Anda di halaman 1dari 16

Modul 5: Rangkaian Switching

Modul 5: Rangkaian Switching

Zahran Al Ghifari 13322087, Kelompok: K02-7


Tanggal: 27 September 2023, Asisten: Izma Alhazmi Herdian 13321027
TF 2106 Laboratorium Teknik Fisika I

1. Tujuan Percobaan
1. Menentukan perbedaan karakteristik dan perilaku dari rangkaian low side switching
dan high side switching.

2. Mengetahui karakteristik transistor NPN, transistor PNP, dan N-Channel MOSFET.

3. Membandingkan beban konfigurasi 2 LED yang dirangkai seri dan paralel.

2. Alat dan Bahan


Table 2.1 Alat dan Bahan

No Nama Banyak Keterangan

1 Komputer/laptop dengan Arduino 1 Disediakan Peserta


IDE dan EAGLE

2 Pengupas dan pemotong kabel 1 Disediakan Peserta


(minimal 1 per regu)
3 Multimeter 1

4 Kit Escope 1 Dari Kit lab

5 Resistor 3

6 Transistor dan MOSFET 3

7 LED 3

8 Breadboard 1

9 Kabel tunggal, jumper, dan alligator Secukupnya


clip

10 Hantek DSO3062AL 1 Dari Lab

1
Modul 5: Rangkaian Switching
3. Dasar Teori
3.1 Beban (Load)
Beban (load) adalah komponen yang dapat menyerap daya (memiliki absorbing power).
Komponen tersebut umumnya dapat mengubah suatu besaran energi menjadi bentuk besaran
fisis lain. Beban yang dapat ditoleransi oleh suatu komponen berbeda-beda, sehingga
memerlukan perhatian terlebih dahulu, agar beban yang diberi tidak melebihi spesifikasi.
Hubungan antara daya (P), impedansi (Z), tegangan (V) dan arus (I) dinyatakan melalui
persamaan seperti berikut
𝑃 = 𝑉𝐼
2
𝑃 = 𝐼𝑍
2
𝑉
𝑃 = 𝑍

Berdasarkan sifat impedansinya, beban dapat dikategorikan sebagai:

1. Resistif: nilai impedansi sesuai dengan resistansi beban. Beban ini menarik tegangan
maupun arus, dan tak akan menyebabkan efek pembalikan daya. Contoh elektronika yang
menggunakan jenis ini diantaranya kawat nikelin, lampu pijar, dan LED.

2. Induktif: nilai impedansi akan berubah, sesuai dengan infuktansi dan frekuensi arus listrik
AC yang mengalir padanya. Daya yang ditarik berbanding lurus dengan tegangan yan
dipasok. Beban ini memiliki efek pembalikan daya berupa arus balik ke sumber. Contoh
beban induktif yakni Motor DC dan speaker.

3. Kapasitif: Harga impedansi, sesuai dengan kapasitansi dan frekuensi arus listrik AC yang
mengalir di beban. Sanggup menarik daya yang besar apabila pemasok sanggup menyediakan
arus yang besasr, bahkan memiliki resiko menarik arus lebih besar dari kemampuan pemasok.
Contoh beban elektronika yang menggunakan konsep kapasitif yakni baterai atau aki. Beban
yang digunakan pada percobaan ini adalah LED. LED memiliki sifat menarik arus, sehingga
dapat disambung langsung ke sumber arus yang sesuai. Namun jika disambung ke sumber
tegangan, maka diperlukan resistor pembatas arus yang dipasang secara seri. Spesifikasi LED
bergantung pada jenis material dan setiap warna yang dipancarkan.

Table 3.1 Karakteristik Umum LED

2
Modul 5: Rangkaian Switching

3.2 Komponen Transistor


Komponen transistor memiliki nama panjang bipolar junction transistor (BJT). Transistor
adalah komponen esmikonduktor yang memiliki 3 buah kaki, yaitu base (B), emitter (E), dan
collector (C). Transistor terdiri dari 2 jenis, yaitu:

1) Transistor PNP

Pada percobaan kali ini digunakan transistor model BD140. Transistor jenis ini dapat
digunakan dalam membentuk rangkaian high side switching. Ciri dari rangkaian high side
switching adalah kaki collector transistor akan dihubungkan pada ground dan kaki emitter
dihubungkan pada sumber tegangan lain. Ciri lainnya adalah untuk transistor jenis ini hanya
kaki basenya saja yang terbuat dari bahan semikonduktor negative. Sedangkan kaki lainnya
terbuat dari semikonduktor positif.

