Anda di halaman 1dari 26

Karakteristik dan Rangkaian-Rangkaian Transistor

Roviani Amelia – 2006470615, Muhammad Atharsyah Sidqi Aliya – 2006572352


Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia
Depok, Jawa Barat 16436
Roviani.amelia@ui.ac.id

Transistor merupakan komponen yang penting dalam elektronika. Hampir semua perangkat elektronika menggunakan transistor untuk berbagai
kebutuhan dalam rangkaiannya. Berdasarkan pemanfaatan daerah kerjanya, transistor digunakan sebagai penguat arus dan sebagai saklar.
Pada percobaan ini, praktikan akan mempelajari karakteristik dari transistor dengan menentukan nilai β dan titik Q serta garis bebannya. Selain
itu, akan dipelajari juga cara kerjanya di berbagai rangkaian yang menggunakan transistor sebagai komponen utamanya. Rangkaian-rangkaian
tersebut diantaranya rangkaian Darlington, differensial amplifier, dan regulator. Di akhir praktikan diminta untuk membandingkan antara hasil
praktikum dengan perhitungan teori. Setelah dianalisis didapatkan bahwa terdapat penyimpangan antara hasil pengukuran dengan analisis
secara teoritikal.

PENDAHULUAN TEORI DASAR

Walter H. Brattain dan John Barden pada tahun 1948 Transistor merupakan suatu piranti semikonduktor
berhasil menciptakan suatu komponen yang memiliki yang memiliki sifat khusus. Secara ekuivalensi
sifat menguatkan yang disebut dengan transistor. transistor dapat dibandingkan dengan dua dioda yang
Keuntungan menggunakan transistor dibandingkan dihubungkan dengan suatu konfigurasi. Walaupun
pendahulunya, yaitu tabung hampa adalah ukurannya sifat-sifat transistor tersebut tidak sama dengan dioda
yang sangat kecil dan juga ringan. Bahkan dengan tersebut. Transistor ada yang UNIPOLAR (misal:
teknologi seperti sekarang ini, ratusan ribu transistor FET), ada yang BIPOLAR (PNP dan NPN). Pada
dapat dibuat dari satu keeping silikon. Selain itu, dasarnya transistor bekerja berdasarkan prinsip
komponen semikonduktor ini hanya membutuhkan pengendalian arus kolektor dengan menggunakan arus
daya yang kecil dengan efisiensi yang tinggi. basis.

Sejak ditemukannya transistor, terjadi revolusi di dalam Dengan kata lain arus basis mengalami penguatan
dunia elektronika. Transistor menjadi komponen yang hingga menjadi sebesar arus kolektor. Penguatan ini
sangat penting di dunia elektronika modern karena bergantung dari faktor penguatan dari masing-masing
berperan sebagai sumber kontrol di berbagai rangkaian. transistor (α dan β). Konfigurasi dasar dari rangkaian.
Hampir di setiap rangkaian elektronika modern terdapat Transistor sebagai penguat adalah Common Base,
transistor, namun jarang terlihat karena rata-rata berada Common Emitor dan Common Collector. Sifat dari
di dalam IC. transistor yang akan saturasi pada nilai tegangan
tertentu antara basis dan emitor menjadikan transistor
Dalam rangkaian analog, seperti pengeras suara, dapat berfungsi sebagai saklar elektronik. Nilai
sumber listrik stabil, dan penguat sinyal radio, transistor penguatan arus dari Transistor dapat dinaikkan dengan
digunakan dalam amplifier. Dalam rangkaian digital, menggunakan konfigurasi Darlington.
transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan
tinggi. Beberapa transistor juga dapat dirangkai Darlington
sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai logic
gate, memori, dan komponen lainnya. Dengan Pada gambar 3.4 ditunjukkan suatu rangkaian penguat
penerapan transistor yang begitu banyak di berbagai darlington. Penguat darlington ini didesain agar
rangkaian elektronika maka penting sekali untuk menghasilkan harga β yang jauh lebih besar. Kolektor
mempelajari dan memahami karakteristik dan cara kedua transistor dihubungkan, emitter pada transistor
kerjanya dalam berbagai rangkaian. pertama mendrive basis transistor kedua. Karena itu β
keseluruhan dari penguat darlington dirumuskan:
Pada praktikum ini, praktikan akan mempelajari
karakteristik transistor dari mencari nilai β dan Q, β = β1. β
menganalisis rangkaian AC dan DC, dan memahami Keuntungan dari penguat darlington adalah memiliki
cara kerja rangkaian-rangkaian transistor. Rangkaian- Zin (impedansi input) yang tinggi.
rangkaian yang akan dipelajari adalah rangkaian
Darlington, differensial amplifier, dan regulator. Diferensial Amplifier
Nantinya data dari praktikum ini akan dibandingkan
dengan perhitungan secara teori. Rangkaian dasar penguat diferensial tampak seperti
pada gambar 3.5, yang terdiri atas dua transistor utama
dengan 2 input dan 2 output. Rangkaian tersebut
simetris, transistor Q1 dan Q2 mempunyai karakteristik mendorongnya. Akan tetapi untuk mengalirkan
yang sama. Tahanan beban dikolektor juga sama. elektron dari daerah P ke daerah N benar-benar sulit
Besarnya tegangan output secara umum dinyatakan sehingga butuh banyak tegangan.
dengan persamaan:
Agar transistor dapat bekerja, maka pemberian
Vout = A (V1 - V2) tegangan muka pada transistor harus:
Dengan A adalah penguatan masing masing transistor - Dioda BE diberi bias maju
yang besarnya sama. Tegangan keluarannya akan nol - Dioda BC diberi bias mundur.
jika kedua tegangan input memiliki besar yang sama.
Daerah operasi transistor dapat dibagi menjadi tiga,
Regulator yaitu:
Cara yang sederhana untuk menyempurnakan 1. Daerah aktif
pengaturan tegangan adalah dengan regulator zener, Daerah ini transistor digunakan sebagai penguat
seperti pada gambar 3.6. Kelebihan rangkaian tersebut sinyal. Daerah aktif terletak diantara daerah
dibandingkan dengan tanpa rangkaian common emitter saturasi dan daerah cut off.
adalah arus yang dihasilkan lebih besar. 2. Daerah saturasi
Keadaan dimana transistor mengalirkan arus
Tegangan beban akan tetap sama dengan tegangan secara maksimum dari kolektor ke emitor. Daerah
zener (dikurangi dengan tegangan yang jatuh pada ini dianalogikan sebagai saklar tertutup. Saturasi
transistor VBE), kecilnya arus pada dioda zener dapat terjadi saat tegangan VCE = 0 dan IC maksimum.
diatasi oleh penguatan arus transistor (β). Oleh karena 3. Daerah cut off
itu regulator tersebut dapat digunakan untuk Daerah dimana transistor menyumbat pada
menggerakkan beban yang membutuhkan arus yang hubungan kolektor-emitor. Daerah ini sering
besar. dinamakan daerah mati dan dianalogikan sebagai
TEORI TAMBAHAN saklar yang terbuka karena pada daerah ini
transistor tidak dapat mengalirkan arus dari
Transistor merupakan komponen elektronika yang kolektor ke emitor.
memiliki beragam fungsi, yaitu sebagai penguat,
pengendali, penyearah, osilator, modulator, dan Terdapat tiga macam variasi rangkaian transistor yang
sebagainya. Transistor pada umumnya memiliki tiga dikenal dengan konfigurasi, yaitu konfigurasi basis
kaki, yaitu basis, kolektor, dan emitor. bersama (common-base configuration), konfigurasi
emitor bersama (common-emitter configuration), dan
Transistor dapat digolongkan menjadi Transistor konfigurasi kolektor bersama (common-collector base).
Bipolar dan Transistor Efek Medan. Transistor bipolar Istilah bersama tersebut merujuk pada terminal yang
memerlukan arus untuk mengendalikan terminal digunakan bersama untuk masukan dan keluaran.
lainnya, sedangkan Transistor Efek Medan tidak
memerlukan arus dan hanya menggunakan tegangan CARA KERJA
saja. 1. Menentukan nilai β
Terdapat dua jenis transistor bipolar, yaitu transistor a. Susun rangkaian seperti pada gambar 3.1.
jenis NPN dan transistor jenis PNP. Pada jenis NPN, b. Atur Rvar agar Vi bervariasi dari 0–12 volt
tegangan basis dan kolektornya positif terhadap emitor, dengan interval kenaikan sebesar 1 volt.
sedangkan pada transistor PNP, tegangan basis dan c. Catatlah Vi, VBE, dan VCE.
kolektornya negatif terhadap tegangan emitor.
2. Menetukan garis beban dan titik Q
Transistor dibangun dengan menumpuk tiga lapisan a. Susun rangkaian seperti gambar 3.2.
yang berbeda dari bahan semikonduktor. Beberapa b. Ukur tegangan VCE.
lapisan memiliki jumlah elektron yang banyak yang
ditambahkan doping, dan yang memiliki sedikit 3. Analisis Rangkaian DC
elektron didoping dengan lubang (tidak adanya a. Dari gambar 3.3, susunlah rangkaian
elekron). Bahan semikonduktor yang banyak elektron ekuivalen DC
tadi disebut tipe N dan bahan semikonduktor yang b. Ukurlah tegangan VA, VBE, VC, VCE, dan VE.
elektronnya sedikit disebut tipe P. Transistor dibuat
dengan urutan P-N-P atau N-P-N. 4. Analisis rangkaian AC
a. Dari gambar 3.3, susunlah rangkaian
Elektron dapat dengan mudah mengalir dari daerah N ekuivalen AC
ke daerah P asalkan memiliki sedikit tegangan untuk
b. Berikan input SG sebesar 10 Vpp.
c. Dengan menggunakan osiloskop, ukur dan
gambarkan bentuk tegangan VA, VBE, VC,
VCE, dan VE.

