Anda di halaman 1dari 246

KERANGAKA ACUAN

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

KEGIATAN PERTAMBANGAN BATUBARA

DESA PARENGGEAN, MANJALIN, KABUAU KECAMATAN PARENGGEAN DAN


DESA PELANTARAN KECAMATAN CEMPAGA HULU
KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Perizinan : Keputusan Kepala DPMPTSP No.


570/99/DESDM-IUPEKS/X/DPMPTSP-2017
Luas Areal Iup Eksplorasi : ± 5.578 Ha
Luas Areal Tabang : ± 301,90 Ha
Kapasitas Produksi : 5.150.000 MT
Umur Tambang : 11 Tahun

PT. ALDY SURYA GEMILANG


JL. PEMUDA No. 22 SAMPIT 74322 KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
KALIMANTAN TENGAH – INDONESIA

SAMPIT
2018
KERANGKA ACUAN KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan perlindungan-Nya
sehingga Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup kegiatan
pertambangan batubara PT. Aldy Surya Gemilang dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup dalam rangka
memenuhi persyaratan Izin Lingkungan atas kegiatan pertambangan batubara PT.
Aldy Surya Gemilang dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang tercantum di
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, yang
dijabarkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : 05 tahun 2012
tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, maka PT. Aldy Surya Gemilang yang berada di
Wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur yang bergerak di bidang Pertambangan
Batubara melaksanakan penyusunan AMDAL.

PT. Aldy Surya Gemilang sebagai pemegang konsesus kegiatan


penambangan batubara yang akan dilaksanakan di wilayah Kecamatan Parenggean
Kabupaten Kotawaringin Timur dengan luas IUP Eksplorasi ± 5.878 ha sebagaimana
Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Provinsi Kalimantan Tengah No. 570/99/DESDM-IUPEKS/X/DPMPTSP-2017 Tanggal
03 November 2017 tentang Perpanjangan Pertama Izin Usaha Pertambangan
Eksplorasi Batubara atas nama PT. Aldy Surya Gemilang.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia


Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, menjadi acuan
keharusan bagi setiap kegiatan penambangan yang tingkat produksinya >1.000.000
ton/tahun dan/atau luas wilayah IUP-nya >200 hektar diwajibkan untuk membuat
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebagai salah satu kewajiban bagi
pemegang izin penambangan. Melalui AMDAL yang benar, diharapkan kerusakan
lingkungan dapat diminimalisir dan dampak positif yang dihasilkannya dapat
dimaksimalkan serta pemanfaatan batubara juga dapat dilakukan secara optimal.
Dalam rangka memenuhi kewajiban tersebut, maka PT. Aldy Surya Gemilang selaku
pemrakarsa proyek melakukan studi AMDAL atas kegiatan penambangan batubara di
wilayah yang telah ditetapkan.

PT. ALDY SURYA GEMILANG


KERANGKA ACUAN KATA PENGANTAR

Sebagai langkah awal dari studi AMDAL ini maka disusunlah Dokumen
Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL) Usaha
Pertambangan Batubara PT. Aldy Surya Gemilang dengan mengacu kepada PerMen
LH No. 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.

Kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya Kerangka Acuan


Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL), terutama Tim Komisi Penilai
AMDAL Kabupaten Kotawaringin TImur dan Tim Penyusun AMDAL, diucapkan
terimakasih, Semoga Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan usaha
Pertambangan Batubara PT. Aldy Surya Gemilang dapat bermanfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan.

Palangka Raya, April 2018

PT. ALDY SURYA GEMILANG


KERANGKA ACUAN DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................... I-1
1.1.1. Justifikasi Dilaksanakan nya Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan ......................................................... I-1
1.1.2. Alasan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Wajib
Dilengkapi AMDAL ........................................................ I-3
1.1.3. Alasan Dokumen AMDAL Dinilai Oleh Komisi Penilai
AMDAL Kabupaten Kotawaringin Timur ........................ I-3
1.2. Tujuan Rencana kegiatan......................................................... I-4
1.2.1. Tujuan Kegiatan ............................................................ I-4
1.2.2. Manfaat Kegiatan ......................................................... I-4
1.3. Pelaksanaan Studi.................................................................... I-6
1.3.1. Pemrakarsa dan Penanggungjawab Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan ........................................................ I-6
1.3.2. Pelaksana Studi AMDAL .............................................. I-6

BAB II PELINGKUPAN
2.1. Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Dikaji ....... II-1
2.1.1. Status Studi AMDAL ..................................................... II-1
2.1.2. Kesesuaian Rencana Lokasi Usaha dan/atau
Kegiatan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah .......... II-1
2.1.2.1. Lokasi Kegiatan .............................................. II-1
2.1.2.2. Kesesuaian Lokasi RTRW Kabupaten
Kotawaringin Timur No. 05 Tahun 2015 .......... II-2
2.1.2.3. Kesesuaian Lokasi Berdasarkan SK Menhut
No. SK.529/Menhut-II/2012 ............................. II-2
2.1.2.4. Kesesuaian Lokasi Berdasarkan Keputusan
Menteri LHK Nomor : SK. 6559/MENLHK-
PKTL/IPSDH/PLA.1/12/2017 ........................... II-2
2.1.2.5. Keputusan Kepala Badan Restorasi Gambut
Nomor : SK. 05/BRG/KPTS/2016 .................... II-3
2.1.3. Deskripsi Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan .............. II-9
2.1.3.1. Cadangan dan Rencana Produksi Batubara.... II-9
2.1.3.2. Tahapan Kegiatan .......................................... II-17
A. Tahap Pra Konstruksi.................................. II-17
B. Tahap Konstruksi ........................................ II-24
C. Tahap Operasi ........................................... II-49
D. Tahap Pasca Operasi ................................. II-74

PT. ALDY SURYA GEMILANG


KERANGKA ACUAN DAFTAR ISI

2.1.4. Alternatif yang di kaji dalam AMDAL ............................. II-78


2.2. Deskripsi Rona Lingkungan Hidup Awal .................................. II-79
2.2.1. Komponen Lingkungan Yang Terkena Dampak ........... II-79
2.2.1.1. Komponen Geo-Fisik-Kimia............................. II-79
2.2.1.2. Komponen Biologi ........................................... II-94
2.2.1.3. Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya......... II-97
2.2.1.4. Komponen Kesehatan Masyarakat.................. II-107
2.2.2. Usaha dan/atau Kegiatan Yang Ada Di sekitar Lokasi
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan .............................. II-109
2.3. Hasil Pelibatan Masyarakat ..................................................... II-113
2.4. Dampak Penting Hipotetik ....................................................... II-114
2.4.1. Identifikasi Dampak Potensial ...................................... II-114
2.4.2. Evaluasi Dampak Potensial........................................... II-128
2.4.3. Dampak Penting Hipotetik (DPH) .................................. II-156
2.5. Lingkup Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian ...................... II-157
2.5.1. Batas Wilayah Studi ..................................................... II-157
2.5.2. Batas Waktu Kajian....................................................... II-159

BAB III METODE STUDI


3.1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data .................................. III-1
3.1.1. Komponen Geofisik-Kimia ............................................ III-1
3.1.2. Komponen Biologi ........................................................ III-15
3.1.3. Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya....................... III-20
3.1.4. Komponen Kesehatan Masyarakat................................ III-24
3.2. Metode Prakiraan Dampak Penting ......................................... III-25
3.2.1. Prakiraan Besaran Dampak ......................................... III-25
3.2.2. Prakiraan Sifat Penting Dampak ................................... III-26
3.3. Metode Evaluasi Secara Holistik Terhadap Dampak
Lingkungan .............................................................................. III-28
3.4. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup........ III-30

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

PT. ALDY SURYA GEMILANG


KERANGKA ACUAN DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Tim Penyusun AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit PT. Aldy
Surya Gemilang ....................................................................... I-6
Tabel 2.1. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha/Kegiatan dengan
RTRWP No. 05/2015 ............................................................... II-2
Tabel 2.2. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha/Kegiatan berdasarkan
Keputusan Menteri Kehutanan Berdasarkan SK.529/Menhut-
II/2012 ..................................................................................... II-2
Tabel 2.3. Cadangan Batubara dengan striping Rasio 1 : 4,39................. II-12
Tabel 2.4. Hasil Analisa Kimia Batubara PT. Aldy Surya Gemilang .......... II-12
Tabel 2.5. Jadwal Rencana Produksi Batubara dan Penggalian
Overburden.............................................................................. II-12
Tabel 2.6. Target Produksi Pertahun ........................................................ II-13
Tabel 2.7. Kebutuhan Tenaga Kerja Pertambangan Batubara PT. Aldy
Surya Gemilang ....................................................................... II-22
Tabel 2.8. Rekapitulasi Kebutuhan Unit Peralatan Tambang.................... II-25
Tabel 2.9. Data Curah Hujan Di Kabupaten Kotawaringin Timur
(mm/bulan) .............................................................................. II-80
Tabel 2.10. Hasil Pengujian Kualitas udara dan Kebisingan ....................... II-82
Tabel 2.11. Intensitas kebisingan dari sumber alat-alat berat ..................... II-83
Tabel 2.12. Intensitas kebisingan dari sumber kendaraan bermotor ........... II-83
Tabel 2.13. Data Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan di Wilayah Studi... II-84
Tabel 2.14. Tutupan Lahan Lokasi Studi .................................................... II-85
Tabel 2.15. Sistem Lahan Lokasi Studi....................................................... II-86
Tabel 2.16. Jenis Vegetasi Budidaya di Lokasi Studi.................................. II-94
Tabel 2.17. Jumlah penduduk Desa Wilayah Studi..................................... II-97
Tabel 2.18. Jumlah Rumahtangga dan Ukuran Keluarga (Size of Family)
Desa Wilayah Studi ................................................................. II-98
Tabel 2.19. Tingkat Pertumbuhan Penduduk di Wilayah Studi ................... II-99
Tabel 2.20. Luas Wilayah dan Tingkat Kepadatan Penduduk Desa
Wilayah Studi........................................................................... II-99
Tabel 2.21. Jumlah Murid, Guru & Rasio Murid-Guru TK, SD, SMP, SMA
di Wilayah Studi ....................................................................... II-99
Tabel 2.22. Persentase Pemeluk Agama di Wilayah Stud .......................... II-100
Tabel 2.23. Keberadaan Tempat Ibadah di Desa Wilayah Studi................. II-101

PT. ALDY SURYA GEMILANG


KERANGKA ACUAN DAFTAR TABEL

Tabel 2.24. Keberadaan Sarana Perekonomian di Desa Wilayah Studi...... II-101


Tabel 2.25. Distribusi Persentase PDRB Atas Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha di Kabupaten Kotawaringin Timur ................ II-103
Tabel 2.26. Produksi Hasil Tambang di Kabupaten Kotawaringin Timur..... II-104
Tabel 2.27. Potensi Bahan Galian Wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur II-105
Tabel 2.28. Panjang Jalan Menurut Desa / Kelurahan di Wilayah Studi...... II-105
Tabel 2.29. Sumber Air Untuk Masak dan Minum....................................... II-107
Tabel 2.30. Banyaknya Kasus dari 10 Penyakit.......................................... II-108
Tabel 2.31. Matrik Identifikasi Dampak Potensial ....................................... II-117
Tabel 2.32. Dampak Potensial Kegiatan Pertambangan batubara PT. Aldy
Surya Gemilang ....................................................................... II-122
Tabel 2.33. Evaluasi Dampak Potensial Kegiatan Pertambangan batubara
PT. Aldy Surya Gemilang......................................................... II-129
Tabel 2.34. Matrik Dampak Penting Hipotetik (DPH) .................................. II-154
Tabel 2.35. Dampak Penting Hipotetik (DPH)............................................. II-156
Tabel 2.36. Dampak Tidak Penting Hipotetik (DTPH) yang Wajib Dikelola
Dan Dipantau........................................................................... II-156
Tabel 2.37. Batas Waktu Kajian Dampak Penting Hipotetik (DPH) ............. II-159
Tabel 2.38. Ringkasan Pelingkupan .......................................................... II-163
Tabel 3.1. Baku Mutu Udara Ambien........................................................ III-2
Tabel 3.2. Baku Mutu Kebisingan ............................................................. III-2
Tabel 3.3. Lokasi Pengambilan Sample Tanah......................................... III-3
Tabel 3.4. Kriteria Penilaian Status Kesuburan Tanah.............................. III-4
Tabel 3.5. Kelas Struktur Tanah ............................................................... III-5
Tabel 3.6. Kelas Permeabilitas Tanah ...................................................... III-5
Tabel 3.7. Klasifikasi Kemiringan Lereng.................................................. III-6
Tabel 3.8. Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi Tanah ................................... III-8
Tabel 3.9. Hubungan Antara Luas DAS dan Rasio Penghantar Sedimen. III-9
Tabel 3.10. Kategori Konsentrasi Sedimen Melayang ................................ III-9
Tabel 3.11. Lokasi Pengambilan Sampel Hidrologi..................................... III-10
Tabel 3.12. Lokasi Pengambilan Sampe Kualitas Air Permukaan............... III-12
Tabel 3.13. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Penambangan Batubara ....... III-13
Tabel 3.14. Kriteria Baku Mutu Air Berdasarkan Kelas ............................... III-13
Tabel 3.15. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, Dominasi dan
Komposisi Jenis Biota Air ........................................................ III-18
Tabel 3.16. Lokasi Pengambilan Sampel Biota Air ..................................... III-19
Tabel 3.17. Metoda Pendekatan Informal yang Digunakan......................... III-24

PT. ALDY SURYA GEMILANG


KERANGKA ACUAN DAFTAR TABEL

Tabel 3.18. Ringkasan Metode Studi.......................................................... III-29

PT. ALDY SURYA GEMILANG


KERANGKA ACUAN DAFTAR GAMBAR

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Peta Administrasi Lokasi IUP Eksplorasi Pertambangan


Batubara PT. Aldy Surya Gemilang ....................................... II-4
Gambar 2.2. Peta Kesesuaian Rencana Lokasi Dengan Peta RTRWK
Kotawaringin Timur................................................................ II-5
Gambar 2.3. Peta Kesesuaian Rencana Lokasi Dengan Peta SK Menhut
No. 529/Menhut-II/2012 ......................................................... II-6
Gambar 2.4. Peta Status Kawasan Berdasarkan SK Menhut No.
SK.6559/MENLHK-PKTL/IPSDH/PLA.1/12/2017
(Moratorium Revisi XIII) ......................................................... II-7
Gambar 2.5. Peta Kesesuaian Rencana Lokasi Dengan Keputusan
Kepala Badan Restorasi Gambut Nomor : SK.
05/BRG/KPTS/2016 .............................................................. II-8
Gambar 2.6. Peta geologi .......................................................................... II-14
Gambar 2.7. Peta Layout Tambang ........................................................... II-15
Gambar 2.8. Peta Tahapan Penambangan................................................ II-16
Gambar 2.9. Struktur Organisasi PT. Aldy Surya Gemilang ....................... II-23
Gambar 2.10. Dimensi Jalan Tambang ........................................................ II-28
Gambar 2.11. Perhitungan Asumsi Dimensi Jalan Tambang ....................... II-28
Gambar 2.12. Lebar Jalan Angkut Untuk Dua Jalur Pada Belokan .............. II-29
Gambar 2.13. Perhitungan Asumsi Super Elevasi Jalan .............................. II-30
Gambar 2.14. Sudut penyimpangan maksimum jalan .................................. II-30
Gambar 2.15. Skema Konstruksi Jalan untuk Mengangkut Batubara........... II-32
Gambar 2.16. Konstruksi Jalan untuk Mengangkut Overburden................... II-32
Gambar 2.17. Typical Desain Jembatan ...................................................... II-33
Gambar 2.18. Typical Desain Gorong-gorong (Box Culvert) ........................ II-33
Gambar 2.19. Typical Design Sarana Perkantoran ...................................... II-34
Gambar 2.20. Typical Design Sarana Mess karyawan ................................. II-35
Gambar 2.21. Desain Bengkel ..................................................................... II-36
Gambar 2.22. Typical Design Ruang Genset ............................................... II-37
Gambar 2.23. Desain Ruang Tangki BBM ................................................... II-38
Gambar 2.24. Typical Design Settling Pond ................................................. II-41
Gambar 2.25. Proses Sistem Settling Pond ................................................. II-42
Gambar 2.26. Desain Oil Trap dua Compartment ........................................ II-43
Gambar 2.27. Simbol dan Label Kemasan B3.............................................. II-44

PT. ALDY SURYA GEMILANG


KERANGKA ACUAN DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.28. Pola Penyimpanan Limbah B3............................................... II-45


Gambar 2.29. Tata Ruang Gudang Penyimpanan Limbah B3...................... II-46
Gambar 2.30. Typical Design Plant Gudang Penyimpanan Limbah B3 ........ II-46
Gambar 2.31. Tampak Depan dan Samping TPS Limbah B3 ...................... II-47
Gambar 2.32. Pengelolaan Tanah Pucuk..................................................... II-51
Gambar 2.33. Sistem Penyaliran Tambang.................................................. II-54
Gambar 2.34. Saluran Trapesium Penyaliran Tambang............................... II-54
Gambar 2.35. Saluran Segitiga Penyaliran Tambang................................... II-55
Gambar 2.36. Sketsa Tambang Batubara Terbuka ...................................... II-60
Gambar 2.37. Penampang Design Tambang di PT. Aldy Surya Gemilang ... II-61
Gambar 2.38. Konsep Reklamasi dan Revegetasi Lahan Berdasarkan Arah
Kemajuan Tambang .............................................................. II-68
Gambar 2.39. Sketsa Revegetasi Lahan...................................................... II-70
Gambar 2.40. Rata-Rata Curah Hujan (mm/tahun) ...................................... II-81
Gambar 2.41. Peta Tutupan Lahan .............................................................. II-87
Gambar 2.42. Peta Sistem Lahan ................................................................ II-88
Gambar 2.43. Peta Jenis Tanah................................................................... II-89
Gambar 2.44. Peta Kelerengan.................................................................... II-90
Gambar 2.45. Peta Topografi ...................................................................... II-91
Gambar 2.46. PDRB Perkapita Kabupaten Kotawaringin Timur (Juta Rp),
Tahun 2012-2016 .................................................................. II-104
Gambar 2.47. Grafik Jumlah Kasus 10 Penyakit .......................................... II-108
Gambar 2.48. Peta Kegiatan Sekitar............................................................ II-112
Gambar 2.49. Bagan Alir Proses Dampak Penting Hipotetik ........................ II-114
Gambar 2.50. Bagan Alir Identifikasi Dampak Potensial Tahap Pra
Konstruksi.............................................................................. II-118
Gambar 2.51. Bagan Alir Identifikasi Dampak Potensial Tahap Konstruksi .. II-119
Gambar 2.52. Bagan Alir Identifikasi Dampak Potensial Tahap Operasi ...... II-120
Gambar 2.53. Bagan Alir Identifikasi Dampak Potensial Tahap Pasca
Operasi.................................................................................. II-121
Gambar 2.54. Diagram Alir Pelingkupan ...................................................... II-155
Gambar 2.55. Peta Batas Wilayah Studi ...................................................... II-162
Gambar 3.1 Peta Sampling ....................................................................... III-35

PT. ALDY SURYA GEMILANG


KERANGKA ACUAN DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perizinan

Lampiran 2. Legalitas Perusahaan

Lampiran 3. Surat Penunjukan Tim Penyusun AMDAL

Lampiran 4. Curriculum Vitae dan Lisensi Kompetensi Penyusun AMDAL

Lampiran 5. Surat Pernyataan Tim Penyusun AMDAL

Lampiran 6. Bukti Pengumuman Studi AMDAL

Lampiran 7. Dokumentasi Rona Awal

Lampiran 8. Hasil Konsultasi Publik

Lampiran 9. Draft Koesioner

PT. ALDY SURYA GEMILANG


KERANGKA ACUAN PENDAHULUAN

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.1.1. Justifikasi Dilaksanakan nya Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

Sejalan dengan Himbauan Pemerintah Republik Indonesia untuk


memanfaatkan sepenuhnya sumber-sumber energi non migas guna
memenuhi permintaan dalam negeri maupun kebutuhan export yang juga
sekaligus untuk menghemat devisa Negara, maka PT. Aldy Surya Gemilang
selaku pemilik Ijin Usaha Pertambangan Explorasi Batubara, bermaksud
mengembangkan pertambangan batubara di Desa Pelantaran, Kecamatan
Parenggean, Kabupaten Kotawaringin, Timur Provinsi Kalimantan Tengah.
Untuk merealisasikan maksud dan tujuan ini, maka PT. Aldy Surya
Gemilang Utama telah melakukan kegiatan green field exploration untuk
mengetahui potensi endapan batubara yang ada di wilayah tersebut, dan
dilanjutkan dengan penyusunan Studi Kelayakan. Laporan Studi Kelayakan
dimaksud adalah merupakan salah satu bahan masukan untuk pertimbangan
management perusahaan dalam mengambil keputusan Investasi di lokasi
tersebut.
Selain itu, adanya kebijaksanaan energi nasional mengenai
diversifikasi energi, telah memacu pemanfaatan batubara di berbagai segmen
pasar (industri) di wilayah Indonesia. Pemberlakuan UU No 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral Batubara, akan mendukung untuk
menciptakan keamanan pasokan energi nasional secara berkelanjutan dan
pemanfaatan energi secara efisien, serta terwujudnya bauran energi (energy
mix) yang optimal pada tahun 2025.
PT. Aldy Surya Gemilang merupakan perusahaan swasta nasional
yang bergerak di bidang pertambangan batubara, pemegang Ijin Usaha
Pertambangan (IUP) Eksplorasi berdasarkan Keputusan Bupati Kotawaringin
Timur No. 173 Tahun 2011, Tanggal 21 Februari tentang Pemberian Ijin
Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Kepada PT. Aldy Surya Gemilang

PT. ALDY SURYA GEMILANG I-1


KERANGKA ACUAN PENDAHULUAN

yang lokasinya berada di wilayah Desa Pelantaran, Kecamatan Parenggean,


Kabupaten Kotawaringin, Timur Provinsi Kalimantan Tengah, dengan luas
areal ± 5.578 ha.
Atas Izin tersebut diatas dilakukan perpanjangan pertama berdasarkan
Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Provinsi Kalimantan Tengah No. 570/99/DESDM-IUPEKS/X/DPMPTSP-
2017 Tanggal 03 November 2017 tentang Perpanjangan Pertama Izin Usaha
Pertambangan Eksplorasi Batubara atas nama PT. Aldy Surya Gemilang.
PT. Aldy Surya Gemilang sebagai salah satu perusahaan
pertambangan batubara di Kabupaten Kotawaringin Timur, berencana untuk
mengembangkan usaha di pertambangan batubara, dimana melalui usaha ini
diharapkan dapat memperluas lapangan kerja dan meningkatkan taraf hidup
bagi masyarakat sekitar lokasi tambang melalui multiplier effect yang
mengiringi berjalannya roda perekonomian masyarakat, peningkatan sumber
penerimaan bagi pemerintah daerah setempat melalui pajak dan retribusi
resmi yang telah diatur dan ditetapkan di dalam peraturan perundang–
undangan. “Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara dijelaskan bahwa di Bidang Pertambangan mineral
dan batubara disebutkan bahwa Pemerintah termasuk Pemerintah Kabupaten
dapat mengelola dan mengusahakan potensi mineral dan batubara secara
mandiri, andal, transparan, berdaya saing, effisien, dan berwawasan
lingkungan, guna menjamin pembangunan nasional secara berkelanjutan”.

PT. ALDY SURYA GEMILANG I-2


KERANGKA ACUAN PENDAHULUAN

1.1.2. Alasan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Wajib Dilengkapi AMDAL


Kebijakan pembangunan yang berwawasan lingkungan yang tertuang
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup, serta Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
2012 Tentang Izin Lingkungan menjadi acuan keharusan bagi setiap kegiatan
penambangan yang tingkat produksinya produksinya > 1.000.000 ton/tahun
dan/atau luas wilayah IUP-nya > 200 hektar diwajibkan untuk membuat
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebagai salah satu
kewajiban bagi pemegang izin penambangan. Melalui AMDAL yang benar,
diharapkan kerusakan lingkungan dapat diminimalisir, dan dampak positif
yang dihasilkannya dapat dimaksimalkan serta pemanfaatan batubara juga
dapat dilakukan secara optimal. Dalam rangka memenuhi kewajiban tersebut,
maka PT. Aldy Surya Gemilang selaku pemrakarsa proyek melakukan studi
AMDAL atas kegiatan penambangan batubara di wilayah yang telah
ditetapkan.
Dalam rangka studi AMDAL ini, PT. Aldy Surya Gemilang akan
melakukan beberapa rangkaian kegiatan, yaitu proses penapisan,
pelingkupan, survei lapangan dan pengujian atau analisis laboratorium dan
pelaporan. Hasil semua proses kegiatan tersebut akan terdokumentasi dalam
bentuk dokumen KA-ANDAL, ANDAL serta RKL & RPL secara berturut-turut.
Pedoman yang digunakan dalam menyusun dokumen-dokumen dimaksud
adalah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penyusunan Lingkungan Hidup.

1.1.3. Alasan Dokumen AMDAL Dinilai Oleh Komisi Penilai AMDAL Kabupaten
Kotawaringin Timur
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup (Permen-LH) Nomor 08
Tahun 2013 tentang Tata Laksana Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen
Lingkungan Hidup serta Penerbitan Izin Lingkungan telah mengamanatkan
pada Pasal 12 Ayat (1) yang menyebutkan bahwa Komisi Penilai
Kabupaten/Kota berwenang menilai Dokumen AMDAL bagi rencana usaha
dan/atau kegiatan yang berada di wilayah Kabupaten/Kota tersebut. Oleh
karena itu, PT. Aldy Surya Gemilang yang berada di wilayah Kabupaten
Kotawaringin Timur, dan Komisi Penilai AMDAL Kabupaten Kotawaringin

PT. ALDY SURYA GEMILANG I-3


KERANGKA ACUAN PENDAHULUAN

Timur telah memiliki lisensi sebagai Komisi Penilai AMDAL sesuai dengan
Permen-LH No 15 Tahun 2009 tentang Persyaratan dan Tata Cara Lisensi
Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, sehingga
dokumen AMDAL yang dibuat ini akan dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL
Kabupaten Kotawaringin Timur.

1.2. Tujuan Rencana Kegiatan


1.2.1. Tujuan Kegiatan
a. Menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara industri berbahan baku
batubara terbesar dan berkualitas di pasar perdagangan dunia.
b. Memberikan peluang bagi tumbuh dan berkembangnya industri-industri
hilir yang menggunakan batubara sebagai bahan dasar dan bahan bakar
dalam proses produksinya.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pendapatan, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan kesempatan
berusaha bagi masyarakat setempat.
d. Memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah dan nasional dengan
pembayaran pajak dari pajak bumi dan bangunan, penjualan produk
tambang batubara, dan pajak alat berat dan kendaraan bermotor yang
digunakan dalam kegiatan pertambangan batubara yang berwawasan
lingkungan.

1.2.2. Manfaat Kegiatan


1.2.2.1. Bagi Pemrakarsa
a. Memberikan manfaat ekonomi yang layak bagi perusahaan secara
berkelanjutan.
b. Berperan dalam memberikan kontribusi bagi peningkatan perekonomian
khususnya Kabupaten Kotawaringin Timur dan Provinsi Kalimantan
Tengah pada umumnya maupun perekonomian nasional melalui
peningkatan pendapatan asli daerah dan devisa negara.
c. Memberdayakan partisipasi masyarakat sekitar proyek dalam
mengembangkan kerjasama kemitraan dengan perusahaan yang saling
mendukung dan menguntungkan guna memenuhi rasa keadilan yang
berkelanjutan.

PT. ALDY SURYA GEMILANG I-4


KERANGKA ACUAN PENDAHULUAN

1.2.2.2. Bagi Pemerintah


a. Mendukung program pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur dalam
usaha memajukan pembangunan, pengentasan kemiskinan, mengatasi
kesenjangan antar desa, desa dengan kota dan antar sektor
pembangunan.
b. Mendorong dan menumbuh-kembangkan kemajuan sikap, pengetahuan
dan keterampilan masyarakat serta kemampuan partisipasi
kelembagaan masyarakat dalam pembangunan khususnya bidang
pertambangan.
c. Meningkatkan sumberdaya manusia, membuka lapangan pekerjaan bagi
penduduk sekitar kegiatan, meningkatkan pelayanan di bidang
pendidikan dan kesehatan, serta usaha-usaha ekonomi produktif
masyarakat sekitar
d. Mewujudkan salah satu Misi Kabupaten Kotawaringin Timur yaitu
mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan dengan memberikan kemudahan kepada dunia usaha serta
tetap memperhatikan hak masyarakat.

1.2.2.3. Bagi Masyarakat


a. Terbukanya lapangan kerja baru bagi masyarakat di sekitar kegiatan,
yang dapat menumbuhkan usaha ekonomi produktif sehingga terjadi
peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan yang berdampak pada
tumbuhnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan
daerah.
b. Meningkatkan kualitas sumberdaya masyarakat dan membantu
terbentuknya tenaga kerja lokal yang siap pakai, mendorong proses
belajar masyarakat, mengasah kemampuan masyarakat dalam
mengelola organisasi sosial kemasyarakatan.
c. Meningkatkan dan mengembangkan interaksi dan hubungan sosial
antara perusahaan dengan masyarakat sekitar, antara masyarakat
pendatang dengan masyarakat lokal sehingga diharapkan dapat
mempererat ikatan sosial, persatuan serta ketahanan nasional.

PT. ALDY SURYA GEMILANG I-5


KERANGKA ACUAN PENDAHULUAN

1.3. Pelaksanaan Studi


1.3.1. Pemrakarsa dan Penanggungjawab Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Nama Perusahaan : PT. ALDY SURYA GEMILANG
Alamat Perusahaan : JL. Pemuda No. 22 Sampit 74322 Kabupaten
Kotawaringin Timur
Lokasi Kegiatan : Desa Parenggean, Manjalin, Kabuau Kecamatan
Parenggean Dan Desa Pelantaran Kecamatan
Cempaga Hulu Provinsi Kalimantan Tengah.
Penanggung Jawab : AHMAD YANI
Jabatan : Direktur

1.3.2. Pelaksana Studi AMDAL


Dalam pelaksanaan studi ini pemrakarsa menunjuk tim penyusun
AMDAL perorangan yang telah memperoleh sertifikat kompetensi penyusun
AMDAL yang terdiri dari 1 (satu) orang bersertifikat kompetensi ketua tim
(KTPA) dan 2 (dua) orang bersertifikat kompetensi anggota tim (ATPA) serta
dibantu oleh 3 (tiga) orang tenaga ahli dan 2 (dua) orang asisten penyusun
(Sertifikasi Dasar-dasar Amdal dan Penyusunan Amdal).
Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 4 ayat (1)
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun 2010 Tentang
Sertifikasi Kompetensi Penyusun Dokumen Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup Dan Persyaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi
Penyusun Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup,
penyusunan Dokumen AMDAL ini dilaksanakan oleh PT. Aldy Surya
Gemilang, dan telah ditetapkan tim penyusun dan tim ahli oleh PT. Aldy Surya
Gemilang sebagai berikut:
Tabel 1.1 Tim Penyusun AMDAL Pertambangan Batubara PT. Aldy
Surya Gemilang
Nama Jabatan Keterangan
1 2 4
I. TIM PENYUSUN AMDAL
Dr. Ir. Hj. Kembarawati, M.Si Ketua Tim  S-1 (MSP)
Penyusun  S-2 (Ilmu Lingkungan)
AMDAL  S-3 (PSDAL)
 Penyusun AMDAL
 Penilai AMDAL
 Kompetensi KTPA
Drs. Najamudin, M.Si Anggota  S-1 (Biologi)
Tim  S-2 (Biologi)
Penyusun  Dasar-Dasar AMDAL
AMDAL  Penyusun AMDAL
 Kompetensi ATPA dan KTPA

PT. ALDY SURYA GEMILANG I-6


KERANGKA ACUAN PENDAHULUAN

Nama Jabatan Keterangan


1 2 4
Bayu Saputra, ST, M.Sc Anggota  S-1 (Sarjana Teknik Arsitektur)
Tim  S-2 (Magister Teknik Arsitektur)
Penyusun  Dasar-Dasar AMDAL
AMDAL  Penyusun AMDAL
 Kompetensi ATPA
II. TENAGA AHLI
Heriyanto, ST Tenaga  S-1 (Geologi Pertambangan)
Ahli  Dasar Amdal
Budi, SP., M.Si Tenaga  S1 Agribisnis (Sosek Pertanian)
Ahli  S2 Lingkungan
Kartika Sari, SKM Tenaga  S1 Kesehatan Masyarakat
Ahli

PT. ALDY SURYA GEMILANG I-7


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

BAB 2
PELINGKUPAN

2.1. Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Akan Dikaji


2.1.1. Status Studi AMDAL
Studi AMDAL kegiatan pertambangan batubara PT. Aldy Surya
Gemilang dilakukan beriringan dengan dilakukannya studi kelayakan teknis
dan ekonomis (feasibilty study). Sehingga dengan demikian, studi kelayakan
teknis dan ekonomis tersebut dapat sinkron dan sebagai acuan penilaian
dampak lingkungan dari rencana kegiatan pertambangan batubara PT. Aldy
Surya Gemilang yang akan dilaksanakan terhadap komponen lingkungan
hidup. Pada saat studi dilakukan belum ada kegiatan fisik yang dilaksanakan.
Kegiatan yang sudah dilakukan berupa kegiatan eksplorasi, perencanaan,
perizinan.

2.1.2. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan dengan Tata


Ruang Wilayah
2.1.2.1. Lokasi Kegiatan
PT. Aldy Surya Gemilang yang bergerak di bidang pertambangan
batubara, pemegang Ijin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi
berdasarkan Keputusan Bupati Kotawaringin Timur No. 173 Tahun 2011,
Tanggal 21 Februari tentang Pemberian Ijin Usaha Pertambangan (IUP)
Eksplorasi Kepada PT. Aldy Surya Gemilang yang lokasinya berada di
wilayah Desa Parenggean, Manjalin, Kabuau Kecamatan Parenggean dan
Desa Pelantaran Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin,
Timur Provinsi Kalimantan Tengah, dengan luas areal ±5.578 ha.
Atas Izin tersebut diatas dilakukan perpanjangan pertama
berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Provinsi Kalimantan Tengah No. 570/99/DESDM-
IUPEKS/X/DPMPTSP-2017 Tanggal 03 November 2017 tentang

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 1


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Perpanjangan Pertama Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi Batubara atas


nama PT. Aldy Surya Gemilang.

2.1.2.2. Kesesuaian Lokasi RTRW Kabupaten Kotawaringin Timur No. 05


Tahun 2015
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur
Nomor 05 Tahun 2015 Tentang Rencana Tata Ruang Kabupaten
Kotawaringin, lokasi pertambangan batubara PT. Aldy Surya Gemilang
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha/Kegiatan dengan
RTRWP No. 05/2015
Prosentase
No. Status Luas (Ha)
(%)
1 Hutan Produksi (HP) 51,00 0,91
2 Hutan Produksi Konversi (HPK) 5.512,00 98,82
3 Kawasan Permukiman 15,00 0,27
Jumlah 5.578,00 100,00
Sumber : Peraturan Daerah ProvinsiKalimantan Tengah Nomor 05 Tahun 2015

2.1.2.3. Kesesuaian Lokasi Berdasarkan SK Menhut No. SK.529/Menhut-II/2012


Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan SK.529/Menhut-II/2012
lokasi pertambangan batubara PT. Aldy Surya Gemilang dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2.2 Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha/Kegiatan dengan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 529 / Menhut-II /
2012
Prosentase
No. Status Luas (Ha)
(%)
1 Hutan Produksi (HP) 65,00 1,17
2 Hutan Produksi Konversi (HPK) 5.513,00 98,83
Jumlah 5.578,00 100,00
Sumber : Keputusan Menteri Kehutanan No. 529/Menhut-II/2012

2.1.2.4. Kesesuaian Lokasi Berdasarkan Keputusan Menteri LHK Nomor : SK.


6559/MENLHK-PKTL/IPSDH/PLA.1/12/2017
Berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 8 Tahun 2015 pada
13 Mei 2015 tentang Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola
Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut sebagai kelanjutan dari Inpres
Nomor 6 Tahun 2013 dan Inpres Nomor 10 Tahun 2011 dan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor SK.
6559/MENLHK-PKTL/IPSDH/PLA.1/12/2017 tanggal 04 Desember 2017
tentang Penetapan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru
Pemanfaatan Hutan, Penggunaan Kawasan Hutan, dan Perubahan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 2


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Peruntukan Kawasan Hutan dan Areal Penggunaan Lain (Revisi XIII)


bahwa areal IUP Eksplorasi pertambangan batubara PT. Aldy Surya
Gemilang tidak masuk dalam areal Hutan Alam Primer pada Hutan
Produksi dan Areal Penggunaan Lain (APL); Hutan Konversi dan Hutan
Lindung serta Lahan Gambut, hal ini berarti bahwa rencana kegiatan
pertambangan batubara PT. Aldy Surrya Gemilang dapat dilaksanakan
pada areal tersebut.

2.1.2.5. Keputusan Kepala Badan Restorasi Gambut Nomor : SK.


05/BRG/KPTS/2016
Kesesuaian lokasi dengan peta Gambut sumber Badan Restorasi
Gambut Republik Indonesia Nomor : SK. 05/BRG/KPTS/2016, lokasi IUP
Eksplorasi Pertambangan batubara PT. Aldy Surya Gemilang tidak
termasuk pada lahan prioritas restorasi gambut seluas IUP Ekslorasi yang
dimiliki oleh PT. Aldy Surya Gemilang.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 3


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.1. Peta Administrasi Lokasi IUP Eksplorasi Pertambangan Batubara


PT. Aldy Surya Gemilang

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 4


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.2. Peta Kesesuaian Rencana Lokasi Dengan RTRWK Kotawaringin


Timur

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 5


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.3. Peta Kesesuaian Rencana Lokasi Dengan SK Menhut Nomor. 529 /
Menhut-II / 2012

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 6


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.4. Peta Kesesuaian Rencana Lokasi Dengan SK Menhut No.


SK.351/MenLHK/Setjen/PLA.1/7/2017

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 7


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.5. Peta Kesesuaian Rencana Lokasi Dengan Keputusan Kepala


Badan Restorasi Gambut Nomor : SK. 05/BRG/KPTS/2016

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 8


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

2.1.3. Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


2.1.3.1. Cadangan dan Rencana Produksi Batubara
A. Bentuk dan Penyebaran Endapan
Endapan batubara di daerah penyelidikan, mempunyai sifat dan
karakteristik yang relatif hampir sama. Berdasarkan data singkapan dan
pemboran, seam batubara di daerah penyelidikan dibagi menjadi 6 seam yang
relatif menerus dengan ketebalan batubara antara 10 cm sampai 3,4 meter, dari
hasil analisa laboratorium, batubara di daerah prospek mempunyai kandungan
kalori 5.108 Kcal/kg.
Secara umum, kenampakan fisik batubara di wilayah daerah penyelidikan
: batubara berwarna hitam kenampakkan megaskopis memperlihatkan
karakteristik dari batubara hasil pemboran adalah warna hitam kusam, getas,
pecahan berlembar. Penyebaran lapisan batubara umumnya berarah hampir
baratdaya-timur laut dengan kemiringan antara 10o - 17o. Secara umum,
kenampakan fisik batubara di wilayah IUP PT. Aldy Surya Gemilang adalah
batubara ˝kusam, berwarna hitam kecoklatan-coklat, kilap kusam-sub-vitrous,
pecahan even dan sub concoidal, cleat jarang dan umunya terisi oleh oksida besi
dan soil.
Selama kegiatan penyelidikan ditemukan sebanyak 1 (satu) singkapan
(outcrop) yang terdapat dalam Formasi Dahor, singkapan-singkapan batubara
umumnya tersingkap pada dasar dan dinding sungai, sebagian singkapan
batubara tersingkap tidak utuh dimana roof dan floornya tidak terlihat jelas, dan
sebagian lagi terendam air dan soil. Seluruh singkapan batubara yang ditemukan
dalam pada Blok IUP PT. Aldy Surya Gemilang umumnya terlihat dalam kondisi
tidak segar. Potensi batubara di daerah penyelidikan dapat diketahui dari
penggabungan data – data singkapan (outcrop)dan data bor sebanyak 10 titik
bor.

B. Cadangan Batubara
Perhitungan sumberdaya batubara dalam tahapan ini hanya didasarkan
atas data-data lapisan batubara di permukaan dari setiap singkapan yang
ditemukan dan sebagai titik referensi. Untuk menyederhanakan perhitungan,
maka beberapa variable dalam perhitungan sumberdaya digunakan dengan
asumsi-asumsi, yaitu :
 Sebaran lapisan batubara diasumsikan menerus secara lateral maupun
hingga pada kedalaman tertentu

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 9


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

 Ketebalan lapisan batubara diasumsikan tidak mengalami perubahan


sebagaimana data yang terambil dipermukaan
 Besar kemiringan lapisan / dip lapisan batubara diasumsikan sama, tidak
mengalami perubahan.
Adapun kriteria yang digunakan untuk batas perhitungan masing-masing
kategori sumberdaya dalam hal panjang sebaran lateral adalah sebagai berikut :
 Terukur : 0.25 km ke arah lateral pada kedua sisi dari titik observasi.
 Terindikasi : 0.50 km ke arah lateral dari batas kategori terukur
 Terduga : 0.75 km ke arah lateral dari batas kategori terindikasi

Kriteria lainnya, yaitu :


 Bila terdapat 2 atau lebih singkapan, maka setiap singkapan memiliki area
pengaruh setengah dari jarak antara kedua singkapan tersebut.
 Berat Jenis batubara dianggap 1.3 gr/cc
Kedalaman tambang dibatasi pada kedalaman -40, -50 dan -60 meter
yang dihitung dari level permukaan lapisan batubara dengan asumsi topografi
permukaan adalah rata.
Perhitungan cadangan didasarkan pada data yang didapat dari pemboran
dan interpretasinya. Dalam hal ini dari beberapa lubang bor di dapatkan
ketebalan batubara, splitting, dan interburden, dengan pendekatan sbb :
 Daerah lingkup (pengaruh) yang digunakan adalah dari masing-masing bor
dengan acuan dasar adalah garis sebaran (cropline) seam batubara.
 Ketebalan batubara sama untuk satu daerah pengaruh titik bor (yang
dihitung sebagai potensi geologi adalah batubara dengan ketebalan > 0.4
meter).
 Tonase = luas daerah pengaruh dikalikan tebal batubara (hasil pemboran)
dikalikan 1,3 (sebagai berat jenis batubara).
 Sebagai pembanding dalam perhitungan potensi geologi dilakukan 2 (dua)
cara dengan 2 (dua) pendekatan yaitu :
 Metode poligon, tonase dihitung untuk masing-masing daerah pengaruh
(lingkup/cakupan daerah)
 Matode USGS 83 dengan menggunakan pendekatan jumlah luas seluruh
daerah pengaruh dikalikan dengan rata-rata tebal batubara keseluruhan.

Berdasarkan pendekatan tersebut diperoleh 30 seam batubara yang


relatif menerus dengan ketebalan batubara antara 30 cm sampai 2 meter. Nisbah
pengupasan yang diterapkan dalam perencanaan penambangan batubara

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 10


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

dihitung dengan pendekatan break even stripping ratio (BESR). Adapun tahapan
perhitungan BESR adalah sebagai berikut :
a. Menghitung total biaya penambangan per ton batubara (selain biaya
pengupasan overburden).
b. Menghitung balance yaitu selisih harga jual per ton batubara dengan total
biaya penambangan.
c. Menghitung BESR.

Berdasarkan pada perhitungan BESR seperti tersebut diatas, apabila


penambangan mengunakan SR = 1 : 2,46 maka besarnya keuntungan adalah
sama dengan nol (break even). Metode perhitungan yang digunakan adalah
metode penampang, yaitu penentuan luas overburden dan batubara dilakukan
pada masing-masing penampang. Sedangkan penentuan volume antara dua
penampang digunakan rumusan mean area (luas rata-rata antara dua
penampang dikalikan dengan jarak antar penampang), sehingga tonase batu-
bara dapat dihitung dengan cara mengalikan volume terhadap berat jenis
batubara (1,3 ton/m3).

Selain itu dalam penentuan cadangan tertambang ini juga telah


memasukkan faktor koreksi (losses) yaitu geological losses dan Mining Losses
dengan bobot sebagai berikut :
 Geological losses, penentuannya dilakukan berdasarkan analisis statistik
terhadap variasi ketebalan masing-masing seam batubara (lampiran tabel
cadangan). Variasi ketebalan yang besar akan mengakibatkan kemungkinan
losses yang besar.
 Mining losses, dihitung tiap penampang dengan perkiraan bahwa batubara
akan tertinggal  10 cm yaitu sekitar 5 cm di bagian atas (top) dan sekitar 5
cm di bagian bawah (bottom) akibat teknis penambangan.
 Mining losses akibat faktor oksidasi (umumnya diasumsikan sampai dengan
kedalaman 5 m dari permukaan) tidak diperhitungkan lagi karena sudah
termasuk dalam pengurangan perhitungan akibat adanya aktivitas
penambangan rakyat (dibeberapa tempat).

Perhitungan cadangan tertambang yang diperhitungan sudah dimasukkan


faktor keamanan penambangan (Mine Safety) sebesar 5 %. Adapun besaran
cadangan mulai dari tereka sampai dengan tertambang dapat dilihat pada tabel
berikut :

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 11


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Tabel 2.3 Cadangan Batubara dengan striping Rasio 1 : 4,39


Cadangan Tertambang Umur
Luas
Lokasi SR Batubara Overburden Tambang
(Ha)
(Ton) (bcm) (Tahun)
Pit 1 289,3 4.39 5.163.581 22.668.122 11
Sumber : Feasibilty Study PT. Aldy Surya Gemilang, 2015

C. Sifat dan Kualitas Endapan


Secara fisik, batubara di daerah penyelidikan pada umumnya terlihat
berwarna hitam mengkilap dan hanya sebagian kecil yang berwarna kusam –
hitam. Untuk mengetahui kualitas batubaranya, maka telah dilakukan analisa
sebanyak 2 conto dari hasil pemboran yang cukup mewakili dari beberapa seam
yang ada. Conto – conto batubara tersebut dianalisa secara proksimat, CV, RD,
HGI dan CSN. Kualitas batubara dari hasil outcrop dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2.4 Hasil Analisa Kimia Batubara PT. Aldy Surya Gemilang
Kisaran hasil
No. Parameter Satuan
laboraturium
1. Total Moisture (ar) % 46.09 %
2. Moisture % 13.88 %
3. Ash (adb) % 10.26 %
4. Volatil Matter (adb) % 38.91 %
5. Fixed Carbon (adb) % 36.95 %
6. Total Sulphur (adb) % 1.51 %
7. Calorific Value (adb) Kcal/Kg 5.108 Kcal/kg
Sumber : Feasibilty Study PT. Aldy Surya Gemilang, 2015

D. Rencana Produksi
Rencana produksi dibagi pertahun dengan menggambarkan arah
kemajuan tambang per tahun, juga menyangkut jumlah pemindahan tanah
penutup dan produksi batubara per tahun, di mana arah kemajuan tambang
senantiasa mengikuti arah penyebaran lapisan batubara. Adapun rencana
produksi batubara PT. Aldy Surya Gemilang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.5 Jadwal Rencana Produksi Batubara dan Penggalian
Overburden
Produksi Coal Getting OB + IB
Keterangan
Tahun (M.Ton) (BOM) SR
(Arah Penempatan OB + IB)
ke- PIT 1 PIT 1
0
1 350,000 1,536,500 4.39 Ke Disposal Area 1 & Top Soil
Disposal Area 1
2 400,000 1,756,000 4.39 Ke Disposal Area & Ke Pit 11
3 400,000 1,756,000 4.39 Ke Pit 11 & Ke Pit 12
4 450,000 1,975,500 4.39 Ke Pit 13

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 12


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Produksi Coal Getting OB + IB


Keterangan
Tahun (M.Ton) (BOM) SR
(Arah Penempatan OB + IB)
ke- PIT 1 PIT 1
5 450,000 1,975,500 4.39 Ke Pit 14
6 450,000 1,975,500 4.39 Ke Pit 15
7 450,000 1,975,500 4.39 Ke Pit 16
8 600,000 2,634,000 4.39 Ke Pit 17
9 600,000 2,634,000 4.39 Ke Pit 18
10 500,000 2,195,000 4.39 Ke Pit 19
11 513,581 2,254,621 4.39 Ke Pit 110
Total 5.150.000 22,668,121 4,39
Sumber : Feasibilty Study PT. Aldy Surya Gemilang, 2015
Keterangan : Pit 111 adalah lubang tambang Pit 1 yang di bentuk oleh hasil
penambangan tahun ke 11

Tabel 2.6 Target Produksi Pertahun


Tahun Target Produksi
Tahun % Produksi Sisa Cadangan
Ke Pertahun
2018 1 73.75% 350.000 8.284.212
2019 2 100.00% 400.000 7.884.212
2020 3 100.00% 400.000 7.484.212
2021 4 100.00% 450.000 7.034.212
2022 5 100.00% 450.000 6.584.212
2023 6 100.00% 450.000 6.134.212
2024 7 100.00% 450.000 5.684.212
2025 8 100.00% 500.000 5.184.212
2026 9 100.00% 500.000 4.684.212
2027 10 100.00% 500.000 4.184.212
2028 11 100.00% 500.000 3.684.212
Sumber : Feasibilty Study PT. Aldy Surya Gemilang, 2015

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 13


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.6. Peta geologi

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 14


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.7. Peta Layout Tambang

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 15


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.8. Peta Tahapan Penambangan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 16


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

2.1.3.2. Tahapan Kegiatan


A. Tahap Pra Konstruksi
1. Sosialisasi
Pada tahap pra-konstruksi ini kegiatan sosialisasi bertujuan untuk
memperkenalkan keberadaan PT. Aldy Surya Gemilang beserta dengan rencana
kegiatan yang akan dilaksanakan. Dengan adanya kegiatan sosialisasi ini
diharapkan perlibatan masyarakat sekitar kegiatan IUP eksplorasi pertambangan
batubara PT. Aldy Surya Gemilang.
Masyarakat dapat menyampaikan saran, pendapat dan/atau tanggapan
atas rencana usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap
lingkungan, sehingga diharapkan terjadi kesepakatan bersama yang positif untuk
memelihara lingkungan di kemudian hari. Selain itu sosialisasi bertujuan
membangun dialog secara langsung dengan masyarakat desa di sekitar lokasi
proyek, guna merumuskan model atau bentuk kerjasama kemitraan dalam
rangka pengembangan dan pemberdayaan masyarakat perdesaan yang ada di
sekitar lokasi kegiatan. Kesemuanya itu diharapkan bisa meningkatkan
perekonomian masyarakat setempat dan lingkungan tetap terpelihara dengan
baik. terkait kegiatan ini maka PT. Aldy Surya Gemilang berkewajiban :
 Melakukan kegitan sosialisasi secara periodik setiap tahap kegiatan selama
kegiatan ini berlangsung sampai dengan masa berakhirnya kegiatan yang
dilakukan dengan metode tatap muka langsung dalam suatu pertemuan
massal, yang juga dihadiri oleh berbagai pihak terkait, yaitu masyarakat,
tokoh masyarakat, aparat pemerintah desa, dan aparat pemerintahan
kecamatan.
 Memberikan informasi yang transparan/ketebukaan kepada masyarakat
sekitar terkait semua rencana kegiatan yang dilakukan.
 Memberikan tanggapan dan jawaban setiap pertanyaan dari masyarakat
pada saat sosialisasi.

Adapun sosialisasi yang sudah dilaksanakan adalah menyangkut studi


AMDAL kegiatan pertambangan batubara PT. Aldy Surya Gemilang dengan
melibatkan masyarakat sekitar, tokoh masyarakat serta para pemangku
kepentingan baik dari instasi pemerintah daerah maupun pemerintah Desa
setempat. Pelaksanaan sosialisasi/konsultasi publik melalui pertemuan di Aula
Kantor Kecamatan Parenggean, Kabupaten Kotawaringin Timur, pelaksanaannya
yaitu pada Hari Jum’at, tanggal 29 September 2017.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 17


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

2. Pembebasan Lahan dan Penggantian Tanam Tumbuh


Lahan diwilayah pertambangan batubara PT. Aldy Surya Gemilang
umumnya berupa hutan skunder dan sebagian lagi ditumbuhi semak belukar.
Sistem pembebasan lahan akan dilakukan dalam dua cara sesuai dengan status
penguasaan lahannya. Untuk tanah Negara dibawah penguasaan instansi
pemerintah, seperti Departemen Kehutanan dan perkebunanan maka akan
dilakukan negoisasi akan merujuk pada Keputusan Bersama (SKB) antara
Menteri Pertambangan dan Energi No. 969/K/05/M.PE/1008 dan Meteri
Kehutanan No. 429/KPTS-11/1989 tentang Pedoman Pengaturan Pelaksanaan
Pertambangan dan energi dalam Kawasan Hutan.
Rencana pembebasan lahan akan dilakukan secara bertahap sesuai
kebutuhan dan/atau kemajuan tambang. Sistem pembebasan lahan dilakukan
dalam dua cara sesuai dengan status penguasaan lahannya.
 Untuk tanah negara dibawah penguasaan instansi Pemerintah, seperti
Departemen Kehutanan dan Perkebunan maka akan dilakukan negoisasi
akan merujuk pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2016 tentang
Pedoman Pinjam Pakai Kawasan.
 Sedangkan untuk tanah adat, dibebaskan dengan uang ganti rugi
berdasarkan musyawarah antara penduduk dan PT. Aldy Surya Gemilang
secara langung dan diketahui oleh kepala adat dan pemerintah Daerah
setempat. Pelaksanaan ganti rugi tersebut mengacu pada peraturan Menteri
Negara Agraria/Kepala Badan Pertahanan (BPN) No. 1 Tahun 1994 atau
peraturan-perturan yang berlaku saat ini. Proses pembebasan lahan dan
penggantian tanam tumbuh milik masyarakat yang terkena proyek untuk
bukaan tambang, stock pile maupun pembangunan sarana dan prasarana
penunjang lainnya dilakukan sebelum kegiatan penambangan batubara
dimulai.

3. Penerimaan Tenaga Kerja


Pada tahap kontruksi dan operasi pastinya akan membutuhkan karyawan
termasuk kontraktor. Staff ini mencakup para manager, professional dan spesialis
teknis, tenaga terampil, dan penyelia dari berbagai kota diIndonesia, serta tenaga
semi terampil dan tidak trampil dari masyarakat setempat. Penerimamaan tenaga
kerja dilakukan secara bertahap mulai tahap persiapan sampai tahap operasional
meliputi tenaga administrasi dan operasi dilapangan sesuai dengan kebutuhan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 18


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

yang diperlukan. Perekrutan tenaga kerja diutamakan dari wilayah setempat/lokal


sesuai kualifikasi tingkat pedidikan maupun keahliannya.
Sistem kerja yang diterapkan di perusahaan mengacu kepada peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku serta dilakukan atas dasar kesepakatan
kerja sama antara pekerja dengan PT. Aldy Surya Gemilang. Dasar kesepakatan
ini adalah pengutamaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), efisiensi waktu
dan alat sehingga dicapai produktivitas kerja yang maksimal.
Pengaturan sistem kerja dan hubungan kerja antara perusahaan dengan
karyawan dituangkan dalam Perjanjian kerja bersama (PKB) yang mengatur
mengenai hak dan kewajiban dari serikat pekerja serta disaksikan oleh dinas
sosial dan tenaga kerja setempat. KKB diterapkan untuk seluruh karyawan PT.
Aldy Surya Gemilang dan disesuaikan setiap tahun berdasarkan rencana
produksi tahunan. Karyawan tidak tetap akan diberikan kontrak selama waktu
tertentu untuk melakukan pekerjaan langsung operasi pertambangan,
pengangkutan, dan pengolahan Batubara. Hal-hal yang diatur dalam KKB antara
lain: hubungan kerja antara perusahaan dengan karyawan, pembayaran
gaji/upah dan pajak, honor dan tunjangan, jam kerja dan lembur, penginapan dan
makan, perawatan dan kesehatan, asuransi, kompensasi untuk kecelakaan dan
kematian, dan pemecahan permasalahan karyawan
Beberapa peraturan yang dapat menjadi acuan dalam penanganan
tenaga kerja terkait dengan K3 antara lain sebagai berikut :
- UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Kegiatan
K3 ini ditujukan untuk meminimalkan dampak lingkungan yang mungkin
terjadi, serta mitigasi terhadap resiko kecelakaan dan gangguan terhadap
kesehatan yang timbul dari tahap konstruksi sampai dengan tahap
operasional.
- UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS. Dalam pelaksanaannya, PT. Aldy
Surya Gemilang akan menyediakan secara cuma-cuma dan mewajibkan
kepada para pekerja menggunakan pelindung badan, seperti sepatu
pengaman, sarung tangan, helm, masker, peredam bising (ear plug) dan
mempersiapkan kotak pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) di tiap
unit kerja dan seluruh pekerja diikut sertakan dalam program BPJS
Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan.
- Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
- Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan
Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 19


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Penerimaan tenaga kerja dilakukan melalui seleksi administrasi berdasar


kebutuhan bidang keahlian. Meskipun demikian, kebijakan manajemen tetap
harus memperhatikan dan/atau memprioritaskan kapasitas dan aspirasi
masyarakat lokal/setempat, sepanjang tidak memberikan dampak buruk terhadap
kinerja perusahaan dan sesuai kebutuhan struktur organisasi PT. Aldy Surya
Gemilang.
 Kriteria Tenaga Kerja
Kriteria tenaga kerja dapar diklasifikasikan menjadi 3 (tiga)
berdasarkan cara pembayaran upah yang dibayarkan secara berkala antrara
lain sebagai berikut :
 Upah bulanan yaitu upah yang dibayarkan secara bulanan.
 Upah harian yaitu upah yang dibayarkan secara harian
 Upah borongan yaitu upah yang dibayarkan langsung berdasarkan hasil /
prestasi pekerjaan yang telah dilakukan.
 Sistem Penerimaan Tenaga Kerja
Dalam hal penerimaan tenaga kerja sebelum diangkat sebagai
tenaga kerja dibuat perjanjian kerja atau peraturan perusahaan / perjanjian
kerja bersama yang berisi/meliputi:
 Hak dan kewajiban kedua belah pihak.
 Status hubungan kerja, tenaga kerja tetap dan tidak tetap.
 Besarnya upah pekerja pada masing-masing jenis pekerjaan disesuaikan
dengan upah minimum Sektoral Kabupaten Kotawaringin Timur (UMSK)
yang berlaku. Sehingga ada ikatan / hubungan kerja yang jelas antara
tenaga kerja dan pengusaha.

Tenaga kerja dibagi menjadi dua kelompok tenaga kerja, Kalimatnya


menjadi Status tenaga kerja ada 2 (dua) antara lain:
- Tenaga Kerja Tetap
Tenaga kerja tetap adalah tenaga kerja yang diangkat sebagai
karyawan tetap perusahaan berdasarkan perjanjian kerja yang disepakati
bersama. Diangkat jika sudah memenuhi persyaratan dan kriteria yang telah
ditetapkan oleh Perusahaan.
- Tenaga Kerja Tidak Tetap
Tenaga kerja tidak tetap adalah tenaga kerja yang diangkat sebagai
karyawan tidak tetap perusahaan berdasarkan perjanjian kerja yang disepakati
bersama. Sebagai karyawan tidak tetap, masa kerja dan kompensasi dari
karyawan ini merupakan fungsi dari jumlah produksi batubara yang dihasilkan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 20


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

oleh perusahaan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah para karyawan
perusahaan yang dikontrak selama waktu tertentu untuk melakukan pekerjaan
langsung operasi penambangan, angkutan dan penumpukan batubara.

Beberapa peraturan yang dapat menjadi acuan dalam kegiatan


Penerimaan tenaga kerja dan perlindungan kepada tenaga kerja antara lain
sebagai berikut :
- Keputusan tentang kriteria tenaga kerja akan mengacu pada Keputusan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor: Kep. 100/Men/VI/2004 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. Tenaga kerja tetap,
tenaga kerja yang tidak tetap berdasarkan perjanjian kerja yang telah
disepakati sesuai denagn UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
- Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan pasal 1 ayat 7 yaitu. “Perencanaan tenaga kerja adalah
proses penyusunan rencana ketenagakerjaan secara sistematis yang menjadi
dasar dan acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi dan pelaksanaan
program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan”.
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS
Kesehatan.
- Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum pasal 23
“Pada Setiap kegiatan usaha pertambangan berdasarkan pertimbangan
jumlah pekerja serta sifat atau luasnya pekerjaan, Kepala Pelaksana Inspeksi
Tambang dapat mewajibkan pengusaha untuk membentuk unit organisasi
yang menangani Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berada di bawah
pengawasan Kepala Teknik Tambang”.
- Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral RI Nomor : 38 Tahun 2014
Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral
dan Batubara.

Sesuai dengan kebijakan perusahaan, bahwa PT. Aldy Surya Gemilang


akan memprioritaskan tenaga kerja setempat sebanyak (70%) yang berasal dari
wilayah Kecamatan Parenggean dan Pelantaran yang merupakan wilayah
terdampak secara administratif dan wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur
secara umum untuk wilayah kerja pertambangan batubara sebagaimana
diuraikan pada tabel berikut :

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 21


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Tabel 2.7 Kebutuhan Tenaga Kerja Pertambangan Batubara PT. Aldy


Surya Gemilang

No. Tenaga Kerja Jumlah


1 MANAGER OPERASIONAL
Direktur Utama 1
Kepala Pemeliharaan Dan Perencanaan 1
Manager Administrasi 1
Manager Keuangan 1
Kepala Personalia 1
Kepala Operasional Tambang 1
2 ENGINEERING DEPT
Geologist dan Teknik 1
Desain Tambang dan Perencanaan 1
Teknis Sipil dan Konstruksi 2
Surveyor 1
Survey Crew 6
3 ADMINISTRASI
Staff Administrasi 3
Bagian Umum dan ComDev 1
Legal 2
Keamanan 10
Office Boy 2
Camp Boy 4
Koki 2
4 DEPT KEUANGAN
Kasir 2
Keuangan 2
5 DEPT LINGK dan KESELAMATAN
Paramedis 2
Keselamatan 4
Lingkungan 4
6 DEPT PEMELIHARAAN dan PERENCANAAN
Perencanaan dan Pelayanan 1
Penjaga Gudang 4
Mekanik 6
Helper 4
Staff Kebersihan 2
Welder 2
Pengawas 2
Fuel Man 4
7 DEPT OPERASIONAL TAMBANG
Suvervisor Tambang 1
Mandor 4
Operator 30
Supir 60
Checker 6
Total Jumlah Tenaga Kerja 181
Sumber : PT. Aldy Surya Gemilang, 2017

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 22


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.9. Struktur Organisasi PT. Aldy Surya Gemilang

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 23


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi Peralatan Tambang
Mobilisasi peralatan dimaksud meliputi peralatan-peralatan berat yang
digunakan untuk menunjang kegiatan penambangan baik pembangunan sarana
dan prasarana maupun untuk operasional penambangan, aksesbilitas mobilisasi
ini akan dilakukan melalui jalur darat. Peralatan yang digunakan selama
pembangunan sarana dan prasarana penambangan relatif lebih sedikit
menggunakan alat-alat berat jika dibandingkan dengan operasional
penambangan. Alat yang akan digunakan untuk pembangunan sarana dan
prasarana adalah truk pengangkut material, excavator dan bulldozer yang
dilengkapi dengan alat garu perata tanah (ripper).
Sebelum memasuki jalan lokasi IUP, pihak perusahaan menggunakan
jalan darat milik negara, untuk itu pihak perusahaan wajib mengikuti aturan atau
kebijakan daerah tentang tata laksana angkutan alat berat.
Beberapa peraturan yang dapat menjadi acuan PT. Aldy Surya Gemilang
dalam kegiatan Mobilisasi Peralatan Tambang antara lain sebagai berikut :
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan “Transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan
untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman,
cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien, mampu memadukan
modal transportasi lainnya, menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan,
untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas sebagai
pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan nasional dengan biaya
yang terjangkau oleh daya beli masyarakat”.
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
“bahwa perkembangan lingkungan strategis nasional dan internasional
menuntut penyelenggaraan pelayaran yang sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, peran serta swasta dan persaingan usaha,
otonomi daerah, dan akuntabilitas penyelenggara negara, dengan tetap
mengutamakan keselamatan dan keamanan pelayaran demi kepentingan
nasional”.
- Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 15 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 06 Tahun 2013
Tentang Jenis, Struktur, Dan Golongan Tarif Jasa Kepelabuhanan “jenis tarif
pelayanan jasa kepelabuhanan merupakan suatu pungutan atas setiap
pelayanan yang diberikan oleh penyelenggara pelabuhan dan badan usaha
pelabuhan kepada pengguna jasa kepelabuhanan”

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 24


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

- Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995


Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum pasal 140
ayat 2 “Kendaraan harus mempunyai konstruksi yang memenuhi standar
sesuai dengan beban kerjanya dan hanya dijalankan sesuai dengan ketentuan
dari pabrik pembuatnya”.
- Keputusan Direktur jenderal perhubungan Darat Nomor :
SK.726/AJ.307/DRJD/2004 TANGGAL : 30 April 2004 Tentang Pedoman
Teknis Penyelenggaraan Angkutan Alat Berat Di Jalan.
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No: 05/Men/1985 tentang Pesawat Angkat
dan Angkut dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per. 04/Men/1985
tentang Pesawat Tenaga dan Produksi.

Peralatan tambang adalah peralatan-peralatan berat serta bahan yang


digunakan untuk menunjang kegiatan pertambangan batubara, baik untuk
pembangunan sarana dan prasarana maupun untuk operasional tambang yang di
datangkan langsung dari luar daerah. Adapun kebutuhan peralatan tambang
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.8 Rekapitulasi Kebutuhan Unit Peralatan Tambang
Jumlah
Jenis Pekerjaan Model Mesin Produktivitas
Unit
A. Peralatan Utama Tambang
1. Road construction
 Dicthiing PC 200-8 114,58 1
 Stripping Top Soil D85ESS-2 2.926,13 1
 Grading / Leveling GD511A-1 2.275,88 1
 Compacting BW211D-40 2.601,00 1
2. Overburden Removal
 Land clearing D85ESS-2 197,06 2
 Ripping – dozing D85ESS-2 350,54 3
 Loading PC 300 244,60 3
 Hauling to disposal CWB45ALD 34,45 21
N
 Dozing and spreading D85ESS-2 197,06 2
3. Coal Production
 Front Preparation D85ESS-2 413,83 1
 Ripping – Dozing D85ESS-2 347,20 1
 Loading PC 300 275,80 1
 Hauling to Stockpile CWB45ALD 49,15 3
N
4. Road Maintenance
 Compacting BW211D-40 2.601,00 1

B. Peralatan Pendukung Tambang


 Service truck 1
 Fuel/lub truck 1

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 25


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Jumlah
Jenis Pekerjaan Model Mesin Produktivitas
Unit
 Pit Water Pump 2
 Genset 1
 Lighting 4
 Kendaraan 4
operasional DC L-200
Sumber : Feasibilty Study PT. Aldy Surya Gemilang, 2015

Beberapa peraturan yang dapat menjadi acuan PT. Aldy Surya Gemilang
dalam kegiatan Mobilisasi Peralatan dan Material antara lain sebagai berikut :
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan “Transportasi jalan diselenggarakan dengan
tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat,
aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien, mampu
memadukan modal transportasi lainnya, menjangkau seluruh pelosok
wilayah daratan, untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas
sebagai pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan nasional
dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat”.
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran “bahwa perkembangan lingkungan strategis nasional dan
internasional menuntut penyelenggaraan pelayaran yang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peran serta swasta dan
persaingan usaha, otonomi daerah, dan akuntabilitas penyelenggara negara,
dengan tetap mengutamakan keselamatan dan keamanan pelayaran demi
kepentingan nasional”.
 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 15 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 06 Tahun 2013
Tentang Jenis, Struktur, Dan Golongan Tarif Jasa Kepelabuhanan “jenis tarif
pelayanan jasa kepelabuhanan merupakan suatu pungutan atas setiap
pelayanan yang diberikan oleh penyelenggara pelabuhan dan badan usaha
pelabuhan kepada pengguna jasa kepelabuhanan”.
 Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum pasal 140
ayat 2 “Kendaraan harus mempunyai konstruksi yang memenuhi standar
sesuai dengan beban kerjanya dan hanya dijalankan sesuai dengan
ketentuan dari pabrik pembuatnya”.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 26


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

 Keputusan Direktur jenderal perhubungan Darat Nomor :


SK.726/AJ.307/DRJD/2004 TANGGAL : 30 April 2004 Tentang Pedoman
Teknis Penyelenggaraan Angkutan Alat Berat Di Jalan.
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No: 05/Men/1985 tentang Pesawat
Angkat dan Angkut dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per.
04/Men/1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi.

2. Pembukaan dan Pembersihan Lahan (Land Clearing)


Kegiatan pembukaan dan pembersihan lahan (land clearing) merupakan
kegiatan mempersiapkan lahan untuk kegiatan penambangan maupun keperluan
lainnya. Kegiatan meliputi pembersihan perdu, semak belukar dan bentuk
vegetasi lainnya tanpa bakar. Luas lahan yang akan dibuka disesuaikan dengan
luas pit dan sarana penunjang seluas ± 289,30 Ha serta disposal area seluas ±
12,66 Ha. Kegiatan pembukaan dan pembersihan lahan meliputi:
a) Pohon akan ditebang dan di potong-potong dengan chainsaw, selanjutnya
ditempatkan di lokasi yang telah ditentukan untuk dipergunakan selanjutnya.
b) Penggunaan Dozer dan Excavator kecil akan digunakan untuk
membersihkan dan mendorong semak belukar atau tanaman penutup tanah
(yang akan dijadikan mulsa) ke pinggir lokasi tempat kerja dimana mulsa
tersebut akan disebarkan kembali ke daerah yang akan di revegetasi.

Pembukaan dan pembersihan lahan (land clearing) dilakukan dengan


memperhatikan batas minimal lahan yang boleh dibuka dari sempadan sungai,
anak sungai, danau, rawa, atau jurang yang diatur dalam Undang-Undang No. 41
Tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 50 ayat 3 huruf c “Setiap orang dilarang
melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius atau jarak
sampai dengan” :
- 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau;
- 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa;
- 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai;
- 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai;
- 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang.

Terkait dengan kegiatan pembukaan dan pembersihan lahan maka pihak


pemrakarsa wajib mengacu Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah No. 5
Tahun 2003 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan. “BAB II Pasal 4.
Yang menyatakan bahwa setiap orang penanggung jawab usaha yang usahanya
dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap kerusakan atau

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 27


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

pencemaran lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan/atau


lahan wajib mencegah terjadinya kebakaran hutan dan/atau lahan di lokasi
usahanya”. serta Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan P.
32/Men-LAK/Setjen/Kum. 1/3/2016 Tentang Pengendalian Kebakaran Hutan.

3. Pembangunan Sarana dan Prasarana Penunjang


a) Pembangunan Jalan Tambang
Jalan tambang yang dimaksud adalah jalan yang menghubungkan
permuka kerja dengan lokasi penimbunan lapisan tanah penutup maupun lokasi
ROM Stockpile. Jalan tambang disiapkan untuk dua jalur pengangkutan truk
tronton dengan kecepatan maksimum 40 km/jam, dengan kecepatan bermuatan
di tikungan tidak boleh lebih dari 24 km/jam.
Lebar Jalan Pada Jalan Lurus
Lebar jalan angkut minimum yang dipakai sebagai jalur ganda atau lebih
pada jalan lurus dihitung dengan cara :
L = ( n x W ) + [(n + 1) x (0,5 x W)]
Keterangan :
L : Lebar jalan angkut minimum (m)
W : Lebar alat angkut (m) = 2,5 m
n : Jumlah jalur =2

Gambar 2.10. Dimensi Jalan Tambang

Gambar 2.11. Perhitungan Asumsi Dimensi Jalan Tambang

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 28


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Lebar jalan pada belokan / tikungan


Lebar jalan pada blokan/tikungan ditentukan dengan menggunakan persamaan :

Keterangan :
W : Lebar jalan angkut pada tikungan (m)
U : Jarak jejak roda (m)
Fa : Lebar juntai (verhang) depan (m)
Fb : Lebar juntai (Overhang) belakang (m)
Z : Lebar bagian tepi jalan (m)
C : Total Lateral Clearance (jarak antara kendaraan).

Maka, perhitungan lebar jalan angkut belokan :


Z = 0,5 (U + Fa + Fb )
= 0,5 (2,515 + 0,693 + 0,693)
= 1,9505 m
W = {2(U + Fa + Fb + Z)} + C
= {2(2,515 + 0,693 + 0,693 + 1,9505)} + 1,9505
= 11,703 + 1,9505
= 13,653 meter

Gambar 2.12. Lebar Jalan Angkut Untuk Dua Jalur Pada Belokan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 29


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.13. Perhitungan Asumsi Super Elevasi Jalan

Jari-jari tikungan/belokan
Besarnya jari-jari belokan jalan angkut harus sesuai dengan kosntruksi sudut
penyimpangan alat angkut, dimana sudut lingkaran yang dibentuk oleh jalan
sama dengan sudut depan alat angkut. Jari-jari belokan lintasan roda dapat
ditentukan dengan rumus perhitungan jari-jari belokan :

Wb 6,321 6,321
R = = = = 7,43 meter
sin  sin 45 0,851

Dengan :
R : Jari-jari belokan (meter)
Wb : Jarak poros depan dengan belakang (meter)
θ : Sudut penyimpangan roda depan

Gambar 2.14. Sudut penyimpangan maksimum jalan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 30


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Jadi jalan tambang yang disiapkan untuk dua jalur pengangkutan dump
truck berkecepatan maksimum 40 km/jam. Kecepatan dump truck bermuatan
ditikungan tidak boleh lebih dari 25 km/jam. Oleh karena itu geometri jalan
tambang yang berada didalam areal pit disarankan sebagai berikut :
1) Lebar minimal = 3,5 x lebar dump truck = 3,5 x 3,2 m = 11,2 m dengan lebar
paritan dan safety berm di kanan/kiri jalan maka lebar total jalan sebesar
13,2 m, adapun kemiringan bahu jalan (cross slope) adalah 1%.
2) Lebar jalan pada belokan minimal = 15 m, super elevasi = 0,05 (m/m) atau
beda elevasi sisi luar jalan pada belokan dengan elevasi sisi dalam jalan =
1,5 m
3) Kemiringan jalan maksimum = 8%.
4) Turning radius minimal = 6 m.
5) Di jalan perlu dibuat safety berm yang tingginya “tanggul” pengaman jalan
2/3 x diameter roda dump truck.

Jalan tambang ini perlu dirawat dengan baik untuk menjamin kelancaran
operasi pengangkutan dan lifetime dari ban. Alat-alat yang diperlukan untuk
merawat jalan adalah grader dan truk penyiram air untuk jalan.
Pembangunan jalan tambang di dalam area tambang mengacu pada
perundang-undang serta peraturan yang berlaku sebagai berikut :
- Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2004 tentang jalan
pasal 1 ayat 6 “Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan
usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri”.
- Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 13 Tahun
2014 Tentang Rambu Lalu Lintas pasal 1 ayat 1 “Rambu Lalu Lintas adalah
bagian perlengkapan Jalan yang berupa lambang, huruf, angka, kalimat,
dan/atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah,
atau petunjuk bagi Pengguna Jalan”.
- Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum pasal 141
ayat 1 “Jalan yang digunakan kendaraan di pertambangan, harus diberi tanda
yang jelas. Setiap kendaraan hanya boleh menggunakan jalan yang telah
ditetapkan untuk jalan angkutan”.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 31


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.15. Skema Konstruksi Jalan untuk Mengangkut Batubara

Gambar 2.16. Skema Konstruksi Jalan untuk Mengangkut Overburden

Jenis peralatan yang digunakan untuk kegiatan konstruksi jalan untuk


mengangkut batubara dan overburden adalah bulldozer Komatsu D85ESS-2
(stripping top soil dan spreading), hydraulic excavator PC200-8 (loading material
di lokasi Borrow Pit dan pembuatan drainage), dump truck Nissan Diesel
CWB45ALDN (hauling to road area), motor grader Komatsu GD511A-1 (grading /
leveling), dan bomag vibratory roller BW211D-40 (compacting).

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 32


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

b) Pembangunan Jembatan
Desain jembatan menggunakan tipe jembatan standar yang biasa
digunakan di Kalimantan yang dibangun sesuai dengan kondisi topografi
dilapangan. Jembatan-jembatan ini dibuat dengan unit yang standar dan
dianggap cocok untuk bisa dikembangkan. Jembatan tipe ini biasanya : balok
penopang jembatan yang standar, pengikat jembatan yang standar, pengikat
panjang jembatan yang standar, jembatan semi permanen, jembatan transpanel
satu jalur, dan jembatan transpanel dua jalur. Desain jembatan dan gorong-
gorong PT. Aldy Surya Gemilang, dapat dilihat pada gambar-gambar berikut.

Gambar 2.17. Typical Desain Jembatan

Gambar 2.18. Typical Desain Gorong-gorong (Box Culvert)

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 33


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

c) Pembangunan Sarana Perkantoran


Perkantoran adalah tempat untuk melakukan pengendalian kegiatan-
kegiatan operasional tambang, baik kegiatan administrasi maupun operasional
lapangan. Sarana perkantoran ini berdampingan dengan mess karyawan. Desain
dan fungsi ruangan yang di rencanakan dalam bangunan kantor dibuat
sedemikian rupa dengan sebaik-baiknya dengan ukuran 1.000 m2, dengan
dimensi nominal sekitar 32 x 15 m. Gedung berlantai satu ini akan memiliki area
penerimaan tamu, enam ruang kantor, satu ruang rapat, dapur, kamar kecil dan
ruang P3K.

Gambar 2.19. Typical Design Sarana Perkantoran

d) Pembangunan Mess Karyawan


Mess karyawan dibangun berdekatan dengan sarana perkantoran Mess
tersebut terdiri dari (ruangan) yang masing-masing ruangan dapat menampung 5-
8 orang karyawan dengan luasan 2.000 m2. Fasilitas lainnya yang yang akan
dilengkapi ialah air bersih dan MCK, mesjid atau mushola, kantin, dan fasilitas air
bersih. Sarana ini terletak satu area dengan perumahan karyawan.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 34


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.20. Typical Design Sarana Mess karyawan

e) Pembangunan Klinik
Bangunan klinik dibuat permanen dan terpisah dengan tempat tinggal
atau unit kerja lainnya, bangunan klinik di buat untuk penanganan darurat kerja
dengan menyediakan peralatan medik P3K dan peralatan kesehatan lainnya
mengingat lokasi IUP PT. ALDY SURYA GEMILANG yang dekat dengan sarana
kesehatan yang ada di sekitar Desa terkena dampak (Desa Parenggean dan
Desa Pelantaran) serta ketersediaan Rumah Sakit Umum yang berada di Sampit
Kabupaten Kotawaringin Timur yang dapat diakses melalui jalan darat.
Pembangunan Fasilitas medis atau klinik mengacu pada Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pertambangan Umum Pasal 37 ayat 1 “Pada atau dekat kantor
tambang harus disediakan ruang Perawatan Kesehatan untuk Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (P3K) beserta kelengkapannya”

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 35


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

f) Pembangunan Workshop, Gudang, Ruang Genset, Tangki Bahan Bakar


Minyak, Saluran Pembuangan dan Settling Pond, Kolam Oil Trap dan TPS
Limbah B3
 Pembangunan Bengkel / Workshop
Bangunan bengkel diperlukan untuk kelancaran kegiatan operasional
tambang. Bengkel kerja di lokasi terutama akan melayani perawatan dan
perbaikan alat berat dan truk besar yang dioperasikan, Bengkel alat berat
akan menempati bangunan berukuran 15 m x 35 m dengan lantai yang
mampu menahan kegiatan pemeliharaan peralatan tambang dengan berat
kosong 25 ton. desain bengkel dapat dilihata pada gambar berikut :

Gambar 2.21. Typial Desain Bengkel

 Pembangunan Gudang
Bangunan gudang diperlukan untuk kelancaran kegiatan operasional
tambang, terutama yang menyangkut kegiatan penyimpanan peralatan
tambang. Gudang yang akan dibangun seluas 700 m2 berukuran 20 m x 35
m, dibangun pada posisi yang tidak terlalu dekat dengan posisi kantor dan
base camp. Tipe bangunan gudang adalah semi permanen.Bangunan
menggunakan lantai cor beton dan dinding batako sampai tinggi 1 meter dan
di atasnya berupa dinding papan.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 36


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

 Pembangunan Ruang Genset


Genset merupakan salah satu alat penggerak semua aktivitas alat
yang menggunakan daya listrik yang akan mengalirkan arus listrik baik di
kantor dan mess karyawan termasuk mengalirkan arus listrik kegiatan
operasional conveyor.
Dalam memenuhi kebutuhan listrik untuk penerangan maka akan
dibangun ruangan khusus yang kedap suara dengan. Ruangan ini digunakan
sebagai tempat bangunan generator set (Genset) berbahan bakar solar
dengan daya 300 KVA sebanyak 2 unit genset.
Tenaga listrik yang dihasilkan akan didistribusikan ke Kantor, mess
karyawan, dan tempat-tempat lain yang membutuhkan energi listrik.Genset
ini dibangun di sekitar lokasi tambang dan relatif dekat dengan bengkel dan
tangki BBM. desain lay out ruang genset dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.22. Typical Design Ruang Genset

 Tangki Bahan Bakar Minyak


Bahan bakar untuk operasional tambang baik berupa solar maupun
bensin akan dibangun (fuel storage) dengan tujuan untuk mengontrol
pendistribusian ataupun pemakaian bahan bakar oleh peralatan utama
maupun peralatan pendukung operasi dengan luasan 250 m2. Persediaan
bahan bakar ini disimpan di stasiun bahan bakar minyak yang berlokasi

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 37


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

dekat dengan areal kantor untuk mempermudah dalam pengawasan. Tangki


yang direncanakan akan dibangun memiliki kapasitas sebesar 10.000 liter.

Gambar 2.23. Desain Ruang Tangki BBM

Desain Penimbunan bahan bakar cair yang dilakukan merujuk pada


Permenaker Trans No. Per.01/Men/1982 tentang Bejana Tekanan serta
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No: 555.K/26/M.Pe/1995
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pertambangan Umum,
Pasal 221 “Tempat penimbunan bahan bakar cair yang terdiiri dari satu
tangki atau sekumpulan tangki untuk menimbun bahan bakar cair mudah
terbakar dengan kapasitas 5.000 sampai dengan 40.000 liter dan untuk
bahan bakar cair mudah menyala dengan kapasitas 1.000 sampai dengan
10.000 liter harus mendapat izin Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang”.
Serta
1) Pada setiap lokasi tempat penimbunan bahan bakar cair harus tersedia:
a. Tanda larangan “Dilarang Merokok” dan “Dilarang Masuk Bagi
Yang Tidak Berkepentingan”;
b. Lampu penerangan;
c. Alat pemadam kebakaran dan
d. Penangkal petir.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 38


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

2) Pondasi tangki akan dibangun dengan konstruksi beton dan dapat


menahan bangunan tangki beserta isinya.
3) Tempat penimbunan bahan bakar cair yang terdiri dari sekumpulan
tangki, dengan jarak antara tangki dengan tangki sekurang-kurangnya
10 meter.
4) Apabila jarak antara tangki dengan tangki lainnya sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) kurang dari 10 meter maka disetiap tangki akan
dilengkapi dengan instalasi penyemprot air.
5) Disekeliling tangki penimbunan atau sekumpulan tangki penimbunan
bahan bakar cair akan dibuat tanggul pengaman yang terbuat dari beton
atau timbunan tanah dan tingginya dapat menampung.
a. Untuk tempat satu tangki penimbunan = maksimum kapasitas ± 20
cm dan
b. Untuk sekumpulan tangki penimbunan = ½ x jumlah seluruh
kapasitas tangki + 20 cm.
6) Pada dinding tangki penimbunan bahan bakar cair akan ditulis nomor
tangki, kapasitas tangki, dan jenis bahan bakar cair yang ditimbun.
7) Pipa pengisian sekurang-kurangnya berjarak 10 meter dari tempat
pengeluaran pada lokasi tangki penimbunan bahan bakar cair.
8) Tempat penimbunan bahan bakar cair akan dilengkapi dengan pagar
pengaman yang berjarak 5 meter dari tanggul pengaman dan pagar
tersebut dilengkapi dengan pintu yang terkunci.
9) Panel listrik dan pompa ditempatkan di luar pagar pengaman
10) Bangunan tangki penimbunan bahan bakar cair akan memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a. Terbuat dari bahan yang tahan terhadap nyala api;
b. Terbuat dari pelat besi yang telah diakui;
c. Berdiri tegak, kokoh dan stabil;
d. Dapat menahan cairan yang disimpan dan tidak bocor selama
penyimpanan dan pada sambungan pelat dinding tangki akan dilas,
dikeling atau dibaut atau kombinasi kedua-duanya.

 Pembuatan Saluran Pembuangan dan Settling Pond


Pembuatan Saluran Pembuangan (Drainase)
Saluran kanal (drainase) dibuat dengan maksud sebagai saluran
pembuangan air limpasan yang tertampung dalam Kolam Pengendapan
(settlingpond). Saluran ini dibuat agar antara settling pond dan sungai

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 39


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

terhubung. Jumlah saluran dan ukuran akan dibuat sesuai dengan


perhitungan dilapangan dengan kapasitas luas timbunan stockpile.Semua
aliran permukaan (run-off) dari areal tempat penimbunan batubara akan
dialirkan melalui saluran kanal (drainase) menuju ke kolam pengendapan
sedimen dan diolah sebelum dialirkan ke lingkungan.

Pembuatan Settling Pond


Pada umumnya, air yang dipompa dari sistem penirisan tambang
mengandung partikel-partikel padatan dan lumpur. Oleh karena itu, sebelum
dibuang ke badan air bebas (sungai) yang digunakan penduduk sekitar
lokasi tambang, maka perlu ditampung di kolam pengendap (settling pond).
Kolam pengendap dibuat minimal mempunyai dua kompartemen, yaitu
kompartemen pertama untuk mengendapkan partikel-partikel padatan dan
kompartemen kedua untuk mengadakan perlakuan terhadap kualitas air,
sehingga air yang mengalir keluar dari kolam pengendap tidak mencemari
atau menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup.

Rancangan (design) kolam pengendapan dibuat secara baik


sehingga dapat berfungsi secara baik pula, artinya ditinjau dari segi
geometri, segi operasional dan perawatan dapat dipertanggungjawabkan.
Dari segi geometri harus mampu menampung seluruh volume lumpur dari
sistem penirisan tambang. Sedangkan, dari segi operasional harus dapat
menjamin agar partikel-partikel padatan itu mempunyai cukup waktu untuk
mengendap, dan dari segi perawatan harus mudah untuk dibersihkan dari
lumpur pengendap. Bentuk kolam pengendap dibuat berkelok-kelok / zig-
zag, agar kecepatan aliran lumpur relatif rendah, sehingga partikel padatan
cepat mengendap. Geometri kolam pengendap disesuaikan dengan ukuran
Back hoe yang biasanya digunakan untuk melakukan perawatan kolam
pengendap, seperti mengeruk lumpur dalam kolam, memperbaiki tanggul,
dan sebagainya.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 40


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.24. Typical Design Settling Pond

Adapun proses pengolahan air penirisan adalah sebagai berikut :


 Proses Penirisan
Air dari proses tirisan tambang yang mengandung lumpur tanah
yang cukup banyak pada saat proses penambangan akan dialirkan ke
kolam satu dengan menggunakan pompa sentrifugal kapasitas 100 PK,
setelah itu air dalam kolam satu didiamkan selama kira-kira 2-3 jam
untuk mengendapkan lumpur tanah yang ukurannya besar dan air
tersebut akan mengalir secara gravitasi.
 Proses Netralisasi dan Flocullasi
Air yang berasal dari kolam A dengan pH rendah dialirkan ke
dalam kolam B untuk menaikkan kadar pH hingga mencapai pH 6-7
dengan menginjeksikan larutan kimia berupa Al2SO4. 18 H2O dan kapur
(CaOH)2 sebagai koagulator untuk kotoran seperti lumpur dan zat
organik.
 Proses Sedimentasi
Setelah flok-flok terbentuk, air dari kolam netralisasi dan floculasi
dialirkan ke dalam kolam pengendap C dengan banyaknya flok yang
terbentuk dan diameter butiran lebih besar diharapkan endapan yang
terjadi secara gravitasi akan jatuh ke dasar kolam sedangkan untuk
kolam ke D yang merupakan saluran penghubung limbah ke sungai.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 41


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.25. Proses Sistem Settling Pond

 Pembangunan Kolam Oil Trap dan TPS LB3


Pembangunan Kolam Oil Trap
Untuk menanggulangi limbah dari oli atau minyak bekas ataupun
yang tercecer dari aktivitas bengkel, akan ditampung pada oil trap dua
compartement, yaitu 2 bak semen berukuran 3 x 1 x 1 m yang dibuat
permanen di bawah permukaan lantai. Untuk itu dibuat beberapa
saluran kemiringan 3° sehingga oli atau minyak bekas tersebut akan
mengalir secara gravitasi ke dalam oil trap. Oli atau minyak bekas tersebut
ditampung di dalam drum untuk kemudian diserahkan pengelolaannya
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Guna mengantisipasi
kemungkinan kebocoran oli bekas dari bengkel maka dibuat out let saluran
pembuangan limbah oli dipasang pada oli trap. Penanganan masalah oli atau
minyak bekas ini mengacu pada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 86
tahun 1989. Oli atau minyak bekas ditangani atau ditampung badan usaha
atau perusahaan yang telah ditunjuk. Di samping itu, juga dibuat drainase
yang baik pada bengkel dan membuat parit keliling bengkel yang diarahkan
menuju kolam perangkap oli (Oil Trap).

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 42


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.26. Desain Oil Trap dua Compartment

Pembangunan TPS LB3


Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah sisa kemasan,
tumpahan, sisa proses, dan oli bekas, yang memerlukan penanganan dan
pengelolaan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah
satu atau lebih karakteristik berikut : mudah meledak, mudah terbakar,
bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain,
yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.
Pengelolaan limbah B3 yang dilakukan adalah penyimpanan limbah B3 yang
dilakukan oleh penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara
limbah B3 yang dihasilkannya sebelum diserahkan kepada pemanfaat,
pengolah dan/atau penimbun limbah B3. Sedangkan pengolahan atau
pemanfaatan lebih lanjut diserahkan kepada Pihak Ketiga yang telah
mendapatkan ijin dari Pejabat yang berwenang (KLH). Pengelolaan limbah
B3 dilakukan mengacu pada :
 Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan
Limbah B3 pasal 3 “setiap orang menghasilkan limbah B3 wajib
melakukan pengolahan limbah B3 yang dihasilkannya”.
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2013 tentang simbol dan label bahan berbahaya dan beracun
pasal 2 ayat 1 “setiap orang yang melakukan pengelolaan limbah B3
wajib melakukan pemberian simbol limbah B3 dan pelabelan limbah B3
yang dikelolanya”.
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009 Tentang
Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 43


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Beracun pasal 1 ayat 6 “izin pengelolaan limbah B3 yang selanjutnya


disebut izin adalah keputusan tata usaha yang berisi persetujuan
permohonan untuk melakukan pengelolaan limbah B3 yang diterbitkan
oleh Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota”
 Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No: 555.K/26/M.Pe/1995
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pertambangan Umum
Pasal 86 “Apabila zat asam atau persenyawaan kimia yang korosif atau
beracun atau zat lain yang dapat membahayakan pekerja dihasilkan,
dipindahkan, dipakai atau disimpan di dalam pabrik, Kepala Teknik
Tambang harus membuat pedoman kerja untuk mengurangi bahaya
sampai sekecil-kecilnya dalam menangani atau menyimpan bahan -
bahan tersebut”

Kemasan oli bekas disimpan dalam suatu drum (tanki limbah oli)
dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Dalam kondisi baik, tidak bocor atau rusak;
b. Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah B3 yang
disimpan;
c. Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat
dilakukan pemindahan atau pengangkutan; dan
d. Tiap kemasan diberikan simbol dan label sesuai ketentuan yang berlaku

Gambar 2.27. Simbol dan Label Kemasan B3

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 44


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.28. Pola Penyimpanan Limbah B3

e. Penyimpanan kemasan dibuat dengan sistem blok (Gambar 2.16);


f. Setiap blok terdiri atas 2 (dua) x 2 (dua) kemasan, sehingga dapat
dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan;
g. Lebar gang untuk lalulintas manusia akan dibuat minimal 60 cm dan
lebar gang untuk lalulintas kendaraan pengangkut (forklift) disesuaikan
dengan kelayakan pengoperasiannya;
h. Penumpukan kemasan limbah B3 mempertimbangkan kestabilan
tumpukan kemasan. Mengingat wadah yang akan digunakan adalah
drum logam (isi 200 liter), maka tumpukan maksimum adalah 3 (tiga)
lapis dengan tiap lapis diberi alas palet;
i. Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar
terhadap atap dan dinding bangunan penyimpanan tidak boleh kurang
dari 60 sentimeter.
Sedangkan untuk bangunan tempat penyimpanan sementara Limbah
B3 dengan luas bangunan 10 m x 10 m yang dibuat sesuai persyaratan
sebagai berikut :
a. Terlindung dari masuknya air hujan baik secara langsung maupun tidak
langsung
b. Dibuat tanpa plafon dan memiliki sistem ventilasi udara yang memadai;
c. Memiliki sistem penerangan (lampu atau cahaya matahari) yang
memadai untuk operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika
menggunakan lampu, maka lampu penerangan harus dipasang minimal
1 meter di atas kemasan dengan sakelar (stop contact) harus terpasang

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 45


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

di sisi luar bangunan;


d. Dilengkapi dengan sistem penangkal petir;
e. Pada bagian luar tempat penyimpanan diberi penandaan (simbol) sesuai
dengan tata cara yang berlaku.
f. Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang,
kuat dan tidak retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun ke arah
bak penampungan dengan kemiringan maksimum 1%. Pada bagian luar
bangunan, kemiringan lantai diatur sedemikian rupa sehingga air hujan
dapat mengalir ke arah menjauhi bangunan penyimpanan.
 Menyiapkan peralatan dan sistem pemadam kebakaran;
 Memasang pagar pengaman;
 Memiliki pembangkit listrik cadangan;
 Menyiapkan fasilitas pertolongan pertama;
 Memiliki pintu darurat;
 Memiliki alarm.

Gambar 2.29. Tata Ruang Gudang Penyimpanan Limbah B3

Gambar 2.30. Typical Design Plant Gudang Penyimpanan Limbah B3

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 46


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.31. Tampak Depan dan Samping TPS Limbah B3

Pembangunan Sarana dan Prasarana tambang serta Fasilitas


Penunjang Bangunan tempat kerja, gudang, kantin dan bengkel mengacu
pada Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat
Kesehatan, Kebersihan serta penemgan di tempat kerja.

Adapun Material bahan batuan yang digunakan dalam mendukung


pembangunan sarana dan prasarana penunjang yang bersifat konstruksi fisik
mulai dari pembangunan jalan tambang, jembatan, sarana perkantoran,
Workshop, Gudang, Ruang Genset, Kolam Oil Trap hingga TPS LB3
digunakan material batu andesit yang berada di lokasi IUP Pertambangan
Batubara PT. Aldy Surya Gemilang dengan perhitungan asumsi sebanyak
500 – 800.000 ton yang di manfaatkan secara bertahap sesuai kebutuhan
konstruksi, untuk material lain berupa semen, besi dan bahan lainnya akan
didatangkan dari luar daerah (wilayah terdekat).

g) Pembangunan ROM Stockpile


Coal Processing Plant (CPP) direncanakan akan dibangun di dekat lokasi
tambang yang meliputi areal seluas ± 3 hektar. Fasilitas Coal Processing Plant
terdiri dari ROM stockpile, crusher dengan kapasitas 500 ton/jam dan crushed
coal stockpile.
Pembangunan tempat penimbunan batubara (ROM Stockpile) berfungsi
tempat penumpukan sementara batubara hasil penambangan dari pit. Stockpile
batubara ditempatkan pada daerah yang datar, cukup tinggi dan terhindar dari
kemungkinan erosi dan kontaminasi dari material lain sehingga kualitas batubara
akan tetap terjaga. Tinggi tumpukan maksimal dibuat 6 (enam) meter dengan
lereng tumpukan tidak terjal. Hal ini disamping disesuaikan dengan alat muat

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 47


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

yang digunakan juga untuk menghindari terjadinya batubara yang terbakar.


Setiap pembuatan stockpile akan dilengkapi dengan pembuatan sistem drainase
yang baik dan semua air limpasan diarahkan ke kolam pengendapan.

h) Pembangunan Waste Dump


Beberapa hal yang biasanya perlu diperhatikan dalam pembangunan
waste dump adalah sebagai berikut :
 Kestabilan lereng waste dump
Biasanya waste dump menjadi tidak stabil apabila kemiringan lerengnya
terlalu tinggi atau dibangun di daerah yang mempunyai fondasi dengan tipe
batuan yang strength-nya rendah.
 Erosi
Material yang mudah hancur akan menyebabkan timbulnya erosi di sekitar
waste dump, dan akan menimbulkan pencemaran lingkungan.
 Acid Mine Drainage (AMD)
Kandungan belerang pada lapisan batubara umumnya < 1,0%, dengan
demikian kemungkinan besar AMD tidak akan menjadi masalah atau
kemungkinan terbentuknya air asam tambang kecil. Untuk membuktikannya
bisa dengan memeriksa contoh batuan pada bagian O/B dan I/B.

In Pit dump atau backfill harus dioptimumkan, dikarenakan keterbatasan


ketinggian timbunan untuk menjaga kestabilannya. Untuk itu ada beberapa
tahapan yang bisa diikuti yaitu :
 Bongkah O/B yang kuat dipasang dibagian kaki dari lereng atas, sebagai
tempat air mengalir dari bawah timbunan.
 Permukaan dari timbunan jangan membentuk sudut yang besarnya sama
dengan angle of repose, dikarenakan material mudah rapuh. Overall slope
dari waste dump dibentuk dari jenjang dengan perbandingan tinggi dan lebar
3 : 1.

Hal yang penting untuk diperhatikan adalah dengan menjaga stabilitas


dari lereng waste dump. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan revegetasi
dinding waste dump agar tidak terjadi erosi. Lapisan top soil yang dikupas di area
tambang bisa digunakan sebagai pelapis pada permukaan waste dump sebelum
dilakukan revegetasi. Air permukaan harus diatur alirannya dengan membuat
siring di sepanjang kaki waste dump, agar air tidak mengalir tidak terarah dan
menyebabkan erosi.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 48


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

C. Tahap Operasi
Pada pelaksanaan operasionalnya nanti, perusahaan akan menempatkan
para staf yang menguasai operasional penambangan dengan tujuan agar
implementasi ketentuan-ketentuan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) dapat berjalan dengan baik. Perusahaan membentuk organisasi dan
menunjuk personil yang bertanggung jawab atas keberhasilan pelaksanaan
program K3 tersebut. Personalia yang ditunjuk meliputi: (a) Kepala Teknik
Tambang (KTT), (b) Pengawas operasional, (c) Pengawas teknik, (d) Petugas K3
(safety officer), dan (e) Komite K3 (safety committee).
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No:
555.K/26/M.Pe/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Pertambangan Umum disebutkan bahwa Kepala Inspeksi Tambang harus
menerbitkan sekurang-kurangnya 12 pedoman teknis. Selain itu juga harus
membuat peraturan perusahaan atau pedoman-pedoman kerja dan operasi
berupa SOP (Standard Operation Procedure) yang khusus menyangkut
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai dengan peraturan pemerintah tentang
kegiatan ini.
Peraturan perusahaan dapat bersifat umum dan khusus, Peraturan
perusahaan yang bersifat umum berlaku untuk seluruh kegiatan yang ada, mulai
dari lokasi penambangan, jalan angkut batubara dan stockpile. Peraturan yang
bersifat khusus dibuat pada masing-masing kegiatan, karena masing-masing
kegiatan tersebut memiliki potensi bahaya yang berbeda.

1. Pengupasan dan Penanganan Tanah Pucuk


a) Pengupasan Tanah Pucuk
Pengupasan Tanah Pucuk merupakan kegiatan awal dari dalam proses
penambangan. Tanah yang dikupas adalah tanah permukaan (topsoil). Dengan
kedalaman sekitar 5-30 cm. Lapisan tanah ini merupakan lapisan tanah lebih
subur dari lapisan tanah bawahnya. Hal ini disebabkan karena lapisan topsoil
terdapat akumulasi dan proses dekomposisi bahan organik tanah. Pengupasan
tanah pucuk dilaksanakan secara bertahap, untuk massing-masing blok atau pit
tambang.
Tanah yang dikupas atau diangkut ke tempat penimbunan dekat dengan
pit dan diusahakan agar timbunan tersebut tidak mudah longsor, yaitu dengan
ditanami tanaman penutup sehingga kelak dapat dipakai untuk merehabilitasi
lahan bekas tambang. Pengupasan tanah pucuk dilakukan dengan menggunakan
bulldozer, tanah pucuk yang dijumpai di areal penggalian mempunyai ketebalan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 49


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

antara 30 – 50 cm. Mengingat tanah pucuk ini kaya akan unsur hara yang sangat
diperlukan untuk penanaman kembali pada areal bekas tambang, maka
penanganannya harus dilakukan dengan hati-hati. Rencana penanganan dan
penyimpanan tanah pucuk :
 Pengupasan tanah sebaiknya jangan dilakukan dalam keadaan basah (musim
penghujan) untuk menghindari pemadatan dan rusaknya struktur tanah;
 Timbunan tanah pucuk tidak melebihi dari 2 meter;
 Dilakukan penanaman langsung dengan tanaman penutup (cover crop) yang
cepat tumbuh dan berumur pendek untuk menutup permukaan tanah agar
terhindar dari erosi akibat hujan.
Alat berat yang digunakan untuk membongkar dan mendorong tanah
pucuk apabila jarak ke tempat penimbunan kurang dari 200 m adalah bulldozer
dan apabila melebihi jarak tersebut, bulldozer tidak efisien lagi sehingga harus
digunakan kombinasi back hoe berupa excavator dan dump truck. Tanah pucuk
ini akan dikembalikan pada lokasi bekas tambang yang sudah ditimbun dengan
overburden atau menempati bagian paling atas dengan ketebalan minimal 0.15
m, sehingga penanaman tumbuhan dapat dilakukan. Pada saat meratakan tanah
pucuk nantinya sebelum ditanami digunakan bulldozer. Lokasi penimbunan tanah
pucuk ditempatkan di sebelah Barat masing-masing Pit yang ada.

b) Penanganan Tanah Pucuk

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan penanganan tanah


pucuk/tanah penutup adalah:
 Pengamatan profil tanah dan identifikasi perlapisan tanah tersebut sebagai
endapan bahan galian.
 Pengupasan tanah berdasarkan atas lapisan-lapisan tanah dan ditempatkan
pada tempat tertentu sesuai dengan tingkat lapisannya. Timbunan tanah
pucuk tidak lebih dari 2 m.
 Pembentukkan lahan sesuai dengan susunan lapisan tanah semula. Tanah
pucuk ditempatkan paling atas dengan ketebalan minimal 0,15 cm.
 Pengupasan lapisan tanah pucuk tidak dilakukan dalam keadaan basah
untuk menghindari pemadatan dan rusaknya struktur tanah.
 Pencampuran tanah pucuk dengan tanah lain. Jumlah tanah pucuk yang
terbatas dapat dicampur dengan tanah bawah (sub soil). Hal yang dihindari
dalam memanfaatkan tanah pucuk adalah :
 Sangat berpasir (> 70% pasir atau kerikil)

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 50


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

 Sangat berlumpur (> 60% lempung)


 Mempunyai pH < 5,00 atau > 8,00
 Mengandung Florida 3%
 Mempunyai Electrical Conductivity (EC) 400 mS/m.
 Dilakukan penamaan langsung dengan tanaman penutup (cover crop)
yang cepat tumbuh dan menutup permukaan tanah.
 Dilakukan penanaman langsung dengan tanaman penutup tanah (land cover
crop) yang cepat tumbuh dan menutup pemukaan tanah.
 Pengelolaan tanah pucuk yang akan dilakukan mengacu pada Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor : P. 4/Menhut-II/2011 Tentang Pedoman Reklamasi
Hutan sebagaimana Gambar berikut.

Gambar 2.32. Pengelolaan Tanah Pucuk

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 51


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

2. Pembongkaran OB (Overburden) dan Pembuatan Sistem Penyaliran


a) Pembongkaran OB (Overburden)
Penggalian overburden menggunakan bulldozer dan back hoe, dimana
bulldozer berfungsi sebagai alat gali, alat dorong dan alat berai dan pengumpul
material untuk dimuat ke dump truck dengan menggunakan back hoe. Bulldozer
yang digunakan adalah D 85 ESS dan alat gali muat adalah excavator PC 300
serta alat angkut berupa dump truck Nissan CWB.
Berdasarkan kajian geoteknik, tinggi lereng tunggal yang masih stabil
pada lapisan batuan yang menjadi overburden adalah 10 m dengan sudut 60˚
serta mempunyai faktor keamanan > 1,3. Mengingat alat gali yang digunakan
yaitu excavator PC 300 mempunyai jangkauan lengan gali maksimum 10,5 m,
maka tinggi lereng penggalian yang optimal adalah 10 m. Pada pelaksanaan
penambangan lebar lantai kerja awal (working bench) sebesar 12,0 m dengan
pertimbangan alat gali dan dump truck dapat beroperasi dengan leluasa. Dalam
operasinya lebar working bench yang 12,0 m tersebut dapat berkurang menjadi
6,0 m disesuaikan dengan kebutuhan.
Pada awal produksi di setiap Pit, tanah penutup akan diangkut dan
dibuang di lokasi pembuangan yang berada di luar areal penggalian (outside
dump). Selanjutnya penimbunan, apabila kegiatan penambangan sudah selesai
pada suatu area, maka bekas areal penggalian (mined out) tersebut akan
dijadikan lokasi pembuangan untuk menimbun lubang-lubang yang ada. Cara
penimbunan seperti ini dapat mengurangi dampak-dampak negatif pada
lingkungan karena lubang-lubang bekas tambang tertutup kembali dan
selanjutnya diselimuti dengan tanah pucuk sebelum ditanami kembali. Bentuk
dari bekas tambang yang siap ditanami kembali ada dua macam, yaitu :
a. Berbentuk jenjang (trap) dengan ketinggian jenjang relatif rendah yaitu
sekitar 1 m dan lebar sekitar 6 m. Selain sulit melakukan penimbunan tanah
pucuk, bentuk seperti ini memerlukan biaya mahal untuk membentuk jenjang
- jenjang tersebut. Selain itu, juga mengakibatkan tingkat erosi tanah pucuk
yang cukup tinggi.
b. Bentuk kedua adalah dibuat rata, dimana cara ini relatif lebih murah dan
mudah dalam penimbunan kembali serta menyebarkan tanah pucuk, tingkat
erosi juga relatif rendah.

Tanah/bantuan penutup akan digali dengan menggunakan alat mekanis


excavator selanjutnya diangkut dengan truk pengangkut ke tempat penimbunan
tanah penutup yang telah direncanakan. Pada tahap pertama penambangan,
tanah penutup akan ditimbun diluar lubang tambang yang letaknya berkisar

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 52


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

antara 500 m -1.5 km dari lokasi lubang tambang. Untuk tahap selanjutnya, tanah
penutup akan ditimbun dilubang tambang yang telah selesai ditambang pada
tahap pertama (sistem pengisisan kembali lubang tambang atau sitem
backfilling). Dengan memperhatikan pertimbangan tersebut, maka penimbunan
tanah penutup akan dilakukan dengan membuat bentuk rata.

b) Pembuatan Sistem Penyaliran (Mine Drainage)


Penyaliran tambang bukan hanya berate pengeringan tambang namun
juga menyiapkan selokan-selokan atau parit untuk mengendalikan air limpasan
baik dari lokasi tambang maupun yang akan masuk ke lokasi tambang. Air
limpasan yang masuk di daerah tambang akan melalui daerah yang terbuka
sehingga kekkeruhan air daerah atau sedimentasi air akan meningkat jika terjdi
hujan. Saluran-saluran air limpasan akan dibangun dan diarahkan ke kolam-
kolam penangkap sedimen (setting ponds) .

Kolam-kolam penangkap sedimen akan dirancang untuk kebutuhan


pengendapan material berdiameter 0,1 mm atau lebih yang terkandung air
limpasan dari lubang tambang maupun dan tempat penimbunan tanah penutup.
Air limpasan akan bertahan beberapa waktu dan mengendapkan sediment
dikolam-kolam ini sebelum air keluar ke lingkungan. Metode yang digunakan
untuk menurunkan elevasi air tanah pada sisi yang tidak terjangkau dengan cara
inclination dewatering.

Penetralan air asam tambang dapat dilakukan dengan cara


menambahkan kapor CaO atau Ca (OH)2, batugambing (CaCO3), atau dengan
AI(OH)3 sebelum dialirkan ke badan perairan umum. Metode Pengendalian /
Pencegahan air asam tambang yang direkomendasikan untuk diterapkan
didaerah studi adalah metode “dry cover” mengingat tidak terdapat rawa yang
cukup intensif di daerah dalam lokasi.

Saluran penyaliran ini berfungsi untuk mengendalikan air agar tidak terjadi
genangan di atas jenjang, yang dapat mempengaruhi kemantapan lereng. Sketsa
sistem penyaliran tambang dapat dilihat pada Gambar berikut.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 53


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.33. Sistem Penyaliran Tambang

Penanganan terhadap air yang masuk ke dalam tambang dilakukan


dengan membuat beberapa saluran penyaliran di dalam areal tambang ataupun
di luar areal tambang, dan saluran penyaliran yang direncanakan adalah sebagai
berikut :
 Saluran Penyaliran di Sekeliling Tambang (Perimeter Ditch)
Saluran penyaliran yang dibuat di sekeliling atau di luar areal
tambang berfungsi untuk mencegah air yang berasal dari luar tambang
masuk ke dalam PIT. Dalam pembuatan saluran ini akan memperhatikan
keadaan topografi di sekitar tambang dan pola penyaliran di sekitar lokasi
tambang, agar dapat menentukan daerah penampungan secara tepat atau
aliran dapat dibuat sesuai dengan pola penyaliran setempat.
Saluran ini mempunyai penampang berbentuk trapesium, hal ini
disebabkan karena saluran ini direncanakan digunakan dalam jangka waktu
relatif panjang.

Gambar 2.34. Saluran Trapesium Penyaliran Tambang

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 54


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

 Saluran Penyaliran di atas Jenjang Tambang


Saluran penyaliran yang dibuat di atas jenjang penambangan
berfungsi untuk mengalirkan air yang berada di atas jenjang, baik yang
berasal dari rembesan air tanah maupun berasal dari air hujan. Saluran ini
berfungsi mengendalikan agar tidak terjadi genangan air di atas jenjang yang
akan dapat mempengaruhi kemantapan lereng. Saluran di atas jenjang ini
dibuat sedapat mungkin menuju ujung jenjang untuk dikeluarkan dari areal
tambang melalui saluran penyaliran di sekeliling tambang. Akan tetapi bila
tidak memungkinkan, maka saluran di atas jenjang ini dibuat menuju lantai
tambang.

Gambar 2.35. Saluran Segitiga Penyaliran Tambang

 Saluran Penyaliran pada Lantai Tambang


Saluran penyaliran yang dibuat di lantai tambang ini berfungsi untuk
mengalirkan air yang masuk ke lantai tambang, baik berasal dari rembesan
air tanah, dari air hujan maupun yang berasal dari jenjang penambangan.
Dengan pembuatan saluran penyaliran ini akan dapat menghindari terjadinya
genangan air di lantai tambang, sehingga tidak menganggu operasi
peralatan penambangan. Selain pembuatan saluran-saluran penyaliran
tersebut, di lantai tambang akan dibuat sumuran (sump) untuk menampung
air yang masuk ke dalam tambang, untuk kemudian dipompa ke luar dari
tambang.

Hal yang menjadi pertimbangan dalam pembuatan saluran penyaliran


air tersebut adalah debit air, kecepatan aliran, dan kemudahan pembuatan
saluran tersebut menggunakan peralatan tambang yang ada.

Sistem penyaliran tambang diupayakan tidak menimbulkan polusi


terhadap lingkungan hidup di sekitar kawasan tambang, yaitu dengan cara
melengkapi sistem penyaliran tambang tersebut dengan kolam pengendap
untuk mengendapkan partikel-partikel halus atau lumpur.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 55


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

 Aspek Lingkungan mine dewatering (Penirisan Tambang)


 Kapasitas, skema dan lokasi titik pengelolaan settling pond serta skema
pemompaan dapat dilihat pada lampiran SOP Pengelolaan Air Permukaan.
Air yang terkumpul di daerah sump disebut sebagai air limbah atau waste
water.
 Air yang menggenangi daerah sump di dasar permukaan tambang (bottom
pit level) yang disebut air limbah tambang (waste water) kemudian
dipompa ke daerah yang lebih tinggi dan ditampung di kolam
pengendapan tambang (in pit pond) untuk dilakukan proses pengendapan
air limbah tahap pertama. Dari in pit pond kemudian air limbah dipompa ke
daerah yang lebih tinggi dan ditampung di dalam settling pond untuk
dilakukan proses pengendapan selanjutnya.
 Waktu pemompaan dari in pit pond ke settling pond harus memperhatikan
aspek parameter kualitas air limbah (jumlah padatan tersuspensi atau total
suspended solid-TSS) sedemikian sehingga nilai TSS air limbah yang
masuk ke settling pond tidak terlalu tinggi.
 Jika proses mine dewatering dengan sistem pemompaan air limbah dari
level penambangan tidak dapat menanggulangi atau mengurangi jumlah
air limbah yang ada, maka perlu dipertimbangkan untuk menggunakan
sistem pemompaan melalui lubang bor penirisan (dewatering wells) yang
berfungsi untuk menurunkan water tabel (muka air tanah).

 Prosedur Pelepasan Air dari Settling Pond ke Badan Sungai.


 Pelepasan air di settling pond dilakukan jika air telah memenuhi baku
mutu.
 Pelepasan air di settling pond harus berkoordinasi dengan
Departemen Safety & Environment PT. Aldy Surya Gemilang.
 Penawasan dapat menurunkan kekeruhan (turbidity) air, sebaliknya
dapat meningkatkan keasaman (pH menurun). Untuk menormalkan
kembali keasaman air, maka air ditambahkan kapur.
 Penaburan tawas dilakukan secara merata di setiap bagian settling
pond. Pergunakan ponton, perahu atau alat bantu (kompresor)
sehingga bubuk tawas tersebar secara merata.
 Untuk mengetahui kekeruhan air di settling pond dilakukan dengan
pengambilan sampel air (dalam botol aqua) dan membandingkan
dengan sampel pembanding standar (komparator) yang disediakan.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 56


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Sampel Pembanding Standar untuk Turbidity dibuat oleh Departemen


Safety & Environment PT. Aldy Surya Gemilang.
 Untuk mengetahui nilai keasaman air (pH) di settling pond dapat
digunakan kertas lakmus atau pH meter. Sampel air dari settling pond
diukur langsung nilai pH-nya, sedangkan nilai kekeruhannya diukur di
Laboratorium Departemen Safety & Environment PT. Aldy Surya
Gemilang.
 Stock tawas harus tersedia maksimal untuk 2 (dua) hari pemakaian di
setiap settling pond. Tawas disimpan di dalam pondok (rumah) yang
terbebas dari bocor dan genangan air hujan, karena sifat dari tawas
yang higroskopis (mudah menyerap air). Pondok tawas harus berjarak
relatif dekat dengan setting pond. Pondok tawas harus dikunci agar
aman dan kunci di pegang oleh petugas yang berwenang.
 Pemakaian tawas harus terdokumentasi dengan baik.
 Petugas penawasan, pelepasan air di settling pond, pengambilan
sampel (sampler) air harus dilakukan oleh personel yang telah
mendapatkan pelatihan pengambilan sampel dan mampu
mendemonstrasikan keterampilannya tersebut.
 Peralatan pengambilan sampel dan alat perlengkapan diri (APD) yang
memadai.
 Tempat pengambilan sampel harus mempunyai kondisi aman, sebagai
contoh pengambil sampel harus terhindar dari kondisi tergelincir.
 Pengukuran atau pendataan curah hujan harian sangat diperlukan
dalam prosedur ini karena berhubungan dengan jumlah air yang
masuk ke lubang tambang. Jika terdapat lebih dari satu stasiun
pengamatan curah hujan di satu area pemompaan, maka data curah
hujan yang dipakai adalah data curah hujan rata-rata.
 Format Laporan Harian Pemompaan untuk setiap Settling Pond.
 Data yang diambil dan diisikan ke formulir laporan oleh Petugas dari
Departemen di PT. Aldy Surya Gemilang atau Departemen di
Subkontraktor yang bertanggung jawab atas Pemompaan meliputi:
a) Nama Perusahaan/Subkontraktor, Spesifikasi Pompa (jenis,
kapasitas dan aktivitas), Tanggal Pendataan, Pengamatan Jam
Hujan, Jam Pemompaan, Pengukuran Curah Hujan, Jam
Penawasan dan Jam Pelepasan, Pengukuran pH, Pembandingan
Turbidity sampel dengan Standar Pembanding Turbidity.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 57


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

b) Data yang diambil dan diisikan ke formulir laporan oleh


Departemen Safety & Environment PT. Aldy Surya Gemilang
adalah elevasi maksimum dan minimum muka air di settling pond.
 Departemen Safety & Environment mengontrol aspek safety, teknis
dan sistem pemompaan air tambang serta membuat pelaporan.

