Anda di halaman 1dari 17

Irigasi dan Bangunan Air II.

ADHITYA D11103022

BAB I . PENDAHULUAN.
I.1 JENIS-JENIS BENDUNGAN..............................................................................................................1

I.1.1 Jenis bendungan ( dam ) menurut kegunaannya. 1

I.1.2 Jenis-jenis bendungan menurut perencanaan hidrolisnya. 2

I.1.3 Jenis bendungan berdasar bahan yang digunakan. 2

I.1.4 Kelebihan dan kekurangan beberapa type bendungan. 3

I.2 . LINGKUP PEMBAHASAN..............................................................................................................7

I.2.1 Jenis bendungan yang dibahas perencanaannya. 7

I.2.2 Perencanaan Pendahuluan. 7

I.2.3 Analisa Hidrologi. 7

I.2.4 Perencanaan Hidrolis Bendung. 7

I.2.5 Perencanaan konstruksi bendung. 8

I.3 PERENCANAAN PENDAHULUAN..............................................................................................8

I.3.1 Pemilihan Lokasi bendung dalam perencanaan bendung. 8

I.3.2 Penentuan ketinggian mercu bendung berdasar ketinggian sawah tertinggi. 9

I.3.3 Penentuan ketinggian mercu berdasar pembilasan sedimen. 9

I.3.4 Penentuan lokasi bendung berdasar kondisi aliran sungai. 10

I.3.5 Penentuan lokasi bendung dalam hubungannya dengan lokasi jaringan irigasi. 12

I.3.6 Kelengkapan Utama Bendung. 12

I.3.7 Kelengkapan Tambahan. 15

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak


Irigasi dan Bangunan Air II.

BAB I

PENDAHULUAN.
I.1 JENIS-JENIS BENDUNGAN.

I.1.1 Jenis bendungan ( dam ) menurut kegunaannya.

Bendungan ( dam ) adalah bangunan air yang dibangun melintang sungai untuk menyimpan
air dibagian hulunya. Bendungan ini bisa terbuat dari lapisan kedap air atau semi kedap air sehingga
terbentuk waduk. Air dari waduk ini akan digunakan pada saat diperlukan. Ketinggian muka air di
bagian hulu ini, begitu pula banyaknya air yang tersimpan tergantung keperluannya. Menurut
Dr.B.C.Punmia dan Dr. Pande B.B. Lal dalam bukunya Irrigation and Water Power Engineering,
jenis-jenis bendungan adalah seperti diuraikan sebagai berikut ini.

Dilihat dari kegunannya, bendungan dapat dibedakan atas :

1. Waduk ( reservoir ).

Waduk atau bendungan penyimpan berfungsi menampung air pada saat debit sungai
berlebih yang umumnya terjadi pada musim hujan dan mengeluarkannya sesuai dengan keperluan.
Dengan dibangunnya bendungan, akan terbentuk semacam danau buatan dihulu bendungan. Air
yang tertampung itu digunakan untuk berbagai keperluan sesuai perencanaannya, seperti irigasi,
pembangkit listrik, air baku air minum atau serba guna yang merupakan kombinasi dari beberapa
tujuan tersebut. Untuk keperluan ini, maka kriteria perencanaan didasarkan atas volume air yang
tertampung, sesuai dengan debit yang diperlukan pada periode yang direncanakan. Misalnya
banyaknya air yang harus ditampung dalam musim hujan untuk memenuhi kebutuhan air irigasi
selama musim kemarau. Konstruksi bendungan penyimpan ini dapat dibuat dari pasangan batu,
beton maupun urugan tanah/batu. Termasuk dalam bendungan penyimpan ini selain waduk adalah
embung,

2. Bendungan pembagi.

Bendungan pembagi ini bertujuan untuk menaikkan muka air sampai tinggi yang diperlukan
agar dengan ketinggian tersebut air dapat dialirkan ke tempat yang dinginkan melalui saluran
pembawa. Pada bendungan ini volume air yang tertampung tidak menjadi tujuan, tapi ketinggian
muka air yang menjadi kriteria perencanaan. Dan untuk irigasi, ketinggian muka air rencana
disesuaikan dengan ketinggian sawah tertinggi ditambah dengan kehilangan tinggi disaluran dan
bangunan. Pada waktu debit sungai berlebih, misalnya pada waktu banjir, muka air di bendung akan
naik menjadi lebih tinggi dari yang direncanakan. Untuk itu harus dibuat pelimpah untuk
menyalurkan kelebihan air agar tidak menggenangi lahan di hulunya dan yang dapat merusak
konstruksi. Karena bendung ini harus dapat melimpahkan air kelebihan, maka umumnya bendung
ini terbuat dari beton atau pasangan batu. Bendungan ini yang umum digunakan untuk irigasi,
industri maupun untuk air perkotaan. Termasuk dalam kategori ini adalah bendung ( weir ),
bendung gerak ( barrage ).

3. Bendungan Pengendali.

Bendungan pengendali ini berfungsi untuk menahan air kelebihan kemudian melepasnya
pada debit yang aman. Dengan demikian yang menjadi tujuan dari pembuatan bendungan
pengendali ini adalah aliran sungai yang konstan. Dengan demikian maka debit besar pada waktu
banjir, dapat ditahan dan kerusakan yang biasanya diakibatkan oleh banjir dapat dihindari atau
dikurangi. Ada kalanya air dari bendungan pengendali ini tidak dilepas, tapi air yang tertampung
pada bendungan pengedali diharapkan dapat menyebar didalam tanah untuk menaikkan muka air
tanah di lahan sebelah hilirnya. Bendungan pengendali ini dapat juga untuk mengendalikan aliran

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak


1
Irigasi dan Bangunan Air II.

yang mengandung sedimen, seperti bendungan pengendali banjir lahar yang dipasang pada kaki
gunung berapi. Karena itu konstruksi bangunan bendungan pengendali ini dapat menggunakan
bahan yang sama dengan bahan yang digunakan untuk membangun waduk. Termasuk dalam
bendungan pengendali ini adalah : waduk banjir, bendung pengendali banjir lahar serta bendungan
pengendali sedimen. Seringkali suatu bendungan dibangun tidak hanya untuk satu kegunaan, tapi
merupakan kombinasi dari ketiga kegunaan tersebut. Suatu bendungan yang dibangun untuk
pembangkit listrik, misalnya juga dimaksudkan sebagai bendungan pengendali banjir.

I.1.2 Jenis-jenis bendungan menurut perencanaan hidrolisnya.

1. Bendungan pelimpah.

Bendungan jenis pelimpah ini adalah bendungan yang memiliki mercu untuk melimpahkan
air. Ketinggian mercu ini direncanakan sebagai ketinggian rencana muka air pada bendungan. Kalau
muka air dihulu bendungan lebih tinggi dari muka air rencana, maka kelebihan air tersebut akan
melimpah melalui atas mercu. Oleh karenanya pula ketinggian mercu ini lebih rendah dari bagian
bendung lainnya seperti tembok tegak, sayap dan sebagainya.

Bendung Irigasi umumnya dibuat sebagai bendungan pelimpah, dimana ketinggian mercu
diambil setinggi muka sawah tertinggi ditambah dengan kehilangan tinggi. Sedangkan tinggi tembok
tegak dan sayap, diambil lebih tinggi dari ketinggian mercu ditambah dengan tinggi air banjir. Bahan
yang digunakan untuk konstruksi bendunga jenis ini harus terdiri dari bahan yang tidak dapat
tererosi seperti : pasangan batu, beton dsb.

2. Bendungan bukan pelimpah.

Bendungan bukan pelimpah, tidak direncanakan untuk dapat melimpahkan air kelebihan.
Karenanya ketinggian bendungan diambil lebih tinggi dari muka air tertinggi yang diperkirakan
terjadi. Kalau ketinggian muka air di hulu bendungan lebih tinggi dari ketinggian bendungan, maka
air akan melimpah. Karena bendungan tidak direncanakan untuk melipahkan air, maka limpahan ini
akan menimbulkan kerusakan pada bendungan. Bahan yang digunakan untuk bendungan bukan
pelimpah ini dapat berupa urugan tanah/batu, pasangan batu maupun beton.

Seringkali pada suatu bendungan merupakan gabungan dari keduanya. Bagian utama dari
bendungan dibuat dari urugan tanah, sehingga tidak dapat melimpahkan air, namun untuk
melimpahkan air bendungan dilengkapi dengan pelimpah yang merupakan bagian dari bendungan.

I.1.3 Jenis bendungan berdasar bahan yang digunakan.


1. Bendungan kaku.

Bendungan kaku ( rigid dam ) dibangun dengan menggunakan bahan yang kaku seperti
pasangan batu, beton dsb.

Termasuk dalam jenis ini adalah :


a) Bendungan gravitasi dari pasangan batu atau beton.
b) Bendungan busur dari pasangan batu atau beton.
c) Bendungan berusuk dari beton.

2. Bendungan tidak kaku.

Bendungan tidak kaku ( non rigid dam ), adalah bendungan yang dibangun dari bahan yang
tidak kaku seperti tanah atau batu. Termasuk dalam jenis ini adalah :
a) Bendungan type urugan tanah.
b) Bendungan type urugan batu.

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak


2
Irigasi dan Bangunan Air II.

c) Bendungan type urugan batu kombinasi urugan tanah.

I.1.4 Kelebihan dan kekurangan beberapa type bendungan.

1. Bendungan Gravitasi.

Bendungan gravitasi adalah bendungan dimana gaya yang bekerja padanya diimbangi oleh
beratnya sendiri. Gaya yang bekerja pada pada tubuh bendungan adalah : tekanan air, tekanan
lumpur, tekanan keatas ( uplift pressure ), gaya gempa dsb. Dengan demikian bendungan ini dibuat
dari bahan pasangan batu atau beton.

Gambar I.1. Denah dan potongan melintang bendungan gravitasi.

Kelebihan bendungan type ini dibanding dengan bendungan type urugan adalah :
a) Bendungan gravitasi lebih stabil dan lebih kuat. Terutama untuk dasar sungai yang mempunyai
tebing yang cukup curam, penggunaan bendungan urugan mungkin akan tergelincir.
b) Bendungan gravitasi ini dapat digunakan sebagai bendungan pelimpah, yang dapat
melimpahkan air kelebihan. Karenanya pula bendungan gravitasi ini biasa digunakan sebagai
pelimpah pada bendungan urugan.
c) Bendungan gravitasi ini dapat dibuat pada setiap ketinggian, asalkan didapat daya dukung
pondasi yang mampu menahan tekanan bendungan.
d) Bendungan gravitasi cocok untuk daerah yang sering terjadi hujan lebat, dimana bendungan
urugan kemungkinan tubuh bendungnya dapat terkikis oleh hujan.
e) Bendungan gravitasi memerlukan sedikit pemeliharaan.
f) Keruntuhan bendungan gravitasi, kalaupun terjadi, tidak terjadi tiba-tiba. Sebelum runtuh tanda-
tanda untuk itu memberikan cukup waktu utnuk mengamankan daerah hilir yang mungkin
terendam akibat runtuhnya bendungan. Pada bendungan urugan, keruntuhan dapat terjadi tiba-
tiba.
g) Pintu bilas yang dalam dapat dibuat pada bendungan gravitasi, untuk mengendalikan sedimen
pada waduk. Bendungan type urugan lebih effisien menahan sedimen dibanding dengan
bendungan gravitasi.
h) Bendungan gravitasi dalam jangka panjang lebih murah dibanding dengan type yang lain.
Dalam perhitungan Benefit-Cost-Ratio, bendungan gravitasi selalu mempunyai nilai yang lebih
tinggi.
Sedangkan kekurangan bendungan gravitasi adalah sebagai berikut :
a) Bendungan gravitasi hanya dapat dibangun pada pondasi yang cukup baik.
b) Biaya awal bendungan gravitasi lebih mahal dibanding dengan bendungan urugan.

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak


3
Irigasi dan Bangunan Air II.

c) Kalau peralatan mekanis tidak memadai, seperti instalasi produksi beton serta
pengangkutannya, pembangunan bendungan gravitasi memerlukan waktu yang lebih lama.
d) Bendungan gravitasi lebih banyak memerlukan tenaga trampil dibanding dengan bendungan
urugan.
e) Penambahan tinggi pada bendungan gravitasi sulit dilakukan kecuali memang sudah di disain
dari awal.
2. Bendungan busur.

Bendungan busur adalah bendungan dengan penampang mendatar yang melengkung,


sehingga gaya tekanan air dapat dipindahkan ketebing sungai, dengan prinsip kantilever. Beban air
ini sangat tergantung dari kelengkungannya. Berat sendiri bendungan busur tidak diperhitungkan
untuk melawan gaya yang bekerja pada tubuh bendu-ngan, begitu juga tekanan air keatas ( uplift
pressure ) tidak merupakan faktor penting dalam perencanaan.

