Anda di halaman 1dari 22

PT TAMBANG GAMPING INDONESIA

BAB VII

LINGKUNGAN DAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN

7.1 Perlindungan Lingkungan

Kegiatan penambangan di suatu daerah akan mempengaruhi

aspek sosial ekonomi, sosial budaya dan persepsi masyarakat di sekitar

lokasi penambangan. Kegiatan penambangan batugamping, termasuk

transportasi dan penggunaan atau pemanfaatannya dapat memberikan

suatu nilai keuntungan, namun dapat memberikan suatu dampak yang

sangat berarti bagi lingkungan di sekitar lokasi penambangan.

7.1.1 Dampak Kegiatan

Seperti umumnya kegiatan pertambangan, PT Tambang Gamping

Indonesia di Kecamatan Weda Utara, Kabupaten Halmahera Tengah ini

akan menimbulkan dampak positif dan dampak negatif pada lingkungan

di sekitar lokasi penambangan baik aspek fisik, sosial, ekonomi dan sosial

budaya serta persepsi masyarakat.

A. Dampak Negatif

Dampak negatif yang mungkin ditimbulkan dari kegiatan

penambangan di bagi menjadi dua yaitu :

a. Dampak lingkungan, yang meliputi :

- Perubahan morfologi

- Perubahan pola aliran sungai

- Perubahan iklim dan ekosistem local

LAPORAN STUDI KELAYAKAN 50


PT TAMBANG GAMPING INDONESIA

- Kerusakan tanaman

b. Dampak Sosial

Dampak sosial yang mungkin ditimbulkan oleh kegiatan

penambangan ini adalah :

 Perubahan kebiasaan masyarakat yang semula bertani menjadi

pekerja tambang.

 Munculnya penyakit masyarakat diantaranya perjudian,

pelacuran, dan minuman keras.

B. Dampak Positif

Dampak positif yang mungkin akan timbul antara lain :

- Perubahan status sosial

- Peningkatan pendapat ekonomi masyarakat

- Peningkatan masyarakat mikro

- Peningkatan mutu pendidikan anak-anak

- Peningkatan taraf hidup masyarakat

- Pengurangan tingkat pengagguran masyarakat

7.1.2 Pengelolaan Lingkungan

Berdasarkan perkiraan dampak yang akan ditimbulkan oleh

keseluruhan kegiatan pertambangan PT Tambang Gamping Indonesia

maka diperlukan pengelolaan lingkungan untuk meminimalisir

penyebaran dampak tersebut. Kegiatan pengelolaan lingkungan dilakukan

berdasarkan analisa dari tiap-tiap sumber dampak.

Pengelolaan lingkungan tambang dilakukan sebagai salah satu

konsep Pertambangan Ramah Lingkungan dengan menekan sekecil-

LAPORAN STUDI KELAYAKAN 51


PT TAMBANG GAMPING INDONESIA

kecilnya kerusakan lingkungan yang mungkin ditimbulkan. Perusahaan

dalam melakukan pengelola lingkungan berdasarkan pada kondisi awal

dahulu lokasi eksplorasi sebelum penambangan.

7.1.2.1 Perubahan Tingkat Kebisingan

Kegiatan pada tahap persiapan dan operasi penambangan

dengan menggunakan alat-alat berat dan angkutan berat berbahan bakar

solar diperkirakan akan meningkatkan kebisingan. Sumber dampak

perubahan tingkat kebisingan adalah:

a. Tahap persiapan : mobilisasi peralatan, pembuatan jalan

tambang, pembangunan sarana dan prasarana.

b. Tahap operasi : penambangan, pemuatan dan pengangkutan.

Upaya pengelolaan dampak perubahan tingkat kebisingan adalah

untuk mengurangi intesitas kebisingan sehingga dampaknya tidak

mengganggu pemukiman penduduk yang ada di sekitar rencana kegiatan

pertambangan. Upaya-upaya yang dilakukan PT Tambang Gamping

Indonesia adalah dengan :

a. Penanaman pohon sebagai buffer dengan jenis-jenis pohon

tanjung, kersen dan damar.

b. Perawatan kendaraan secara berkala.

c. Membatasi kecepatan kendaraan pengangkut material pada

lokasi dekat dengan pemukiman penduduk maksimal 30 km/jam.

d. Melakukan pembuatan waktu kerja khususnya pada saat jam

istirahat penduduk.