5. Rangkaian darlington
a. Susun rangkaian seperti pada gambar 3.4
b. Atur potensio hingga VA 0 V. catat nilai VB,
VC, VD, VE dan VF.
c. Naikkan nilai VA dengan interval 0,5 V
hingga 5V dan catat setiap perubahan nilai Gambar 3.3 Rangkaian Common Emitor
VB, VC, VD, VE dan VF.

6. Differensial amplifier
a. Susun rangkaian seperti pada gambar 3.5.
b. Ukur dan catat nilai VA dan VB (sebelum
mendapatkan keperluan)
c. Atur potensio 5K sehingga nilai VA=VB
d. Berikan sinyal sinus
Vin 1 = 40mVpp Vin 2= 40mVpp
Vin 1 = 40mVpp Vin 2= ground
Vin 1 = ground Vin 2 = 40mVpp
Gambar 3.4 Rangkaian Darlington
Vin 1 = 40m Vpp Vin 2 = 20m Vpp

7. Regulator
a. Dari gambar 3.6, susunlah rangkaian tersebut
b. Putar potensio RV sehingga lout mulai jatuh
(drop), (pada Imaks, sebelum mulai turun)
pada saat inilah R sama dengan Rmaks. Catat
nilai Rv.

Gambar 3.5 Rangkaian Diferensial Amplifier

Gambar 3.1 Rangkaian Transistor Sederhana

Gambar 3.6 Rangkaian Regulator


Gambar 3.2 Rangkaian Menentukan Titik Beban
HASIL

Gambar 3.7 Percobaan 1 Rangkaian Menentukan nilai β

Gambar 3.11 Percobaan 5 Rangkaian Darlington

Gambar 3.8 Percobaan 2 Rangkaian Menentukan garis


bebasn dan titik Q

Gambar 3.12 Percobaan 6 Rangkaian differensial amplifier

Gambar 3.9 Percobaan 3 Rangkaian common Emittor untuk


menganalisis rangkaian DC

Gambar 3.13 Percobaan 7 Rangkaian regulator

Gambar 3.10 Percobaan 4 Rangkaian common Emittor untuk


menganalisis rangkaian AC
Praktikan telah mendapatkan hasil pengukuran yang Berdasarkan data pengamatan, terlihat bahwa semakin
cukup beragam dari setiap percobaan yang berbeda. besar nilai Vi yang diberikan maka nilai VCE akan
Data yang didapatkan sebagian besar berupa semakin turun. Hal tersebut terjadi karena tegangan
pengukuran tegangan. Seluruh data hasil praktikum pada basis akan semakin besar. Untuk nilai VBE terlihat
selengkapnya telah disertakan di bagian lampiran. semakin naik seiring dengan penambahan nilai Vi,
namun kenaikannya tidak terlalu signifikan karena pada
Pada percobaan 1, untuk mendapatkan nilai Vi sebesar dasarnya VBE merupakan tegangan kaki dioda. Nilai
1 V, praktikan perlu mengatur nilai k% sebesar 8.36% VBE pada data pengamatan mendekati angka 0,7V yang
dan setelah itu didapatkan hasil pengukuran tegangan di mana hal ini sesuai dengan teori yang ada.
beberapa titik yang berbeda.
VBE dan VCE yang sudah didapatkan tadi selanjutnya
Pada percobaan 2, praktikan mendapatkan hasil akan diolah untuk menemukan nilai IC dan IB, yang
pengukuran tegangan di beban sebesar 0.073 V. mana perbandingan antara IC dan IB akan didapatkan
Pada percobaan 3, untuk pengukuran tegangan DC data nilai β. Setelah dilakukan perhitungan untuk
yang didapatkan berupa nilai tegangan DC-nya. menemukan nilai β, didapatkan hasil yang terlihat jauh
berbeda dengan datasheet, yaitu berada di rentang -11
Pada percobaan 4, untuk pengukuran tegangan AC, data hingga 15.6. Meskipun demikian, dapat dikatakan
yang didapatkan berupa grafik gelombang tegangan AC bahwa transistor memanglah berfungsi untuk
yang ditampilkan pada osiloskop. memperkuat arus.

Pada percobaan 5, hasil pengukuran pada rangkaian Pada percobaan 2, praktikan diminta untuk membuat
Darlington praktikan mendapatkan nilai tegangan di rangkaian yang terdiri dari VCC sebesar 12V, dua buah
beberapa titik. Nilai tegangan yang didapat tadi akan resistor dengan hambatan sebesar 10kΩ dan 100 kΩ,
digunakan untuk mencari nilai arus input dan transistor tipe BC108BP, dan ground. Komponen-
outputnya. Kedua nilai arus yang sudah didapatkan komponen tersebut selanjutnya dirangkai seperti pada
selanjutnya akan digunakan untuk menentukan nilai gambar 3.2. Kemudian praktikan memasang multimeter
penguatan arus. secara paralel guna mengukur tegangan di VCE. VCE ini
adalah tegangan pada kolektor-emitor. Dari data
Pada percobaan 7, hasil pengukuran pada rangkaian pengamatan didapatkan nilai VCE sebesar 0.073V.
differensial amplifier, praktikan mendapatkan hasil selanjutnya nilai VCE yang sudah didapatkan tadi akan
nilai tegangan pada titik A dan B, serta beda potensial digunakan untuk mencari nilai arus kolektor (IC).
antara kedua titik tersebut. Setelah didapatkan VCE dan IC, praktikan dapat
menentukan titik Q-nya. Nilai Q ini merupakan beban
PEMBAHASAN
optimum saat resistor bekerja.
Pada praktikum ini, praktikan mempelajari
Pada percobaan 3, praktikan diminta untuk menyusun
karakteristik dari transistor pada rangkaian yang
rangkaian ekuivalen DC seperti gambar 3.3 namun
berbeda. Praktikan akan melakukan tujuh buah
membuka semua kapasitor beserta rangkaian yang
percobaan untuk mengetahui karakteristik transistor
mengikutinya (sumber tegangan AC dan resistor),
pada berbagai rangkaian.
sehingga hanya terdiri dari VCC 12 V, Resistor 10kΩ,
Pada percobaan 1 praktikan diminta untuk membuat 3.3kΩ, 2.2kΩ, 1kΩ, ground, dan transistor tipe
rangkaian transistor sederhana yang terdiri dari VCC, BC108BP. Kemudian praktikan memasang multimeter
dua buah resistor dengan hambatan sebesar 10kΩ dan secara paralel untuk mengukur tegangan. Praktikan
100 kΩ, potensiometer, transistor tipe BC108BP, dan memasang multimeter di A, BE, C, E, dan CE.
ground. Komponen-komponen tersebut selanjutnya Rangkaian ekuivalen DC berguna untuk mengukur
dirangkai seperti pada gambar 3.1. Kemudian praktikan tegangan dan arus pada basis, kolektor, dan emitor.
mengatur k% agar didapatkan nilai Vi yang diinginkan.
Berdasarkan data pengamatan, terlihat bahwa nilai VC
Pada percobaan 1 ini, praktikan melakukan 13 variasi
dan VCE cenderung nilainya besar dibandingkan yang
data dari 0V-12V dengan interval 1V. Berikutnya,
lainnya. Hal ini karena VC dan VCE terletak pada kaki
praktikan memasang multimeter secara paralel untuk
emitor yang mana pada titik tersebut terdapat doping
mengukur tegangan input, VBE, dan VCE.
yang sangat banyak. Untuk VBE yang sebenarnya
Praktikan menyadari bahwa semakin besar nilai k yang adalah tegangan dioda, nilainya hampir mendekati 0,7V
dimasukkan maka semakin besar pula Vi-nya. Selain yang berarti sesuai dengan teorinya. Dan VBE adalah
itu, praktikan mendapati bahwa dalam mengatur k% nilai yang paling rendah diantara semuanya. Hal ini
tidak bisa 0% sehingga praktikan memasukkan nilai k karena VBE melewati titik basis yang mana dopingnya
sebesar 0.001%. hanya sedikit. Perbedaan nilai tegangan di titik yang
berbeda terjadi karena menunjukkan karakteristik yang Komponen-komponen tersebut selanjutnya dirangkai
berbeda dari kaki-kai transistor tersebut. seperti pada gambar 3.5. sebelum mendapatkan
keperluan, praktikan mengukur nilai VA dan VB.
Pada percobaan 4, praktikan diminta untuk menyusun Setelah itu, praktikan diminta untuk mengatur potensio
rangkaian ekuivalen AC seperti gambar 3.3 namun sebesar 5k sehingga nilai VA sama dengan VB.
menambahkan input SG sebesar 10 Vpp. Rangkaian kemudian praktikan memasang multimeter secara
ekuivalen AC diperoleh dengan menganggap kapasistor paralel untuk mengukur tegangan pada titik A, B, dan
hubung-singkat sehingga seperti saklar yang tertutup, AB. Pada percobaan 6 ini, praktikan melakukan 4
dan arus AC dapat melewati kapasitor tanpa gangguan. variasi pada Vin 1 dan Vin 2.
Kemudian praktikan memasang osiloskop untuk
mengukur fase tegangan dan melihat bentuk gelombang Dari hasil pengamatan didapatkan hasil pengukuran
sinus pada rangkaian tersebut. tegangan AB sangat kecil. Karena Vpp nilainya sangat
kecil, maka beda potensial pada VA dan VB tentu tidak
Berdasarkan data pengamatan, terlihat bahwa urutan akan terlalu besar.
grafik dari yang paling tinggi adalah VCE-VE-VA-VC.
Pada VBE grafiknya tidak sinus karena tegangan AC Pada percobaan 7 praktikan diminta untuk membuat
dibuang semua ke kapasitor dan hanya menyisakan rangkaian regulator yang terdiri dari VCC 12V, dua buah
tegangan DC saja. Pada VC dan VE grafiknya berbeda resistor dengan hambatan sebesar 10kΩ dan 3.3 kΩ,
fase 180⸰ karena saat arus dikaki kolektor berada di potensiometer, dioda zener, transistor tipe BC108BP,
puncak, tegangan di RC akan di puncak juga sehingga dan ground. Komponen-komponen tersebut selanjutnya
menghasilkan tegangan 0 di titik C. Rangkaian AC ini dirangkai seperti pada gambar 3.6. kemudian praktikan
berguna untuk memperbesar tegangan output pada memasang multimeter secara seri untuk mengukur arus
