanaan kegiatan adat dan tradisi oleh
penduduk. Namun demikian adat tradisi yang berbaur dengan kehidupan
keagamaan masih dirasakan seperti : batasmiah, aqiqah, yasinan, tahlillan,
peringatan hari besar islam (Maulid, Isra dan Mi’raj) hingga ke upacara perkawinan.
Khusus untuk kegiatan keagamaan sekarang ini lebih banyak dilakukan di mesjid
atau di surau dan jarang sekali dilakukan di rumah. Salah satu adat yang sudah
mulai ditinggalkan misalnya adat selamatan memulai musim tanam (taradak).
Pelapisan sosial umumnya tidak begitu jelas, walaupun sebenarnya ada seperti
aparat desa dengan warga masyarakat, tokoh informal dengan masyarakat. Dasar
pelapisan sosial ini dapat terjadi karena faktor pendidikan, ekonomi, pekerjaan,
maupun kekuasaan. Pada wiayah studi kepala desa, ketua RT, ulama, dan tokoh
masyarakat merupakan tokoh informal yang dihormati dan sering dimintakan
pendapatnya dalam pemecahan masalah sehari-hari.
Dalam wilayah studi, kelompok dan organisasi sosial yang terbentuk lebih ditujukan
untuk memenuhi berbagai kebutuhan sosial dalam kerangka hidup bermasyarakat.
Kelompok dan organisasi sosial yang ada antara lain Kelompok Tani, Koperasi,
Rukun Kematian, Karang Taruna, Posyandu, dan lain-lain. Kelompok-kelompok ini
merupakan organisasi sosial yang cukup berperan dalam kehidupan sosial
masyarakat, karena melalui kelompok-kelompok inilah segala permasalahan
dibicarakan dan keputusan diambil. Pendekatan sosial melaluil kelompok ini sangat
efektif dalam mencapai tujuan untuk sosialisasi program dan memberikan pengertian
kepada masyarakat.
latar belakang budaya dan kondisi lingkungan (baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial) suatu masyarakat juga turut menentukan sikap dan persepsinya
terhadap sesuatu.
a. Sanitasi Perumahan
Sanitasi perumahan penduduk di sekitar lokasi rencana kegiatan proyek yang dilihat
dari kepadatan hunian, suhu dan kelembaban udara dalam ruang, penerangan dan
kebersihan dapat dijelaskan bahwa hampir 100 % jumlah hunian tergolong tidak
padat, dengan acuan luas lantai minimal untuk satu orang penghuni adalah 7 m 2,
kepadatan hunian ini sangat erat kaitanya dengan kebutuhan udara dalam ruang
dan keleluasaan pribadi di dalam rumah. Menurut luas ventilasi rumah, sebanyak 77
% rumah penduduk memiliki luas ventilasi yang memenuhi syarat yaitu > 10%.
Menurut pencahayaan dalam ruang sebanyak 85% memiliki pencahayaan yang
cukup dan terang, hanya 15% rumah penduduk yang memiliki pencahayaan yang
kurang.
Sarana pelayanan kesehatan yang ada di lokasi proyek dan sekitamya tidak tersedia
secara memadai. Sarana kesehatan berupa adalah Puskesmas, Puskesmas
Pembantu, Dokter, Bidan dan Tenaga Paramedis lebih banyak terdapat di ibukota
Kecamatan. Umumnya penduduk memanfaatkan pelayanan kesehatan, yaitu di
bidan desa serta paramedis yang ada di desa. Jika bidan dan tenaga paramedis ini
dianggap tidak dapat menangani, maka penduduk merujuknya ke Puskesmas atau
ke dokter praktik maupun ke rumah sakit.
e. Vektor Penyakit
f. Pola Penyakit
Status kesehatan masyarakat di lokasi studi dapat digambarkan dari angka paparan
sepuluh penyakit terbesar. Umumnya penyakit yang menonjol adalah ISPA
Dari data yang ada terlihat penyakit pada urutan pertama adalah ISPA (Infeksi
Saluran Pemapasan Atas), penyakit ini erat kaitamya dengan kualitas udara (air
borne diseases) baik di luar rumah (outdoor) maupun di dalam rumah (in door).
Beberapa penyakit berbasis lingkungan yaitu ISPA. penyakit kulit infeksi, diare,
malaria dan disentri perlu diwaspadai pada rona awal ini, hasil wawancara pada
sebagian masyarakat akhir-akhir ini beberapa masyarakat terserang penyakit kulit
hal ini dapat terjadi akibat faktor lingkungan, faktor penyebab dan faktor manusia.
Faktor lingkungan yang erat hubungannya dengan penyakit kulit infeksi adalah
kualitas air (water borne disease) penyakit yang yang ditularkan melalui air.
Resiko kejadian penyakit saluran pernafasan seperti ISPA dan pneumonia terkait
dengan kualitas udara di tempat tinggal masyarakat, meliputi kondisi perumahan
secara umum, pencahayaan dan ventilasi ditambah pencemar udara di lingkungan
sekitar rumah atau tempat kerja. Population at risk penyakit pernafasan adalah
anak-anak, balita, lansia serta tenaga kerja yang terpapar faktor risiko.
Malaria merupakan penyakit endemis yang telah ada di masyarakat sejak beberapa
tahun terakhir. Hal ini sangat terkait dengan adanya vektor pembawa (Anopheles),
media perkembangbiakan (breeding places) serta penderita sebagai sumber
penalaran penyakit, Anopheles telah ada sejak beberapa waktu yang lalu justru di
daerah. Peningkatan kejadian malaria ini lebih diakibatkan oleh pertumbuhan tempat
perkembangbiakan vektor akibat kondisi lingkungan yang berair. Adanya genangan-
genangan air pada permukaan tanah merupakan tempat perkembangbiakan yang
baik. Dengan adanya permukiman – permukiman masyarakat di sekitar hutan maka
risiko timbul dan berjangkitinya penyakit demam berdarah pada masyarakat semakin
mudah.
RUANG LINGKUP STUDI
(2-96)
PT. YYY
KA ANDAL PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT