Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PENELITIAN

PENTINGNYA KESEHATAN MENTAL PADA REMAJA


DI MASA PANDEMI COVID-19
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia

Guru : Dudi Supriadi, S.Pd.


NIP : 197502082007011003

oleh :

Salsabila Nur Tada

Kelas : XI IPS 2

NISN : 3050333226

SMA NEGERI 1 CAMPAKA


Jl. Raya Campaka, Campaka, Kab. Purwakarta, Prov. Jawa Barat, 41181
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Tiada kata yang


pantas penulis lafaskan kecuali ucapan puji dan syukur ke hadirat Allah
subhanahu wa ta’ala atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Pentingnya
Kesehatan Mental Pada Remaja Di Masa Pandemi COVID-19”. Demikian
pula salam dan shalawat senantiasa tercurahkan untuk baginda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam, keluarga, dan para sahabat beliau.

Proposal penelitian ini disusun untuk menyelesaikan tugas Bahasa


Indonesia yang di berikan oleh Bapak Dudi Supriadi S.Pd. Peneliti
merupakan manusia biasa yang tidak luput dari kekhilafan dalam penyusunan
proposal penelitian ini. Saya meminta maaf atas segala salah dan khilaf
selama berproses karena sesungguhnya kebenaran yang sempurna hanya
milik Allah semata.

Purwakarta, 13 Januari 2022.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 4
1.4 Manfaat Masalah .................................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 6
2.1 Teori Para Ahli ..................................................................................... 6
- Gangguan Mental Emosional ................................................................... 7
- COVID-19................................................................................................ 9
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 10
3.1 Metode Penelitian ............................................................................... 10
BAB IV KERANGKA PENULISAN LAPORAN ...................................... 11
4.1 Kerangka Penulisan ............................................................................ 11
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 12

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin adolescere yang


berarti tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan, dimana anak
dianggap sudah dewasa bila sudah mampu bereproduksi (Ali & Asrori,
2014). Menurut Bakar (2014) remaja adalah penduduk yang berusia 10-
19 tahun dimana masa ini merupakan masa khusus dan penting karena
pada masa ini terjadi proses pematangan organ reproduksi. Masa ini
adalah masa transisi yang unik karena terjadi perubahan fisik, emosi dan
psikis. Masa remaja disebut juga masa peralihan dari anak-anak ke
dewasa dimana anak tidak mau dianggap sebagai anak-anak tapi dari fisik
belum dapat disebut sebagai orang dewasa (Marliani, 2016).

Masa remaja adalah fase perkembangan yang dinamis dalam


kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari
masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial yang berlangsung
pada dekade kedua masa kehidupan (Pardede, 2008). Pada masa
tersebut remaja ingin mencari identitas dirinya dan lepas dari
ketergantungan dengan orang tuanya, menuju pribadi yang mandiri
(Gunarsa, 2006). Proses pemantapan identitas diri ini tidak selalu
berjalan mulus, tetapi sering bergejolak. Oleh karena itu, banyak ahli
menamakan periode ini sebagai masa-masa storm and stress (Irwanto,
2002). Suatu masa di mana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat
dari perubahan fisik dan kelenjar. Dengan demikian remaja mudah
terkena pengaruh dari lingkungan (Gunarsa, 2006).

1
Masa remaja awal berada pada masa puber yaitu suatu tahap dalam
perkembangan di mana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai
kemampuan reproduksi. Gejala pubertas ini dapat ditandai dengan
“menarche” atau haid pertama pada anak perempuan. Variasi pada usia
saat terjadinya pubertas menimbulkan banyak masalah pribadi maupun
sosial bagi anak. Hal ini sebagai akibat dari ketidakmatangan sosial dan
kognitif (daya pikir) mereka, dihubungkan dengan perkembangan fisik
yang lebih awal (Hurlock, 2005).

Keluarga memegang peranan penting dalam pembentukan


kepribadian anak. Hubungan orang tua-anak yang salah sering
merupakan sumber gangguan penyesuaian diri. Kegagalan remaja dalam
menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi, akan menimbulkan
rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku
asocial ataupun antisosial, bahkan lebih ekstrim bisa menyebabkan
gangguan jiwa (Maramis, 2005).