LAPORAN STUDI KELAYAKAN 52


PT TAMBANG GAMPING INDONESIA

7.1.2.2 Perubahan Kualitas Udara

Penurunan kualitas udara merupakan dampak langsung dari

kegiatan pertambangan yang diperkirakan akan meningkatkan laju

pencemaran udara di sekitar proyek penambangan. Sumber dampak

perubahan kualitas udara adalah:

a. Tahap persiapan : mobilisasi peralatan, pembuatan jalan

tambang, pembangunan sarana dan prasarana.

b. Tahap operasi : penambangan, pemuatan dan pengangkutan.

Tujuan dari pengelolan dampak perubahan kualitas udara adalah

untuk mengurangi penurunan kualitas udara sehingga dampaknya tidak

mengganggu pemukiman penduduk yang ada di sekitar tapak proyek

usaha pertambangan. Upaya-upaya yang akan dilakukan adalah:

a. Perawatan kendaraan secara berkala.

b. Penanaman pohon sebagai buffer site pertambangan dengan

jenis-jenis pohon tanjung, kersen dan damar.

c. Site pertambangan minimal berjarak 50 m dari pemukiman

penduduk.

7.1.2.3 Penurunan Kualitas Air

Penurunan kualitas air sungai merupakan dampak tidak langsung

dari keseluruhan rangkaian kegiatan pada tahap persiapan dan operasi

kegiatan usaha pertambangan. Sumber kegiatan yang diperkirakan

menimbulkan dampak penurunan kualitas air adalah:

a. Tahap persiapan: pembuatan jalan tambang, pembangunan

sarana dan prasarana.

LAPORAN STUDI KELAYAKAN 53


PT TAMBANG GAMPING INDONESIA

b. Tahap operasi: pmbersihan lahan, penggalian, pemuatan dan

pengangkutan.

Tujuan dari pengelolaan dampak penurunan air adalah untuk

meminimalisir beban pencemar yang mungkin ditanggung oleh badan air

di sekitar proyek usaha kegiatan pertambangan.

7.1.2.4 Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berusaha

Rencana usaha kegiatan pertambangan batugamping oleh PT

Tambang Gamping Indonesia berdampak positif terhadap kesempatan

kerja dan berusaha, kebutuhan tenaga kerja terutama untuk tenaga

pembangunan dapat menggunakan tenaga kerja lokal yang bersuber dari

keseluruhan kegiatan dalam usaha pertambangan terutama mobilisasi

tenaga kerja.

Tujuan pengelolaan dampak peningkatan kesempatan kerja dan

berusaha adalah untuk meningkatkan dampak positif dari kesempatan

kerja dan berusaha dari usaha kegiatan pertambangan, terutama bagi

perekonomian masyarakat disekitar tapak proyek usaha kegiatan

pertambangan. Upaya pengelolaan dampak peningkatan kesempatan

kerja dan berusaha dilakukan dengan cara:

a. Memprioritaskan kesempatan kerja masyarakat setempat

b. Pemberian intensif dan gaji kepada tenaga kerja lokal sesuai

dengan UMR dan tidak membedakan dengan tenaga kerja dari

luar daerah pada posisi yang sama di perusahaan.

LAPORAN STUDI KELAYAKAN 54


PT TAMBANG GAMPING INDONESIA

7.1.2.5 Peningkatan Sarana dan Prasarana Perekonomian

Peningkatan sarana dan prasarana perekonomian merupakan

multifier economy effect dari kesempatan kerja dan berusaha yang

bersumber pada keseluruhan kegiatan dalam usaha pertambangan,

terutama yang berkaitan dengan perputaran uang dalam operasional

usaha pertambangan.

Pengelolaan dampak dari peningkatan sarana dan prasarana

perekonomian kegiatan pertambangan Batugamping oleh PT Tambang

Gamping Indonesia ini bertujuan untuk meningkatkan peran serta

masyarakat untuk membangun perekonomian disekitar tapak proyek

usaha pertambangan, yang akan dilakukan melalui upaya-upaya:

a. Menyertakan sumber-sumber perekonomian setempat dalam

usaha pertambangan.

b. Mendorong dan meningkatkan aktivitas, kreatifitas, prestasi dan

partisipasi masyarakat melalui pengembangan sifat

kewirausahaan dan komunikasi antar masyarakat.

