Anda di halaman 1dari 25

Pengantar Perilaku Satwaliar

Program Studi Kehutanan Universitas Mataram


2016
Pengertian Perilaku Satwa

Secara sederhana: gerak-gerik dan perubahan yang terjadi serta semua aktifitas
yang dapat terlihat pada seekor satwa

Definitif : gerak-gerik atau respon satwa terhadap faktor-faktor yang


mempengaruhinya, baik yang bersifat internal (proses-proses
psyologis) maupun yang bersifat eksternal (keadaan atau kondisi di
sekitarnya)
Pendahuluan
Perilaku satwaliar merupakan salah satu aspek atau bagian dari bidang ilmu Biologi. Ilmu perilaku satwaliar berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, perilaku satwa tergolong ke dalam ilmu yang relatif muda dan baru.

Dewasa ini studi perilaku tetap termasuk cabang ilmu yang paling rumit dan sangat menantang, karena semakin tingginya keingintahuan dan pertanyaanpertanyaan yang mesti dijawab dari keberadaan suatu jenis satwa.
Mengapa Rumit???
1. Pendengaran pada satwa.
Disamping suara yang dapat didengar oleh manusia, pada satwa kadang-kadang terdapat kemampuan yang melebih pendengaran manusia. Misalnya, kelelawar. Pada kelelawar dikenal istilah echolocation yang menggunakan sonar pada kondisi gelap untuk mengetahui lokasi mangsanya. Frekunesi sonar yang dikeluarkan 40 - 100 kH z. (Catatan: pada manusia umumnya 20-20.000 Hz). Sonar ini pada kelelawar juga merupakan alat navigasinya untuk terbang di dalam gua-gua atau tempat
yang gelap serta mencari makan.
Mengapa Rumit???
2. Penglihatan.
Pada manusia spectrum warna yang dapat dilihat pada panjang gelombang berkisar dari 400 -800 m°. Beberapa jenis burung (kenari) mampu untuk melihat spektrum di bawah 400 m° atau ultraviolet, sehingga Burung kenari dapat membedakan waktu matahari terbit dengan tenggelam dan dapat membedakan terang dengan gelap.
Pada beberapa jenis ular, seperti Rattlesnake atau Pit-viper ( Trimeresurus popeorum) mengembangkan penglihatan dalam bentuk sensor di sekitar mulutnya, yan g sangat peka terhadap radiasi infrared sampai perubahan suhu 0,005 C. Ini merupakan sensor untuk menangkap mangsa berdarah panas
Mengapa Rumit???
3. Penciuman
Penciuman dan Rasa. Kemampuan penciuman pada beberapa jenis satwa melebihi kemampuan manusia untuk menandakan bau dan rasa, misalnya anjing, hyena, beberapa jenis beruang dan sebagainya. Beruang dapat mendeteksi makanan yang berada 32 km jauhnya, berkat ketajaman penciumannya. Luas permukaan hidung beruang memiliki reseptor bau 100 kali lebih banyak dari hidung manusia.
Mengapa Rumit???
4. Sentuhan
Sentuhan umumnya berhubungan dengan kondisi lingkungan dan dapat dideteksi oleh kulit atau syaraf kulit satwa. Ketebalan kulit Badak mencapai 1,5 cm,walaupun badak berbadan besar dan berkulit tebal,namun kulit badak sangat sensitif terhadap cahaya matahari,dan gigitan serangga kecil sekalipun,sehinga mengakibatkan luka pada kulitnya,untuk melindungi kulitnya yang sangat sensitif badak melumuri seluruh tubuhnya dengan lumpur

benjolan-benjolan dan bintik hitam yang menutupi kulit buaya merupakan organ sensorik, Beberapa ahli biologi beranggapan bahwa bagian tersebut berfungsi mendeteksi medan listrik yang dilepaskan oleh mangsa mereka. Bintik-bintik pada kulit buaya dapat mendeteksi tetesan air bahkan sebuah gerakan yang halus dari mangsanya.
Mengapa mempelajari perilaku satwa

1. Nenek moyang manusia memperlajari perilaku satwa untuk Berburu

Seorang yang hidup dari berburu berdasarkan pengalaman yang turun temurun, dia tahu pasti kapan perburuan akan dilakukan atau kapan satwa buruan dapat ditemui, bagaimana sikap atau cara berburu berbagai satwa
agar berhasil dan sebagainya.
Pengantar Perilaku Satwaliar
Faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku pada satwaliar

1. Motivasi, merupakan proses internal yang mempengaruhi perilaku

2. Proses belajar (learning), perilaku yang muncul akibat pengalaman


MOTIVATION

Motivasi adalah penggerak (driver) atau merupakan kesiapan suatu satwa untuk melakukan suatu perilaku yang berhubungan dengan suatu "kebutuhan khusus" yang berupa kebutuhan
dasar untuk kelangsungan hidup, seperti makan, minum atau kawin.
Faktor yang mempengaruhi MOTIVATION

Internal Sensory Stimuli - rangsangan yang dideteksi oleh internal sensor dan mempunyai peranan dalam sistem fungsional makan & minum, lapar & kenyang. Ini tergantung kepada laporan internal reseptor yang sensitif terhadap kadar gula dan kandungan sodium khlorida dari darah.

Hormones - konsentrasi hormone tertentu di dalam darah menyebabkan kesiapan untuk untuk memberikan respon dalam berbagai sistem fungsional, misalkan dalam perilaku seksual.

Endogenous Rhythms - disebut juga “jam internal” yang berhubungan dengan pola aktif satwa (diurnal, nocturnal & crepuscular) dalam jangka waktu harian, bulanan atau tahunan.
PROSES BELAJAR

proses belajar (learning) merupakan unsur penting di dalam mengembangkan keterampilan yang sempurna

Sebagai contoh, membuat sarang pada burung adalah streotipe, dan biasanya muncul pada suatu level hormonal tertentu, dan bertambah baik dengan meningkatnya level hormonal tersebut. Namun hal itu juga bertambah baik dengan belajar terhadap bahan atau material apa yang cocok untuk membuat sarang, seperti
ukuran dan tipe ranting
PROSES BELAJAR

proses belajar (learning) merupakan unsur penting di dalam mengembangkan


keterampilan yang sempurna

Burung juga tidak belajar untuk terbang, karena mereka "tahu" bagaimana terbang
sewaktu perkembangan koordinasi matrik-syaraf sudah cocok. Namun mereka "belajar"
tentang bahan-bahan apa yang dikenal cocok sebagai tempat hinggap.
PROSES BELAJAR

Dengan demikian proses belajar merupakan sesuatu subyek yang luas dan
kompleks, yang didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan
perilaku yang relatif tetap di dalam perilaku individual sebagal hasil dari
pengalaman.

Proses belajar dapat dikategorikan ke dalam beberapa kategori, yakni :


1. Habituation
2. Imprinting.
3. Conditioning.
4. Latent Learning.
5. Insight Leraning.
1. Habituation
Habituasi atau pembiasaan merupakan bentuk yang paling sederhana dari proses
belajar.

Seekor satwa yang secara berulang-ulang menerima suatu stimulus namun


stimulus itu tidak memberikan dampak atau hukuman terhadapnya, akan segera
untuk mengabaikan stimulus itu.
1. Habituation
Melalui habituasi, satwa mampu memilah-milah stimulus yang relevan dengan
stimulus yang tidak relevan.

gagak mungkin pada awalnya merespon orang-orangan sawah dengan terbang,


namun jika waktu berlalu dan keberadaan orang-orang sawah itu tidak
menimbulkan gangguan terhadapnya, maka burung itu akan belajar mengabaikan
gangguan itu dalam lingkungannya.
2. Imprinting (Meniru atau Mengikuti)
Satwaliar yang terlahir tidak mengerti apa-apa, mengikuti perilaku induknya

Imprinting umumnya terbatas pada suatu periode kritis yang pendek dan sensitif,
yaitu pada fase sangat dini dari periode awal hidupnya

Imprinting tidak dapat diubah sekali keadaan itu dibentuk

Inprinting akan disempurnakan dengan waktu yang lama sebelum responnya


terpola menjadi tetap.
2. Imprinting (Meniru atau Mengikuti)

Jenis Imprinting:

1. Auditory Imprinting (Imprinting Suara), bentuk imprinting melatui stimulus


pendengaran, seperti ditunjukkan oleh banyak anak burung yang mengikuti suatu
bentuk suara induknya.

2. Visual Imprinting (imprinting penglihatan), bentuk imprinting melalui stimulus


indera penglihatan. Meniru apa yang dilihat
3. Conditioning (Pengkondisian)

Pengkondisian didefinisikan sebagai pembentukan atau penguatan dari satu


kesatuan antara suatu stimulus yang dikondisikan dengan respon. Melalui
pengulangan dari stimulus yang dikondisikan dalam suatu hubungan tertentu
menimbulkan respon

Sebagai contoh jika suatu bel dibunyikan terlebih dahulu setiap memberikan
makanan pada satwa, maka satwa akan menghubungkan stimulus baru yakni
bunyi bel dengan makanan dan mulai mengeluarkan air liur sesudah mendengar
bel itu. Jika dilakukakan secara terus menerus maka perilaku ini akan terprogram
pada satwa.
4. Latent Learning (Pembelajaran Tersembunyi)

latent learning erat berhubungan dengan keinginantahuan dan penyelidikan

Sebagai contoh satwa belajar cara atau jalan keluar untuk menghindari predator
atau jalan yang paling mungkin untuk mencapai sumber makanan yang biasa
diperolehnya.
5. Insight Learning (Pembelajaran Pengertian)

Insight learning bermakna pemecahan suatu masalah melalui hubungan perasaan


esensial dengan solusi.

Contoh klasik dalam perilaku satwa adalah bahwa seekor orangutan jantan yang
ada di dalam kandang dengan sesisir pisang tergantung di luar jangkauannya (di
luar kandang). la mempunyai satu tongkat pendek sehingga dengan tongkat
itupun ia tidak dapat menjangkau buah pisang tersebut. Di luar kandangnya, yaitu
di luar jangkauan tangannya, ada sebuat tongkat yang lebib panjang. Merasa
tidak dapat memperoleh pisang dengan tongkat pendek, orangutan lalu
memandang dirinya untuk sesaat lalu secara tiba-tiba ia mengambil tongkat
pendek untuk mengaitkan (mengambil) tongkat panjang ke hadapannya. Lalu
dengan tongkat panjang itu digunakannya untuk mengambil buah pisang
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai