Anda di halaman 1dari 23

Institut Teknologi Bandung

Program Studi Teknik Fisika


Praktikum TF2106 Dosen Eko Mursito Budi, Dr., Ir., M.T., IPM
Laboratorium TF I Damar Rastri Adhika, Dr. S.T., M.Sc.
2 SKS Muhammad Iqbal, Dr.Eng., S.T., M.T.

4 RANGKAIAN SWITCHING

4.1 LATAR BELAKANG

Pada sebagian besar sistem elektronika, terdapat komponen (beban) yang berfungsi untuk mengubah energi
listrik menjadi bentuk energi lainnya (gerak mekanik, iradiasi cahaya, suara, dll.). Komponen tersebut
memerlukan suplai daya yang cukup besar, namun di sisi lain, kita perlu membatasi daya listrik pada bagian
rangkaian yang lain. Oleh karena itu, diperlukan rangkaian switching yang terhubung dengan komponen yang
memerlukan daya besar tersebut.

Rangkaian switching terdiri dari rangkaian pemicu, komponen switching, catu daya, komponen penghambat
arus, dan komponen beban itu sendiri. Adapun komponen switching yang umum digunakan antara lain,

• Thyristor
• Transistor
• MOSFET
• Relay

Ada dua konfigurasi dasar pemasangan beban pada rangkaian switching, yaitu:

• Low side switching: terminal input positif beban terhubung langsung ke catu daya, sementara terminal
negatif melalui komponen switching sebelum ke ground.
• High side switching: terminal negatif beban terhubung langsung ke ground, sementara terminal positif
beban mendapat daya dari komponen switching.

Pada praktikum ini, kita akan mengamati penggunaan transistor untuk keperluan rangkaian low dan high side
switching.

4.2 KOMPETENSI

Kompetensi yang akan diperoleh selama praktikum ini adalah:

• Menggambar dan mensimulasi rangkaian low side switching pada EAGLE


• Memahami cara kerja komponen switching berdasarkan datasheet komponen
• Merancang dan menyusun rangkaian low dan high side switching pada breadboard
• Menggunakan EScope sebagai instrument elektronik untuk mengukur respon DC Sweep dan
Operation Point dari rangkaian switching
• Menganalisis karakteristik rangkaian dari hasil pengukuran

TF2106/Modul-4/1
4.3 ALAT & BAHAN

No Item Banyak Keterangan


1 Komputer / laptop dengan Arduino IDE dan Eagle 1 Disediakan peserta
2 Multimeter (opsional) 1
3 Tang potong 1
4 Breadboard 1 Dari paket
5 Kit EScope 1
6 Resistor 3
7 Transistor 2
8 LED 2
9 Kabel Secukupnya
10 Alligator clip Jika
diperlukan

4.4 PANDUAN TEKNIS

4.4.1 BEBAN (LOAD)


Dalam istilah elektronika, beban (load) adalah komponen yang menyerap daya (absorbing power). Komponen
tersebut biasanya mengubah besaran energi listrik menjadi besaran fisis lain. Daya yang digunakan oleh suatu
beban biasanya tertera pada spesifikasi. Hubungan antara daya (P), impedansi (Z), tegangan (V) dan arus (I)
dinyatakan melalui persamaan,

𝑉2
𝑃 = 𝑉 𝐼 = 𝐼2 𝑍 =
𝑍

Sesuai sifat impedansinya, beban dikategorikan sebagai:

• Resistif: harga impedansi sesuai dengan resistansi beban. Beban ini menarik tegangan maupun arus,
dan tak akan menyebabkan efek pembalikan daya.
• Induktif: harga impedansi akan berubah, sesuai dengan induktansi dan frekuensi arus listrik AC yang
mengalir padanya. Daya yang ditarik berbanding lurus dengan tegangan yang dipasok. Beban ini punya
efek mengembalikan daya berupa arus balik ke pemasok.
• Kapasitif: harga impedansi akan berubah, sesuai dengan kapasitansi dan frekuensi arus listrik AC yang
mengalir padanya. Sanggup menarik daya yang besar apabila pemasok sanggup menyediakan arus yang
besar, bahkan punya resiko menarik arus lebih besar dari kemampuan pemasok.

Beberapa contoh beban diberikan pada Tabel 4.1.

TF2106/Modul-4/2
Tabel 4.1 Contoh-contoh beban elektronika

Jenis Nama Deskripsi

Resistif Kawat nikelin Mengubah energi listrik jadi kalor


Lampu pijar Mengubah energi listrik jadi cahaya
LED Mengubah energi listrik jadi cahaya

Induktif Motor DC Mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Akan membalikkan arus jika
motor berputar berbalik arah.
Speaker Mengubah energi listrik jadi suara.

Kapasitif Baterai / Aki Menarik arus dan menyimpannya menjadi energi kimia. Akan membalikkan
tegangan ketika muatan sudah cukup terkumpul.

Pada praktikum ini, akan dipakai beban berupa LED. Secara umum, spesifikasi LED untuk setiap warna yang
dipancarkan bergantung pada jenis material sebagaimana yang ditampilkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Karakteristik umum LED

Material Semikonduktor Panjang Gelombang Warna VF @ 20 mA


GaAs 850-940 nm Infra-Red 1,2 V
GaAsP 630-660 nm Merah 1,8 V
GaAsP 605-620 nm Amber 2,0 V
GsAsP:N 585-595 nm Kuning 2,2 V
AlGaP 550-570 nm Hijau 3,5 V
SiC 430-505 nm Biru 3,6 V
GaInN 450 nm Putih 4,0 V

Sifat LED adalah menarik arus, sehingga dapat disambung langsung ke sumber arus yang sesuai. Namun jika
disambung ke sumber tegangan, maka diperlukan resistor pembatas arus yang dipasang secara seri. Besar
resistor pembatas arus adalah:
𝑉s
𝑅s =
𝐼LED

Gambar 4.1 Koneksi LED ke sumber tegangan dan sumber arus

TF2106/Modul-4/3
4.4.2 KOMPONEN TRANSISTOR DAN RANGKAIAN LOW SIDE SWITCHING
Transistor memiliki nama panjang bipolar junction transistor (BJT). Transistor merupakan komponen
semikonduktor yang memiliki 3 buah kaki, yaitu base/base (B), emitter/emitor (E), dan collector/kolektor (C).
Terdapat dua jenis transistor, yaitu:
• NPN: kaki base dibuat dari semikonduktor positif, sementara emitter dan collector dari semikonduktor
negatif. (Gambar 4.2a)
• PNP: kebalikan dari NPN. (Gambar 4.2b)

a b

Gambar 4.2 Simbol transistor NPN dan PNP

Pada praktikum ini yang akan digunakan adalah transistor NPN. Rangkaian low side switching ditunjukkan pada
Gambar 4.3. Nampak bahwa transistor Q1 memiliki kaki emitor (ditunjukkan dengan simbol panah keluar) yang
tersambung ke ground. Di sisi lain, kaki kolektor tersambung ke beban (R2) lalu ke catu daya (V2). Kaki base
mendapat sinyal dari V1 melalui resistor pembatas arus (R1). Pada rangkaian tersebut, sifat transistor NPN
sebagai switching adalah:

• Daya listrik akan mengalir dari kolektor ke emitor, sehingga tegangan pada kolektor harus lebih tinggi
dari pada emitor. PERHATIAN: Jika terbalik, transistor bisa rusak!!!
• Kaki base menerima sinyal masukan (V1).
• Selama tegangan base terhadap emitor (Vbe) lebih kecil dari ambang picu, transistor akan terputus
(tidak ada listrik mengalir dari kolektor ke emitor).
• Jika Vbe sudah positif melewati ambang picu tersebut, transistor akan mulai tersambung di area linier.
Saat ini daya listrik yang lewat tergantung pada arus yang diterima base (Ib) dan spesifikasi penguatan
transistor, tidak bergantung berapapun daya yang diminta beban.
• Setelah arus Ib melewati ambang saturasi, transistor akan tersambung sepenuhnya. Daya yang lewat
sesuai dengan daya yang diminta beban. Namun ingat bahwa daya yang lewat tidak boleh melewati
rating daya transistor. Jika lebih, transistor akan terbakar.

TF2106/Modul-4/4
Gambar 4.3 Rangkaian transistor NPN untuk low side switching

Untuk membuat simulasi EAGLE rangkaian di atas, langkah-langkah khusus adalah:

• Kompoen transistor (BJT_NPN) bisa diambil dari pustaka ngspice-simulation.


• Untuk masukan sinyal DC Sweep, pada simulasi tipe DC Sweep masukkan nilai V2 dari 0V hingga 5V.

Transistor juga bisa dipakai sebagai high side switching. Rangkaiannya nampak pada Gambar 4.4. Terlihat bahwa
beban kini terpasang di antara kaki emitor dan ground.

Gambar 4.4 Rangkaian high side switching menggunakan transistor PNP

4.4.3 PENGUJIAN RANGKAIAN LOW SIDE SWITCHING

4.4.3.1 UJI DC SWEEP


Untuk memahami karakteristik kerja dari transistor pada rangkaian low side switching, dapat dilakukan simulasi
DC Sweep rangkaian yang telah dirancang pada EAGLE.

Pada jendela simulasi, pilih tipe simulasi DC Sweep, pilih Source V1 dan masukkan Start Value 0V serta End
Value 5V (Gambar 4.5).

TF2106/Modul-4/5
Gambar 4.5 Jendela simulasi tipe DC Sweep

Setelah dilakukan simulasi, akan diperoleh plot tegangan di titik pengkuran V1, V2, dan V3 (Gambar 4.6). Untuk
melakukan pengukuran arus di setiap branch, tambahkan komponen AMMETER sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 4.7, kemudian lakukan kembali simulasi dengan pengaturan DC Sweep yang sama.

Gambar 4.6 Gambar plot tegangan di titik V1, V2, dan V3 simulasi rangkaian low side switching

TF2106/Modul-4/6
Gambar 4.7 Rangkaian low side switching dengan menambahkan ammeter di setiap branch.

Gambar 4.8 Gambar plot arus di branch emitor, base, dan kolektor.

Gambar 4.6 dan 4.8 memperlihatkan hasil simulasi EAGLE atas rangkaian tersebut. Hal-hal istimewa yang bisa
diamati adalah:

• Tegangan kerja V2 (titik pengukuran V2) selalu positif (DC 5V). Pada saat awal transistor Q1 masih
terputus sehingga tegangan luaran di V3 juga masih positif penuh (5V).
• Tegangan sinyal V1 perlahan-lahan naik. Sampai batas tegangan picu, mulai nampak tegangan V3 turun.
Itu artinya mulai ada arus yang mengalir melalui transistor maupun beban, besarnya adalah I c = (V2–
V3) / R2 = β x Ib ; di mana β adalah penguatan transistor. Dengan demikian kita bisa menghitung nilai β,
dikenal juga dengan hfe.
• Ketika sinyal V1 naik terus, arus Ic akan mencapai saturasi yaitu Icmax= V2 / R2. Saat itulah daya
maksimum melewati transistor dan beban (resistor).
• Perhatikan pula bahwa setelah melewati daerah saturasi, arus pada kaki emitor Ie merupakan
penjumlahan dari Ib dan Ic.

TF2106/Modul-4/7
Area kerja linier dari transistor dapat dipengaruhi oleh nilai R yang masuk pada kaki base suatu transistor. Untuk
memahami perbedaan area kerja linier untuk nilai R base yang berbeda, pada Gambar 4.9 ditampilkan rangkaian
low side switching menggunakan 2 buah transistor NPN. Kemudian dilakukan simulasi DC sweep dengan
menaikkan V1 dari 0 hingga 5V.

Hasil simulasi ditampilkan pada Gambar 4.10 dan 4.11. Hal-hal menarik yang dapat diamati antara lain:

• Kemiringan daerah linier (baik untuk tegangan maupun arus di kaki kolektor) transistor Q1 (R base =
1kΩ) lebih curam dibandingkan kemiringan daerah linier transistor Q2 (R base = 10kΩ). Dengan
demikian, baik tegangan maupun arus pada kaki kolektor transistor Q2 akan memasuki daerah saturasi
pada tegangan V1 yang lebih tinggi dibandingkan pada transistor Q1.
• Arus maksimum pada kaki kolektor (Icmax) setelah transistor memasuki daerah saturasi tidak terlalu
signifikan dipengaruhi oleh nilai R pada base.

Gambar 4.9 Rangkaian low side switching menggunakan dua buah transistor untuk nilai R base yang berbeda.

TF2106/Modul-4/8
Gambar 4.10 Gambar plot tegangan di titik V1, V2, V3, dan V4 simulasi 2 buah rangkaian low side switching dengan nilai R base yang
berbeda.

Gambar 4.11 Gambar plot arus di branch base, kolektor, dan emitor simulasi 2 buah rangkaian low side switching dengan nilai R base
yang berbeda.

4.4.3.2 UJI TUNAK


Pada pengujian tunak, rangkaian low side switching (Gambar 4.7) disimulasikan dengan tipe simulasi Operation
Point, sehingga pada simulasi ini nilai V1 dan V2 masing-masing 5V.

Hasil simulasi Operation Point ditampilkan pada Tabel 4.3.

TF2106/Modul-4/9
Tabel 4.3 Hasil simulasi pengujian tunak (Operation Point) rangkaian low side switching

Tegangan (V)
V1 5,000
Titik Uji V2 5,000
V3 0,049
Arus (mA)
Kolektor 22,506
Branch Base 4,109
Emitor 26,615

4.4.4 ESCOPE UNTUK PENGUKURAN TRANSIEN


Sistem ESP32 untuk pengukuran transien terdiri atas satu DAC untuk mengumpan sinyal masukan ke rangkaian,
dan dua ADC untuk mengukur keluaran dari rangkaian (Gambar 4.12).

Gambar 4.12 Skema pengukuran dengan Escope.

Secara umum, pengujian rangkaian elektronika dengan EScope ESP32 ditunjukkan pada Gambar 4.12 di
atas. Pada umumnya, koneksi yang terjadi pada rangkaian instrumentasi elektronika menggunakan EScope
adalah sebagai berikut:

• EScope terhubung dengan suatu komputer/laptop yang telah diinstall Arduino IDE melalui kabel
micro-USB type B sebagai jalur komunikasi data dan daya (hingga 0,5-0,9 A).
• EScope melalui pin AO0 dihubungkan ke input rangkaian elektronika yang dirangkai pada
breadboard untuk memberikan sinyal masukan.
• Output rangkaian dihubungkan ke EScope melalui pin DI0 dan/atau DI1 agar dapat diukur.
• Pin VI- pada EScope digunakan untuk mengukur tegangan, arus, atau hambatan layaknya
mengukur menggunakan multimeter.
• Jack power supply dihubungkan dengan catu daya (adapter/charger HP dengan spesifikasi 5V dan
1-2 A) melalui kabel daya 2,1mmx5,5mm untuk pengujian rangkaian aktif.

Tabel 4.4 berisi syntax perintah yang dapat dikirimkan dari Serial Monitor atau Serial Plotter.

TF2106/Modul-4/10
Tabel 4.4 Perintah yang dapat dikirimkan EScope

Mode Uji Perintah Parameter Pengukuran

Operating OP [VA] V : Tegangan luaran EScope akan mengeluarkan


Point DAC tegangan tetap sebesar VA melalui
DAC, dan mengukur tegangan dari
pin input.
DC-Sweep DC [VA] [VB] VA : tegangan awal EScope akan mengeluarkan
VB : tegangan akhir tegangan tetap mulai dari VA,
secara bertahap naik ke VB
sebanyak .ND kali. Pada setiap
tahap dilakukan pengukuran input
sebanyak .NS kali.
Transient TP [VA] [VB] [FA] VA : tegangan bawah EScope akan mengeluarkan
TS [VA] [VB] [FA] VB : tegangan atas gelombang bentuk tertentu (TP:
TR [VA] [VB] [FA] FA : Frekuensi gelombang sinyal pulsa; TS: sinus; TR: segitiga)
TF [VA] [VB] [FA] dengan tegangan bawah VA dan
tegangan atas VB, dan frekuensi
FA; dan mengukur input secara
periodik.
AC Sweep AC [VA][VB] VA : tegangan bawah Escope melakukan AC analysis dgn
VB : tegangan atas frekuensi 1-100 Hz (logaritmik).

Kalibrasi CA Kalibrasi otomatis memakai INA219


CT sebagai referensi

Selain perintah itu ada beberapa setting yang bisa diatur pada program EScope (Tabel 4.5).