2) Transistor NPN

Pada percobaan kali ini digunakan transistor model BD139. Transistor jenis ini dapat
digunakan dalam membentuk rangkaian low side switching. Ciri dari rangkaian low side
switching adalah kaki collector transistor akan dihubungkan pada sumber tegangan lain dan
kaki emitter dihubungkan pada ground. Ciri lainnya adalah untuk transistor jenis ini hanya
kaki basenya saja yang terbuat dari bahan semikonduktor positif. Sedangkan kaki lainnya
terbuat dari semikonduktor negatif. Berikut akan dijelaskan berbagai istilah teknis mengenai
cara kerja transistor a) Saturasi : Keadaan dimana transistor berperilaku sebagai short circuit.
Arus akan mengalir dari collector ke emitter. b) Cut-off : Keadaan dimana transistor
berperilaku sebagai open circuit. Tidak ada arus yang mengalir dari collector ke emitter. c)
Active : Arus yang mengalir dari collector ke emitter proporsional dengan arus yang mengalir
pada base. d) Reverse-active : Mirip seperti kondisi active, tapi arah arusnya berlawanan.
Arus mengalir dari emitter ke collector.

Table 3.2 Perbedaan Transistor NPN dan PNP

3
Modul 5: Rangkaian Switching

Gambar 3.2 Pin Transistor BD139 dan BD140

3.3 Komponen N-Channel MOSFET


Komponen N-Channel MOSFET (Metal-Oxide-Semiconductor Field-Effect Transistor)
adalah salah satu jenis transistor yang sangat umum digunakan dalam elektronika. MOSFET
merupakan singkatan dari "Metal-Oxide-Semiconductor Field-Effect Transistor." N-Channel
MOSFET adalah varian MOSFET yang menggunakan jenis konduktor negatif (N) sebagai
saluran penghantaran arus.

Berikut adalah penjelasan singkat tentang komponen N-Channel MOSFET:

● Struktur Dasar:
N-Channel MOSFET terdiri dari tiga terminal utama, yaitu "Source" (Sumber), "Gate"
(Gerbang), dan "Drain" (Saluran). Ini adalah transistor berjenis tipe unipolar, yang berarti
arus mengalir hanya melalui saluran N-channel yang menghubungkan Source dan Drain.

● Cara Kerja:
Perilaku N-Channel MOSFET dikendalikan oleh tegangan yang diterapkan pada terminal
Gate. Ketika tegangan positif diterapkan pada Gate terhadap Source, medan listrik yang
dihasilkan mengubah konduktivitas saluran N-channel, memungkinkan arus mengalir dari
Source ke Drain. Ini adalah prinsip dasar kerja MOSFET sebagai perangkat pengendali
tegangan (Voltage-Controlled Device).

● Aplikasi:
N-Channel MOSFET sering digunakan dalam aplikasi yang membutuhkan pengendalian
daya dan penguatan sinyal. Mereka digunakan dalam rangkaian pengubah arus (inverter),
penguat sinyal, modulator, sakelar elektronik, dan banyak aplikasi lainnya.

● Kelebihan:

Efisiensi: MOSFET memiliki kerugian daya yang rendah dan umumnya lebih efisien
daripada transistor bipolar lainnya.
Kecepatan: MOSFET memiliki respons yang cepat terhadap perubahan tegangan di Gate.

4
Modul 5: Rangkaian Switching
Isolasi Galvanik: Terdapat isolasi galvanik antara Gate dan saluran, sehingga memungkinkan
operasi dengan tegangan yang berbeda.
Kelemahan: N-Channel MOSFET membutuhkan tegangan positif yang diterapkan pada Gate
untuk mengaktifkannya, yang berarti pengendalian arus mengharuskan tingkat tegangan
positif pada Gate, yang kadang-kadang bisa menjadi kendala dalam beberapa aplikasi.

● Simbol Sirkuit: Simbol sirkuit N-Channel MOSFET biasanya terlihat seperti tiga
garis lurus yang mewakili terminal Source, Gate, dan Drain, dengan panah mengarah
dari Gate ke saluran (N-channel) untuk menunjukkan arah aliran arus ketika
MOSFET aktif.

N-Channel MOSFET adalah salah satu komponen dasar dalam dunia elektronika dan sering
digunakan dalam desain sirkuit untuk mengendalikan daya dan sinyal. Keunggulan utamanya
adalah efisiensi dan kecepatan, yang membuatnya menjadi pilihan populer dalam banyak
aplikasi elektronik.

Gambar 3.3 Skema N-Channel MOSFET

4. Data dan Analisis

4.1 Desain Rangkaian NPN Low Side Switching

4.1.1 Uji DC Sweep


Percobaan awal ini bertujuan untuk mengidentifikasi nilai tegangan saturasi (ON) dan (OFF)
berdasarkan karakteristik elektrik dari transistor NPN BD139. Selanjutnya, kami akan
melakukan pengukuran menggunakan Arduino dengan metode DC Sweep. Tujuannya adalah
untuk menganalisis perilaku kerja transistor dan menentukan tegangan picu transistor.

5
Modul 5: Rangkaian Switching

Gambar 4.1.1 Skema Rangkaian NPN Low Side Switching

4.2 Rangkaian NPN Low Side Switching Tanpa Beban

Gambar 4.2.1 Grafik DDS pada NPN Low Side Switching Tanpa Beban

6
Modul 5: Rangkaian Switching

Gambar 4.2.2 Grafik DSO pada NPN Low Side Switching Tanpa Beban

Pada grafik diatas, terlihat bahwa kondisi "Saturasi Off" terjadi saat tegangan Vdc
sekitar <816mV, yang ditandai dengan kurva CH1 yang menunjukkan kenaikan. Ketika
Vdc mencapai titik ini, transistor dalam keadaan "off," artinya tidak ada aliran arus yang
mengalir dari kolektor ke emitter. Ini juga dibuktikan dengan nilai CH1 yang meningkat
memiliki kesamaan. Keadaan ini berlangsung sampai nilai CH1 mencapai sekitar
816mV, dan pada titik ini, CH2 mulai menurun, menunjukkan bahwa arus mulai
mengalir dari kolektor ke emitter. Tegangan ini disebut tegangan pemicu. CH1 terus
menurun hingga daya yang dikirimkan ke transistor mencapai titik maksimum. Ini
adalah saat kondisi "Saturasi On" ditandai dengan nilai CH1 yang mulai stabil. kita dapat
melihat bahwa titik "Saturasi On" adalah sekitar 861mV.

4.3 Rangkaian NPN Low Side Switching dengan Beban LED (LED
Driver)

4.3.1 Menggunakan 1 LED Merah yang dirangkai seri dengan R2

Gambar 4.3.1.1 Rangkaian NPN Low Side Switching Dengan Beban 1 LED

7
Modul 5: Rangkaian Switching

Gambar 4.3.1.2 Grafik DDS pada NPN Low Side Switching Dengan Beban 1 LED

Gambar 4.3.1.3 Grafik DSO pada NPN Low Side Switching Dengan Beban 1 LED

Dalam percobaan ini, ditemukan bahwa LED merah dalam rangkaian menyala dan mati
sendiri secara otomatis. Ketika tegangan yang diberikan mencapai ambang tertentu, LED
akan menyala, kemudian saat tegangan turun, LED akan mati. Kondisi LED menyala
terjadi ketika arus melewati resistor. Dalam eksperimen ini, LED merah dalam rangkaian
dinyalakan dan dimatikan berdasarkan data grafik yang diperoleh. Ketika CH2 mulai
menurun, ini secara otomatis akan menyalakan LED hingga mencapai tingkat cahaya
maksimum atau ketika CH2 dan CH1 mencapai titik stabil, yaitu ketika CH1 sekitar
816mV. Kemudian, Vdc akan dikurangkan, mengakibatkan CH2 naik kembali dan
cenderung akan memiliki nilai yang sama dengan Vdc, yang pada akhirnya mematikan
LED secara otomatis.

4.3.2 Menggunakan 2 pasang seri LED Merah dan resistor yang dipasang
paralel

8
Modul 5: Rangkaian Switching

Gambar 4.3.2.1 Grafik DDS pada NPN Low Side Switching Dengan Beban 2 LED dan Resistor Paralel

Gambar 4.3.2.2 Grafik DSO pada NPN Low Side Switching Dengan Beban 2 LED dan Resistor Paralel

Berdasarkan observasi yang dilakukan, terlihat bahwa lampu LED menyala saat
tegangan yang diberikan mencapai nilai tertentu, dan kemudian lampu LED mati
ketika tegangan tersebut turun. Kondisi "LED ON" terjadi ketika ada aliran arus
melalui resistor. Proses ini secara otomatis mengaktifkan lampu LED hingga
mencapai kecerahan maksimum atau sampai nilai AI1 dan AI0 menstabilkan
rangkaian dengan lampu LED yang terhubung secara seri.

