Secara sederhana: gerak-gerik dan perubahan yang terjadi serta semua aktifitas
yang dapat terlihat pada seekor satwa
Dewasa ini studi perilaku tetap termasuk cabang ilmu yang paling rumit dan sangat menantang, karena semakin tingginya keingintahuan dan pertanyaanpertanyaan yang mesti dijawab dari keberadaan suatu jenis satwa.
Mengapa Rumit???
1. Pendengaran pada satwa.
Disamping suara yang dapat didengar oleh manusia, pada satwa kadang-kadang terdapat kemampuan yang melebih pendengaran manusia. Misalnya, kelelawar. Pada kelelawar dikenal istilah echolocation yang menggunakan sonar pada kondisi gelap untuk mengetahui lokasi mangsanya. Frekunesi sonar yang dikeluarkan 40 - 100 kH z. (Catatan: pada manusia umumnya 20-20.000 Hz). Sonar ini pada kelelawar juga merupakan alat navigasinya untuk terbang di dalam gua-gua atau tempat
yang gelap serta mencari makan.
Mengapa Rumit???
2. Penglihatan.
Pada manusia spectrum warna yang dapat dilihat pada panjang gelombang berkisar dari 400 -800 m°. Beberapa jenis burung (kenari) mampu untuk melihat spektrum di bawah 400 m° atau ultraviolet, sehingga Burung kenari dapat membedakan waktu matahari terbit dengan tenggelam dan dapat membedakan terang dengan gelap.
Pada beberapa jenis ular, seperti Rattlesnake atau Pit-viper ( Trimeresurus popeorum) mengembangkan penglihatan dalam bentuk sensor di sekitar mulutnya, yan g sangat peka terhadap radiasi infrared sampai perubahan suhu 0,005 C. Ini merupakan sensor untuk menangkap mangsa berdarah panas
Mengapa Rumit???
3. Penciuman
Penciuman dan Rasa. Kemampuan penciuman pada beberapa jenis satwa melebihi kemampuan manusia untuk menandakan bau dan rasa, misalnya anjing, hyena, beberapa jenis beruang dan sebagainya. Beruang dapat mendeteksi makanan yang berada 32 km jauhnya, berkat ketajaman penciumannya. Luas permukaan hidung beruang memiliki reseptor bau 100 kali lebih banyak dari hidung manusia.
Mengapa Rumit???
4. Sentuhan
Sentuhan umumnya berhubungan dengan kondisi lingkungan dan dapat dideteksi oleh kulit atau syaraf kulit satwa. Ketebalan kulit Badak mencapai 1,5 cm,walaupun badak berbadan besar dan berkulit tebal,namun kulit badak sangat sensitif terhadap cahaya matahari,dan gigitan serangga kecil sekalipun,sehinga mengakibatkan luka pada kulitnya,untuk melindungi kulitnya yang sangat sensitif badak melumuri seluruh tubuhnya dengan lumpur
benjolan-benjolan dan bintik hitam yang menutupi kulit buaya merupakan organ sensorik, Beberapa ahli biologi beranggapan bahwa bagian tersebut berfungsi mendeteksi medan listrik yang dilepaskan oleh mangsa mereka. Bintik-bintik pada kulit buaya dapat mendeteksi tetesan air bahkan sebuah gerakan yang halus dari mangsanya.
Mengapa mempelajari perilaku satwa
Seorang yang hidup dari berburu berdasarkan pengalaman yang turun temurun, dia tahu pasti kapan perburuan akan dilakukan atau kapan satwa buruan dapat ditemui, bagaimana sikap atau cara berburu berbagai satwa
agar berhasil dan sebagainya.
Pengantar Perilaku Satwaliar
Faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku pada satwaliar
Motivasi adalah penggerak (driver) atau merupakan kesiapan suatu satwa untuk melakukan suatu perilaku yang berhubungan dengan suatu "kebutuhan khusus" yang berupa kebutuhan
dasar untuk kelangsungan hidup, seperti makan, minum atau kawin.
Faktor yang mempengaruhi MOTIVATION
Internal Sensory Stimuli - rangsangan yang dideteksi oleh internal sensor dan mempunyai peranan dalam sistem fungsional makan & minum, lapar & kenyang. Ini tergantung kepada laporan internal reseptor yang sensitif terhadap kadar gula dan kandungan sodium khlorida dari darah.
Hormones - konsentrasi hormone tertentu di dalam darah menyebabkan kesiapan untuk untuk memberikan respon dalam berbagai sistem fungsional, misalkan dalam perilaku seksual.
Endogenous Rhythms - disebut juga “jam internal” yang berhubungan dengan pola aktif satwa (diurnal, nocturnal & crepuscular) dalam jangka waktu harian, bulanan atau tahunan.
PROSES BELAJAR
proses belajar (learning) merupakan unsur penting di dalam mengembangkan keterampilan yang sempurna
Sebagai contoh, membuat sarang pada burung adalah streotipe, dan biasanya muncul pada suatu level hormonal tertentu, dan bertambah baik dengan meningkatnya level hormonal tersebut. Namun hal itu juga bertambah baik dengan belajar terhadap bahan atau material apa yang cocok untuk membuat sarang, seperti
ukuran dan tipe ranting
PROSES BELAJAR
Burung juga tidak belajar untuk terbang, karena mereka "tahu" bagaimana terbang
sewaktu perkembangan koordinasi matrik-syaraf sudah cocok. Namun mereka "belajar"
tentang bahan-bahan apa yang dikenal cocok sebagai tempat hinggap.
PROSES BELAJAR
Dengan demikian proses belajar merupakan sesuatu subyek yang luas dan
kompleks, yang didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan
perilaku yang relatif tetap di dalam perilaku individual sebagal hasil dari
pengalaman.
Imprinting umumnya terbatas pada suatu periode kritis yang pendek dan sensitif,
yaitu pada fase sangat dini dari periode awal hidupnya
Jenis Imprinting:
Sebagai contoh jika suatu bel dibunyikan terlebih dahulu setiap memberikan
makanan pada satwa, maka satwa akan menghubungkan stimulus baru yakni
bunyi bel dengan makanan dan mulai mengeluarkan air liur sesudah mendengar
bel itu. Jika dilakukakan secara terus menerus maka perilaku ini akan terprogram
pada satwa.
4. Latent Learning (Pembelajaran Tersembunyi)
Sebagai contoh satwa belajar cara atau jalan keluar untuk menghindari predator
atau jalan yang paling mungkin untuk mencapai sumber makanan yang biasa
diperolehnya.
5. Insight Learning (Pembelajaran Pengertian)
Contoh klasik dalam perilaku satwa adalah bahwa seekor orangutan jantan yang
ada di dalam kandang dengan sesisir pisang tergantung di luar jangkauannya (di
luar kandang). la mempunyai satu tongkat pendek sehingga dengan tongkat
itupun ia tidak dapat menjangkau buah pisang tersebut. Di luar kandangnya, yaitu
di luar jangkauan tangannya, ada sebuat tongkat yang lebib panjang. Merasa
tidak dapat memperoleh pisang dengan tongkat pendek, orangutan lalu
memandang dirinya untuk sesaat lalu secara tiba-tiba ia mengambil tongkat
pendek untuk mengaitkan (mengambil) tongkat panjang ke hadapannya. Lalu
dengan tongkat panjang itu digunakannya untuk mengambil buah pisang
tersebut.