beban, karena dari data yang didapat terlihat sinyal drop dan memasang multimeter secara paralel untuk
input bergeser ke atas saat rangkaian DC dilewati. mengukur tegangan beban. Arus akan drop ketika nilai
k% potensiometernya mencapai nilai maksimum.
Pada percobaan 5 praktikan diminta untuk membuat Karena k% tidak dapat memasukan nilai 100%, maka
rangkaian darlington yang terdiri dari VCC 12V, empat praktikan memasukan nilai 99.99%. rangkaian ini dapat
buah resistor dengan satu resistor sebesar 10kΩ, dua menghasilkan tegangan output yang konstan.
resistor 100kΩ, satu resistor sebesar 22Ω,
potensiometer, dua transistor tipe BC108BP, dan Dari hasil pengamatan, didapatkan nilai tegangan beban
ground. Komponen-komponen tersebut selanjutnya bernilai 4,067V nilai tersebut mendekati perhitungan
dirangkai seperti pada gambar 3.4. selanjutnya sama secara teori. Hasil tersebut sesuai dengan teori dimana
seperti percobaan 1, praktikan harus mengatur k% agar ketika praktikan menggunakan dioda zener yang
mendapatkan tegangan yang diinginkan. Pada tegangan breakdownnya 4,7V maka tegangan beban
percobaan 5 ini, praktikan melakukan 11 variasi data haruslah bernilai 4V. Sehingga rangkaian ini dapat
dari 0V-5V dengan interval 0.5V. Berikutnya, memberikan nilai tegangan yang konstan, yaitu 4V
praktikan memasang multimeter secara paralel untuk meskipun sumber tegangannya diubah-ubah, dengan
mengukur tegangan di A, B, C, D, E, dan F. pada catatan sumber tegangan harus lebih dari tegangan
rangkaian Darlington ini menggunakan dua transistor breakdown zenernya.
untuk memperbesar nilai β. Dari hasil yang didapat,
praktikan sedikit bingung untuk menyimpulkan hasil KESIMPULAN
yang didapat. Hasil dari pengamatan nilai tegangan Transistor adalah komponen elektronika yang memiliki
keluaran cukup kecil sehingga tidak sesuai dengan teori banyak fungsi. Transistor dapat berfungsi sebagai
yang mengatakan bahwa rangkaian Darlington penguat arus, penguat/pengubah tegangan AC,
bertujuan untuk menguatkan arus sumber . Hal ini dapat penstabil tegangan, dan sebagai saklar.
terjadi karena praktikan salah dalam memasang
multimeter pada titik yang diminta. Praktikan Transistor memiliki tiga kaki, yaitu basis, kolektor, dan
mengukur tegangan di satu titik yang diminta bukan emitor. Arus pada kolektor dan emitor lebih banyak
mengukur beda potensial di antara dua titik. Mungkin dibandingkan arus pada basis.
apabila praktikan mengukur beda potensial di dua titik
tertentu bisa membuktikan tujuan dari rangkaian Karakteristik transistor berbeda-beda tergantung
Darlington ini. rangkaiannya. Beberapa rangkaian yang menggunakan
transistor, diantaranya rangkaian Darlington,
Pada percobaan 6, praktikan diminta untuk membuat diferensial amplifier, dan regulator.
rangkaian differensial amplifier yang terdiri dari
sumber tegangan, beberapa resistor, potensiometer, tiga Transistor dapat bekerja secara maksimal saat berada di
transistor tipe BC108BP, dua kapasitor dan ground. daerah aktif. Daerah aktif dapat diketahui dengan
mencari garis beban dan titik Q. Nilai β pada transistor
merepresentasikan kemampuan penguatan arus dari Referensi
suatu transistor.
1. Admin. Transistor - Pengertian, Fungsi, Jenis &
Rangkaian ekuivalen DC digunakan untuk menentukan Aplikasinya.
tegangan pada emitor, basis, dan kolektor dengan https://www.webstudi.site/2019/09/Transistor-
menganggap kapasitor seperti saklar yang terbuka, adalah.html?m=1. Diakses pada 31 Maret 2021
sedangkan rangkaian ekuivalen AC digunakan untuk 2. Arga. Pengertian, Jenis, Fungsi Hingga
penguat tegangan, resistansi masukan dan keluaran Karakteristik Transistor.
dengan menganggap kapasitor seperti saklar yang https://pintarelektro.com/pengertian-transistor/.
terbuka. Diakses pada 31 Maret 2021
3. Bestarina, Marina. (2017). Modul Elektronika dan
Rangkaian Darlington adalah rangkaian yang terdiri Mekatronika: Bipolar Jund=ction Transistor.
dari sepasang transistor bipolar yang dihubungkan seri. Karawang: Direktorat Pembinaan Sekolah
Rangkaian Darlington digunakan untuk mendapatkan Menengah Kejuruan.
penguatan yang tinggi karena hasil penguatan pada 4. Kho, D. Tiga Jenis Konfigurasi Transistor Bipolar.
transistor pertama akan dikuatkan lagi oleh transistor https://teknikelektronika.com/tiga-jenis-
kedua. konfigurasi-transistor-bipolar/. Diakses pada 31
Rangkaian diferensial amplifier dapat menghasilkan Maret 2021
beda tegangan output yang sebanding dengan beda 5. Malvino, A., & Bates, D. J. (2016). Electronic
tegangan kedua inputnya. Namun, adanya kapasitor Principle 8th Edition. Newyork: McGraw-Hill
pada kedua terminal input dapat mengurangi implikasi Education.
tersebut. 6. Surjono, H. D. (2007). Elektronika: Teori dan
Penerapan. Jember: Penerbit Cerdas Ulet Kreatif.
Regulator adalah komponen penting yang digunakan 7. Suyadhi, T. D. S . (2013) Arus-arus pada
untuk mengontrol tegangan output. Regulator tegangan Transistor BJT. https://www.robotics-
menghasilkan output yang stabil dengan untuk variasi university.com/2014/09/arus-arus-pada-transistor-
inputnya. bjt.html?m=1. Diakses pada 31 Maret 2021.
LAMPIRAN

