ANDAL, RKL-RPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN PABRIK SEMEN TERPADU DENGAN
KEGIATAN PENAMBANGAN BAHAN BAKU SEMEN DI KECAMATAN
KUTAMBARU KABUPATEN LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA
Pemrakarsa
LOGO
Tenaga ahli :
1. Dr. Tini Sembiring, MS (Sertifikat Amdal A, B, dan C), ahli fisik-kimia
2. Dr. Rachmat Mulyana, MS (Sertifikat Amdal A), ahli sosial ekonomi budaya
3. Ir. M. Eka Onwardana, MT (Sertifikat Amdal A dan Penyusun), ahli
pertambangan
4. Ir. Azhari Fitrah, MT, ahli geologi
5. Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si (Sertifikat Dasar-Dasar Amdal dan Penyusun
Amdal), ahli fisik-kimia
6. Bertua Novita S., M.Si (Sertifikat Dasar-Dasar Amdal dan Penyusun Amdal),
ahli biologi
7. Yolanda S. C. Sinuhaji, S.Si (Sertifikat Dasar-Dasar Amdal dan Penyusun
Amdal), ahli sosial ekonomi budaya
8. Bunga Fisikanta Bukit, M.Si (Sertifikat Dasar-Dasar Amdal dan Penyusun
Amdal), ahli fisik-kimia
Nara Sumber :
1. Dr. Mester Sitepu, MSc. (Sertifikat Amdal A, B, dan C), ahli geolistrik
2. Ir. Budi Sulistijo, M. App. Sc., PHd, ahli hidrogeologi dan karst
Rencana
LOGO Produksi Semen
Batuan Tufa
Pembangunan
belt conveyor
Tanah liat
Kegiatan penambangan
1.Desa Sulkam
2.Desa Kaperas
Batukapur
Jalan
tanah
Sungai Wampu
Lau Sulkam
Rencana Usaha Penyebab Dampak
1 2
KONSTRUKSI
PRA KONSTRUKSI 4. Persiapan lahan
1. Survei lahan 5. Mobilisasi material, peralatan kerja dan alat
2. Pembebasan lahan produksi
3. Rekrutmen tenaga kerja 6. Pembangunan infra struktur pabrik semen dan
pembangkit listrik
konstruksi
7. Pembangunan infra struktur pabrik kantong semen
8. Pembangunan Infra Struktur Penambangan
9. Pembangunan Infra Struktur Ban Berjalan
10.Pembangunan Fasilitas Penunjang
11.Rekrutmen tenaga kerja operasional
3
OPERASIONAL 4
12. Operasional pabrik semen
13. Operasional pabrik kantong semen PASCA OPERASIONAL
14. Operasional pembangkit listrik
20. Pembongkaran sarana dan prasarana
15. Operasional penambangan
tambang dan pabrik semen
16. Operasional ban berjalan
21. Reklamasi dan rehabilitasi lahan pasca
17. Reklamasi lahan tambang
penambangan
18. Transportasi batubara, BBMA, aditif
22. Rehabilitasi lahan pasca operasional
material, dan produk semen
pabrik semen dan ban berjalan
19. Pemeliharaan alat produksi, alat berat
23. Pemutusan hubungan kerja
dan alat angkut
Tahapan Pra Konstruksi
Survei lahan
Area pabrik semen ± 125 ha direncanakan di perkebunan kelapa sawit PTPN II
Perkebunan Maryke, dan alternatif di dusun Kuta Gajah Desa Kuta Gajah
(tanaman kelapa sawit dan karet).