3. Penggalian / Penambangan Batubara


a) Persiapan Penambangan
Suatu lokasi keterdapatan batubara dapat dianggap layak atau tidak layak
tambang karena beberapa faktor, diantaranya faktor keterdapatan, faktor teknis
seperti tebal lapisan tanah penutup, faktor lingkungan seperti adanya sungai,
faktor harga pasar dan lain sebaagainya. Oleh karena itu maka penentuan blok
penambangan didasarkan pada kondisi lingkungan terdapatnya batubara.

Dalam menentukan metode penambangan, apakah metode tambang


terbuka (surface mining) atau tambang dalam (underground mining), tolak ukur
yang umumnya dipergunakan ialah tebal lapisan batubara, ketebalan lapisan
overburden dan kestabilan struktur lapisan. Oleh karena itu maka untuk
menentukan desain tambang secara lebih spesifik, PT. Aldy Surya Gemilang
akan mengacu kepada parameter-parameter berikut :
o Potensi Sumberdaya Batubara
o Kualitas batubara
o Harga dari Produk Batubara yang Dipasarkan
o Geometri Lereng Tambang
o Air dalam tambang
o Jarak angkut Batubara
o Geologi daerah penambangan, kondisi lapisan batubara ( strike, dip,
ketebalan), kondisi lapisan penutup (overburden),
o Pertimbangan jumlah sumberdaya batubara.

Berdasarkan beberapa parameter di atas maka metode tambang terbuka


dipandang akan lebih memberikan keuntungan dalam beberapa hal seperti :
- Biaya investasi awal yang lebih kecil
- Perolehan (recorvery) sumberdaya batubara dapat lebih besar
- Tingkat produksi batubara perhari yang lebih besar
- Biaya operasi per ton batubara relative lebih kecil
- Kemungkinan timbulnya kebakaran dalam tambang akan lebih kecil

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 58


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Selain itu beberapa pertimbangan yang mendasari dipilihnya metode


tambang terbuka, baik itu keunggulan maupun kelemahannya yaitu :
a. Keunggulan Tambang Terbuka
 Produktivitas penambangnya tinggi
 Biaya operasi rendah
 Tingkat produksi tinggi dan cepat
 Fleksibilitas operasi baik
 Bisa menggunakan peralatan besar
 Biaya rock breakage rendah
 Development dan akses minimal
 Perolehan bahan tambang tinggi, dilusi minimal
 K3 dan L baik ( no underground hazands)

b. Kelemahan Tambang Terbuka


 Kedalaman (depth) operasi terbatas
 Stripping rations terbatas
 Merubah secara sign ifikan kondisi permukaan
 Cadangan harus besar
 Operasi terganggu faktor cuaca
 Pengawasan sulit karena operasi tersebar
 Kestabilan lereng harus dijaga.

Metode penambangan yang akan digunakan untuk penambangan


batubara di areal konsesi PT. Aldy Surya Gemilang didasarkan pertimbangan
kondisi endapan batubara mencakup jumlah seam, kemiringan lapisan batubara,
ketebalan overburden, stripping ratio, jarak angkut, kondisi daerah rencana
penambangan apakah dekat atau jauh dengan pemukiman penduduk, serta
dampak yang akan ditimbulkan akibat kegiatan penambangan. Disamping itu
juga dipertimbangkan :
 Kemampuan perusahaan secara teknis dan ekonomis
 Memberdayakan masyarakat setempat sebagai tenaga kerja.
 Teknologi penambangan batubara yang relatif sederhana dan ramah
lingkungan.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka metode


penambangan yang akan diterapkan adalah tambang terbuka dengan
menggunakan kombinasi peralatan mekanis yaitu kombinasi antara excavator
(back hoe) sebagai alat gali-muat dan dump truck sebagai alat angkut.
Sedangkan untuk pengupasan tanah penutup (overburden) digunakan cara “back

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 59


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

filling digging method”. Guna menjaga kestabilan lereng tambang, dalam


pengupasan tanah penutup dibuat teras-teras (bench) agar lereng tidak mudah
longsor akibat pengaruh hujan/air dan pembebanan yang dialami lereng.
Penggalian overburden dilakukan dengan sistem gali dan menimbun
bekas galian tadi (back filling digging method) pada lapisan batubara yang
dimulai dari permukaan / singkapan sampai ke arah down dip sampai pada
kedalaman tertentu. Pengupasan lapisan penutup, baik top soil, overburden
maupun interburden dilakukan secara bertahap dan dibuang pada disposal area
atau ditimbun kembali pada areal yang sudah digali.

Gambar 2.36. Sketsa Tambang Batubara Terbuka

b) Desain Tambang
Penyebaran batubara di wilayah konsesi PT. ALDY SURYA GEMILANG
pada umumnya searah jurus dimana pelamparannya relative merata dan
menerus. Penyebaran seam-seam yang ada dapat diikuti kearah jurus dan
kemiringan lerengnya, lapisan batuan pembentuk overburden di daerah ini
umumnya diketahui berupa endapan batulanau, batu lempeng dan batu pasir.
Pada umumnya lapisan batubara diapit oleh lapisan tipis yang terdiri dari serpih
karbonan (coalyshale) maupun lempung karbonan (coalyclay).

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 60


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.37. Penampang Design Tambang di PT. Aldy Surya Gemilang

c) Sistem Penambangan
Sistem penambangan yang diterapkan adalah system Back Filling. Untuk
tahap pertama overburden yang dikupas selain ditumpuk di area disposal di
sekitar tambang, juga akan dimanfaatkan untuk menguruk beberapa titik rawan
pada jalan dari tambang menuju kearah ROM Stock. Selanjutnya setelah
batubara diambil dan aktivitas penambangan batubara untuk pit pertama selesai,
maka overburden hasil pengupasan pada pit kedua selanjutnya akan digunakan
untuk menutupi bekas lubang bukaan tambang pit pertama sehingga altivitas
reklamasi lahan dapat dilaksanakan sekaligus bersamaan dengan pembukaan pit
tambang kedua dan seterusnya.
Adapun beberapa criteria dalam pemilihan sistem penambangan yaitu:
1. Karakteristik spatial cadangan: size, shape, attitude, dept
2. Kondisi geologi dan hidrogeologi : structure, uniformity, groundwater, dll
3. Kondisi geoteknik material ( waste and rock )
4. Pertimbangan ekonomi:
 Cadangan ( jumlah dan kualitas)
 Tingkat produksi
 Produktivitas
 Biaya
5. Pertimbangan K3L (termasuk lingkungan fisik dan poleksos)
6. Faktor teknologi

d) Tata Cara Penambangan


Rencana penambangan batubara pada wilayah izin usaha pertambangan
PT. Aldy Surya Gemilang akan dilakukan dengan metode tambang terbuka
(surface mining), dengan pelaksanaan kegiatan penambangan (eksploitasi) akan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 61


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

dilakukan secara bertahap blok per blok. Sedangkan sistem penambangan yang
ditetapkan adalah system Back Filling. Kegiatan penambangan pertama dimulai
pada Pit tambang yang di prioritaskan dengan Striping Ratio yang kecil. Arah
kemajuan penambangan adalah ke arah down dip seam batubara. Kemudian
Penambangan pada periode selanjutnya dilanjutkan pada PIT tambang yang
telah direncanakan pada desain tambang sampai dengan batas Striping Ratio
yang maksimum atau yang di anggap sudah tidak ekonomis lagi untuk
dilakukannya proses kegiatan penambangan batubara PT. Aldy Surya Gemilang
Penambangan pada tiap pit dimulai dengan menambang dari high wall.
Kemudian Tanah penutup (Top Soil) diangkut menuju waste dump dengan jarak
±1 km.

4. Pengangkutan dan Penimbunan Batubara


Batubara yang sudah diremukan di crushing plant kemudian diangkut
menggunakan dumptruck ke stockpile/pelabuhan yang direncanakan akan
dibangun di Wilayah Desa Hanjalipan dipinggir Sungai Mentaya.
Proses pengangkutan dan penimbunan material baik overburden maupun
batubara, diawali dengan penggalian oleh kombinasi alat mekanis yaitu bulldozer
dan excavator. Selanjutnya material tersebut dimuat ke dalam dump truck
dengan kapasitas 20 bcm untuk overburden dan 20 ton untuk batubara dengan
menggunakan excavator. Overburden akan ditumpuk ditempat penimbunan
(disposal area) yang telah disediakan, sedangkan batubara akan ditimbun di
penumpukan (ROM stockpile) di lokasi pelabuhan yang berada di wilayah Desa
Hanjalipan dipinggir Sungai Mentaya.
Dalam pelaksanaan pemuatan, pengangkutan dan penimbunan selalu
dipantau aspek efisiensi alat. Untuk itu harus diketahui total tonage material yang
akan dikerjakan pada suatu shift, kecepatan kerja tiap-tiap alat, kapasitas angkut
dan jarak dari suatu pit ke dan dari stockpile atau disposal area. Selanjutnya,
batubara yang telah diolah yang tersedia di product coal stockpile / port area
stockpile akan dimuat ke atas kapal/tongkang, dengan menggunakan barge
loading conveyor.
Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk kegiatan penimbunan
batubara antara lain:
 Areal tumpukan harus padat dan mampu menampung material sesuai
dengan tingkat produksi yang direncanakan.
 Tinggi tumpukan tidak melebihi 6 m.
 Tempat penumpukan rata, lebih tinggi dari lokasi sekitarnya, hindari
penumpukan ditempat yang curam.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 62


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

 Areal penumpukan dibatasi dengan tanggul-tanggul sehingga batubara


tidaak menyebar kemana-mana.
 Tumpukan batubara muda hendaknya dipadatkan sehingga tidak mudah
terjadi kebakaran.
 Areal tumpukan dilengkapi dengan jalan, drainase dan kolam-kolam
pengendapan yang cukup memadai.
 Lalu-lintas masuk dan keluarnya batubara memenuhi kaidah first in first out.
 Di lokasi areal penimbunan akan dipasang fasilitas tangki air dan pompa
untuk penyiraman debu.
 Tindakan Preventive
Tindakan pencegahan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya self
combustion/terbakar dengan sendirinya. Tindakan tersebut adalah :

 Batubara tersebut kami bentuk seperti kerucut.


Hal tersebut dilakukan untuk meminimalkan terjadinya longsor.
Karena apabila kami bentuk setengah kerucut yang berarti ada bagian
yang rata diatas tumpukan batubara maka apabila terjadi hujan dapat
membuat genangan air dan akhirnya batubara akan terkikis dan menjadi
longsor karena aliran air hujan.

 Bagian tepi kami padatkan menggunakan bucket excavator.


Pemadatan tersebut bertujuan untuk mengurangi ruang kosong
yang timbul dalam tumpukan batubara karena celah antar batubara.
Dengan memadatkan berarti batubara akan memiliki lebih sedikit ruang
kosong yang berisi udara/oksigen/O2 dimana terjadinya kebakaran salah
satu faktornya adalah Oksigen (O2). Apabila tidak memiliki ruang kosong
maka hawa panas yang keluar dari batubara akan relative stabil dan
tertahan didalam dengan tidak menimbulkan kebakaran.

 Menggunakan cairan kimia


Cairan yang kami maksud adalah produk untuk coal treatment yang
memiliki fungsi berbeda – beda :
- Outodust / Vinasol : Produk ini dapat mencegah self combustion
selama ± 21 hari
- Focustcoat : Produk ini dapat mencegah self combustion selama ± 60
hari
- Hydrosol : Produk ini dapat mencegah self combustion selama ± 75
hari

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 63


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

- Suppressol : Produk ini adalah untuk dust control atau mencegah


debu/ash yang muncul dari batubara
 Tindakan Burnout
Tindakah yang diambil untuk memadamkan batubara yang sudah
terbakar karena self combustion. Batubara yang terbakar memiliki beberapa
ciri, yaitu :

 Asap berwarna putih pekat, berbau belerang dan menyengat. Hal ini
terjadi apabila batubara yang terbakar belum menycapai permukaan dan
masih terjadi di dalam tumpukan batubara

 Permukaan berwarna kuning emas, berasap dan panas tentunya. Ini


terjadi apabila kebakaran sudah mencapai permukaan yang berarti
kebakaran sudah luas dan dalam.

Adapaun mengenai kegiatan jalan hauling dan terminal khusus PT. Aldy
Surya Gemilang akan disusun kemudian kajian tersendiri menyesuaikan
perizinan yang telah diperoleh dari pemerintah kabupaten Kotim maupun instansi
terkait lainnya.

5. Operasional Sarana dan Prasarana Penunjang


a) Operasional Pemeliharaan Jalan Angkut
Untuk menjaga agar kondisi jalan angkut batubara tetap dalam keadaan
baik dan aman untuk proses pengangkutan, perlu dilakukan maintenance jalan
yang rutin. Pekerjaan maintenance ini meliputi penyiraman jalan, penggantian
material jalan yang rusak, pembentukan kembali paritan di sebelah kiri dan kanan
jalan, pengompakan kembali jalan yang materialnya telah diganti, perataan jalan
dan pembukaan kembali saluran-saluran keluaran yang tertutup.
Dalam pelaksanaannya sehari-hari, alat-alat yang digunakan untuk
perawatan jalan adalah grader, compactor dan truck penyiram air. Jam kerja alat
untuk perawatan jalan disesuaikan dengan jam kerja pengangkutan batubara ke
stockpile.

b) Kantor dan Mess Karyawan


Operasional penambangan batubara PT. Aldy Surya Gemilang akan
memperkerjakan karyawan mulai dari karyawan / pegawai tetap dan tidak tetap
atau kontrak. Sebagian besar karyawan akan beraktifitas di kantor dan bertempat
tinggal di mess karyawan.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 64


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Sehubungan dengan usaha untuk mengurangi dan menanggulangi


pencemaran di lingkungan sarana dan prasarana, maka limbah kakus (WC)
dikelola dengan menggunakan tangki septik (septic tank), sedangkan untuk
limbah cair domestik non kakus (WC) dikelola dengan menggunakan IPAL
(Instalasi Pengolahan Air Limbah) Komunal. Limbah padat dapat dihasilkan dari
sarana dan prasarana maupun penanganan limbah padat melalui beberapa
tahapan, yaitu :
 Penampungan dalam bak sampah
 Pengumpulan sampah
 Pengangkutan
 Pembuangan di TPA.

Dalam rangka melakukan pengelolaan terhadap limbah padat (sampah)


dari para karyawan, maka di areal perkantoran akan dibuat bak-bak sampah. Hal
ini mengacu pada UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan
Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

c) Bengkel dan Gudang


Hal yang menjadi perhatian utama dalam pengoperasian bengkel adalah
pada penanganan minyak atau pelumas bekas dan cecerannya. Pada kegiatan
ini, penanganan minyak atau pelumas bekas dilakukan dengan cara ditampung
pada wadah khusus yang diletakkan dalam bak beton. Lokasi bak beton ini
berada di dalam bengkel dan dibuat di bawah permukaan lantai. setelah wadah
penampung tersebut penuh, maka minyak atau pelumas bekas kemudian
dipindahkan ke dalam drum dan ditutup untuk kemudian ditangani lebih lanjut
oleh pihak ketiga yang telah mendapat izin pengelolaan limbah B3 dari
Kementerian Lingkungan Hidup, Sedangkan untuk penanganan ceceran minyak
atau pelumas bekas dilakukan dengan cara mendesain lantai miring (3°-5°) ke
arah saluran di sekeliling bengkel yang di outletnya dipasang oil trap. Minyak atau
pelumas ceceran yang tertampung di dalam oil trap dikumpulkan dan
dipindahkan ke wadah penampung minyak atau pelumas bekas untuk kemudian
diolah atau ditangani lebih lanjut.
Pada pengoperasian gudang, yang menjadi perhatian utama adalah pada
penerapan prosedur untuk pengawasan masuknya peralatan dan bahanbahan
yang digunakan dalam operasional penambangan batubara PT. Aldy Surya
Gemilang ke dalam area tambang, penyimpanan, penggunaan hingga
pembuangan limbahnya. Prosedur pengawasan tersebut dilakukan berdasarkan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 65


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Standart Operating Procedure (SOP) dan berlaku untuk semua pengguna yang
bekerja di tambang PT. Aldy Surya Gemilang.
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum Pasal 159
“Setiap bengkel, harus dioperasikan dan dipelihara dalam keadaan bersih, rapi
sehingga tidak menimbulkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan serta
tidak mengganggu atau mengotori lingkungan”.

d) Klinik
Berdasarkan pelayanannya klinik yang dibagun PT. Aldy Surya Gemilang
ini hanya pelayanan medis dasar dengan kewajiban yang meliputi memberikan
pelayanan aman, bermutu, mengutamakan kepentingan pasien, sesuai standar
profesi, standar pelayanan dan standar prosedur operasional.
Dalam upaya pengelolaan limbah medis dari aktivitas klinik, limbah
Klinik/Medis yang beracun, benda-benda tajam, dan limbah yang dapat
menimbulkan infeksi harus dikemas dalam tempat yang aman kemudian
diserahkan kepada rumah sakit atau tempat lain yang memiliki Insenerator.

e) Penyediaan BBM dan Listrik


Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dibutuhkan untuk kelancaran
operasional penambangan disuplai oleh PT. Pertamina dan disimpan dalam
tangki penyimpanan. Tangki BBM adalah tempat penumpukan sementara yang
digunakan untuk aktivitas semua unit atau alat penambangan termasuk alat-alat
penunjang aktivitas penambangan baik di PIT Tambang, Office, Mess dan juga di
Workshop, Tangki BBM yang akan digunakan PT. Aldy Surya Gemilang yaitu di
lokasi dekat tambang yang didistribusikan menggunakan mobil tangki
berkapasitas 10,000 L.
Sedangkan kebutuhan listrik untuk penerangan tambang akan disuplai
dengan dari rumah genset yang diistribusikan ke masing lokasi yang
membutuhkan supply energy listrik termasuk untuk penerangan fasilitas
penunjang.
Seperti halnya pada pengoperasian bengkel, hal utama yang menjadi
perhatian pada pengoperasian fasilitas penyediaan BBM dan listrik adalah pada
penanganan ceceran minyak atau pelumas. Cara penanganan yang dilakukan
adalah dengan cara mendesain lantai miring (3°-5°) ke arah saluran di sekeliling
stasiun pengisian BBM dan rumah genset yang di outletnya dipasang oil trap,
Minyak atau pelumas ceceran yang tertampung di dalam oil trap dikumpulkan
dan dipindahkan ke wadah penampung minyak atau pelumas bekas untuk

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 66


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

kemudian diolah atau ditangani lebih lanjut oleh pihak ketiga yang telah
mendapat Izin Pengelolaan Limbah B3 dari Kementerian Lingkungan Hidup.

6. Reklamasi dan Revegetasi Lahan


Sementara penambangan berlangsung dapat pula dilakukan reklamasi dan
revegetasi lahan di tempat-tempat yang memungkinkan, misalnya di daerah yang
telah bisa ditimbun balik (backfilling) dan outsides dump pada blok tambang yang
telah habis di tambang. Sedangkan untuk waktu kegiatan reklamasi dan revegetasi
lahan dilakukan setelah 2 (dua) tahun setelah tambang berjalan.

a. Reklamasi
Kegiatan reklamasi dan revegetasi pada tahap operasi dilakukan pada
areal kerja yang sudah dilakukan pengambilan batubara. Reklamasi pada tahap
ini diutamakan pada areal kerja yang memiliki front kerja luas dan lebar sesuai
arah kemajuan penambangan.
Pada jenjang-jenjang yang dibentuk pada saat proses penambangan, di
sepanjang lerengnya akan dipertahankan dan ditanami tanaman perintis atau
covercrop untuk menahan laju pengendapan dan erosi. Pada lantai jenjang bekas
penambangan akan ditanami dengan tumbuhan atau pohonpohon jenis keras
atau disesuaikan dengan rencana pengembangan wilayah oleh masyarakat.
Kegiatan reklamasi dilakukan untuk mengembalikan kondisi lahan paling
tidak mendekati kondisi awal sebelum ditambang. Acuan topografi dan bentang
lahan diambil berdasarkan data survei sebelum lahan terganggu.
Untuk itu akan dibuat rencana reklamasi yang terpadu dengan kemajuan
penambangan batubara yaitu sebagai berikut :
 Pertama kali lahan yang akan ditambang dibersihkan terlebih dulu dari
vegetasi penutup.
 Lapisan tanah pucuk dari lubang tambang yang terjadi pertama kali disimpan
di lokasi terpisah atau langsung disebarkan di atas lahan yang telah selesai
direklamasi.
 Terhadap lapisan penutup (overburden) setelah dikupas, diangkut ke lokasi
pembuangan yang berupa lubang tambang sebelumnya (backfilling) sebagai
pekerjaan reklamasi.
 Bagian yang berpotensi menimbulkan asam tambang, maka pada penimbunan
kembali hasil kupasan lapisan penutup, diusahakan selalu atau segera
tertutup oleh batuan lain, sehingga terlindung dari proses oksidasi dan
limpasan air hujan.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 67


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

 Pada tempat yang akan direklamasi, maka penimbunan material penutup akan
berlangsung serentak sejalan dengan kemajuan penambangan, Pada setiap
area yang selesai ditambang akan segera diisi dengan hasil kupasan lapisan
penutup dari area lain yang sedang ditambang.
 Tanah pucuk yang semula disimpan atau langsung didapat dari pengupasan
terdahulu, disebarkan kembali di atas lahan reklamasi sehingga lahan tersebut
siap untuk ditanami kembali.
Konsep reklamasi dan revegetasi lahan berdasarkan arah kemajuan
penambangan, dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 2.38. Konsep Reklamasi dan Revegetasi Lahan Berdasarkan Arah


Kemajuan Tambang

Pelaksanaan Rekalamasi
 Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha
pertambangan untuk menata memulihkan dan memperbaiki kualitas
lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai
peruntukannya (Permen ESDM No. 7 Tahun 2014).
 Pemegang IUP wajib melaksanakan reklamasi sebagaimana disebutkan
pada pasal 99 dan 100 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara dan pada pasal 2 PP No.78 Tahun 2010 tentang Reklamasi
dan Pascatambang, dalam pasal tersebut ditegaskan kepada setiap
pemegang IUP dan IUPK wajib untuk melaksanakan reklamasi.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 68


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

 Reklamsi dilaksanakan sesuai dengan Dokumen Rencana Reklamasi yang


disusun berdasarkan studi kelayakan dan dokumen lingkungan yang telah
mendapat persetujuan dari instansi berwenang.
 Pelaksanaan Reklamasi dilakukan sesuai dengan peruntukan lahan
pascatambang

b. Revegetasi
Kegiatan revegetasi pada dasarnya adalah upaya untuk merehabilitasi
lahan bekas tambang yang tidak produktif menjadi lahan yang produktif kembali
melalui praktek-praktek konservasi tanah dan penanaman.
Revegetasi lahan bekas penambangan dapat menggunakan jenis pupuk
organik sebagai salah satu alternatif. Apabila tidak cukup tersedia material tanah
penutup, tidak cukup tersedia tanah pucuk, dan kondisi lahan tergolong kritis
(potential acid forming) serta miskin unsur hara. Revegetasi dilakukan secara
konvensional dengan tahapan sebagai berikut:
 Pembajakan
 Pembuatan saluran air pencegah erosi (riprap)
 Penaburan tanaman penutup tanah (covercrop)
 Pemulsaaan (mulching)
 Penanaman dengan tanaman cepat tumbuh kemudian tanaman lokal
 Pemberian pupuk organik atau anorganik.
Pembajakan dilakukan pada seluruh lahan reklamasi yang telah
dinyatakan siap tanam dengan maksud menggemburkan tanah untuk
mempermudah tanah untuk mempermudah masuknya oksigen ke dalam tanah
(lapisan bawah) dan meningkatkan porositas. Alternatif jenis tanaman untuk
kegiatan revegetasi lahan bekas tambang digunakan tanaman jenis cepat
tumbuh yang disesuaikan dengan status lahan misalnya jenis tanaman
kehutanan mengingat status lahan merupakan kawasan hutan (Hutan Produksi
Konversi)
Upaya rehabilitasi lahan bekas tambang dengan praktek penanaman
meliputi rangkaian kegiatan pembuatan calon tanaman di persemaian,
pembajakan, penaburan tanaman penutup tanah (cover crop), pemberian mulsa,
penanaman tanaman tahunan dan pemeliharaan.
Pemberian mulsa dengan menggunakan alangalang menjadi salah satu
bagian yang penting dalam upaya rehabilitasi areal bekas tambang. Mulsa
menyediakan kelembaban yang diperlukan covercrop seperti kacang-kacangan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 69


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

untuk berkecambah, sebagai tambahan input bahan organik bagi tanah, dan
mengurangi energi kinetik air hujan yang jatuh ke permukaan tanah.

Gambar 2.39. Sketsa Revegetasi Lahan

Berikut prosedur penanaman tanaman penghijauan:


 Lubang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 cm dan dalam 50 cm. Lubang
tanam dibiarkan selama 3 - 4 hari.
 Tanah galian berupa top soil (0 - 20 cm) dan subsoil (20 - 50 cm)
ditempatkan secara terpisah. Campurkan top soil dengan pupuk kandang
sebanyak 3,2 kg per lubang tanaman. Bersamaan dengan itu, campurkan
juga kapur dengan takaran 300 gram per lubang tanam. Top soil yang telah
diberi perlakuan ini dibiarkan selama 2 - 3 hari.
 Masukkan bibit tanaman penghijau yang berasal dari biji yang sudah
disiapkan dalam polybag, namun sebelumnya robek atau lepaskan polybag.
Bersamaan dengan penanaman bibit, masukkan pula subsoil dan kemudian
subsoil dan kemudian topsoil yang telah diberi perlakuan tadi. Jarak tanaman
adalah 4 x 4 m atau jumlah bibit yang diperlukan 625 bibit/ha.
 Usahakan penanaman tegak lurus arah lereng atau memotong lereng.
 Bersamaan dengan itu dilakukan pemupukan dengan pupuk buatan masing-
masing dengan takaran 80 gr urea, 40 gr SP36 dan 40 gr KCL.
 Siram anakan yang telah tumbuh dan usahakan peyiraman jangan terlalu
basah atau berlebih, sebab selain mengganggu sistem perakaran tanaman
juga akan mengganggu posisi anakan tanaman.
 Setelah anakan berumur 4-8 minggu, lakukan pemupukan sesuai dengan
takaran masing-masing 80 gr urea, 40 gr SP-36 dan 40 gr KCL.
 Lakukan pemeliharaan tanaman dengan cara penyiangan dari rumput
pengganggu yang tumbuh dan ada di sekitarnya.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 70


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Kegiatan Reklamasi dan Revegetasi hendaknya mengacu pada PerMen


ESDM No. 7 tahun 2014 tentang Pelaksanaan Reklamasi dan Paska Tambang,
khususnya untuk kegiatan yang bergerak di bidang pertambangan.

7. Pelaksanaan Program Corporate Social Responsibility (CSR)


Corporate Social Responsibility(CSR) ialah serangkaian kegiatan yang
dilakukan perusahaan sebagai bagian dari tanggung jawab perusahaan terhadap
masyarakat sekitar perusahaan. Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber
daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Perusahaan juga wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan
karena bergerak di bidang sumber daya alam.
Dalam melaksanakan program ini, perusahaan berkomitmen untuk
memegang teguh 7 (tujuh) prinsip tanggung jawab sosial yakni akuntabilitas,
transparansi, perilaku etis, penghormatan kepada pemangku kepentingan,
kepatuhan kepada hukum, penghormatan kepada norma perilaku internasional,
dan penegakan hukum.
Akuntabilitas akan membuktikan bahwa perusahaan melakukan segala
sesuatu dengan benar. Akuntabilitas yang diminta adalah dalam hal dampak
perusahaan atas masyarakat dan lingkungan (termasuk dampak yang tidak
disengaja atau tidak diperkirakan) kepada seluruh pemangku kepentingan.
Perusahaan akan menerima bahkan mendorong penyelidikan mendalam atas
dampak operasionalnya.
Perusahaan menyatakan akan berlaku transparan atas seluruh keputusan
dan aktivitasnya yang memiliki dampak atas masyarakat dan lingkungan. Oleh
karenanya perusahaan akan melaksanakan keterbukaan yang “clear, accurate
and complete” atas seluruh kebijakan, keputusan, dan aktivitasnya.
Perusahaan akan berperilaku etis sepanjang waktu, dengan menegakkan
kejujuran, kesetaraan, dan integritas. Promosi perilaku etis dilaksanakan melalui:
(1) pengembangan struktur tata kelola yang mendorong perilaku etis, (2)
membuat dan mengaplikasikan standar perilaku etis, dan (3) terus menerus
meningkatkan standar perilaku etis.
Perusahaan akan menghormati dan menanggapi kepentingan seluruh
stakeholdernya. Yang akan dilakukan adalah: (1) mengidentifikasi, (2)
menanggapi kebutuhan, (3) mengenali hak-hak legal dan kepentingan yang sah,

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 71


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

serta (4) mengenali kepentingan yang lebih luas terkait dengan pembangunan
berkelanjutan.
Perusahaan memegang prinsip bahwa kepatuhan pada hukum adalah
suatu kewajiban. Yang akan dilakukan adalah: (1) patuh pada semua regulasi, (2)
memastikan bahwa seluruh aktivitasnya sesuai dengan kerangka hukum yang
relevan, (3) patuh pada seluruh aturan yang dibuatnya sendiri secara adil dan
imparsial, (4) mengetahui perubahan-perubahan dalam regulasi, dan (5) secara
periodik memeriksa kepatuhannya.
Dalam keadaan hukum nasional atau perundang-undangannya atau
implementasinya tidak mencukupi untuk melindungi kondisi lingkungan dan
sosialnya, perusahaan akan berusaha untuk mengacu kepada norma perilaku
internasional.
Perusahaan menghormati HAM, serta mengakui betapa pentingnya HAM
serta sifatnya yang universal. Yang akan dilakukan: (1) manakala ditemukan
situasi HAM tidak terlindungi, perusahaan akan melindungi HAM, dan tidak
mengambil kesempatan dari situasi itu, dan (2) apabila tak ada regulasi HAM di
tingkat nasional, maka organisasi akan mengacu pada standar HAM
internasional.
Dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara ada diatur mengenai CSR dan Community Development
yang merupakan salah satu program dari CSR. Pedoman daripada implementasi
CSR dalam kegiatan usaha pertambangan terdapat dalam Pasal 95 Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara
yang dilakukan dalam bentuk Community Development.
Kotler dan lee (2009), mengidentifikasi enam pilihan program bagi
perusahaan untuk melakukan inisiatif dan aktivitas yang berkaitan dengan
berbagai masalah sosial sebagai wujud komitmen dari tanggung jawab sosial
perusahaan. Keenam inisiatif sosial yang bisa diputuskan oleh perusahaan
adalah:
a) Cause promotions, dalam bentuk memberikan konstribusi dana atau
penggalangan dana untuk meningkatkan kesadaran akan masalah –
masalah sosial tertentu, seperti misalnya bahaya narkotika.
b) Cause-related marketing, yaitu bentuk konstribusi perusahaan dengan
menyisihkan sepersekian persen dari pendapatan sebagai dana donasi bagi
masalah sosial tertentu, untuk periode tertentu atau produk tertentu
c) Corporate social marketing, dengan membantu pengembangan maupun
implementasi dari kampanye dengan fokus untuk mengubah prilaku tertentu

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 72


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

yang mempunyai pengaruh negatif, seperti misalnya kebiasaan berlalu lintas


yang tidak beradab
d) Corporate philantrophy, berupa inisiatif perusahaan dengan memberikan
konstribusi langsung kepada suatu aktivitas amal, lebih sering dalam bentuk
donasi atau sumbangan tunai
e) Community volunteering, yang memberikan bantuan dan mendorong
karyawan serta mitra bisnisnya untuk secara sukarela terlibat dan membantu
masyarakat setempat
f) Sosial responsible business practices, yang berupa inisiatif dimana
perusahaan mengadopsi dan melakukan praktik bisnis tertentu serta
investasi yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas komonitas dan
melindungi lingkungan

Program pengembangan masyarakat PT. Aldy Surya Gemilang yang akan


diselenggarakan meliputi aspek (1) pendidikan dan kebudayaan, (2) penciptaan
lapangan kerja dan peningkatan keterampilan, pengembangan dan akses atas
teknologi, peningkatan kesejahteraan dan pendapatan, dan kesehatan, sesuai
kebutuhan (bukan keinginan) masyarakat. Dalam melaksanakan program ini juga
akan melaksanakan perhatian khusus pada kelompok masyarakat rentan.
Kelompok masyarakat rentan biasanya paling menderita dalam berhadap-
hadapan dengan dampak negatif operasi perusahaan. Kelompok masyarakat
rentan biasanya memiliki akses paling kecil terhadap dampak positif operasi
perusahaan. Karenanya pengembangan masyarakat penting sebagai cara untuk
mendapatkan social license to operate, juga sebagai risk management.
Kelompok masyarakat rentan dapat diklasifikasikan atas tiga klas yakni struktural,
kultural, dan personal. Struktural: kaum miskin, pengangguran, perempuan,
orang tua, anak-anak. Kultural: masyarakat adat, pemeluk agama minoritas.
Personal: berpendidikan rendah, sedang mengalami masalah kesehatan, orang
cacat, sedang menderita karena bencana, sedang mengalami musibah
pribadi/keluarga.
Program pemberdayaan masyarakat secara lebih detail nantinya akan
disusun dengan memperhatikan aspirasi dan kebutuhan masyarakat di sekitar
areal kerja perusahaan bersama forum masyarakat dengan melibatkan
pemerintah desa, LPMD, tokoh masyarakat, BPD dan lain-lain. Hal ini
dimaksudkan agar program ini benar-benar terarah, tepat sasaran, dan dapat
dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat setempat.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 73


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

D. Tahap Pasca Operasi


1. Penanganan Tenaga Kerjas
Penanganan tenaga kerja yang dilepas dilakukan secara bertahap sesuai
kepentingan operasional tambang dan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Dalam hal ini dilakukan pendekatan secara personal
terhadap karyawan yang akan dilaksanakan PHK jauh hari sebelum PHK
dilakukan. Upaya ini dilaksanakan guna memberikan persiapan bagi yang
bersangkutan untuk mencari peluang kerja baru. Dimasa kerja (selama kegiatan
masih berlangsung) juga dilakukan pelatihan tenaga karja, dengan maksud
menambah keterampilan pekerja, sehingga selain memberikan manfaat bagi
kinerja perusahaan juga memberikan life skill bagi pekerja pasca kegiatan
berlangsung. Dengan pendekatan ini diharapkan pekerja memiliki keterampilan
dan peluang mandiri yang lebih baik. Dalam hal karyawan maka pada pasca
penambanganan ada beberapa hal yang harus dilakukan menjelang dan pada
saat penutupan tambang antara lain:
 Sosialisasi terhadap karyawan sebelum dilakukan PHK berupa proyek
pengembangan karyawan ke bidang keterampilan lain sehingga mereka
dapat beralih pekerjaan pasca tambang tanpa menganggur.
 Pemanfaatan aset-aset perusahan untuk kepentingan ex-karyawan dan
masyarakat sekitar areal penambangan.
 Pemanfaatan areal bekas tambang yang sudah direklamasi untuk budidaya
perkebunan/HTI dan budidaya perikanan jika memungkinkan.
 Pembagian pesangon kepada seluruh karyawan sesuai dengan tingkan dan
lama bekerja di perusahaan.
Terhadap karyawan PT. Aldy Surya Gemilang akan diberikan dua pilihan
alternatif yaitu :
 Pemutusan hubungan kerja berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
 Pemanfaatan tenaga kerja untuk kegiatan pasca operasi yang masih
membutuhkan pengelolaan dan pemantauan lingkungan seperti kegiatan
reklamasi, revegetasi dan pemantauan lingkungan lainnya, atau penempatan
karyawan yang ada ke lokasi pertambangan lain yang dimiliki oleh
perusahaan dengan mempertimbangan skala prioritas pekerjaan yang
tersedia dan kualifikasi karyawan itu sendiri.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 74


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

2. Penanganan Aset dan Infrastruktur Tambang


Sebelum dilakukan penutupan tambang (Mine Closure), maka seluruh
fasilitas dan infrastruktur tambang seperti jaringan jalan, alat tambang, sistem
penyediaan tenaga listrik dan air bersih, akan didata dan dipersiapkan rencana
altematif pengelolaannya dengan berkonsultasi ke pemerintah daerah setempat
serta instansi terkait Lainnya.
Alternatif pengelolaan tersebut mempertimbangkan aspek tata ruang dan
tata guna lahan, bentang alam, tetak fasilitas dan infrastruktur tambang yang
tetah ada serta nitai manfaat bagi masyarakat setempat selanjutnya (Post Mining
Landuse). Menyangkut fasititas dan infrastruktur tambang yang tidak bergerak,
seperti kantor, mess, fasilitas air bersih, instalasi listrik akan dihibahkan kepada
pemerintah setempat untuk kepentingan masyarakat sekitarnya. Fasilitas ini
diharapkan menjadi investasi pemerintah dan masyarakat sekitar untuk kemajuan
daerah bekas lokasi tambang.
Terkait dengan pemanfaatan aset lain berupa batuan andesit beserta unit
pengolahan batu andesit (crahsing unit) serta sarana dan prasarana
pendukungnya apabila dikelola kembali oleh PT. Aldy Surya Gemilang untuk
dimanfaatkan secara komersil maka mewajibkan PT. Aldy Surya Gemilang untuk
memperoleh IUP operasi produksi sebagaimana UU No. 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara serta Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Penetapan Wilayah Izin Usaha Pertambangan dan Sistem Informasi Wilayah
Pertambangan Mineral dan Batubara.

3. Demobilisasi Peralatan Tambang


Kegiatan demobilisasi peralatan merupakan aktivitas pembongkaran dan
pemindahan peralatan-peralatan produksi beserta fasilitas penunjangnya.
Peralatan-peralatan tersebut akan dibawa keluar dari lokasi tambang untuk
dimanfaatkan di tempat lain. Seperti halnya pada kegiatan mobilisasi, maka
kegiatan demobilisasi peralatan ini akan dilakukan melalui jalur darat.
Kegiatan mobilisasi peralatan tidak jauh berbeda dengan kegiatan
demobilisasi peralatan. Beberapa peraturan yang dapat menjadi acuan PT. Aldy
Surya Gemilang dalam kegiatan Demobilisasi Peralatan dan Material antara lain
sebagai berikut :
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan “Transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan
untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman,

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 75


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien, mampu memadukan
modal transportasi lainnya, menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan,
untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas sebagai
pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan nasional dengan biaya
yang terjangkau oleh daya beli masyarakat”.
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
“bahwa perkembangan lingkungan strategis nasional dan internasional
menuntut penyelenggaraan pelayaran yang sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, peran serta swasta dan persaingan usaha,
otonomi daerah, dan akuntabilitas penyelenggara negara, dengan tetap
mengutamakan keselamatan dan keamanan pelayaran demi kepentingan
nasional”.
- Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 15 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 06 Tahun 2013
Tentang Jenis, Struktur, Dan Golongan Tarif Jasa Kepelabuhanan “jenis tarif
pelayanan jasa kepelabuhanan merupakan suatu pungutan atas setiap
pelayanan yang diberikan oleh penyelenggara pelabuhan dan badan usaha
pelabuhan kepada pengguna jasa kepelabuhanan”
- Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum pasal 140
ayat 2 “Kendaraan harus mempunyai konstruksi yang memenuhi standar
sesuai dengan beban kerjanya dan hanya dijalankan sesuai dengan ketentuan
dari pabrik pembuatnya”.
- Keputusan Direktur jenderal perhubungan Darat Nomor :
SK.726/AJ.307/DRJD/2004 TANGGAL : 30 April 2004 Tentang Pedoman
Teknis Penyelenggaraan Angkutan Alat Berat Di Jalan.

4. Penanganan Lubang Tambang (Void)


Dalam kegiatan pertambangan batubara dilakukan secara tambang
terbuka (open pit), keberadaan suatu lubang bukaan pada akhir tambang yang
tidak dapat ditutup (void) merupakan konsekuensi teknis dari kegiatan
penambangan. Beberapa penyebab utama adanya void antara lain :
a. Ketidak menerusan PIT akibat adanya struktur geologi, sungai, dan Desa
b. Pengurangan jumlah material dalam PIT akibat keharusan untuk
menempatkan overburden di Wastedump Area sebelum dapat dilakukan
penimbunan kembali (backfilling), tertambang atau terambilnya batubara.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 76


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

c. Adanya penyusutan volume (shrinkage of volume) dan overburden yang


telah di backfilling akibat terpadatkan di dalam PIT serta;
d. Penggunaan overburden untuk pembuatan jalan tambang.

Berdasarkan rencana kegiatan backfilling yang akan diterapkan oleh PT.


Aldy Surya Gemilang dapat dilihat bahwa tidak semua material yang tergali dapat
ditimbun kembali pada bekas lubang bukaan tambang, sehingga direncanakan
dari hasil kegiatan penambangan tersebut akan menyisakan void dengan
perkiraan ± 6,35 Ha pada lokasi Pit 4 tahun ke-18

Perencanaan pemanfaatan lahan yang telah di backfilling dan lahan yang


berupa bukaan terutama pada bukaan terakhir tambang akan dikaji secara
mendalam pada Dokumen Rencana Penutupan Tambang yang Nomor : 07
Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Reklamasi dan Pasca Tambang pada
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

Void yang ditinggalkan dapat digunakan untuk kegiatan atau fungsi lain
yang bermanfaat, antara lain sebagai :
 Sistem konservasi dan penyimpan sumberdaya air (reservoir);
 Sistem pengendali banjir;
 Sumber air bagi kehidupan flora dan fauna;
 Pendukung upaya rehabilitasi dan restorasi ekosistem; serta
 Sejumlah kemungkinan fungsi ekologis lainnya.

Sedangkan dari perspektif sosial ekonomi masyarakat, lubang tambang


(void) dapat dimanfaatkan untuk:
 Usaha budidaya perikanan dan pengembangan biota air lainya;
 Sumber air irigasi pertanian, peternakan dan rumah tangga;
 Obyek wisata air dan pemancingan;
 Sarana dan prasarana pendidikan; serta praktek lapangan konservasi
sumberdaya alam dan lingkungan.

Dengan demikian, sesuai kondisiyang ada untuk areal tambang batubara


PT. Aldy Surya Gemilang yang relatif agak jauh dengan pernukiman penduduk,
maka sangat dimungkinkan kalau void yang ditinggalkan nantinya berupa
genangan permanen pada lubang galian akhir pengelolaannya akan disesuaikan
terhadap baku mutu yang dipersyaratkan selanjutnya dapat dibuat obyek untuk
wisata air atau lokasi untuk pemandangan.

Mengingat tahapan sekuen penambangan terdapat 4 (empat) pit yang


akan ditambang dalam waktu 18 tahun secara terpisah, dan pada akhir

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 77


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

penambangan akan menyisahkan void. Maka pemrakarsa PT. Aldy Surya


Gemilang melakukan rencana pengelolaan dan pemantauan masalah:
 Keamanan / Kestabilan Lereng
 Pengamanan lubang bekas tambang
 Pemulihan kualitas dan pengelolaan air sesuai peruntukannya
 Pemeliharaan lubang bekas tambang

2.1.4. Alternatif yang di kaji dalam AMDAL


Kajian AMDAL rencana pertambangan batubara PT. Aldy Surya
Gemilang ini tidak memiliki alternatif lain untuk lokasi, desain, proses, tata
letak bangunan dan sarana pendukung. Tidak adanya alternatif lain yang di
kaji dalam AMDAL ini adalah dengan disebabkan :
 Lokasi yang diberikan sudah merupakan lokasi yang terbaik dan sesuai
dengan peruntukannya, dengan dasar pertimbangan lingkungan telah
dilakukan secara terintegrasi.
 Desain, proses, tata letak bangunan, dan sarana pendukung serta aspek
teknis lainnya yang dimiliki oleh PT. Aldy Surya Gemilang sudah
merupakan konsep yang terbaik, mengingat PT. Aldy Surya Gemilang dan
instansi pemerintah yang terkait telah mempertimbangkan dan
menerapkan prinsip – prinsip pencegahan pencemaran lingkungan dalam
rangka pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan (sustainable
environmental management). Disamping itu konsep yang akan diterapkan
ini sudah melewati rangkaian proses uji kualitas dan diharapkan mampu
untuk mengelola setiap dampak yang akan muncul.
 Kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pihak pemrakarsa dilakukan
dengan transparan dan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang
ilmiah.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 78


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

2.2. Deskripsi Rona Lingkungan Hidup Awal


2.2.1. Komponen Lingkungan Yang Terkena Dampak
2.2.1.1. Komponen Geo-Fisik-Kimia
1. Iklim dan Curah Hujan
Iklim dengan curah hujan rata-rata tahunan di lokasi tambang adalah sebesar
2.389,68 mm/tahun, rata-rata curah hujan bulanan relative sedang berkisar antara
172,54-254,45 mm/bulan sedangkan intensitas hujan maksimum setiap bulannya
tergolong tinggi (54,9 mm) sehingga mempunyai energi yang besar untuk dapat
menimbulkan erosi. Temperatur udara di sekitar lokasi tambang relative tinggi dengan
berada di ketinggian tempat 58-186 m, berdasarkan pengamatan temperature udara
bulanan rata-rata berkisar antara 25,4-27,1ºC. Suhu maksimum mencapai 32,7ºC
terjadi bulan maret dan suhu minimum sebesar 22,6ºC terjadi bulan Januari.
Kelembaban udara relative dan dipengaruhi tingkat kandungan air dalam udara
bebas, kelembaban dilokasi berkisar 76,3-95,5 %. Lama penyinaran matahari rata-
rata bulanan 53,4 %. Angin bertiup dengan kecepatan rata-rata 2,1 knot, sedangkan
arah angin yang terjadi sangat bervariasi dalam satu tahunnya. Arah angin dari bulan
Maret-Mei dan Oktober-Januari bergerak dari barat ke timur, sedangkan dari bulan
Juni sampai September arah angin ke tegnggara dan bulan lainnya arah angin kea
rah Selatan.
Daerah Kota Waringin Timur mempunyai iklim tropis dengan dua musim
dalam satu tahun yaitu musim hujan dan musim kemarau. Umumnya musim hujan
dimulai dari bulan Oktober sampai dengan bulan April, musim kemarau terjadi pada
bulan Mei sampai dengan September setiap tahunnya, suhu rata-rata harian cukup
tinggi sekitar 300 C. Berdasarkan data yang diambil dari “Kabupaten Kota Waringin
Timur Dalam Angka Tahun 2016” menunjukkan bahwa curah hujan rata-rata tertinggi
terjadi pada bulan Maret sebesar 584 mm dan hari hujan rata-rata sebesar 27 hari
hujan. Curah hujan rata-rata terendah terjadi pada bulan September sebesar 126 mm
dengan hari hujan rata-rata sebesar 11 hari hujan. Data curah hujan dan hari hujan
menurut lokasi di Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun 2006 – 2017. Dari tabel
dibawah ini dapat disimpulkan, bahwa daerah penyelidikan beriklim tropis lembab
dengan temperatur berkisar antara 21 – 23 C dan maksimal mencapai 36C.
Intensitas penyinaran matahari selalu tinggi dan sumberdaya air yang cukup banyak,
sehingga menyebabkan tingginya penguapan yang menimbulkan awan aktif/tebal.
Hujan terjadi hampir sepanjang tahun dan curah hujan terbanyak jatuh pada bulan
Oktober sampai dengan Maret yang berkisar antara 2000 – 3500 mm/tahun.
Sedangkan, bulan kering jatuh pada bulan Juni sampai dengan Agustus.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 79


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Tabel 2.9 Data Curah Hujan Di Kabupaten Kotawaringin Timur (mm/bulan)


CURAH HUJAN BULANAN (mm)
Tahun Bulan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Rata-rata
January 311,0 262,0 206,0 237,0 207,0 382,0 391,8 180,4 328,3 244,3 254,9 273,2
February 429,0 268,0 335,0 166,0 73,0 361,0 221,1 379,7 215,9 241,9 434,6 265,9
March 470,0 585,0 276,0 223,0 253,0 285,0 310,6 378,6 593,7 354,1 439,7 379,0
April 547,0 257,0 369,0 237,0 425,0 145,5 480,5 366,2 199,2 192,4 239,0 314,3
May 240,0 226,0 199,0 178,0 297,0 268,1 277,1 239,4 173,8 224,2 351,9 243,1
June 185,0 262,0 243,0 18,0 182,0 64,1 326,9 105,9 252,4 45,9 140,3 166,0
July 20,0 203,0 61,0 105,0 305,0 84,6 241,7 34,9 28,7 199,4 229,5 137,5
August 123,0 215,0 328,0 19,3 131,0 264,7 150,9 27,7 79,3 118,7 18,2 134,2
September 1,0 275,0 168,0 18,0 167,0 79,2 60,3 312,1 19,9 204,6 164,5 133,6
October 110,0 276,0 358,0 112,0 491,0 406,9 253,4 243,6 77,7 278,9 16,9 238,6
November 367,0 343,0 518,0 199,0 210,0 348,3 414,3 498,9 349,6 251,3 333,0 348,4
Desember 377,0 157,0 254,0 342,0 437,0 185,4 222,0 433,5 297,2 351,0 575,6 330,2
Sumber : Kabupaten Kota Waringin Timur Dalam Angka Tahun 2016

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 80


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.40. Rata-Rata Curah Hujan (mm/tahun)

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 81


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

2. Kualitas Udara dan Kebisingan


Mengingat operasional kegiatan di lokasi yang masih belum di
laksanakan, maka dapat diasumsikan kualitas udara pada lokasi studi masih
memenuhi standar baku mutu yang dipersyaratkan.

Kondisi umum untuk mengetahui kondisi awal kualitas udara sebelum


kegiatan pertambangan batubara yang akan dilakukan oleh PT. Aldy Surya
Gemilang di Kecamatan Parenggean, dapat diduga bahwa kondisi kualitas udara
di tapak proyek yang direncanakan dan sekitarnya masih normal, mengingat rona
awal untuk kualitas udara dan kebisingan pada daerah yang hampir berdekatan
pada dasarnya adalah kurang lebih hampir sama, apabila kondisi lingkungan
(vegetasi maupun kondisi lingkungan lain) homogen.

a. Kualitas Udara
Data kualitas udara di wilayah studi yang didasarkan data analogi serupa
yaitu kegiatan Pertambangan bijih bauksit milik PT. Baniran Alumina Cempaga
(data sekunder) kegiatan disekitar lokasi yang berada satu hamparan wilayah
dengan lokasi kegiatan PT. Aldy Surya Gemilang (rencana Pertambangan
Batubara) yang diasumsikan sebagai gambaran kondisi sebelum adanya
kegiatan operasional Pertambangan, Gambaran Data hasil pengujian kualitas
udara di daerah sekitar lokasi studi dapat di lihat pada Tabel sebagai berikut.
Tabel 2.10 Hasil Pengujian Kualitas udara dan Kebisingan

No. Parameter Satuan Hasil Pengujian Baku Mutu


Udara Ambient (PP RI No. 41 tahun 1999)
1 Suhu °C 28,7 (-)
2 Kelembaban %RH 74,2 (-)
3 Kecepatan Angin m/det 2,45 (-)
4 SO₂ µg/Nm³ 0,76 900
5 NO₂ µg/Nm³ 0,48 400
6 CO µg/Nm³ 2,7 30000
7 O₃ µg/Nm³ 21,4 235
8 Debu Total (TSP)** µg/m³ 18 230
9 Arah Angin (-) B-T (-)
10 Cuaca (-) Cerah (-)
Tingkat Kebisingan (Kepmen LH No. 48 Tahun 1996)
1 Kebisingan*** dB 38,8 70***
Sumber: PT. Baniran Alumina Cempaga, hasil uji Desember Tahun 2015

Berdasarkan tabel Hasil uji kualitas udara ambient yang dibandingkan


dengan parameter sesuai Peraturan Pemerintah RI No, 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara Baku Mutu Udara Ambient dapat disimpulkan
parameter kualitas udara ambient di atas masih berada di bawah baku mutu.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 82


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

b. Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan.
Suara bising yang tidak dikehendaki sangat mengganggu berkomunikasi,
kenyamanan dan dapat merusak alat pendengaran manusia. Kebisingan
merupakan bentuk suara yang merugikan manusia dan lingkungan termasuk
satwa liar, dan sistem alam. Kebisingan yang disebabkan oleh suara buatan
merupakan pengganggu bagi manusia, khususnya aspek kognitif. Kebisingan
merupakan suatu situasi yang multi dimensi yang terkait dengan manusia. Suara
bising yang secara fisik maupun psikologis membahayakan adalah intensitas di
atas 100 dB(A). Maka kebisingan harus dikendalikan agar tidak menimbulkan
gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Sumber kebisingan dari kegiatan
operasional tambang terutama disebabkan oleh aktifitas alat berat serta aktivitas
mobilisasi kendaraan operasional dan alat-alat berat.
Berdasarkan studi pustaka Intensitas Kebisingan beberapa alat-alat berat
dan kendaraan bermotor dari sumber kebisingan disajikan pada tabel berikut :
Berdasarkan studi pustaka intensitas kebisingan beberapa alat-alat berat
pada jarak 15 meter dari sumber serta intensitas kebisingan disajikan pada Tabel
sebagai berikut.
Tabel 2.11 Intensitas Kebisingan dari Sumber Alat-alat Berat
Intensitas Kebisingan Pada
No. Sumber Suara
Jarak 15 M dari Sumber dB (A)
1 Traktor 89
2 Backhoe 83
3 Generator 76
4 Float Loader / Dozer / Excavator 80
5 Crushing Plant 89
Sumber : Webbwe, H, et al., 1984

Berdasarkan studi pustaka intensitas kebisingan kendaraan bermotor


pada jarak 15 meter dari sumber serta intensitas kebisingan disajikan pada Tabel
sebagai berikut.
Tabel 2.12 Intensitas Kebisingan dari Kendaraan Bermotor
Kecepatan Kendaraan (km/jam)
No Jenis Kendaraan
50 60 70 80 90 100 >100
1 Truk Besar (dBA) 82 83 84 85 86 87 88
2 Truk Sedang (dBA) 73 77 78 78 83 84 85
3 Sedan (dBA) 63 65 67 70 72 74 75
Sumber : Webbwe, H, et al., 1984

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 83


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Adapun data tingkat kebisingan di daerah sekitar lokasi studi dapat di lihat
pada Tabel sebagai berikut.
Tabel 2.13 Data Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan di Wilayah Studi

No. Parameter Satuan Hasil Pengujian Baku Mutu


Tingkat Kebisingan (Kepmen LH No. 48 Tahun 1996)
1 Kebisingan*** dB 38,8 70***
Sumber: PT. Baniran Alumina Cempaga, hasil uji Desember Tahun 2015
***Kepmen LH No. 48 Tahun 1996 Tentang Nilai Ambang Batas Kebisingan Industri

Merujuk pada tabel Hasil uji tingkat kebisingan yang dibandingkan dengan
parameter sesuai Kepmen LH No. 48 Tahun 1996 tentang baku mutu kebisingan
dapat disimpulkan tingkat kebisingan masih berada di bawah baku mutu yang
sudah ditetapkan.

3. Geologi
a. Stratigrafi
Berdasarkan stratigrafi regional Lembar Palangkaraya (lembar 1613) yang
diterbitkan oleh P3G Bandung, daerah penyelidikan dibedakan menjadi 4 (Empat)
formasi batuan yaitu Formasi Alluvium (Qa) yang berumur Holosen, Formasi
Dahor (TQd) yang berumur Miosen – PPleistosen, Formasi Batuan Gunung Api
(Trv) yang berumur Trias dan Formasi Kuarsit (Tgr) yang berumur Perem - Trias.
Urut-urutan stratigrafi batuan dari muda ke tua adalah sebagai berikut :

Formasi Aluvium (Qa)


Formasi ini Tersusun kerakal, kerikil, Lumpur kelabu kehitam-hitaman dan
sisa-sisa tumbuhan serta belum mengalami proses litifikasi atau pemadatan,
kompaksi serta bersifat lepas. Alluvium merupakan endapan sungai atau
endapan banjir, daerah penyelidikan endapan Aluvial tersusun oleh kerakal,
kerikil, pasir dan lumpur yang bersifat lepas dan belum mengalami proses
pembatuan.

Formasi Dahor (TQd)


Fomasi ini secara umum terdiri dari konglomerat mengandung fragmen
kuarsit dan basalt, berukuran 1 sampai 3 cm, kemas terbuka dengan matriks
berukuran pasir, berselingan dengan batupasir berwarna kekuningan sampai
kelabu berbutir sedang-kasar, setempat berstruktur sedimen silang-siur, sisipan
batulempung setempat karbonatan hingga gambut mengandung lignit, tersingkap
sebagai sisipan dalam batupasir dengan ketebalan 20 – 60 cm,. Ketebalan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 84


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

formasi ini ada yang mencapai 300 meter dan berumur Miosen Tengah –
Pleistosen, diendapkan di lingkungan Paralik.

Formasi Batuan Gunungapi (Trv)


Formasi ini secara umum terdiri dari Breksi gunungapi berwarna kelabu
kehijauan, sangat kompak, komponen terdiri atas andesit, basal dan rijang,
berdiameter 2 – 3 cm, setempat kaya akan bijih besi dan limonit, berasosiasi
dengan basal berwarna coklat kemerahan, pejal, setempat berongga dan tuf
berwarna kelabu kemerahan berupa abu gunungapi, berbutir sangat halus, di
beberapa tempat mengandung lapili berukuran sampai 5 cm, Emmichoven (1939
mengelompokkan satuan ini ke dalam kompleks matan yang berumur Trias.

Formasi Kuarsit (Tgr)


Formasi ini secara umum terdiri dari Kuarsit berwarna coklat kekuningan,
jika teroksidasi berwarna kemerahan, secara mikroskopik batuan ini
memperlihatkan tekstur granoblastik dengan mineral penyusun kuarsa dan
orthoklas dan kemas saling mengunci. Formasi ini diperkirakan berumur Perem
sampai Trias.

b. Struktur Geologi
Struktur geologi regional tidak berkembang di wilayah studi, hal ini dapat
di perlihatkan pada kenampakan morfologi yang landai dan pada struktur geologi
regional tidak di petakan adanya struktur.