Menurut KBBI, definisi mental berhubungan dengan batin dan watak


manusia. Mental yang sehat dapat diartikan sebagai kesejahteraan batin
sehingga dapat menjalankan kehidupan lebih optimal dan membantu
seseorang dalam mencari relasi. Umumnya remaja mengalami masa
transisi yang tidak mudah, pada masa tersebut terjadi perubahan yang
dapat berisiko terhadap kesehatan mental. Orangtua mengambil peran
penting dalam menjaga kesehatan mental anak. Salah satunya yaitu
menyadari tanda-tanda yang menunjukkan bahwa anak sedang kesulitan
mengatasi sesuatu dalam dirinya. Indonesia adalah negara dengan jumlah
pengidap gangguan jiwa tertiggi di Asia tenggara, kecemasan (anxiety
disorder) adalah yang paling banyak diderita. Grafik prevalensi penyakit
mental WHO menunjukkan bahwa wanita lebih mendominasi tingkat
depresi, dengan rasio antara wanita dan laki-laki adalah 2:1 (Davidson,
Abnormal Psychology).

2
Masalah kesehatan jiwa telah menjadi masalah kesehatan yang belum
terselesaikan di tengah-tengah masyarakat, baik di tingkat global maupun
nasional. Terlebih di masa pandemi COVID-19, permasalahan kesehatan
jiwa akan semakin berat untuk diselesaikan. Dampak dari pandemi
COVID19 ini tidak hanya terhadap kesehatan fisik saja, namun juga
berdampak terhadap kesehatan jiwa dari jutaan orang, baik yang terpapar
langsung oleh virus maupun pada orang yang tidak terpapar. Plt. Dirjen
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes dr. Maxi Rein
Rondonuwu mengatakan saat ini masyarakat masih berjuang
mengendalikan penyebaran virus COVID-19, tapi di sisi lain telah
menyebar perasaan kecemasan, ketakutan, tekanan mental akibat dari
isolasi, pembatasan jarak fisik dan hubungan sosial, serta ketidak pastian.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan


Napza Dr.Celestinus Eigya Munthe menjelaskan masalah kesehatan
jiwa di Indonesia terkait dengan masalah tingginya prevalensi orang
dengan gangguan jiwa. Untuk saat ini Indonesia memiliki prevalensi
orang dengan gangguan jiwa sekitar 1 dari 5 penduduk, artinya sekitar
20% populasi di Indonesia itu mempunyai potensi-potensi masalah
gangguan jiwa.

Menurut WHO, kesehatan mental adalah keadaan sejahtera di mana


setiap individu bisa mewujudkan potensi mereka sendiri. Artinya, mereka
dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat berfungsi secara
produktif. Seperti dengan kesehatan fisik, kita semua juga memiliki
kesehatan mental. Perasaan, emosi, pikiran dan mood memiliki tingkat
kesehatan. Merasa marah dan stress merupakan bagian normal dari hidup.
Normal juga bagi seseorang untuk merasa bahagia, percaya diri, serta
acuh tak acuh. Semua orang memiliki emosi positif dan negatif yang
dating dan pergi tergantung dengan keadaan yang terjadi disekitarnya.
Remaja didorong untuk berani terbuka membicarakan kesehatan mental
mereka. Apakah ada suatu ketidaknyamanan yang mereka rasakan.

3
Sesungguhnya dengan membagikan apa yang kita rasakan
menjadikan hal tersebut lebih ringan dan baik. Jika terlalu berat bagimu
untuk menjadi terbuka akan kesehatan mentalnya kamu bisa membaginya
dengan melakukan hal yang membuat perasaan lebih baik,seperti
memperdalam hobi. Tidak hanya kesehatan fisik saja yang harus kita
jaga, tapi memelihara kesehatan mental juga penting. Karna sangat
pentingnya Kesehatan Mental pada Remaja, maka ada Hari Kesehatan
Jiwa Sedunia adalah hari antarbangsa untuk pendidikan kesehatan
mental, kesadaran, dan pembelaan dunia melawan stigma sosial.