Meningkatkan peran lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai

wadah partisipasi masyarakat bekerja sama dengan perusahaan.

7.1.2.6 Dinamika Persepsi Masyarakat

Dinamika persepsi masyarakat terbangun dari kegiatan

sosialisasi, pembebasan lahan, penerimaan tenaga kerja, dan perumusan

rencana kegiatan tambang terutama mengenai ganti rugi tanam tumbuh,

pinjam pakai lahan, operasional kegiatan pertambangan, kesempatan

kerja dan berusaha serta demobilisasi tenaga kerja.

LAPORAN STUDI KELAYAKAN 55


PT TAMBANG GAMPING INDONESIA

Tujuan dari pengelolaan dampak dinamika persepsi masyarakat

adalah untuk menghindari konflik antara masyarakat dengan perusahaan

dan mengupayakan dukungan masyarakat terhadap kegiatan usaha

kegiatan pertambangan. Upaya-upaya pengelolaan dampak dilakukan

dengan cara :

a. Melakukan komunikasi dengan masyarakat di sekitar tapak

proyek dengan menyelenggarakan sosialisasi rencana kegiatan

pertambangan.

b. Merekrut tenaga kerja lokal untuk posisi-posisi yang

memungkinkan, sesuai denga kemampuan yang dimiliki.

Merencanakan program Community Development dengan lebih

banyak mengakomodasi kepentingan masyarakat dan dilakukan bersama

kelomppok sasaran.

7.1.2.7 Perubahan Tingkat Kesehatan Masyarakat

Kesehatan masyarakat merupakan komponen lingkungan yang

menjadi muara dari semua dampak dari usaha kegiatan pertambangan.

Dampak terhadap perubahan tingkat kesehatan masyarakat merupakan

dampak tururnan dari peningkatan kebisingan, penurunan kualitas udara

dan penurunan kualitas air.

Tujuan dari pengelolaan dampak perubahan tingkat kesehatan

masyarakat adalah untuk meminimalkan jumlah penderita penyakit akibat

kegiatan-kegiatan dalam usaha kegiatan pertambangan, yang akan

dilakukan melalui upaya-upaya :

a. Melakukan usaha pencegahan penurunan kualitas udara.

LAPORAN STUDI KELAYAKAN 56


PT TAMBANG GAMPING INDONESIA

b. Melakukan usaha pencegahan peningkatan kebisingan.

c. Melakukan usaha pencegahan penurunan kualitas air sungai.

d. Melakukan usaha pencegahan penurunan ketersediaan air.

e. Melakukan usaha pencegahan peningkatan laju erosi.

f. Membantu masyarakat penderita penyakit yang diduga akibat

kegiatan pertambangan dengan memberi bantuan pengobatan.

7.1.2.8 Perubahan Tingkat Keselamatan Kerja

Tujuan dari pengelolaan dampak perubahan tingkat keselamatan

kerja adalah untuk meminimalkan angka kejadian kerusakan instalasi dan

kecelakaan kerja pada tapak proyek usaha kegiatan pertambangan

dengan menggunakan upaya-upaya berikut ini:

A. Kerusakan Instalasi

- Menggunakan instalasi, peralatan dan teknik yang dipergunakan

sesuai dengan standar dan spesifikasi teknis yang berlaku.

- Melakukan pemeriksaan teknis dan pemeliharaan instalasi serta

peralatan secara berkala.

- Menerapkan aturan daerah terbatas dan terlarang untuk

memasuki area instalasi.

- Menempatkan rambu-rambu tanda bahaya dan peringatan pada

sekitar instalasi dan peralatan.

- Menerapkan aturan jarak aman instalasi dan peralatan dari

fasilitas umum dan fasilitas sosial (buffer zona).

- Mengoperasikan instalasi dan peralatan sesuai dengan standard

operating procedure (SOP).

LAPORAN STUDI KELAYAKAN 57


PT TAMBANG GAMPING INDONESIA

- Menggunakan pekerja yang kompeten untuk mengoperasikan,

memelihara dan memperbaiki instalasi dan peralatan.

