1) AI DIDAH
2) ERLINA ROSIDA
3) LABIBAH MAHMUDA
4) LAOJA LUTFILAH GALFANI
5) PUTRI AYU MALIA
6) RETNO DWI LESTARI
7) ULFA MEITA PERMATA
8) WULAN NURHALIMAH
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
RESUME
“KONSEP STRES”
A. Pengertian Stres
Hipotalamus
Dengan mensyarafi
Medula Mata Kelenjar Sistem Sistem Sistem GI Hati Sistem Kelenjar Sel
Adrenal Air mata Pernafasan Kardiovaskuler (Lambung Perkemihan Keringat lemak
dan Usus)
Mengeluarkan
Menurunkan libido
Frigiditas Impotensi
Peningkatan Penurunan respon Menurunkan Respon inflamasi Peningkatan retensi
Glukogenesis kekebalan (respon yang meneyebabkan natrium dan air
peradangan
Gambar () Sindrom “flight or flight” tahap stres yang berkepanjangan (Towsend, 1996)
2. Adaptasi Psikologis
Adaptasi psikologis merupakan proses penyesuaian secara psikologis
dengan cara memberikan mekanisme pertahanan diri yang bertujuan untuk
melindungi atau bertahan dari serangan atau hal yang tidak menyenangkan.
Terdapat dua cara untuk mempertahankan diri dari berbagai stresor, yaitu
dengan cara melakukan koping atau penanganan berorientasi pada tugas atau
yang dikenal dengan pemecahan masalah (problem solving) dan koping ego
oriented atau mekanisme pertahanan diri. Indikator emosional / psikologi dan
perilaku stress :
a. Ansietas
b. Depresi, kehilangan motivasi, mudah lupa
c. Kepenatan, kehilangan harga diri
d. Peningkatan penggunaan bahan kimia
e. Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.
f. Kelelahan mental, perasaan tidak adekuat, dan sebaainya.
3. Adaptasi Perkembangan
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk
menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan,
seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan
karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress yang
berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran
menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem,
stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan, yang
meliputi :
a. Masa Bayi, mereka mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan
pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992).
b. Anak Usia Sekolah, stress ditunjukkan oleh ketidakmampuann atau
ketidakinginan untuk mengembangkan hubungan berteman.
c. Remaja, mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu yang
bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Tanpa sistem pendukung
sosial sering menunjukkan peningkatan masalah psikososial (Dubos, 1992).
d. Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke
tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung
jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor mencakup konflik antara harapan
dan realitas.
e. Usia setengah baya biasanya terlibat dalam membangun keluarga,
menciptakan karier yang stabil dan kemungkinan merawat orang tua
mereka. Mereka biasanya dapat mengontrol keinginan dan pada beberapa
kasus menggantikan kebutuhan pasangan, anak-anak, atau orang tua dari
kebutuhan mereka. Namun dapat timbul stress, jika mereka merasa terlalu
banyak tanggung jawab yang membebani mereka.
f. Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan dalam
keluarga dan kemungkinan terhadap kematian dari pasangan atau teman
hidup. Usia dewasa tua juga harus menyesuaikan terhadap perubahan
penampilan fisik dan fungsi fisiologis. Perubahan besar dalam kehidupan
seperti memasuki masa pensiun juga menegangkan.
4. Adaptasi Sosial Budaya
Adaptasi sosial budaya, merupakan cara untuk mengadakan perubahan
dengan melakukan proses penyesuaian perilaku yang sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat.
5. Adaptasi Spiritual
Adaptasi spiritual, merupakan proses penyesuaian diri dengan melakukan
perubahan perilaku yang didasarkan pada keyakinan atau kepercayaan yang
dimiliki sesuai dengan agama yang dianutnya. Stress yang berat dapat
mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin memandang
stressor sebagai hukuman.
G. Reaksi dan Respon Tubuh Terhadap Stres
Respon stres melibatkan semua fungsi tubuh, sehingga terlampau besarnya
stres yang menghabiskan sumber-sumber adaptif kita dapat menyebabkan
kelelahan, beragam masalah kesehatan, dan bahkan akibat yang fatal.