Area rencana pembangunan ban berjalan meliputi karet, kelapa sawit, kemiri,
hutan sekunder, semak belukar dan melintasi Lau Ketuken menuju Desa Maryke
dan melintasi sungai Wampu menuju Desa Kuta Gajah
Tutupan lahan areal penambangan merupakan hutan sekunder, dan ditanami
masyarakat dengan tanaman keras, seperti : karet, kemiri, kelapa sawit, jengkol
dan berselingan pohon kayu dan semak belukar
Pembebasan lahan
Luasan lahan yang perlu dibebaskan ± 3.531 ha (areal tambang bahan
baku semen 3.376 ha, ban berjalan 30 ha, pabrik semen 125 ha)
Areal penambangan masuk kawasan HPT, mengacu ke PP No. 10
Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi
Kawasan Hutan, diperlukan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
Lahan masyarakat diberikan ganti rugi lahan dan tanaman
Rekrutmen Tenaga Kerja Konstruksi
Tenaga kerja direkrut secara bertahap sesuai kebutuhan kerja.
Tenaga kerja yang dibutuhkan pada puncak tahap konstruksi
diperkirakan 1.400 orang meliputi tenaga kerja yang digolongkan
sebagai tenaga kerja ahli sekitar 168 orang (12%), tenaga
kerja trampil ±490 orang (35%), dan tenaga kerja non trampil
± 742 orang (53%).
Tahapan Konstruksi
Deskripsi rencana
pembangunan fasilitas tambang
Fasilitas pendukung tambang: kantor
administrasi tambang, gudang
(warehouse), bengkel (workshop), stasiun
bahan bakar, gudang bahan peledak,
mess karyawan, crushing plant.
Besar dan luas masing-masing fasilitas
akan disesuaikan dengan kebutuhan dan
operasional kerja yang akan dilakukan.
Tahapan Operasional
Kegiatan penambangan
Rencana kemajuan penambangan
Proses pelingkupan Pabrik Semen Terpadu Dengan Kegiatan Penambangan Bahan Baku Semen di
Kec. Kutambaru Kab. Langkat
Wilayah Studi
Batas Sosial : Desa Sulkam (terutama Dusun I), Desa Kaperas, Dusun 6
Flamboyan Desa Perkebunan Marike, dan Dusun Kuta Gajah Desa Kuta
Gajah
Lokasi sampling
kualitas udara
Kebisingan
Lokasi pengukuran
tingkat kebisingan
Kualitas
air sungai
Lokasi sampling
air sungai
Kuantitas airtanah
26 titik ukur mewakili air tanah di area rencana penambangan (pengukuran April-Mei 2014, musim kemarau)
Debit tertinggi lokasi Lau Batu Kapur I (8,88 l/det) dan terendah lokasi Lahan Sembiring (0,01 l/det)
Rata-rata debit air tanah di area rencana tambang 1,33 l//det atau 1,92 m3/hari
Mengacu kelas dan kriteria kualitas lingkungan untuk parameter kuantitas air tanah sebelum ada kegiatan
penambangan diberi bobot nilai 3 dan digolongkan sebagai sedang
Timbulan air limbah
Timbulan air limbah akan dihasilkan dari kegiatan konstruksi dan operasional pabrik
semen terpadu dengan penambangan bahan baku. baku
Pada kondisi eksisting, karena kegiatan pembangunan belum dilaksanakan maka belum
ada timbulan air limbah yang dihasilkan.
Mengacu kepada kelas dan kriteria kualitas lingkungan untuk parameter timbulan air
limbah diberi bobot nilai 5 dan digolongkan sebagai sangat baik
Timbulan limbah B3
Timbulan limbah B3 akan dihasilkan dari kegiatan konstruksi dan operasional pabrik
semen terpadu dengan penambangan bahan baku
Pada kondisi eksisting, pembangunan belum dilaksanakan maka belum ada timbulan
limbah B3 yang dihasilkan.