Gambar I.2. Denah dan potongan bendungan busur.

Kelebihan bendungan busur :


a) Bendungan usur lebih cocok untuk sungai berbentuk V, atau lebar sungainya relatif pendek
dibanding dengan tingginya.
b) Untuk tinggi tertentu, penampang bendungan busur jauh lebih kecil dibanding dengan
bendungan gravitasi. Dengan demikian bahan yang digunakan juga lebih sedikit sehingga lebih
murah.
c) Karena lebar pondasi yang sempit, maka masalah tekanan air keatas ( uplift pressure )
menjadi minimal.
d) Karena hanya sebagian kecil dari tekanan air yang dipindahkan ke dasar sungai, maka
bendungan busur dapat dibangun pada pondasi yang agak lemah. Sedangkan bendungan
gravitasi memerlukan pondasi yang lebih kuat.

Kekurangan bendungan busur :

a) Pembangunan bendungan busur memerlukan tenaga trampil dan pekerjaan cetakan beton yang
rumit. Desain bendungan busur juga agak khusus.
b) Laju pembangunan bendungan busur umumnya lambat.
c) Bendungan busur memerlukan tebing sungai yang cukup kuat sebagai tumpuan untuk menahan
perpindahan tekanan air ketebing sungai. Sayangnya tidak banyak lokasi yang seperti ini.

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak


4
Irigasi dan Bangunan Air II.

3. Bendungan berusuk ( Buttress Dams ).

Bendungan berusuk terdiri dari rusuk atau pilar yang membagi lebar sungai yang
dibendung menjadi beberapa bagian. Untuk menahan tekanan air diantara pilar dipasang busur atau
plat rata. Kalau dipasang busur, sering disebut bendungan busur majemuk.

Kelebihan bendungan berusuk adalah :


a) Dibanding dengan bendungan gravitasi, bendungan berusuk ini kurang pejal/masif, sehingga
dapat dibangun pada pondasi yang agak lemah.
b) Tekanan air bekerja tegaklurus pelat, sehingga menghasilkan komponen gaya yang vertikal.
Gaya ini akan memperbesar ketahanan bendungan terhadap guling maupun geser, sehingga
memperbesar stabilitas bendung dan keamanan lebih tinggi.
c) Penambahan tinggi lebih mungkin dilakukan pada bendungan berusuk ini, dibanding dengan
bendungan gravitasi.
d) Rumah Pembangkit ( Power House ) atau Instalasi Penjernihan Air dapat dibangun diantara
rusuk-rusuk yang terbentuk diantara pilar-pilar.
e) Banyaknya/kubikasi beton setengah sampai sepertiga dari bendungan gravitasi. Namun itu
tidak berarti bahwa biaya pembangunan bendungan berusuk ini belum tentu lebih murah
mengingat penulangan dan cetakan beton yang lebih rumit.
f) Pemeriksaan terhadap kondisi bendung dapat lebih mudah karena ruang antara rusuk-rusuk itu
dapat didatangi.
g) Sesuai dengan fleksibilitas sambungan maupun struktur bangunan, pada dasarnya bendungan
berusuk lebih dapat menampung pergerakan pondasi yang tidak besar.

Kekurangan bendungan berusuk ini adalah :


a) Penggunaan tenaga trampil lebih banyak digunakan dan perbandingan bidang permukaan beton
terhadap kubikasi beton lebih tinggi, menyebabkan biaya setiap meter kubik beton menjadi lebih
tinggi.
b) Pelapukan permukaan beton dibagian hulu merupakan hal yang serius mengingat tipisnya
beton.

Bendungan berusuk lebih peka terhadap kerusakan yang fatal. Tingkat perlindungan
terhadap kerusakan sangat tergantung pada permukaan bagian hulu dan akses menuju bagian hilir
pelat.

Gambar I.3. Denah dan potongan melintang bendungan berusuk.

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak


5
Irigasi dan Bangunan Air II.

4. Bendungan urugan.

Bendungan urugan dibangun dengan menggunakan tanah dan batu yang ada disekitar lokasi
bendungan, yang umumnya memanfaatkan tanah dan batu dalam keadaan apa adanya tanpa banyak
pengolahan.Bendungan ini umumnya untuk bendungan yang tingginya sedang, namun dengan
kemajuan mekanika tanah serta teknologi pemindahan tanah mekanis, bendungan ini dewasa ini
lebih umum digunakan walaupun untuk ketinggian yang cukup tinggi.

Kondisi tanah dasar yang diperlukan bendungan urugan ini tidak perlu sekeras untuk
bendungan type yang lainnya.

Kelebihan bendungan urugan ini adalah :


a) Bendungan urugan dapat dibangun pada setiap kondisi tanah dasar. Walaupun ada
keterbatasan, namun dibanding dengan bendungan jenis yang lain, bendungan type urugan ini
lebih sesuai.
b) Dapat dibangun secara cepat dengan tenaga yang kurang trampil dengan bahan yang ada di
lokasi pembangunan.
c) Secara umum biaya pembangunan lebih murah dibanding dengan jenis bendungan yang lain.
d) Dengan mudah dapat ditinggikan kalau dikemudian hari perlu peninggian.

Kekurangan bendungan urugan ini adalah :


a) Ketahanan terhadap banjir kurang dan keruntuhannya tiba- tiba tanpa ada peingatan awal.
b) Tidak dapat melimpahkan aliran. Untuk melimpahkan air kelebihan, perlu dibangun pelimpah
di suatu tempat.
c) Tidak dapat dibangun dimana hujan lebat sering terjadi, karena dapat mengerosi bendungan.
d) Memerlukan biaya pemeliharaan yang besar dan pengawasan yang ketat.

Gambar I.4. Denah dan potongan bendungan urugan.

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak


6
Irigasi dan Bangunan Air II.

I.2 . LINGKUP PEMBAHASAN.

I.2.1 Jenis bendungan yang dibahas perencanaannya.

Pembahasan yang akan dilakukan dalam bab-bab berikut adalah perencanaan bendungan
pembagi atau bendung ( weir ). Bendung yang dibahas adalah bendung sederhana, yaitu bendung
yang umum digunakan untuk irigasi sesuai dengan Standar Perencanaan Irigasi dari Direktorat
Irigasi Ditjen Pengairan.

