Disusun Oleh,
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2020
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Hadits Hasan dan Permasalahannya.
Makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak
yang dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak terutama :
Penulis
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................1
C. TUJUAN........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2
A. PENGERTIAN HADITS HASAN................................................................2
B. HAKEKAT HADITS HASAN......................................................................3
C. PERAN IMAM AT-TURMUDZI SEBAGAI PENGGAGAS MUNCULNYA
ISTILAH HADITS HASAN..........................................................................4
D. CONTOH-CONTOH HADITS HASAN.......................................................5
BAB III PENUTUP..................................................................................................8
A. KESIMPULAN..............................................................................................8
B. SARAN..........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................9
E.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kata hadits seringkali disebut juga dengan istilah khabar atau sunnah.
Hadits atau Sunnah merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Alqur’an.
Keduanya merupakan pedoman hidup yang mengatur segala tingkah laku dan
perbuatan manusia. Al-Qur’an mempunyai kedudukan sebagai suatu yang
mutlak kebenaran beritanya, sedangkan hadits Nabi belum dapat
dipertanggungjawabkan periwayatannya, apakah berasal dari Nabi atau tidak.
Dalam hadits ada yang dalam periwatannya telah memenuhi syarat-
syarat tertentu untuk diterimanya sebagai sebuah hadits atau yang dikenal
dengan hadits maqbul (diterima). Namun disisi lain terdapat hadits-hadits yang
dalam periwayatannya tidak memenuhi kriteria-kriteria tertentu atau lebih
dikenal dengan istilah hadits mardud (ditolak) atau bahkan ada yang palsu
(maudhu’), hal ini dihasilkan setelah melakukan pemyelidikan, pemeriksaan dan
penelitian yang seksama tentang para rawinya serta segi-segi lainnya untuk
menentukan diterima atau ditolaknya hadits tersebut.
Dilihat dari segi kualitas hadits, maka hadits bisa dikelompokkan
menjadi tiga yaitu: hadits shahih, hadits hasan dan hadits dha’if. Namun dalam
makalah ini, hanya akan membahas hadits hasan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud hadist Hasan?
2. Bagaimana hakekat hadist Hasan?
3. Sebutkan contoh hadist Hasan beserta sanadnya?
4. Bagaimana peran Imam al-Turmudzi sebagai penggagas munculnya hadist
Hasan?
C. TUJUAN
1. Untuk dapat menjelaskan pengertian hadist hasan.
2. Untuk dapat menjelaskan hakekat hadist hasan.
3. Untuk dapat menyebutkan contoh hadist hasan beserta sanadnya.
4. Untuk dapat menjelaskan peran Imam al-Turmudzi sebagai penggagas
munculnya hadist Hasan.
D.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Khobar ahad yang dinukil oleh orang yang adil, kurang sempurna
hapalannya, bersambung sanadnya, tidak cacat, dan tidak syadz.
2. Menurut Imam at-Tirmidzi
Tiap-tiap hadits yang pada sanadnya tidak terdapat perawi yang tertuduh
dusta, pada matannya tidak terdapat keganjalan, dan hadits itu diriwayatkan
tidak hanya dengan satu jalan (mempunyai banyak jalan) yang sepadan
dengannya.
Definisi hadits hasan menurut at-Tirmidzi ini terlihat kurang jelas, sebab
bisa jadi hadits yang perawinya tidak tertuduh dusta dan juga hadits gharib,
sekalipun pada hakikatnya berstatus hasan. Tidak dapat dirumuskan dalam
definisi ini sebab dalam definisi tersebut disyariatkan tidak hanya melalui
satu jalan periwayatan (mempunyai banyak jalan periwayatan). Meskipun
demikian, melalui definisi ini at-Tirmidzi tidak bermaksud menyamakan
hadits hasan dengan hadits shahih, sebab justru at-Tirmidzilah yang mula-
mula memunculkan istilah hadits hasan ini.
3. Menurut At-Thibi
2
Hadits musnad (muttasil dan marfu) yang sanad-sanadnya mendekati
derajat tsiqah. Atau hadits mursal yang sanad-sanadnya tsiqah, tetapi pada
keduanya ada perawi lain, dan hadits itu terhindar dari syadz (kejanggalan)
dan illat (kekacauan).
Dengan kata lain hadits hasan adalah :
هو ما ا تصل سنده بنقل العدل الذى ق َّل ضبطه و خال من الشّذوذ والع
3
Sedangkan ulama hadis membagi hadis dari segi kualitasnya menjadi 3 bagian,
yaitu hadis shahih yang menyandang kriteria sehat dan hadis dla’if sebagai
penyandang kriteria sakit. Lalu diposisikan di manakah hadis hasan? Karena
hanya ada 2 kriteri saja (sehat dan sakit) sebagaimana analogi di atas, maka
ulama hadis tidak bisa memasukkan hadis hasan ke dalam kriteria shahih adalah
karena ia mempunyai 1 kekurangan, yaitu perawinya mempunyai daya ingat
yang lemah. Begitu juga ulama hadis tidak bisa memasukkan hadis hasan ke
dalam kriteria dla’if, karena pada dasarnya hadis hasan bukanlah hadis yang
sakit atau lemah bahkan ia lebih kuat kredibilitasnya daripada hadis dla’if. Oleh
karena itulah ulama hadis menyebutkan 1 kriteria lagi yaitu hadis hasan, yang
sebenarnya hampir saja ia menyentuh kriteria shahih.