B. Kecelakaan kerja:

- Melakukan pemeriksaan kesehatan, kondisi mental dan

kemampuan fisik secara berkala kepada pekerja.

- Menggunakan pekerja yang memiliki kompetensi sesuai dengan

jenis pekerjaan serta sehat secara jasmani dan rohani.

- Menyediakan sarana dan prasarana keselamatan dan kesehatan

kerja seperti alat pelindung diri, peralatan penyelamatan, klinik

kesehatan, obat-obatan, dan menyediakan tempat kerja dan

lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan kerja.

- Menyediakan alat komunikasi sesuai kebutuhan.

- Memasang tanda–tanda bahaya dan peringatan.

- Memeriksa secara berkala kondisi sarana dan prasarana

kesehatan dan keselamatan kerja.

- Menyiapkan dan melaksanakan prosedur kesehatan dan

keselamatan kerja.

- Melakukan sosialisasi prosedur K3 secara periodik.

7.1.3 Pemantauan Lingkungan

PT Tambang Gamping juga berkomitmen untuk selalu melakukan

pemantauan lingkungan di daerah rencana tambang, sehingga aspek yang

terkena dampak dari kegiatan penambangan tersebut bisa terpantau dan

sedini mungkin dapat diminimalisir. Pemantauan lingkungan yang akan

dilakukan oleh PT Tambang Gamping Indonesia meliputi :

LAPORAN STUDI KELAYAKAN 58


PT TAMBANG GAMPING INDONESIA

7.1.3.1 Perubahan Tingkat Kebisingan

Pemantauan dampak dari perubahan tingkat kebisingan

bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan dan mengetahui tingkat

efektifitas dari pengelolaan lingkungan terhadap dampak tersebut. Tolak

ukur yang digunakan untuk melakukan pemantauan dampak dari

perubahan tingkat kebisingan adalah besaran baku mutu tingkat

kebisingan untuk pemukiman 55 DBA menurut Kepmen LH Nomor Kep-48

MENLH/II/1996 tentang Baku Mutu Kebisingan.

Metode yang dilakukan untuk melakukan kegiatan pemantauan

adalah melalui pengukuran tingkat kebisingan pada titik-titik yang telah

ditentukan, dengan metode yang sesuai dengan ketentuan pada Kepmen

LH Nomor Kep-48 MENLH/II/1996 tentang Baku Mutu Kebisingan.

7.1.3.2 Perubahan Kualitas Udara

Tujuan dari pemantauan dampak dari perubahan kualitas udara

adalah untuk mengetahui kualitas udara di sekitar proyek usaha kegiatan

pertambangan dan mengetahui efektifitas pengelolaan lingkungan,

dengan menggunakan tolak ukur yaitu PP No 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara.

Metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pemantauan

adalah dengan pengambilan sampel udara sesuai dengan PP RI no 41

yahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

LAPORAN STUDI KELAYAKAN 59


PT TAMBANG GAMPING INDONESIA

7.1.3.3 Perubahan Kualitas Air

Tujuan dari pemantauan perubahan kualitas air adalah untuk

mengetahui kualitas air sungai setempat dan mengetahui efektifitas

pengelolaan lingkungan. Baku mutu kualitas air sungai dengan

parameter-parameter yang sesuai dengan PP No 82 Tahun 2001 tentang

Pemantauan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air adalah tolak

ukur dalam pemantauan dampak ini.

Metode yang digunakan adalah dengan:

a. Pengambilan sampel air sungai dan rawa sesuai dnegan Kepmen LH

No 37 Tahun 2003 tentang Metoda Analisa Kualitas Air Permukaan

dan Pengambilan Contoh Air Permukaan.

b. Metode analisa laboratorium kualitas air disesuaikan dengan PP No

82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air.

7.1.4 Kegiatan Pascatambang

Kegiatan pascatambang (mining closure) adalah suatu proses

penghentian suatu kegiatan pertambangan karena telah habisnya

cadangan bahan galian atau berhenti karena keekonomian.