Hal ini terjadi karena nyala atau matinya lampu dalam rangkaian dipengaruhi oleh
tingkat tegangan yang diberikan. Dalam rangkaian paralel, kedua lampu memiliki
tegangan yang sama, sehingga keduanya akan menyala dengan terang ketika
diberi tegangan yang memadai. Selanjutnya, pada saat nilai CH2 kembali ke
sekitar 1000mV, tegangan pada CH1 turun, CH1 mulai meningkat lagi, dan nilai

9
Modul 5: Rangkaian Switching
CH1 kembali cenderung sama dengan CH2. Transistor kembali ke keadaan
"saturasi off," dan kedua lampu LED mati secara alami.

4.3.3 Menggunakan 2 buah LED Merah Dirangkai Seri Dengan R2

Gambar 4.3.3.1 Rangkaian NPN Low Side Switching Beban 2 LED Dirangkai Seri Dengan R2

Gambar 4.3.3.2 Grafik DDS NPN Low Side Switching Beban 2 LED Dirangkai Seri Dengan R2

10
Modul 5: Rangkaian Switching

Gambar 4.3.3.3 Grafik DSO NPN Low Side Switching Beban 2 LED Dirangkai Seri Dengan R2

Dalam pengamatan ini, saat tegangan mencapai ambang tertentu, lampu LED menyala
dan mati saat tegangan turun. Kondisi "LED ON" terjadi ketika ada aliran arus dari
resistor. Pada awalnya, nilai CH1 dan CH2 sama, mematikan LED karena transistor
dalam keadaan saturasi off. Namun, ketika CH2 turun, transistor dan beban (LED)
mulai menarik arus, menyalakan lampu hingga mencapai intensitas cahaya maksimum
atau hingga CH2 dan CH1 stabil. Fenomena ini dipengaruhi oleh perubahan tegangan
dalam rangkaian. Pada rangkaian seri, kedua lampu berpendar lebih redup karena
distribusi tegangan yang lebih rendah.

4.4 Rangkaian PNP High Side Switching Dengan Beban

Gambar 4.4.1 Rangkaian PNP High Side Switching Dengan Beban

11
Modul 5: Rangkaian Switching

Gambar 4.4.2 Grafik DDS PNP High Side Switching Dengan Beban

Gambar 4.4.3 Grafik DSO PNP High Side Switching Dengan Beban

Berdasarkan pengamatan pada rangkaian NPN sebelumnya, LED pertama kali menyala
ketika diberi tegangan, kemudian mati. Dalam pengamatan dengan rangkaian PNP, lampu
yang sebelumnya menyala menjadi padam. Pemadaman lampu dapat dianggap sebagai
kondisi di mana tidak ada arus yang mengalir melalui transistor.

Pada awalnya, nilai CH2 dan CH1 memiliki perbedaan (CH1>CH2), yang menunjukkan
bahwa beban mengalirkan arus (saturasi), sehingga LED menyala. Ketika nilai CH2
mencapai sekitar 3000mV, nilai CH1 mulai menurun, nilai CH2 mulai sama dengan CH1

12
Modul 5: Rangkaian Switching
(cutoff), dan LED mulai mati. Kemudian, ketika CH2 diturunkan, transistor kembali ke
kondisi saturasi dan LED menyala kembali.

4.5 Rangkaian MOSFET Low Side Switching Dengan Beban 1 LED

Gambar 4.5.1 Rangkaian MOSFET Low Side Switching Dengan Beban 1 LED

Gambar 4.5.2 Grafik DDS MOSFET Low Side Switching Dengan Beban 1 LED

13
Modul 5: Rangkaian Switching

Gambar 4.5.3 Grafik DSO MOSFET Low Side Switching Dengan Beban 1 LED

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, LED dalam rangkaian MOSFET dinyalakan dan
dimatikan secara otomatis dengan mengendalikan tegangan gate-source (Vgs) pada
MOSFET. Ketika Vgs mencapai ambang tertentu, MOSFET aktif, mengizinkan arus
mengalir dan LED menyala (ON). Kemudian, dengan penurunan Vgs di bawah ambang yang
dibutuhkan, MOSFET mematikan arus, menyebabkan LED mati (OFF). Spesifikasi
MOSFET, termasuk nilai ambangnya, memengaruhi cara LED berperilaku dalam rangkaian
tersebut, memberikan kontrol yang efektif terhadap nyala dan mati LED.

Perbedaan utama antara rangkaian MOSFET low side switching dan rangkaian low side
switching menggunakan transistor (seperti transistor BJT) adalah cara mereka mengontrol
arus. Dalam rangkaian MOSFET, MOSFET beroperasi berdasarkan tegangan gate-source
(Vgs) dan memiliki impedansi input yang sangat tinggi. Ini membuatnya sangat efisien dalam
mengontrol arus dan nyala mati beban seperti LED.