Geologi Lokal
Struktur geologi di wilayah studi tidak berkembang hanya dataran yang
masuk pada Formasi Aluvial.

4. Tata Guna Lahan


a) Tutupan Lahan
Daerah rencana kegiatan pertambangan batubara PT. Aldy Surya
Gemilang yang berlokasi di Wilayah Kecamatan Parenggean, Kabupaten
Kotawaringin Timur dilihat sebagaimana uraian tabel berikut :
Tabel 2.14 Tutupan Lahan Lokasi Studi
Luas (Ha)
Jenis Tutupan Lahan
(Ha) (%)
Hutan Rawa Sekunder 92,00 1,65
Belukar 5.475,00 98,15
Belukar Rawa 11,00 0,20
Total 5.578,00 100,00
Sumber : Peta Dasar Citra Landsat 2015

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 85


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

b) Sistem Lahan
Daerah rencana kegiatan pertambangan batubara PT. Aldy Surya
Gemilang yang berlokasi di Wilayah Kecamatan Parenggean, Kabupaten
Kotawaringin Timur dengan kategori jenis tanah podsolik dengan masing-masing
luasan sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.15 Sistem Lahan di Wilayah Studi
Luas (Ha)
Sistem Lahan
(Ha) (%)
BWN Dataran Bergelombang dan Bekas Teras 1.287,00 23,07
berpasir
PKU Teras Sungai berpasir yang berombak 4.291,00 76,93
Total 5.578,00 100,00
Sumber : Peta Dasar RePPProt (1987) Versi Digital dan RBI

c) Jenis Tanah
Jenis tanah yang terdapat di wilayah IUP Pertambangan Batubara PT
Aldy Surya Gemilang termasuk pada jenis tanah Podsol.
Tanah podsol berada di daerah yang mempuyai iklim basah, memiliki
curah hujan yang lebih dari 2000 mm per tahun tanpa adanya bulan kering.
Contoh daerah yang memiliki jenis tanah podsol ini adalah di daerah Kalimantan
Tengah, Jambi. Bangka, Belitung, Sumatera Utara dan juga Irian Jaya atau
Papua.
Pemanfaatan yang paling sering dilakukan orang-orang terhadap tanah
podsol ini yakni dibuat sebagai lahan yang ditanami berbagai tanaman palawija.
Hal ini karena tanaman palawija merupakan salah satu tanaman yang paling
cocok dengan karakteriktik yang dimiliki oleh tanah podsol ini.
Tanah podsol ini apabila berada pada daerah kering, maka akan
bercampur atau berasosiasi dengan jenis tanah podsolik merah dan kuning.
Namun, ketika berada di daerah yang basah, tanah podsol ini akan berasoisasi
dengan glei humus atau juga organosol.

5. Kelerengan
Berdasarkan hasil telaahan / overlay terhadap peta kelerengan pada
lokasi rencana kegiatan pertambangan batubara PT. Aldy Surya Gemilang
memiliki areal topografi relatif datar sampai dengan landai dengan kemiringan
lahan 0-15%.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 86


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.41. Peta Tutupan Lahan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 87


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.42. Peta Sistem Lahan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 88


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.43. Peta Jenis Tanah

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 89


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.44. Peta Kelerengan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 90


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.45. Peta Topografi

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 91


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

6. Erosi dan Sedimentasi


a) Erosi
Tingkat erosi tanah yang terjadi pada saat studi tergolong rendah,
khususnya pada lokasi yang belum dibuka hal ini dapat dilihat dengan kurang
ditemukannya gejala erosi baik berupa erosi lembar maupun erosi alur. Tidak
terjadinya erosi pada lahan yang belum dibuka ini disebabkan karena tingkat
penutupan tanah baik oleh tajuk tanaman maupun mulsa serasah cukup intensif
sehingga pukulan butiran hujan tidak sampai mendispersi butiran tanah.
Gambaran erosi aktual yang terjadi, didasarkan pada pendekatan prediksi
erosi dengan menggunakan persamaan USLE (Universal Soil loss Equation)
pada beberapa model kondisi lahan yang ditemukan di lapangan. Sesuai dengan
persamaan USLE dimana A = R.K.LS.C.P, maka erosi aktual (A) yang terjadi di
lapangan sangat tergantung pada faktor erosifitas hujan (R), erodibilitas tanah
(K), faktor lereng yaitu panjang dan kemiringan lereng (LS), faktor pengelolaan
tanaman (C) dan faktor pengelolaan tanah (P) (Wishchmeier, W.H. and D.D.
Smith. 1978).
Dengan menganalisis data curah hujan di lokasi studi telah dilakukan
perhitungan nilai erosivitas hujan menggunakan pendekatan Lenvain (1975)
berdasarkan hubungan antara term interaksi energi-intensitas hujan dengan
curah hujan tahunan mendapatkan nilai erosivitas hujan (R). Dengan mengkaji
sifat dan ciri tanah di lokasi studi yang mempunyai permeabilitas tanah sedang,
tekstur lempung liat berpasir dan kadar bahan organik rata-rata relatif tinggi
diperoleh penduga untuk nilai faktor erodibilitas tanah (K) untuk tanah yang
berstruktur remah-granular halus.Besarnya erosi selanjutnya bergantung pada
faktor lereng (LS) dan faktor pengelolaan tanah dan tanaman (CP).

b) Sedimentasi
Sedimentasi di wilayah studi merupakan lumpur dan material lain hasil
erosi yang diangkut oleh aliran air yang akan terendapkan ke tempat yang lebih
rendah seperti muara sungai akan menjadi dangkal dan akhirnya punah bila terus
menerus diendapi lumpur hasil erosi. Produksi sedimen (sediment yield) adalah
besar sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi di daerah tangkapan air,
besarnya hasil sedimen dinyatakan sebagai volume atau berat sedimen per
satuan daerah tangkapan air. Perhitungan produksi sedimen (ton/tahun) dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan nilai Sediment Delevery Ratio
(SDR), yaitu sebagai berikut :

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 92


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Y = E. (SDR). A
Dimana :
Y = Produksi sedimen
E = Erosi tanah rata-rata
SDR = Nisbah pelepasan sedimen
A = Luas lahan

Dengan mengacu pada kriteria yang dibuat oleh Wischmeieretal., (1971),


maka untuk nilai sedimentasi lokasi atau areal lokasi rencana kegiatan
pertambangan batubara PT. Aldy Surya Gemilang tersebut ditemukan dalam
kondisi pada saat kegiatan belum dilakukan. Oleh karena itu, pada saat kegiatan
konstruksi dan operasional dilakukan, maka nilai sedimentasi yang diperoleh
akan semakin besar, hal tersebut disebabkan karena dalam kegiatan
pertambangan batubara PT. Aldy Surya Gemilang, dilakukan pembukaan lahan,
pembongkaran lapisan tanah penutup (overburden dan lapisan tanah pucuk atau
topsoil). Oleh karena itu apabila air hujan langsung jatuh mengenai permukaan
tanah, kemungkinan butiran tanah cepat atau lambat akan terdispersi,
selanjutnya mudah terlarut bersama aliran permukaan (runoff).

7. Hidrologi dan Kualitas Air Permukaan


a) Hidrologi
Secara umum Kecamatan Parenggean yang merupakan wilayah rencana
kegiatan pertambangan batubara PT. Aldy Surya Gemilang memiliki daerah atau
wilayah perairan yang meliputi beberapa sungai yang berada atau masuk wilayah
Kabupaten Kotawaringin Timur yaitu Sungai Bayu yang merupakan anak sungai
dari Sungai Tualan. Sungai Tualan adalah sungai utama di dalam wilayah
rencana kegiatan pertambangan batubara PT. Aldy Surya Gemilang mengalir
yang berada di wilayah Kecamatan Parenggean. Sebagian besar masyarakat
yang berada di sekitar lokasi rencana kegiatan, memanfaatkan sumber air dari
sungai tersebut untuk memenuhi kebutuhan air domestik setiap harinya. Sungai
ini merupakan sungai yang nantinya akan menerima dampak kegiatan
pertambangan batubara PT. Aldy Surya Gemilang yang juga berakumulasi
terhadap dampak dari kegiatan lainnya yang ada di sekitarnya.

b) Kualitas Air Permukaan


Kondisi umum kualitas air sungai sekitar areal rencana kegiatan
pertambangan batubara PT. Aldy Surya Gemilang diduga kondisi air sungai
cukup keruh dengan tingkat kekeruhan yang tidak relatif tinggi. Dari sisi sifat
kimia air, belum diketahui secara akurat saat ini, mengingat belum dilakukan
pengujian di laboratorium. Sungai tersebut yakni Sungai Bayu yang merupakan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 93


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

anak Sungai Tualan diperkirakan akan terpengaruh atau terkena dampak dari
kegiatan pertambangan batubara PT. Aldy Surya Gemilang, dan salah satu
satunya adalah menurunnya kualitas air sungai yang menjadi sumber air untuk
keperluan rumah tangga oleh masyarakat yang berada di sekitar areal kegiatan
PT. Aldy Surya Gemilang.

2.2.1.2. Komponen Biologi


1) Flora (Vegetasi)

Berdasarkan hasil wawancara singkat dengan masyarakat Desa


Pelantaran, Kecamatan Parenggean pada saat dilaksanakannya konsultasi publik
bahwa sebagaian besar Sebagian besar vegetasi di daerah penyelidikan berupa
Perkebunan sawit, Karet, Singkong Warga sekitar, HTI PT. Wanayasa Kahuripan
Indonesia, dan semak belukar yang tumbuh secara liar dan tidak beraturan.
Tumbuhan tersebut berdiameter mulai dari beberapa centimeter sampai dengan
lebih dari 0,5 meter. Beberapa jenis pohon yang berada di daerah penyelidikan
antara lain : Waru, Akasia, Sawit, dan Karet.

Adapun vegetasi budidaya merupakan vegetasi yang ditanam oleh


masyarakat maupun tanaman budidaya yang tumbuh secara liar di sekitar daerah
studi (Desa Pelantaran, Kecamatan Parenggean), baik yang di tanam di areal
bekas ladang, areal perkebunan rakyat, maupun di pekarangan. Sebaran lokasi
pertanaman budidaya yang dapat ditemukan di beberapa lokasi di desa sekitar
areal studi. Jenis tumbuhan yang ditanam di ladang dan pekarangan di daerah
disekitar lokasi kegiatan dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2.16 Jenis Vegetasi Budidaya di Lokasi Studi

No. Nama Daerah Nama Latin


Tanaman Perkebunan
1. Mangga Mangifera indica
2. Nangka Arthocapus integra
3. Cempedak Aftocarpus champeden
4. Jambu biji Psidium guajava
5. Jambu bol Syzygium malacence
6. Pinang Areca catechu
Tanaman Palawija
1. Ubi Kayu Manihot esculenta
2. Jagung Zea mays
3. Ubi Jalar Ipomea batatas
Tanaman Hortikultura
1. Cabe Capsium annum
2. Terong Solanum sp
3. Kunyit Zingeberacca sp
4. Pisang Musia sp

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 94


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

No. Nama Daerah Nama Latin


5. Rambutan Nephellium sp
6. Pepaya Papaya carica
Sumber : Hasil Wawancara Pada Saat Konsultasi Publik, 2017

2) Fauna (Satwa)
Berdasarkan tipe habitat yang terdapat di sekitar areal studi, jenis-jenis
fauna darat yang terdapat umumnya fauna yang mampu hidup di daerah habitat
hutan hujan tropis. Spesifikasi ini sebagian ditunjukan jenis-jenis aves, jenis
mamalia, reptil, dan amphibian.
Berbagai jenis satwa terdapat di wilayah studi dan beberapa diantaranya
termasuk jenis yang dilindungi. Satwa - satwa tersebut antara lain; jenis mamalia
: Rusa (Cervus), kijang (Munticus muncak), Pelanduk (Tragulus); jenis reptilian :
biawak (Varamus borneansis), kura-kura gading (Ortilia borneensi), ular sanca
(Chodrophyton viridis); jenis unggas : enggang (Bucirotidae), Elang (Accipitridae),
beo dan murai; jenis ikan : patin, baung, udang, dan tapah.

3) Biota Perairan
a) Plankton
Plankton merupakan mikroorganisme air yang hidup melayang mengikuti
arus dan gerakan air. Plankton dapat didefinisikan sebagai kelompok organisme
perairan yang berukuran mikrokopik, mempunyai daya renang yang sangat
lemah. Plankton terdiri dari dua golongan yaitu phytoplankton (plankton nabati)
dan zooplankton (plankton hewani). Di dalam ekosistem perairan, phytoplankton
merupakan tumbuhan yang menentukan produktivitas perairan. Disamping itu
phytoplankton dapat juga dipakai sebagai indikator adanya perubahan kondisi
lingkungan perairan, misalnya masuknya bahan-bahan pencemar ke dalam
perairan yang dapat menimbulkan dampak. Demikian juga halnya dengan
zooplankton dapat digunakan sebagai indikator kesuburan perairan dan adanya
perubahan kondisi lingkungan.
Perubahan lingkungan perairan menyebabkan terjadinya perubahan
distribusi, komposisi dan keanekaragaman plankton sehingga plankton dapat
dikategorikan sebagai indikator adanya perubahan lingkungan perairan.
Contohnya pencemaran fosfat dan nitrat di perairan dapat menyebabkan
terjadinya dominasi jenis plankton Cyanophyta, sementara pencemaran berat
limbah organik menyebabkan kelompok cacing Tubificidae dan larva
Chironomus. Untuk sementara data mengenai phytoplankton dan zooplanktoni
belum tersedia.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 95


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

b) Benthos
Benthos adalah organisme, baik nabati (fitobenthos) maupun hewani
(zoobenthos), yang tinggal di dalam dan/atau di atas sedimen di dasar suatu
perairan. Dalam berbagai literatur studi tentang benthos lebih banyak pada
kelompok hewani dibandingkan dengan nabati, sehingga pembahasan tentang
benthos dalam studi ini lebih ke makrozoobenthos.
Berdasarkan ukurannya organisme benthos digolongkan atas : (1)
makrobenthik (0.425 – 15 mm); (2) meiobenthik (0.05 – 1 mm); dan microbenthik
(< 50 mm).
Keberadaan organisme benthos di perairan sungai alami dipengaruhi
utama oleh faktor fisika (jenis substrat dasar, kecepatan arus, kedalaman dan
morfologi sungai), serta selanjutnya oleh faktor kimia seperti kualitas air, dan
biologi seperti adanya persaingan, pemangsaan oleh predator dan kanibalisme.
Perubahan kualitas lingkungan perairan menyebabkan perubahan diversitas
makrozoobenthos. Contohnya pencemaran berat limbah organik menyebabkan
kelompok cacing Tubificidae dan larva Chironomus.

c) Nekton (Ikan)
Nekton dalam pengertian luas mencakup semua organisme perairan yang
mampu mempertahankan gerak melawan pergerakan atau arus air tanpa
bergantung pada habitat. Kebanyakan nekton merupakan hewan-hewan besar
dan terutama hewan-hewan bertulang belakang (vertebrata). Dalam hal ini ikan
adalah organisme perairan dari nekton yang mendominasi. Ikan merupakan
komponen yang tersebar pada komunitas perairan. Bagi manusia, ikan
mempunyai nilai ekonomis dan sebagai sumber protein hewani. Keberadaan ikan
di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh kualitas air, jenis plankton, makrophyta
dan organisme perairan lainnya. Perubahan komposisi jenis ikan sering
menunjukkan adanya perubahan pH, suhu, bahan terlarut, kejernihan, kelarutan
oksigen (DO), komposisi substrat dan adanya polutan.
Berdasarkan data analogi yang diperoleh dari kegiatan serupa (tambang
bijih besi PT. Sumber Globalindo Mining) yang ada di wilayah studi dikemukakan
bahwa Jenis-jenis ikan yang terdapat di perairan areal rencana kegiatan
pertambangan batubara PT. Aldy Surya Gemilang antara lain dari jenis sungai
yakni, Baung (Hemibgarus nemurus); Lawang (Pangasius conchophilus);
Papuntin/kasak Pisang (Bagriodes melapterus); Tabiring (Belondontichthys
dinema); Saluang (Rasbora); Pentet (Clarias leiacanthus); Pentet Panjang
(Clarias alluaudi); Patin (Pangasius macronema); Papuyu (Anabas testudenius);

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 96


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Lais (Ompok hypophthalmus); Gabus (Channa striata); Mihau (Chana asiatica);


Kerandang (Chana pleurophthalma); Sepat (Tricogaster tricopterus); Betok
(Ctenopoma petherici); Kapar (Belontia hasselti).

2.2.1.3. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya


Secara administratif, rencana kegiatan pertambangan batubara PT.
Aldy Surya Gemilang sebagaimana SK Bupati Kotim tentang IUP Eksplorasi
Pertambangan Batubara PT. Aldy Surya Gemilang terletak di 2 (dua) wilayah
Kecamatan yakni Desa Parenggean, Manjalin, Kabuau Kecamatan
Parenggean dan Desa Pelantaran, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten
Kotawaringin Timur yang merupakan Desa Binaan PT. Aldy Surya Gemilang.
Namun memperhatikan luasan wilayah dampak sosial yang ada sehingga
ditetapkan wilayah terdapat terjadap 4 (empat) Desa tersebut yang letaknya
berada di sekitar Wilayah IUP Eksplorasi pertambangan batubara PT. Aldy
Surya Gemilang.
Rona awal komponen sosial ekonomi, budaya, dan kesehatan
masyarakat yang diprakirakan akan terkena dampak dari rencana kegiatan
pertambangan batubara PT. Aldy Surya Gemilang dapat dideskripsikan
berikut ini.

A. Sosial
1) Demografi
Penduduk merupakan subjek pembangunan sehingga perlu
diperhatikan dalam proses pembangunan. Hampir setiap aspek perencanaan
baik di bidang sosial, ekonomi, maupun politik terkait dengan kependudukan.
Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi pembangunan, tetapi
dapat pula menjadi beban saat penduduk tersebut tidak sesuai dengan
kapasitas luas wilayah dan strukturnya. Luas wilayah, jumlah penduduk,
kepadatan penduduk, jumlah rumah tangga dan rata-rata jiwa per rumah
tangga.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Kotawaringin Timur 2017, jumlah
penduduk desa wilayah studi yakni dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.17 Jumlah penduduk Desa Wilayah Studi
Kecamatan/ Jumlah penduduk (orang) Sex
Desa Studi L P Jumlah Ratio
Kecamatan Parenggean
 Desa Parenggean 4.175 3.547 7.722 1,18
 Desa Manjalin 161 140 310 1,15
 Desa Kabuau 2.452 2.023 4.476 1,21

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 97


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Kecamatan/ Jumlah penduduk (orang) Sex


Desa Studi L P Jumlah Ratio
Kecamatan Cempaga Hulu
 Desa Pelantaran 2.032 1.692 3.724 1,20
Sumber : BPS Kabupaten Kotawaringin Timur, 2017

Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Desa


wilayah studi yakni Desa Parenggean sebanyak 7.722 orang dengan Sex
ratio 1,18 relatif lebih kecil dari Desa Kabuau (1,21) dan Desa Pelantaran
(1,20) dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit. Lebih banyak jumlah
penduduk dan lebih tinggi sex ratio cenderung lebih tinggi pula penawaran
tenaga kerja.
Jumlah rumahtangga dan ukuran keluarga (size of family) juga faktor-
faktor yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja. Makin banyak jumlah
rumahtangga, makin banyak pula KK/anggota keluarga yang dituntut bekerja
untuk memenuhi kebutuhan pokok rumahtangganya. Makin besar ukuran
keluarga makin membutuhkan pendapatan yang lebih banyak, sehingga
memerlukan kerja yang lebih banyak baik dari segi kuantitasnya (curahan
kerja), maupun kualitasnya. Data mengenai jumlah rumahtangga dan rata-
rata jiwa per rumahtangga dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2.18 Jumlah Rumahtangga dan Ukuran Keluarga (Size of Family)
Desa Wilayah Studi
Jumlah
Kecamatan/ Rata-rata Jiwa Per
Rumahtangga
Desa Studi Rumahtangga
(buah)
Kecamatan Parenggean
 Desa Parenggean 2.068 3,76
 Desa Manjalin 106 2,84
 Desa Kabuau 1.338 3,35
Kecamatan Cempaga Hulu
 Desa Pelantaran 731 5,09
Sumber : BPS Kabupaten Kotawaringin Timur, 2017

Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa ukuran keluarga Desa


Pelantaran sebagai desa wilayah studi adalah 5,09 jiwa/rumahtangga lebih
besar dari Desa Kabuau (3,35 jiwa/rumahtangga) dan Desa Parenggean
(3,76 jiwa/rumahtangga) yang jumlah rumahtangga nya cenderung lebih
sedikit (731 rumahtangga) dibandingkan dengan Desa Kabuau (1.338
rumahtangga) dan Desa Parenggean (2.068 rumahtangga). Norma keluarga
kecil belum memasyarakat di desa studi ini.
Pertumbuhan penduduk suatu wilayah sangat ditentukan oleh adanya
kejadian kelahiran, kematian ataupun oleh adanya kejadian migrasi baik

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 98


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

yang masuk maupun migrasi keluar. Tingkat pertumbuhan penduduk di


wilayah studi disajikan pada Tabel berikut.
Tabel 2.19 Tingkat Pertumbuhan Penduduk di Wilayah Studi
Kec.
Kec.
Uraian Tahun Cempaga
Parenggean
Hulu
Jumlah Penduduk (orang) 2010 35.608 23.262
2015 28.114 29.284
2016 28.643 30.563
Laju Pertumbuhan Penduduk 2010 – 2015 *) 4,65
per Tahun (%) 2015 – 2016 1,88 4,37
Sumber : BPS Kabupaten Kotawaringin Timur, 2017
*) Merupakan wilayah pemekaran pada periode tahun 2010-2013

Faktor kependudukan selanjutnya yang mempengaruhi penawaran


tenaga kerja adalah tingkat kepadatan penduduk. Data luas wilayah dan
kepadatan penduduk di wilayah studi dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2.20 Luas Wilayah dan Tingkat Kepadatan Penduduk Desa
Wilayah Studi
Kepadatan
Kecamatan/ Luas Wilayah
Penduduk
Desa Studi (km2)
(jiwa/km2)
Kecamatan Parenggean
 Desa Parenggean 41,00 188,34
 Desa Manjalin *) *)
 Desa Kabuau 78,00 57,38
Kecamatan Cempaga Hulu
 Desa Pelantaran 23,50 33,25
Sumber : BPS Kabupaten Kotawaringin Timur, 2017
Ket : *) Merupakan Wilayah Pemekaran

2) Sarana dan Tingkat Pendidikan


Pendidikan merupakan salah satu variabel yang menentukan kualitas
pembangunan manusia di suatu wilayah, tak terkecuali pula di Desa yang
berdekatan langsung dengan rencana kegiatan pertambangan batubara PT.
Aldy Surya Gemilang. Hanya dengan sumberdaya manusia yang
berkualitaslah kecepatan pembangunan suatu wilayah bisa tercapai serta
tersedianya sarana pendidika yang memadai untuk menunjang kegiatan
belajar mengajar. Jumlah sekolah, murid dan guru di wilayah studi disajikan
pada Tabel berikut.

Tabel 2.21 Jumlah Murid, Guru & Rasio Murid-Guru TK, SD, SMP, SMA
di Wilayah Studi
Jumlah
No. Tingkatan Sekolah Rasio
Sekolah Murid Guru
Kecamatan Parenggean
1 SD 23 3.719 219 16,98

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 99


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Jumlah
No. Tingkatan Sekolah Rasio
Sekolah Murid Guru
2 MI 1 265 12 22,08
3 SMP 9 1.374 99 13,88
4 MTs 2 341 25 13,64
5 SMA 1 611 35 14,46
Kecamatan Cempaga Hulu
1 SD/ Sederajat 24 3.529 222 15,90
2 MI 2 243 19 12,79
3 SMP 8 1.038 80 12,98
4 MTs 1 62 8 7,75
5 SMK 1 325 24 13,54
6 MA 1 112 10 11,20
Sumber : BPS Kabupaten Kotawaringin Timur, 2017

Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa di Desa wilayah studi sudah
terdapat sarana / fasilitas pendidikan yang memadai, hanya saja belum
memiliki lembaga pendidikan folmal lanjutan tingkat perguruan tinggi. Untuk
pendidikan perguruan tinggi terpaksa masyarakat harus ke Kabupaten Kota
di Sampit atau ibukota provinsi di Palangka Raya jika ingin melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi.

3) Keagamaan
Secara umum dapat dikatakan bahwa kehidupan beragama yang
kondusif di mana sesama umat beragama hidup dengan rukun dan saling
toleransi, akan dapat menciptakan ketentraman dalam masyarakat. Kondisi
seperti ini merupakan prasyarat agar kegiatan pembangunan berjalan
dengan baik. Intensitas keresahan dan potensi konflik bisa direduksi melalui
cara agama untuk masyarakat yang agamis.
Pemeluk agama pada objek studi masing-masing Desa wilayah studi
secara umum cukup heterogen. Sebagian besar atau mayoritas penduduk
menganut agama Islam disusul agama lainnya yakni Protestan, Katolik dan
lainnya. Hal ini ditunjukan pula dengan keberadaan sarana ibadah yang ada
wilayah studi.
Prosentasi pemeluk agama di masing-masing kecamatan wilayah
studi dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2.22 Persentase Pemeluk Agama di Wilayah Studi
Kecamatan
No. Sarana Ibadah Kec. Kec. Cempaga
Parenggean Hulu
1 Islam 90,05 53,63
2 Protestan 5,90 16,03
3 Katolik 2,77 9,24
4 Hindu - 21,09

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 100


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Kecamatan
No. Sarana Ibadah Kec. Kec. Cempaga
Parenggean Hulu
5 Budha - -
6 Lainnya 0,01 -
Sumber : BPS Kabupaten Kotawaringin Timur, 2017

Dalam rangka pembinaan umat maka diperlukan sarana untuk ibadah


masing-masing agama. Data yang rinci mengenai jumlah dan kapasitas
sarana ibadah di wilayah studi dapat dilihat pada Tabel berikut sebagai
berikut.
Tabel 2.23 Keberadaan Tempat Ibadah di Desa Wilayah Studi
Kecamatan
Kec.
No. Sarana Ibadah Kec.
Cempaga
Parenggean
Hulu
1 Masjid 28 25
2 Langgar 74 16
3 Gereja 16 21
4 Pura 1 11
5 Vihara - -
6 Lainnya 1 11
Sumber : BPS Kabupaten Kotawaringin Timur, 2017

Dari Tabel di atas diketahui bahwa sudah terdapat sarana ibadah


untuk masing-masing penganut agama yang ada di Wilayah studi.

B. Ekonomi
1) Perekonomian Lokal (Ekonomi Mikro)
Keadaan perekonomian di Desa Wilayah studi relatif baik.
Berkembangnya wilayah Kecamatan Parenggean dan Cempaga Hulu tidak
luput dari peran investor yang ada di kedua kecamatan tersebut, beberapa
diantaranya PBS kelapa sawit serta pertambangan, sehingga perekonomian
lokal mikro setempat dinilai cepat berkembang. Adapun rincian fasilitas
perekonomian lainnya dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2.24 Keberadaan Sarana Perekonomian di Desa Wilayah Studi
Kec. Cempaga
Fasilitas Kecamatan Parenggean
Hulu
Ekonomi
Parenggean Manjalin Kabuau Pelantaran
Pasar Umum 1 - - 2
Toko 139 - - 55
Kios / Warung 226 13 65 45
BUUD / KUD 1 - 1 -
Bank 2 - - -
Koperasi 5 - 1 4
Hotel / Losmen 4 - - 1
Sumber : BPS Kabupaten Kotawaringin Timur, 2017

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 101


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Dari tabel diatas terdapat fasilitas perekonomian masyarakat cukup


berkembang, khususnya Desa Pelantaran yang merupakan daerah
persinggahan / rest area bagi mereka yang melakukan perjalan dari
Palangka Raya ke Sampit begitu pula sebaliknya. Namun sarana perbankan
belum ada di wilayah studi guna melayani perekonomian mayarakat sekitar
secara maksimal.

2) Ekonomi Makro
Keadaan perekonomian secara makro terdeskripsikan dari keadaan
pendapatan regional di wilayah studi. Penggambaran ekonomi makro
diuraikan berdasarkan PDRB yang merupakan nilai tambah bruto seluruh
barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik yang
timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa
memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau non-
residen.
PDRB harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan sumber
daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDRB yang besar
menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga
sebaliknya.
PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap kategori dari tahun ke
tahun.
Distribusi PDRB harga berlaku menurut lapangan usaha
menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap kategori ekonomi
dalam suatu wilayah. Kategori-kategori ekonomi yang mempunyai peran
besar menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah.

Struktur Ekonomi
Struktur perekonomian Kabupaten Kotawaringin Timur didominasi
oleh empat lapangan usaha, yaitu Kategori Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan; industri pengolahan; Perdagangan Besar dan Eceran,
Transportasi dan pergudangan. Keempat lapangan usaha ini memberikan
konstribusi sebesar 72,69 persen dalam pembentukan PDRB Kabupaten
Kotawaringin Timur tahun 2016. Dari keempat lapangan usaha tersebut,
kontribusi industri pengolahan masih yang terbesar, mencapai 22,25 persen.
Besarnya sumbangan lapangan usaha pertanian terhadap PDRB Kabupaten
Kotawaringin Timur menunjukkan ekonomi Kabupaten Kotawaringin Timur
masih bergantung pada industri pengolahan.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 102


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Tabel 2.25 Distribusi Persentase PDRB Atas Harga Berlaku Menurut


Lapangan Usaha di Kabupaten Kotawaringin Timur
Lapangan Usaha 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4)
1 Pertanian, Kehutanan, dan 23,24 22,49 22,03
Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian 4,00 3,00 3,18
3 Industri Pengolahan 21,98 22,03 22,25
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,03 0,05 0,05
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 0,12 0,12 0,12
Limbah dan Daur Ulang
6 Konstruksi 9,40 9,86 9,68
7 Perdagangan Besar dan Eceran; 16,85 17,24 17,46
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 9,93 10,48 10,95
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan 1,31 1,41 1,41
Minum
10 Informasi dan Komunikasi 0,74 0,72 0,69
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 4,00 3,92 3,69
12 Real Estat 1,50 1,58 1,57
13 Jasa Perusahaan 0,04 0,04 0,04
14 Administrasi Pemerintahan, 2,23 2,31
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2,16
15 2,93 3,01
Jasa Pendidikan
3,04
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,04 1,07 1,03
17 Jasa lainnya 0,65 0,67 0,67
PDRB 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Kotawaringin Timur, 2017
Ket : *Angka Sementara
**Angka Sangat Sementara

Pertumbuhan Ekonomi
Laju Pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan 2010 menurut
lapangan usaha tertinggi (2016) dicapai oleh Kategori Pengadaan Listrik dan
Gas yang mencapai 13,20 miliar rupiah disusul Transportasi dan
pergudangan mencapai 12,41 miliar rupiah. Sedangkan pertumbuhan
ekonomi terendah dicapai oleh Kategori Administrasi pemerintahan,
pertahanan dan jaminan sosial dengan persentase Pertambangan dan
Penggalian yang hanya tumbuh 1,82 miliar rupiah.
Namun berdasarkan distribusi PDRB Kategori Industri Pengolahan
yang memiliki kontribusi terbesar tumbuh sebesar 22,25 persen dari tahun
sebelumnya. Semua kategori di tahun 2015 mencatat pertumbuhan yang
positif.

PDRB Perkapita
Bila PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal
di daerah itu, maka akan dihasilkan suatu PDRB Per kapita. PDRB Per

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 103


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per
satu orang penduduk. Pada tahun 2015, PDRB per kapita berlaku Kabupaten
Kotawaringin Timur mencapai 44,81 juta Rupiah dengan PDRB perKapita
konstan sebesar 34,24 persen sebagaimana yang tergambarkan pada grafik
barikut.

Gambar 2.46. PDRB Perkapita Kabupaten Kotawaringin Timur (Juta


Rp), Tahun 2012-2016

Sektor Pertambangan dan Penggalian


Produksi pertambangan di Kabupaten Kotawaringin Timur terdiri dari
komoditas yaitu Batubara dan bauksit. Produksi batubara tahun 2016
mencapai 686.285 ton sedangkan untuk bauksit sebesar 8.404,28 metric ton.
Tabel 2.26 Produksi Hasil Tambang di Kabupaten Kotawaringin Timur
Jenis Tambang Sat 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Batubara Ton - - - - 686.285
2 Bijih Besi MT 50.400 3.321.516 - - -
3 Zircon MT 600 - 5.125 1.000 -
4 Bauksit MT 486.763 9.154.914,18 344.256 - 8.404,28
Sumber : BPS Kabupaten Kotawaringin Timur, 2017

Sektor pertambangan di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan


Tengah, diprediksi kembali menggeliat seiring masuknya investor yang akan
menanamkan investasi mencapai Rp 12 triliun untuk smelter. Adapun
gambaran secara umum potensi bahan galian di Kabupaten Kotawaringin
Timur dapat dilihat pada tabel berikut.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 104


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Tabel 2.27 Potensi Bahan Galian Wilayah Kabupaten Kotawaringin


Timur
No. Kecamatan Potensi Bahan Galian
1 Antang Kalang Bijih Besi, Galena, Batubara, Andesit, Diorit, Granit
2 Parenggean Bauksit, Bijih Besi, Galena, Batubara, Zircon, Andesit,
Diorit, Granit
3 Cempaga Hulu Bauksit, Bijih Besi, Galena, Batubara, Zircon, Andesit,
Diorit, Granit
4 Cempaga Bauksit, Bijih Besi, Galena, Batubara, Zircon, Andesit,
Diorit, Granit
5 Mentaya Hulu Bijih Besi, Batubara, Zircon, Andesit, Diorit, Granit
6 Kota Besi Bijih Besi, Batubara, Zircon, Andesit, Granit
7 Mentawa Baru Pasir, Tanah Urug
Ketapang
8 Baamang Pasir, Tanah Urug
9 Mentaya Hilir Pasir, Tanah Urug
Utara
10 Seranau Zircon
11 Teluk Sampit Zircon
12 Telawang Bijih Besi, Batubara, Zircon, Andesit, Granit
13 Bukit Santuai Bijih Besi, Batubara, Zircon, Andesit, Diorit, Granit
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi, 2011

3) Aksesibilitas
Salah satu faktor penentu berkembangnya suatu perekonomian
wilayah adalah ketersediaan jalan (aksesibilitas) di suatu wilayah itu sendiri.
Jalan sebagai sarana penunjang transportasi memiliki peran penting
khususnya untuk transportasi darat. Seiring dengan adanya proyek
pemerintah menghubungkan jalur darat antar Kecamatan, membuat warga
mengalami kemudahan khusunya untuk trasportasi darat.
Secara namun jalur transportasi sungai masih menjadi andalan
terutama bagi masyarkat Desa wilayah studi untuk menghubungkan mereka
dengan antar desa lainnya di lingkup Kecamatan Parenggean dan
Kecamatan Cempaga Hulu.
Kondisi akses jalan menuju Desa Parenggean sudah berupa
perkerasan (hotmix) dan beberapa sudah perkerasan (aggregat)
Secara administratif, lokasi rencana kegiatan pertambangan batubara
PT. Aldy Surya Gemilang termasuk dalam wilayah Kecamatan Parenggean
dan Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi
Kalimantan Tengah.
Tabel 2.28 Panjang Jalan Menurut Desa / Kelurahan di Wilayah Studi
Panjang Jalan (Km)
Desa / Kelurahan Jalan Jalan Jalan
Total
Aspal Perkerasan Tanah
(1) (2) (3) (4) (5)
Kec. Parenggean
 Desa Parenggean 7,20 2,30 2,00 11,50

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 105


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Panjang Jalan (Km)


Desa / Kelurahan Jalan Jalan Jalan
Total
Aspal Perkerasan Tanah
(1) (2) (3) (4) (5)
 Desa Manjalin - 8,00 - 8,00
 Desa Kabuau - 45,00 10,00 55,00
Kec. Cempaga Hulu
 Desa Pelantaran 4,00 3,00 7,00
Sumber : BPS Kabupaten Kotawaringin Timur, 2017

C. Sosial Budaya
Masyarakat di wilayah studi dapat digolongkan ke dalam satuan
komunitas yang agak terbuka. Budaya masyarakat dalam kehidupan sehari-
hari yang sangat menonjol di wilayah studi adalah budaya Dayak.
Masyarakat di wilayah studi adalah masyarakat pedesaan dengan penduduk
yang heterogen, dan tingkat kesibukan yang relatif sedang dalam memenuhi
kebutuhan hidup dalam berbagai variasi usaha dan pekerjaan. Namun
demikian, masyarakatnya masih mempertahankan dan menjaga nilai-nilai
kerukunan dan kebersamaan.
Adat istiadat yang berlaku pada kelompok masyarakat secara umum
masih bersifat tradisional. Simbol kehidupan tersebut diwujudkan dalam
berbagai kehidupan sehari-hari seperti upacara adat sewaktu pernikahan,
kelahiran, dan kematian serta upacara adat lainnya.
Kajian tentang orientasi nilai budaya dalam studi ini mengacu pada
tatanan kelembagaan dan pranata sosial yang tumbuh dan berkembang
sebagai pengaturan tata kehidupan suatu komunitas masyarakat yang
bermukim pada satu daerah tertentu. Berbagai tatanan kelembagaan
dimaksud selalu berorientasi pada sistem kekerabatan yang berlaku di
kalangan komunitas tersebut.
Keresahan masyarakat timbul apabila sesuatu yang terjadi atau
dilaksanakan dalam kehidupan mereka tidak sesuai dengan nilai-nilai yang
dipahami dan disepakati secara bersama oleh masyarakat tersebut. Sikap
dan persepsi masyarakat akan adanya suatu kegiatan pembangunan juga
dapat menggambarkan kondisi keresahan dalam masyarakat. Apabila
banyak masyarakat yang menyatakan sikap menolak adanya rencana
pembangunan, disertai juga dengan persepsi awal yang negatif, maka
keresahan dimungkinkan terjadi bila kegiatan pembangunan tersebut tetap
dilanjutkan, dan akibat lebih lanjut adalah munculnya konflik horisontal dalam
masyarakat antara mereka yang membela dan yang menolak rencana
pembangunan tersebut.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 106


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Berdasarkan hasil konsultasi publik bahwa terdapat di sekitar desa


setempat masih ada wilayah sakral / keramat, oleh karena itu, setiap aktivitas
yang terkait dengan adat istiadat masyarakat setempat, pihak PT. Aldy Surya
Gemilang perlu berkoordinasi dengan kepala adat dan aparat desa
setempat.

2.2.1.4. Komponen Kesehatan Masyarakat


1) Sanitasi Lingkungan

Salah satu barometer untuk menilai kondisi sanitasi lingkungan di


wilayah studi adalah sumber air bersih dan penggunaannya. Hal ini
disebabkan karena air merupakan media utama penyebaran suatu penyakit
dan berkaitan langsung dengan kesehatan masyarakat. Secara umum,
penggunaan air, selain untuk kegiatan konsumsi rumah tangga atau MCK
(air bersih, mandi, cuci, kakus), terlihat bahwa sumber air dominan yang
digunakan masyarakat setempat terutama di lokasi studi yaitu langsung dari
leding, sumur pompa, perigi serta sungai maupun danau. Penduduk yang
bermukim di daerah aliran sungai memanfaatkan air sungai sebagai sumber
air bersih dan MCK. Suplai air bersih dari PDAM hanya dinikmati oleh
masyarakat di Ibu Kota Kabupaten. Sumber air minum yang digunakan
masyarakat dapat di lihat pada table berikut.
Tabel 2.29 Sumber Air Untuk Masak dan Minum
Sumber Air
Desa / Kelurahan Sumur Sungai / Mata
Leding Perigi Lainnya
Pompa Danau Air
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kec. Parenggean
 Parenggean 336 257 1.253 130 - -
 Manjalin - 11 72 18 - -
 Kabuau - 744 313 191 - -
Kec. Cempaga Hulu
 Pelantaran - 487 - 211 - -
Sumber : BPS Kabupaten Kotawaringin Timur, 2017

2) Gambaran Umum Penyakit

Secara umum gambaran perkembangan penyakit yang dialami /


diderita masyarakat di Wilayah kecamatan Desa wilayah studi
dikelompokkan dalam 10 penyakit dominan yang tergambarkan dalam
persentase kasus sebagaimana Tabel berikut.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 107


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Tabel 2.30 Banyaknya Kasus dari 10 Penyakit


Persentase
No. Jenis Penyakit
Kasus
1 ISPA 32,82%
Pemeriksaan dan Penyelidikan Umum pada
2 12,10%
keluhan tanpa melaporkan diagnosis
3 Hipertensi esensial (primer) 12,07%
4 Nasofaringitis akut (common cold) 9,29%
5 Diare dan penyakit gastroenteritis 6,88%
6 Dispepsia 6,56%
7 Mialgia 6,50%
8 Pengawasan Kehamilan Normal 4,79%
9 Sakit Kepala 4,52%
10 Demam tanpa diketahui penyebabnya 4,47%
Jumlah / Total 100,00%
Sumber : BPS Kabupaten Kotawaringin Timur, 2017
35,00%

30,00%

25,00%

20,00%

15,00%

10,00%

5,00%

0,00%
Dispepsia
ISPA

Hipertensi esensial (primer)

Demam tanpa diketahui penyebabnya


Nasofaringitis akut (common cold)

Diare dan penyakit gastroenteritis

Mialgia

Sakit Kepala
Pengawasan Kehamilan Normal
Pemeriksaan Umum pada keluhan tanpa
melaporkan diagnosis

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 2.47. Grafik Jumlah Kasus 10 Penyakit

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 108


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Dari Tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa jenis penyakit
ISPA paling banyak yang di derita. Nampaknya jenis penyakit yang berbasis
lingkungan rawan menjadi wabah, bila mutu lingkungan lebih jelek, walaupun
belum ada kejadian luar biasa di wilayah studi ini.
Penularan dan penyebaran penyakit akan meluas pada lingkungan
yang kotor. Lingkungan yang perlu dijaga untuk menjamin kesehatan
masyarakat terutama adalah sanitasi lingkungan yang melingkupi sumber air,
tempat tinggal, fasilitas umum (WC umum, dan lain-lain).
Sarana kesehatan lingkungan seperti jamban, tempat sampah,
pengelolaan air limbah, persedian air bersih dan lain-lain merupakan sesuatu
yang penting dalam kehidupan masyarakat. Salah satu indikator keluarga
berprilaku hidup bersih dan sehat adalah memiliki tempat buangan air di
jamban yang sehat, buang sampah tidak disembarang tempat, air limbah
tidak mencemari lingkungan, serta menggunakan air bersih untuk dan
keperluan rumah tangga lainnya.
Adapun kendala di Desa Pelantaran sebagai Desa wilayah studi
adalah belum adanya sarana kesehatan yang dapat melayani masyarakat
Desa dalam rangka mengawal masyarakat agar tercegah (mengobati) dari
berbagai jenis penyakit yang diderita masyarakat wilayah studi sehingga cara
tradisional menjadi andalah bagi masyarakat Desa wilayah studi untuk
mengobati segala penyakit yang di derita masyarkat Desa studi. Kemudian
apabila sudah tidak teratasi maka akan dibawa ke desa terdekat yang sudah
ada Puskesmas, telah pula ada beberapa tenaga kesehatan dan sarana
yang lebih lengkap pada tingkat kecamatan.

2.2.2. Usaha dan/atau Kegiatan yang ada di sekitar lokasi Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan
Secara umum lokasi rencana kegaitan pembangunan pertambangan
batubara PT. Aldy Surya Gemilang beberapa diantaranya berada pada
lingkungan konsesi pertambangan dan beberapa diantaranya IUP
perkebunan.
Adapun Usaha dan/atau kegiatan yang ada disekitar lokasi rencana
usaha dan/atau kegiatan serta dampak yang ditimbulkan berdasarkan
telaahan tersebut diatas adalah Sebelah Utara terdapat lokasi IUP
Perkebunan Kelapa Sawit PT. Centar Borneo Agro Persada (status tidak aktif)
dan PT. Sarana Prima Multi Niaga (Overlap seluas ± 235 Ha), sebelah timur

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 109


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

terdapat lokasi IUP perkebunan kelapa Sawit PT. Jaya Citra (status tidak aktif)
, sebelah selatan terdapat lokasi IUP Perkebunan PT. London Sumatra
Internasional Tbk (status tidak aktif), dan sebelah barat terdapat Desa
Manjalin dan IUP Perkebunan kelapa sawit PT. Sawit Mas Parenggean.
Dapat dipahami bahwa, terhadap Izin usaha pertambangan tidak
mencakup hak atas tanah permukaan bumi, karena pada prinsipnya kegiatan
pertambangan tidak berkaitan dengan penguasaan dan pemanfaatan tanah,
yaitu mengeksploitasi kekayaan alam ditubuh bumi, sedangkan penguasaan
dan pemanfaatan tanah di bagian permukaanya secara terminologi hukum
agraria merupakan penggunaan hak atas tanah dengan pola HGU sehingga
dalam rangka penyelenggaraan usaha perkebunan, kepada pelaku usaha
sesuai dengan kepentingannya dapat diberikan hak atas tanah yang
diperlukan untuk usaha perkebunan berupa hak milik, hak guna usaha, hak
guna bangunan, dan/atau hak pakai sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Selanjutnya pada izin usaha perkebunan yang diberikan izin
adalah tanah di permukaan dan tidak mencakup sampai kedalaman tertentu.
Inilah alasan yang digunakan pemerintah daerah dalam permasalahan
tumpang tindih yang selama ini terjadi.
Adapaun alternatif dalam penyelesaian tumpang tindih lahan
bersamaan dengan dilaksanakannya kegiatan pembebasan lahan terhadap
perusahaan swasta lainnya akan dilakukan mediasi yang kemudian ditemukan
kesepakatan / kesefahaman yang tertuang dalam MoU ataupun surat
perjanjian lainnya sesuai dengan ketetuan yang berlaku.
Keberadaan pemukiman penduduk dan lahan perkebunan yang
berada di sekitar rencana kegiatan akan menimbulkan kekhawatiran
masyarakat terkait dengan dampak yang dapat ditimbulkan sehingga
berpotensi meresahkan masyarakat dan menjadi potensi konflik di
masyarakat.
Kegiatan-kegiatan dari perusahaan disekitar di wilayah ini dapat
menimbulkan dampak berupa penurunan kualitas air, tanah, flora dan fauna
darat dan secara kumulatif akan menimbulkan sifat dampak yang serupa
dengan dampak kegiatan operasional pertambangan PT. Aldy Surya
Gemilang terutama penurunan kualitas air mengingat berdasarakan peta
kegiatan sekitar terdapat beberapa kegiatan pertambangan maupun
perkebunan yang dimana perusahaan-perusahaan tersebut bersinggungan
langsung dengan anak-anak sungai yang bermuara pada DAS Mentaya,

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 110


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

namun dengan adanya pengelolaan yang baik serta sinergis serta


memaksimalkan program pemantauan dan pengelolaan antar pihak baik dari
Pemerintah, Perusahaan serta masyarakat maka sangat dimungkin potensi
dampak dapat diminimalisir.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 111


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.48. Peta Kegiatan Sekitar

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 112


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

2.3. Hasil Pelibatan Masyarakat


Pelibatan masyarakat merupakan suatu keharusan dalam
mendapatkan dampak penting (dalam pelingkupan). Sesuai dengan Permen-
LH No. 17 Tahun 2012 dalam rangka : (a) pemberian informasi yang
transparan dan lengkap; (b) kesetaraan posisi di antara pihak-pihak yang
terlibat; (c) penyelesaian masalah yang bersifat adil dan bijaksana; dan (d)
koordinasi, komunikasi dan kerjasama di kalangan pihak-pihak terkait.

Data yang dihimpun dari masyarakat ini harus diolah agar dapat
disesuaikan dengan berbagai dampak dan komponen lingkungan yang dikaji
dalam studi AMDAL.
Untuk pelaksanaan studi AMDAL ini sosialisasi/konsultasi publik
dilakukan dengan dua cara yaitu : (1) Pertemuan dengan masyarakat yang
dilaksanakan di Aula Kantor Kecamatan Parenggean, Kabupaten
Kotawaringin Timur; dan (2) Pengumuman koran yang dilakukan melalui
pengumuman Media Cetak (copy pengumuman koran terlampir).
Pelaksanaan sosialisasi/konsultasi publik melalui pertemuan di Aula
Kantor Kecamatan Parenggean, Kabupaten Kotawaringin Timur,
pelaksanaannya yaitu pada Hari Jum’at, tanggal 29 September 2017.
Dokumentasi (foto pelaksanaan), daftar hadir, dan berita acara dapat dilihat
pada Lampiran.
Dalam pelaksanaan sosialisasi/konsultasi publik Studi AMDAL
Rencana Pertambangan batubara PT. Aldy Surya Gemilang dibuatkan
beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Memperhatikan dampak negatif yang akan timbul dikemudian hari
terutama dampak kesehatan.
2. Keberadaan perusahaan PT. Aldy Surya Gemilang diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dalam hal ini
perekonomian masyarakat serta mengurangi tingkat pengangguran
(tenaga kerja) melalui rekrutmen tenaga kerja diprioritaskan pada
masyarakat sekitar yang terkena dampak.
3. Terkait dengan lahan, dalam pelaksanaan pembebasan lahan dengan
sistem ganti untung yang didasarkan pada kesepakatan bersama.
4. Minta kejelasan dan memperhatikan batas-batas areal perusahaan
terhadap lahan masyarakat dan hak-hak masyarakat.
5. PT. Aldy Surya Gemilang dapat menjalin kerjasama yang baik dengan
masyarakat sekitar yang terkena dampak.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 113


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

6. Pihak perusahaan agar kedepannya dapat memperhatikan kesejahteraan


masyarakat melalui kontribusi berupa sarana dan prasarana antara lain
pendidikan, sarana ibadah, dan lain-lain melalui pelaksanaan CSR yang
tepat sasaran misalnya, bantuan air bersih, membuka aksesibilitas
menuju desa sekitar, penerangan dan lain sebagainya.
7. Dalam melaksanakan kegiatannya, pihak PT. Aldy Surya Gemilang wajib
menjaga lingkungan hidup, tidak melakukan pencemaran lingkungan.

2.4. Dampak Penting Hipotetik


Proses untuk menghasilkan dampak penting hipotetik meliputi
identifikasi dampak potensial dan evaluasi dampak potensial. Identifikasi
dampak potensial untuk menduga semua dampak yang berpotensi terjadi jika
rencana kegiatan dilakukan, tanpa memperhatikan besar dan kecilnya dampak
baik dampak baik dampak primer, sekunder maupun tersier. Evaluasi dampak
potensial untuk memisahkan dampak- dampak yang perlu kajian mendalam
untuk membuktikan dugaan (hipotesa) dampak (dari dampak yang tidak perlu
lagi dikaji). Bagan alir proses penentuan dampak penting hipotetik seperti
disajikan pada gambar berikut:

Gambar 2.49. Bagan Alir Proses Dampak Penting Hipotetik

2.4.1. Identifikasi Dampak Potensial


Dalam melakukan identifikasi dampak potensial digunakan metode
matrik dan bagan alir, melalui metode matrik dan bagan alir ini akan terlihat,
dampak primer, sekunder, dan tersier. Tabel dan bagan alir identifikasi
dampak potensial disajikan pada tabel dan gambar berikut di bawah ini.
Berdasarkan tabel identifikasi dan bagan alir dampak potensial, maka
berbagai dampak potensial yang dihasilkan dari berbagai kegiatan pada tahap

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 114


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

pra konstruksi, konstruksi, operasi hingga pasca operasi dapat dilihat pada
tabel rekap identifikasi dampak potensial.
Berdasarkan deskripsi rencana kegiatan pertambangan batubara PT.
Aldy Surya Gemilang seperti yang telah diuraikan di atas, kegiatan yang
mungkin menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan sebagai
berikut.
A. Tahap Pra Konstruksi
1. Sosialisasi
2. Pembebasan Lahan dan Penggantian Tanam Tumbuh
3. Penerimaan Tenaga Kerja
B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi Peralatan Tambang
2. Pembukaan dan Pembersihan Lahan (Land Clearing)
3. Pembangunan Sarana dan Prasarana Penunjang
a. Pembangunan Jalan Tambang
b. Pembangunan Jembatan
c. Pembangunan Sarana Perkantoran
d. Pembangunan Mess Karyawan
e. Pembangunan Klinik
f. Pembangunan Workshop, Gudang, Ruang Genset, Tangki
Bahan Bakar Minyak, Saluran Pembuangan dan Settling Pond,
Kolam Oil Trap dan TPS Limbah B3
g. Pembangunan ROM Stockpile
h. Pembangunan Waste Dump
C. Tahap Operasi
1. Pengupasan dan Penanganan Tanah Pucuk
2. Pembongkaran OB (Overburden) dan Pembuatan Sistem Penyaliran
3. Penggalian / Penambangan Batubara
4. Pengangkutan dan Penimbunan Batubara
5. Operasional Sarana dan Prasarana Penunjang
6. Reklamasi dan Revegetasi Lahan
7. Pelaksanaan Program Corporate Social Responsibility (CSR)
D. Tahap Pasca Operasi
1. Penanganan Tenaga Kerja
2. Penanganan Aset dan Infrastruktur Tambang
3. Demobilisasi Peralatan Tambang
4. Penanganan Lubang Tambang (Void)

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 115


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Komponen lingkungan yang menjadi lingkup kajian terdiri dari


komponen fisik-kimia, biologi dan sosial ekonomi, budaya dan kesehatan.
Uraian masing-masing komponen lingkungan tersebut adalah sebagai berikut.