7.1.4.1 Pemanfaatan Lahan Pascatambang

Pemanfaatan lahan pada penambangan Batu gamping PT

Tambang gamping Indoneisa. difokuskan pada 2 areal, yaitu areal fasilitas

tambang dan areal sekitar penambangan. Dalam rencana pemanfaatan

lahan akan ditentukan oleh kesepakatan antara pihak perusahaan dengan

LAPORAN STUDI KELAYAKAN 60


PT TAMBANG GAMPING INDONESIA

stakeholders. Lahan tersebut akan dibongkar dan direklamasi atau

dialihkan ke fungsi lainnya yang dimungkinkan lebih berguna bagi

kesinambungan ekonomi masyarakat sekitar.

7.1.4.2 Jadwal Pelaksanaan Pascatambang

Pelaksanaan kegiatan pascatambang direncanakan akan dimulai

pada akhir umur tambang atau pada saat kegiatan penambangan sudah

tidak dilakukan lagi. Sehingga fasilitas tambang tidak digunakan lagi

akibat kegiatan penambangan sudah berakhir. Adapun kegiatan

pascatambang akan di mulai pada tahun 19 dari umur penambangan PT

Tambang Gamping Indonesia.

7.1.4.3 Rencana Biaya Pascatambang

Adapun biaya pascatambang meliputi biaya pembongkaran,

reklamasi, pengembangan masyarakat dan lain sebagainya. Biaya

tersebut secara rinci akan dijelaskan pada Dokumen Rencana Pasca

tambang.

7.2 Keselamatan Pertambangan

Untuk dapat menghasilkan produktivitas kerja yang baik dari

para pekerja dan untuk tetap menjaga kesehatan para pekerja, maka

perlu penciptaan lingkungan kerja yang baik; aman; dan sehat.

Masalah yang sering dijumpai berkaitan dengan keselamatan

dan kesehatan kerja adalah :

LAPORAN STUDI KELAYAKAN 61


PT TAMBANG GAMPING INDONESIA

a. Seringnya terjadi polusi debu yang menimbulkan gangguan

kesehatan

b. Seringnya timbul suara keras yang melebihi nilai ambang batas.

c. Seringnya terjadi kecelakaan yang mengakibatkan luka-luka

bahkan cacat atau meninggal dunia.

d. Seringnya terjadi pencemaran air yang mengakibatkan

timbulnya penyakit gatal-gatal.

Masalah-masalah tersebut sering terjadi akibat timbulnya

kelalaian-kelalaian dalam memperhatikan standard pencemaran dan

standard K-3 yang ditetapkan untuk kegiatan industri khususnya

pertambangan

Di dalam pelaksanaan kerja sehari-hari, apabila dijumpai

parameter-parameter yang telah melebihi nilai standard, maka

diindikasikan bahwa lingkungan kerja telah mengalami pencemaran. Jika

hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka pencemaran yang akan terjadi

semakin berat dan pada akhirnya akan membahayakan keselamatan dan

kesehatan kerja, baik terhadap karyawan maupun penduduk di sekitar

lokasi kegiatan. Oleh sebab itu PT Tambang Gamping Indonesia akan

memberikan perhatian yang serius terhadap aspek-aspek tersebut, agar

keselamatan dan kesehatan kerja dapat terjamin.

Keselamatan dan kesehatan kerja khususnnya bagi para

karyawan, adalah merupakan suatu hal yang penting guna meningkatkan

produktivitas kerja. Hal tersebut didasari atas berbagai pertimbangan,

yaitu :

LAPORAN STUDI KELAYAKAN 62


PT TAMBANG GAMPING INDONESIA

a. Dengan tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang tinggi,

maka tingkat kecelakaan kerja dapat dikurangi bahkan ditekan

seminim mungkin. Hal ini juga berpengaruh terhadap

pembiayaan yang lebih kecil bagi peruntukan biaya kecelakaan

kerja.

b. Tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang tinggi, umumnya

sejalan dengan program penggunaan dan pemeliharaan

peralatan yang baik dan benar, yang pada akhirnya akan

menghasilkan produktifitas kerja yang tinggi dan efisiensi

peralatan yang baik.

c. Tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang tinggi umumnya

akan menciptakan kondisi-kondisi yang mendukung kenyamanan

dan kegairahan kerja.

d. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat

dipisahkan dari keterampilan, dimana kedua-duanya merupakan

unsur-unsur penting bagi kelangsungan proses produksi.