Dalam rangkaian transistor BJT (seperti NPN), transistor mengoperasikan arus basis (Ib),
yang memiliki karakteristik yang berbeda. Hal ini bisa mengakibatkan perbedaan dalam
respons dan efisiensi dalam mengendalikan beban seperti LED.

4.6 Tugas Tantangan : LED Flasher

14
Modul 5: Rangkaian Switching

Gambar 4.6.1 Rangkaian LED Flasher

Pada percobaan yang dilakukan, terlihat bahwa awalnya LED hijau menyala, tetapi setelah
simulasi dijalankan, LED hijau dimatikan, dan LED merah menyala. Hal ini sesuai dengan
karakteristik transistor BD140 (NPN) yang berlawanan dengan transistor BD139 (PNP).
Awalnya, transistor BD140 berada dalam kondisi jenuh, sedangkan transistor BD139 dalam
keadaan mati, sehingga menyebabkan LED hijau menyala dan LED merah mati. Ketika nilai
CH2 mulai turun, ini menandakan bahwa transistor BD139 dalam keadaan saturasi dan LED
merah menyala. Situasi ini berulang karena respons yang terjadi adalah transien sinusoidal.
Selain itu, konfigurasi rangkaian seri dan paralel mempengaruhi distribusi tegangan dalam
rangkaian. Penggunaan konfigurasi paralel meningkatkan distribusi tegangan, dan tingkat
tegangan ini mempengaruhi kecerahan lampu. Semakin tinggi tegangan, semakin terang
lampu. Oleh karena itu, dengan mengatur rangkaian secara paralel dan mengurangi resistansi,
kita dapat meningkatkan kecerahan lampu.

5. Kesimpulan
1. Rangkaian low side switching adalah saat emitter transistor terhubung ke ground dan
collector terhubung ke beban yang terhubung ke sumber tegangan. Sebaliknya,
rangkaian high side switching adalah saat emitter terhubung ke sumber tegangan dan
collector terhubung ke beban yang terhubung ke ground. Dalam low side switching,
transistor akan dalam keadaan saturasi ketika tegangan base melebihi tegangan
collector dan emitter. Komponen transistor digunakan dalam rangkaian low side
switching untuk mengendalikan LED, motor, saklar elektronik, dan relay dengan
mengizinkan arus melalui beban saat diberi tegangan pada sisi negatif. Di sisi lain,
dalam high side switching, transistor digunakan untuk mengendalikan perangkat
seperti lampu kendaraan, motor kendaraan, saklar baterai, inverter daya, dan
konverter daya dengan mengizinkan arus pada sisi positif.

15
Modul 5: Rangkaian Switching
2. Transistor NPN akan mengalirkan arus dari kolektor ke emitter ketika tegangan basis
melebihi tegangan ambang. Sebaliknya, transistor PNP akan memutuskan aliran arus
dari kolektor ke emitter ketika tegangan basis melebihi tegangan ambang negatif.
Sementara itu, karakteristik MOSFET N-Channel berbeda dengan transistor.
MOSFET N-Channel akan mengizinkan aliran arus dari sumber (source) ke drain
ketika tegangan gate-source mencapai atau melebihi ambang tertentu (biasanya
dalam ratusan mV hingga beberapa Volt tergantung pada MOSFET yang digunakan.
Sebaliknya, MOSFET N-Channel akan memutuskan aliran arus antara sumber dan
drain ketika tegangan gate-source berada di bawah ambang tersebut.

3. Perbedaan utama antara rangkaian LED yang terhubung seri dan paralel adalah
tingkat kecerahan cahaya yang dihasilkan. Rangkaian seri akan menghasilkan cahaya
yang lebih redup karena tegangan dibagi di antara LED-LED, sedangkan rangkaian
paralel akan menghasilkan cahaya yang lebih terang karena setiap LED menerima
tegangan penuh.

6. Daftar Pustaka
Alexander, Charles K; Sadiku, Matthew N.O. (2009). Fundamentals of Electric
Circuits.
Modul Laboratorium Teknik Fisika I (2023). Rangkaian Switching.
https://www.learningaboutelectronics.com/Articles/N-Channel-MOSFETs

7. Lampiran
1. Dokumentasi data praktikum
https://drive.google.com/drive/folders/10sUlx2l7sPQ4EMiSawIHi6SvIy_7wIxq

16

Anda mungkin juga menyukai