Walaupun langkah-langkah perencanaan yang dibahas dalam buku ini mungkin saja dapat
diterapkan untuk bendungan yang lain, namun pembahasan perencanaan dalam tulisan ini tetap
ditujukan untuk bendung ukuran kecil sampai sedang.

I.2.2 Perencanaan Pendahuluan.

Perencanaan pendahuluan bendung mencakup :

1. Penentuan lokasi bendung.


2. Pemilihan type bendung.
Pe,bahasan perencanaan pendahuluan ini akan dibahas pada I.3 berikut ini.

I.2.3 Analisa Hidrologi.

Analisa Hidrologi yang diperlukan dalam perencanaan bendung ini adalah besarnya debit
maksimum yang dapat melewati bendung. Besarnya debit ini harus dihitung sebaik-baiknya, karena
kalau perkiraan besarnya debit maksimum ini lebih rendah dari yang terjadi kemudian, maka
kemungkinan runtuhnya bangunan akan sangat mungkin terjadi. Sebaliknya kalau perkiraan
besarnya debit maksimum ini terlalu besar, maka bangunan bendung yang harus dibangun juga
cukup besar, sehingga memerlukan biaya yang cukup mahal. Perkiraan besarnya debit maksimum
atau debit banjir rencana sebaiknya dihitung berdasar data pengamatan debit sungai yang dilakukan
pada periode yang cukup lama. Namun data tersebut tidak selamanya ada sehingga perkiraan debit
tersebut didasarkan pada perkiraan besarnya curah hujan yang mungkin terjadi. Baik perkiraan debit
berdasar data pengamatan debit maupun berdasar data curah hujan, besarnya debit maksimum atau
curah hujan maksimum dihitung berdasar prinsip statistik, dengan probabilitas atau periode ulang
tertentu. Semakin tinggi probabilitasnya, semakin kecil resiko keruntuhan bangunan namun bendung
yang perlu dibangun akan cukup besar. Karena itu perhitungan perkiraan debit banjir rencana
menjadi penting, baik menggunakan data pengamatan debit maupun data curah hujan. Dan
perhitungan debit Banjir Rencana ini akan dibahas dalam bab II berikut ini.

I.2.4 Perencanaan Hidrolis Bendung.

Yang dimaksud dengan perencanaan hidrolis bendung adalah perencanaan bentuk bendung
serta bagian-bagiannya sehingga bentuk tersebut memenuhi persyaratan hidrolis, antara lain :

 Dapat mengalirkan debit yang seharusnya dialirkan.


 Membatasi gejala - gejala yang dapat merusak seperti : kavitasi, sedimentasi, gerusan
( scouring ), rembesan dsbnya.
Perencanaan hidrolis ini mencakup :
1. Penentuan ketinggian mercu.
2. Perencanaan bentuk mercu serta ukurannya.
3. Perhitungan lebar bendung.
4. Perhitungan lengkung debit dihilir bendung.
5. Perencanaan kolam olakan.

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak


7
Irigasi dan Bangunan Air II.

6. Perencanaan pintu pembilas dan pembilas bawah.


7. Perencanaan pintu pengambilan.
8. Perhitungan lantai muka.
9. Perencanaan kantong lumpur.
10. Perencanaan sudetan dan lainnya yang diperlukan.
Pembahasan mengenai butir-butir perencanaan tersebut, akan dibahas dalam bab III s/d Bab
VII.

I.2.5 Perencanaan konstruksi bendung.

Perencanaan konstruksi bendung ini mencakup :


1. Perhitungan stabilitas bendung.
2. Kontrol Tebal Pelat Ruang Olak.
3. Perhitungan ukuran pintu.
4. Perencanaan jembatan diatas mercu.
5. Perhitungan konstruksi pilar.
6. Perhitungan Tembok Penahan Tanah.
Pembahasan mengenai butir-butir perencanaan tersebut, akan dibahas dalam bab VIII dan
IX.

I.3 PERENCANAAN PENDAHULUAN.

I.3.1 Pemilihan Lokasi bendung dalam perencanaan bendung.

Pemilihan lokasi bendung, merupakan awal karena bertolak dari pemilihan lokasi bendung
inilah perencanaan jaringan irigasi akan dilakukan. Setelah lokasi bendung ditetapkan, beberapa
penyelidikan yang mengikutinya seperti pemetaan sungai dan bendung, penyelidikan geologi
teknik serta penyelidikan model hidrolis ( kalau diperlukan ).

Tidak mustahil setelah dilakukan penyelidikan selanjutnya lokasi bendung tersebut masih
harus dipindah lagi, mengingat :

 Ada areal sawah yang belum terjangkau.


 Kondisi geologis pada lokasi bendung tidak memungkinkan.
 Bentuk alur sungai yang kurang cocok dan sebagainya.
Kalau penyelidikan berikutnya mendukung penempatan bendung yang diambil, maka
perencanaan bendung dapat dilakukan. Perencanaan itu mencakup perencanaan hidrolis maupun
perencanaan konstruksi bendung.

Kriteria umum pemilihan lokasi bendung menurut Direktorat Irigasi Ditjen Pengairan adalah :

a) Bendung akan dibangun di ruas sungai yang stabil dengan lebar yang hampir sama dengan lebar
normal sungai; jika sungai mengangkut terutama sedimen halus, maka pengambilan harus
dibuat diujung tikungan luar yang stabil; jika sungai mengangkut terutama bongkah dan kerikil,
maka bendung sebaiknya dibangun di ruas lurus sungai.
b) Sawah tertinggi yang akan diairi dan lokasinya.
c) Lokasi bendung harus sedemikian rupa sehingga trase saluran primer bisa dibuat sederhana dan
ekonomis.
d) Beda tinggi energi diatas bendung dibatasi sampai 6 meter.
e) Lokasi kantong lumpur dan kemudahan pembilasan, bilamana perlu.
f) Topografi pada lokasi bendung yang diusulkan; lebar sungai.

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak


8
Irigasi dan Bangunan Air II.

g) Kondisi geologi dari subbase untuk keperluan pondasi.


h) Metoda pelaksanaan ( diluar sungai atau di sungai ).
i) Angkutan sedimen oleh sungai.
j) Panjang dan tinggi tanggul banjir.
k) Mudah dicapai.

I.3.2 Penentuan ketinggian mercu bendung berdasar ketinggian sawah tertinggi.

Bendung irigasi dibangun untuk mengairi sawah yang termasuk dalam wilayah
pelayanannya. Agar semua sawah dapat terairi, maka yang menjadi pedoman adalah sawah
tertinggi. Kalau yang tertinggi sudah terairi, maka yang lain juga akan terairi. Namun air yang
diambil dari bendung, dalam perjalanannya ke sawah tertinggi tertebut akan mengalami kehilangan
tinggi.

Kehilangan tinggi tersebut antara lain karena:

1. Kehilangan tinggi di saluran.

Kehilangan tinggi disaluran ini diperhitungkan baik pada saluran induk, saluran sekunder
maupun saluran tersier. Besarnya kehilangan adalah panjang saluran dikalikan kemiringan
memanjang saluran. Pada perencanaan awal kemiringan memanjang saluran sering diperkirakan
sebesar 0,00025 atau beda tinggi 0,25 m untuk setiap km saluran.

2. Kehilangan tinggi pada bangunan sadap dan bagi.

Kehilangan tinggi pada bangunan terjadi mulai pada bangunan sadap, dimana saluran
tersier menyadap air dari saluran sekunder atau saluran induk. Pada bangunan ini kehilangan tinggi
terjadi pada pintu tersier, akibat perbedaan tinggi muka air sebelum dan sesudah pintu. Perbedaan
tinggi ini yang menghasilkan terjadinya aliran melalui pintu sesuai dengan persamaan : V = ( 2 g
h ), dimana h adalah perbedaan tinggi muka air dihulu dan dihilir pintu. Sedangkan besarnya debit
yang dapat dialirkan oleh pintu adalah : Q = b . h . V, dimana b adalah lebar pintu dan h adalah
kedalaman air dipintu. Debit yang harus dialirkan pintu sadap tersier tergantung dengan luas petak
tersier yang harus dilayani, sehingga besarnya debit ini sudah tertentu pada saat perencanaan.
Dengan demikian besarnya kehilangan tinggi tergantung dari lebarnya pintu. Semakin lebar pintu
kehilangan tinggi muka air semakin kecil. Dalam perencanaan awal kehilangan tinggi pada pintu
sadap ini diambil antara 0,05 m sampai 0,10 meter. Sedangkan kehilangan tinggi pada bangunan
bagi, prinsipnya sama. Karena debit yang dialirkan oleh saluran sekunder atau primer jauh lebih
besar dibanding dengan pada saluran tersier, maka kehilangan tinggi pada bangunan bagi ini juga
lebih besar. Dalam perencanaan awal umumnya diambil nilai antara 0,10 sampai 0,25 meter.

3. Kehilangan tinggi pada bangunan ukur.

Kehilangan tinggi pada bangunan ukur, tergantung dari jenis bangunannya. Untuk pintu
ukur ambang lebar dan pintu ukur yang serupa, mempunyai kehilangan tinggi yang cukup besar
karena aliran pada bangunan ukur jenis ini harus melimpah sempurna. Sedangkan pintu ukur
Parshall Flume, mempunyai kehilangan tinggi yang cukup kecil.

I.3.3 Penentuan ketinggian mercu berdasar pembilasan sedimen.

Pada bendung yang dilengkapi kantong lumpur/pasir, ketinggian mercu harus pula ditinjau
terhadap ketinggian yang diperlukan untuk membilas sedimen pada kantong lumpur/pasir. Pada
saat pembilasan kantong lumpur/pasir, diperlukan aliran yang cukup deras agar dapat
menghanyutkan endapan lumpur/pasir ke sungai. Untuk mendapatkan aliran yang cukup deras ini,
diperlukan kemiringan memanjang dasar saluran yang cukup tinggi dengan memperhatikan
ketinggian muka air sungai yang ada pada saat pembilasan. Pada daerah yang datar, tidak mustahil

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak


9
Irigasi dan Bangunan Air II.

ketinggian mercu lebih ditentukan oleh ketinggian yang diperlukan untuk pembilasan daripada oleh
ketinggian sawah tertinggi.

Selain untuk pembilasan kantong lumpur/pasir, perlu ditinjau juga ketinggian yang
diperlukan untuk pembilasan pada under sluice, kalau bendung dilengkapi undersluice. Muka air
sungai di hilir undersluice, sebaiknya tidak menghambat aliran air yang keluar undersluice. Kalau
ini memang terjadi, maka diperlukan tinggi muka air dihulu bendung yang cukup menghasilkan
kecepatan yang diperlukan pada undersluice. Ini berarti bahwa tinggi mercu harus dinaikkan.

I.3.4 Penentuan lokasi bendung berdasar kondisi aliran sungai.

Penentuan lokasi bendung berdasar kondisi aliran sungai ditinjau terhadap :

1. Alur sungai.

Keadaan alur sungai terutama lika-likunya harus diperhatikan dalam


penempatan/pemilihan lokasi bendung. Pada tikungan sungai yang membawa sedimen, sedimentasi
terjadi pada tikungan dalam dan erosi pada tikungan luar. Karena itu bagian yang dalam adalah
pada tikungan luar dan penempatan bendung diupayakan sehingga pengambilan terletak pada
tikungan luar. Untuk bendung yang memiliki dua pintu pengambilan di kiri dan kanan bendung,
penempatan bendung pada sungai seperti ini, semua pengambilan hendaknya digabung menjadi
satu untuk ditempatkan di ujung tikungan luar sungai. Untuk membawa air irigasi kesisi lain, dapat
dilewatkan melalui pilar bilas atau melalui gorong-gorong yang ditempatkan pada tubuh bendung.
Dapat juga dilewatkan melalui sipon atau talang yang dibangun pada sungai di bagian hilir
bendung.

Untuk bendung di letakkan pada bagian hulu sungai yang banyak membawa batu-batu
besar, maka penempatan bendung sebaiknya diletakkan pada bagian sungai yang lurus. Begitu pula
untuk bendung yang mempunyai dua pintu pengambilan, bendung hanya bisa diletakkan pada
sungai yang lurus dengan pengambilan dikedua sisi tanggul sungai. Pada sungai seperti ini,
penempatan bendung dengan pintu pengambilan pada tikungan luar memberi kemungkinan
terendapnya batu-batu besar pada pintu pengambilan. Selain itu, penempatan bendung pada
tikungan sungai juga dapat ditempatkan pada sudetan/coupure sungai.