A. Komponen Fisik Kimia


1. Iklim Mikro
2. Kualitas Udara dan Kebisingan
3. Kualitas Tanah
4. Erosi dan Sedimentasi
5. Kualitas Air Permukaan
B. Komponen Biologi
1. Habitat Flora (Vegetasi)
2. Habitat Fauna (Satwa dilindungi)
3. Biota Perairan (Plankton, Benthos dan Nekton)
C. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya, terdiri dari :
1. Kesempatan Kerja dan Berusaha
2. Pendapatan Masyarakat
3. Sikap dan Persepsi Masyarakat
D. Komponen Kesehatan Masyarakat, terdiri dari :
1. Gangguan Kesehatan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 116


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Tabel 2.31 Matrik Identifikasi Dampak Potensial


Komponen Lingkungan Terkena Dampak
Rencana Kegiatan sebagai Sumber Dampak Lingkungan A B C D Keterangan
1 2 3 4 5 1 2 3 1 2 3 1
I. TAHAP PRA KONSTRUKSI
1 Sosialisasi - - - - - - - - - - √ - A Komponen Geo-Fisik Kimia
2 Pembebasan Lahan dan Penggantian Tanam Tumbuh - - - - - - - - - - √ - 1 Iklim Mikro
3 Penerimaan Tenaga Kerja - - - - - - - - √ √ √ - 2 Kualitas udara dan Kebisingan
II. TAHAP KONSTRUKSI 3 Kualitas Tanah
1 Mobilisasi Peralatan Tambang - √ - - - - - - - - √ √ 4 Erosi dan Sedimentasi
2 Pembukaan dan Pembersihan Lahan (Land Clearing) √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √ 5 Kualitas Air Permukaan
3 Pembangunan Sarana dan Prasarana Penunjang
a Pemb. Unit Stone Crusher - - - - - - - - - - - - B Komponen Biologi
b Pemb. Jalan Tambang - - - - - - - - - - - - 1 Flora (Vegetasi)
c Pemb. Jembatan - - - - - - - - √ √ - - 2 Fauna (Satwa dilindungi)
d Pemb. Sarana Perkantoran - - - - - - - - √ √ - - 3 Biota Perairan (Plankton, Benthos dan Nekton)
e Pemb. Camp - - - - - - - - √ √ - -
f Pemb. Workshop, Gudang, Ruang Genset, Tangki Bahan Bakar Minyak, Kolam Oil Trap, TPS LB3 - - - - - - - - √ √ - - C Komponen Sosial Ekomoni dan Budaya
g Pemb. Kolam Pengendap (settling Pond) - - - - - - - - √ √ - - 1 Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha
h Pemb. ROM Stockpile - - - - - - - - - - - - 2 Pendapatan Masyarakat
i Pemb. Waste Dump - - - - - - - - - - - - 3 Sikap dan Persepsi Masyarakat
III. TAHAP OPERASI
1 Pengupasan dan Penanganan Tanah Pucuk - √ √ √ √ - - √ - - √ √ D Komponen Kesehatan Masyarakat
2 Pembongkaran OB dan Sistem Penyaliran - √ - √ √ - - √ - - √ √ 1 Gangguan Kesehatan
3 Penggalian / Penambangan Batubara - - - - √ - - √ - - √ √
4 Pengangkutan dan Penimbunan Batubara - √ - - √ - - √ - - √ √
5 Operasional Sarana dan Prasarana Penunjang
a Operasional Unit Stone Crusher - - - - √ - - √ - - - -
b Kantor dan Mess Karyawan - - - - √ - - √ - - - -
c Bengkel dan Gudang - - - - √ - - √ - - - -
d Klinik - - - - √ - - √ - - - - Keterangan
e Penyediaan BBM dan Listrik - - - - - - - - - - - - √ Berdampak
6 Reklamasi dan Revegetasi Lahan  Tidak Berdampak
a Reklamasi √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √
b Revegetasi √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √
7 Pelaksanaan Program Corporate Social Responsibility (CSR) - - - - - - - - - - √ -
IV. TAHAP PASCA OPERASI
1 Penanganan Tenaga Kerja - - - - - - - - √ √ √ -
2 Penanganan Aset dan Infrastruktur Tambang - - - - - - - - - - - -
3 Demobilisasi Peralatan Tambang - √ - - - - - - - - √ √
4 Penanganan Lubang Tambang (Void) - - - - - - - - - - - -
Sumber : Tim Studi, 2017

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 117


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.50. Bagan Alir Identifikasi Dampak Potensial Tahap Pra Konstruksi

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 118


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.51. Bagan Alir Identifikasi Dampak Potensial Tahap Tahap Konstruksi

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 119


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

PENGUPASAN DAN PEMBONGKARAN OB PENGGALIAN / PENGANGKUTAN DAN OPERASIONAL REKLAMASI DAN


PELAKSANAAN
PENANGANAN TANAH DAN PEMBUATAN PENAMBANGAN PENIMBUNAN SAPRAS REVEGETASI
CSR
PUCUK SISTEM PENYALIRAN BATUBARA BATUBARA PENUNJANG LAHAN

Kualitas Erosi dan


Kualitas Udara dan Iklim Mikro
Tanah Sedimentasi
Kebisingan

Kualitas Air
Flora (Vegetasi)
Permukaan

Biota Perairan Fauna (Satwa)

Gangguan
Kesehatan

Primer
Sekunder
Tersier Sikap dan Persepsi Masyarakat

Gambar 2.52. Bagan Alir Identifikasi Dampak Potensial Tahap Operasi

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 120


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.53. Bagan Alir Identifikasi Dampak Potensial Tahap Pasca Operasi

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 121


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Berdasarkan interaksi antara komponen kegiatan dengan komponen


lingkungan yang disajikan di atas dapat disusun tabel deskripsi dampak dari rencana
kegiatan pertambangan batubara PT. Aldy Surya Gemilang, seperti yang disajikan
pada Tabel berikut.
Tabel 2.32 Dampak Potensial Kegiatan Pertambangan batubara PT. Aldy Surya
Gemilang
Komponen Lingkungan Terkena
Sumber Dampak
No Deskripsi Dampak Potensial
Dampak Komponen Komponen
Lingkungan Penerima Dampak
A. TAHAP PRA KONSTRUKSI
1. Sosialisasi Sosial Ekonomi Sikap dan Persepsi Perubahan sikap dan presepsi
dan Budaya Masyarakat masyarakat akibat ketidaktahuan
serta ketidakjelasan tentang
rencana usaha dan/atau kegiatan
2. Pembebasan Sosial Ekonomi Sikap dan Persepsi Perubahan sikap dan presepsi
Lahan dan dan Budaya Masyarakat masyarakat akibat kekhawatiran
Penggantian masyarakat terkait pembebasan
Tanam lahan yang berpotensi pada
Tumbuh keresahan.
3. Penerimaan Sosial Ekonomi Kesempatan Kerja Terbukanya kesempatan kerja dan
Tenaga Kerja dan Budaya dan Berusaha berusaha bagi masyarakat sekitar
akibat dari adanya rencana
kegiatan penerimaan tenaga kerja
Pendapatan Pedapatan masyarakat yang
Masyarakat merupakan dampak turunan dari
dampak terbukanya kesempatan
kerja dan berusaha bagi
masyarakat sekitar akibat dari
adanya rencana kegiatan
penerimaan tenaga kerja.
Sikap dan Persepsi Perubahan sikap dan persepsi
Masyarakat masyarakat sebagai dampak
turunan dari peluang kerja dan
berusaha bagi masyarakat sekitar
akibat dari adanya rencana
kegiatan penerimaan tenaga kerja
B. TAHAP KONSTRUKSI
1. Mobilisasi Geofisik Kimia Kualitas udara dan Peningkatan kadar debu (TSP) dan
Peralatan Kebisingan kebisingan disepanjang jalur angkut
tambang mobilisasi akibat adanya aktifitas
mobilisasi peralatan tambang
Kesehatan Gangguan Gangguan kesehatan sebagai
Masyarakat Kesehatan akumulasi dampak akibat dari
aktifitas kegiatan mobilisasi
peraltaan tambang.
Sosial Ekonomi Sikap dan Persepsi Perubahan sikap dan persepsi
dan Budaya Masyarakat sebagai akumulasi dampak akibat
dari aktifitas kegiatan mobilisasi
peraltaan tambang terhadap
dampak penurunan kualitas udara
dan peningkatan kebisingan serta
potensi terhadap gangguan
kesehatan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 122


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Komponen Lingkungan Terkena


Sumber Dampak
No Deskripsi Dampak Potensial
Dampak Komponen Komponen
Lingkungan Penerima Dampak
2. Pembukaan Geofisik Kimia Iklim Mikro Perubahan iklim akibat adalah
dan dampak turunan dari hilangnya
Pembersihan komunitas flora (vegetasi) akibat
Lahan (Land kegiatan pembukaan dan
Clearing) pembersihan lahan (land clearing),
namun perubahan tidak signifikan
merubah kondisi iklim yang ada.
Kualitas Udara dan Pencemaran udara yang terjadi
Kebisingan berasal dan pembakaran bahan
bakar yang menghasilkan gas-gas
polutan ke udara, sedangkan untuk
peningkatan kebisingan terjadi
karena aktivitas alat berat.
Erosi dan Kegiatan pembukaan lahan dan
Sedimentasi pembersihan lahan ini berpotensi
menyebabkan potensi erosi
terutama pada saat terjadinya hujan
sehingga dimungkinkan menambah
beban sedimentasi pada perairan
yang ada disekitar lokasi kegiatan.
Kualitas Air Penurunan kualitas air permukaan
(peningkatan TSS) adalah dampak
turunan dari peningkatan laju erosi
dan sedimentasi akibat kegiatan
pembukaan dan pembersihan lahan
Biologi Flora (Vegetasi) Berkurangnya vegetasi alami akibat
kegiatan pembukaan dan
pembersihan lahan.
Fauna (Satwa) Ternggangunya habitat satwa liar
sebagai dampak turunan dari Flora
(Vegetasi) yaitu berkurangnya
vegetasi alami akibat kegiatan
pembukaan dan pembersihan
lahan.
Biota air Gangguan habitat biota perairan
yaitu ikan / nekton sebagai sebagai
dampak kumulatif dari kualitas air
yaitu penurunan kualitas air
permukaan akibat kegiatan
pembukaan dan pembersihan lahan
Sosial Ekonomi Kesempatan Kerja Pontesi terbukanya kesempatan
dan Budaya dan Berusaha kerja dan berusaha masyarakat
sebagai tenaga kerja lepas bagi
masyarakat lokal dalam rangka
kegiatan pembukaan lahan (land
clearing)
Pendapatan Merupakan dampak turunan
Masyarakat (sekunder) terhadap dampak
kesempatan kerja dan berusaha
Sikap dan Persepsi Perubahan sikap dan presepsi
Masyarakat masyarakat sebagai akumulasi
dampak akibat dari kegiatan
pembukaan dan pembersihan lahan
(land clearing).

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 123


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Komponen Lingkungan Terkena


Sumber Dampak
No Deskripsi Dampak Potensial
Dampak Komponen Komponen
Lingkungan Penerima Dampak
Kesehatan Gangguan Gangguan kesehatan sebagai
Masyarakat Kesehatan akumulasi dampak akibat dari
aktifitas kegiatan pembukaan dan
pembersihan lahan (land clearing).
3. Pembangunan Sosial Ekonomi Kesempatan Kerja Pontesi terbukanya kesempatan
Sarana dan dan Budaya dan Berusaha kerja dan berusaha masyarakat
Prasarana sebagai tenaga kerja lepas bagi
Penunjang masyarakat lokal dalam rangka
kegiatan pembangunan sarana dan
prasarana penunjang tambang,
mulai dari pembangunan jembatan,
sarana perkantoran, Camp
karyawan, Workshop, gudang dan
sarana penunjang lainnya.
Pendapatan Merupakan dampak turunan
Masyarakat (sekunder) terhadap dampak
kesempatan kerja dan berusaha
C. TAHAP OPERASI
1. Pengupasan Geofisik Kimia Penurunan Kualitas Pada operasional alat berat
dan Udara dan tersebut akan timbul debu,
Penanganan Peningkatan terhamburnya tanah karena dikupas
Tanah Pucuk Kebisingan apabila tertiup angin akan
beterbangan menjadi debu dan
pencemaran udara akibat
pembakaran bahan bakar yang
menghasilkan gas-gas polutan
(SO2, CO dan NO2), yang
berdampak penurunan kualitas
udara serta dampak ikutan berupa
kebisingan di lokasi kegiatan
Kualitas Tanah Pengupasan dan penimbunan
tanah pucuk dengan menggunakan
alat berat antara lain buldozer,
loader, exavator dan dump truck
berdampak langsung pada
penurunan kesuburan tanah
(kerusakan tanah).
Peningkatan Laju Pengupasan dan penaganan tanah
Erosi dan pucuk selain berdampak pada
Sedimentasi penurunan kesuburan tanah juga
berdamapak pada peningkatan laju
erosi akibat hanyutnya tanah oleh
air larian.
Penurunan Kualitas Penurunan kualitas air permukaan
Air Permukaan (peningkatan TSS) merupakan
dampak turunan (sekunder) dari
peningkatan laju erosi dan
sedimentasi akibat dari kegiatan
pengupasan dan penanganan
tanah pucuk
Biologi Ganggaun Biota Gangguan habitat biota air
Perairan merupakan dampak sekunder
terhadap penurunan kualitas air
sungai dan dampak tersier terhadap
peningkatan laju erosi dan
sedimentasi akibat kegiatan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 124


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Komponen Lingkungan Terkena


Sumber Dampak
No Deskripsi Dampak Potensial
Dampak Komponen Komponen
Lingkungan Penerima Dampak
pengupasan dan penimbunan tanah
pucuk
Sosial Ekonomi Perubahan Sikap Perubahan sikap dan presepsi
dan Budaya dan Persepsi masyarakat sebagai akumulasi
Masyarakat dampak akibat dari kegiatan
Pengupasan dan Penanganan
Tanah Pucuk.
Kesehatan Gangguan Gangguan kesehatan sebagai
Masyarakat Kesehatan akumulasi dampak akibat dari
aktifitas kegiatan Pengupasan dan
Penanganan Tanah Pucuk.
2. Pembongkaran Geofisik Kimia Penurunan Kualitas Pada operasional alat berat
OB dan Udara dan tersebut akan timbul debu,
Pembuatan Peningkatan terhamburnya tanah karena dikupas
Sistem Kebisingan apabila tertiup angin akan
Penyaliran beterbangan menjadi debu dan
pencemaran udara akibat
pembakaran bahan bakar yang
menghasilkan gas-gas polutan
(SO2, CO dan NO2), yang
berdampak penurunan kualitas
udara serta dampak ikutan berupa
kebisingan di lokasi kegiatan
Peningkatan Laju Pemberaian batuan penutup
Erosi dan (Overburden) yang kemudian
Sedimentasi diangkut dan ditimbun di lokasi
waste dump, maka akan
berpengaruh pada peningkatan laju
erosi dan sedimentasi akibat
hanyutnya tanah oleh air larian.
Penurunan Kualitas Penurunan kualitas air permukaan
Air Permukaan (peningkatan TSS) merupakan
dampak turunan (sekunder) dari
peningkatan laju erosi dan
sedimentasi.
Biologi Ganggaun Biota Gangguan habitat biota air
Perairan merupakan dampak sekunder
terhadap penurunan kualitas air
sungai dan dampak tersier terhadap
peningkatan laju erosi dan
sedimentasi.
Sosial Ekonomi Perubahan Sikap Perubahan sikap dan presepsi
dan Budaya dan Persepsi masyarakat sebagai akumulasi
Masyarakat dampak akibat dari kegiatan
Pembongkaran OB dan Pembuatan
Sistem Penyaliran.
3. Penggalian / Geofisik Kimia Penurunan Kualitas Kegiatan penggalian /
Penambangan Air Permukaan (Air penambangan batubara sangat
Batubara Asam Tambang) berpengaruh langsung pada
penurunan kualitas air permukaan
akibat air larian asam tambang,
Biologi Ganggaun Biota Gangguan habitat biota air
Perairan merupakan dampak sekunder
terhadap penurunan kualitas air
sungai.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 125


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Komponen Lingkungan Terkena


Sumber Dampak
No Deskripsi Dampak Potensial
Dampak Komponen Komponen
Lingkungan Penerima Dampak
Sosial Ekonomi Perubahan Sikap Perubahan sikap dan presepsi
dan Budaya dan Persepsi masyarakat sebagai akumulasi
Masyarakat dampak akibat dari kegiatan
Penggalian / Penambangan
Batubara..
Kesehatan Gangguan Gangguan kesehatan sebagai
Masyarakat Kesehatan akumulasi dampak akibat dari
aktifitas kegiatan Penggalian /
Penambangan Batubara.
4. Pengangkutan Geofisik Kimia Penurunan kualitas Peningkatan kadar debu (TSP) dan
dan udara dan emisi pada lokasi stockpile. Serta
Penimbunan peningkatan Dampak ikutan berupa peningkatan
Batubara kebisingan kebisingan yang bersumber dari
aktifitas alat berat
Penurunan Kualitas Kegiatan penimbunan batubara di
Air Permukaan area stockpile sangat berpengaruh
langsung pada penurunan kualitas
air permukaan akibat air larian
asam tambang pada saat hujan
Biologi Ganggaun Biota Gangguan habitat biota air
Perairan merupakan dampak sekunder
terhadap penurunan kualitas air
permukaan.
Sosial Ekonomi Perubahan Sikap Perubahan sikap dan presepsi
dan Budaya dan Persepsi masyarakat sebagai akumulasi
Masyarakat dampak akibat dari kegiatan
Pengangkutan dan Penimbunan
Batubara..
Kesehatan Gangguan Gangguan kesehatan sebagai
Masyarakat Kesehatan akumulasi dampak akibat dari
aktifitas kegiatan Pengangkutan
dan Penimbunan Batubara.
5. Operasional Geofisik Kimia Penurunan Kualitas Sehubungan dengan operasional
Sarana dan Air Permukaan sarana dan prasarana penunjang
Prasarana yang menghasilkan limbah bahan
Penunjang berbahaya dan beracun (LB3) dari
aktivitas bengkel, ruang genset dan
lain-lain
Biologi Ganggaun Biota Gangguan habitat biota air
Perairan merupakan dampak sekunder
terhadap penurunan kualitas air
permukaan.
6. Pelaksanaan Geofisik Kimia Iklim Mikro Pelaksanaan reklamasi dan
Reklamasi dan Perbaikan Kualitas revegetasi pada tahap operasi
Revegetasi / Udara dan dilakukan pada areal kerja yang
Rehabilitasi penurunan sudah dilakukan penambangan
lahan yang kebisingan batubara dan diposal area.
dilakukan pada Pengembalian Reklamasi pada tahap ini
Tahap Operasi Kesuburan Tanah diutamakan pada areal kerja yang
hingga Pasca Penurunan Potensi memiliki front kerja luas dan lebar
Operasi Erosi dan sesuai arah kemajuan
Sedimentasi penambangan. Kegiatan reklamasi
Perbaikan Kualitas dan revegetasi juga adalah salah
Air Pemukaan satu bentuk penggelolaan
Biologi Perbaikan Flora lingkungan.
(Vegetasi)

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 126


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Komponen Lingkungan Terkena


Sumber Dampak
No Deskripsi Dampak Potensial
Dampak Komponen Komponen
Lingkungan Penerima Dampak
Pengembalian
habitat satwa
Perbaikan kondisi
biota air
Sosial Ekonomi Perubahan Sikap
dan Budaya dan Persepsi
Masyarakat
Kesehatan Perbaikan Kualitas
Masyarakat Kesehatan
7. Pelaksanaan Sosial Ekonomi Perubahan Sikap Berdampak pada perubahan sikap
CSR dan Budaya dan Persepsi dan presepsi masyarakat akibat
Masyarakat kekhawatiran masyarakat terkait
kepastian tanggung jawab
pemrakarsa terhadap kegiatan
pelaksanaan CSR
D. TAHAP PASCA OPERASI
1. Penanganan Sosial Ekonomi Hilangnya Hilangnya peluang kerja dan
Tenaga Kerja dan Budaya Kesempatan Kerja berusaha bagi masyarakat akibat
dan Peluang PHK berhenti kegiatan operasional
Berusaha
Penurunan tingkat Sebagai dampak turunan dari
pendapatan hilangnya peluang kerja dan
masyarakat berusaha bagi masyarakat akibat
PHK berhenti kegiatan operasional
yang berpotensi pada perubahan
sikap dan persepsi masyarkat
Perubahan Sikap Perubahan sikap dan presepsi
dan Persepsi masyarakat sebagai akumulasi
Masyarakat dampak akibat dari kegiatan
penanganan tenaga kerja / PHK
2. Penanganan Tidak Tidak berdampak Tidak berdampak
Aset berdampak
Perusahaan
3. Demobilisasi Geofisik Kimia Kualitas Udara dan Meningkatnya mobilitas kendaraan
Peralatan Kebisingan besar untuk Demobilisasi alat berat
Tambang selama diperkirakan akan
berdampak penurunan kualitas
udara (peningkatan kadar debu,
dan gas pencemar seperti SO2, CO
dan NO2).
4. Penanganan Tidak Tidak berdampak Tidak berdampak
Lubang Void berdampak
Sumber : Tim Studi, 2017

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 127


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

2.4.2. Evaluasi Dampak Potensial


Setelah mengidentifikasi semua dampak yang berpotensi terjadi
sebagai akibat dari pelaksanaan kegiatan pertambangan batubara PT. Aldy
Surya Gemilang, maka langkah berikutnya adalah melakukan seleksi untuk
membedakan dampak yang perlu dikaji dalam ANDAL dan yang tidak perlu
dikaji. Pekerjaan inilah yang disebut dengan “Evaluasi Dampak Potensial”.
Dalam hal pemilihan dampak yang perlu dikaji dalam ANDAL, ada dua hal
pokok tentang dampak tersebut, yaitu dampak penting dan dampak yang
kurang dipahami.
Dampak Penting (Significant Impact) – untuk dipastikan bahwa dampak
yang akan timbul tersebut memang betul “Dampak Penting” yaitu dengan
mempelajari besaran, sebaran dan sifat dampak. Sedangkan Dampak yang
Kurang Dipahami (Unknown) – untuk mendapatkan informasi lebih rinci
tentang jenis, besaran dan sebaran dampak, serta komponen lingkungan
terkena dampak. Dengan demikian akan dapat dikelompokkan dampak
tersebut sebagai kelompok dampak penting atau tidak.

Sebaliknya dampak-dampak yang tidak perlu dikaji dalam ANDAL


adalah Dampak yang Sudah Diketahui Tidak Penting (Insignificant Impact)
dan Dampak yang Sudah Diketahui dari Awal dan Rancangan Kegiatan
Sudah Mencakup Pengendalian Dampak tersebut (Mitigated Impact).
Disamping itu, proses evaluasi dampak potensial dilakukan melalui diskusi
antar pakar, studi literatur yang terkait dengan permasalahan penelitian,
melakukan survey lapangan, melakukan konsultasi publik untuk menjaring isu-
isu utama dan dengan “Professional Judgement” para pakar anggota tim
sesuai bidangnya masing-masing.
Dalam melakukan evaluasi dampak potensial untuk memperoleh
dampak penting hipotetik yang akan dikaji lebih lanjut dalam ANDAL dengan
membuat kriteria-kriteria sehingga dampak dianggap penting atau tidak.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 128


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Tabel 2.33 Evaluasi Dampak Potensial Kegiatan Pertambangan batubara PT. Aldy Surya Gemilang
Hasil Evaluasi
No Sumber Dampak Dampak Potensial Deskripsi Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
1 2 3 4 5
A. TAHAP PRA KONSTRUKSI
1 Sosialisasi 1. Perubahan Sikap dan Dari kegiatan ini diprakirakan akan ada Keresahan Masyarakat yang Bukan Merupakan
persepsi masyarakat mengakibatkan potensi konflik terhadap rencana kegiatan pertambangan Dampak Penting
yang dapat memicu batubara oleh PT. Aldy Surya Gemilang. Keresahan Masyarakat Hipotetik (DTPH)
keresahan disebabkan kekuatiran masyarakat atas kegiatan menimbulkan dampak namun wajib dikelola
masyarakat dan negatif penting yang bersifat langsung pada komponen geofisik-kimia-
potensi konflik biologi, kemudian menimbulkan rangkaian dampak lanjutan berturut-turut
terhadap komponen sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat.
Dalam rangka menanggulangi dampak tersebut maka akan dilakukan
langkah-langkah pengelolaan sebagai berikut :
1. Selalu mengadakan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan
kegiatan penambangan sebelum dimulai sesuai dengan rencana
proyek pertahapan kegiatan kepada masyarakat yang akan dilakukan
yang melibatkan tokoh adat, BPD, aparat desa, kecamatan serta
masyarakat yang berpotensi terkena dampak.
2. Selalu menginformasikan tentang kepada masyarakat tentang kegiatan-
kegiatan penambangan yang dilakukan
3. Selalu menginformasikan kepada masyarakat tentang perubahan
lingkungan dan menjalin hubungan dengan masyarakat terkait dengan
perbaikan lingkungan
4. Memberikan tanggapan dan jawaban atas setiap pertanyaan dari
masyarakat pada saat sosialisasi.
5. Selalu cepat dan tanggap apabila ada konflen/aduan masyarakat terkait
dengan kegiatan penambangan atau perubahan lingkungan serta
bertindak cepat untuk mengatasi.
Terkait dengan rencana pengelolaan yang telah direncanakan tersebut,
maka dampak Perubahan Sikap dan persepsi masyarakat yang dapat
memicu keresahan masyarakat dan potensi konflik bukan merupakan
dampak penting hipotetik yang akan dikaji (DTPH) , namun wajib dikelola.
2 Pembebasan Lahan 1. Perubahan Sikap dan Kegiatan pembebasan lahan akan mempengaruhi kondisi sosial Bukan Merupakan
dan Penggantian persepsi masyarakat masyarakat terkait dengan perubahan sikap dan persepsi masyarakat Dampak Penting

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 129


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Hasil Evaluasi
No Sumber Dampak Dampak Potensial Deskripsi Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
1 2 3 4 5
Tanah Tumbuh yang dapat memicu apabila dalam kegiatan pembebasan lahan tidak terdapat kesepakatan Hipotetik (DTPH)
keresahan karena salah satu pihak tidak memenuhi perjanjian yang telah disepakati namun wajib dikelola
masyarakat dan kedua belah pihak yang dapat mengakibatkan keresahan masyarakat serta
potensi konflik terjadinya konflik dengan pihak PT. Aldy Surya Gemilang.
Dalam rangka meminimalisir dampak tersebut maka dilakukan pengelolaan
dampak sejak awal yang menjadi bagian dari rencana usaha/atau kegiatan
akan dilakukan langkah-langkah pengelolaan sebagai berikut :
1. Menginventaris kepemilikan lahan apabila terdapat lahan masyarakat
serta lahan ADAT yang masuk dalam wilayah kerja
2. Melakukan pertemuan (sosialisasi) terhadap masyarakat sekitar,
sebelum dilakukan kegiatan dimulai, terkait penyelesaian kegiatan
pembebasan lahan. Terlebih dahulu untuk menentukan nilai ganti
untung lahan dan tanam tumbuh sesuai dengan kesepakatan bersama
antara pemrakarsa dan masyarakat dengan melibatkan pemilik lahan,
tokoh adat, tokoh agama, BPD, aparat desa (kades/Sekdes),
kecamatan.
3. Membayar harga kompensasi lahan dan tanam tumbuh langsung ke
pemilik lahan tanpa melalui perantara serta terdokumentasi dalam
bentuk kuitansi, foto dan melibatkan seluruh keluarga baik atau ahli
waris.
Terkait kegiatan pembebasan lahan maka pihak PT. Aldy Surya Gemilang
akan mangacu pada :
1. Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
05 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat
Masyarakat Hukum Adat
2. Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 04 Tahun 2012 tentang
Tanah Adat dan Hak – Hak Adat di Atas Tanah Di Provinsi Kalimantan
Tengah.
Terkait dengan adanya rencana pengelolaan dampak Pembebasan Lahan,
maka dampak Perubahan Sikap dan persepsi masyarakat yang dapat
memicu keresahan masyarakat dan potensi konflik Bukan Merupakan
Dampak Penting Hipotetik (DTPH) namun wajib dikelola.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 130


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Hasil Evaluasi
No Sumber Dampak Dampak Potensial Deskripsi Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
1 2 3 4 5
3 Penerimaan Tenaga 1. Kesempatan Kerja Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk operasional penambangan Dampak Penting
Kerja dan Peluang batubara dilakukan penerimaan tenaga kerja yang diutamakan dan Hipotetik (DPH)
Berusaha penduduk di sekitar lokasi kegiatan. Penerimaan tenaga kerja terdiri dari
tenaga kerja lokal 70% dan tenaga kerja 30% non lokal. Penerimaan
tenaga kerja berdampak peningkatan kesempatan kerja dan peluang
berusaha.
1. Memprioritaskan tenaga kerja lokal khususnya masyarakat Desa
terkena Dampak yakni Desa Parenggean, Pelantaran, Kabuau diterima
sebagai tenaga kerja sesuai keahlian atau ketrampilan, serta memenuhi
persyaratan yang ditentukan
2. Menginformasikan lowongan kerja kepada Aparat Desa-Desa,
Kecamatan-Kecamatan, dan Dinas Tenaga Kerja setempat
3. Melakukan koordinasi/kerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja, aparat
Desa-Desa dan Kecamatan-Kecamatan
4. Melaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia penduduk lokal
Terkait dengan rencana pengelolaan yang telah direncanakan tersebut.
sehingga terbukanya kesempatan kerja dan peluang berusaha masyarakat
dari kegiatan penerimaan tenaga kerja merupakan dampak penting
hipotetik (DPH).
2. Peningkatan Bagi anggota masyarakat di sekitar lokasi pertambangan batubara yang Dampak Penting
Pedapatan dapat diterima untuk bekerja sebagai tenaga kerja untuk operasi tambang, Hipotetik (DPH)
masyarakat maka kesempatan kerja dan peluang berusaha merupakan bagian dari
mata pencaharian yang sekaligus merupakan sumber pendapatan.
Peningkatan tingkat pendapatan merupakan dampak turunan dari
terbukanya kesempatan kerja dan peluang berusaha atau dampak tak
langsung dari kegiatan penerimaan tenaga kerja. Terkait dengan rencana
kegiatan yaitu penerimaan tenaga kerja maka dampak ini merupakan
dampak penting hipotetik yang akan dikaji (DPH).
3. Perubahan terhadap Dari kegiatan penerimaan tenaga kerja ini diprakirakan akan menyebabkan Bukan Merupakan
sikap dan persepsi perubahan terhadap sikap dan persepsi masyarakat yang dapat memicu Dampak Penting
masyarakat yang keresahan masyarakat dan potensi konflik terhadap PT. ALDY SURYA Hipotetik (DTPH)
dapat memicu GEMILANG disebabkan kekuatiran masyarakat dengan ketidak ikut sertaan namun wajib dikelola

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 131


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Hasil Evaluasi
No Sumber Dampak Dampak Potensial Deskripsi Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
1 2 3 4 5
Keresahan untuk bekerja dalam kegiatan pertambangan batubara PT. ALDY SURYA
Masyarakat dan GEMILANG dikarenakan persaingan dengan tenaga kerja dari luar. Dalam
Potensi Konflik rangka menanggulangi dampak tersebut maka akan dilakukan
perencanaan langkah-langkah pengelolaan pada sistem penerimaan
tenaga kerja seabgaimana diuraikan pada sistem penerimaan tenaga kerja,
dengan memaksimalkan pengelolaan terhadap sistem penerimaan tenaga
kerja tersebut dapat dipastikan perubahan terhadap sikap dan persepsi
masyarakat yang dapat memicu keresahan masyarakat dan potensi konflik
terhadap PT. ALDY SURYA GEMILANG (dampak sekunder) tidak akan
terjadi,
Terkait dengan hal tersebut, maka dampak dipastikan perubahan terhadap
sikap dan persepsi masyarakat yang dapat memicu keresahan masyarakat
dan potensi konflik terhadap kegiatan penerimaan tenaga kerja merupakan
bukan dampak penting hipotetik yang akan dikaji (DTPH) mamun wajib
dikelola.
B. TAHAP KONSTRUKSI
1 Mobilisasi Peralatan 1. Kualitas Udara terkait Kegiatan mobilisasi peralatan tambang diprakirakan terjadi penurunan Bukan Merupakan
Tambang penurunan kualitas kualitas udara (peningkatan kadar debu, dan gas pencemar seperti SO2, Dampak Penting
udara dan Kebisingan CO dan NO2 serta peningkatan kebisingan akibat pengangkutan. Jenis Hipotetik (DTPH)
kendaraan yang akan melintas ke lokasi proyek adalah kendaraan besar namun wajib dikelola
seperti dump truck dan trailer pengangkut excavator dan bulldozer serta
peralatan konstruksi lainnya. Mobilisasi alat berat akan diangkut melalui
jalur darat dan beberapa diantaranya menggunakan jalur sungai yang
dilanjutkan melintasi Jalan negara serta menggunakan jalan perusahan
yang ada. Dalam rangka menanggulangi dampak tersebut maka akan
dilakukan perencanaan langkah-langkah pengelolaan sebagai berikut.
1. Melakukan koordinasi dengan pemilik jalan yang akan digunakan untuk
demobilisasi
2. Mengurus perijinan Kepada Dinas (DISHUBKOMINFO) terkait dengan
kegiatan pengakutan, penggunaan jalan serta alur sungai.
3. Menggunakan kendaraan yang layak jalan untuk melakukan mobilisasi
peralatan.
4. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait kegiatan mobilisasi

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 132


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Hasil Evaluasi
No Sumber Dampak Dampak Potensial Deskripsi Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
1 2 3 4 5
peralatan.
5. Memperbaiki /meningkatkan daya dukung jalan pada ruas jalan yang
digunakan untuk mobilisasi.
Catatan :
Kegiatan mobilisasi peralatan tambang sudah dilaksanakan sebelum
dilakukannya revisi AMDAL PT. ALDY SURYA GEMILANG atas perubahan
rencana usaha dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh PT. ALDY SURYA
GEMILANG, namun tetap melakukan pengelolaan apabila dalam
pelaksanaannya akan melakukan mobilsiasi peralatan lainnya,
Terkait dengan hal tersebutm, maka dampak terjadinya penurunan kualitas
udara dan peningkatan kebisingan akibat kegiatan mobilisasi peralatan
bukan merupakan dampak penting hipotetik yang akan dikaji (DTPH)
namun wajib dikelola.
2. Perubahan sikap dan Perubahan sikap dan persepsi negatif merupakan dampak kumulatif Bukan Merupakan
persepsi masyarakat (sekunder) dari prevalensi dan isidensi penyakit “peningkatan potensi Dampak Penting
yang dapat memicu penyakit ISPA” dari kegiatan mobilisasi peralatan tambang. Kegiatan Hipotetik (DTPH)
pada keresehan mobilisasi peralatan tambang dilakukan dengan waktu yang cukup relatif
masyarakat singkat, diprakirakan terjadi dalam jangka waktu pendek selama tahap pra
kontruksi dan akan berakhir dengan berhentinya aktivitas penyebab
dampak, sehingga tidak berpengaruh besar pada komponen lingkungan.
Terkait dengan hal tersebut, maka diasumsikan dampak terjadinya sikap
dan persepsi negatif masyarakat bukan merupakan dampak penting
hipotek.
3. Gangguan Kesehatan Prevalensi dan isidensi berpengaruh pada kesehatan masyarakat sekitar Bukan Merupakan
(Peningkatan potensi kegiatan “Peningkatan potensi penyakit ISPA” merupakan dampak turunan Dampak Penting
penyakit ISPA) dari penurunan kualitas udara (peningkatan kadar debu) dari kegiatan Hipotetik (DTPH)
mobilisasi peralatan tambang. Kegiatan mobilisasi peralatan tambang
dilakukan dengan waktu yang cukup relatif singkat, diprakirakan terjadi
dalam jangka waktu pendek selama tahap pra kontruksi dan akan berakhir
dengan berhentinya aktivitas penyebab dampak, sehingga tidak
berpengaruh besar pada komponen lingkungan
2 Pembukaan lahan dan 1. Iklim Mikro Perubahan iklim akibat adalah dampak turunan dari hilangnya komunitas Bukan Merupakan
Pembersihan lahan flora (vegetasi) akibat kegiatan pembukaan dan pembersihan lahan (land Dampak Penting

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 133


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Hasil Evaluasi
No Sumber Dampak Dampak Potensial Deskripsi Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
1 2 3 4 5
(land cleraing) clearing). Land Clearing merupakan kegiatan membersihkan perdu, Hipotetik (DTPH)
semak/belukar dan bentuk vegetasi lainnya. Pembersihan lahan pun
menyesuaikan dengan tahapan penambangan, dalam rangka
menanggulangi dampak tersebut maka akan dilakukan perencanaan
langkah-langkah pengelolaan sebagai berikut :
1. Melakukan pembukaan dan pembersihan lahan sesuai dengan
kebutuhan dan secara bertahap sesuai dengan tahapan penambangan
yang sudah direncanakan.
2. Dilakukan pemasangan patok tanda batas lahan yang direncanakan
pembersihan lahan terlebih dahulu sesuai tahapannya, agar tidak
melakukan penebangan pohon jika tidak diperlukan khususnya untuk di
luar areal terganggu sehingga beberapa pohon tetap bisa
dipertahankan.
3. Melaksanakan penghijauan apabila terdapat lahan terbuka yang tidak
digunakan dengan tanaman cepat.
Terkait dengan rencana pengelolaan tersebut, maka dampak terjadinya
perubahan iklim mikro bukan merupakan dampak penting hipotetik.
2. Penurunan Kualitas Kegiatan pembukaan lahan dan pembersihan lahan dilakukan penebangan Bukan Merupakan
Udara dan pohon berdiameter > 30 cm dilakukan dengan menggunakan chain saw Dampak Penting
Peningkatan dan selanjutnya dilakukan dengan menggunakan bulldozer. Pencemaran Hipotetik (DTPH)
Kebisingan udara yang terjadi berasal dan pembakaran bahan bakar yang namun wajib dikelola
menghasilkan gas-gas polutan ke udara, sedangkan untuk peningkatan
kebisingan terjadi karena aktivitas alat berat bulldozer. Kegiatan
pembersihan lahan dilakukan 3 bulan untuk pekerjaan konstruksi mengikuti
atau sesuai rencana kemajuan tambang selama operasi penambangan
berlangsung yaitu selama 9 tahun.
Jarak lokasi penambangan relatif cukup jauh dengan Desa Manjalin (± 3,0
s/d 4,0 km). Dalam rangka meminimalisir dampak ini akan dilakukan
langkah-langkah pengelolaan sebagai berikut :
1. Melakukan pembersihan lahan sesuai dengan kebutuhan dan tahapan
penambangan.
2. Melaksanakan reklamasi/penghijauan pada lahan terbuka yang sudah
tidak digunakan dengan tanaman cepat tumbuh (fast growing species),

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 134


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Hasil Evaluasi
No Sumber Dampak Dampak Potensial Deskripsi Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
1 2 3 4 5
Seperti johar, tanjung, angsana, sengon, ketapang dan tanaman
sejenis lainnya.
3. Melakukan perawatan mesin-mesin secara rutin pada alat-alat berat
yang digunakan, agar diperoleh pembakaran sempurna ketika
dioperasikan (standart pabrikasi)
Terkait dengan rencana pengelolaan yang telah direncanakan tersebut,
maka dampak terjadinya penurunan kualitas udara dan peningkatan
kebisingan bukan merupakan dampak penting hipotetik (DTPH) namun
wajib dikelola.
3. Laju Erosi dan Kegiatan pembukaan lahan dan pembersihan lahan ini berpotensi Dampak Penting
Sedimentasi menyebabkan potensi erosi terutama pada saat terjadinya hujan sehingga Hipotetik (DPH)
dimungkinkan menambah beban sedimentasi pada perairan yang ada
disekitar lokasi kegiatan. Hal ini disebabkan kondisi lahan terbuka karena
hilangnya vegetasi pada proses pembukaan lahan dan pembersihan lahan,
sangat rentan terhadap erosi karena tingkat kelerengan diwilayah bukaan
tambang relatif landai berkisar 0-15 %. maka dampak terjadinya
peningkatan laju erosi merupakan dampak penting hipotetik yang akan
dikaji (DPH).
4. Kualitas Air Penurunan kualitas air permukaan (peningkatan TSS) adalah dampak Dampak Penting
Permukaan turunan dari peningkatan laju erosi dan sedimentasi akibat kegiatan Hipotetik (DPH)
pembukaan dan pembersihan lahan, terkait dengan peningkatan laju erosi
dan sedimentasi merupakan DPH, maka dampak terjadinya Penurunan
kualitas air permukaan merupakan dampak penting hipotetik yang akan
dikaji (DPH).
5. Flora (vegetasi) Kegiatan pembukaan dan pembersihan lahan merupakan kegiatan Bukan Merupakan
membersihkan perdu, semak/ belukar dan bentuk vegetasi lainnya hingga Dampak Penting
menurunnya INP tumbuhan pada areal yang dibersihkan. Dalam rangka Hipotetik (DTPH)
menanggulangi dampak yang akan terjadi maka dilakukan perencanaan namun wajib dikelola
langkah-langkah pengelolaan sebagai berikut :
1. Melakukan pembukaan dan pembersihan lahan sesuai dengan
kebutuhan dan secara bertahap sesuai dengan tahapan penambangan
yang sudah direncanakan
2. Dilakukan pemasangan patok tanda batas lahan yang direncanakan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 135


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Hasil Evaluasi
No Sumber Dampak Dampak Potensial Deskripsi Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
1 2 3 4 5
pembersihan lahan terlebih dahulu sesuai tahapannya, agar tidak
melakukan penebangan pohon jika tidak diperlukan khususnya untuk di
luar areal terganggu
3. Melakukan reklamasi dan revegatasi lahan pada lahan terbuka yang
sudah tidak digunakan dengan tanaman cepat tumbuh (fast growing
species), seperti johar, tanjung, angsana, sengon, ketapang dan
tanaman sejenis lainnya.
Terkait dengan rencana pengelolaan yang telah direncanakan tersebut,
Maka dampak terjadinya penurunan populasi vegetasi bukan merupakan
dampak penting hipotetik yang akan dikaji (DTPH) namun wajib dikelola.
6. Fauna (Satwa) Gangguan satwa merupakan dampak turunan (sekunder) terhadap Bukan Merupakan
hilangnya flora darat sebagai habitat fauna darat (satwa liar) akibat Dampak Penting
kegiatan pembersihan lahan. Dalam rangka menanggulangi dampak yang Hipotetik (DTPH)
akan terjadi maka dilakukan perencanaan langkah-langkah pengelolaan namun wajib dikelola
sebagai berikut :
1. Melakukan pembukaan dan pembersihan lahan sesuai dengan
kebutuhan dan secara bertahap sesuai dengan tahapan penambangan
yang sudah direncanakan
2. Membuat ruang koridor untuk sarana berpindahnya satwa
3. Melarang adanya penangkapan atau perburuan satwa melalui
pembuatan papan larangan penangkapan atau perburuan satwa dan
larangan perusakan habitat satwa liar
4. Melakukan penyuluhan terhadap karyawan tambang agar melakukan
pelestarian lingkungan satwa yang dilindungi
Terkait dengan rencana pengelolaan yang telah direncanakan tersebut,
maka dampak terjadinya gangguan satwa liar bukan merupakan dampak
penting hipotetik yang akan dikaji (DTPH) namun wajib dikelola.
7. Biota Air Gangguan habitat biota air merupakan dampak sekunder terhadap Bukan Merupakan
penurunan kualitas air sungai dan dampak tersier terhadap peningkatan Dampak Penting
laju erosi dan sedimentasi akibat kegiatan pembukaan dan pembersihan Hipotetik (DTPH)
lahan (land clearing), terkait dengan rencana pengelolaan yaitu mengelola
dampak primer yaitu peningkatan laju erosi dan sedimentasi (primer) dan
penurunan kualitas air permukaan (sekunder), maka dengan baiknya

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 136


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Hasil Evaluasi
No Sumber Dampak Dampak Potensial Deskripsi Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
1 2 3 4 5
kondisi perairan maka dengan sendirinya biota perairan akan baik pula,
sehingga dapat diasumsikan dampak terjadinya gangguan biota perairan
bukan merupakan dampak penting hipotetik (DTPH)
8. Kesempatan Kerja Terkait kegiatan pembukaan lahan dan pembersihan lahan merupakan Bukan Merupakan
dan Peluang kegiatan mempersiapkan lahan untuk kegiatan penambangan yaitu Dampak Penting
Berusaha kegiatan penumbangan pohon-pohon yang berdiameter lebih dari 30 cm Hipotetik (DTPH)
dengan penebangan pohon dilakukan dengan menggunakan chain saw. namun wajib dikelola
maka akan terbukanya kesempatan kerja dan berusaha masyarakat
sebagai tenaga kerja lepas bagi masyarakat lokal. Dalam rangka
menanggulangi dampak yang akan terjadi maka dilakukan perencanaan
langkah-langkah pengelolaan yaitu lebih mempriotaskan tenaga kerja lokal
sebagai tenaga kerja lepas. Terkait dengan rencana pengelolaan yang
telah direncanakan tersebut maka dampak terjadinya kesempatan kerja
dan peluang berusaha akibat kegiatan pembukaan dan pembersihan lahan
merupakan bukan dampak penting hipotetik yang akan dikaji (DTPH)
namun wajib dikelola.
9. Peningkatan tingkat Terkait dengan terbukanya kesempatan kerja dan berusaha masyarakat Bukan Merupakan
pendapatan sebagai tenaga kerja lepas bagi masyarakat lokal akibat kegiatan Dampak Penting
pembukaan lahan dan pembersihan lahan maka akan berpengaruh pada Hipotetik (DTPH)
pendapatan masyarakat lokal (dampak sekunder) yang bekerja sebagai
tenaga kerja lepas (buruh). Akan tetapi itensitas dampak peningkatan
pendapatan diasumsikan relatif kecil dan lamanya dampak berlangsung
sementara maka dampak peningkatan pendapatan masyarakat merupakan
dampak turunan dari kesempatan kerja dari kegiatan pembukaan dan
pembersihan lahan merupakan bukan dampak penting hipotetik yang akan
dikaji (DTPH).
10. Gangguan Kesehatan Peningkatan potensi penyakit (ISPA) merupakan dampak sekunder akibat Bukan Merupakan
penurunan kualitas udara akibat dari kegiatan pembersihan lahan. Terkait Dampak Penting
dengan rencana pengelolaan yaitu mengelola dampak primer dan sekunder Hipotetik (DTPH)
yaitu maka diasumsikan dampak terjadinya peningkatan potensi penyakit
bukan merupakan dampak penting hipotetik (DTPH).
11. Perubahan terhadap Perubahan sikap presepsi negatif masyarakat adalah merupakan dampak Bukan Merupakan
sikap dan persepsi sekunder terhadap akibat serta peningkatan potensi penyakit serta dampak Dampak Penting

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 137


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Hasil Evaluasi
No Sumber Dampak Dampak Potensial Deskripsi Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
1 2 3 4 5
masyarakat tersier penurunan sanitasi lingkungan yang diakibatkan kegiatan Hipotetik (DTPH)
pembukaan dan pembersihan lahan. Terkait dengan rencana pengelolaan
yaitu mengelola dampak primer dan sekundernya, maka dampak terjadinya
sikap presepsi negatif bukan merupakan dampak penting hipotetik (DTPH)
3 Pembangunan Sarana 1. Kesempatan Kerja Terkait kegiatan pembangunan sarana dan prasarana penunjang Bukan Merupakan
dan Prasarana dan Peluang merupakan untuk kegiatan penambangan mulai dari pembangunan kantor, Dampak Penting
Penunjang Berusaha mess karyawan, jalan, jembatan dan jenis konstruksi fisik lainnya, maka Hipotetik (DTPH)
membuka kesempatan kerja dan peluang berusaha masyarakat sebagai namun wajib dikelola
tenaga kerja lepas bagi masyarakat lokal bidang kontruksi. Dalam rangka
menanggulangi dampak yang akan terjadi maka dilakukan perencanaan
langkah-langkah pengelolaan yaitu lebih mempriotaskan tenaga kerja lokal
sebagai tenaga kerja lepas sesuai dengan kemampuan yang dimiliki di
bidang konsturksi dan pertukangan.
Terkait dengan rencana pengelolaan yang telah direncanakan tersebut
maka dampak terjadinya kesempatan kerja dan peluang berusaha akibat
kegiatan pembangunan sarana dan prasarana penunjang merupakan
bukan dampak penting hipotetik yang akan dikaji (DTPH) namun wajib
dikelola.
2. Peningkatan Terkait dengan terbukanya kesempatan kerja dan berusaha masyarakat Bukan Merupakan
Pendapatan sebagai tenaga kerja lepas bagi masyarakat lokal akibat kegiatan Dampak Penting
pembangunan sarana dan prasarana penunjang, maka akan berpengaruh Hipotetik (DTPH)
pada pendapatan masyarakat lokal (dampak sekunder) yang bekerja
sebagai tenaga kerja lepas (buruh). Akan tetapi itensitas dampak
peningkatan pendapatan diasumsikan relatif kecil dan lamanya dampak
berlangsung sementara maka dampak peningkatan pendapatan
masyarakat merupakan dampak turunan dari kesempatan kerja dari
kegiatan pembukaan dan pembersihan lahan merupakan bukan merupakan
dampak penting hipotetik (DTPH).
C. TAHAP OPERASI
1 Pengupasan dan 1. Penurunan Kualitas Pengupasan dan penimbunan tanah pucuk dengan menggunakan alat Bukan Merupakan
Penanganan Tanah Udara dan berat antara lain buldozer, loader, exavator dan dump truck. Pada Dampak Penting
Pucuk Peningkatan operasional alat berat tersebut akan timbul debu, terhamburnya tanah Hipotetik (DTPH)
Kebisingan karena dikupas apabila tertiup angin akan beterbangan menjadi debu dan namun wajib dikelola

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 138


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Hasil Evaluasi
No Sumber Dampak Dampak Potensial Deskripsi Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
1 2 3 4 5
pencemaran udara akibat pembakaran bahan bakar yang menghasilkan
gas-gas polutan (SO2, CO dan NO2), yang berdampak penurunan kualitas
udara. Sedangkan kan untuk peningkatan kebisingan terjadi karena
aktivitas alat berat. Jarak lokasi penambangan relatif cukup jauh dengan
Desa Manjalin (± 3,0 s/d 4,0 km).
Hingga tidak berpengaruh terhadap masyarakat sekitar. Dalam rangka
menanggulangi dampak yang akan terjadi maka dilakukan perencanaan
langkah-langkah pengelolaan sebagai berikut :
1. Melakukan perawatan mesin-mesin secara rutin pada alat-alat berat
yang digunakan, agar diperoleh pembakaran sempurna ketika
dioperasikan (standart pabrikasi)
2. Menggunakan kendaraan yang layak jalan untuk melakukan
pengangkutan batubara
3. Memperbaiki /meningkatkan daya dukung jalan pada ruas jalan
tambang
4. Melakukan kegiatan penyiraman secara berkala sebanyak 2-3 kali/hari
disepanjang jalan tambang dari lokasi PIT tambang ke lokasi disposal
area terutama pada musim kemarau
5. Melakukan penghijauan dengan tanaman keras dan perdu yang dapat
menyerap debu disepanjang jalan tambang
6. Menerapkan kecepatan rendah kendaraan angkut batubara (maksimum
30 km/jam) sesuai dengan SOP angkutan tambang
Terkait dengan rencana pengelolaan yang telah direncanakan tersebut
maka dampak terjadinya penurunan kualitas udara dan peningkatan
Kebisingan merupakan bukan dampak penting hipotetik yang akan dikaji
(DTPH) namun wajib dikelola.
2. Kerusakan Tanah Pengupasan dan penimbunan tanah pucuk dengan menggunakan alat Bukan Merupakan
berat antara lain buldozer, loader, exavator dan dump truck berdampak Dampak Penting
langsung pada penurunan kesuburan tanah (kerusakan tanah). Dalam Hipotetik (DTPH)
rangka meminimalisir dampak ini akan dilakukan langkah-langkah namun wajib dikelola
pengelolaan sebagai berikut :
1. Melakukan sesuai dengan SOP pengupasan dan penanganan tanah
pucuk yang sudah direncanakan sebagaimana yang diuraikan pada

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 139


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Hasil Evaluasi
No Sumber Dampak Dampak Potensial Deskripsi Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
1 2 3 4 5
deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan pertambangan PT. ASG.
2. Tanah pucuk ditimbun pada tempat yang datar dan aman dari erosi
maupun kegiatan penambangan, yaitu berada di luar daerah
penambangan dan terpisah dengan penimbunan batuan penutup.
3. Untuk mencegah menurunnya tingkat kesuburan tanah akibat
hanyutnya tanah oleh air larian, dilakukan upaya pengendalikan
dengan menanam tanaman penutup berupa rerumputan dan kacang-
kacangan pada areal penimbunan tanah pucuk.
4. Untuk mencegah menurunnya tingkat kesuburan tanah akibat hilangnya
pasokan hara dan struktur tanah dilakukan dengan menanam
rerumputan dan kacang-kacangan sebagai tanaman penutup tanah
5. Mensosialisasikan ke masyarakat upaya-upaya yang telah dilakukan
oleh pemrakarsa tentang pencegahan penurunan tingkat kesuburan
tanah.
6. Menerapkan metode penambangan gali timbun ke belakang (back
filling) atau in pit dump dengan tanaman yang sesuai yaitu tanaman
penutup seperti rerumputan dan kacang-kacangan, tanamaan pioner
yang cepat tumbuh (fast growing species), seperti sengon, gamalia,
lamtoro atau tanaman sejenis lainnya
7. Memelihara pertumbuhan tanaman revegetasi
Terkait dengan rencana pengelolaan yang telah direncanakan tersebut,
maka dampak terjadinya Penurunan kesuburan tanah bukan merupakan
dampak penting hipotetik (DTPH) namun wajib dikelola.
3. Peningkatan Laju Pengupasan dan penaganan tanah pucuk selain berdampak pada Bukan Merupakan
Erosi dan penurunan kesuburan tanah juga berdamapak pada peningkatan laju erosi Dampak Penting
Sedimentasi akibat hanyutnya tanah oleh air larian, Dalam rangka meminimalisir dampak Hipotetik (DTPH)
ini akan dilakukan langkah-langkah pengelolaan sebagai berikut : namun wajib dikelola
1. Menerapkan metode penambangan gali timbun ke belakang (back
filling) atau in pit dump
2. Tanah pucuk ditimbun pada disposal area yang aman dari erosi dengan
kelerengan rendah/datar serta dari pada pit tambang, yaitu berada di
luar daerah penambangan dan terpisah dengan penimbunan batuan
penutup

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 140


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Hasil Evaluasi
No Sumber Dampak Dampak Potensial Deskripsi Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
1 2 3 4 5
3. Untuk mengendalikan hanyutnya tanah pucuk terangkut air larian, maka
timbunan tanah pucuk di disposal area ditanami dengan tanaman
penutup tanah (cover crop) berupa rerumputan dan kacang-kacangan
penutup tanah pada areal penimbunan tanah pucuk.
4. Membuat saluran (drainase) di sekeliling disposal area (penimbunan
tanah pucuk) yang akan digunakan untuk mengalirkan air permukaan
(air larian) dan menahan padatan yang terbawa air dan masuk
langsung ke sungai yang dilengkapi dengan kolam pengendapan
lumpur (settling pond)
5. Kolam pengendap (settling pond) yang telah penuh dengan sedimen
segara dikeruk/dikosongkan dan lumpur hasil pengerukan ditimbun di
disposal area.
6. Segera melakukan reklamasi dan revegetasi lahan pada disposal area
yang sudah tidak digunakan sesuai dengan rencana reklamasi yang
telah di buat sesuai tahapan penambangan dengan tanaman yang
sesuai yaitu tanaman penutup seperti rerumputan dan kacang-
kacangan, tanamaan pioner yang cepat tumbuh (fast growing species),
seperti sengon, gamalia, lamtoro atau tanaman sejenis lainnya.
7. Memelihara pertumbuhan tanaman revegetasi
Terkait dengan rencana pengelolaan yang telah direncanakan tersebut,
maka dampak terjadinya peningkatan laju erosi dan sedimentasi
merupakan bukan dampak penting hipotetik yang dikaji (DTPH) namun
wajib dikelola
4. Penurunan Kualitas Penurunan kualitas air permukaan (peningkatan TSS) merupakan dampak Bukan Merupakan
Air Permukaan turunan (sekunder) dari peningkatan laju erosi dan sedimentasi akibat dari Dampak Penting
kegiatan pengupasan dan penanganan tanah pucuk, Dalam rangka Hipotetik (DTPH)
meminimalisir dampak ini akan dilakukan langkah-langkah pengelolaan namun wajib dikelola
sebagai berikut :
1. Mengelola dampak primer, yaitu peningkatan laju erosi dan
sedimentasi.
2. Untuk mencegah masuknya tanah yang terangkut oleh air larian ke
badan air, maka mempertahankan sempadan sungai selebar 50 meter
kanan-kiri sungai kecil dan 100 m untuk sungai besar sebagai kawasan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 141


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Hasil Evaluasi
No Sumber Dampak Dampak Potensial Deskripsi Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
1 2 3 4 5
konservasi sebagaimana yang sudah dijelaskan pada ketentuan dalam
UU No, 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
3. Mengendalikan dan mengelola air di kolam pengendap (settling pond)
sehingga air yang dikeluarkan sesuai dengan baku mutu yang telah
ditetapkan, tidak mengakibatkan penurunan kualitas air permukaan
Terkait dengan rencana pengelolaan yang telah direncanakan tersebut,
maka dampak terjadinya Penurunan kualitas air permukaan bukan
merupakan dampak penting hipotetik (DTPH) namun wajib dikelola.
5. Gangguan Biota Air Gangguan habitat biota air merupakan dampak sekunder terhadap Bukan Merupakan
penurunan kualitas air sungai dan dampak tersier terhadap peningkatan Dampak Penting
laju erosi dan sedimentasi akibat kegiatan pengupasan dan penimbunan Hipotetik (DTPH)
tanah pucuk, terkait dengan rencana pengelolaan yaitu mengelola dampak
primer yaitu peningkatan laju erosi dan sedimentasi (primer) dan penurunan
kualitas air permukaan (sekunder), maka dengan baiknya kondisi perairan
maka dengan sendirinya biota perairan akan baik pula, sehingga dapat
diasumsikan dampak terjadinya gangguan biota perairan bukan merupakan
dampak penting hipotetik (DTPH)
6. Gangguan Kesehatan Peningkatan Potensi Penyakit ISPA dan diare dampak merupakan dampak Bukan Merupakan
turunan dari penurunan kualitas udara dan penurunan kualitas perairan Dampak Penting
akibat kegiatan pengupasan dan Penanganan tanah pucuk. Dalam rangka Hipotetik (DTPH)
menanggulangi dampak yang akan terjadi maka dilakukan perencanaan namun wajib dikelola
langkah-langkah pengelolaan sebagai berikut :
1. Mengelola dampak primer (peningkatan laju erosi) dan sekunder
(penurunan kualitas air permukaan)
2. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan rencana
pengelolaan yang sudah dilakukan
3. Melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat sekitar.
4. Pelaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR) yaitu
pemberian sarana dan prasarana air bersih serta pemberian pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat sekitar yang terkena dampak
Terkait dengan rencana pengelolaan yang telah direncanakan tersebut,
maka dampak terjadinya peningkatan potensi penyakit bukan merupakan
bukan dampak penting hipotetik yang akan dikaji (DTPH) namun wajib

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 142


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Hasil Evaluasi
No Sumber Dampak Dampak Potensial Deskripsi Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
1 2 3 4 5
dikelola.
7. Perubahan terhadap Perubahan sikap presepsi negatif masyarakat adalah merupakan dampak Bukan Merupakan
sikap dan persepsi turunan (tersier) dari peningkatan potensi penyakit ISPA dan Diare akibat Dampak Penting
masyarakat yang dari kegiatan pengupasan dan penanganan tanah pucuk. Akan tetapi jarak Hipotetik (DTPH)
dapat memicu lokasi pit penambangan dengan desa-desa sekitar relatif cukup dekat
keresahan dengan pit tambang (±1,5 s/d 2,0 km). Dengan memaksimalkan
masyarakat pengelolaan dampak dari kegiatan pengupasan dan penanganan tanah
pucuk serta penerapan SOP, maka dampak terjadinya sikap presepsi
negatif (dampak tersier) bukan merupakan dampak penting hipotetik
(DTPH)
2 Pembongkaran OB 1. Penurunan Kualitas Pemberaian batuan penutup (Overburden) dilakukan dengan ripping Bukan Merupakan
(Overburden) dan Udara dan dengan bulldozer bertujuan untuk mempermudah penggalian tanah Dampak Penting
Pembuatan Sistem Peningkatan penutup selanjutnya digali dengan alat galimuat (Excavator PC 400), Hipotetik (DTPH)
Penyaliran Kebisingan peledakan tidak dilakukan karena lapisan batubara mempunyai ketebalan namun wajib dikelola
lapisan sekitar 0,3 – 3,3 meter dan cukup dilakukan penggalian secara
mekanis.
Pada operasional tersebut penurunan kualitas udara disebabkan oleh
pembakaran bahan bakar yang menghasilkan gas-gas polutan (SO2, CO
dan NO2), sedangkan kebisingan akibat aktivitas alat berat. Guna
Meminimalisir dampak ini akan dilakukan langkah pengelolaan sebagai
berikut :
1. Batuan penutup ditimbun pada tempat yang aman jauh dari kegiatan
penambangan, yaitu berada di luar daerah penambangan dan terpisah
dengan penimbunan tanah pucuk.
2. Melakukan kegiatan penyiraman secara berkala sebanyak 2-3 kali/hari
disepanjang jalan tambang dari lokasi PIT tambang ke disposal area
terutama pada musim kemarau
3. Melakukan penghijauan dengan tanaman keras dan perdu yang dapat
menyerap debu disepanjang jalan tambang
4. Melakukan perawatan mesin-mesin secara rutin pada alat-alat berat
yang digunakan, agar diperoleh pembakaran sempurna ketika
dioperasikan.
5. Membuat buffer zone pada saat melakukan kegiatan penambangan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 143


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Hasil Evaluasi
No Sumber Dampak Dampak Potensial Deskripsi Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
1 2 3 4 5
Terkait dengan rencana pengelolaan yang telah direncanakan tersebut,
maka dampak terjadinya penurunan kualitas udara dan kebisingan bukan
merupakan dampak penting hipotetik (DTPH) namun wajib dikelola.
2. Peningkatan Laju Pemberaian batuan penutup (Overburden) yang kemudian diangkut dan Bukan Merupakan
Erosi dan ditimbun di lokasi waste dump, maka akan berpengaruh pada peningkatan Dampak Penting
Sedimentasi laju erosi dan sedimentasi akibat hanyutnya tanah oleh air larian, Dalam Hipotetik (DTPH)
rangka meminimalisir dampak ini akan dilakukan langkah-langkah namun wajib dikelola
pengelolaan sebagai berikut :
1. Menerapkan metode penambangan gali timbun ke belakang (back
filling) atau in pit dump
2. batuan penutup (Overburden)ditimbun pada waste dump area yang
aman dari erosi dengan kelerengan rendah/datar serta dari pada pit
tambang, yaitu berada di luar daerah penambangan dan terpisah
dengan penimbunan tanah pucuk
3. Timbunan batuan penutup (Overburden) segera ditutupi menggunakan
tanah pucuk atau top soil agar bisa ditanami dengan tanaman penutup
tanah (cover crop) berupa rerumputan dan kacang-kacangan penutup
tanah untuk mengendalikan hanyutnya tanah terangkut air larian,
4. Membuat saluran (drainase) di sekeliling disposal area (penimbunan
tanah pucuk) yang akan digunakan untuk mengalirkan air permukaan
(air larian) dan menahan padatan yang terbawa air dan masuk
langsung ke sungai yang dilengkapi dengan kolam pengendapan
lumpur (settling pond)
5. Kolam pengendap (settling pond) yang telah penuh dengan sedimen
segara dikeruk/dikosongkan dan lumpur hasil pengerukan ditimbun di
disposal area.
6. Segera melakukan reklamasi dan revegetasi lahan pada waste dump
area yang sudah tidak digunakan sesuai dengan rencana reklamasi
yang telah di buat sesuai tahapan penambangan dengan tanaman
yang sesuai yaitu tanaman penutup tanamaan pioner yang cepat
tumbuh (fast growing species), seperti sengon, gamalia, lamtoro atau
tanaman sejenis lainnya.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 144