1.2 Rumusan Masalah

Pengaruh pandemi COVID-19 menjadi salah satu pengaruh terbesar


bagi Kesehatan Mental pada Remaja. Dalam kondisi Remaja pada masa
menemukan jati diri emosi pada Remaja terkadang tidak stabil. Jadi
penelitian ingin mengetahui betapa pentingnya menghargai Kesehatan
Mental pada Remaja

1.3 Tujuan Penelitian

- Tujuan Umum

Untuk menyadari betapa pentingnya menghargai Kesehatan


Mental pada Remaja pada masa COVID-19

- Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran Remaja ketika sedang depresi di
masa COVID-19
2. Untuk mengetahui Kesehatan Mental pada Remaja
3. Untuk mengetahui hubungan pandemi COVID-19 dengan
Mental Remaja

4
1.4 Manfaat Penelitian

- Bagi Peneliti
Hasil penelitian dapat berguna Bagi peneliti sehingga peneliti
dapat lebih mengetahui Kesehatan Mental pada Remaja pada
masa COVID19, sehingga dapat mengaplikasikannya terhadap
keluarga atau masyarakat yang remaja nya mengalami penurunan
mental pada masa COVID-19.

- Bagi Umum
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penelitian yang
terkait dengan kondisi Mental pada Remaja pada masa COVID-
19

5
BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Teori Para Ahli

- Remaja

A. Definisi Remaja
Menurut World Health Organization (2014), remaja
adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut
Peraturan Mentri. Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja
adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut
Badan Kependudukan dan Keluarga Bencana (BKKBN)
rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.
Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut
Sensus Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18%
dari jumlah penduduk. Di dunia diperkirakan kelompok
remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk
dunia. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai dengan
adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis. Masa remaja yakni
antara usia 10-19 tahun, adalah suatu priode masa pematangan
ogan reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas.
Masa remaja adalah priode peralihan dari masa ana ke masa
dewasa (Widastuti, Rahmawati Purmaningrum, 2019).

B. Batasan Usia Remaja


Terdapat batasan usia pada masa remaja yang
difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku
kekanak-kanakan untuk mencapai kemampuan bersikap dan
berperilaku dewasa. Menurut Kartini Kartono (2013), batasan
usia remaja dibagi tiga yaitu:
1. Remaja awal (12 - 15 tahun)

6
2. Remaja Pertengahan (18 - 21 tahun)
3. Remaja Akhir (18 - 21 tahun)

C. Tugas Perkembangan Psikososial pada Remaja


Menrut Erikson (1963 dalam Potter & Perry 2009),
tahap perkembangan psikososial pada remaja adalah identitas
versus kebingungan (pubertas). Perubahan fisiologi yang
berhubungan dengan maturasi seksual menandai tahap ini.
Ditandai juga dengan kesenangan memperhatikan penampilan
dan bentuk tubuh. Tahap yang merupakan perkembangan ini
dimulai dengan menjawab pertanyaan “Siapa Saya?”
kebutuhan akan identitas penting nantinya dalam membuat
keputusan seperti memilih pekerjaan atau pasangan hidup.

- Gangguan Mental Emosional

a. Pengertian

Gangguan mental emosional adalah gejala orang yang


menderita karena memiliki masalah mental atau jiwa, lalu jika
kondisi tersebut tidak segera ditangani maka akan menjadi
gangguan yang lebih serius (Idaiani, 2010). Selain itu,
gangguan mental emosional juga disebut dengan istilah distres
psikologik atau distres emosional (Idaiani, Suhardi, &
Kristanto, 2009). Gangguan mental emosional ditandai
dengan menurunnya fungsi individu pada ranah keluarga,
pekerjaan atau pendidikan, dan masyarakat atau komunitas,
selain itu gangguan ini berasal dari konflik alam bawah sadar
yang menyebabkan kecemasan. Depresi dan gangguan
kecemasan merpakan jenis gangguan mental emosional yang

7
lazim ditemui di masyarakat. (Kurniawan & Sulistyarini,
2016).