TUGAS PENDAHULUAN
1. Perhatikan gambar 3.1 dengan mengacu β BC108 dari datasheet, lengkapi table berikut ini!
Sertakan pula penurunannya.
Menggunakan βdc = 110

Vi (V) VBE (V) IB (A) IC (A) VCE (V)


0 0,7 -0,000007 -0,00077 7,7
1 0,7 0,000003 0,00033 -2,3
2 0,7 0,000013 0,00143 -12,3
3 0,7 0,000023 0,00253 -22,3
4 0,7 0,000033 0,00363 -32,3
5 0,7 0,000043 0,00473 -42,3
6 0,7 0,000053 0,00583 -52,3
7 0,7 0,000063 0,00693 -62,3
8 0,7 0,000073 0,00803 -72,3
9 0,7 0,000083 0,00913 -82,3
10 0,7 0,000093 0,01023 -92,3
11 0,7 0,000103 0,01133 -102,3
12 0,7 0,000113 0,01243 -112,3

2. Buat kurva hubungan antara IC dan VCE DARI DATA PADA SOAL NO.1. Tentukan
terlebih dahulu titik saturasi dan cut off!
ICvs VCE
0,014
-112,3; 0,01243 0,012
-102,3; 0,01133
-92,3; 0,01023 0,01
-82,3; 0,00913
-72,3; 0,00803 0,008
-62,3; 0,00693
0,006
IC

-52,3; 0,00583
-42,3; 0,00473
0,004
-32,3; 0,00363
-22,3; 0,00253
0,002
-12,3; 0,00143
0 -2,3; 0,00033
-120 -100 -80 -60 -40 -20 0 7,7; -0,00077
20
-0,002
VCE

3. Perhatikan gambar 3.2. Tentukan titik Q dari rangkaian tersebut! Plot dalan kurva pada
soal no.2!
4. Gambarkan rangkaian ekivalen DC dari rangkaian pada gambar 3.3!

5. Perhatikan gambar 3.3. Dengan menggunakan analisis DC tentukan VA, VBE, VC, dan VE!

6. Bila rangkaian pada gambar 3.3 diberikan sinyal input AC dengan tegangan 10 mVpp.
Berapakah nilai dan fase tegangan VA, VBE, VC, dan VE!