Tabel 4.5 Perintah setting EScope

Pengaturan Perintah Parameter Pengukuran

Banyak Sampel .NS [N] N : angka 1-100 Mengatur banyaknya sampel/data


1 data = rata-rata dari NS pengukuran

Banyak Data .ND [N] N : angka 1-128 Mengatur banyaknya data

Banyak Aksi .NA [N] N : angka 1-100 Mengatur banyaknya aksi/pengulangan

Periode Sampel .TS [us] us : waktu (500-5000) Periode per sampel dalam micro-seconds

Periode Data .TD [us] us : waktu (1-30000) Periode per data dalam mili-seconds

Periode Aksi .TA [us] us : waktu (3000- Periode per aksi dalam mili-seconds
30000)

TF2106/Modul-4/11
Signal Noise .SN [mV] mV : amplitude (1- Noise akan ditambahkan ke AO
1000)
Melihat setting . Setting akan ditampilkan

Melihat kalibrasi .. Kalibrasi akan ditampilkan

4.5 TUGAS AWAL

Pada praktikum ini kita akan melakukan uji DC Sweep pada rangkaian low side switching. Sebagai Persiapan,
kerjakan tugas berikut.

1. Buatlah rangkaian transistor low side switching pada aplikasi Eagle seperti Gambar 4.3, lalu
simulasikan sehingga diperoleh grafik seperti Gambar 4.6 dan 4.8. Selanjutnya ubah rangkaian
tersebut menjadi high side switching seperti Gambar 4.4, dan simulasikan. Dari grafik, cobalah
menentukan tegangan picu transistor, maupun tegangan saturasi transistor.
2. Buatlah rangkaian transistor low side switching dengan 2 transistor yang masing-masing pada kaki
basenya memiliki nilai R yang berbeda (Gambar 4.9) kemudian simulasikan hingga diperoleh plot
grafik seperti pada Gambar 4.10 dan 4.11.
3. Untuk lebih memahami komponen transistor, cari, pelajari dan masukkan datasheet BD139 dan
BD140 ke dalam tugas awal. Carilah:
a. Gambar skematik posisi pin-pin BD139 dan BD140
b. Tegangan dan arus maksimum
c. Penguatan arus (beta/hfe) pada masing-masing kondisi tegangan dan arus
4. Untuk persiapan praktikum siapkan alat seperti biasa: tang potong, multimeter (opsional), breadboard,
EScope, dan komponen sebagai berikut. Potret kesiapan Anda.

Komponen Nilai Rangkaian Rangkaian Rangkaian Rangkaian Rangkaian


NPN Low NPN Low NPN Low NPN Low PNP High
Side Side Side Side Side
Switching Switching 1 Switching 2 Switching 2 Switching
tanpa beban LED Merah LED Merah LED Merah 1 LED
Paralel Seri Merah

10k 1 1 1 1 1
R1 (Rbase)
180 1 1 2 1 -
R2 (Rcollector)
180 - - - - 1
R3 (Rcollector)
- 1 1 1 1 -
BD139
- - - - - 1
BD140
- - 1 2 2 1
LED Red

TF2106/Modul-4/12
4.6 PRAKTIKUM

Pada modul ini, akan dilakukan percobaan sebagai berikut:

1. Rangkaian NPN Low Side Switching Tanpa Beban


a. Uji DC Sweep: tujuan mempelajari karakteristik kerja transistor dan mencari tegangan picu
transistor
2. Rangkaian NPN Low Side Switching dengan Beban LED (LED Driver), dengan konfigurasi:
a. Menggunakan 1 buah LED Merah yang dirangkai seri dengan R2
b. Menggunakan 2 pasang seri LED Merah dan resistor (LED1+R21 dan LED2+R22) yang
dirangkai paralel
c. Menggunakan 2 buah LED Merah yang dirangkai seri dengan R2
3. Rangkaian PNP High Side Switching dengan Beban 1 Buah LED.

Sebelum praktikum, gunakan AVO meter untuk mengukur harga tahanan R1, R2, R21 = R22 = R3 (ingat, gunakan
EScope pada mode 12). Catat hasil pengukuran.