1. Respon Fisik
a) Rambut: Terjadi perubahan warna rambut menjadi kecoklat-coklatan serta
kusam, ubanan (rambut memutih) terjadi sebelum waktunya, dan kerontokan
rambut.
b) Mata: gangguan ketajaman penglihatan
c) Telinga: Timbul suara berdenging (tinitus).
d) Ekspresi wajah: Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut,
mimik nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum/tertawa.
e) Mulut: Mulut dan bibir terasa kering, sukar menelan, hal ini disebabkan
karena otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps)
sehingga serasa “tercekik”.
f) Kulit: Pada kulit dari sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau
keringat berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah, kulit
menjadi lebih kering.
g) Sistem Pernafasan: Nafas terasa berat dan sesak
h) Sistem Kardiovaskuler: Jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar
(dilatation) atau menyempit (constriction). Pembuluh darah tepi (perifer)
terutama di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga menyempit sehingga
terasa dingin dan kesemutan.
i) Sistem Pencernaan: Lambung terasa kembung, mual dan pedih, mulas,
sukar buang air besar atau sebaliknya sering diare.
j) Sistem Perkemihan: Frekuensi untuk buang air kecil lebih sering dari
biasanya.
k) Sistem Otot dan tulang: Otot terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan
tegang.
l) Sistem Endokrin: Kadar gula yang meninggi dan gangguan menstruasi yang
tidak teratur dan rasa sakit (dysmenorrhoe).
2. Respon Psikologis
Faktor-faktor Psikologis dapat mempengaruhi fungsi fisik begitupula
sebaliknya, faktor psikologis yang mempengaruhi dari masa lalu dikenal dengan
psikosomatis (psychosomatic) atau psikofisiologis.
3. Daya pikir
Pada orang seseorang yang mengalami stres, kemampuan bepikir dan
mengingat serta konsentrasi menurun. Orang menjadi pelupa dan seringkali
mengeluh sakit kepala pusing.
Menurut Steven M. Caffe, respons dibagi menjadi (3) bagian yaitu :
1. Kognitif : berkaitan dengan pengetahuan keterampilan dan informasi
seseorang terhadap sesuatu. Respons ini timbul apabila adanya perubahan
terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh banyak orang.
2. Afektif : berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap
sesuatu. Respons ini timbul ketika ada perubahan yang disenangi oleh
banyak orang.
3. Konatif : berhubungan dengan prilaku nyata yang meliputi tindakan atau
perbuatan, oleh karena itu proses perubahan sikap tersebut tergantung pada
keselarasan.
H. Cara Mengatasi Stres
Secara umum ada dua cara yang dapat dilakukan sebagai upaya mengatasi stres
yakni koping yang berfokus pada penyelesaian masalah dan koping yang berfokus
pada emosi. Tahapan atau perilaku yang dapat dilakukan sebaai upaya
penyelesaian koping yang berfokus pada emosi adalah:
1. Meniadakan fakta-fakta yang tidak menyenangkan.
2. Kontrol diri.
3. Membuat jarak.
4. Penilaian secara positif.
5. Menerima tanggung jawab.
6. Meningkatkan dukungan sosial.
7. Relaksasi.
Stress merupakan suatu permasalah yang sering kali dialami oleh setiap
individu dan akan berdampak negatif apabila hal ini terus menrus terjadi. Oleh
sebab itu, ada beberapa cara yang dapat dilakukan sebaai upaya preventif dalam
menghindari stres seperti:
1. Pengaturan diet dan nutrisi.
2. Istirahat dan tidur yang cukup.
3. Olahraga atau latihan yang teratur.
4. Tidak merokok.
5. Tidak minum minuman beralkohol.
6. Pengaturan berat badan.
7. Mengelola waktu.
J. Konsep Kehilangan, Kematian, dan Berduka
1. Konsep Kehilangan
Menurut Yosep, 2010 (dalam Laluyan, Kanine, Wowiling, 2014),
Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan.Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan, tergantung
dari :
⚫ Arti dari kehilangan
⚫ Sosial budaya
⚫ Kepercayaan/spiritual
⚫ Peran seks
⚫ Status social ekonomi
⚫ Kondisi fisik dan psikologi individu
a. Bentuk bentuk kehilangan
1) Kehilangan orang yang berarti
2) Kehilangan kesejahteraan
3) Kehilangan milik pribadi
b. Sifat kehilangan
1) Tiba-tiba (tidak dapat diramalkan)
2) Berangsur-angsur (dapat diramalkan)
c. Tipe kehilangan
1) Actual Loss: Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh
orang lain, sama dengan individu yang mengalami kehilanhan.
2) Perceived Loss (psikologis): Perasaan individual, tetapi menyangkut
hal-hal yang tidak dapat dira atau dinyatakan secara jelas.
3) Anticipatory Loss: Perasaan kehilangan terjadi sebe;um terjadi.
Individu memperhatikan perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu
kehilangan yang akan berlangsung. Sering terjadi pada keluarga
dengan klien (angota) menderita sakit terminal.
d. Lima kategori kehilangan
1) Kehilangan objek eksternal.