4
sukai dari pada pendapat seseorang (Ra’yu). Menurut imam ibnu
Taimiyah hadits hasan yang dimaksud oleh para ulama salaf tersebut
adalah hadits yang menempati derajat hasan pada istilah tirmidzi.
5
hanya satu, maka hadits hasan itu disebut dengan hadits hasan li dzatihi.
Tetapi jika jumlahnya banyak, maka ia akan saling menguatkan dan akan
naik derajatnya menjadi hadits shahih li ghairihi.
ى--ر بن ابي موس--و ن ّي عن ابي بك--حدثنا قتيبة حدثنا جعفر بن سليما ن الضبع ٌّي عن ابي عمران الج
ة--ّواب الجن--ى قال سمعت أبي بحضر ة العد ِّو يقول قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم إنّ اب
ّ اال شعر
تحت ظالل السيوف
“......dari Abu Bakar bin Abu Musa al-Asy’ari, (berkata), saya mendengar
ayahku ketika berada dihadapan musuh berkata, Rasulullah saw. Bersabda:
‘sesungguhnya pintu-pintu surga berada dibawah bayang-bayang pedang’.”
(HR. al-Tirmidzi)
Empat perawi hadits tersebut adalah tsiqoh kecuali Ja’far bin Sulaiman ad-
Dhab’I, sehingga hadits ini sebagai hadits hasan.
َّ َأن: ِه- عَنْ َأبِي، َة-ا ِم ِر ْب ِن َربِي َع-َ َد هَّللا ِ بْنَ ع- ِمعْتُ َع ْب-س ِ عَنْ ع، ُش ْعبَة
َ ال-َ ق، ِ ِد هَّللا- ِم ْب ِن ُعبَ ْي-َاص ُ َح َّدثَنَا
ْت ِمن
ِ ي-ضِ " َأ َر: لَّ َم-س
َ ِه َو-لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي-ص
َ ِ و ُل هَّللا-سُ ا َل َر--َ فَق. َز َّو َجتْ َعلَى نَ ْعلَ ْي ِن-َا ْم َرَأةً ِمنْ بَنِي فَزَ ا َرةَ ت
)(رواه الترمذي. ُ فََأ َجا َزه: قَا َل. نَ َع ْم: ْس ِك َو َمالِ ِك بِنَ ْعلَ ْي ِن ؟" قَالَت ِ نَ ْف
6
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari jalur Syu’bah dari ‘ashim bin
‘Ubaidillah,dari Abdillah bin Amir bin Rabi’ah, dari ayahnya bahwasanya
seorang perempuan dari bani Fazarah menikah dengan mahar sepasang
sandal…”
Jika hadits yang ia berikan label tersebut mempunyai dua atau lebih
sanad, maka label hasan di sana adalah berdasarkan sanadnya, begitu juga label
shahih juga berdasarkan sanad yang lain. Jika hadis itu mempunyai satu sanad
saja, maka label hasan di sana adalah menurut suatu kaum, dan label shahih
adalah menurut kaum-kaum yang lain.
Maka dengan demikian hadis hasan mempunyai bobot yang sama seperti
hadis shahih dan dapat diamalkan layaknya hadis shahih, karena yang
membedakan keduanya hanyalah masalah kekuatan ingatan perawinya saja.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadits hasan adalah hadits yang sanadnya muttashil (mulai dari awal
sanad) hingga pada akhir sanad, yang diriwayatkan oleh orang yang adil dan
mempunyai daya ingat yang kurang lemah dari orang orang yang (adil dan
dlabit) seperti demikian juga, serta terbebas dari syadz dan ‘ilat.
Terdapat dua contoh hadits hasan, yaitu: Hadits Hasan Li Dzatihii dan
Hadits Hasan Li Gahirihi. Pada masa Imam Abu Isa At-Turmudzi, hadits
ditinjau dari segi kualitasnya diklasifikasikan dikembangkan menjadi tiga
macam, yaitu hadits shohih, hadits hasan, dan hadits dho’if. Dan beliaulah yang
pertama kali mengenalkan hal itu.
B. Saran
Sudah merupakan kewajiban bagi kaum muslimin bahwa al-Hadits
merupakan sumber syariat islam kedua setelah al-Qur-an. Oleh karena itu
marilah kita mempelajari hadits-hadits Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam-
yang merupakan kewajiban kita mempelajarinya sebagaimana mempelajari al-
Qur-an, hingga kita dapat mengamalkan dari kandungan kedua sumber syari’at
islam.
8
DAFTAR PUSTAKA