Mengacu kepada kelas dan kriteria kualitas lingkungan untuk parameter timbulan limbah
B3 diberi bobot nilai 5 dan digolongkan sebagai sangat baik
≥ 3 = Dampak Penting
Tahap Pra Konstruksi
Kesempatan Kerja
Besaran Dampak
• Tahap konstruksi membutuhkan tenaga kerja ± 1.400 orang
• Tingkat pendidikan usia produktif di 4 desa wilayah studi dominan SD dan relatif kecil
tamat SLTA, maka diperkirakan mengisi lowongan kerja di sektor non-trampil dan sektor
trampil
• Asumsi tenaga kerja trampil dapat direkrut 25 % dan non-trampil 75%, sehingga rata-rata
pertahun tenaga kerja dapat direkrut ±227 jiwa
• Mengacu kepada kelas dan kriteria kesempatan kerja : sebelum ada kegiatan diberi bobot
nilai 1 (sangat buruk) artinya tidak ada tenaga kerja lokal yang terserap di industri semen.
• Kegiatan konstruksi 3 tahun dapat merekrut tenaga kerja lokal rerata 227 jiwa pertahun
dan diberi bobot nilai 3 (sedang), sehingga memberikan selisih skala kualitas +2 dengan
besaran dampak adalah Besar
• Tingkat Kepentingan Dampak : Jumlah manusia terkena dampak = penting (3), luas
wilayah persebaran dampak=penting (3), intensitas dampak=tidak penting (1), lamanya
dampak berlangsung =lebih penting (4), banyaknya komponen lingkungan lain terkena
dampak =lebih penting (4), sifat kumulatif dampak=lebih penting (4), berbaliknya
dampak=kurang penting (2) . Pembobotan rata-rata (3,0) tergolong Penting
Tahap Konstruksi
Kualitas Udara
Besaran Dampak
• Potensi penurunan kualitas udara tahap konstruksi : penggunaan alat berat :
buldozer, tractor, loader, dump truck, compactor, dll
• Peralatan bekerja menghasilkan emisi CO, N02, SO2 dan partikulat debu (PM10 dan
TSP).
• Jam kerja konstruksi 24 jam (3 shift kerja), waktu kerja efektif 6 jam
• Menghitung laju emisi polutan aktivitas alat berat : Nilai Faktor Emisi (Emission
Factor = EF)
Q = EF x A x (1 – ER/100)
• Faktor Emisi (EF) untuk alat berat : AP 42 Compilation of Air Pollutant Emission
Factor” (USEPA, 1995)
• Dikorelasikan dengan jumah unit peralatan yang digunakan pada kegiatan
konstruksi, cth : faktor emisi CO optimum pada pembangunan pabrik semen dan
pembangkit listrik 9,2407 lb/jam = 4191,5 gr/jam = 1164,3 mgr/det.
• Efisiensi pengurangan polutan (ER) = 0%
• Menghitung konsentrasi pencemar (C) CO yang dilepas ke udara (luas area kerja
L=1.000 m; W=1.000 m; dan H=100 m; U=5,25 m/det; , menggunakan box model,
maka didapat C = 3,65x10-4 mgr/m3.
• Emisi CO dalam box adalah 191,82 mgr/m3
Kualitas udara di Tahap Konstruksi
• Pengukuran CO di rona awal 3,33 µg/m3 : skala nilai 5 dengan kriteria sangat baik
• Konstruksi akan meningkatkan emisi CO menjadi 8,55 µg/m 3, dan dikategorikan
skala nilai 4 dengan kriteria baik (BM CO = 30.000 µg/m3).
• Selisih skala kualitas adalah 1 dan besaran dampak adalah Kecil.
• Tingkat kepentingan dampak : pembobotan, nilai rerata = 3,13 tergolong Penting
Tahap Operasional
Kualitas Udara
• Pemrakarsa telah memiliki Standard Operasional Prosedure (SOP) bagaimana
mengelola dampak penurunan kualitas udara akibat kegiatan operasional pabrik
semen, pembangkit listrik, ban berjalan, dan penambangan bahan baku semen.
• Selanjutnya tidak diperlukan lagi melakukan prakiraan dampak parameter
tersebut
Getaran
• Pemrakarsa telah memiliki SOP bagaimana mengelola dampak peningkatan
getaran akibat kegiatan peledakan di tambang