2) Kehilangan lingkungan yang telah dikenal
3) Kehilangan orang terdekat
4) Kehilangan aspek diri
5) Kehilangan hidup
e. Tahapan proses kehilangan
1) Stressor internal atau eksternal - gangguan dan klien - individu
berfikir positif - kompensasi positif terhadap kegiataan yang
dilakukan-perbaikan-mampu beradaptasi dan merasa nyaman.
2) Stessor internal atau eksternal-gangguan dan kehilangan-indidu
berfikir negatif- tidak berdaya-marah dan berlaku agresif-
diekspresikan ke dalam diri(tidak diungkapkan)-muncul gejala sakit
fisik.
3) Stressor internal atau eksternal-gangguan dan kehilangan-individu
berfikir negatif- tidak destriktif- perasaan bersalah- ketidaberdayaan.
2. Konsep Kematian
Kematian adalah terhentinya fungsi jantung dan paru – paru secara
menetap,atau terhentinya kerja otak secara permanen.ini dapat dilihat dari tiga
sudut pandang tentang definisi kematian,yakni kematian jaringan,kematian
otak,yakni kerusakan otak yang tidak dapt pulih dan kematian klinik,yakni
kematian orang tersebut.
a. Tanda – tanda kematian
Secara tradisional, pandangan masyarakat tentang kematian telah
mengalami perubahan – perubahan nadi, respirasi dan tekanan darah.
World Medical Assembly menetapkan beberapa petunjuk tentang indikasi
kematian, yaitu tidak ada respons terhadap rangsangan dari luar secara
total,tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan,tidak ada
refleks,dan gambaran mendatar pada EKG.
Tanda – tanda kematian terbagi kedalam tiga tahap, yakni menjelang
kematian, saat kematiaan, dan setelah kematian.
1) Mendekati kematian: Tanda – tanda fisik menjelang kematian meliputi
sebagian berikut .
a) penurunan tonus otot: gerakan ekstermitas berangsur – angsur
menghilang, khususnya pada kaki dan ujung kaki.
• Sulit berbicara
• Tubuh semakin lemah
• Aktivitas saluran pencernaan menurun sehingga perut
membuncit.
• Otot rahang dan muka mengendur sehingga dagu menjadi turun.
• Rahang bawa cenderung turun.
• Sulit menelan, refleks gerakan menurun.
• Mata sedikit terbuka.
• Penurunan gekgiatan traktus gastrointestinal, ditandai dengan
nausea,, muntah, kembung, obtisipasi, dan sebagainnya
• Penurunan kontrol sfingter urinari dan rektal
• Gerakan tubuh yang terbatas
b) Sirkulasi melemah
• Suhu klien tinngi, tetapi kaki, tangan, dan ujung hidung klien
tersa dingin dan lembab
• Kulit ektermitas dan ujung hidung tanpa kebiruan, kelabu, atau
pucat.
• Nadi mualai teratur, dan cepat.
• Tekanan darah menuru.
• Peredaran perifer terhenti.
• Kemunduran dalam sensasi.
c) Kegagalan fungsi sensorik
• Sensasi nyeri menurun atu hilang.
• Pandangan mata kabur/berkabut.
• Kemapuan indra beransur- ansur.
• Sensasi panas, lapar, dingin, dan tajam menurun
• Gangguan penciuman dan perabaan.
• Variasi variasi tingaka dapat di lihat sebelum kematian. Kadang
–kadang klien tetap sadarsampai meninggal.
• Penudengaran merupakan sensori terakhir yang berfungsi
sebelum meninggal.
d) Penurunan / keggagalan fungsi pernafasan
• Mengerok (deat reattle) / bunyi napas terdengar kasar.
• Pernapasan tidak teratur dan berlangsung melalui mulut.
• Pernapasan sheyne stokes.
e) Perubahan –perubahan dalam tanda- tanda vital
• Nadi lambat dan lemah
• Tekanan darah turn
• Pernapsan cepat, cepat dangkal, dan tidak teratur.
2) Saat kematian. Fase ini di tandai dengan ciri – ciri sebagai berikut.
a) Terhentinya pernapasan, nadi, tekanan darah, dan fungsi otak ( paru,
jantung, dan otak)
b) Hilangnya responds terhadap stimulus
c) Hilangnnya kontron atas sfingter kandung kemih dan rectum
(inkontienennsia) akkibat peredaran yang terhambat , kaki dan
ujung hidung menjadi dingin.
d) Hilangnya kemampuan panca indra, hanya indra pendengar yang
paling lama dapat berfunsi.
e) Adanaya garis dasar pada mesin elekttroensefalografi
menunjukkan terhentinya aktivitas listrik otak untuk penilaian pasti
suatu kematian.