Penempatan bendung pada coupure memberi keuntungan sebagai berikut :

a) Pada saat pembangunan bendung, pekerjaan konstruksi tidak terganggu air karena dilakukan
pada tempat yang kering.

b) Tidak perlu membuat saluran pengelak untuk menyalurkan air sementara.

c) Ketinggian dasar terusan di bagian hulu dapat diambil lebih tinggi dari dasar sungai yang ada,
walaupun ketinggian dasar sungai di sebelah hilir harus tetap sama dengan ketinggian dasar
sungai.

d) Dapat terhindar dari masalah sedimen sungai.

Sedangkan kerugian penempatan bendung pada sudetan/coupure, adalah :

a) Diperlukan tanggul penutup untuk menutup sungai lama. Penutupan ini harus dilakukan
dengan baik, kalau tidak akan menimbulkan masalah rembesan atau keruntuhan. Karena tanggul
ini menutup palung sungai, maka ketinggian tanggul menjadi cukup tinggi, sehingga volume
tanggul menjadi cukup besar.

b) Biaya penutupan sungai seringkali cukup mahal, kalau volume tanggul cukup besar atau
kalau penutupan tersebut memerlukan konstruksi khusus.

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak


10
Irigasi dan Bangunan Air II.

2. Potongan memanjang sungai.

Data pengukuran untuk potongan memanjang sungai diperlukan minimal 500 meter kehulu
dan 500 meter kehilir. Dari bentuk potongan memanjang sungai perlu dipelajari kemungkinan
terjadinya degradasi atau penurunan dasar sungai. Kalau hal ini diperkirakan terjadi, ketinggian
kolam olakan diperhitungkan terhadap kemungkinan terjadinya penurunan ini. Berdasar potongan
memanjang sungai ini, sebaiknya penempatan bendung dilakukan sehingga kolam olakan terletak
pada bagian sungai yang dalam ( palung sungai ). Selain itu potongan memanjang sungai ini perlu
diperhatikan, kalau pada saat pemilihan lokasi bendung dilakukan penggeseran kehulu atau kehilir.

3. Tinggi tanggul penutup.

Tanggul penutup yang cukup tinggi akan membawa konsekwensi volume tanggul yang
cukup besar serta rawannya stabilitas tanggul. Keduanya akan membawa resiko biaya yang cukup
tinggi. Karena itu pemilihan lokasi bendung harus diupayakan agar tanggul penutup yang
diperlukan serendah mungkin. Tanggul penutup tersebut, selain untuk menutup sungai asal ( untuk
bendung yang dibangun pada sudetan ), juga untuk tanggul penutup dikiri kanan bendung untuk
menahan air sewaktu banjir. Untuk mengurangi ketinggian tanggul, maka lokasi bendung harus
digeser kehulu. Namun penggeseran ini harus ditinjau kembali : potongan memanjang sungai,
ketinggian mercu bendung. Selain itu perlu diingat bahwa semakin kehulu lokasi bendung, semakin
kecil luas cacthment yang berarti semakin kecil pula debit yang tersedia di sungai.

4. Kedaan geologi teknik dasar sungai.

Keadaan geologi dasar sungai yang mempengaruhi pemilihan lokasi bendung adalah :

a) Jenis batuan pada dasar sungai.


Lebih baik dipilih lokasi bendung dimana dasar sungainya terdiri dari batuan yang kompak dan
keras, perlu dihindari lapisan pasir/poreus.

b) Adanya patahan/sesar.
Adanya patahan/sesar akan mempengaruhi kestabilan bendung, karena kemungkinan terjadi
longsor cukup besar.

c) Lipatan anti klinal yang mempunyai lapisan poreus.


Dengan adanya lipatan anti klinal yang mempunyai lapisan poreus ini, kemungkinan terjadi
rembesan yang besar menjadi sangat mungkin.

5. Anak sungai.

Idealnya kedudukan bendung berada dihilir anak sungai, sehingga debit sungai pada bagian
tersebut lebih besar dibanding dengan dihulunya. Juga hal tersebut untuk menghindari pembuatan
talang yang diperlukan untuk menyeberangi sungai tersebut.

6. Peluapan banjir.

Pemilihan lokasi bendung juga perlu diperhatikan dalam hubungannya dengan peluapan
banjir antara lain :

a) Kedudukan tanggul banjir dan daerah genangan.


Pemilihan lokasi bendung harus memberikan kedudukan yang baik bagi tanggul banjir.
Tanggul tersebut harus diupayakan tidak terlalu tinggi, tidak terlalu panjang dan pada tanah yang
cukup kuat. Begitu juga daerah genangan yang akan terjadi tidak menggenangi perkampungan,
lahan pertanian yang produktif, jalan raya serta kawasan yang tidak boleh tergenang.

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak


11
Irigasi dan Bangunan Air II.

b) Elevasi muka air banjir.


Elevasi muka air banjir dijaga agar lebih rendah dari elevasi permukiman atau kawasan lain
yang tidak boleh tergenang di bagian hulunya. Kalau elevasi ini ternyata lebih tinggi, maka mercu
bendung perlu diperlebar agar muka air banjir dapat diturunkan. Kalau hal ini tidak memungkinkan
karena kondisi sungai, maka perlu dipertimbangkan menggunakan bendung gerak.

I.3.5 Penentuan lokasi bendung dalam hubungannya dengan lokasi jaringan irigasi.

Dalam hubungannya dengan lokasi jaringan irigasi, kedudukan kantong lumpur/pasir, perlu
mendapat perhatian. Hal ini mengingat bahwa kantong lumpur itu lebih lebar dari saluran biasa
sehingga lebih mengambil ruangan dibanding dengan saluran biasa. Seringkali mencari tempat yang
datar untuk kantong lumpur/pasir ini menjadi kesulitan. Selain itu kedudukan saluran pembilas
kantong lumpur ini juga harus diperhatikan agar pembilasan yang akan dilakukan dapat terlaksana
dengan baik, mengingat kemiringan saluran pembilas ini umumnya cukup besar.

Selain itu kedudukan saluran pembawa juga perlu diperhatikan. Pada daerah yang curam
dan berbatu, penempatan saluran ini akan menimbulkan kesulitan dalam pelaksanaannya. Apalagi
saluran induk pembawa itu dilengkapi dengan jalan inspeksi, sehingga cukup lebar dan memerlukan
ruangan yang lebih besar. Tidak mustahil rencana lokasi bendung terpaksa dipindahkan karena
kesulitan menempatkan kantong lumpur/pasir atau penempatan saluran induk pembawa.

I.3.6 Kelengkapan Utama Bendung.