Gangguan mental emosional dapat berupa gejala


depresi, gangguan psikosmatik, dan ansietas. Tanda dan gejala
depresi, psikosmatik dan ansietas menurut ICD-10
(International Classification of Diesease – Tenth Edition)
dalam WHO, yaitu munculnya perasaan depresif, hilangnya
minat dan semangat, mudah lelah dan tenaga hilang,
konsentrasi menurun, harga diri menurun, perasaan bersalah,
pesimitis terhadap masa depan, gagasan membahayakan diri
(self harm) atau bunuh diri, gangguan tidur serta menurunya
libido.

b. Bentuk-bentuk Gangguan Mental Emosional


1. Gangguan mental ringan
2. Gangguan mental berat

c. Gejala Gangguan mental Emosional

Gejala adalah tanda tanda yang mendahului suatu


problem,atau sesuatu yang dapat diamati sebelum menjadi
timbulnya suatu problem, atau keadaan yang menjadi tanda
tanda akan timbulnya atau berjangkitnya sesuatu. Berikut
gejala gangguan mental emosional menurut Daradjat (2012):

1. Reaksi psikis
2. Relasi dengan dunia luar sedikit sekali
3. Timbulnya merasa cemas yang tidak bisa di bending
4. Perasaan sakit dan nyeri pada seluruh tubuh yang
berpindah pindah
5. Motorik dan Inteleknya lemah
6. Depresi Emosional

8
7. Nafsu makan tidak beraturan
8. Cendrung introvert

Gangguan gangguan mental emosional lebih mengarah


kepada gangguan neurosis, yaitu:

1. Depresi
2. Ansieras
3. Penurunan energi
4. Koginitif
5. Somatic

- COVID-19

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah jenis virus


baru pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada 31
Desember 2019 (WHO, 2020). Presiden Indonesia melaporkan
kasus pertama yang terjadi di Indonesia pada tanggal 2 Maret
2020 (Ihsanuddin, 2020). Dokter Merry Dame Cristy (Pane, 2020)
mengatakan,penyakit ini bisa menyebabkan infeksi pernapasan
berat, seperti infeksi paruparu(pneumonia).

Virus ini menular melalui percikan dahak (droplet) dari


saluran pernapasan, penularan dapat terjadi saat seorang
menghirup droplet dari penderita atau apabila droplet terkena
mata maka dapat beresiko tertular pernyakit ini (Limbong, 2020).
Gejala awal yang dirasakan jika terinfeksi virus ini seperti terkena
gejala flu, yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan
dan sakit kepala (Pane, 2020). virus corona (Tuwu, 2020).
Protokol kesehatan juga sudah ditetapkan oleh pemerintah sebagai
salah satu cara mengurangi penularan seperti memakai masker,
mencuci tangan, dan menjaga jarak (Mardhia et al., 2020).

9
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang


menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode
statistika (Azwar. 2007: 5). Menurut Subana dan Sudrajat (2005: 25)
penelitian kuantitatif dilihat dari segi tujuan, penelitian ini dipakai untuk
menguji suatu teori, menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik,
dan untuk menunjukkan hubungan antar variabel dan adapula yang sifatnya
mengembangkan konsep. mengembangkan pemahaman atau
mendiskripsikan banyak hal.

Adappun Spesifikasi penelitian ini adalah bersifat deskriptif yaitu


untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang
terjadi sekarang (ketika penelitian berlangsung) dan penyajiannya apa
adanya.

10
BAB IV

KERANGKA PENULISAN LAPORAN

4.1 Kerangka Penulisan

A. Latar Belakang
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitan
E. Landasan Teori
F. Metode Penelitian
G. Kerangka Penulisan Laporan
H. Penutup

11
BAB V

PENUTUP

Remaja adalah kelompok penduduk di suatu wilayah yang memiliki


rentang usia 10-19 tahun (WHO 2015). Masa remaja merupakan masa
peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa (Stuart, 2013). Selama
tahap pertumbuhan dan perkembangan remaja terdapat banyak perubahan..
Anak-anak dan remaja di masa pandemi ini sangat rentan terhadap risiko stres
berkelanjutan sehingga kesehatan jiwa mereka membutuhkan pertimbangan
khusus selama dan setelah pandemi berakhir.
Depresi dan ansietas merupakan gangguan jiwa yang paling umum
ditemukan pada usia anak-anak dan juga remaja dimana gangguan tersebut
memberikan dampak buruk yang signifikan dan bahkan dapat mencetus ide
bunuh diri pada mereka (Courney, D., et.al. 2020). Jarnawi (2020) juga
menyimpulkan bahwa pandemi ini tidak hanya mengacaukan tatanan hidup
tetapi juga memunculkan gangguan psikologis seperti stres dalam bentuk
ketakutan, kegelisahan dan kecemasan.

12

Anda mungkin juga menyukai