3) Setelah kematian. Fase ini di tandai dengan ciri cirisebagai berikut.
a) Rigor mortis (kaku).tubuh menjadi kaku. 2- 4 jam setelah kematian
b) Argor mortis ( dingin) suhu tutuh pelahan- lahan turun
c) Livor mortis ( post mortem dikompesition) perubahan pada daerah
yang tertekan, jarimgan melunak dan bakteri sangatbanyak.\
Setelah klien meninngal, perawat bertugas melakukan perawatan pada
jenazahnya. Disamping itu perawat juga bertugas memberikan asuhan
keperawatankepada keluarg dan orang terdekat klien.
b. Sebab – sebab kematian
1) Penyakit
2) Kecelakaan.
c. Tipe – tipe perjalanan menjelang kematian
1) Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui
2) Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui
3) Kematian yang belum pasti
4) Kemungkinan mati dan sembuh
5) Kematian yang belum pasti
6) Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu
3. Konsep Berduka
Berduka (grieving) merupakan kondisi dimana individu atau keluarga
mengalami respon alamiah yang melibatkan reaksi psikososial dan psikologis
terhadap kehilangan aktual atau kehilangan yang dirasakan (Carpenito-Moyet,
2009). Ada beberapa teori yang mengemukakakan mengenai berduka:
Yearning and
Berkembangnya kesadaran Marah
protest
Anguish,
Restitusi Tawar-menawar disorganization Konfrontasi
and despair
Idealization
(Bisa merasa bersalah dan
sangat menyesal tentang Identification in
Depresi
kurang perhatiannya di bereavement
masa lalu terhadap
almarhum)
Reorganization / the out
come Reorganization
Penerimaan akomodasi
(Kesadaran baru telah and restitution
berkembang)
a. Jenis-jenis Berduka
1) Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang
normal terhadap kehilangan.
2) Berduka antisipatif, yaitu proses’melepaskan diri’ yang muncul
sebelum kehilangan atau kematian yang sesungguhnya terjadi.
3) Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju
ke tahap berikutnya,yaitu tahap kedukaan normal.
b. Tanda dan Gejala Berduka
1) Ungkapan kehilangan
2) Menangis
3) Gangguan tidur
4) Kehilangan nafsu makan
5) Sulit berkonsentrasi
6) Karakteristik berduka yang berkepanjangan,yaitu:
7) Mengingkari kenyataan kehilngan terjadi dalam waktu yang lama
8) Sedih berkepanjangan
9) Adanya gejala fisik yang berat
10) Keinginan untuk bunuh diri
c. Rentang Respon Emosional
Adaptif
Maladaptif
Henricus Dimas Frandi Cahyo Broto. 2016. Stres Pada Mahasiswa Penulis Skripsi
[Skripsi]. Yogyakarta (ID). Universitas Sanata Darma.
Ike Mardiati A, Fatkhulhq Hidayatullah, Cokro Aminoto. 2018. Faktor Eksternal
Tingkat Stres Mahasiswa Keperawatan dalam Adaptasi Proses Pembelajaran.
STIKESPKU Muhammadiyah Surakarta. The 7th University Research
Colloqium 2018 STIKESPKU Muhammadiyah Surakarta.
LePine, J. A.;LePine, M. A.;Jackson, C. (en)"Challenge and Hindrance Stress:
Relationships with Exhaustion, Motivation to Learn, and Lerning Performance,"
Journal of Applied Psychology, Oktober 2004, hal. 883-891.
Mega Maria Laluyan, Esrom Kanine, Ferdinand Wowiling. 2014. Gambaran Tahapan
Kehilangan Dan Berduka Pasca Banjir Pada Masyarakat Di Kelurahan Perkamil
Kota Manado.
Nasib Tua Lumban Gaol. 2016. Teori Stres: Stimulus, Respons, dan Transaksional.
Buletin Psikologi 2016 Vol. 24, No. 1, 1 – 11, ISSN 2528-5858 (Online).
Sutejo. 2016. Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Jiwa: Gangguan Jiwa dan
Psikososial. Yogyakarta: Pustaka Baru
Uliyah, Musrifatul, dan Alimul Hidayat,A.Aziz.2006.Keterampilan Dasar Praktik
Klinik Untuk Kebidanan.Jakarta : Salemba Medika
Yudi Suharsono, Zainul Anwar. 2020. Analisis Stres dan Penyesuaian Diri pada
Mahasiswa. Jurnal Online Psikologi 2020, Vol. 8, No. 1, 1 – 12.
Yuni, Siti Nurjanah. 2020. Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Proses Adaptasi
Pada Mahasiswa Baru Keperawatan S1 Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah September 2020