Program keselamatan dan kesehatan kerja yang dibuat oleh

perusahaan dan dijalankan dengan baik dan benar oleh seluruh para

pekerja, akan membantu terciptanya hubungan baik antara perusahaan

dan para pekerja, dimana hal ini merupakan landasan yang kuat bagi

terciptanya produktifitas kerja yang tinggi.

7.2.1 Manajemen Risiko Keselamatan Pertambangan

Manajemen Resiko Pertambangan adalah suatu proses interaksi

yang digunakan oleh perusahaan pertambangan untuk mengidentifikasi,

LAPORAN STUDI KELAYAKAN 63


PT TAMBANG GAMPING INDONESIA

mengevaluasi, dan menanggulangi bahaya di tempat kerja guna

mengurangi resiko bahaya seperti kebakaran, ledakan, tertimbun

longsoran tanah, gas beracun, suhu yang ekstrem dll. Jadi, manajemen

resiko merupakan suatu alat yang bila digunakan secara benar akan

menghasilkan lingkungan kerja yang aman, bebas dari ancaman bahaya

di tempat kerja.

Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang

besar bagi kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya

berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah

timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber

daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia

adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh

teknologi apapun.

7.2.2 Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pertambangan

Dengan memperhatikan karakter-karakter lingkungan

pertimbangan maka pengelolaan program K-3 pertambangan umum tidak

mungkin dilakukan secara “super ficial”, bahkan untuk dapat mencakup

seluruh karakter tersebut serta untuk mendapatkan kinerja K-3 yang

tinggi maka pengelolaan K-3 harus dilakukan secara bersistem.

7.2.3 Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan

Manajemen keselamatan pertambangan meliputi:

LAPORAN STUDI KELAYAKAN 64


PT TAMBANG GAMPING INDONESIA

1. Menimbang dan memperhitungkan bahaya potensial dimana akan

membahayakan para pekerja dan peralatan.

2. Melaksanakan dan memelihara/menjaga kendali yang memadai

termasuk kontrol terhadap:

 Pola penambangan

 Pendidikan dan latihan

 Pemeliharaan peralatan tambang

3. Struktur manajemen yang ada harus memadai untuk

mengidentifikasi resiko dan penerapan kontrol.

Elemen-elemen yang terkandung dalam manajemen keselamatan

pertambangan adalah:

1. Harus ada KTT yang merupakan orang dari jajaran top manajemen

yang bertanggung jawab terhadap terlaksananya serta ditaatinya

peraturan perundangan K-3.

2. Harus ada struktur organisasi yang menjalankan program K-3.

3. Harus ada orang yang kompeten dan menguasai K-3, baik teori

maupun praktek, yang duduk dalam struktur.

4. Ada lembaga perwakilan karyawan yang independen di dalam

perusahaan yang mampu sebagai tempat manajemen

berkonsultasi dan memberi masukan.

5. Ada sistem dokumentasi dan administrasi K-3.

6. Ada program identifikasi dan pengendalian bahaya dan sistem

evakuasi.

7. Ada tersedia peraturan, pedoman dan standar K-3 yang relevan.

8. Ada program sertifikasi alat, operator dan tenaga teknik khusus.

LAPORAN STUDI KELAYAKAN 65


PT TAMBANG GAMPING INDONESIA

9. Ada program pelatihan K-3, baik tingkat pelaksana maupun

pengawas.

10. Ada program perawatan dan pemeliharaan peralatan atau

permesinan serta pengadaan alat proteksi diri.

11. Ada program pengawasan, pemeriksaan dan perawatan

kesehatan.

12. Ada program pengawasan (internal planed inspection) dan

kompliance.

13. Ada program audit secara berkala.

14. Ada mekanisme evaluasi perbaikan dan peningkatan program K-3

15. Ada program pengawasan secara berkala dari pemerintah

16. Ada program bench marking dari kinerja antar perusahaan

pertambangan umum dalam aspek K-3.

17. Ada komunikasi dalam bentuk pelaporan dari perusahaan ke

pemerintah.