Dalam perencanaan pendahuluan bendung, perlu ditentukan kelengkapan bendung atau


bagian-bagian bendung yang harus dipasang agar dapat memenuhi persyaratan : fungsi atau
kegunaan, keamanan terhadap aliran dan faktor pondasi, operasi dan pemeliharaannya.

Bagian-bagian bendung berikut fungsi dan persyaratannya adalah sebagai berikut :

a. Tubuh bendung.

Tubuh bendung ini berfungsi untuk menaikkan air. Semakin tinggi kenaikan muka air yang
direncanakan, semakin tinggi pula tubuh bendung. Karena fungsinya ini tubuh bendung ini harus
mampu menahan gaya-gaya yang bekerja, baik akibat kenaikan muka air maupun akibat
sampingannya. Gaya-gaya tersebut antara lain :
a) Tekanan air diudik bendung.
b) Tekanan air dihilir bendung.
c) Gaya tekan keatas akibat air yang berada pada pondasi bendung.
d) Gaya akibat gempa.
e) Gaya tekanan lumpur.
Gaya-gaya tersebut mempunyai titik tangkap yang berbeda-beda dan akhirnya gaya-gaya
tersebut akan menghasilkan suatu momen yang dapat menggulingkan tubuh bendung. Momen ini
dilawan oleh momen perlawanan yang terjadi akibat berat sendiri tubuh bendung. Momen
perlawanan ini harus lebih besar dari momen yang menggulingkan. Perbandingan antara momen
perlawanan dengan momen guling disebut faktor keamanan. Semakin besar faktor keamanan,
semakin stabil bendung tersebut. Selain itu berat sendiri berikut gaya-gaya yang bekerja padanya,
harus mampu dipikul oleh daya dukung tanah pondasi.

b. Mercu bendung.

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak


12
Irigasi dan Bangunan Air II.

Mercu bendung ini merupakan bagian dari tubuh bendung, yang merupakan batas tinggi
muka air normal. Kalau muka air dihulu melebihi tinggi muka air normal, maka air akan melimpah
melalui mercu. Jadi fungsi mercu ini adalah melimpahkan air yang ketinggiannya melebihi muka air
normal. Air yang melimpah diatas mercu ini mempunyai kecepatan yang cukup tinggi. Bahaya yang
terjadi akibat aliran yang tinggi adalah bahaya kavitasi atau timbulnya tekanan air yang negatif.
Kalau tekanan negatif ini cukup tinggi, maka dapat merusak mercu dan tubuh bendung karena
tekanan negatif tersebut akan mampu menghisap keluar pasangan batu yang membentuk tubuh
bendung. Untuk mengurangi bahaya ini maka bentuk mercu harus direncanakan dengan baik.

c. Kolam olakan.

Kolam olakan dipasang dikaki bagian hilir tubuh bendung. Fungsi kolam olakan ini adalah
untuk meredam aliran dari mercu yang mempunyai kecepatan yang tinggi, agar tidak terjadi
penggerusan dikaki bendung. Kolam olakan ini harus mampu merubah aliran dari mercu yang
tergolong superkritis menjadi aliran subkritis, baik dengan prinsip air loncat maupun dengan
memasang penghalang-penghalang. Bentuk kolam olakan harus memperhatikan pula kondisi aliran,
terutama sedimen yang dibawanya. Kalau sedimen yang terbawa berukuran besar, penggunaan
penghalang perlu dihindari.

d. Pencegah bahaya rembesan dibawah bendung.

Untuk mencegah terjadinya rembesan melalui bawah tubuh bendung, konstruksi yang
biasanya digunakan antara lain dengan membuat lantai udik atau turap didepan bendung ( cut off
wall ). Rembesan melalui bawah bendung akan terjadi kalau tekanan air akibat perbedaan tinggi
muka air antara dihulu dan dihilir bendung tidak dapat diimbangi oleh hambatan yang terjadi pada
lintasan aliran air melalui pori-pori tanah dibawah tubuh bendung.

Untuk tanah berpasir, diperlukan lintasan yang lebih panjang. Untuk memperpendek
panjang lintasan ini, dibuat lantai muka atau turap didepan tubuh bendung. Kalau rembesan ini
tidak dicegah, maka akan terjadi rongga dibawah tubuh bendung yang membahayakan kestabilan
tubuh bendung.

e. Pangkal bendung atau tembok tegak.

Pangkal bendung atau tembok tegak yang mengapit tubuh bendung dan mercu, berfungsi
sebagai :
 Kepala/pangkal jembatan.
 Tembok penahan tanah.
Karena itu tembok ini harus mampu menahan tanah dikiri dan kanan bendung, maupun
beban jembatan yang bertumpu pada pangkal bendung ini. Selain memenuhi persyaratan tersebut,
tembok tegak ini bersama konstruksi sayap bendung, harus mampu mencegah terjadinya
rembesan samping ( side seepage ). Kalau rembesan samping ini cukup besar, maka tanah
dibelakang tembok tegak akan terkikis dan longsor.

f. Tembok sayap hilir dan udik.

Tembok sayap ini berfungsi untuk mengarahkan arus, sehingga tidak terjadi gerusan akibat
arus yang arahnya tidak terkendali. Selain untuk mengarahkan arus, tembok sayap ini bersama
dengan tembok tegak harus cukup panjang sehingga tahanan pada lintasan yang terjadi mampu
mengimbangi tekanan air akibat perbedaan tinggi muka air di hulu dan di hilir.

g. Pintu pembilas.

Pintu pembilas ini berfungsi untuk membilas/membersihkan endapan yang terjadi dihulu
bendung. Pembersihan ini dapat dilakukan terus menerus, kalau menggunakan pembilas bawah dan
pada waktu tertentu kalau menggunakan pintu pembilas biasa. Untuk itu pada pembilas biasa

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak


13
Irigasi dan Bangunan Air II.

didepan pintu pembilas harus tersedia ruangan untuk menimbun endapan yang kalau sudah banyak
endapan ini dibersihkan dengan membuka pintu bilas, sehingga endapan dapat terdorong aliran
kembali kesungai. Perioda pembilasan tergantung dari kandungan endapan aliran sungai. Pada
pembilas bawah, kalau debit sungai cukup maka pintu bawah dari pembilas bawah selalu terbuka
untuk menyedot endapan yang datang menuju pintu bilas. Besarnya bukaan pintu sangat tergantung
pada diameter endapan yang terbawa oleh aliran sungai.

h. Pintu pengambilan ( intake ).