4.6.1 DESAIN RANGKAIAN NPN LOW SIDE SWITCHING


Untuk menentukan nilai resistor base (R1) dan resistor collector (R2/R21/R22) pada rangkaian NPN low side
switching dan resistor emitter (R3) pada rangkaian PNP high side switching, kita perlu meninjau karakteristik
transistor terlebih dahulu. Sebagai contoh, berikut ini adalah potongan informasi dari datasheet transistor NPN
BD139 berupa karakteristik elektriknya.

TF2106/Modul-4/13
Berdasarkan informasi karakteristik elektrik di atas, transistor NPN BD139 memiliki syarat kondisi:

• Saturasi OFF : VBase < 0.5 V (VCEsat)


• Linier : 0.5 V < VBase < VCollector + 0.5 V
• Saturasi ON : VBase > VCollector + 0.5 V; biasannya VCollector + 0.5 V = 1.5 V

Dari hasil simulasi menggunakan EAGLE, diperoleh fakta bahwa jika ingin rentang linier besar, maka kita bisa
memilih nilai resistor base R1 yang bernilai besar. Dalam hal ini kita memiliki nilai R1 sebesar 10kΩ.

Adapun dalam pemilihan resistor collector R2/R21/R22/R3, kita pertimbangkan kondisi arus di kaki collector
pada kondisi saturated melalui persamaan:

𝑉𝑐𝑐 − 𝑉𝑑𝑟𝑜𝑝
𝐼2 =
𝑅2

di mana I2 merupakan arus yang masuk ke kaki collector transistor (arus pada beban), Vcc tegangan catu daya,
Vdrop merupakan tegangan jatuh (sebagai akibat adanya beban), dan R 2 adalah resistor pada kaki collector
sebagai penghambat arus.

Oleh karena kita akan menggunakan LED dengan batas arus 20 mA dan voltage drop sebesar 1.8 V, maka kita
akan dapatkan,

3.3 𝑉 − 1.8 𝑉
𝑅2 = = 75Ω
0.02 𝐴

Dari paket yang ada, nilai resistor terkecil yang mendekati nilai R2 di atas adalah 180 atau 220 Ohm.

4.6.2 RANGKAIAN NPN LOW SIDE SWITCHING TANPA BEBAN


Pada Percobaan 1 ini, akan dicoba rangkaian NPN low side switching tanpa beban.

PERHATIAN: demi keselamatan, selama merangkai board EScope harus dalam keadaan mati/tidak terhubung
melalui USB ke laptop atau komputer maupun tidak diberi catu daya eksternal

TF2106/Modul-4/14
Rangkailah komponen sebagai berikut:

• Koneksikan AO0 ke kaki input resistor R1


• Koneksikan kaki output resistor R1 ke kaki base transistor
• Koneksikan DI0 ke kaki base transistor (akan mengukur V1)
• Koneksikan DI1 ke kaki collector transistor dan salah satu kutub R2 (akan mengukur V2)
• Koneksikan salah satu kutub R2 yang lain ke Vcc (+3.3V)
• Koneksikan kaki emitter transistor ke GND

Percobaan 1 ini akan membuktikan tegangan saturasi ON dan OFF berdasarkan karakteristik elektrik transistor
NPN BD139.

1. Pada Arduino IDE, luncurkan Serial Monitor. Mode Serial Monitor di bagian kanan bawah biarkan
pada mode “No line ending”.

2. Atur setting
.NS 5
.ND 250
.NA 1
.TS 1000
.TD 10
3. Reset dulu kondisi rangkaian
OP 0

TF2106/Modul-4/15
4. Tutup Serial Monitor, luncurkan Serial Plotter. Pada bagian kanan bawah, biarkan mode tetap
“No line ending”.

5. Lakukan pengukuran
DC 300 1800

Sat OFF

Sat ON
~1.6 V

~0.5 V

6. Amati output pada Serial Plotter, print-screen layar untuk dokumentasi (Tekan tombol Alt+PrtSc
pada keyboard laptop/PC dengan OS Windows). Amati pada tegangan Vdc berapa terjadi Sat OFF
dan Sat ON?
7. Tutup Serial Plotter dan luncurkan Serial Monitor.
8. Lakukan pengukuran lagi sehingga didapat tabel hasil di Serial Monitor, salin hasilnya ke
Spreadsheet.