7. Perhatikan gambar 3.4. Dengan menggunakan teori rangkaian penguat Darlington (harga
β untuk BC108 dapat dilihat di database), turunkan persamaan yang menghubungkan
antara input dan output! kemudian lengkapilah table di bawah ini!

VA VB VC VD VE VF
0V 0.1 V 0.19 V 0.19 V 12 V 903.423 pV
0.5 V 0.5 V 0.287 V 0.287 V 12 V 32.714 nV
1V 0.999 V 0.581 V 0.588 V 12 V 1.045 mV
1.5 V 1.497 V 1.008 V 0.658 V 10.94 V 2.0 mV
2V 1.995 V 1.484 V 0.71 V 5.61 V 14.5 mV
2.5 V 2.491 V 1.81 V 0.73 V 0.29 V 26.1 mV
3V 2.989 V 2.29 V 0.74 V 0V 37.2 mV
3.5 V 3.487 V 2.78 V 0.75 V 0V 50.01 mV
4V 3.98 V 3.28 V 0.76 V 0V 60.9 mV
4.5 V 4.48 V 3.77 V 0.77 V 0V 72.9 mV
5V 4.97 V 4.27 V 0.78 V 0V 83.9 mV

8. Perhatikan gambar 3.5. Dengan menggunakan teori rangkaian persamaan diferensial,


turunkan persamaan yang menghubungkan antara input dan output!Kemudian
lengkapilah table berikut ini!

V in 1 V in 2 VA VB VAB
40 mVpp 40 mVpp 11,571 V 11,571 V 47,228 pV
40 mVpp Ground 11,571 V 11,571 V 264,461 pV
Ground 40 mVpp 11,571 V 11,571 V 260,461 pV
40 mVpp 20 mVpp 11,571 V 11.571 V 134,9 pV
20 mVpp 40 mVpp 11,571 V 11,571 V 134,93 pV

9. Perhatikan gambar 3.5. Dengan menggunakan teori regulator zener, tentukan besar
tegangan pada beban!
TUGAS AKHIR

1. Percobaan 1
a. Secara Eksperimen tentukan nilai β dari transistor!

IB IC β
-12.041 pA 133.227 pA -11,0644
4.463 µA 59.032 µA 13,22698
14.107 µA 216.167 µA 15,32339
23.948 µA 373.073 µA 15,57846
33.844 µA 517.602 µA 15,29376
43.762 µA 647.636 µA 14,79905
53.7 µA 763.799 µA 14,22345
63.646 µA 867.327 µA 13,62736
73.6 µA 959.727 µA 13,03977
83.562 µA 1.042 mA 12,46978
93.527 µA 1.117 mA 11,94308
103.497 µA 1.182 mA 11,42062
113.471 µA 1.193 mA 10,5137

−11 ≤ 𝛽 ≤ 15.6
b. Berapakah besarnya titik saturasi dan cut off dari rangkaian tersebut?
Besarnya titik saturasi adalah IC = 1,193mA, dengan VCE = 0,073 V. Besar titik cut
off adalah VCE = 12 V, dengan IC = 0 A

c. Dari data yang didapat, buatlah kurva hubungan antara Ic dan Vce!

IC vs VCE
1,4 0,073; 1,193
1,2 0,176; 1,182
0,834; 1,117
1 1,576; 1,042
2,403; 0,959727
3,327; 0,867327
0,8 4,362; 0,763799
IC

0,6 5,524; 0,647636


6,824; 0,517602
0,4 8,269; 0,373073
0,2 9,838; 0,216167
11,41; 0,059032
0 12; 0
0 2 4 6 8 10 12 14
VCE
2. Percobaan 2
Dari data yang didapat, tentukan titik Q rangkaian, plotlah pada kurva hubungan IC dan
VCE!

3. Percobaan 3
Dari data yang didapat, berapakah daerah kerja transistor?
1. Titik aktif
Daerah aktif transistor adalah daerah ketika IC bernilai konstan terhadap berapapun
besarnya nilai VCE. Daerah ini terletak diantara titik cut off dan titik saturasi.
2. Titik cut off
Daerah cut off adalah daerah ketika VCE bernilai maksimum namun IC bernilai nol.
Pada titik ini, VCE = VCC = 12V.
3. Titik saturasi
Daerah saturasi adalah daerah ketika Vce bernilai nol, sedangkan Ic bernilai cukup
besar. Pada titik ini, IC = VCE / RL = 12V/3.3kΩ = 3.636 mA.

Jadi, daerah kerja transistor dari IC bernilai 3.636 mA hingga VCE bernilai 12V
4. Percobaan 4
Dari data yang didapat, berapakah penguatan transistor?