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Hasil Evaluasi
No Sumber Dampak Dampak Potensial Deskripsi Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
1 2 3 4 5
7. Memelihara pertumbuhan tanaman revegetasi
Terkait dengan rencana pengelolaan yang telah direncanakan tersebut,
maka dampak terjadinya peningkatan laju erosi dan sedimentasi
merupakan bukan dampak penting hipotetik yang dikaji (DTPH) namun
wajib dikelola
3. Penurunan Kualitas Penurunan kualitas air permukaan (peningkatan TSS) adalah dampak Bukan Merupakan
Air Permukaan turunan (sekunder) dari peningkatan laju erosi dan sedimentasi akibat Dampak Penting
kegiatan penimbunan batuan OB, Dalam rangka meminimalisir dampak ini Hipotetik (DTPH)
akan dilakukan langkah-langkah pengelolaan sebagai berikut : namun wajib dikelola
1. Mengelola dampak primer, yaitu peningkatan laju erosi dab sedimentasi
2. Untuk mencegah masuknya tanah yang terangkut oleh air larian ke
badan air, maka mempertahankan sempadan sungai selebar 50 meter
kanan-kiri sungai kecil dan 100 m untuk sungai besar sebagai kawasan
konservasi (UU No, 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan)
3. Mengendalikan dan mengelola air di kolam pengendap (settling pond)
sehingga air yang dikeluarkan sesuai dengan baku mutu yang telah
ditetapkan, tidak mengakibatkan penurunan kualitas air permukaan.
Terkait rencana pengelolaan yang telah direncanakan tersebut, maka
dampak terjadinya penurunan kualitas air permukaan bukan merupakan
dampak penting hipotetik yang dikaji (DTPH) namun wajib dikelola

4. Gangguan Biota Gangguan habitat biota air merupakan dampak sekunder terhadap Bukan Merupakan
Perairan penurunan kualitas air permukaan dan dampak tersier terhadap Dampak Penting
peningkatan laju erosi dan sedimentasi akibat kegiatan pembongkaran OB Hipotetik (DTPH)
(Overburden), terkait dengan rencana pengelolaan yaitu mengelola dampak
primer yaitu peningkatan laju erosi dan sedimentasi (primer) dan penurunan
kualitas air permukaan (sekunder), maka dengan baiknya kondisi perairan
maka dengan sendirinya biota perairan akan baik pula, sehingga dapat
diasumsikan dampak terjadinya gangguan biota perairan bukan merupakan
dampak penting hipotetik (DTPH)
5. Gangguan Kesehatan Peningkatan Potensi Penyakit ISPA dan diare dampak merupakan dampak Bukan Merupakan
turunan dari penurunan kualitas udara dan penurunan kualitas perairan Dampak Penting

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 145


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Hasil Evaluasi
No Sumber Dampak Dampak Potensial Deskripsi Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
1 2 3 4 5
akibat kegiatan pembongkaran OB. Dalam rangka menanggulangi dampak Hipotetik (DTPH)
yang akan terjadi maka dilakukan perencanaan langkah-langkah namun wajib dikelola
pengelolaan sebagai berikut :
1. Mengelola dampak primer (peningkatan laju erosi) dan sekunder
(penurunan kualitas air permukaan)
2. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan rencana
pengelolaan yang sudah dilakukan
3. Melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat sekitar.
4. Pelaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR) yaitu
pemberian sarana dan prasarana air bersih serta pemberian pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat sekitar yang terkena dampak
Terkait dengan rencana pengelolaan yang telah direncanakan tersebut,
maka dampak terjadinya peningkatan potensi penyakit bukan merupakan
bukan dampak penting hipotetik yang akan dikaji (DTPH) namun wajib
dikelola.
6. Perubahan terhadap Perubahan sikap presepsi negatif masyarakat adalah merupakan dampak Bukan Merupakan
sikap dan persepsi turunan (tersier) dari peningkatan potensi penyakit ISPA dan Diare akibat Dampak Penting
masyarakat yang dari kegiatan pembongkaran OB. Akan tetapi jarak lokasi pit penambangan Hipotetik (DTPH)
dapat memicu dengan desa-desa sekitar relatif cukup dekat dengan pit tambang (±1,5 s/d
keresahan 2,0 km). Dengan memaksimalkan pengelolaan dampak dari kegiatan
masyarakat pembongkaran OB serta penerapan SOP, maka dampak terjadinya sikap
presepsi negatif (dampak tersier) bukan merupakan dampak penting
hipotetik (DTPH)
3 Penggalian / 1. Penurunan Kualitas Kegiatan penggalian / penambangan batubara sangat berpengaruh Dampak Penting
Penambangan Air Permukaan (Air langsung pada penurunan kualitas air permukaan akibat air larian asam Hipotetik (DPH)
Batubara Asam Tambang) tambang, maka dampak terjadinya Penurunan kualitas air permukaan (Air
Asam Tambang) merupakan dampak penting hipotetik (DPH).
2. Gangguan Biota Air Gangguan habitat biota air adalah merupakan dampak sekunder terhadap Dampak Penting
penurunan kualitas air sungai (air asam tambang) akibat kegiatan Hipotetik (DPH)
penggalian / penambangan batubara. maka dampak terjadinya gangguan
biota perairan merupakan dampak penting hipotetik (DPH)
3. Gangguan Kesehatan Peningkatan potensi penyakit Diare dampak sekunder akibat penurunan Bukan Merupakan
penurunan kualitas air permukaan akibat air asam tambang dari kegiatan Dampak Penting

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 146


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Hasil Evaluasi
No Sumber Dampak Dampak Potensial Deskripsi Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
1 2 3 4 5
penggalian / penambangan batubara. Dalam rangka menanggulangi Hipotetik (DTPH)
dampak yang akan terjadi maka dilakukan perencanaan langkah-langkah namun wajib dikelola
pengelolaan sebagai berikut :
1. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan rencana
pengelolaan yang sudah dilakukan
2. Melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat sekitar.
3. Pelaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR) yaitu
pemberian sarana dan prasarana air bersih serta pemberian pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat sekitar yang terkena dampak.
Terkait dengan rencana pengelolaan yang telah direncanakan tersebut,
maka dampak terjadinya peningkatan potensi penyakit bukan merupakan
bukan dampak penting hipotetik yang akan dikaji (DTPH) namun wajib
dikelola.
4. Perubahan terhadap Perubahan sikap presepsi negatif masyarakat adalah merupakan dampak Bukan Merupakan
sikap dan persepsi sekunder dari peningkatan potensi penyakit (dampak tersier) dari Dampak Penting
masyarakat yang penurunan kualitas air permukaan (air asam tambang) yang diakibatkan Hipotetik (DTPH)
dapat memicu kegiatan penggalian / penambangan Batubara, dengan memaksimalkan
keresahan pengelolaan terhadap dampak primer yaitu penurunan kualitas air
masyarakat permukaan, maka dapat diasuksikan dampak terjadinya sikap presepsi
negatif bukan merupakan dampak penting hipotetik (DTPH).
4 Pengangkutan dan 1. Penurunan kualitas Pada saat pengangkutan dan penimbunan batubara menggunakan dump Bukan Merupakan
Penimbunan Batubara udara dan truck di lokasi stockpile sementara akan menyebabkan material yang halus Dampak Penting
peningkatan akan beterbangan ke udara di sekitarnya, gas-gas polutan (SO2, CO dan Hipotetik (DTPH)
kebisingan NO2), sedangkan kebisingan akibat aktivitas alat berat. Sedangkan namun wajib dikelola
peningkatan kebisingan disebabkan aktivitas alat berat. Dalam rangka
menanggulangi dampak yang akan terjadi maka dilakukan perencanaan
langkah-langkah pengelolaan sebagai berikut :
1. Melakukan perawatan mesin-mesin secara rutin pada alat-alat berat
yang digunakan, agar diperoleh pembakaran sempurna ketika
dioperasikan
2. Menggunakan kendaraan yang layak jalan untuk melakukan
pengangkutan batubara

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 147


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Hasil Evaluasi
No Sumber Dampak Dampak Potensial Deskripsi Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
1 2 3 4 5
3. Memperbaiki /meningkatkan daya dukung jalan pada ruas jalan
tambang
4. Melakukan kegiatan penyiraman secara berkala sebanyak 2-3 kali/hari
disepanjang jalan tambang dari lokasi PIT tambang ke lokasi stockpile
terutama pada musim kemarau
5. Melakukan penghijauan dengan tanaman keras dan perdu yang dapat
menyerap debu disepanjang jalan tambang
6. Menerapkan kecepatan rendah kendaraan angkut batubara (maksimum
30 km/jam) sesuai dengan SOP yang telah direncanakan
Terkait dengan rencana pengelolaan yang telah direncanakan tersebut,
maka dampak terjadinya penurunan kualitas udara dan peningkatan
kebisingan merupakan bukan dampak penting hipotetik yang akan dikaji
(DTPH) namun wajib dikelola
2. Penurunan Kualitas Kegiatan penimbunan batubara di area stockpile sangat berpengaruh Bukan Merupakan
Air Permukaan langsung pada penurunan kualitas air permukaan akibat air larian asam Dampak Penting
tambang pada saat hujan. Dalam rangka menanggulangi dampak yang Hipotetik (DTPH)
akan terjadi maka dilakukan perencanaan langkah-langkah pengelolaan namun wajib dikelola
sebagai berikut :
1. Penimbunan batubara ditimbun pada lokasi stockpile sementara berada
dikelerengan rendah/datar serta berada di luar daerah penambangan
2. Untuk mencegah masuknya tanah yang terangkut oleh air larian ke
badan air, maka mempertahankan sempadan sungai selebar 50 meter
kanan-kiri sungai kecil dan 100 m untuk sungai besar sebagai kawasan
konservasi (UU No, 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan).
3. Membuat saluran (drainase) di sekeliling disposal area (stockpile) yang
akan digunakan untuk mengalirkan air permukaan (air larian) dan
menahan asam tambang yang terbawa air dan masuk langsung ke
sungai yang dilengkapi dengan kolam pengendapan (settling pond)
4. Melakukan proses netralisasi dan flocullasi di kolam settling pond,
sehingga air yang dikeluarkan sesuai dengan baku mutu yang telah
ditetapkan, tidak mengakibatkan penurunan kualitas air permukaan
Terkait dengan rencana pengelolaan yang telah direncanakan tersebut,

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 148


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Hasil Evaluasi
No Sumber Dampak Dampak Potensial Deskripsi Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
1 2 3 4 5
maka dampak terjadinya Penurunan kualitas air permukaan (air asam
tambang) merupakan bukan dampak penting hipotetik yang akan dikaji
(DTPH) namun wajib dikelola
3. Gangguan Biota Gangguan habitat biota air merupakan dampak sekunder terhadap Bukan Merupakan
Perairan penurunan kualitas air permukaan akibat kegiatan penimbunan batubara, Dampak Penting
terkait dengan rencana pengelolaan yaitu mengelola dampak primer yaitu Hipotetik (DTPH)
kualitas air permukaan (primer), bahwa dengan baiknya kondisi perairan
maka dengan sendirinya biota perairan akan baik pula, sehingga dapat
diasumsikan dampak terjadinya gangguan biota perairan bukan merupakan
dampak penting hipotetik (DTPH)
4. Gangguan Kesehatan Peningkatan potensi penyakit Diare dan penyakit kulit dampak sekunder Bukan Merupakan
akibat penurunan kualitas air permukaan akibat air asam tambang dari Dampak Penting
kegiatan penimbunan batubara. Dalam rangka menanggulangi dampak Hipotetik (DTPH)
yang akan terjadi maka dilakukan perencanaan langkah-langkah namun wajib dikelola
pengelolaan sebagai berikut :
1. Mengelola dampak primer penurunan kualitas air permukaan
2. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan rencana
pengelolaan yang sudah dilakukan
3. Melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat sekitar.
4. Pelaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR) yaitu
pemberian sarana dan prasarana air bersih serta pemberian pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat sekitar yang terkena dampak
Terkait dengan rencana pengelolaan yang telah direncanakan tersebut,
maka dampak terjadinya peningkatan potensi penyakit bukan merupakan
bukan dampak penting hipotetik yang akan dikaji (DTPH) namun wajib
dikelola.
5. Perubahan terhadap Perubahan sikap presepsi negatif masyarakat adalah merupakan dampak Bukan Merupakan
sikap dan persepsi lanjutan (tersier) dari peningkatan potensi penyakit (ISPA dan penyakit Dampak Penting
masyarakat yang Kulit) yaitu dampak dari penurunan kualitas air permukaan (sekunder) yang Hipotetik (DTPH)
dapat memicu diakibatkan dari kegiatan penimbunan Batubara pada stockpile, dengan
keresahan melakukan pengelolaan sejak awal terhadap dampak primer serta
masyarakat dan memperhatikan lokasi stockpile dan perairan sehingga dampak terjadinya

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 149


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Hasil Evaluasi
No Sumber Dampak Dampak Potensial Deskripsi Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
1 2 3 4 5
potensi konflik sikap presepsi negatif bukan merupakan dampak penting hipotetik (DTPH).
5 Operasional Sarana 1. Penurunan Kualitas Sehubungan dengan operasional sarana dan prasarana penunjang yang Bukan Merupakan
dan Prasarana Air Permukaan menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3) dari aktivitas Dampak Penting
Penunjang bengkel, ruang genset dan lain-lain. Untuk mengurangi dan menanggulangi Hipotetik (DTPH)
pencemaran di lingkungan sarana dan prasarana, maka pengelolaan
limbah B3 sudah diatur didalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun
2014 Tentang Pengelolaan Limbah B3.
Terkait dengan bentuk pengelolaan yang telah baku, maka dampak
terjadinya penurunan kualitas air permukaan merupakan bukan dampak
penting hipotetik (DTPH)
2. Gangguan Habitat Gangguan habitat biota air merupakan dampak sekunder terhadap Bukan Merupakan
Biota Air penurunan kualitas air permukaan akibat kegiatan operasional sarana dan Dampak Penting
prasarana penunjang tambang, terkait dengan rencana pengelolaan yaitu Hipotetik (DTPH)
mengelola dampak primer yaitu kualitas air permukaan (primer) sesuai
dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, maka dampak
gangguan terhadap biota perairan bukan merupakan dampak penting
hipotetik (DTPH). Bahwa dengan baiknya kondisi perairan maka dengan
sendirinya biota perairan akan baik pula.
6 Pelaksanaan 1. Iklim Mikro Pelaksanaan reklamasi dan revegetasi pada tahap operasi dilakukan pada Dampak Penting
Reklamasi dan 2. Perbaikan Kualitas areal kerja yang sudah dilakukan penambangan batubara dan diposal area. Hipotetik (DPH)
Revegetasi / Udara dan penurunan Reklamasi pada tahap ini diutamakan pada areal kerja yang memiliki front
Rehabilitasi lahan yang kebisingan kerja luas dan lebar sesuai arah kemajuan penambangan. Kegiatan
dilakukan pada Tahap 3. Pengembalian reklamasi dan revegetasi juga adalah salah satu bentuk penggelolaan
Operasi hingga Pasca Kesuburan Tanah lingkungan. Sehingga dilihat dari intensitas dampak, maka dampak dari
Operasi 4. Penurunan Potensi pada kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan merupakan dampak penting
Erosi dan hipotetik (DPH)
Sedimentasi
5. Perbaikan Kualitas
Air Pemukaan
6. Perbaikan Flora
(Vegetasi)
7. Perbaikan kondisi
biota air

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 150


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Hasil Evaluasi
No Sumber Dampak Dampak Potensial Deskripsi Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
1 2 3 4 5
8. Pengembalian habitat
satwa
9. Perubahan terhadap
sikap dan persepsi
masyarakat
10. Perbaikan Kualitas
Kesehatan
7 Pelaksanaan Program 1. Perubahan terhadap Program Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan tanggung Bukan Merupakan
CSR sikap dan persepsi jawab sosial PT. Aldy Surya Gemilang terhadap masyarakat sekitar lokasi Dampak Penting
masyarakat yang proyek. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan Hipotetik (DTPH)
dapat memicu masyarakat dalam mengembangkan perekonomian, memperbaiki sarana namun wajib dikelola
keresahan dan prasarana dengan sosial, kesehatan lingkungan. meminimalisir
masyarakat dampak ini akan dilakukan langkah pengelolaan sebagai berikut :
1. Pihak PT. Aldy Surya Gemilang benar - benar melaksanakan program
Corporate Social Responsibility (CSR) kepada masyarakat.
2. Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) ini akan
dikoordinasikan / dimusyawarahkan dengan desa, kecamatan dan
pemerintah daerah Kabupaten agar tidak overlapping (tumpang tindih)
dengan program lainnya.
Terkait dengan rencana pengelolaan yang telah direncanakan tersebut,
maka dampak terjadinya keresahan masyarakat merupakan bukan dampak
penting hipotetik yang akan dikaji (DTPH) namun wajib dikelola
D. TAHAP PASCA OPERASI
1 Penanganan Tenaga 1. Hilangnya Dengan telah habisnya cadangan Batubara, maka secara otomatis seluruh Bukan Merupakan
Kerja kesempatan kerja komponen kegiatan pertambangan akan terhenti dan terhadap semua Dampak Penting
dan peluang karyawan akan dilakukan pemutusan hubungan kerja. Dengan demikian Hipotetik (DTPH)
berusaha bagi anggota masyarakat yang bekerja pada Pertambangan Batubara PT. Aldy namun wajib dikelola
masyarakat Surya Gemilang akan kehilangan pekerjaannya. Bagi anggota masyarakat
yang mempunyai usaha yang terkait langsung dengan PT. Aldy Surya
Gemilang juga akan kehilangan usaha sebagai sumber penghasilannya.
Dalam rangka meminimalisir dampak ini akan dilakukan langkah
pengelolaan sebagai berikut :

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 151


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Hasil Evaluasi
No Sumber Dampak Dampak Potensial Deskripsi Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
1 2 3 4 5
1. Memberikan pelatihan ketrampilan sesuai dengan kondisi sosial
masyarakat yang ada sehingga setelah kegiatan penambangan
berakhir, mantan pekerja mempunyai lapangan usaha baru.
2. Sosialisasi tentang berakhirnya kegiatan Pertambangan Batubara
kepada masyarakat
3. Pemberitahuan secara dini mengenai pelepasan tenaga kerja sehingga
para karyawan dari jauh hari dapat mepersiapkan diri.
4. Memberikan pesangon terhadap tenaga kerja yang di PHK
Terkait dengan rencana pengelolaan yang telah direncanakan tersebut,
maka dampak terjadinya penurunan hilangnya kesempatan kerja dan
berusaha bukan merupakan dampak penting hipotetik (DTPH) namun
wajib dikelola
2. Penurunan tingkat Dikarenakan dampak yang akan terjadi merupakan dampak sekunder, Bukan Merupakan
pedapatan dimana dampak primernya yaitu hilangnya kesempatan kerja akibat Dampak Penting
masyarakat. pemutusan hubungan kerja. Terkait dengan rencana pengelolaan yaitu Hipotetik (DTPH)
mengelola dampak primer, maka dampak terjadinya penurunan tingkat
pendapatan bukan merupakan dampak penting hipotetik (DTPH)

3. Perubahan terhadap Dikarenakan dampak yang akan terjadi merupakan dampak sekunder, Bukan Merupakan
sikap dan persepsi dimana dampak primernya yaitu hilangnya kesempatan kerja dan tingkat Dampak Penting
masyarakat yang pendapatan akibat pemutusan hubungan kerja. Terkait dengan rencana Hipotetik (DTPH)
dapat memicu pengelolaan yaitu mengelola dampak primer, maka dampak terjadinya
keresahan keresahan masyarakat bukan merupakan dampak penting hipotetik
masyarakat (DTPH).
2 Penanganan Aset dan Tidak Berdampak
Infrastruktur Tambang
3 Demobilisasi Peralatan 1. Kualitas Udara dan Meningkatnya mobilitas kendaraan besar untuk Demobilisasi alat berat Bukan Merupakan
Kebisingan selama diperkirakan akan berdampak penurunan kualitas udara Dampak Penting
(peningkatan kadar debu, dan gas pencemar seperti SO2, CO dan NO2). Hipotetik (DTPH)
Jenis kendaraan yang akan melintas ke lokasi proyek adalah kendaraan
besar seperti dump buck, trailer pengangkut excavator dan bulldozer serta
peralatan konstruksi lainnya. Dampak penurunan kualitas udara

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 152


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Hasil Evaluasi
No Sumber Dampak Dampak Potensial Deskripsi Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
1 2 3 4 5
diprakirakan terjadi dalam jangka waktu pendek (relatif singkat)
diperkirakan dilakukan selama 1 hari pada tahap pasca operasi, sehingga
tidak berpengaruh besar pada komponen lingkungan.
2. Perubahan terhadap Perubahan sikap dan persepsi negatif merupakan dampak kumulatif dari Bukan Merupakan
sikap dan persepsi prevalensi dan isidensi penyakit “peningkatan potensi penyakit ISPA” dari Dampak Penting
masyarakat kegiatan demobilisasi peralatan. Mengingat dampak penurunan kualitas Hipotetik (DTPH)
udara (dampak primer) dan dampak ISPA (sekunder) bukan merupakan
dampak penting hipotetik, maka dapat diasumsikan dampak terjadinya
perubahan terhadap sikap dan persepsi masyarakat bukan merupakan
dampak penting hipotetik (DTPH)
3. Gangguan Kesehatan Gangguan Kesehatan yang berpengaruh pada kesehatan masyarakat Bukan Merupakan
sekitar kegiatan “Peningkatan potensi penyakit ISPA” merupakan dampak Dampak Penting
turunan dari penurunan kualitas udara (peningkatan kadar debu) dari Hipotetik (DTPH)
kegiatan demobilisasi peralatan. Mengingat dampak penurunan kualitas
udara (dampak primer) bukan merupakan dampak penting hipotetik, maka
dapat diasumsikan dampak ISPA bukan merupakan dampak penting
hipotetik (DTPH)
4 Penanganan Void Tidak Berdampak
Sumber : Tim Studi, 2017
Tabel 2.34 Matrik Dampak Penting Hipotetik (DPH)

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 153


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Komponen Lingkungan Terkena Dampak


Rencana Kegiatan sebagai Sumber Dampak Lingkungan A B C D Keterangan
1 2 3 4 5 1 2 3 1 2 3 1
I. TAHAP PRA KONSTRUKSI
1 Sosialisasi - - - - - - - - - -  - A Komponen Geo-Fisik Kimia
2 Pembebasan Lahan dan Penggantian Tanam Tumbuh - - - - - - - - - -  - 1 Iklim Mikro
3 Penerimaan Tenaga Kerja - - - - - - - -    - 2 Kualitas udara dan Kebisingan
II. TAHAP KONSTRUKSI 3 Kualitas Tanah
1 Mobilisasi Peralatan Tambang -  - - - - - - - - X X 4 Erosi dan Sedimentasi
2 Pembukaan dan Pembersihan Lahan (Land Clearing) X  -     X  X X X 5 Kualitas Air Permukaan
3 Pembangunan Sarana dan Prasarana Penunjang
a Pemb. Unit Stone Crusher - - - - - - - - - - - - B Komponen Biologi
b Pemb. Jalan Tambang - - - - - - - - - - - - 1 Flora (Vegetasi)
c Pemb. Jembatan - - - - - - - -  X - - 2 Fauna (Satwa dilindungi)
d Pemb. Sarana Perkantoran - - - - - - - -  X - - 3 Biota Perairan (Plankton, Benthos dan Nekton)
e Pemb. Camp - - - - - - - -  X - -
f Pemb. Workshop, Gudang, Ruang Genset, Tangki Bahan Bakar Minyak, Kolam Oil Trap, TPS LB3 - - - - - - - -  X - - C Komponen Sosial Ekomoni dan Budaya
g Pemb. Kolam Pengendap (settling Pond) - - - - - - - -  X - - 1 Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha
h Pemb. ROM Stockpile - - - - - - - - - - - - 2 Pendapatan Masyarakat
i Pemb. Waste Dump - - - - - - - - - - - - 3 Sikap dan Persepsi Masyarakat
III. TAHAP OPERASI
1 Pengupasan dan Penanganan Tanah Pucuk -     - - X - - X  D Komponen Kesehatan Masyarakat
2 Pembongkaran OB dan Sistem Penyaliran -  -   - - X - - X  1 Gangguan Kesehatan
3 Penggalian / Penambangan Batubara - - - -  - -  - - X 
4 Pengangkutan dan Penimbunan Batubara -  - -  - - X - - X 
5 Operasional Sarana dan Prasarana Penunjang
a Operasional Unit Stone Crusher - - - - X - - X - - - -
b Kantor dan Mess Karyawan - - - - X - - X - - - -
c Bengkel dan Gudang - - - - X - - X - - - -
d Klinik - - - - X - - X - - - - Keterangan
e Penyediaan BBM dan Listrik - - - - - - - - - - - -  Dampak Penting Hipotetik (DPH)
6 Reklamasi dan Revegetasi Lahan  Bukan Dampak Penting hipotetik (DTPH)
a Reklamasi         - -   Namun Wajib Dikelola dan Dipantau
b Revegetasi         - -   X Bukan Dampak Penting Hipotetik
7 Pelaksanaan Program Corporate Social Responsibility (CSR) - - - - - - - - - -  -
IV. TAHAP PASCA OPERASI
1 Penanganan Tenaga Kerja - - - - - - - -  X X -
2 Penanganan Aset dan Infrastruktur Tambang - - - - - - - - - - - -
3 Demobilisasi Peralatan Tambang - X - - - - - - - - X X
4 Penanganan Lubang Tambang (Void) - - - - - - - - - - - -

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 154


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.54. Diagram Alir Pelingkupan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 155


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

2.4.3. Dampak Penting Hipotetik (DPH)


Berdasarkan uraian table diatas, secara garis besar Dampak Penting Hipotetik
(DPH) dapat dirumuskan kembali sebagaimana tabel berikut:
Tabel 2.35 Dampak Penting Hipotetik (DPH)
Tahapan Komponen Dampak Penting Hipotetik
Kegiatan Lingkungan (DPH)
Pra Konstruksi Sosial Ekonomi dan Budaya  Kesempatan Kerja dan
Berusaha
 Pendapatan Masyarakat
Konstruksi Geofisik Kimia  Erosi dan Sedimentasi
 Kualitas Air Permukaan
Operasi Geofisik Kimia  Iklim Mikro
 Kualitas Udara dan Kebisingan
 Kualitas Tanah
 Erosi dan Sedimentasi
 Kualitas Air Permukaan
Biologi  Flora (Vegetasi)
 Fauna (Satwa)
 Biota Perairan
Sosial Ekonomi dan Budaya  Sikap dan Persepsi Masyarakat
Kesehatan Masyarakat  Gangguan Kesehatan
Sumber : Pelingkupan Tim Studi, 2017

Dengan adanya aturan-aturan pengelolaan dampak serta SOP (standar


operasional prosedur) yang didukung dengan rencana pengelolaan sejak awal oleh
PT. Aldy Surya Gemilang sebagaimana tertuang dalam studi kelayakan teknis
(Fisibility Study) pada masing-masing dampak yang timbul sebagaimana hasil
ditelaahan berdasarkan evaluasi dampak potensial, maka diperoleh sederet Dampak
Tidak Penting Hipotetik (DTPH) namun tetap masuk dalam rencana pengelolaan dan
pemantauan lingkungan Hidup sebagaimana disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.36 Dampak Tidak Penting Hipotetik (DTPH) yang Wajib Dikelola Dan
Dipantau
Tahapan Komponen Dampak Tidak Penting Hipotetik
Kegiatan Lingkungan (DTPH) dikelola dan dipantau
Pra Konstruksi Sosial Ekonomi dan Budaya  Sikap dan Perseps Masyarakat
Konstruksi Geofisik Kimia  Iklim Mikro
 Kualitas Tanah
 Erosi dan Sedimentasi
 Kualitas Air Permukaan
Biologi  Flora (Vegetasi)
 Fauna (Satwa)
Sosial Ekonomi dan Budaya  Kesempatan Kerja dan
Berusaha
Kesehatan Masyarakat  Gangguan Kesehatan
Operasi Geofisik Kimia  Kualitas Udara dan Kebisingan
 Kualitas Tanah

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 156


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Tahapan Komponen Dampak Tidak Penting Hipotetik


Kegiatan Lingkungan (DTPH) dikelola dan dipantau
 Erosi dan Sedimentasi
 Kualitas Air Permukaan
Sosial Ekonomi dan Budaya  Sikap dan Perseps Masyarakat
Kesehatan Masyarakat  Gangguan Kesehatan
Sumber : Pelingkupan Tim Studi, 2017

2.5. Lingkup Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian


Lingkup wilayah studi diperlukan dalam upaya memfokuskan
pengkajian terhadap suatu objek kajian dari luasan wilayah tertentu. Lingkup
wilayah studi terdiri dari beberapa pembatas yang lazim disebut dengan batas
wilayah studi. Batas wilayah studi ditentukan berdasarkan resultante dari
batas tapak proyek, batas ekologis, batas sosial dan batas administrasi.

2.5.1. Batas Wilayah Studi


1) Batas Tapak Proyek
Batas proyek dengan luas berdasarkan Keputusan Kepala Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kalimantan
Tengah No. 570/99/DESDM-IUPEKS/X/DPMPTSP-2017 Tanggal 03
November 2017 tentang Perpanjangan Pertama Izin Usaha Pertambangan
Eksplorasi Batubara atas nama PT. Aldy Surya Gemilang yang lokasinya
berada di wilayah Desa Pelantaran, Kecamatan Parenggean, Kabupaten
Kotawaringin, Timur Provinsi Kalimantan Tengah, dengan luas areal ±5.578
ha.

2) Batas Ekologis
Batas ekologi merupakan batas wilayah yang dikontrol sesuai
dengan sebaran dampak yang diperkirakan akan muncul. Penyebaran
dampak melalui media air sungai, air hujan, udara dan jarak terbang
serangga sebagai vektor penyakit dari tapak proyek. Batas ekologi
difokuskan pada ekosistem alam yang bersifat khas dalam memberikan
respon terhadap kegiatan pertambangan batubara PT. Aldy Surya
Gemilang. Ekosistem yang dianggap relevan sebagai batas ekologis dalam
studi AMDAL ini didasarkan atas keterkaitan unit daerah tangkapan air,
yaitu DAS atau Sub DAS di dalam dan yang melingkupi areal
pertambangan batubara PT. Aldy Surya Gemilang. DAS atau Sub DAS
yang melingkupi areal adalah sungai Tualan dan anak sungai Bayu.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 157


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

3) Batas Sosial
Batas sosial merupakan ruang di sekitar rencana kegiatan yang
merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang
mengandung nilai atau norma tertentu yang sudah mapan sesuai dengan
proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan
akan mengalami perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan. Batas sosial merupakan sebaran dampak sosial pada
masyarakat yang berada di sekitar wilayah rencana kegiatan pertambangan
batubara PT. Aldy Surya Gemilang adalah Desa Parenggean, Manjalin,
Kabuau Kecamatan Parenggean dan Desa Pelantaran Kecamatan
Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur.

4) Batas Administrasi
Batas administratif merupakan ruang dimana masyarakat dapat
secara leluasa melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya
sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku di dalam
ruang tersebut. Secara administratif kegiatan pertambangan batubara PT.
Aldy Surya Gemilang meliputi 2 (dua) wilayah kecamatan yakni Desa
Parenggean, Manjalin, Kabuau Kecamatan Parenggean dan Desa
Pelantaran Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur,
Provinsi Kalimantan Tengah.
Batas teknis wilayah studi berhubungan dengan kendala-kendala
yang membatasi teknis pelaksanaan studi AMDAL, yaitu aksesibilitas
tempat-tempat di dalam wilayah studi dan keadaan medan secara umum,
ketersediaan sarana dan prasarana lapangan, serta keterbatasan waktu
dan dana. Keterbatasan-keterbatasan ini akan menjadi penentu dalam
menentukan cakupan wilayah studi dan pengkajian yang dapat dilakukan
tanpa mengabaikan persyaratan pokok dalam melakukan studi lingkungan.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas,
ditentukan batas-batas penelaahan sebagai berikut:
a) Batas intensif meliputi wilayah rencana kegiatan pertambangan
batubara PT. Aldy Surya Gemilang seluas ±5.578 ha sebagaimana Izin
yang dimiliki.
b) Batas ekstensif ditentukan secara administratif meliputi 2 (dua) wilayah
kecamatan yakni Kecamatan Kecamatan Parenggean dan Kecamatan
Cempaga Hulu, 1 (satu) desa binaan yakni Desa Parenggean,
Manjalin, Kabuau Kecamatan Parenggean dan Desa Pelantaran
Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 158


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

2.5.2. Batas Waktu Kajian


Dalam proses pelingkupan, harus teridentifikasi secara jelas pula batas
waktu kajian yang akan digunakan dalam melakukan prakiraan dan evaluasi
dampak dalam kajian Andal. Berdasarkan keterbatasan tersebut serta melihat
rencana pelaksanaan berbagai jenis kegiatan sesuai dengan tahap-tahap
kegiatan yang biasanya dapat dijalankan secara bersamaan, maka batas
waktu kajian studi AMDAL pertambangan batubara PT. Aldy Surya Gemilang
ini dapat diperhitungkan untuk penentuan batas waktu kajian ini selanjutnya
digunakan sebagai dasar untuk melakukan penentuan perubahan rona
lingkungan tanpa adanya rencana usaha dan/atau kegiatan atau dengan
adanya rencana usaha dan/atau kegiatan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
uraian batas waktu kajian dalam tabel berikut :
Tabel 2.37 Batas Waktu Kajian Dampak Penting Hipotetik (DPH)
Dampak Penting
Lamanya
Hipotetik Dasar Pertimbangan
Kajian
(DPH)
TAHAP PRA KONSTRUKSI
A. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya
Kesempatan Kerja dan 6 bulan Proses penerimaan tenaga kerja
Berusaha (kesempatan diperkirakan selesai dalam waktu 6
kerja) 18 tahun bulan, sedangkan kesempatan berusaha
(kesempatan akan terus terbuka selama kegiatan ini
berusaha) masih terus berlangsung
Tingkat Pendapatan 18 tahun Tingkat pendapatan masyarakat akan
selalu bertambah seiringnya kegiatan
penambangan berlangsung
TAHAP KONSTRUKSI
A. Komponen Geofisik Kimia
Peningkatan Laju Erosi 3 Bulan Diasumsikan dapat teridentifikasi dalam
selama melakukan prakiraan dan evaluasi
18 tahun dampak peningkatan laju erosi dalam
kajian Andal.
Penurunan kualitas air 3 Bulan Penurunan kualitas air merupakan
permukaan selama dampak turunan dari peningkatan laju
18 tahun erosi dan sedimentasi dan diperkirakan
akan terjadi selama kegiatan pembukaan
dan pembersihan lahan dan berlangsung
sesuai dengan tahapan kemajuan
tambang selama umur kegiatan
TAHAP OPERASI
A. Komponen Geofisik Kimia
Penurunan kualitas air 3 Bulan Penurunan kualitas air merupakan
permukaan selama 18 dampak turunan dari peningkatan laju
tahun erosi dan sedimentasi sebagai akibat dari
kegaitan penggalian / penambangan
batubara dan diperkirakan akan terjadi
selama kegiatan tambang berlangsung
sesuai dengan tahapan kemajuan
tambang.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 159


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Dampak Penting
Lamanya
Hipotetik Dasar Pertimbangan
Kajian
(DPH)
Gangguan biota 3 Bulan Gangguan biota perairan merupakan
perairan selama 18 dampak turunan (sekunder) dari
tahun penurunan kualitas air akan terjadi
selama kegiatan penggalian /
penambangan batubara batubara dan
diperkirakan berlangsung selama umur
kegiatan dengan tahapan kemajuan
tambang.
Reklamasi dan 18 tahun Kegiatan reklamasi dan revegetasi akan
Revegetasi meliputi dilakukan 2 tahun setelah penambangan
dampak perbaikan iklim dimulai dan diperkirakan selama kegiatan
mikro, kualitas udara penambangan berlangsung sesuai
dan kebisingan, dengan tahapan penambangan.
kesuburan tanah, Erosi Diasumsikan dapat teridentifikasi dalam
dan sedimentasi serta melakukan prakiraan dan evaluasi
kualitas air permukaan. dampak terhadap Komponen Geofisik
Kimia dalam kajian Andal mulai dari
perbaikan iklim mikro, kualitas udara dan
kebisingan, kesuburan tanah, Erosi dan
sedimentasi serta kualitas air
permukaan, dimana pada tahap operasi
ini akan dikembalikan dengan kegiatan
reklamasi dan revegetasi tahap awal.
B. Komponen Biologi
Reklamasi dan 18 tahun Kegiatan reklamasi dan revegetasi akan
Revegetasi meliputi dilakukan 2 tahun setelah penambangan
dampak perbaikan dimulai dan diperkirakan selama kegiatan
komunitas Flora penambangan berlangsung sesuai
(Vegetasi) sebagai dengan tahapan penambangan.
habitat Fauna (satwa) Diasumsikan dapat teridentifikasi dalam
serta kondisi Biota melakukan prakiraan dan evaluasi
Perairan dampak terhadap Komponen Biologi
dalam kajian Andal yang meliputi
perbaikan komunitas Flora (Vegetasi)
sebagai habitat Fauna (satwa) serta
kondisi Biota Perairan, dimana pada
tahap operasi ini akan dikembalikan
dengan kegiatan reklamasi dan
revegetasi tahap awal.
C. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya
Reklamasi dan 18 tahun Kegiatan reklamasi dan revegetasi akan
Revegetasi yaitu dilakukan selama kegiatan
Perubahan terhadap penambangan berlangsung.
sikap dan persepsi Diasumsikan dapat teridentifikasi dalam
masyarakat melakukan prakiraan dan evaluasi
dampak terhadap Komponen Sosial
Ekonomi dan Budaya dalam kajian Andal
yaitu dampak perubahan terhadap sikap
dan persepsi masyarakat, dimana pada
tahap operasi ini akan dikembalikan
dengan kegiatan reklamasi dan
revegetasi tahap awal sebagai tolak ukur
sejauh mana pelaksanaan reklamasi dan
revegetasi tahap awal dilaksanakan.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 160


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Dampak Penting
Lamanya
Hipotetik Dasar Pertimbangan
Kajian
(DPH)
D. Komponen Kesehatan Masyarakat
Reklamasi dan 18 tahun Kegiatan reklamasi dan revegetasi akan
Revegetasi yaitu dilakukan selama kegiatan
perbaikan kondisi penambangan berlangsung.
kesehatan masyarakat Diasumsikan dapat teridentifikasi dalam
(Gangguan Kesehatan) melakukan prakiraan dan evaluasi
dampak terhadap Komponen Kesehatan
Masyarakat yakni perbaikan kondisi
lingkungan menyangkut gangguan
kesehatan masyarakat dari keberhasilan
pengelolaan / pelaksanaan kegiatan
reklamasi dan revegetasi tahap awal,
dimana pada tahap operasi ini akan
dikembalikan dengan kegiatan reklamasi
dan revegetasi tahap awal.
Sumber : Pelingkupan Tim Studi, 2017

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 161


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Gambar 2.55. Peta Batas Wilayah Studi

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 162


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Tabel 2.38 Ringkasan Hasil Pelingkupan


Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
I. TAHAP PRA KONSTRUKSI
1. Sosialisasi Keterbukaan informasi Sosial Perubahan Dari kegiatan ini diprakirakan akan ada Keresahan Bukan Desa Tidak dikaji
kegiatan Ekonomi dan terhadap sikap Masyarakat yang mengakibatkan potensi konflik Merupakan Parenggean, dalam
Budaya dan persepsi terhadap rencana kegiatan pertambangan batubara oleh Dampak Manjalin, Andal
masyarakat PT. Aldy Surya Gemilang. Keresahan Masyarakat Penting Kabuau dan
disebabkan kekuatiran masyarakat atas kegiatan Hipotetik Pelantaran
menimbulkan dampak negatif penting yang bersifat (DTPH)
langsung pada komponen geofisik-kimia-biologi, namun wajib
kemudian menimbulkan rangkaian dampak lanjutan dikelola
berturut-turut terhadap komponen sosial, ekonomi,
budaya dan kesehatan masyarakat. Dalam rangka
menanggulangi dampak tersebut maka akan dilakukan
langkah-langkah pengelolaan sebagai berikut :
1. Selalu mengadakan sosialisasi kepada masyarakat
terkait dengan kegiatan penambangan sebelum
dimulai sesuai dengan rencana proyek pertahapan
kegiatan kepada masyarakat yang akan dilakukan
yang melibatkan tokoh adat, BPD, aparat desa,
kecamatan serta masyarakat yang berpotensi
terkena dampak.
2. Selalu menginformasikan tentang kepada
masyarakat tentang kegiatan-kegiatan
penambangan yang dilakukan
3. Selalu menginformasikan kepada masyarakat
tentang perubahan lingkungan dan menjalin
hubungan dengan masyarakat terkait dengan
perbaikan lingkungan
4. Memberikan tanggapan dan jawaban atas setiap
pertanyaan dari masyarakat pada saat sosialisasi.
5. Selalu cepat dan tanggap apabila ada
konflen/aduan masyarakat terkait dengan kegiatan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 163


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
penambangan atau perubahan lingkungan serta
bertindak cepat untuk mengatasi.
2. Pembebasan  Peraturan Menteri Sosial Perubahan Kegiatan pembebasan lahan akan mempengaruhi Bukan Desa Tidak dikaji
Lahan dan Agraria/Kepala Ekonomi dan terhadap sikap kondisi sosial masyarakat terkait dengan perubahan Merupakan Parenggean, dalam
Penggantian Badan Pertanahan Budaya dan persepsi sikap dan persepsi masyarakat apabila dalam kegiatan Dampak Manjalin, Andal
Tanah Tumbuh Nasional Nomor 05 masyarakat pembebasan lahan tidak terdapat kesepakatan karena Penting Kabuau dan
Tahun 1999 tentang salah satu pihak tidak memenuhi perjanjian yang telah Hipotetik Pelantaran
Pedoman disepakati kedua belah pihak yang dapat mengakibatkan (DTPH)
Penyelesaian keresahan masyarakat serta terjadinya konflik dengan namun wajib
Masalah Hak Ulayat pihak PT. Aldy Surya Gemilang. dikelola
Masyarakat Hukum Dalam rangka meminimalisir dampak tersebut maka
Adat dilakukan pengelolaan dampak sejak awal yang menjadi
 Peraturan Gubernur bagian dari rencana usaha/atau kegiatan akan dilakukan
Kalimantan Tengah langkah-langkah pengelolaan sebagai berikut :
Nomor 04 Tahun 1. Menginventaris kepemilikan lahan apabila terdapat
2012 tentang Tanah lahan masyarakat serta lahan ADAT yang masuk
Adat dan Hak – Hak dalam wilayah kerja
Adat di Atas Tanah 2. Melakukan pertemuan (sosialisasi) terhadap
Di masyarakat sekitar, sebelum dilakukan kegiatan
ProvinsiKalimantan dimulai, terkait penyelesaian kegiatan pembebasan
Tengah. lahan. Terlebih dahulu untuk menentukan nilai ganti
untung lahan dan tanam tumbuh sesuai dengan
kesepakatan bersama antara pemrakarsa dan
masyarakat dengan melibatkan pemilik lahan, tokoh
adat, tokoh agama, BPD, aparat desa
(kades/Sekdes), kecamatan.
3. Membayar harga kompensasi lahan dan tanam
tumbuh langsung ke pemilik lahan tanpa melalui
perantara serta terdokumentasi dalam bentuk
kuitansi, foto dan melibatkan seluruh keluarga baik
atau ahli waris.
3. Penerimaan Program CSR Sosial Kesempatan Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk Dampak Desa 6 bulan
Tenaga Kerja Ekonomi dan Kerja dan operasional penambangan batubara dilakukan Penting Parenggean, (kesempat

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 164


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
Budaya Berusaha penerimaan tenaga kerja yang diutamakan dan Hipotetik Manjalin, an kerja)
penduduk di sekitar lokasi kegiatan. Penerimaan tenaga (DPH) Kabuau dan 18 tahun
kerja terdiri dari tenaga kerja lokal 70% dan tenaga kerja Pelantaran (kesempat
30% non lokal. Penerimaan tenaga kerja berdampak an
peningkatan kesempatan kerja dan peluang berusaha. berusaha)
1. Memprioritaskan tenaga kerja lokal khususnya
masyarakat Desa terkena Dampak yakni Desa
Parenggean, Pelantaran dan Kabuau diterima
sebagai tenaga kerja sesuai keahlian atau
ketrampilan, serta memenuhi persyaratan yang
ditentukan
2. Menginformasikan lowongan kerja kepada Aparat
Desa-Desa, Kecamatan-Kecamatan, dan Dinas
Tenaga Kerja setempat
3. Melakukan koordinasi/kerjasama dengan Dinas
Tenaga Kerja, aparat Desa-Desa dan Kecamatan-
Kecamatan
4. Melaksanakan program Corporate Social
Responsibility (CSR) untuk meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia penduduk lokal
Terkait dengan rencana pengelolaan yang telah
direncanakan tersebut. sehingga terbukanya
kesempatan kerja dan peluang berusaha masyarakat
dari kegiatan penerimaan tenaga kerja merupakan
dampak penting hipotetik (DPH).
Tidak ada Sosial Tingkat Bagi anggota masyarakat di sekitar lokasi pertambangan Dampak Desa 18 tahun
Ekonomi dan Pedapatan batubara yang dapat diterima untuk bekerja sebagai Penting Parenggean, selama
Budaya masyarakat tenaga kerja untuk operasi tambang, maka kesempatan Hipotetik Manjalin, beroperasi
kerja dan peluang berusaha merupakan bagian dan (DPH) Kabuau dan tambang
mata pencaharian yang sekaligus merupakan sumber Pelantaran
pendapatan. Peningkatan tingkat pendapatan
merupakan dampak turunan dari terbukanya
kesempatan kerja dan peluang berusaha atau dampak

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 165


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
tak langsung dari kegiatan penerimaan tenaga kerja.
Tidak ada Sosial Perubahan Sikap Persepsi negatif merupakan dampak turunan Bukan Desa Tidak dikaji
Ekonomi dan dan Persepsi dari keresahan masyarakat atau dampak tak Dampak Parenggean, dalam
Budaya Masyarakat langsung dari kegiatan penerimaan tenaga kerja. Penting Manjalin, Andal
Dalam proses tersebut kemungkinan Hipotetik tidak Kabuau dan
diperkirakan akan muncul persepsi negatif dikelola dan Pelantaran
masyarakat terhadap PT. Aldy Surya Gemilang. dipantau
Dengan mengelola dampak perimernya, maka dampak
perubahan sikap dan persepsi masyarakat akan dapat
dikendalikan.
II. TAHAP KONSTRUKSI
1. Mobilisasi Mengatur kecepatan Geofisik Kualitas Udara - Kegiatan mobilisasi peralatan diperkirakan Dampak Jalur / akses Tidak dikaji
Peralatan dan kendaraan angkut Kimia terkait dengan berpengaruh pada komponen geo fisik-kimia Tidak Penting Angkutan dalam
Material guna mengurangi peningkatan berdampak pada penurunan kualitas udara (kadar Hipotetik mobilisasi Andal
intensitas debu dan kadar debu debu / TSP). (DTPH) peralatan
kebisingan di daerah (TSP) dan - Jenis dampak dikategorikan dampak langsung namun wajib dan material.
yang berdekatan peningkatan (primer) dari kegiatan mobilisasi peralatan dan dikelola dan
dengan wilayah kebisingan material yang akan mempengaruhi pada komponen Dipantau
permukiman. geo fisik-kimia berdampak pada penurunan kualitas
udara yaitu peningkatan kadar debu (TSP).
- Mobilisasi peralatan dan material seperti alat-alat
berat untuk pembukaan kebun dilakukan dalam waktu
yang relatif singkat dan terjadinya peningkatan
konsentrasi debu di udara diperkirakan relatif sangat
kecil dan terjadi sesaat, sehingga peluang terjadinya
dampak tergolong kecil
- Lokasi permukiman yang cukup jauh tidak membawa
pengaruh besar terhadap perubahan kualitas udara
yang ada di desa wilayah studi, sehingga resiko
dampak tergolong kecil.
Program CSR Kesehatan Gangguan Prevalensi dan isidensi berpengaruh pada kesehatan Bukan Desa Tidak dikaji
Masyarakat Kesehatan masyarakat sekitar kegiatan “Peningkatan potensi Merupakan Parenggean, dalam
penyakit ISPA” merupakan dampak turunan dari Dampak Manjalin, Andal

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 166


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
penurunan kualitas udara (peningkatan kadar debu) dari Penting Kabuau dan
kegiatan mobilisasi peralatan tambang. Kegiatan Hipotetik Pelantaran
mobilisasi peralatan tambang dilakukan dengan waktu (DTPH)
yang cukup relatif singkat, diprakirakan terjadi dalam
jangka waktu pendek selama tahap pra kontruksi dan
akan berakhir dengan berhentinya aktivitas penyebab
dampak, sehingga tidak berpengaruh besar pada
komponen lingkungan
Tidak ada Sosial Perubahan Sikap Perubahan sikap dan persepsi negatif merupakan Bukan Desa Tidak dikaji
Ekonomi dan Persepsi dampak kumulatif (sekunder) dari prevalensi dan Merupakan Parenggean, dalam
dan Budaya Masyarakat isidensi penyakit “peningkatan potensi penyakit ISPA” Dampak Manjalin, Andal
dari kegiatan mobilisasi peralatan tambang. Kegiatan Penting Kabuau dan
mobilisasi peralatan tambang dilakukan dengan waktu Hipotetik Pelantaran
yang cukup relatif singkat, diprakirakan terjadi dalam (DTPH)
jangka waktu pendek selama tahap pra kontruksi dan
akan berakhir dengan berhentinya aktivitas penyebab
dampak, sehingga tidak berpengaruh besar pada
komponen lingkungan.
Terkait dengan hal tersebut, maka diasumsikan dampak
terjadinya sikap dan persepsi negatif masyarakat bukan
merupakan dampak penting hipotetik (DTPH).
2. Pembukaan Kegiatan Reklamasi Iklim Mikro Perubahan Iklim Perubahan iklim akibat adalah dampak turunan dari Bukan Sekitar Tidak dikaji
lahan dan dan Revegetasi Lahan Mikro hilangnya komunitas flora (vegetasi) akibat kegiatan Merupakan lokasi dalam
Pembersihan pembukaan dan pembersihan lahan merupakan Dampak tambang Andal
lahan (land kegiatan membersihkan perdu, semak/ belukar dan Penting (lokasi pit
Clearing) bentuk vegetasi lainnya. Pembersihan lahan pun Hipotetik tambang)
menyesuaikan dengan tahapan penambangan hingga (DTPH) yang
diasumsikan perubahan iklim mikro pun masih dalam dilakukan
tergolong kecil menyesuaikan bukaan blok tambang. pembukaan
lahan
Kegiatan Reklamasi Geofisik Kualitas Udara Kegiatan pembukaan lahan dan pembersihan lahan Dampak Sekitar Tidak dikaji
dan Revegetasi Lahan Kimia dan Kebisingan dilakukan penebangan pohon berdiameter > 30 cm Tidak Penting lokasi dalam
dilakukan dengan menggunakan chain saw dan Hipotetik tambang Andal

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 167


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
selanjutnya dilakukan dengan menggunakan bulldozer. (DTPH) (lokasi pit
Pencemaran udara yang terjadi berasal dan namun wajib tambang)
pembakaran bahan bakar yang menghasilkan gas-gas dikelola dan yang
polutan ke udara, sedangkan untuk peningkatan Dipantau dilakukan
kebisingan terjadi karena aktivitas alat berat bulldozer. pembukaan
Kegiatan pembersihan lahan dilakukan 3 bulan untuk lahan
pekerjaan konstruksi mengikuti atau sesuai rencana
kemajuan tambang selama operasi penambangan
berlangsung yaitu selama 9 tahun.
Jarak lokasi penambangan relatif cukup jauh dengan
Desa Manjalin (± 3,0 s/d 4,0 km).
Langkah-langkah pengelolaan sebagai berikut :
1. Melakukan pembersihan lahan sesuai dengan
kebutuhan dan tahapan penambangan.
2. Melaksanakan reklamasi/penghijauan pada lahan
terbuka yang sudah tidak digunakan dengan
tanaman cepat tumbuh (fast growing species),
Seperti johar, tanjung, angsana, sengon, ketapang
dan tanaman sejenis lainnya.
3. Melakukan perawatan mesin-mesin secara rutin
pada alat-alat berat yang digunakan, agar diperoleh
pembakaran sempurna ketika dioperasikan
(standart pabrikasi)
 Kegiatan Reklamasi Geofisik Erosi dan Kegiatan pembukaan lahan dan pembersihan lahan ini Dampak Sungai Bayu 3 Bulan
dan Revegetasi Kimia Sedimentasi berpotensi menyebabkan potensi erosi terutama pada Penting dan Sungai selama
Lahan saat terjadinya hujan. Hal ini disebabkan kondisi lahan Hipotetik Tualan 18 tahun
 Undang-Undang pada proses pembukaan lahan dan pembersihan lahan (DPH)
No. 41/1999 ttg terbuka dan sangat rentan terhadap erosi dan
Kehutanan pada tingkat kelerengan diwilayah bukaan tambang relatif
Pasal 50 Ayat 3 tinggi berkisar 2-25% yang memberikan dampak turunan
yaitu Dilarang sedimentasi
melakukan
penebangan pohon

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 168


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
dalam kawasan
hutan dengan
radius atau jarak
sampai dengan 2
kali kedalaman
jurang dari tepi
jurang.
 Kegiatan Reklamasi Geofisik Penurunan Penurunan kualitas air permukaan (peningkatan TSS) Dampak Sungai Bayu 3 Bulan
dan Revegetasi Kimia Kualitas Air adalah dampak turunan dari peningkatan laju erosi dan Penting dan Sungai selama
Lahan Permukaan sedimentasi akibat kegiatan pembukaan dan Hipotetik Tualan 18 tahun
 Undang-Undang pembersihan lahan, terkait dengan peningkatan laju (DPH)
No. 41/1999 ttg erosi dan sedimentasi merupakan DPH, maka dampak
Kehutanan pada terjadinya Penurunan kualitas air permukaan merupakan
Pasal 50 Ayat 3 dampak penting hipotetik yang akan dikaji (DPH).
yaitu Dilarang Bentuk pengelolaan sebagai langkah antisipasi dampak
melakukan :
penebangan pohon  Membuat ruang konservasi pada daerah bantaran
dalam kawasan sungai agar tidak dilakukan pembukaan dan
hutan dengan pembersihan lahan sehingga menahan padatan yang
radius atau jarak terbawa air dan masuk ke sungai
sampai dengan :  Mengendalikan dan mengelola air di kolam
a) 500 m dari tepi pengendap afar air yang dikeluarkan sesuai dengan
waduk atau baku mutu yang telah ditetapkan, sehingga tidak
danau mengakibatkan penurunan kualitas air permukaan
b) 200 m dari tepi
mata air dan kiri
kanan sungai di
daerah rawa.
c) 100 m dari kiri
kanan tepi
sungai.
d) 50 m dari kiri

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 169


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
kanan tepi anak
sungai
Kegiatan Reklamasi Biologi Flora (Vegetasi) Kegiatan pembukaan dan pembersihan lahan Bukan Sekitar Tidak
dan Revegetasi Lahan merupakan kegiatan membersihkan perdu, semak/ Merupakan lokasi dikaji
belukar dan bentuk vegetasi lainnya hingga menurunnya Dampak tambang dalam
INP tumbuhan pada areal yang dibersihkan. Dalam Penting (lokasi pit Andal
rangka menanggulangi dampak yang akan terjadi maka Hipotetik tambang)
dilakukan perencanaan langkah-langkah pengelolaan (DTPH) yang
sebagai berikut : namun wajib dilakukan
1. Melakukan pembukaan dan pembersihan lahan dikelola pembukaan
sesuai dengan kebutuhan dan secara bertahap lahan
sesuai dengan tahapan penambangan yang sudah
direncanakan
2. Dilakukan pemasangan patok tanda batas lahan
yang direncanakan pembersihan lahan terlebih
dahulu sesuai tahapannya, agar tidak melakukan
penebangan pohon jika tidak diperlukan khususnya
untuk di luar areal terganggu
3. Melakukan reklamasi dan revegatasi lahan pada
lahan terbuka yang sudah tidak digunakan dengan
tanaman cepat tumbuh (fast growing species),
seperti johar, tanjung, angsana, sengon, ketapang
dan tanaman sejenis lainnya.
Kegiatan Reklamasi Biologi Fauna (Satwa) Gangguan satwa merupakan dampak turunan Bukan Sekitar Tidak dikaji
dan Revegetasi Lahan (sekunder) terhadap hilangnya flora darat sebagai Merupakan lokasi dalam
habitat fauna darat (satwa liar) akibat kegiatan Dampak tambang Andal
pembersihan lahan Penting (lokasi pit
Hipotetik tambang)
(DTPH) yang
namun wajib dilakukan
dikelola pembukaan
lahan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 170


