Anda di halaman 1dari 19

KONSEP STRES DAN ADAPTASI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:

1) AI DIDAH
2) ERLINA ROSIDA
3) LABIBAH MAHMUDA
4) LAOJA LUTFILAH GALFANI
5) PUTRI AYU MALIA
6) RETNO DWI LESTARI
7) ULFA MEITA PERMATA
8) WULAN NURHALIMAH

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI NERS

2020
RESUME

“KONSEP STRES”

A. Pengertian Stres

Menurut Agoes, 2003 dalam (Mardiati, Hidayatullah, Aminoto, 2018), stres


merupakan reaksi psikologis yang mengakibatkan seseorang merasa tegang atau
cemas karena ketidakmampuan mengatasi atau meraih tuntutan atau keinginannya.
Menurut Suharsono dan Anwar (2020), Stres merupakan suatu kondisi yang
dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber
daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan dan dianggap penting, namun
dihadapkan dengan kondisi yang hasilnya tidak pasti. Menurut Yuni dan Nurjana
(2020), tuntutan yang terlalu banyak, terlebih jika beban tersebut berada di luar
batas kemampuannya dapat memicu stress pada individu tersebut.
Menurut Safaria, saputra, 2009 (dalam Broto, 2016), stres merupakan suatu
kondisi ketegangan yang terjadi pada individu ketika mendapatkan masalah atau
tantangan dan individu tersebut belum mampu menemukan jalan keluarnya.
Seseorang yang belum mampu menemukan jalan keluar untuk mengatasi masalah,
bisa jadi dikarenakan banyak pikiran lain yang mengganggu ketika ia mulai
berpikir untuk mencari solusinya, pada saat inilah terdapat ketidakseimbangan
antara tuntutan dan kemampuan untuk mengatasinya.
Stres adalah kondisi akibat terjadinya perubahan lingkungan yang menantang,
mengancam, dan merusak terhadap keseimbangan atau ekulibirium dinamis
seseorang.
B. Sumber-Sumber Stress
Terdapat beberapa sumber-sumber stress yang dapat mengganggu kesehatan
psikis manusia. Menurut Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986) kondisi fisik,
lingkungan dan sosial yang merupakan penyebab dari kondisi stres disebut dengan
stressor. Lazarus & Cohen (1984) mengklasifikasikan stressor kedalam tiga
kategori, yaitu :
1. Catacysmic Event: Fenomena besar atau tiba–tiba terjadi, seperti kejadian-
kejadian penting yang mempengaruhi banyak orang seperti bencana alam.
2. Personal Stressor: Kejadian–kejadian penting mempengaruhi sedikit orang atau
sejumlah orang tertentu, seperti kritis keluarga.
3. Background stressor: Pertikaian atau permasalahan yang bisa terjadi setiap hari,
seperti masalah dalam pekerjaan dan rutinitas pekerjaan.
Sarafino (1998) membagi tiga jenis sumber stres yang dapat terjadi pada
kehidupan individu :
1. Sumber yang berasal dari individu: stres ini dapat timbul melalui dua cara yakni
penyakit dan konflik.
2. Sumber yang berasal dari keluarga: bersumber dari perilaku, kebutuhan, dan tie
kepribadian masing-masing anggota keluarga.
3. Sumber stres yang berasal dari komunitas dan masyarakat
C. Bentuk-Bentuk Stres
Berikut ini adalah beberapa jenis stres yang perlu Anda kenali agar Anda tahu
harus berbuat apa seperti yang saya kutip dari forum online, silahkan disimak :
1. Stres Biasa
Tipe stres seperti baik untuk sistem imun kita. Selain itu, tipe stres ini juga dapat
membuat banyak orang lebih mudah untuk menciptakan tujuan dan menikmati
proses mencapainya dengan penuh energi.
2. Distres Internal
Distres merupakan tipe stres negatif hasil dari pengalaman buruk, ancaman, atau
perubahan situasi yang tidak terduga dan tidak nyaman.
3. Distres Akut
Distres akut terjadi ketika seseorang mengalami distres yang dipicu oleh
peristiwa buruk yang berlalu dengan cepat. Sementara stres kronik terjadi ketika
seseorang harus menahan stres dalam waktu yang lama.
4. Hipostres
Hipostres berarti "ketidakadaan" stres, tetapi bisa juga diartikan kebosanan yang
ekstrem.
5. Eustres
Eustres membuat tubuh dan pikiran menjadi siap untuk menghadapi banyak
tantangan, bahkan bisa tanpa disadari.