4.6.3 RANGKAIAN NPN LOW SIDE SWITCHING DENGAN BEBAN LED (LED DRIVER)
Pada Percobaan 2 ini, akan dicoba rangkaian NPN low side switching dengan beban berupa LED berwarna
merah.

PERHATIAN: demi keselamatan, selama merangkai board EScope harus dalam keadaan mati/tidak terhubung
melalui USB ke laptop atau komputer maupun tidak diberi catu daya eksternal

TF2106/Modul-4/16
4.6.3.1 MENGGUNAKAN 1 BUAH LED MERAH YANG DIRANGKAI SERI DENGAN R2
Rangkailah komponen sebagai berikut:

• Koneksikan AO0 ke kaki input resistor R1


• Koneksikan kaki output resistor R1 ke kaki base transistor
• Koneksikan DI0 ke kaki base transistor (akan mengukur V1)
• Koneksikan DI1 ke kaki collector transistor dan kutub (-) LED (akan mengukur V2)
• Koneksikan kutub (+) LED ke salah satu kutub R2
• Koneksikan salah satu kutub R2 yang lain ke Vcc (+3.3 V)
• Koneksikan kaki emitter transistor ke GND

Lakukan prosedur Percobaan 2a berikut ini.

1. Luncurkan Serial Plotter.


2. Lakukan pengukuran
DC 100 1600

TF2106/Modul-4/17
3. Amati kondisi LED sepanjang pengukuran DC 100 1600. Apakah LED nyala dan mati sendiri? Amati
output pada Serial Plotter dan kesesuaian kondisi tegangan pada saat LED nyala dan mati. Print-
screen layar dan foto/videokan LED saat nyala-mati untuk dokumentasi.
4. Tutup Serial Plotter dan luncurkan Serial Monitor.
5. Lakukan pengukuran lagi sehingga didapat tabel hasil di Serial Monitor, salin hasilnya ke
Spreadsheet.

4.6.3.2 MENGGUNAKAN 2 PASANG SERI LED MERAH DAN RESISTOR (LED1+R21 DAN LED2+R22)
YANG DIRANGKAI PARALEL
Rangkailah komponen sebagai berikut:

• Koneksikan AO0 ke kaki input resistor R1


• Koneksikan kaki output resistor R1 ke kaki base transistor
• Koneksikan DI0 ke kaki base transistor (akan mengukur V1)
• Koneksikan DI1 ke kaki collector transistor dan kutub (-) masing-masing LED1 dan LED2 (akan
mengukur V2)
• Koneksikan kutub (+) LED1 dan LED2 masing-masing ke salah satu kutub R21 dan R21 (paralel)
• Koneksikan salah satu kutub R21 dan R22 yang lain masing-masing ke Vcc (+3.3 V)
• Koneksikan kaki emitter transistor ke GND

Lakukan prosedur Percobaan 2b berikut ini.

1. Luncurkan Serial Plotter.


2. Lakukan pengukuran
DC 100 1600

TF2106/Modul-4/18
3. Amati kondisi LED sepanjang pengukuran DC 100 1600. Apakah kedua LED nyala dan mati
sendiri? Amati output pada Serial Plotter dan kesesuaian kondisi tegangan pada saat kedua LED
nyala dan mati. Print-screen layar dan foto/videokan LED saat nyala-mati untuk dokumentasi.
4. Tutup Serial Plotter dan luncurkan Serial Monitor.
5. Lakukan pengukuran lagi sehingga didapat tabel hasil di Serial Monitor, salin hasilnya ke
Spreadsheet.

4.6.3.3 MENGGUNAKAN 2 BUAH LED MERAH YANG DIRANGKAI SERI DENGAN R2


Rangkailah komponen sebagai berikut:

• Koneksikan AO0 ke kaki input resistor R1


• Koneksikan kaki output resistor R1 ke kaki base transistor
• Koneksikan DI0 ke kaki base transistor (akan mengukur V1)
• Koneksikan DI1 ke kaki collector transistor dan kutub (-) LED2 (akan mengukur V2)

TF2106/Modul-4/19
• Koneksikan kutub (+) LED2 dan kutub (-) LED1 (seri)
• Koneksikan kutub (+) LED1 ke salah satu kutub R2
• Koneksikan salah satu kutub R2 yang lain masing-masing ke Vcc (+3.3 V)
• Koneksikan kaki emitter transistor ke GND

Lakukan prosedur Percobaan 2c berikut ini.