Dengan adanya Pengendalian manajemen oleh sistem K-3,

diharapkan akan meningkatkan:

1. Kesadaran manajemen terhadap resiko tinggi.

2. Antisipasi terhadap peraturan perundangan.

3. Integrasi dengan teknologi proses fase desain hingga modifikasi.

4. Integrasi dengan prosedur kerja.

5. Antisipasi terhadap perkembangan teknologi.

LAPORAN STUDI KELAYAKAN 66


PT TAMBANG GAMPING INDONESIA

7.2.4. Pengelolaan Keselamatan Operasi Pertambangan

Selain K3, dalam dunia pertambangan dikenal pula “Keselamatan

Operasi Pertambangan”. Pengelolaan dan pengawasan keselamatan

operasi pertambangan dilaksanakan dengan tujuan menciptakan kegiatan

operasi pertambangan yang aman dan selamat. Ruang lingkup

keselamatan operasi pertambangan meliputi:

 Evaluasi laporan hasil kajian.

 Pemenuhan standardisasi instalasi.

 Pengamanan instalasi.

 Kelayakan sarana, prasarana dan instalasi peralatan

pertambangan.

 Kompetensi tenaga teknik.

7.2.5. Organisasi dan Personil Keselamatan Pertambangan

Untuk melakukan penanganan K-3 dalam perusahaan, perlu

dibentuk suatu Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Komite K-3),

yang didalamnya duduk wakil-wakil dari setiap unit kerja yang ada di

perusahaan. Adapun tugas pokok dari Komite K-3 PT Tambang Gamping

Indonesia antara lain adalah :

1. Menjamin bahwa peraturan K-3 harus selalu dipatuhi oleh seluruh

karyawan.

2. Melakukan pengkajian secara menyeluruh pada setiap kejadian

kecelakaan kerja dan membuat saran-saran perbaikan.

3. Membina kesadaran kerja yang aman dan selamat dikalangan

karyawan.

LAPORAN STUDI KELAYAKAN 67


PT TAMBANG GAMPING INDONESIA

4. Menjadi panutan dalam hal K-3 bagi para karyawan.

Gambar 7.1. Struktur Organisasi K-3 Pertambangan

Untuk dapat melakukan penanganan K-3 dengan baik dan benar,

maka direncanakan pada unit-unit kerja yang ada, akan dilengkapi

dengan peralatan dan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja,

serta manual keselamatan dan kesehatan kerja.

Peralatan dan perlengkapan K-3 ini meliputi peralatan pemadam

kebakaran; perlengkapan P-3K; perlengkapan pakaian kerja; helm dan

sepatu lapangan; baju kerja standart; baju pelampung. Beberapa

peralatan dan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja yang harus

dipenuhi untuk lokasi kerja, seperti terlihat pada Tabel 7.1.

Tabel 7.1 Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Peralatan Keselamatan & Kesehatan


No. Lokasi
Kerja
1 Tambang  Helm pengaman
 Sepatu pengaman
 Kacamata
 Sarung tangan
 Masker debu
 Alat pemadam api dan perlengkapan P3K
di masing-masing kendaraan, baik alat
tambang maupun kendaraan sarana
 Bendera merah 2 m (untuk vehicle)
 Rambu-rambu lalu-lintas (termasuk
pengatur kecepatan max 40 km/jam)

LAPORAN STUDI KELAYAKAN 68


PT TAMBANG GAMPING INDONESIA

Peralatan Keselamatan & Kesehatan


No. Lokasi
Kerja
2 Areal Stockpile Helm pengaman
Sepatu pengaman
Kacamata
Sarung tangan
Masker debu
Alat pemadam api dan perlengkapan P3K
3 Workshop  Helm pengaman
(Bengkel)  Sepatu pengaman
 Kacamata pengaman
 Alat pemadam api dan perlengkapan P3K
 Rambu tulisan “selain yang
berkepentingan dilarang masuk”
 Lokasi pembuangan oli bekas
 Lokasi penampungan besi-besi bekas dan
suku cadang yang tidak terpakai

4 Mess Karyawan  Alat pemadam api dan perlengkapan P3K


dan Kantor

Pada dasarnya, keselamatan dan kesehatan kerja merupakan

tanggung jawab setiap pekerja pada suatu perusahaan, karena

keterbatasan modal dan skala perusahaan yang kecil, PT Tambang

Gamping Indonesia belum memiliki organisasi struktural yang menangani

masalah keselamatan dan kesehatan kerja.