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
Tidak Ada Biologi Biota Perairan Gangguan habitat biota air merupakan dampak Bukan Sungai Bayu Tidak dikaji
sekunder terhadap penurunan kualitas air sungai dan Merupakan dan Sungai dalam
dampak tersier terhadap peningkatan laju erosi dan Dampak Tualan Andal
sedimentasi akibat kegiatan pembukaan dan Penting
pembersihan lahan (land clearing), terkait dengan Hipotetik
rencana pengelolaan yaitu mengelola dampak primer (DTPH)
yaitu peningkatan laju erosi dan sedimentasi (primer)
dan penurunan kualitas air permukaan (sekunder), maka
dengan baiknya kondisi perairan maka dengan
sendirinya biota perairan akan baik pula.
Tidak Ada Sosial Kesempatan Terkait kegiatan pembukaan lahan dan pembersihan Bukan Desa Tidak dikaji
Ekonomi Kerja dan lahan merupakan kegiatan mempersiapkan lahan untuk Merupakan Parenggean, dalam
dan Budaya Berusaha kegiatan penambangan yaitu kegiatan penumbangan Dampak Manjalin, Andal
pohon-pohon yang berdiameter lebih dari 30 cm dengan Penting Kabuau dan
penebangan pohon dilakukan dengan menggunakan Hipotetik Pelantaran
chain saw. maka akan terbukanya kesempatan kerja (DTPH)
dan berusaha masyarakat sebagai tenaga kerja lepas namun wajib
bagi masyarakat lokal. Dalam rangka menanggulangi dikelola
dampak yang akan terjadi maka dilakukan perencanaan
langkah-langkah pengelolaan yaitu lebih mempriotaskan
tenaga kerja lokal sebagai tenaga kerja lepas. Terkait
dengan rencana pengelolaan yang telah direncanakan
tersebut maka dampak terjadinya kesempatan kerja dan
peluang berusaha akibat kegiatan pembukaan dan
pembersihan lahan merupakan bukan dampak penting
hipotetik yang akan dikaji (DTPH) namun wajib
dikelola.
Tidak Ada Sosial Pendapatan Terkait dengan terbukanya kesempatan kerja dan Bukan Desa Tidak dikaji
Ekonomi Masyarakat berusaha masyarakat sebagai tenaga kerja lepas bagi Merupakan Parenggean, dalam
dan Budaya masyarakat lokal akibat kegiatan pembukaan lahan dan Dampak Manjalin, Andal
pembersihan lahan maka akan berpengaruh pada Penting Kabuau dan
pendapatan masyarakat lokal (dampak sekunder) yang Hipotetik Pelantaran
bekerja sebagai tenaga kerja lepas (buruh). Akan tetapi (DTPH)

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 171


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
itensitas dampak peningkatan pendapatan diasumsikan
relatif kecil dan lamanya dampak berlangsung
sementara maka dampak peningkatan pendapatan
masyarakat merupakan dampak turunan dari
kesempatan kerja dari kegiatan pembukaan dan
pembersihan lahan merupakan bukan dampak penting
hipotetik yang akan dikaji (DTPH).
Program CSR Kesehatan Gangguan Peningkatan potensi penyakit (ISPA) merupakan Bukan Desa Tidak dikaji
Masyarakat Kesehatan dampak sekunder akibat penurunan kualitas udara Merupakan Parenggean, dalam
akibat dari kegiatan pembersihan lahan. Terkait dengan Dampak Manjalin, Andal
rencana pengelolaan yaitu mengelola dampak primer Penting Kabuau dan
dan sekunder yaitu maka diasumsikan dampak Hipotetik Pelantaran
terjadinya peningkatan potensi penyakit bukan (DTPH)
merupakan dampak penting hipotetik (DTPH).
Tidak Ada Sosial Perubahan Perubahan sikap presepsi negatif masyarakat adalah Bukan Desa Tidak dikaji
Ekonomi terhadap sikap merupakan dampak sekunder terhadap akibat serta Merupakan Parenggean, dalam
dan Budaya dan persepsi peningkatan potensi penyakit serta dampak tersier Dampak Manjalin, Andal
masyarakat penurunan sanitasi lingkungan yang diakibatkan Penting Kabuau dan
kegiatan pembukaan dan pembersihan lahan. Terkait Hipotetik Pelantaran
dengan rencana pengelolaan yaitu mengelola dampak (DTPH)
primer dan sekundernya, maka dampak terjadinya sikap
presepsi negatif bukan merupakan dampak penting
hipotetik (DTPH)
3. Pembangunan Tidak Ada Sosial Kesempatan Terkait kegiatan pembangunan sarana dan prasarana Bukan Desa Tidak dikaji
Sarana dan Ekonomi Kerja dan penunjang merupakan untuk kegiatan penambangan Merupakan Parenggean, dalam
Prasarana dan Budaya Peluang mulai dari pembangunan kantor, mess karyawan, jalan, Dampak Manjalin, Andal
Penunjang Berusaha jembatan dan jenis konstruksi fisik lainnya, maka Penting Kabuau dan
membuka kesempatan kerja dan peluang berusaha Hipotetik Pelantaran
masyarakat sebagai tenaga kerja lepas bagi masyarakat (DTPH)
lokal bidang kontruksi. Dalam rangka menanggulangi namun wajib
dampak yang akan terjadi maka dilakukan perencanaan dikelola
langkah-langkah pengelolaan yaitu lebih mempriotaskan
tenaga kerja lokal sebagai tenaga kerja lepas sesuai

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 172


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
dengan kemampuan yang dimiliki di bidang konsturksi
dan pertukangan.
Terkait dengan rencana pengelolaan yang telah
direncanakan tersebut maka dampak terjadinya
kesempatan kerja dan peluang berusaha akibat kegiatan
pembangunan sarana dan prasarana penunjang
merupakan bukan dampak penting hipotetik yang akan
dikaji (DTPH) namun wajib dikelola.
Tidak Ada Sosial Peningkatan Terkait dengan terbukanya kesempatan kerja dan Bukan Desa Tidak dikaji
Ekonomi Pendapatan berusaha masyarakat sebagai tenaga kerja lepas bagi Merupakan Parenggean, dalam
dan Budaya masyarakat lokal akibat kegiatan pembangunan sarana Dampak Manjalin, Andal
dan prasarana penunjang, maka akan berpengaruh Penting Kabuau dan
pada pendapatan masyarakat lokal (dampak sekunder) Hipotetik Pelantaran
yang bekerja sebagai tenaga kerja lepas (buruh). Akan (DTPH)
tetapi itensitas dampak peningkatan pendapatan
diasumsikan relatif kecil dan lamanya dampak
berlangsung sementara maka dampak peningkatan
pendapatan masyarakat merupakan dampak turunan
dari kesempatan kerja dari kegiatan pembukaan dan
pembersihan lahan merupakan bukan merupakan
dampak penting hipotetik (DTPH).
III. TAHAP OPERASI
1. Pengupasan Tidak Ada Geofisik Kualitas Udara Pengupasan dan penimbunan tanah pucuk dengan Bukan Sekitar Tidak dikaji
dan Kimia dan Kebisingan menggunakan alat berat antara lain buldozer, loader, Merupakan lokasi dalam
Penanganan exavator dan dump truck. Pada operasional alat berat Dampak tambang Andal
Tanah Pucuk tersebut akan timbul debu, terhamburnya tanah karena Penting (lokasi pit
dikupas apabila tertiup angin akan beterbangan menjadi Hipotetik tambang)
debu dan pencemaran udara akibat pembakaran bahan (DTPH)
bakar yang menghasilkan gas-gas polutan (SO2, CO dan namun wajib
NO2), yang berdampak penurunan kualitas udara. dikelola
Sedangkan kan untuk peningkatan kebisingan terjadi
karena aktivitas alat berat. Jarak lokasi penambangan
relatif cukup jauh dengan Desa Manjalin (± 3,0 s/d 4,0

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 173


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
km).
 SOP penanganan Geofisik Kualitas Tanah Pengupasan dan penimbunan tanah pucuk dengan Bukan Sekitar Tidak dikaji
tanah pucuk Kimia menggunakan alat berat antara lain buldozer, loader, Merupakan lokasi dalam
 Permenhut No P. exavator dan dump truck berdampak langsung pada Dampak tambang Andal
4/Menhut-II/2011 penurunan kesuburan tanah (kerusakan tanah). Dalam Penting (lokasi pit
Tentang Pedoman rangka meminimalisir dampak ini akan dilakukan Hipotetik tambang)
Reklamasi Hutan langkah-langkah pengelolaan sebagai berikut : (DTPH)
1. Melakukan sesuai dengan SOP pengupasan dan namun wajib
 Kegiatan reklamasi
penanganan tanah pucuk yang sudah direncanakan dikelola
dan revegetasi
sebagaimana yang diuraikan pada deskripsi
lahan
rencana usaha dan/atau kegiatan pertambangan
PT. ASG.
2. Tanah pucuk ditimbun pada tempat yang datar dan
aman dari erosi maupun kegiatan penambangan,
yaitu berada di luar daerah penambangan dan
terpisah dengan penimbunan batuan penutup.
3. Untuk mencegah menurunnya tingkat kesuburan
tanah akibat hanyutnya tanah oleh air larian,
dilakukan upaya pengendalikan dengan menanam
tanaman penutup berupa rerumputan dan kacang-
kacangan pada areal penimbunan tanah pucuk.
4. Untuk mencegah menurunnya tingkat kesuburan
tanah akibat hilangnya pasokan hara dan struktur
tanah dilakukan dengan menanam rerumputan dan
kacang-kacangan sebagai tanaman penutup tanah
5. Mensosialisasikan ke masyarakat upaya-upaya
yang telah dilakukan oleh pemrakarsa tentang
pencegahan penurunan tingkat kesuburan tanah.
6. Menerapkan metode penambangan gali timbun ke
belakang (back filling) atau in pit dump dengan
tanaman yang sesuai yaitu tanaman penutup seperti
rerumputan dan kacang-kacangan, tanamaan
pioner yang cepat tumbuh (fast growing species),

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 174


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
seperti sengon, gamalia, lamtoro atau tanaman
sejenis lainnya
7. Memelihara pertumbuhan tanaman revegetasi
 SOP penanganan Geofisik Erosi dan Pengupasan dan penaganan tanah pucuk selain Bukan Sekitar Tidak dikaji
tanah pucuk Kimia Sedimentasi berdampak pada penurunan kesuburan tanah juga Merupakan lokasi dalam
 Permenhut No P. berdamapak pada peningkatan laju erosi akibat Dampak tambang Andal
4/Menhut-II/2011 hanyutnya tanah oleh air larian, Dalam rangka Penting (lokasi pit
Tentang Pedoman meminimalisir dampak ini akan dilakukan langkah- Hipotetik tambang),
Reklamasi Hutan langkah pengelolaan sebagai berikut : (DTPH) Sungai Bayu
1. Menerapkan metode penambangan gali timbun ke namun wajib dan Sungai
 Kegiatan reklamasi
belakang (back filling) atau in pit dump dikelola Tualan
dan revegetasi
2. Tanah pucuk ditimbun pada disposal area yang
lahan
aman dari erosi dengan kelerengan rendah/datar
serta dari pada pit tambang, yaitu berada di luar
daerah penambangan dan terpisah dengan
penimbunan batuan penutup
3. Untuk mengendalikan hanyutnya tanah pucuk
terangkut air larian, maka timbunan tanah pucuk di
disposal area ditanami dengan tanaman penutup
tanah (cover crop) berupa rerumputan dan kacang-
kacangan penutup tanah pada areal penimbunan
tanah pucuk.
4. Membuat saluran (drainase) di sekeliling disposal
area (penimbunan tanah pucuk) yang akan
digunakan untuk mengalirkan air permukaan (air
larian) dan menahan padatan yang terbawa air dan
masuk langsung ke sungai yang dilengkapi dengan
kolam pengendapan lumpur (settling pond)
5. Kolam pengendap (settling pond) yang telah penuh
dengan sedimen segara dikeruk/dikosongkan dan
lumpur hasil pengerukan ditimbun di disposal area.
6. Segera melakukan reklamasi dan revegetasi lahan
pada disposal area yang sudah tidak digunakan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 175


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
sesuai dengan rencana reklamasi yang telah di buat
sesuai tahapan penambangan dengan tanaman
yang sesuai yaitu tanaman penutup seperti
rerumputan dan kacang-kacangan, tanamaan
pioner yang cepat tumbuh (fast growing species),
seperti sengon, gamalia, lamtoro atau tanaman
sejenis lainnya.
7. Memelihara pertumbuhan tanaman revegetasi
 Pembuatan kolam Geofisik Penurunan Penurunan kualitas air permukaan (peningkatan TSS) Bukan Sungai Bayu Tidak dikaji
pengendap (settling Kimia Kualitas Air adalah dampak sekunder dari sedimentasi dan dampak Merupakan dan Sungai dalam
pond) Permukaan tersier dari peningkatan laju erosi akibat kegiatan Dampak Tualan Andal
 SOP kolam pengupasan dan penanganan tanah pucuk, Penting
pengendap (settling Hipotetik
pond) (DTPH)
namun wajib
dikelola
Tidak Ada Biologi Gangguan Biota Gangguan habitat biota air merupakan dampak Bukan Sungai Bayu Tidak dikaji
Air sekunder terhadap penurunan kualitas air sungai dan Merupakan dan Sungai dalam
dampak tersier terhadap peningkatan laju erosi dan Dampak Tualan Andal
sedimentasi akibat kegiatan pengupasan dan Penting
penimbunan tanah pucuk, terkait dengan rencana Hipotetik
pengelolaan yaitu mengelola dampak primer yaitu (DTPH)
peningkatan laju erosi dan sedimentasi (primer) dan
penurunan kualitas air permukaan (sekunder), maka
dengan baiknya kondisi perairan maka dengan
sendirinya biota perairan akan baik pula.
Program CSR Kesehatan Gangguan Peningkatan Potensi Penyakit ISPA dan diare dampak Bukan Desa Tidak dikaji
Masyarakat Kesehatan merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas Merupakan Parenggean, dalam
udara dan penurunan kualitas perairan akibat kegiatan Dampak Manjalin, Andal
pengupasan dan Penanganan tanah pucuk. Dalam Penting Kabuau dan
rangka menanggulangi dampak yang akan terjadi maka Hipotetik Pelantaran
dilakukan perencanaan langkah-langkah pengelolaan (DTPH)
sebagai berikut : namun wajib

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 176


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
1. Mengelola dampak primer (peningkatan laju erosi) dikelola
dan sekunder (penurunan kualitas air permukaan)
2. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait
dengan rencana pengelolaan yang sudah dilakukan
3. Melakukan penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat sekitar.
4. Pelaksanakan program Corporate Social
Responsibility (CSR) yaitu pemberian sarana dan
prasarana air bersih serta pemberian pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat sekitar yang
terkena dampak
Tidak Ada Sosial Perubahan Perubahan sikap presepsi negatif masyarakat adalah Bukan Desa Tidak dikaji
Ekonomi terhadap sikap merupakan dampak turunan (tersier) dari peningkatan Merupakan Parenggean, dalam
dan Budaya dan persepsi potensi penyakit ISPA dan Diare akibat dari kegiatan Dampak Manjalin, Andal
masyarakat pengupasan dan penanganan tanah pucuk. Akan tetapi Penting Kabuau dan
Jarak lokasi penambangan relatif cukup jauh dengan Hipotetik Pelantaran
Desa Manjalin (± 3,0 s/d 4,0 km).Dengan (DTPH)
memaksimalkan pengelolaan dampak dari kegiatan
pengupasan dan penanganan tanah pucuk serta
penerapan SOP.
2. Pembongkaran SOP Penanganan OB Geofisik Penurunan Pemberaian batuan penutup (Overburden) dilakukan Dampak Sekitar Tidak dikaji
OB Kimia Kualitas Udara dengan ripping dengan bulldozer bertujuan untuk Tidak Penting lokasi dalam
(Overburden) dan Peningkatan mempermudah penggalian tanah penutup selanjutnya Hipotetik tambang Andal
dan Kebisingan digali dengan alat galimuat (Excavator PC 400), (DTPH) (lokasi pit
Pembuatan peledakan tidak dilakukan karena lapisan batubara namun wajib tambang)
Sistem mempunyai ketebalan lapisan sekitar 0,3 – 3,3 meter dikelola dan
Penyaliran dan cukup dilakukan penggalian secara mekanis. dipantau
Pada operasional tersebut penurunan kualitas udara
disebabkan oleh pembakaran bahan bakar yang
menghasilkan gas-gas polutan (SO2, CO dan NO2),
sedangkan kebisingan akibat aktivitas alat berat.
Guna Meminimalisir dampak ini akan dilakukan langkah
pengelolaan sebagai berikut :

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 177


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
1. Batuan penutup ditimbun pada tempat yang aman
jauh dari kegiatan penambangan, yaitu berada di
luar daerah penambangan dan terpisah dengan
penimbunan tanah pucuk.
2. Melakukan kegiatan penyiraman secara berkala
sebanyak 2-3 kali/hari disepanjang jalan tambang
dari lokasi PIT tambang ke disposal area terutama
pada musim kemarau
3. Melakukan penghijauan dengan tanaman keras dan
perdu yang dapat menyerap debu disepanjang jalan
tambang
4. Melakukan perawatan mesin-mesin secara rutin
pada alat-alat berat yang digunakan, agar diperoleh
pembakaran sempurna ketika dioperasikan.
5. Membuat buffer zone pada saat melakukan
kegiatan penambangan
Tidak Ada Geofisik Peningkatan Pemberaian batuan penutup (Overburden) yang Dampak Sekitar Tidak dikaji
Kimia Laju Erosi dan kemudian diangkut dan ditimbun di lokasi waste dump, Tidak Penting lokasi dalam
Sedimentasi maka akan berpengaruh pada peningkatan laju erosi Hipotetik tambang Andal
dan sedimentasi akibat hanyutnya tanah oleh air larian, (DTPH) (lokasi pit
Dalam rangka meminimalisir dampak ini akan dilakukan namun wajib tambang),
langkah-langkah pengelolaan sebagai berikut : dikelola dan Sungai Bayu
1. Menerapkan metode penambangan gali timbun ke dipantau dan Sungai
belakang (back filling) atau in pit dump Tualan
2. batuan penutup (Overburden) ditimbun pada waste
dump area yang aman dari erosi dengan kelerengan
rendah/datar serta dari pada pit tambang, yaitu
berada di luar daerah penambangan dan terpisah
dengan penimbunan tanah pucuk
3. Timbunan batuan penutup (Overburden) segera
ditutupi menggunakan tanah pucuk atau top soil
agar bisa ditanami dengan tanaman penutup tanah
(cover crop) berupa rerumputan dan kacang-

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 178


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
kacangan penutup tanah untuk mengendalikan
hanyutnya tanah terangkut air larian,
4. Membuat saluran (drainase) di sekeliling disposal
area (penimbunan tanah pucuk) yang akan
digunakan untuk mengalirkan air permukaan (air
larian) dan menahan padatan yang terbawa air dan
masuk langsung ke sungai yang dilengkapi dengan
kolam pengendapan lumpur (settling pond)
5. Kolam pengendap (settling pond) yang telah penuh
dengan sedimen segara dikeruk/dikosongkan dan
lumpur hasil pengerukan ditimbun di disposal area.
6. Segera melakukan reklamasi dan revegetasi lahan
pada waste dump area yang sudah tidak digunakan
sesuai dengan rencana reklamasi yang telah di buat
sesuai tahapan penambangan dengan tanaman
yang sesuai yaitu tanaman penutup tanamaan
pioner yang cepat tumbuh (fast growing species),
seperti sengon, gamalia, lamtoro atau tanaman
sejenis lainnya.
7. Memelihara pertumbuhan tanaman revegetasi
 Pembuatan kolam Geofisik Penurunan Penurunan kualitas air permukaan (peningkatan TSS) Dampak Sungai Bayu Tidak dikaji
pengendap (settling Kimia Kualitas Air adalah dampak turunan (sekunder) dari peningkatan laju Tidak Penting dan Sungai dalam
pond) Permukaan erosi dan sedimentasi akibat kegiatan penimbunan Hipotetik Tualan Andal
 SOP penyaliran batuan OB (DTPH)
tambang namun wajib
dikelola dan
 SOP kolam
dipantau
pengendap (settling
pond)
Tidak Ada Biologi Gangguan Biota Gangguan habitat biota air merupakan dampak Bukan Sungai Bayu Tidak dikaji
Perairan sekunder terhadap penurunan kualitas air permukaan Merupakan dan Sungai dalam
dan dampak tersier terhadap peningkatan laju erosi dan Dampak Tualan Andal
sedimentasi akibat kegiatan pembongkaran OB Penting
(Overburden), terkait dengan rencana pengelolaan yaitu Hipotetik

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 179


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
mengelola dampak primer yaitu peningkatan laju erosi (DTPH)
dan sedimentasi (primer) dan penurunan kualitas air
permukaan (sekunder), maka dengan baiknya kondisi
perairan maka dengan sendirinya biota perairan akan
baik pula.
Program CSR Kesehatan Gangguan Peningkatan Potensi Penyakit ISPA dan diare dampak Bukan Desa Tidak dikaji
Masyarakat Kesehatan merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas Merupakan Parenggean, dalam
udara dan penurunan kualitas perairan akibat kegiatan Dampak Manjalin, Andal
pembongkaran OB. Dalam rangka menanggulangi Penting Kabuau dan
dampak yang akan terjadi maka dilakukan perencanaan Hipotetik Pelantaran
langkah-langkah pengelolaan sebagai berikut : (DTPH)
1. Mengelola dampak primer (peningkatan laju erosi) namun wajib
dan sekunder (penurunan kualitas air permukaan) dikelola
2. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait
dengan rencana pengelolaan yang sudah dilakukan
3. Melakukan penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat sekitar.
4. Pelaksanakan program Corporate Social
Responsibility (CSR) yaitu pemberian sarana dan
prasarana air bersih serta pemberian pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat sekitar yang
terkena dampak
Terkait dengan rencana pengelolaan yang telah
direncanakan tersebut, maka dampak terjadinya
peningkatan potensi penyakit bukan merupakan bukan
dampak penting hipotetik yang akan dikaji (DTPH)
namun wajib dikelola.
Tidak Ada Sosial Perubahan Perubahan sikap presepsi negatif masyarakat adalah Bukan Desa Tidak dikaji
Ekonomi terhadap sikap merupakan dampak turunan (tersier) dari peningkatan Merupakan Parenggean, dalam
dan Budaya dan persepsi potensi penyakit ISPA dan Diare akibat dari kegiatan Dampak Manjalin, Andal
masyarakat pembongkaran OB. Akan tetapi Jarak lokasi Penting Kabuau dan
penambangan relatif cukup jauh dengan Desa Manjalin Hipotetik Pelantaran
(± 3,0 s/d 4,0 km). Dengan memaksimalkan pengelolaan (DTPH)

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 180


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
dampak dari kegiatan pembongkaran OB serta
penerapan SOP.
3. Penggalian /  Pembuatan kolam Geofisik Penurunan Kegiatan penggalian / penambangan batubara sangat Dampak Sungai Bayu 3 Bulan
Penambangan pengendap (settling Kimia Kualitas Air berpengaruh langsung pada penurunan kualitas air Penting dan Sungai selama
Batubara pond) Permukaan (Air permukaan akibat air larian asam tambang, maka Hipotetik Tualan 18 tahun
 SOP penyaliran Asam Tambang) dampak terjadinya Penurunan kualitas air permukaan (DPH)
tambang (Air Asam Tambang) merupakan dampak penting
hipotetik (DPH).
 SOP kolam
pengendap (settling
pond)
Tidak Ada Biologi Gangguan Biota Gangguan habitat biota air adalah merupakan dampak Dampak
Air sekunder terhadap penurunan kualitas air sungai (air Penting
asam tambang) akibat kegiatan penggalian / Hipotetik
penambangan batubara. maka dampak terjadinya (DPH)
gangguan biota perairan merupakan dampak penting
hipotetik (DPH)
Program CSR Kesehatan Gangguan Peningkatan potensi penyakit Diare dampak sekunder Bukan Desa Tidak dikaji
Masyarakat Kesehatan akibat penurunan penurunan kualitas air permukaan Merupakan Parenggean, dalam
akibat air asam tambang dari kegiatan penggalian / Dampak Manjalin, Andal
penambangan batubara. Dalam rangka menanggulangi Penting Kabuau dan
dampak yang akan terjadi maka dilakukan perencanaan Hipotetik Pelantaran
langkah-langkah pengelolaan sebagai berikut : (DTPH)
1. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait namun wajib
dengan rencana pengelolaan yang sudah dilakukan dikelola
2. Melakukan penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat sekitar.
3. Pelaksanakan program Corporate Social
Responsibility (CSR) yaitu pemberian sarana dan
prasarana air bersih serta pemberian pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat sekitar yang
terkena dampak.
Terkait dengan rencana pengelolaan yang telah
direncanakan tersebut, maka dampak terjadinya

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 181


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
peningkatan potensi penyakit bukan merupakan bukan
dampak penting hipotetik yang akan dikaji (DTPH)
namun wajib dikelola.
Tidak Ada Sosial Perubahan Perubahan sikap presepsi negatif masyarakat adalah Bukan Desa Tidak dikaji
Ekonomi terhadap sikap merupakan dampak sekunder dari peningkatan potensi Merupakan Parenggean, dalam
dan Budaya dan persepsi penyakit (dampak tersier) dari penurunan kualitas air Dampak Manjalin, Andal
masyarakat permukaan (air asam tambang) yang diakibatkan Penting Kabuau dan
kegiatan penggalian / penambangan Batubara, dengan Hipotetik Pelantaran
memaksimalkan pengelolaan terhadap dampak primer (DTPH)
yaitu penurunan kualitas air permukaan, maka dapat
diasuksikan dampak terjadinya sikap presepsi negatif
bukan merupakan dampak penting hipotetik (DTPH).
4. Pengangkutan Tidak Ada Geofisik Penurunan Pada saat pengangkutan dan penimbunan batubara Bukan Sekitar Tidak dikaji
dan Kimia Kualitas Udara menggunakan dump truck di lokasi stockpile sementara Merupakan lokasi dalam
Penimbunan dan Peningkatan akan menyebabkan material yang halus akan Dampak tambang Andal
Batubara Kebisingan beterbangan ke udara di sekitarnya, gas-gas polutan Penting (lokasi pit
(SO2, CO dan NO2), sedangkan kebisingan akibat Hipotetik tambang)
aktivitas alat berat. Sedangkan peningkatan kebisingan (DTPH)
disebabkan aktivitas alat berat. Dalam rangka namun wajib
menanggulangi dampak yang akan terjadi maka dikelola
dilakukan perencanaan langkah-langkah pengelolaan
sebagai berikut :
1. Melakukan perawatan mesin-mesin secara rutin
pada alat-alat berat yang digunakan, agar diperoleh
pembakaran sempurna ketika dioperasikan
2. Menggunakan kendaraan yang layak jalan untuk
melakukan pengangkutan batubara
3. Memperbaiki /meningkatkan daya dukung jalan
pada ruas jalan tambang
4. Melakukan kegiatan penyiraman secara berkala
sebanyak 2-3 kali/hari disepanjang jalan tambang
dari lokasi PIT tambang ke lokasi stockpile terutama
pada musim kemarau

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 182


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
5. Melakukan penghijauan dengan tanaman keras dan
perdu yang dapat menyerap debu disepanjang jalan
tambang
6. Menerapkan kecepatan rendah kendaraan angkut
batubara (maksimum 30 km/jam) sesuai dengan
SOP yang telah direncanakan
 Pembuatan kolam Geofisik Penurunan Kegiatan penimbunan batubara di area stockpile sangat Bukan Sungai Bayu Tidak dikaji
pengendap (settling Kimia Kualitas Air berpengaruh langsung pada penurunan kualitas air Merupakan dan Sungai dalam
pond) Permukaan permukaan akibat air larian asam tambang pada saat Dampak Tualan Andal
 SOP kolam hujan. Dalam rangka menanggulangi dampak yang akan Penting
pengendap (settling terjadi maka dilakukan perencanaan langkah-langkah Hipotetik
pond) pengelolaan sebagai berikut : (DTPH)
1. Penimbunan batubara ditimbun pada lokasi namun wajib
stockpile sementara berada dikelerengan dikelola
rendah/datar serta berada di luar daerah
penambangan
2. Untuk mencegah masuknya tanah yang terangkut
oleh air larian ke badan air, maka mempertahankan
sempadan sungai selebar 50 meter kanan-kiri
sungai kecil dan 100 m untuk sungai besar sebagai
kawasan konservasi (UU No, 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan).
3. Membuat saluran (drainase) di sekeliling disposal
area (stockpile) yang akan digunakan untuk
mengalirkan air permukaan (air larian) dan
menahan asam tambang yang terbawa air dan
masuk langsung ke sungai yang dilengkapi dengan
kolam pengendapan (settling pond)
4. Melakukan proses netralisasi dan flocullasi di kolam
settling pond, sehingga air yang dikeluarkan sesuai
dengan baku mutu yang telah ditetapkan, tidak
mengakibatkan penurunan kualitas air permukaan
Terkait dengan rencana pengelolaan yang telah

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 183


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
direncanakan tersebut, maka dampak terjadinya
Penurunan kualitas air permukaan (air asam tambang)
merupakan bukan dampak penting hipotetik yang akan
dikaji (DTPH) namun wajib dikelola
Tidak Ada Biologi Gangguan Biota Gangguan habitat biota air merupakan dampak Bukan Sungai Bayu Tidak dikaji
Perairan sekunder terhadap penurunan kualitas air permukaan Merupakan dan Sungai dalam
akibat kegiatan penimbunan batubara, terkait dengan Dampak Tualan Andal
rencana pengelolaan yaitu mengelola dampak primer Penting
yaitu kualitas air permukaan (primer), bahwa dengan Hipotetik
baiknya kondisi perairan maka dengan sendirinya biota (DTPH)
perairan akan baik pula, sehingga dapat diasumsikan
dampak terjadinya gangguan biota perairan bukan
merupakan dampak penting hipotetik (DTPH)
Program CSR Kesehatan Gangguan Peningkatan potensi penyakit Diare dan penyakit kulit Bukan Desa Tidak dikaji
Masyarakat Kesehatan dampak sekunder akibat penurunan kualitas air Merupakan Parenggean, dalam
permukaan akibat air asam tambang dari kegiatan Dampak Manjalin, Andal
penimbunan batubara. Dalam rangka menanggulangi Penting Kabuau dan
dampak yang akan terjadi maka dilakukan perencanaan Hipotetik Pelantaran
langkah-langkah pengelolaan sebagai berikut : (DTPH)
1. Mengelola dampak primer penurunan kualitas air namun wajib
permukaan dikelola
2. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait
dengan rencana pengelolaan yang sudah dilakukan
3. Melakukan penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat sekitar.
4. Pelaksanakan program Corporate Social
Responsibility (CSR) yaitu pemberian sarana dan
prasarana air bersih serta pemberian pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat sekitar yang
terkena dampak
Tidak Ada Sosial Perubahan Perubahan sikap presepsi negatif masyarakat adalah Bukan Desa Tidak dikaji
Ekonomi terhadap sikap merupakan dampak lanjutan (tersier) dari peningkatan Merupakan Parenggean, dalam
dan Budaya dan persepsi potensi penyakit (ISPA dan penyakit Kulit) yaitu dampak Dampak Manjalin, Andal

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 184


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
masyarakat dari penurunan kualitas air permukaan (sekunder) yang Penting Kabuau dan
diakibatkan dari kegiatan penimbunan Batubara pada Hipotetik Pelantaran
stockpile, dengan melakukan pengelolaan sejak awal (DTPH)
terhadap dampak primer serta memperhatikan lokasi
stockpile dan perairan sehingga dampak terjadinya sikap
presepsi negatif bukan merupakan dampak penting
hipotetik (DTPH).
5. Operasional  Pengelolaan LB3 Geofisik Penurunan Sehubungan dengan operasional sarana dan prasarana Bukan Sungai Bayu Tidak dikaji
Sarana dan sesuai dengan izin Kimia Kualitas Air penunjang yang menghasilkan limbah bahan berbahaya Merupakan dan Sungai dalam
Prasarana LB3 sebagaimana Permukaan dan beracun (LB3) dari aktivitas bengkel, ruang genset Dampak Tualan Andal
Penunjang Peraturan dan lain-lain. Untuk mengurangi dan menanggulangi Penting
Pemerintah Nomor pencemaran di lingkungan sarana dan prasarana, maka Hipotetik
101 tahun 2014 pengelolaan limbah B3 sudah diatur didalam Peraturan (DTPH)
tentang Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Pengelolaan Limbah B3.
Limbah B3 Terkait dengan bentuk pengelolaan yang telah baku,
 Peraturan Menteri maka dampak terjadinya penurunan kualitas air
Lingkungan Hidup permukaan merupakan bukan dampak penting hipotetik
Republik Indonesia (DTPH)
Nomor 14 Tahun
2013 tentang
simbol dan label
bahan berbahaya
dan beracun
Tidak Ada Biologi Gangguan Gangguan habitat biota air merupakan dampak Bukan Sungai Bayu Tidak dikaji
Habitat Biota Air sekunder terhadap penurunan kualitas air permukaan Merupakan dan Sungai dalam
akibat kegiatan operasional sarana dan prasarana Dampak Tualan Andal
penunjang tambang, terkait dengan rencana Penting
pengelolaan yaitu mengelola dampak primer yaitu Hipotetik
kualitas air permukaan (primer) sesuai dengan peraturan (DTPH)
dan perundang-undangan yang berlaku, maka dampak
gangguan terhadap biota perairan bukan merupakan
dampak penting hipotetik (DTPH). Bahwa dengan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 185


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
baiknya kondisi perairan maka dengan sendirinya biota
perairan akan baik pula.
6. Pelaksanaan Permenhut No P. Geofisik Iklim Mikro Pelaksanaan reklamasi dan revegetasi pada tahap Dampak Seluruh 18 tahun
Reklamasi dan 4/Menhut-II/2011 Kimia operasi dilakukan pada areal kerja yang sudah dilakukan Penting areal berjalan
Revegetasi / Tentang Pedoman Geofisik Perbaikan penambangan batubara dan diposal area. Reklamasi Hipotetik terganggu simultan
Rehabilitasi Reklamasi Hutan Kimia Kualitas Udara pada tahap ini diutamakan pada areal kerja yang (DPH) (lokasi pada
lahan yang dan penurunan memiliki front kerja luas dan lebar sesuai arah kemajuan tambang) tahapan
dilakukan kebisingan penambangan. Kegiatan reklamasi dan revegetasi juga penamban
pada Tahap Geofisik Pengembalian adalah salah satu bentuk penggelolaan lingkungan. gan dan
Operasi Kimia Kesuburan Sehingga dilihat dari intensitas dampak, maka dampak kegiatan
hingga Pasca Tanah dari pada kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan reklamasi
Operasi Geofisik Penurunan merupakan dampak penting hipotetik (DPH) revegetasi
Kimia Potensi Erosi
dan Sedimentasi
Geofisik Perbaikan
Kimia Kualitas Air
Pemukaan
Biologi Perbaikan Flora
(Vegetasi)
Biologi Perbaikan
kondisi biota air
Biologi Pengembalian
habitat satwa
Sosial Perubahan
Ekonomi terhadap sikap
dan Budaya dan persepsi
masyarakat
Kesehatan Perbaikan
Masyarakat Kualitas
Kesehatan
7. Pelaksanaan Tidak Ada Sosial Perubahan Program Corporate Social Responsibility (CSR) Bukan Desa Tidak dikaji
Program CSR Ekonomi terhadap sikap merupakan tanggung jawab sosial PT. Aldy Surya Merupakan Parenggean, dalam
dan Budaya dan persepsi Gemilang terhadap masyarakat sekitar lokasi proyek. Dampak Manjalin, Andal

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 186


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
masyarakat Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan Penting Kabuau dan
masyarakat dalam mengembangkan perekonomian, Hipotetik Pelantaran
memperbaiki sarana dan prasarana dengan sosial, (DTPH)
kesehatan lingkungan. meminimalisir dampak ini akan namun wajib
dilakukan langkah pengelolaan sebagai berikut : dikelola
1. Pihak PT. Aldy Surya Gemilang benar - benar
melaksanakan program Corporate Social
Responsibility (CSR) kepada masyarakat.
2. Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) ini
akan dikoordinasikan / dimusyawarahkan dengan
desa, kecamatan dan pemerintah daerah
Kabupaten agar tidak overlapping (tumpang tindih)
dengan program lainnya.
IV. TAHAP PASCA OPERASI
1. Penanganan Tidak Ada Sosial Hilangnya Dengan telah habisnya cadangan Batubara, maka Bukan Desa Tidak dikaji
Tenaga Kerja Ekonomi kesempatan secara otomatis seluruh komponen kegiatan Merupakan Parenggean, dalam
dan Budaya kerja dan pertambangan akan terhenti dan terhadap semua Dampak Manjalin, Andal
peluang karyawan akan dilakukan pemutusan hubungan kerja. Penting Kabuau dan
berusaha bagi Dengan demikian anggota masyarakat yang bekerja Hipotetik Pelantaran
masyarakat pada Pertambangan Batubara PT. Aldy Surya Gemilang (DTPH)
akan kehilangan pekerjaannya. Bagi anggota namun wajib
masyarakat yang mempunyai usaha yang terkait dikelola
langsung dengan PT. Aldy Surya Gemilang juga akan
kehilangan usaha sebagai sumber penghasilannya.
Dalam rangka meminimalisir dampak ini akan dilakukan
langkah pengelolaan sebagai berikut :
1. Memberikan pelatihan ketrampilan sesuai dengan
kondisi sosial masyarakat yang ada sehingga
setelah kegiatan penambangan berakhir, mantan
pekerja mempunyai lapangan usaha baru.
2. Sosialisasi tentang berakhirnya kegiatan
Pertambangan Batubara kepada masyarakat
3. Pemberitahuan secara dini mengenai pelepasan

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 187


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
tenaga kerja sehingga para karyawan dari jauh hari
dapat mepersiapkan diri.
4. Memberikan pesangon terhadap tenaga kerja yang
di PHK
Tidak Ada Sosial Penurunan Dikarenakan dampak yang akan terjadi merupakan Bukan Desa Tidak dikaji
Ekonomi tingkat dampak sekunder, dimana dampak primernya yaitu Merupakan Parenggean, dalam
dan Budaya pedapatan hilangnya kesempatan kerja akibat pemutusan Dampak Manjalin, Andal
masyarakat. hubungan kerja. Terkait dengan rencana pengelolaan Penting Kabuau dan
yaitu mengelola dampak primer. Hipotetik Pelantaran
(DTPH)
Tidak Ada Sosial Perubahan Dikarenakan dampak yang akan terjadi merupakan Bukan Desa Tidak dikaji
Ekonomi terhadap sikap dampak sekunder, dimana dampak primernya yaitu Merupakan Parenggean, dalam
dan Budaya dan persepsi hilangnya kesempatan kerja dan tingkat pendapatan Dampak Manjalin, Andal
masyarakat yang akibat pemutusan hubungan kerja. Terkait dengan Penting Kabuau dan
dapat memicu rencana pengelolaan yaitu mengelola dampak primer. Hipotetik Pelantaran
keresahan (DTPH)
masyarakat
2. Penanganan Tidak Ada Dampak
Aset dan
Infrastruktur
Tambang
3. Demobilisasi Tidak Ada Geofisik Kualitas Udara Meningkatnya mobilitas kendaraan besar untuk Bukan Jalur / akses Tidak dikaji
Peralatan Kimia dan Kebisingan Demobilisasi alat berat selama diperkirakan akan Merupakan Angkutan dalam
berdampak penurunan kualitas udara (peningkatan Dampak mobilisasi Andal
kadar debu, dan gas pencemar seperti SO2, CO dan Penting peralatan
NO2). Jenis kendaraan yang akan melintas ke lokasi Hipotetik dan material.
proyek adalah kendaraan besar seperti dump buck, (DTPH)
trailer pengangkut excavator dan bulldozer serta
peralatan konstruksi lainnya. Dampak penurunan
kualitas udara diprakirakan terjadi dalam jangka waktu
pendek (relatif singkat) diperkirakan dilakukan selama 1
hari pada tahap pasca operasi, sehingga tidak
berpengaruh besar pada komponen lingkungan.

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 188


KERANGKA ACUAN PELINGKUPAN

Deskripsi
Rencana Pengelolaan PELINGKUPAN
Kegiatan Lingkungan yang Komponen
Batas
yang Sudah Direncanakan Lingkungan WILAYAH
No. Dampak Waktu
Berpotensi Sejak Awal Sebagai Terkena STUDI
DAMPAK Penting Kajian
Menimbulkan Bagian dari Rencana Dampak EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL Hipotetik
Dampak Kegiatan
(DPH)
Lingkungan
Tidak Ada Perubahan Perubahan sikap dan persepsi negatif merupakan Bukan Desa Tidak dikaji
terhadap sikap dampak kumulatif dari prevalensi dan isidensi penyakit Merupakan Parenggean, dalam
dan persepsi “peningkatan potensi penyakit ISPA” dari kegiatan Dampak Manjalin, Andal
masyarakat demobilisasi peralatan. Mengingat dampak penurunan Penting Kabuau dan
kualitas udara (dampak primer) dan dampak ISPA Hipotetik Pelantaran
(sekunder) bukan merupakan dampak penting hipotetik, (DTPH)
maka dapat diasumsikan dampak terjadinya perubahan
terhadap sikap dan persepsi masyarakat bukan
merupakan dampak penting hipotetik (DTPH)
Tidak Ada Gangguan Gangguan kesehatan yang berpengaruh pada Bukan Desa Tidak dikaji
Kesehatan kesehatan masyarakat sekitar kegiatan “Peningkatan Merupakan Parenggean, dalam
potensi penyakit ISPA” merupakan dampak turunan dari Dampak Manjalin, Andal
penurunan kualitas udara (peningkatan kadar debu) dari Penting Kabuau dan
kegiatan demobilisasi peralatan. Mengingat dampak Hipotetik Pelantaran
penurunan kualitas udara (dampak primer) bukan (DTPH)
merupakan dampak penting hipotetik, maka dapat
diasumsikan dampak ISPA bukan merupakan dampak
penting hipotetik (DTPH)
4. Penanganan Tidak Ada Dampak
Void

PT. ALDY SURYA GEMILANG II - 189


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

BAB 3
METODE STUDI

3.1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data


Bagian ini berisi metode pengumpulan data primer dan sekunder yang
sahih serta dapat dipercaya (reliable) untuk digunakan dalam mendukung
penyusunan rona lingkungan hidup awal yang rinci dan sebagai masukan
dalam melakukan prakiraan besaran dan sifat penting dampak untuk setiap
Dampak Penting Hipotetik (DPH) serta mengetahui langkah pengelolaan
Dampak Tidak Penting Hipotetik (DTPH) yang wajib dikelola dan dipantau,
agar data yang dikumpulkan relevan dan representatif.
Secara umum lokasi pengambilan data ditetapkan pada lokasi tapak
proyek, serta beberapa lokasi di sekitar tapak proyek yang diperkirakan
terkena sebaran dampak (batas wilayah studi). Dengan cara ini kondisi atau
rona lingkungan hidup awal pada lokasi calon penerima dampak dapat terukur
/ teramati, sehingga besaran dampak di wilayah studi dapat diprakirakan

3.1.1. Komponen Geo-Fisik-Kimia


1. Kualitas Udara
A. Jenis data dan Parameter
Parameter yang diukur adalah parameter yang dicantumkan sebagai
komponen kualitas udara ambien, dengan mengacu kepada Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian pencemaran Udara
yaitu SO2 (Sulfur Dioksida), CO (Karbon Dioksida), NO2 (Nitrogen Dioksida),
dan TSP (Debu).

B. Lokasi Pengamatan / Pengambilan Sampel


Lokasi pengambilan sampel kualitas udara dilakukan pada lokasi
sekitar rencana pertambangan batubara PT. Aldy Surya Gemilang yakni
Desa Manjalin sebagai desa terdampak sebagaimana tabel berikut :

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 1


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

Tabel 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel Kualitas Udara dan Kebisingan


STA Lokasi Justifikasi Aksesibilitas
UK1 Desa Manjalin Mewakili kualitas udara wilayah Jalur Darat
Desa terkena dampak

C. Metode Pengumpulan Data


Data parameter kualitas udara dikumpulkan melalui kegiatan sampling pada
lokasi rencana pertambangan batubara PT. Aldy Surya Gemilang yakni Desa
Manjalin sebagai desa terdampak dengan metode yang mengacu pada SNI
sebagaimana disajikan dalam Tabel berikut.
Tabel 3.2 Metode Sampling Parameter Kualitas Udara
Standar acuan Metode
Udara ambien-bagian 3 : Cara uji Partikel
Tersuspensi Total (TSP) atau PM10 menggunakan
SNI 19-7119.3-2005
peralatan highvolume air sample (HVAS) dengan
metoda gravimetri
Udara ambien bagian 7 : Cara uji kadarsulfur
SNI 19-7119.7-2005 dioksida (SO2) dengan metode pararosanilin
menggunakan spektrofotometer
Metode pengujian kandungan gas CO di udara
SNI 19-4845-1998
dengan menggunakan NDR
Udara ambien bagian 7 : Cara uji kadar nitrogen
SNI 19-7119.2-2005 dioksida (NO2) dengan metoda Griess Saltzman
menggunakan spektrofotometer

D. Metode Analisis Data


Data hasil pengukuran kategori kualitas udara dianalisis untuk
mendapatkan pada kondisi awal (rona awal). Analisis dilakukan dengan cara
membandingkan dengan baku mutu kualitas udara ambien, sebagaimana
ditetapkan dalam lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.3 Baku Mutu Udara Ambien


Waktu
No Parameter Baku mutu
Pengukuran
1. SO2 (Sulfur Dioksida) 1 jam 900 µg/Nm3
24 jam 365 µg/Nm3
1 tahun 60 µg/Nm3
2. CO (Karbon Dioksida) 1 jam 30.000 µg/Nm3
24 jam 10.000 µg/Nm3
3. NO2 (Nitrogen Dioksida) 1 jam 400 µg/Nm3
24 jam 150 µg/Nm3
1 tahun 100 µg/Nm3
4. TSP (Debu) 24 jam 230 µg/Nm3
1 tahun 90 µg/Nm3
Sumber : PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 2


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

2. Kebisingan
A. Jenis data dan Parameter
Parameter tingkat kebisingan (dBA) yaitu kuatnya bunyi yang tidak
diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan lingkungan
(Kepmen-LH No. 48 Tahun 1996), atau semua suara yang tidak dikehendaki
yang bersumber dari alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran (Kepmen-Naker No. 51 Tahun 1999).

B. Lokasi Pengamatan / Pengambilan Sampel


Lokasi pengambilan sampel kebisingan dilakukan bersamaan dengan
kegiatan sampling kualitas udara yakni Desa Manjalin sebagai desa
terdampak (Tabel 3.1)

C. Cara Pengumpulan Data


Tingkat kebisingan diukur menggunakan cara sederhana dengan
menggunakan Sound Level Meter, yang diukur selama 1 menit untuk tiap
pengukuran (waktu dan lokasi pengukuran). Pembacaan dilakukan setiap 10
detik. Rata - rata hasil pembacaan 10 detik, selama 1 menit tersebut dirata -
ratakan dan ditetapkan sebagai tingkat kebisingan sesaat (waktu itu) dalam
satuan dBA. Untuk tingkat kebisingan yang berasal dari sumber kebisingan
alat berat dan alat angkut yang digunakan, data tingkat kebisingannya
berupa data sekunder.

D. Metode Analisis Data


Hasil pengukuran pada masing-masing lokasi dibandingkan dengan
baku mutu tingkat kebisingan Permen-LH Nomor 48 Tahun 1996 pada Tabel
berikut.
Tabel 3.4 Baku Mutu Kebisingan

Tingkat Kebisingan (dBA) Baku Mutu


Perumahan Pemukiman 55 dBA
Industri 70 dBA
Sumber : Permen-LH Nomor 48 Tahun 1996

3. Fisik Kimia Tanah


A. Jenis data dan Parameter
Parameter yang diukur terdiri dari parameter sifat fisik tanah dansifat
kimia tanah. Sifat fisik tanah meliputi KB, KTK, BV, BJ, Porositas dan tekstur
(pasir/debu/clay). Sifat kimia tanah meliputi pH tanah, kandungan hara makro

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 3


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

(C-organik, N-total, C/N, P-tersedia,Al-total, K-total, N-total, Na-total, Ca-total


dan Mg-total.

B. Lokasi Pengamatan / Pengambilan Sampel


Sample Tanah ditentukan berdasarkan jenis tanah yang terdapa pada
lokasi studi sebagai berikut :

Tabel 3.5 Lokasi Pengambilan Sample Tanah


Kode
Justifikasi Aksesibilitas
Sampel
T1 Mewakili jenis tanah pada sistem lahan PKU Jalur Darat
(Podsol)
T2 Mewakili jenis tanah pada sistem lahan BWN Jalur Darat
(Podsol)

C. Metode Pengumpulan Data


Data sifat fisik tanah diperoleh pengambilan sampel dilapangan dan
dianalisis di laboratorium. Contoh tanah dikelompokkan menjadi contoh
tanah utuh dan contoh tanah terganggu. Contoh tanah utuh diambil dengan
menggunakan tabung selinder (ring sampel) berdiameter 5,05 cm dan tinggi
5,6 cm dengan ketebalan selinder maksimal 2 mm. Untuk mengambil contoh,
ring sampel diletak secara vertikal pada permukaan tanah, kemudian ditekan
sampai jeluk 10 cm (topsoil). Kemudian ring sampel diambil dengan cara
diangkat secara perlahan tanpa merusak kondisi tanah yang terdapat dalam
ring. Pada masing-masing ujung ring, diratakan dengan pisau secara pelan-
pelan, kemudian ditutup rapat dengan penutup ring yang sudah disiapkan.
Setiap ring dibuat kode contoh tanahnya. Untuk contoh tanah terganggu,
diambil dengan menggali tanah pada lapisan atau jeluk 0 - 10 cm (topsoil).
Banyak galian tanah sebanyak ± 1 kg dimasukan ke dalam plastik sampel
yang telah diberi kode.

Data pendukung
Data pendukung diperlukan untuk mendapatkan data tentang perubahan tata
guna lahan, yaitu :
a) Data tentang jenis tanah, diperoleh dari peta jenis tanah yang bersumber
dari peta RBI dari BAKOSURTANAL dengan skala 1 : 50.000.
b) Data solum tanah, ketebalan seresah, dan ketebalan bahan organik
tanah didapatkan dari pengambilan contoh tanah yang dibuatkan profil
tanah di setiap lokasi.
c) Data tentang vegetasi penutupan lahan diperoleh dari peta tutupan
lahan yang diperoleh dari peta RBI dari BAKOSURTANAL dengan skala

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 4


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

1 : 50.000, khususnya Peta Tutupan Lahan dengan Cipta Lansat


Resolusi 90 meter.
d) Data tentang Layout sarana – prasarana dan Desain tambang diperoleh
dari pemrakarsa kegiatan.

D. Metode Analisis Data


Analisis data kesuburan tanah dilakukan dengan cara mengidentifikasikan
kondisi sifat fisik dan kimia tanah dan ditunjang oleh data kedalaman solum
dan pertumbuhan vegetasi di atasnya. Untuk status kesuburan tanah,
identifikasi dilakukan dengan menggunakan kriteria dari Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat, Bogor tahun 1983 ebagaimana disajikan dalam tabel
di bawah ini.
Tabel 3.6 Kriteria Penilaian Status Kesuburan Tanah
Sangat Sangat
Parameter Satuan Rendah Sedang Tinggi
Rendah Tinggi
SIFAT FISIK TANAH
1,00- 2,01- 3,01-
C % <1,00 >5,00
2,00 3,00 5,00
0,10- 0,21- 0,51-
N % <0,10 >0,75
0,20 0,50 0,75
C/N <5 5-10 11-15 16-25 >25
P2O5 HCl mg/100g <10 10-20 21-40 41-60 >60
P2O5 Bray 1 ppm <10 10-25 16-25 26-35 >35
K2O HCl 25% mg/100g <10 10-20 21-40 41-60 >60
KTK (cmol(+)/kg) <5 5-16 17-24 25-40 >40
Susunan Kation :
K (cmol(+)/kg) <0,1 0,1-0,2 0,3-0,5 0,6-1,0 >1,0
Na (cmol(+)/kg) <0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 0,8-1,0 >1,0
Mg (cmol(+)/kg) <0,4 0,4-1,0 1,1-2,0 2,1-8,0 >8,0
Ca (cmol(+)/kg) <2 02-Mei 6-10 11-20 >20
Kejenuhan Basa % <20 20-35 36-50 51-70 >70
Kejenuhan
% <10 10-20 21-30 31-60 >60
Aluminium
Sumber : Pusat Penelitian Tanah, 1983

Tabel 3.7 Satuan Sifat Fisik Tanah


Parameter Satuan
Berat Jenis (g/cm³)
Berat Volume (g/cm³)
Permeabilitas cm/jam
Porositas %
Tekstur :
Pasir %
Debu %
Liat %
Sumber : Pusat Penelitian Tanah, 1983

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 5


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

4. Erosi
A. Jenis data dan Parameter
Data Utama
Parameter yang diukur adalah tingkat erosi pada masing-masing satuan
morfologi lahan atau dalam satu satuan kawasan Sub DAS di wilayah IUP
yang menjadi wilayah studi, dan hasilnya dinyatakan dalam satuan
ton/ha/tahun.
Untuk mendapatkan data erosi tanah, dihitung dengan menggunakan model
USLE, dimana komponen erosi meliputi erosivitas hujan, erodibilitas,
kelerengan (tingkat kelerengan dan panjang lereng), faktor penutupan lahan
dan tindakan konservasi. Untuk mendapatkan nilainilai faktor tersebut maka
diperlukan data sebagai berikut.
 Fakor Erosivitas Hujan
Untuk menghitung nilai erosivitas hujan digunakan rumus Bols (1978).
Data curah hujan yang diperlukan adalah banyaknya curah hujan bulanan,
hari hujan dan curah hujan maksimum rata-rata bulanan dengan rumus :

R = 0,41 x H1,09 ; dengan H = Curah hujan (mm/tahun)

 Faktor Erodibilitas Tanah


Penentuan besarnya nilai K dapat dilakukan dapat juga dengan
menggunakan rumus Wischmeier et al. (1971)

100 K = 1.292[2,1M114(10-4)(12-a)+3,25(b-2)+2,5(c-3)]

dimana:
M = Parameter ukuran butir yang diperoleh dari (% debu + % pasir sangat
halus) (100-% liat)
a = % bahan organik (% C x 1, 724 )
b = kode struktur tanah
c = kode kelas permeabilitas penampang tanah
Data tentang ukuran butiran tanah (tekstur) dilakukan melalui analisis
tekstur tanah di laboratorium (untuk mendapatkan nilai % debu, % pasir
sangat halus, dan % liat).

Selanjutnya untuk data tentang struktur tanah dilakukan dengan


pengamatan dan penetapan di lapangan, kemudian mengklasifikannya ke
dalam kelas struktur tanah sebagaimana disajikan dalam Tabel berikut.
Tabel 3.8 Kelas Struktur Tanah
Kode Klasifikasi struktur
1 Granular sangat halus (1 mm)
2 Granular halus (2 mm)
3 Ganular sedang – kasar ( 1–2 mm) - (5–10 mm)
4 Bentuk blok, plat dan masif
Sumber : Wischmeier dan Smith, 1978

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 6


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

Data tentang permeabilitas tanah ditetapkan melalui analisis laboratorium


terhadap contoh tanah dan ditetapkan dalam satuan cm/jam. Hasil
analisis tersebut diklasifikasikan ke dalam kelas permeabilitas tanah,
sebagaimana disajikan dalam Tabel berikut.
Tabel 3.9 Kelas Permeabilitas Tanah
Kode Klasifikasi struktur
1 Sangat lambat (0,5 cm/jam)
2 Lambat (0,5 - 2 cm/jam)
3 Lambat – sedang (2 – 6,3 cm/jam)
4 Sedang (6,3 – 12,7 cm/jam)
5 Sedang – cepat (12,7 – 25,4 cm/jam)
6 Cepat (> 25,4 cm/jam)
Sumber : Wischmeier dan Smith, 1978
 Fakor Kelerengan
Data klasifikasi lereng yang diperoleh dari salah satu perhitungan di atas
kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kelas sebagaimana disajikan
dalam Tabel berikut.
Tabel 3.10 Klasifikasi Kemiringan Lereng
Kelas
Lereng Kemiringan (%)
Lereng
I Datar 0-3
II Landai 3-8
III Miring 8-15
IV Agak curam 15-30
V Curam 30-45
VI Sangat curam ≥ 45
Sumber : Isa Darma Wijaya (1970)

B. Metode Pengumpulan Data


Data Pendukung
Untuk mendapatkan data untuk perhitungan erosi tanah, maka diperlukan
data tentang :
a) Data curah hujan dan hari hujan merupakan data sekunder yang
diperoleh dari Stasiun BMKG (tahun terakhir, yaitu Tahun 2014/2015).
b) Data tentang tanah (struktur, tekstur, bahan organik dan permeabilitas)
diperoleh dari hasil analisis laboratorium terhadap contoh tanah yang
diambil dari lapangan.
c) Data tentang DAS diperoleh dari Peta DAS diperoleh dari Peta Rupa
Bumi Indonesia Skala 1:50.000.
d) Peta Topografi wilayah DAS dan DAS diperoleh dari Peta Rupa Bumi
Indonesia Skala 1: 50.000.

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 7


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

e) Data tentang tanah (struktur, tekstur, bahan organik dan permeabilitas)


diperoleh dari hasil analisis laboratorium terhadap contoh tanah yang
diambil dari lapangan.
f) Untuk mendapatkan data tentang jenis tanah, diperoleh dari peta jenis
tanah yang bersumber dari peta RBI dari BAKOSURTANAL dengan
skala 1 : 50.000
g) Data tentang tata guna lahan diperoleh dari Dinas Kehutanan dan
Perkebunan, serta dari hasil observasi langsung dan wawancara di
lapangan.
h) Data tentang vegetasi penutupan lahan diperoleh dari peta tutupan
lahan yang diperoleh dari peta RBI dari BAKOSURTANAL dengan skala
1 : 50.000. Terutama Peta Tutupan Lahan dari Cipta Lansat dengan
resolusi 90 meter.
i) Data tentang desain tambang, lay out sarana prasarana tambang dan
fasilitas pendukung lainnya.
j) Data tentang pengelolaan tanah dan tanaman serta tindakan konservasi
yang dilakukan diperoleh dari pengamatan atau observasi langsung di
lapangan.