Pintu pengambilan berfungsi mengalirkan air dari bendung ke saluran induk. Kalau suatu
bendung hanya malayani lahan sebelah kiri atau kanan bendung, maka pintu pengambilan ini hanya
ada satu. Tapi kalau lahan yang diairi berada dikiri kanan sungai, maka pintu pengambilan ada dua.
Tapi sering juga kedua pintu pengambilan berada dikiri kanan pintu bilas sehingga salah satu pintu
pengambilan dihubungkan ke saluran induk melalui gorong-gorong yang berada pada tubuh
bendung. Ukuran pintu pengambilan ini disesuaikan dengan luasnya lahan yang akan diairi dan ini
menentukan banyaknya air yang harus dialirkan ke saluran induk.

i. Skimming wall.

Skimming wall adalah dinding bagian hulu pintu pengambilan yang berada dihulu pintu
pembilas. Dengan adanya dinding ini maka kedudukan ambang pengambilan cukup tinggi terhadap
lantai bendung, sehingga endapan yang terbawa aliran yang umumnya berada pada 2/3 kedalaman
air, tidak dapat masuk ke saluran induk leawt pengambilan. Mengingat kedudukan ambang ambang
pengambilan ditentukan oleh tinggi muka air udik dam kedalaman yang diperlukan, kalau
ketinggian skimming wall ini kurang dari 2/3 kedalaman air, maka kedudukan lantai didepan
pengambilan harus diturunkan.

j. Tanggul penutup/banjir.

Tanggul penutup berfungsi menutup sungai asal, kalau bendung tidak dibangun pada
palung sungai tapi pada sudetan. Sedangkan tanggul banjir adalah tanggul yang dipasang untuk
mencegah melimpahnya air dibagian hulu bendung ke tempat yang tidak diinginkan. Karena muka
air banjir umumnya jauh lebih tinggi dari muka air sungai asal, maka akibat pembendungan lahan
atau cekungan yang mempunyai ketinggian lebih rendah dari muka air banjirharus diberi tanggul
penutup. Kalau tidak air akan melimpah pada lahan yang rendah tersebut.

Baik tanggul penutup maupun tanggul banjir, harus cukup tinggi dan lebih tinggi dari muka
air banjir rencana. Juga tanggul tersebut harus mampu menahan tekanan air, akibat perbedaan muka
air didalam dan diluar tanggul. Selain itu ukuran tanggul harus cukup besar, agar rembesan yang
terjadi akibat perbedaan tinggi muka air tersebut tidak membahayakan kestabilan tanggul.

k. Pintu/bangunan ukur.

Pintu ukur atau bangunan ukur berfungsi mengukur banyaknya air yang dialirkan ke
saluran induk. Pintu atau bangunan ukur ini dipasang disebelah hilir pintu pengambilan dan
dipasang pada tempat dimana aliran sudah mulai tenang. Umumnya tempat ini berjarak sekitar 20
sampai 50 meter dari kolam olakan pintu pengambilan.

Pintu ukur yang sering dipasang dihilir bendung antara lain :


 Pintu ukur ambang lebar.
 Pintu ukur Cipoletti.
 Pintu ukur Criump de Gruyter.
 Parshall flume.
Sedangkan bangunan ukur lainnya yang mungkin digunakan adalah seperti Venturi meter.

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak


14
Irigasi dan Bangunan Air II.

l. Kantong lumpur ( sedimen trap).

Kantong lumpur ini berfungsi mengendapkan sedimen sampai diameter tertentu agar tidak
masuk ke saluran induk. Pada prisipnya kantong lumpur ini berbentuk saluran yang lebar, sehingga
kecepatan aliran yang terjadi cukup kecil untuk dapat mengendapkan sedimen yang terbawa.
Semakin kecil kecepatan, semakin kecil pula diameter endapan yang dapat diendapkan. Tapi juga
saluran tersebut harus cukup panjang, sehingga endapan tersebut cukup waktu untuk mengendap.
Di bagian bawah saluran terdapat bagian untuk menampung endapan. Pembersihan endapan ini
dapat dilakukan melalui penggelontoran atau dengan penggalian.

m. Jembatan.

Jembatan yang terpasang pada bendung, dapat berupa jembatan pelayanan atau jembatan
inspeksi. Jembatan pelayanan berfungsi sebagai tempat penjaga pintu untuk mengoperasikan pintu,
baik pintu pengambilan maupun pintu pembilas. Sedangkan jembatan jalan inspeksi,
menghubungkan jalan inspeksi yang ada dikiri dan dikanan bendung. Baik jembatan pelayanan
maupun jembatan inspeksi, harus mampu memikul beban lalu lintas yang melewatinya. Untuk
jembatan inspeksi kalau bentangnya cukup panjang, perlu dilengkapi pilar untuk memperpendek
bentang jembatan.

I.3.7 Kelengkapan Tambahan.

Selain perlengkapan pokok tersebut diatas, masih ada perlengkapan lain yang melengkapi
seperti :

a.Rumah pintu.

Rumah pintu ini berfungsi melindungi pintu dari kerusakan akibat kepanasan maupun
kehujanan. Rumah pintu ini dapat dibuat dari konstruksi kayu, konstruksi baja atau konstruksi
beton.

b. Papan duga muka air.

Papan duga muka air ini dipasang untuk mengetahui tinggi muka air diatas mercu bendung.
Ini diperlukan dalam operasi dan pemeliharaan pintu, untuk mengetahui besarnya debit yang
melimpah. Selain itu papan duga ini mungkin juga dipasang dibagian hilir bendung untuk
mengetahui kedudukan muka air hilir.

c. Tangga-tangga.

Tangga ini dipasang didekat pintu pengambilan maupun pitu bilas. Keguanaan tangga ini
adalah untuk turun pada waktu perbaikan pintu.

d. Penahan sampah.

Penahan sampah diperlukan kalau aliran sungai sering membawa sampah. Penahan sampah
ini dibuat dari kisi-kisi besi yang diletakaan didudik pintu. Dengan adanya penahan sampah ini
sampah tidak sampai masuk ke gorong-gorong maupun pembilas bawah.

Pad gambar berikut ini disampaikan gambar denah bendung, dimana sebagian perlengkapan
bendung seperti yang diuraikan diatas dapat di tunjukkan.

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak


15
Irigasi dan Bangunan Air II.

Gambar III.1 Perlengkapan bendung.

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak


16

Anda mungkin juga menyukai