Meski demikian, untuk mewujudkan pelaksanaan Keselamatan dan

kesehatan kerja, PT Tambang Gamping Indonesia menunjuk personel

yang bertanggung jawab terhadap masalah tersebut, yakni kepala teknik

tambang dan pengawas operasional lapangan. Pengawas lapangan

bertugas memastikan bahwa para pekerja mentaati peratutan

keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan dan secara berkala

melakukan inspeksi dan evalusi terhadap pekerja. Pengawas lapangan

bertanggung jawab langsung kepada kepala teknik tambang, terkait

masalah keselamatan dan kesehatan kerja karyawan.

LAPORAN STUDI KELAYAKAN 69


PT TAMBANG GAMPING INDONESIA

7.2.6 Rencana Penggunaan dan Pengamanan Bahan Peledak

Bahan peledak di gunakan untuk kegiatan pembongkaran batu

gamping di front penambangan. Jenis bahan peledak yang digunakan

terdiri atas:

A. ANFO (Amonium Nitrat Fuel Oil)

ANFO adalah bahan peledak yang merupakan campuran AN

(amonium nitrat) dan bahan bakar (fuel oil). ANFO merupakan jenis bahan

peledak peka primer, yakni bahan peledak yang hanya dapat meledak

dengan primer atau booster, bersama detonator.

B. Detonator

Detonator adalah suatu benda (selongsong) yang mengandung

isian bahan peledak (PETN), sebagai penyala awal peledakan (penggala).

Detonator merupakan jenis bahan peledak peka detonator, yakni bahan

peledak yang hanya dapat meledak dengan detonator.

C. Powergel

Powergel adalah jenis bahan peledak peka detonator yang hanya

dapat meledak dengan detonator. Bahan peledak ini berbasis emulsi

(emulsion based explosives), yang terbuat dari campuran larutan

oksidator dan berbutir sangat halus, sekitar 0,001 mm.

Bahan peledak disimpan dalam gudang bahan peledak, dimana

masing-masing jenis bahan peledak disimpan dalam gudang tersendiri,

sesuai dengan klasifikasinya, sehingga terdapat 3 gudang penyimpanan

bahan peledak. Gudang penyimpanan bahan peledak ini direncanakan

sebagai gudang bahan peledak utama, yakni gudang bahan peledak yang

terletak di lokasi penambangan. Karena bahan peledak bersifat sangat

LAPORAN STUDI KELAYAKAN 70


PT TAMBANG GAMPING INDONESIA

peka/sensitif, maka penanganannya harus dilakukan dengan sangat hati-

hati dan terhindar dari pengaruh ekstrim dari luar, seperti panas, gesekan

atau benturan. Penanganan bahan peledak di PT Tambang Gamping

Indonesia dilakukan oleh seorang juru ledak.

Desain gudang penyimpanan bahan bahan peledak PT Tambang

Gamping Indonesia mengacu pada Keputusan Menteri Pertambangan dan

Energi No 1827k/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah

Teknik Pertambangan Yang Baik. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam

pembuatan gudang bahan peledak adalah sebagai berikut:

1. Jarak gudang bahan peledak : Pembuatan Gudang bahan peledak

harus memperhatikan jarak aman terhadap pemukiman penduduk

dan fasilitas publik seperti jalan raya dll.

2. Desain gudang bahan peledak :Gudang bahan peledak harus

terbuat dari material pejal, dengan lantai terbuat dari bahan yang

tidak mudah terbakar, atap dari material yang ringan, serta di

lengkapi dengan ventilasi sebagai tempat pertukaran udara.

3. Kelengkapan gudang bahan peledak :Gudang bahan peledak harus

dilengkapi dengan thermometer, alat pemadam api, penangkal

petir, tanda dilarang merokok dan dilarang masuk bagi yang tidak

berkepentingan, rumah jaga, lampu penerangan, tanggul dan

pagar disekeliling gudang yang dilengkapi dengan pintu yang

dapat dikunci.

LAPORAN STUDI KELAYAKAN 71

Anda mungkin juga menyukai