C. Metode Analisis Data


Data yang diperoleh, baik data primer maupun data sekunder selanjutnya
dianalisis menurut metode USLE. Analisis selanjutnya untuk menentukan
besarnya erosi dilakukan dengan menggunakan rumus persamaan USLE
(Universal Soil Loss Equation) yang dikemukakan oleh Wishchmeier, W.H.
and D.D. Smith (1978) sebagai berikut:

E  R  K  L  S  CP
Dimana :
E = rata-rata erosi tanah tahunan (ton/ha)
R = indeks erosivitas hujan (0.41 x H )
1.09

K = faktor erodibilitas tanah


L = faktor panjang lereng untuk menghitung erosi dibandingkan dengan lereng
yang panjangnnya 22 m
Lo
L , dengan Lo = panjang lereng (m)
22
S = faktor kemiringan lereng untuk menghitung erosi dibandingkan dengan lereng
9%.
( s )1.4
S , dengan s = kemiringan lereng (%)
9
C = faktor pengelolaan tanah untuk menghitung erosi dibandingkan dengan tanah
yang terus menerus terbuka;
P = faktor praktek pengawetan tanah untuk menghitung erosi dibandingkan
dengan tanah tanpa usaha pengawetan

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 8


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

Kemudian diklasifikasikan atas kriteria yang tersedia, dan selanjutnya


digunakan untuk menduga besar kehilangan tanah, atau tingkat bahaya
erosi. Klasifikasi bahaya erosi tanah yang digunakan adalah klasifikasi yang
disusun oleh Departemen Kehutanan (Ministry of Forestry 1998). Klasifikasi
ini digunakan karena Dangler merumuskan klasifikasi ini untuk daerah tropis,
sehingga dianggap cocok untuk daerah studi AMDAL. Berikut disajikan pada
tabel di bawah ini.
Tabel 3.11 Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi Tanah
Jumlah Kehilangan tanah Tingkat Bahaya
No
(ton/ha/th) Erosi
1. < 15 Sangat Rendah
2. 16 – 60 Rendah
3. 61 – 180 Sedang
4. 181 - 480 Tinggi
5. > 480 Sangat Tinggi
Sumber : Departemen Kehutanan (Ministry of Forestry, 1998)

5. Sedimentasi
A. Jenis data dan Parameter
Parameter-parameter yang diukur untuk perluan dalam analisis ini, yaitu
konsentrasi sedimen melayang (concentration of suspended sediment)
disimbolkan sebagai Cs (mg/L) yang juga disebut sebagai Beban Endapan
Layang (BEL) dan laju sedimentasi yang dihitung menggunakan nilai debit
sedimen melayang (discharge of suspended sediment) disimbolkan sebagai
Qs (gr/detik).

B. Metode Pengumpulan Data


Data Pendukung
Data pendukung yang diperlukan adalah data yang digunakan untuk
menghitung nilai Cs atau BEL dan nilai Qs (laju sedimentasi). Untuk
mendapatkan nilai Qs diperlukan data tentang debit limpasan air sungai (Q),
sedangkan untuk mendapatkan nilai Q diperlukan data tentang luas
penampang basah sungai dan kecepatan aliran atau limpasan. Dengan
demikian, data pendukung yang diperlukan adalah :
a) Data tentang Cs diperoleh dari pengukuran lapangan dan laboratorium.
b) Data luas penampang sungai atau Sub DAS dan sub DAS diperoleh
dengan menggunakan planimeter atau pengukuran langsung di
lapangan atau analisis peta.
c) Data debit sungai (Q) diukur dari hasil pengukuran lapangan.

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 9


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

d) Data tentang Beban Endapan Layang (BEL) atau laju sedimentasi


dihitung dari nilai Cs dan Q.
e) Data curah hujan dan hari hujan merupakan data sekunder yang
diperoleh dari Stasiun BMKG.
f) Data tentang tata guna lahan diperoleh dari Dinas Kehutanan dan
Perkebunan, serta dari hasil observasi langsung dan wawancara di
lapangan.
g) Data tentang vegetasi penutupan lahan diperoleh dari peta tutupan
lahan yang diperoleh dari peta RBI dari BAKOSURTANAL dengan skala
1 : 50.000

C. Metode Analisis Data


Perhitungan produksi sedimen (ton/tahun) dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan nilai Sediment Delevery Ratio (SDR), yaitu
sebagai berikut :
Y = E. (SDR). A
Dimana :
Y = Produksi sedimen
E = Erosi tanah rata-rata
SDR = Nisbah pelepasan sedimen
A = Luas lahan

Nilai SDR ditentukan dengan kriteria sebagai berikut:


Tabel 3.12 Hubungan Antara Luas DAS dan Rasio Penghantar Sedimen
No Luas DAS (ha) SDR (%)
1 10,00 53%
2 50,00 39%
3 100,00 35%
4 500,00 27%
5 1.000,00 24%
6 5.000,00 15%
7 10.000,00 13%
8 20.000,00 11%
9 50.000,00 0,85%
10 2.600,66 0,49%
Sumber : SK. No. 346/Menhut-V/2005 (Kriteria Penetapan Urutan Prioritas DAS)

Kategori sedimen melayang diketahui dengan menggunakan standar skala


kualitas lingkungan Kep. Men. KLH No. 2/1988 (Anonim, 1988) yang
disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.13 Kategori Konsentrasi Sedimen Melayang
Konsentrasi Sedimen
Komponen
Sangat Sangat
Lingkungan Berat Sedang Ringan
Berat Ringan
Konsentrasi Sedimen
> 500 250 - 500 100 - 250 0 - 100 0
Melayang Cs (mg/I)
Sumber : Kep. Men. KLH No. 2/1988 (Anonim, 1988)

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 10


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

6. Hidrolgi dan Kualitas Air Permukaan


Hidrologi
A. Jenis data
Debit dan Air Larian (Run Off)
Data sekunder yang dikumpulkan, meliputi: data curah hujan tahun-tahun
terakhir yang diperoleh dari stasiun pengamat terdekat dengan lokasi proyek
dan dari instansi terkait. Selain itu diperlukan data kondisi tanah di lokasi
kegiatan yang mempengaruhi besarnya nilai koefisien surface run-off dan
peta topografi.

B. Lokasi Pengamatan / Pengambilan Sampel


Lokasi pengambilan sampel / pengamatan hidrologi permukaan dilakukan
pada lokasi sungai sebagaimana tabel berikut :
Tabel 3.14 Lokasi Pengambilan Sampel Hidrologi
STA Lokasi Justifikasi Aksesibilitas
A1 Sungai Mewakili Sungai sebagai akumulasi Jalur Darat /
Tualan dampak pencemaran air Sungai
A2 Sungai Bayu Mewakili Sungai sebagai media Jalur Darat /
(Up Stream) persebaran dampak Sungai
A3 Sungai Bayu Mewakili Sungai sebagai media Jalur Darat /
(Down persebaran dampak Sungai
Stream)

C. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data mengenai aspek hidrologi meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi: karakteristik fisik sungai,
pola dan arah aliran sungai, debit air sungai dan mata air (m3/det),
kedalaman air (m), lebar sungai (m).

D. Analisis Data
 Debit Sesaat
Dengan mengetahui luas penampang sungai dan tingkat kecepatan
aliran air, maka dapat didekati besarnya nilai debit air sungai. Debit
aliran sesaat dihitung dengan persamaan yang dikembangkan
Sosrodarsono & Takeda (1987) sebagai berikut.

Q = 0,8 x A x V

Keterangan :
3
Q = Debit Air (m /det)
2
A = Luas Penampang (m )
3
V = Kecepatan Aliran sungai (m /detik)
0,8 = Faktor Koreksi pengukuran kecepatan aliran permukaan sungai.

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 11


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

 Debit Puncak
Untuk menghitung debit puncak diperkirakan dengan menggunakan
Metode Rasional Rasional (U.S. Soil Consevation Service, 1973) adalah
metoda yang digunakan untuk memperkirakan besarnya air
larian puncak (peak runoff). Meodaini relatif mudah digunakan karena
diperuntukkan pemakaian pada DAS berukuran kecil, kurang dari 300 ha
(Goldman et al, 1986) sebagai berikut.

Qp = 0,0028. C. ip. A

Keterangan :
3
Qp = Debit Puncak Aliran Sungai (m /det)
C = Koefisien Air Larian
ip = Intensitas Hujan Maksimum (mm/jam)
2
A = Luas DAS (km )
0,00288 = Konstanta

Kualitas Air
1) Jenis data dan Parameter
Data Utama
Parameter yang wajib yang diukur untuk limbah kegiatan pertambangan
batubara ditetapkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 113 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Batubara, yaitu meliputi nilai pH,
kandungan Fe, Mn dan nilai TSS. Khusus untuk contoh air sungai dan anak
sungai, maka parameter yang diukur selain 4 parameter di atas, ditambah
dengan beberapa parameter yang dianggap penting sesuai dengan Baku
Mutu Kualitas Air Kelas I dan II berdasarkan PP nomor 82 Tahun 2001.
Apabila terdapat air sumur atau sumber mata air maka parameter yang
diukur ditetapkan mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air minum.

Di samping parameter kimiawi air di atas, untuk melihat kualitas air juga
diukur beberapa sifat fisik seperti suhu, warna, bau dan kecerahan.

Data Pendukung
Data pendukung yang diperlukan untuk kelengkapan informasi tentang
kualitas air dalam studi AMDAL ini adalah :
a) Design Settling Pond
b) Peta distribusi sungai yang menggambarkan kondisi luasan sungai dan
anak sungai setempat.
c) Data debit air permukaan sungai (debit sesaat dan debit rencana).

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 12


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

d) Data pendukung lainnya yang terkait dengan kondisi morfometri sungai.


e) Air Sumur di lokasi penduduk sekitar kegiatan (apabila ada)

2) Lokasi Pengamatan / Pengambilan Sampel


Lokasi pengambilan sampel kualitas air permukaan mewakili sungai yang
terkena dampak dari kegiatan sebagaimana tabel berikut:
Tabel 3.15 Lokasi Pengambilan Sampel Kualitas Air Permukaan
STA Lokasi Justifikasi Aksesibilitas
A1 Sungai Mewakili Sungai sebagai akumulasi Jalur Darat /
Tualan dampak pencemaran air Sungai
A2 Sungai Bayu Mewakili Sungai sebagai media Jalur Darat /
(Up Stream) persebaran dampak Sungai
A3 Sungai Bayu Mewakili Sungai sebagai media Jalur Darat /
(Down persebaran dampak Sungai
Stream)

3) Pengumpulan Data
Pengambilan contoh air dari beberapa titik lokasi dilakukan dengan metode
purposive sampling untuk mendapatkan data utama Parameter pokok (kunci
parameter), yaitu sifat kimia air yang meliputi beberapa parameter di atas
dalam rangka menggambarkan tentang kualitas air sungai dan air sumur.
Contoh air diambil secara komposit untuk beberapa titik perwakilan contoh,
disimpan dalam jerigen 2 literan (bila diperlukan diberi pengawet). Pada
masing-masing jerigen diberi kode sampel, jerigen disimpan dalam box
sampel tertutup, untuk selanjutnya dikirimkan ke laboratorium yang sudah
terakreditasi untuk ditetapkan sifat-sifat kimianya. Beberapa dari sifat kimia air
ini harus diukur langsung di lapangan (insitu), seperti pH air, dan kandungan
DO.
Pengukuran dan pengamatan langsung di lapangan (insitu) dilakukan, pada
saat pengambilan contoh air, untuk mengetahui sifat fisik air seperti suhu,
warna, bau dan kecerahan.

4) Metode Analisis Data


Data hasil pengujian laboratorium dibandingkan dengan baku mutu air kelas II
sebagaimana yang tercantum pada Lampiran I Peraturan Pemerintah Nomor
82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air, Kepmen LH No. 113 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air
Limbah Kegiatan Penambangan Batubara pada Tabel berikut.

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 13


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

Tabel 3.16 Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Penambangan Batubara

Parameter satuan Baku Mutu


pH - 6-9
Residu Tersuspensi mg/l 400
Besi (Fe) Total mg/l 7
Mangan (Mn) Total mg/l 4
Sumber : Kepmen LH No. 113 Tahun 2003

Tabel 3.17 Kriteria Baku Mutu Air Berdasarkan Kelas


Baku Mutu Kelas
Parameter Satuan
I II
FISIKA
O
 Temperatur C
 Residu Terlarut mg/l 1.000 1.000
 Residu Tersuspensi mg/l 50 50
KIMIA ORGANIK
 pH - 6-9 6-9
 TDS mg/l
 BOD5 mg/l 2 3
 COD mg/l 10 25
 DO (Dissolved Oxygen) mg/l 6 4
 PO4 (Total Fosfat) mg/l 0,2 0,2
 NO3 (Nitrat) mg/l 10 10
 NH3-N (Amoniak)_ mg/l 0,5 -
 AS (Arsen) mg/l 0,05 1
 Cd (Kadmium) mg/l 0,01 0,01
 CR (Khromium VI) mg/l 0,05 0,05
 Cu (Tembaga) mg/l 0,02 0,02
 Fe (Besi) mg/l 0,3 -
 Pb (Timbal) mg/l 0,03 0,03
FISIKA
 Mn (Mangan) mg/l 0,1 0
 Hg (Air Raksa) mg/l 0,001 0,002
 NO2 (Nitrit) mg/l 0,06 0,06
 H2SO4 (Sulfat) mg/l 400 -
 H2S (Belerang) mg/l 0,002 0,002
MIKROBIOLOGI
 Fecal Coliform Jml/100 100 1.000
ml
KIMIA ORGANIK
 Minyak & Lemak ug/l 1.000 1.000
 Detergen sebagai MBAS ug/l 200 200
Sumber : Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001

Selain membandingkan baku mutu juga digunakan penentuan status mutu


air dengan metode indeks pencemaran. Indeks ini dinyatakan sebagai Indeks
Pencemaran yang digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif
terhadap parameter kualitas air yang diizinkan. Indeks Pencemaran (PI)
ditentukan untuk suatu peruntukan, kemudian dapat dikembangkan untuk

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 14


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

beberapa peruntukan bagi seluruh bagian badan air atau sebagian dari suatu
sungai.

3.1.2. Komponen Biologi


1. Flora (Vegetasi)
A. Jenis Data dan Parameter
Data Utama
Pendekatan tipe-tipe vegetasi dilakukan untuk mengetahui zona
biogeoklimatik vegetasi alami. Dengan demikian dapat ditentukan vegetasi
apa saja yang terdapat di dalam areal studi. Identifikasi jenis vegetasi dan
ekosistemnya yang dilindungi dilakukan secara langsung di lapangan dengan
mengacu antara lain pada peraturan perundangan yang berlaku. Keunikan
vegetasi dan ekosistem akan diobservasi secara langsung di lapangan pada
saat pengumpulan data. Yang diukur hanya berupa inventarisasi jenis untuk
vegetasi budidaya. Pengukuran akan dilakukan terhadap beberapa
parameter untuk mengetahui vegetasi alami seperti semak belukar dan
hutan.
Data Pendukung
- Data tutupan lahan (Peta tutupan lahan)
- Rencana kerja Pembukaan / Pembersihan lahan (luas area, lokasi dan
periode kegiatan).

B. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data vegetasi akan dilakukan baik secara langsung maupun
melalui penelusuran data sekunder dan studi wawancara dengan tokoh
masyarakat (indepth interview).

C. Lokasi Pengamatan / Pengambilan Sampel


Pengamatan dilakukan pada rencana lokasi kegiatan pertambangan
batubara PT. Aldy Surya Gemilang berdasarkan jenis tutupan lahan yang
berada di lokasi studi maupun pencitraan terhadap lokasi kegiatan.

D. Analisis Data
Data hasil pengamatan jenis dan jumlah flora di analisis dengan
menggunakan tabulasi serta status flora tersebut.

E. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan antara lain Alat tulis, kamera dokumentasi dan studi
literatur serta pengamatan dan telaahan terhadap peta tutupan lahan.

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 15


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

2. Fauna (Satwa)
A. Jenis data dan Parameter
Parameter yang diteliti terhadap fauna darat meliputi jenis - jenis fauna darat
(satwa liar) yang dilindungi.
Data Utama
Jenis Fauna
Data Pendukung
Kawasan Sempadan Sungai sebagai ruang koridor satwa

B. Lokasi Pengamatan / Pengambilan Sampel


Lokasi Pengamatan dilakukan pada rencana lokasi kegiatan alang
berdasarkan jenis tutupan lahan yang berada di lokasi studi.

C. Metode Pengumpulan Data


Pengamatan satwa liar dilakukan berdasarkan pertemuan langsung di
lapangan dan tidak langsung (jejak, sarang, kotoran, bulu dan bekas yang
ditinggalkan). Selain itu juga dilakukan wawancara (indepth interview)
dengan masyarakat yang sehari-hari beraktivitas atau tinggal dalam wilayah
studi untuk mengetahui jenis-jenis satwa liar yang terdapat di lokasi studi dan
gambaran mengenai jenis. Identifikasi spesies mamalia dilakukan dengan
menggunakan buku panduan lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah,
Serawak dan Brunei Darussalam. Buku Panduan Lapangan burung-burung
di Kalimantan, Sumatera, Jawa dan Bali digunakan untuk mengidentifikasi
jenis aves yang ada.

D. Metode Analisis Data


Jenis fauna di analisis dengan menggunakan tabulasi sederhana serta status
fauna / satwa tersebut.

E. Alat dan Bahan


Alat tulis, kamera dokumentasi / drone dan studi literatur serta pengamatan
dan telaahan terhadap peta tutupan lahan.

3. Biota Air
A. Jenis data dan Parameter
Data Utama
Kelimpahan jenis, keanekaragaman jenis, keseragaman jenis, dan dominasi
jenis masing-masing untuk plankton, benthos, sedangkan untuk nekton
dengan mengidentifikasi jenis nekton (ikan).

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 16


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

Data Pendukung
Hasil prakiraan dampak penurunan kualitas air pada komponen geofisik-
kimia.

B. Metode Pengumpulan Data


Plot pengambilan contoh plankton sama dengan plot pengambilan contoh
kualitas air yaitu secara Purposive. Pengambilan contoh plankton dilakukan
dengan cara menyaring air sungai dengan Plankton net (Mesh Size = 20 µm)
dan volume air yang disaring sebanyak 10 liter.
Pengambilan contoh Makrobenthos dilakukan dengan cara mengambil
substrat dasar perairan dengan alat Ekman Grab (untuk dasar perairan yang
berlumpur) atau menggunakan Jala Surber (untuk perairan yang berbatu
atau berpasir).
Contoh plankton diawetkan dengan larutan LUGOL (1:100) dan
Makrozoobenthos yang diambil dan dimasukkan ke dalam kantong plastik
hitam. Setelah disaring, organisme Benthos diawetkan dengan formalin 10%.
Identifikasi plankton dengan literatur dari beberapa author : Davis (1955),
Nedham and Nedham (1963), Mizuno (1964) dan Prescott (1970). Sedang
benthos yaitu Edmonsond (1959) dan Pennack (1978). Sampel diambil dari
DAS atau Sub-DAS yang ada di lokasi.
Sedangkan untuk Jenis-jenis nekton atau ikan yang terdapat di sungai
dikoleksi dari tangkapan penduduk serta dilakukan penelusuran dan
wawancara dengan penduduk di sekitar areal proyek dan studi pustaka.

C. Metode Analisis Data


Beberapa persamaan matematis yang digunakan untuk menganalisis data
yaitu :
Kelimpahan
Kelimpahan jenis plankton dihitung menggunakan persamaan :

Jumlah kelimpahan organisme benthos dihitung menggunakan persamaan


sebagai berikut.

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 17


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

Indeks Keragaman
Keragaman jenis benthos dan plankton dihitung dengan Indeks Shanon-
Wiener (Margalef dalam Krebs, 1985) yaitu :

Indeks Keseragaman Jenis


Keseragaman jenis benthos dan plankton dihitung menggunakan persamaan
Margalef dalam Krebs (1985):

Indeks Dominansi
Indeks Dominansi (D) dihitung dengan Metoda Odum (1971) dengan rumus :

Dominansi merupakan gambaran jenis biota yang paling banyak dijumpai.


Jenis yang paling banyak ini dapat menentukan atau paling mengendalikan

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 18


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

jenis yang lain (Odum, 1971). Makin tinggi indeks dominansi berarti pada
ekosistem perairan tersebut terdapat spesies yang dominan.
Data hasil perhitungan dan analisis tentang kelimpahan, indek keragaman
dan indek keseragaman serta indek dominasi jenis biota perairan selanjutnya
dikonversi ke dalam bentuk skala kualitas lingkungan sebagaimana disajikan
dalam Tabel berikut:

Tabel 3.18 Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, Dominasi dan


Komposisi Jenis Biota Air
Skala Penilaian
1 2 3 4 5
No Parameter
Sangat Sangat
Buruk Sedang Baik
Buruk Baik
Indeks
1 <0,5 0,5-1,4 1,5-1,9 2,0-3,0 >3,0
Keanekaragaman (H')
Indeks Keseragaman
2 0,0-0,2 0,3-0,4 0,5-0,6 0,7-0,8 0,9-1,0
(E)
3 Indeks Dominasi (D) 0,9-1,0 0,7-0,8 0,5-0,6 0,3-0,4 0,0-0,2
4 Komposisi Jenis <2 Jenis 2-3 Jenis 3-4 Jenis 5-6 Jenis >6 Jenis
Kelimpahan 8,51-17,0 17,1-25,5 25,51-34
5 <8,5 ind/l >34 ind/l
Phytoplankton ind/l ind/l ind/l
Kelimpahan 180-362 363-542 543-722
6 <179 ind/l 125 ind/l
Zooplankton ind/l ind/l ind/l
51-74 75-99 100-124 125
7 Kelimpahan Benthos <50 ind/m³
ind/m³ ind/m³ ind/m³ ind/m³
Sumber : Fandeli, C, 1992

D. Lokasi Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel biota perairan dilakukan bersamaan pada saat
pengambilan sampel air permukaan yang dimana sungai tersebut
berhubungan langsung dengan rencana lokasi pertambangan batubara PT.
Aldy Surya Gemilang.
Tabel 3.19 Lokasi Pengambilan Sampel Biota Air
STA Lokasi Justifikasi Aksesibilitas
A1 Sungai Mewakili Sungai sebagai akumulasi Jalur Darat /
Tualan dampak pencemaran air Sungai
A2 Sungai Bayu Mewakili Sungai sebagai media Jalur Darat /
(Up Stream) persebaran dampak Sungai
A3 Sungai Bayu Mewakili Sungai sebagai media Jalur Darat /
(Down persebaran dampak Sungai
Stream)

E. Alat dan Bahan


Alat dan bahan pengumpulan data meliputi Ekman grab, Plankton Net, Lugol,
Wadah Sampel, formalin, kertas lak ban, spidol besar, GPS.

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 19


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

3.1.3. Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya


Metode pengumpulan dan analisis data untuk menentukan dampak
penting hipotetik terhadap komponen sosial mengacu pada Keputusan Kepala
BAPEDAL Nomor Kep-299/11/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek
Sosial Dalam Penyusunan AMDAL.
Data yang diperlukan meliputi data primer dan data sekunder. Area
studi komponen sosial adalah pada Desa Wilayah studi yakni Desa
Parenggean, Manjalin, Kabuau Kecamatan Parenggean dan Desa Pelantaran
Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi
Kalimantan Tengah.
Unit analisis dalam studi ini adalah desa sebagai wilayah administrasi
terkecil, sedang pendekatan dilakukan dengan teknik purposive sampling baik
untuk menetapan area yang kemungkinan terkena dampak maupun
penentuan key informan sebagai elemen analisis yang akan terkena risiko
dampak.
Adapun kriteria penetapan sampel area lokasi kajian dan penetuan
kriteria key informan adalah sebagai berikut:
1) Tapak Proyek
Lokasi administrasi desa, yakni bagian dari lokasi yang terkena dampak.
2) Kriteria key informan
 Warga yang telah mengikuti sosialisasi dan Konsultasi Publik Amdal.
 Tokoh-tokoh masyarakat dalam wilayah yang terkena dampak dari
proyek.
 Perwakilan tokoh agama terhadap rencana kegiatan.
 Perwakilan Lembaga Swadaya Masyarakat.
 Masyarakat yang benar-benar dapat memberikan informasi yang
akurat.

Kegiatan pengumpulan data primer dan data sekunder yang bersifat


kuantitatif maupun kualitatif dilakukan dengan teknik survei. Survei data primer
merupakan teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara
mendalam (indepth interview), survei, pencatatan dan visualisasi kondisi Rona
Lingkungan Awal Lingkungan secara langsung di rencana tapak proyek untuk
memperoleh data atau informasi mengenai keadaan sebenarnya dengan
tujuan untuk mengetahui fakta dan kondisi faktual di lapangan. Instrumen
survei data primer dilakukan dengan observasi dan wawancara mendalam
(indepth interview) dengan tokoh kunci (key informan).

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 20


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

a) Observasi
Observasi yang digunakan untuk mengetahui keadaan eksisting kawasan
studi, meliputi kondisi fisik, sarana dan prasarana dan permasalahan yang
terjadi. Dari hasil observasi visual dapat diketahui karakteristik wilayah
studi untuk mengidentifikasi karakteristik kawasan secara langsung.

b) Wawancara dengan Key Informan


Sasaran key informan adalah responden yang ditetapkan dengan metoda
purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut : terdiri dari warga
yang diperkirakan akan terkena dampak dari rencana kegiatan
pembangunan teminal khusus dan jalan nangkut batubara PT. Aldy Surya
Gemilang, masyarakat biasa, dan tokoh masyarakat (formal dan informal)
atau lembaga swadaya masyarkat yang terpilih dapat mewakili setiap
kelompok tertentu yang terpilih, yang mana pembagian kelompok
berdasarkan kelompok-kelompok yang sudah ada di lokasi sampling.

Selain itu juga dilibatkan narasumber yang diwawancarai dengan teknik


wawancara mendalam (indepth interview) untuk menggali lebih dalam
permasalahan yang sensitif dan kompleks.

Teknik ini digunakan untuk mengkaji informasi dan gagasan kritis secara
intens dengan sasaran tokoh kunci (key person) baik tokoh formal
maupun non formal. Instrumen wawancara yang digunakan adalah daftar
pertanyaan terbuka yang tidak terstruktur.

c) Koesioner
Ukuran dari sampel yang akan dijadikan obyek penelitian ditentukan
dengan pendekatan rumus Slovin dengan persentase sampling error yang
ditolerir 8% terhadap jumlah penduduk / KK Desa studi (Desa
Parenggean, Manjalain, Kabuau dan Pelantaran). Berdasarkan
pendekatan tersebut, maka jumlah sampel ditetapakan sebanyak 155
orang. Jumlah sampel pada masing-masing kelompok ditetapkan
proposional sesuai dengan jumlah penduduk (KK). Data dinyatakan dalam
bentuk prosentase (%) terhadap masing-masing aspek yang ditanyakan

d) Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif
dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh
subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 21


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

e) Studi literatur
Studi literatur adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi
penelaahan terhadap buku-buku, litertur-literatur, catatan-catatan, dan
laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang
dipecahkan. Terutama sub komponen sosial demografi dan sosial
ekonomi yang bisa diperoleh dari BPS kecamatan atau BPS kabupaten.

1. Kesempatan Kerja dan Berusaha


A. Parameter yang Diukur
Parameter Kesempatan Kerja dan berusaha yang diteliti adalah : Jumlah
penduduk dan sex ratio, Jumlah rumah tangga dan ukuran keluarga, angka
beban ketergantungan, tingkat pertumbuhan penduduk, tingkat kepadatan,
men land ratio, mata pencaharian.

B. Lokasi Pengumpulan Data


Lokasi pengamatan meliputi Desa wilayah studi yakni Desa Parenggean,
Manjalin, Kabuau Kecamatan Parenggean dan Desa Pelantaran Kecamatan
Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan
Tengah.

C. Metode pengumpulan data


Data kependudukan meliputi data sekunder dan primer. pengumpulan data
sekunder akan diambil berupa data sekunder tahun terbaru yang tersedia
pada Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotawaringin TImur. Sedangkan
pengumpulan data primer dilakukan dengan cara pendekatan dan
wawancara langsung kepada key informan (indepth interview).

D. Metode analisis data


Metode analisis data kependudukan yang bersifat kuantitatif akan dilakukan
dengan analisis data statistik. sedangkan data yang bersifat kualitatif akan di
tabulasi sederhana dan analisis deskriptif berdasarkan analisis isi (content
analysis).

2. Pendapatan Masyarakat
A. Parameter yang Diukur
Parameter aspek sosial-ekonomi yang akan diteliti meliputi :
 Pendapatan Perkapita
 Angka laju pertumbuhan ekonomi,
 Sarana perekonomian

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 22


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

 Pendapatan dan pengeluaran rumah tangga.

B. Lokasi Pengumpulan Data


Lokasi pengamatan meliputi Desa wilayah studi yakni Desa Parenggean,
Manjalin, Kabuau Kecamatan Parenggean dan Desa Pelantaran Kecamatan
Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan
Tengah.

C. Metode pengumpulan data


Pengumpulan data sosial-ekonomi dilakukan melalui data sekunder dan data
primer. Data sekunder meliputi data monografi, data statistik melalui instansi
tekait sedangkan data primer akan diperoleh dengan cara wawancara secara
langsung terhadap masyarakat (indepth interview).

D. Metode analisis data


Metode analisis data kependudukan yang bersifat kuantitatif akan dilakukan
dengan analisis data statistik. sedangkan data yang bersifat kualitatif akan di
tabulasi sederhana dan analisis deskriptif berdasarkan analisis isi (content
analysis).

3. Sikap dan Persepsi Masyarakat


A. Parameter yang Diukur
Parameter sosial-budaya yang akan diteliti:
 Kebudayaan masyarakat setempat yang menyangkut adat istiadat; nilai
dan norma budaya.
 Pranata sosial masyarakat di bidang pendidikan, agama, kepemimpinan
lokal dan kohesi sosial
 Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan.

B. Lokasi Pengumpulan Data


Lokasi pengamatan meliputi Desa wilayah studi yakni Desa Parenggean,
Manjalin, Kabuau Kecamatan Parenggean dan Desa Pelantaran Kecamatan
Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan
Tengah.

C. Metode pengumpulan data


Pengumpulan data sosial-budaya dilakukan melalui data sekunder dan data
primer. Data sekunder diperoleh dari hasil-hasil penelitian sosial budaya
yang pernah dilakukan serta buku-buku referensi yang menunjang penelitian
ini. Data primer akan diperoleh melalui penelitian di lapangan. Metode

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 23


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

penelitian yang dilakukan merupakan penggabungan antara metode


penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Secara kualitatif data
akan diperoleh melalui observasi/pengamatan di lapangan dan wawancara
mendalam (indepth interview) menggunakan pedoman wawancara terhadap
beberapa responden kunci yang terpilih.

D. Metode analisis data


Metode analisis data bersifat kualitatif akan di analisis secara deskriptif.

3.1.4. Komponen Kesehatan Masyarakat


A. Jenis data dan Parameter
Data yang diamati meliputi
 Pola penggunaan air bersih, Kondisi mandi cuci kakus (MCK),
Pengelolaan sampah (untuk parameter sanitasi lingkungan)
 Jenis penyakit yang timbul (untuk parameter Gangguan Kesehatan).

B. Metode Pengumpulan Data


Data diperoleh dari data sekunder dan pengamatan langsung di lapangan.
Sumber data sekunder utama adalah Puskesmas/Posyandu/Pustu (dari
Puskesmas setempat yaitu berupa data 10 penyakit terbanyak dan data
petugas kesehatan), serta dokumen atau sumber pustaka lain (BPS
Kabupaten / Kecamatan) yang dapat dipertanggung jawabkan. sedangkan
data primer diperoleh melalui wawancara dengan panduan kuesioner,
wawancara secara mendalam (indepth interview) serta observasi di lokasi
pemukiman penduduk di sekitar area rencana kegiatan PT. Aldy Surya
Gemilang.

C. Lokasi Pengamatan / Pengambilan Sampel


Lokasi pengamatan meliputi Desa wilayah studi yakni Desa Parenggean,
Manjalin, Kabuau Kecamatan Parenggean dan Desa Pelantaran Kecamatan
Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan
Tengah.

D. Metode Analisis
Analisis dilakukan berdasarkan hasil tabulasi dari data yang bersifat Deskriftif
kuantitatif / kualitatif.

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 24


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

3.2. Metode Prakiraan Dampak Penting


3.2.1. Metode Prakiraan Besaran Dampak
Penelaahan terhadap prakiraan besaran dan pentingnya dampak yang
ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan pertambangan batubara PT. Aldy
Surya Gemilang dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi dengan
kualitas lingkungan kegiatan pembangunan pertambangan batubara PT. Aldy
Surya Gemilang berlangsung baik pada tahap prakonstruksi, konstruksi
maupun pasca konstruksi / operasional serta dampak bersifat langsung dan
ikutan untuk berbagai komponen lingkungan terutama pada komponen
lingkungan yang termasuk pada DPH

1) Erosi
Erosi dilakukan dengan menggunakan rumus persamaan USLE
(Universal Soil Loss Equation) yang dikemukakan oleh Wishchmeier,
W.H. and D.D. Smith (1978) sebagai berikut:

E  R  K  L  S  CP
Dimana :
E = rata-rata erosi tanah tahunan (ton/ha)
R
1.09
= indeks erosivitas hujan (0.41 x H )
K = faktor erodibilitas tanah
L = faktor panjang lereng untuk menghitung erosi dibandingkan dengan
lereng yang panjangnnya 22 m
Lo
L , dengan Lo = panjang lereng (m)
22
S= faktor kemiringan lereng untuk menghitung erosi dibandingkan dengan
lereng 9%.
( s )1.4
S , dengan s = kemiringan lereng (%)
9
C = faktor pengelolaan tanah untuk menghitung erosi dibandingkan
dengan tanah yang terus menerus terbuka;
P = faktor praktek pengawetan tanah untuk menghitung erosi
dibandingkan dengan tanah tanpa usaha pengawetan

2) Sedimentasi
Perhitungan produksi sedimen (ton/tahun) dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan nilai Sediment Delevery Ratio (SDR), yaitu
sebagai berikut :
Y = E. (SDR). A
Dimana :
Y = Produksi sedimen
E = Erosi tanah rata-rata
SDR = Nisbah pelepasan sedimen
A = Luas lahan

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 25


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

3) Kaulitas Air Permukaan


Penentuan status mutu air dengan metode indeks pencemaran. Indeks ini
dinyatakan sebagai Indeks Pencemaran yang digunakan untuk
menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air
yang diizinkan. Indeks Pencemaran (PI) ditentukan untuk suatu
peruntukan, kemudian dapat dikembangkan untuk beberapa peruntukan
bagi seluruh bagian badan air atau sebagian dari suatu sungai. Evaluasi
terhadap nilai pollution index (PI) adalah :

Keterangan :
PI = Indeks pencemaran
(Ci/Lij)M = Nilai maksimum dari Ci/Lix
(Ci/Lij)R = Nilai rata-rata dari Ci/Lix

Penilaian Ahli (Profesional Judgment)


Beberapa parameter lingkungan diprakirakan dengan pendekatan
penilaian para ahli (profesional judgment) atau pemedekatan informal di
sajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.20 Metoda Pendekatan Informal yang Digunakan
Komponen/Parameter
No Pendekatan Informal yang digunakan
Lingkungan
1. Kualitas Air Literatur/Analogi/Profesional Judgement
2. Flora Literatur/Analogi/Profesional Judgement
3. Fauna Literatur/Analogi/Profesional Judgement
4. Biota Air Literatur/Analogi/Profesional Judgement
5. Kesempatan Kerja dan Berusaha Literatur/Profesional Judgement
6. Pendapatan Masyarakat Literatur/Profesional Judgement
7. Sosial Budaya Literatur/Profesional Judgement
Sumber : Tim Studi, 2017

3.2.2. Metode Prakiraan Sifat Penting Dampak


Prakiraan dampak penting terhadap parameter lingkungan dilakukan
dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 22 ayat
(2):
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak
2. Luas wilayah persebaran dampak
3. Intensitas dampak dan lamanya dampak berlangsung
4. Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak
5. Sifat kumulatif dampak
6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak dan /atau

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 26


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi.

Kriteria penetapan tingkat kepentingan dampak adalah sebagai berikut:


1. Jika jumlah kriteria P (penting) ≥ 4, prakiraan dampak adalah penting.
2. Jika jumlah kriteria P (penting) ≤ 3 tetapi jika salah satu P merupakan
kriteria jumlah manusia yang terkena dampak maka prakiraan dampak
adalah penting.
3. Jika jumlah P ≤ 3 dan bukan termasuk kriteria jumlah manusia yang
terkena dampak maka prakiraan dampaknya adalah tidak penting.

Penjelasan tentang kriteria dampak penting disajikan dalam bentuk


kategorisasi tingkat kepentingan dampak sebagai berikut.
1. Untuk Jumlah Manusia yang akan Terkena Dampak
a. Kriteria P apabila terdapat sekitar > 25% dari jumlah penduduk yang
terkena dampak.
b. Kriteria TP apabila < 25% dari jumlah penduduk yang terkena
dampak.
2. Luas Wilayah Persebaran Dampak
a. Kriteria P apabila luas dampak > 25% dari luas wilayah studi, karena
setidak-tidaknya di daerah tersebut dalam luasan 25% dari luas
wilayah studi pemanfaatan ruang cukup beragam sehingga tingkat
kepentingannya tinggi, maka dampaknya sudah dianggap penting.
b. Kriteria TP apabila luas dampak < 0,25 kali luas wilayah studi.
3. Intensitas dan Lamanya Dampak Berlangsung
a. Kriteria P apabila intensitasnya sama atau lebih besar daripada
ambang batas baku mutu dan atau dampak berlangsung tidak hanya
sesaat.
b. Kriteria TP apabila intensitasnya rendah (di bawah ambang batas
baku mutu dan dampaknya berlangsung hanya sesaat).
4. Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak
a. Kriteria P apabila ada komponen lain yang terkena dampak.
b. Kriteria TP apabila tidak ada komponen lain yang terkena dampak.
5. Sifat kumulatif dampak
a. Kriteria P apabila dampak akan terakumulasi.
b. Kriteria TP apabila dampak tidak akan terakumulasi.
6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
a. Kriteria P apabila dampak tidak berbalik.

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 27


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

b. Kriteria TP apabila dampak berbalik.


7. Kriteria lain sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Kriteria TP Karena masih terbatasnya ilmu pengetahuan dan teknologi
maka kriteria ini tidak dimasukan dalam perhitungan sifat penting dampak.

3.3. Metode Evaluasi Secara Holistik Terhadap Dampak Lingkungan


Evaluasi dampak penting studi ANDAL dari kegiatan pembangunan
pertambangan batubara PT. Aldy Surya Gemilang, dilakukan dengan
menelaah keterkaitan dan interaksi seluruh dampak penting hipotetik (DPH)
dalam rangka penentuan karakteristik dampak rencana usaha dan/atau
kegiatan secara total terhadap lingkungan hidup. Metode evaluasi dampak
yang akan digunakan adalah Matrik Sederhana. Evaluasi ini dilakukan
dengan pertimbangan segi kuantitatif dan kualitatif dengan menghubungkan
setiap dampak, maka dilakukan dengan membuat tabulasi sederhana uraian
yang bersifat holistik.
Berdasarkan hasil telaahan keterkaitan dan interaksi dampak penting
hipotetik (DPH) tersebut dapat diperoleh informasi antara lain sebagai
berikut:
a) Bentuk hubungan keterkaitan dan interaksi DPH beserta karakteristiknya
antara lain seperti frekuensi terjadi dampak, durasi dan intensitas
dampak, yang pada akhirnya dapat digunakan untuk menentukan sifat
penting dan besaran dari dampak-dampak yang telah berinteraksi pada
ruang dan waktu yang sama.
b) Komponen-komponen rencana usaha dan/atau kegiatan yang paling
banyak menimbulkan dampak lingkungan.
c) Area-area yang perlu mendapat perhatian penting (area of concerns)
beserta luasannya, antara lain sebagai contoh seperti:
1) Area yang mendapat paparan dari beberapa dampak sekaligus dan
banyak dihuni oleh berbagai kelompok masyarakat;
2) Area yang rentan atau rawan bencana yang paling banyak terkena
berbagai dampak lingkungan; dan/atau
3) Kombinasi dari area sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf
b atau lainnya

Berdasarkan dari evaluasi setiap parameter lingkungan yang terkena


dampak dengan tingkat dampak besar dan derajat pentingnya dampak,
selanjutnya melakukan telahaan atas berbagai opsi pengelolaan dampak
lingkungan yang mungkin dilakukan, ditinjau dari ketersediaan opsi

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 28


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

pengelolaan terbaik (best available technology), kemampuan pemrakarsa


untuk melakukan opsi pengelolaan terbaik (best achievable technology) dan
relevansi opsi pengelolaan yang tersedia dengan kondisi lokal. Dari hasil
telaahan ini, penyusun dokumen ANDAL dapat merumuskan arahan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang menjadi dasar bagi
penyusunan RKL-RPL yang lebih detail atau rinci dan operasional.

Berdasarkan informasi tersebut di atas (hasil telahaan keterkaitan


daninteraksi dampak lingkungan atau dampak penting hipotetik, alternatif
terbaik, arahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan), pemrakarsa/
penyusun dapat menyimpulkan atau memberikan pernyataan kelayakan
lingkungan hidup atas rencana usaha dan/ataukegiatan yang dikaji, dengan
mempertimbangkan kriteria kelayakan antara lain sebagai berikut:
a) Rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
b) Kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
serta sumber daya alam yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
c) Kepentingan pertahanan keamanan.
d) Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak
dari aspek biogeofisik kimia, sosial, ekonomi, budaya, tata ruang, dan
kesehatan masyarakat pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi,
dan pasca operasi Usaha dan/atau Kegiatan.
e) Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting sebagai
sebuah kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi sehingga
diketahui perimbangan dampak penting yang bersifat positif dengan
yang bersifat negative.
f) Kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggung jawab
dalam menanggulanggi dampak penting negatif yang akan ditimbulkan
dari Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan dengan pendekatan
teknologi, sosial, dan kelembagaan.
g) Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menganggu nilai-nilai sosial
atau pandangan masyarakat (emic view).
h) Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau
mengganggu entitas ekologis yang merupakan.
1) entitas dan/atau spesies kunci (key species);
2) memiliki nilai penting secara ekologis (ecological importance);
3) memiliki nilai penting secara ekonomi (economic
importance);dan/atau

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 29


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

4) memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific importance).


i) Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menimbulkan gangguan
terhadap usaha dan/atau kegiatan yang telah berada di sekitar rencana
lokasi usaha dan/atau kegiatan.
j) Tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
dari lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan, dalam hal terdapat
perhitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan dimaksud.

3.4. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup


Telaahan dilakukan dengan menggunakan diagram alir dampak hasil
prediksi dampak yang pokok-pokok komponennya akan digunakan untuk
memverifikasi matrik interaksi antara komponen kegiatan dan komponen
lingkungan (Matriks Sederhana) sehingga dapat dievaluasi secara jelas
kelompok dampak penting primer dan kelompok dampak penting ikutan:
dampak sekunder, tersier, dst, serta biang penyebab terjadinya dampak
(causal agents). Hasil evaluasi ini disajikan sebagai dasar untuk menentukan
dampak penting yang harus dikelola (Arahan RKL) dan dipantau (Arahan
RPL).

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 30


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

Tabel 3.21 Ringkasan Metode Studi


Dampak Metode Analisis
Data dan Informasi yang Metode Pengumpulan Metode Evaluasi
No Penting Metode Prakiraan Dampak Data untuk
Relevan dan Dibutuhkan Data untuk Prakiraan (secara keseluruhan)
Hipotetik Prakiraan
Komponen Geo Fisik - Kimia
1. Erosi sebagai - Analogi/Penilaian Profesional a. Data curah hujan dan a. Data sekunder dari a. Hasil Menggunakan metode
akibat dari Jugment hari hujan BMKG perhitungan bagan alir metode ini
kegiatan - Menggunakan persamaan USLE b. Koefisien air larian per b. Observasi dibandingkan digunakan untuk
pembukaan dan A = R.K.L.S.C.P jenis bukaan lahan dengan skala PP menelaah hubungan
pembersihan (untuk area terbuka dan No. 150 Tahun holistik antar seluruh
lahan tidak terbuka) 2000 dampak
(Land Clearing) c. Hasil analisis
laboratorium terhadap
struktur, tekstur, bahan
organik dan
permeabilitas tanah
d. Jenis tanah
e. Data topografi
kelerengan
2. Sedimentasi - Analogi/Penilaian Profesional a. Data luasan DAS a. Data sekunder dari a. Kep. Men. KLH Menggunakan metode
sebagai dampak Jugment b. Debit Sungai BMKG No. 2/1988 bagan alir metode ini
turunan dari - Menggunakan persamaan USLE b. Observasi (Anonim, 1988) digunakan untuk
dampak erosi SD = A x SDR menelaah hubungan
akibat dari holistik antar seluruh
kegiatan dampak
pembukaan dan
pembersihan
lahan
(Land Clearing)
3. Kualitas Air - Analogi/Penilaian Profesional a. Data hasil analisis c. Survey lapangan a. Metode analisis Menggunakan metode
Permukaan Jugment pengukuran insitu untuk pengukuran komparatif, yaitu bagan alir metode ini
sebagai dampak - Indeks Pencemaran / Polutan lapangan insitu dan membandingkan digunakan untuk
turunan dari Indeks (PI) b. Data hasil analisis pengambilan sampel data hasil menelaah hubungan
dampak erosi laboratorium prakiraan holistik antar seluruh
dan sedimentasi kualitas air dampak

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 31


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

Dampak Metode Analisis


Data dan Informasi yang Metode Pengumpulan Metode Evaluasi
No Penting Metode Prakiraan Dampak Data untuk
Relevan dan Dibutuhkan Data untuk Prakiraan (secara keseluruhan)
Hipotetik Prakiraan
akibat dari setelah ada
kegiatan proyek dengan
pembukaan dan baku mutu air :
pembersihan  Peraturan
lahan Pemerintah
(Land Clearing Nomor 82
Tahun 2001
 Kepmen-LH
No. 113 Tahun
2003
Komponen Biologi
1. Flora - Literatur/Analogi/Penilaian a. Hasil perhitungan a. Observasi/ a. Analisis Menggunakan metode
Profesional Jugment Kerapatan pengamatan Deskriptif secara bagan alir metode ini
Keanekaragaman dan lapangan dan Kualitatif digunakan untuk
dominasi wawancara menelaah hubungan
b. Data jenis dengan holistik antar seluruh
menggunakan buku dampak
identifikasi
2. Fauna - Literatur/Analogi/Penilaian a. Data jenis dengan a. Observasi/ a. Analisis Menggunakan metode
Profesional Jugment menggunakan buku pengamatan Deskriptif secara bagan alir metode ini
identifikasi lapangan dan Kualitatif digunakan untuk
b. Data jenis satwa yang wawancara menelaah hubungan
dilindungi holistik antar seluruh
dampak
3. Biota Air - Penilaian Profesional Jugment a. Data jenis dengan a. Observasi/ a. Membandingkan Menggunakan metode
menggunakan buku pengamatan indeks bagan alir metode ini
identifikasi lapangan dan keaneragaman digunakan untuk
b. Data jumlah individu per wawancara dan menelaah hubungan
satuan volume air keseragaman holistik antar seluruh
jenis biota air dampak
hasil prakiraan
dengan indeks

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 32


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

Dampak Metode Analisis


Data dan Informasi yang Metode Pengumpulan Metode Evaluasi
No Penting Metode Prakiraan Dampak Data untuk
Relevan dan Dibutuhkan Data untuk Prakiraan (secara keseluruhan)
Hipotetik Prakiraan
keaneragaman
dan
keseragaman
jenis biota air
menurut standar
indeks
keaneragaman
dan
keseragaman
jenis biota air
Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya
1. Kesempatan - Penilaian Profesional Jugment a. Data sekunder dari BPS a. Data sekunder dari a. Analisis Menggunakan metode
Kerja dan setempat BPS setempat baik Deskriptif secara bagan alir metode ini
Peluang b. Demografi desa kecamatan maupun Kualitatif digunakan untuk
Berusaha c. Rencana rekrutman kabupaten beberapa menelaah hubungan
tenaga kerja tahun terakhir holistik antar seluruh
perusahaan b. Observasi, dampak
Wawancara &
Kuisioner

2. Pendapatan - Penilaian Profesional Jugment a. Data sekunder dari BPS a. Data sekunder dari a. Analisis -
masyarakat setempat BPS setempat baik Deskriptif secara
b. Mata pencaharian kecamatan maupun Kualitatif
masyarakat kabupaten beberapa
c. Pendapatan tahun terakhir
masyarakat b. Observasi,
Wawancara &
Kuisioner
3. Perubahan sikap - Penilaian Profesional Jugment a. Data sekunder dari BPS a. Data sekunder dari a. Analisis -
dan Presepsi setempat BPS setempat baik Deskriptif secara
Masyarakat b. data tingkat pendidikan kecamatan maupun Kualitatif
masyarakat, adat – kabupaten beberapa

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 33


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

Dampak Metode Analisis


Data dan Informasi yang Metode Pengumpulan Metode Evaluasi
No Penting Metode Prakiraan Dampak Data untuk
Relevan dan Dibutuhkan Data untuk Prakiraan (secara keseluruhan)
Hipotetik Prakiraan
istiadat, agama, tahun terakhir
kepemimpinan lokal dan b. Observasi,
kohesi sosial Wawancara &
c. Sikap dan persepsi Kuisioner
masyarakat
Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya
1. Gangguan Jenis penyakit yang sering a. Data Kesehatan a. Menggunakan data a. Analisis -
Kesehatan diderita masyarkat (dominan) Masyarakat dari sekunder dari BPS Deskriptif secara
puskesmas dan/atau puskesmas Kualitatif dan
b. Rencana Kerja dan setempat baik kuantitatif
Program Perusahaan kecamatan maupun b. Tabulasi Data
terkait penanganan Desa sekitar
kesehatan b. Data Kesehatan
Masyarakat
c. Koesinoner dan
wawancara
Sumber : Tim Studi, 2017

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 34


KERANGKA ACUAN METODE STUDI

Gambar 3.1. Peta Sampling

PT. ALDY SURYA GEMILANG III - 35


KERANGKA ACUAN DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

……………………., 1990. Analisis Dampak Lingkungan. Gajah Mada University


Press. Yogyakarta.
……………………..,1991. Indonesia Dalam Kancah Isu Lingkungan Global, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Alikodra, H.S. 1980. Dasar-dasar Pembinaan Margasatwa. Fakultas Kehutanan IPB.
Bogor.
Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan Sumberdaya Satwa Liar. Pusat Antar Universitas –
IPB, Bogor.
Anonim, 1980. Deskripsi Burung di Indonesia Jilid I dan II. Direktorat Perlindungan
dan Pengawetan Alam, Direktorat Jenderal Kehutanan Departemen Pertanian.
Bogor.
Anonim, 1983. Pedoman Teknik Inventarisasi Burung (Dasar-dasar Umum).
Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam, Direktorat Jenderal
Perlindungan dan Pengawasan Alam, Direktorat Jenderal Kehutanan
Departemen Pertanian. Bogor.
Anonim, 1989. Kamus Kehutanan (Edisi Pertama). Departemen Kehutanan Republik
Indonesia. Jakarta.
Anonim, 1992. Buku Saku Pengenalan Jenis Satwa Liar (Aves). Ditjen PHPA,
Departemen Kehutanan. Bogor.
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.
Badan Pusat Statistik, 2017. Kotawaringin Timur Dalam Angka. BPS. Kabupaten
Kotawaringin Timur.
Badan Pusat Statistik, 2017. Kecamatan Parenggean Dalam Angka. BPS. Kabupaten
Kotawaringin Timur.
Badan Pusat Statistik, 2017. Kecamatan Cempaga Hulu Dalam Angka. BPS.
Kabupaten Kotawaringin Timur.
Brower, J.E., J.H. Zar and C.N. von Ende, 1991. Field and Laboratory Methods for
General Ecology, 3rd edition., Wm. C. Brown Publ., New York.
Chow, V.T. 1954. The Log-Probability Law and Its Engineering Application. Am. Soc.
Civil Eng. Michigan State University Press. Chicago, USA.
Cox, G.W. 1996. Laboratory Manual of General Ecology. 7th Edition. Dubuque. Lowa.
Davis, C.C. 1955. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan State
University Press. Chicago, USA.
Davis, C. D., 1955. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan State Univ.,
Michigan.
Dirjen Perikanan, 1990. Identifikasi dan Penebaran Beberapa Jenis Ikan Air Tawar di
Perairan Umum Indonesia. Direktorat Bina Sumberdaya Hayati, Dirjen
Perikanan. Hal. 14 – 45.
Djajadiningrat, S.T. dan H. Harsono Amir. 1989, Penilaian Secara Cepat Sumber-
Sumber Pencemaran Air, Tanah dan Udara (Terjemahan dan Saduran).
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

PT. ALDY SURYA GEMILANG


KERANGKA ACUAN DAFTAR PUSTAKA

Edmosons, W.T, 1963. Freshwater Biology. 2nd. John Willey and Sons, Inc., New
York. 1248p.
Fandeli, C. 1992. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Prinsip Dasar dan
Pemaparannya Dalam Pembangunan. PT. Liberti. Yogyakarta.
FAO. 1976. A Framework of Land Evaluation. FAO Soil Bull. No. 32/I/ILRI Publ. No.
22. Rome. Italy. 30 h.
Gibest, F.F. and Donald D. Dodds. 1987. The Philosophy and Practice of Wildlife
Management.
Robert E. Kreeger Publ. Cp. Florida. Gordon, N.D., T. A. McMahon, and B. L.
Finlayson, 1992. Stream Hydrology. An Introduction for Ecologist. John Willey
and Sons, Chichester, England.
Hamer, W.I. 1981. Soil Conservation Consultant Report. SRI Bogor. Indonesia
Technical Note No. 7. Center for Soil Research, Bogor.
Hardjowigeno, S. 1987. Soil Science. Edisi Terjemahan. Mediyatama Perkasa.
Jakarta.
Hardy, A.C. 1939. Ecological Investigation with the Continous Plankton Recorder:
Object, Plan and Methods. Hull. Bull. Mar. Ecol., Vol. 1, p. 1-57.
Harloff. C.E.A., 1933. Kort Uitreksel Uit Het Versiag Van Een Geologishe Verkening
der Onderafdellingen Poeroek Tjahoe en Boven Dayak ini Residentic Auiden
Ooseraf deling van Borneo, Arsip Direktorat Geologi Bandung, tidak
diterbitkan.
Kendeigh, S. Charles. 1916. Animal Ecology. Prentice Hall. Inc. Englewood Cliff. New
York. King, B and Woodcook, E.C. 1975. A Field Guide to the Birds of
Southeast Asia. Collins. London. Kottelat, M., J.A. Whitten.,
S.N. Kartikasari dan Wiryoatmodjo. 1993. Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan
Sulawesi. Edisi Dwibahasa Inggris-Indonesia. Periplus Edition, Jakarta,
Indonesia.
LIPI, 1982. Beberapa Jenis Mamalia. Lembaga Biologi Nasional LIPI. Bogor.
Ludwig, J.A. and J.F. Reynolds. 1988. Statistical Ecology : A Primer on Methods and
Computing. John Wiley and Sons, Inc. New York.
Maguran, A.E., 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton University
Press. New Jersey, USA.
Margalef, R. 1978. Diversity. In Sournia, A. (Editor) Phytoplankton Manual. UNESCO,
Roma, Paris.
Miettinen, J.K., 1977.Inorganic Trace Element ass Water Pollutions Their Implication
to Health of Man and Aqutic Biota, in F. Coulation and E. Mark. Ed. Water
Quality Proceeds of Ont. Forum Academic Press. New York : 133 – 136 p.
Mizuno, T. 1979. Illustrations of the Freshwater Plankton of Japan. Revised Edition.
Hoikusha Publishing Co., Ltd. Osaka. Japan.
Morisawa, M. 1968. Streams. Their Dynamics and Morphology. McGraw-Hill Book
Company. San Fransisco, USA.
Needham, J.G. and P.R. Needham. 1988. A Guide to Study of Freshwater Biology.
5th edition. McGraw-Hill Higher Education.
Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. Third Edition. W.B Saunder Company.

PT. ALDY SURYA GEMILANG


KERANGKA ACUAN DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Mengenai Syarat Dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian
Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau Sumber Air. Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003
Pennak, R.W. 1978. Freshwater Invertebrates of The United States. John Willey and
Sons, Toronto, Canada.
Perlindungan dan Pegelolaan Lingkungan Hidup. Undang-undang nomor 32 tahun
2009
Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001
Pielou, E.C. 1984. The Interpretation of Ecological Data, A Primer on Classification
and Odonation. John Willey & Sons. New York.
Pielou, E.C. 1975. Ecological Diversity. A Willey-Interscience Publication, John Willey
and Sons, Torronto, Canada.
Prayitno, H. 1987. Pembangunan Ekonomi Pedesaan. BPFE Yogyakarta.
Prescott, G.W. 1978. How to Know the Freshwater Algae. 3rd edition. W.M. C. Brown
Company Publishers, Dubuque, Iowa, USA.
PT. Bharinto Ekatama, 2002. Analisis Dampak Lingkungan. Andi Offset. Jogjakarta.
Pusat Penelitian Tanah. 1983. Jenis dan Macam tanah di Indonesia untuk Keperluan
Survey dan Pemetaan Tanah Daerah Transmigrasi. PPT Bogor.
Pusat Pengembangan Tenaga Penambangan, 1994. Dasar-dasar Keselamatan
Kerja, Departemen Pertambangan dan Energi Direktorat Pertambangan
Umum.
Puslitbang Teknologi Mineral, 1995. Teknologi Pertambangan Indonesia, Departemen
Pertambangan dan Energi Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Pusat
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral.
Pusteklim, 2002. Laporan Seminar Cakrawala Baru Pengembangan Teknologi Tepat
Guna Pengolahan Limbah Cair.
Sajogyo dan P. Sajogyo, 1983. Sosiologi Pedesaan. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Salim, E., 1991, Pembangunan Berwawasan Lingkungan. LP3ES. Jakarta.
Schwab, G.O., R.K. Frevert., T.W. Edminster., K.K. Barnes, 1981. Soil and Water
Conservation Engineering. John Willey & Sons, Inc. New York.
Simbol dan Label Limbah B3. Permen LH No. 14 Tahun 2013
Soemarwoto, O. 1999. Analisis Dampak Lingkungan. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Soerianegara dan Indrawan, 1985. Ekologi Hutan Indonesia. Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soil Survey Staff, 1996. Keys to Soil Taxonomy. Seventh edition. Soil Cons. Service,
USDA. Washinton, DC.
Suprapto, S.A. 1988. Analisis Dampak Sosial; Memperkirakan dan Mencegah
Dampak Pembangunan Terhadap Lingkungan Sosial. HIPIIS Jakarta.
Suratmo, F. G. 1991. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Suseno, TW., 1990, Indikator Ekonomi. Karnisius. Yogyakarta.

PT. ALDY SURYA GEMILANG


KERANGKA ACUAN DAFTAR PUSTAKA

Sutamiharja, R.T.M. 1978. Kualitas dan Pencemaran Lingkungan SPS. Jurusan


Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB. Bogor.
Tata Laksana Perizinan Dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun Serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun Oleh Pemerintah Daerah. Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009
Wischmeier, W.H, and D.D. Smith. 1978, Predicting Rainfall Erosion Losses, A Guide
to Conservation Planning. U.S. Departemen of Agriculture, Agriculture
Handbook No. 537, Washington, D.C.

PT. ALDY SURYA GEMILANG

Anda mungkin juga menyukai