1. Luncurkan Serial Plotter.


2. Lakukan pengukuran
DC 100 1600

3. Amati kondisi LED sepanjang pengukuran DC 100 1600. Apakah kedua LED nyala dan mati
sendiri? Apakah ada perbedaan nyala LED pada Percobaan 2c ini dibanding dengan nyala 2 buah
LED pada Percobaan 2b? Amati output pada Serial Plotter. Print-screen layar dan foto/videokan
LED saat nyala-mati untuk dokumentasi.
4. Tutup Serial Plotter dan luncurkan Serial Monitor.
5. Lakukan pengukuran lagi sehingga didapat tabel hasil di Serial Monitor, salin hasilnya ke
Spreadsheet.

4.6.4 RANGKAIAN PNP HIGH SIDE SWITCHING DENGAN BEBAN


Rangkailah komponen sebagai berikut, kali ini gunakan transistor PNP BD140:

TF2106/Modul-4/20
• Koneksikan AO0 ke kaki input resistor R1
• Koneksikan kaki output resistor R1 ke kaki base transistor
• Koneksikan DI0 ke kaki base transistor (akan mengukur V1)
• Koneksikan DI1 ke kaki collector transistor dan kutub (+) LED (akan mengukur V2)
• Koneksikan kutub (-) LED ke salah satu kutub R2
• Koneksikan salah satu kutub R2 yang ke GND
• Koneksikan kaki emitter transistor ke Vcc (+3.3V)

Lakukan prosedur Percobaan 3 berikut ini.

1. Luncurkan Serial Plotter.


2. Lakukan pengukuran
DC 2000 3000

3. Amati kondisi LED sepanjang pengukuran DC 2000 3000. Apakah LED nyala dan mati sendiri?
Apakah ada perbedaan nyala LED pada Percobaan 3 ini dibanding dengan nyala LED pada

TF2106/Modul-4/21
Percobaan 2a? Mengapa kita mengatur DC 2000 3000 pada Percobaan 3 ini? Amati output pada
Serial Plotter. Print-screen layar dan foto/videokan LED saat nyala-mati untuk dokumentasi.
4. Tutup Serial Plotter dan luncurkan Serial Monitor.
5. Lakukan pengukuran lagi sehingga didapat tabel hasil di Serial Monitor, salin hasilnya ke
Spreadsheet.

4.7 TUGAS & LAPORAN

1. Kerjakan tugas dan laporan sesuai petunjuk asisten. Dalam melakukan analisis, coba arahkan untuk
dapat menyimpulkan:
• Karakteristik kerja transistor NPN dan PNP
• Aplikasi komponen transistor untuk low side switching dan high side switching
• Perbedaan konfigurasi seri dan paralel dalam penggunaan beban 2 LED
• Bagaimana cara mengatur kecerahan LED dengan rangkaian low side switching

2. Desain dan buat sebuah rangkaian memakai transistor sedemikian rupa agar dengan 1 sinyal input
periodik, dapat menyalakan 1 LED merah dan 1 LED hijau secara bergantian (LED Flasher).

Gambar 4.13 Rangkaian LED Flasher menggunakan rangkaian switching

Berikan analisis:
• Cara kerja LED flasher menggunakan rangkaian switching.
• Bagaimana cara mengatur frekuensi nyala LED flasher?

TF2106/Modul-4/22
4.8 PUSTAKA

Hukum-Hukum Dasar Elektronika:

• https://www.electronics-tutorials.ws/dccircuits/dcp_1.html
• https://www.electronics-tutorials.ws/dccircuits/dcp_2.html
• https://www.electronics-tutorials.ws/dccircuits/dcp_3.html

Transistor dan Rangkaian Low Side Switching

• http://www.electronics-tutorials.ws/category/transistor
• http://www.electronics-tutorials.ws/transistor/tran_4.html
• https://id.wikihow.com/Menguji-Transistor
• https://learn.sparkfun.com/tutorials/transistors/applications-i-switches

LED

• https://www.electronics-tutorials.ws/diode/diode_8.html

TF2106/Modul-4/23

Anda mungkin juga menyukai