5. Bandingkan hasil yang didapat pada eksperimen dengan perhitungan teori yang telah anda
kerjakan pada laporan pendahuluan? Analisis!
Hasil yang didapat saat eksperimen dengan hasil dari perhitungan teori didapatkan
perbedaan yang cukup jauh. Perbedaan hasil dari perolehan data praktikum dengan teori
dapat terjadi karena beberapa faktor. Faktor pertama berkaitan dengan software yang
digunakan. Pada praktikum ini, praktikan menggunakan software EasyEDA. Software
tersebut sering kali terjadi suatu eror yang tidak diketahui. Faktor kedua berkaitan dengan
referensi data yang digunakan. Mungkin software EasyEDA memakai data referensi yang
berbeda dengan datasheet yang praktikan gunakan. Faktor lainnya berasal dari praktikan
itu sendiri, yang mungkin melakukan kesalahan saat merangkai suatu rangkaian tertentu.
6. Apa kesimpulan yang anda peroleh?
Transistor memiliki banyak kegunaan, diantaranya sebagai penguat arus, stabilitas
tegangan, sebagai saklar, dan lain-lain. Transistor dapat bekerja secara maksimal jika
berada pada daerah aktifnya. Untuk mencari daerah aktif transistor, praktikan perlu
mencari garis beban dan titik Q-nya. Penggunaan transistor dapat dilihat dari pemanfaatan
karakteristik daerah kerja transistor. Ketika transistor digunakan sebagai penguat berarti
transistor bekerja pada daerah diantara titik saturasi dan titik cut off, Ketika transistor
digunakan sebagai saklar artinya transistor bekerja pada kondisi saturasi dan cut off, yang
mana saat transistor berada pada keadaan saturasi maka transistor akan seperti saklar
tertutup , dan apabila transistor dalam keadaan cut off maka transistor akan bertindak
sebagai saklar yang terbuka.
POST TEST MODUL 3

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA 1 A.T.A. 2020-2021

1. Hitunglah arus yang mengalir di diode zener jika beta transistor=49!

Jawab:
2.

Jawab:
Simulasi
Simulasi Percobaan 1
Hasil
Simulasi Percobaan 1 (Menentukan nilai β)
Vi VBE VCE

1.2 mV 1.201mV 12V

1V 0.553V 11.41V

2V 0.589V 9.838V

0.3V 0.605V 8.269V

4V 0.616V 6.824V

5V 0.624V 5.524V

6V 0.63V 4.362V

7V 0.635V 3.327V
8V 0.64V 2.403V

9V 0.644V 1.576V

10V 0.647V 0.834V

11V 0.65V 0.176V

12V 0.653V 0.073V


Simulasi Percobaan 2
Hasil
Simulasi Percobaan 2 (Menentukan garis beban dan titik Q)
VCC VCE

12V 0.073V

Simulasi Percobaan 3
Hasil (V)
Simulasi Percobaan 3 (Analisis rangkaia DC) VA VBE VC VE VCE

2.155 0.648 7.047 1.506 5.54


Simulasi Percobaan 4

Simulasi Percobaan 4 (Analisis Rangkaian AC) Hasil

SG 10Vpp

VA
VB

VCE

VE

VC
Simulasi Percobaan 5
Hasil
Simulasi Percobaan 5 (Rangkaian Darlington)
VA VB VC VD VE VF

901.
1.2 1.24 0.19 0.19
96p 12V
nV 2 µV V V
V

32.7
0.28 0.28
0.5V 0.5V 14n 12V
7V 7V
V

0.99 0.58 0.55 1.04 11.5


1V
9V 1V 7V 5mV 27V

1.49 1.00 0.65 0.02 2.52


1.5V
7V 8V 8V 1V 1V

1.99 1.48 0.67 0.02


2V
5V 4V 1V 6V
0.12
4V

2.48 2.94 0.67 0.02 0.07


2.5V
7V 9V 4V 7V 9V

2.98 2.45 0.67 0.08


3V
9V 8V 3V 7V
0.02
7V

3.48 2.94 0.67 0.02 0.07


3.5V
7V 9V 4V 7V 9V
3.98 3.44 0.67 0.02 0.07
4V
4V 1V 6V 7V 3V

4.48 3.93 0.67 0.02 0.06


4.5V
2V 5V 7V 7V 8V

4.98 4.42 0.67 0.02 0.06


5V
V 9V 8V 7V 4V

Simulasi Percobaan 6
Hasil
Simulasi Percobaan 6 (differensial amplifier)
Vin 1 Vin 2 VA VAB VB

35.0
40m 40m
12V 93p 12V
VPP VPP
V

754.
40m
Gnd 12V 773n 12V
VPP
V
754.
40m
Gnd 12V 727n 12V
VPP
V

417.
40m 20m
12V 61n 12V
VPP VPP
V

417.
20m 40m
12V 606n 12V
VPP VPP
V

Simulasi Percobaan 7
Simulasi Percobaan 7 (Regulator) VRL

4.067V

Anda mungkin juga menyukai