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi respon
Respon terhadap stressor yang diberikan pada individu akan berbeda, hal
tersebut tergantung dari faktor stressor dan kemampuan koping yang dimiliki oleh
individu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi respon individu diantaraya:
1. Sifat stressor
2. Durasi stressor
3. Jumlah stressor
4. Pengalaman masa lalu
5. Tipe kepribadian
6. Tahap perkembangan
E. Adaptasi terhadap stressor
Adaptasi adalah suatu cara untuk mengatasi tekanan dari lingkungan sekitar
untuk tetap menjaga keseimbangan tubuhnya. Sehingga terjadi perubahan anatomi,
fisiologis dan psikologis di dalam diri seseorang sebagai reaksi terhadap stress.
Adaptasi pada Stress dapat meliputi :
1. Secara Frontal : cara menyesuaikan diri terhadap stress dengan menghadapi
rintangan secara sadar realistik, obyektif, dan rasional.
2. Menggunakan Mekanisme Defensif yaitu :
a) Proyeksi : Menyalahkan orang lain
b) Introversi : Menarik diri
c) Kegembiraan dan kesibukan
Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi
yang optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk
perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian
atau penguasaan situasi (Selye, 1976, Monsen, Floyd dan Brookman, 1992).
Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam
atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat
berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap stressor dan
beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Sehingga adaptasi
membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.
F. Macam-Macam Adaptasi Terhadap Stress
1. Adaptasi Fisiologis
Adaptasi fisiologis Menurut Seyle dalam Elizabeth (2005), membagi adaptasi
fisiologis menjadi sindrom adaptasi lokal (Local Adaptation Syndrome- LAS)
dan sindrom adaptasi umum (General Adaptation Syndrome - GAS).
a. LAS (Local Adaptation Syndrome- LAS)
Merupakan proses adaptasi yang bersifat lokal, ciri LAS adalah sebagai
berikut :
1) Bersifat lokal, yaitu tidak melibatkan seluruh sistem tubuh.
2) Bersifat adapatif, yaitu diperlukan stressor untuk memanipulasinya
3) Bersifat jangka pendek, yaitu tidak berlangsung selamanya.
4) Bersifat restorative, yaitu membantu memperbaiki homeostatis daerah
atau bagian tubuh
b. GAS (General Adaptation Syndrome - GAS)
Menurut Gaol (2016), Proses adaptasi yang bersifat umum atau sistemik,
GAS terdiri dari beberapa tahap yaitu alarm (tanda bahaya), resistance
(perlawanan), dan exhaustion (kelelahan).
1) Tahap reaksi alarm merupakan suatu kondisi yang tidak diinginkan dan
terjadi ketika ada perbedaan antara kenyataan yang sedang terjadi dan
situasi yang diharapkan (Ursin & Eriksen, 2004). Sebagai akibatnya,
tubuh menerima rangsangan dan secara alami mengaktifkan reaksi
flight-or-fight karena adanya kondisi yang berpotensi mengancam
kestabilan kondisi tubuh (Lyon, 2012). Pada tahap pertama ini akan
timbul seperti sakit di dada, jantung berdebar-debar, sakit kepala,
disfagia (kesulitan menelan), kram, dan lain sebagainya (Rice, 2011).
2) Tahap Resistensi merupakan tahapan yang terjadi saat alarm tidak
berakhir atau terus menerus berlangsung. Peristiwa ini terjadi karena
pada tahap kedua terjadi konflik dengan tahap pertama (Rice, 2011).
Oleh karena itu, selama proses perlawanan di tahap resistance ada
kemungkinan akan timbulnya penyakit, seperti radang sendi, kanker,
dan hipertensi (Lyon, 2012).
3) Tahap kelelahan, tahap ini ditandai dengan terjadinya kelelahan
Kondisi ini dikarenakan tubuh benar-benar tidak sanggup lagi
mengadakan perlawanan terhadap sumber stres. Tubuh tidak mampu
menghadapi stressor, regulasi fisiologis menurun, dan jika stress terus
berlanjut dapat menyebabkan kematian.
TEORI STRESS DAN ADAPTASI

Hipotalamus

Merangsang sistem saraf simpatik

Dengan mensyarafi

Medula Mata Kelenjar Sistem Sistem Sistem GI Hati Sistem Kelenjar Sel
Adrenal Air mata Pernafasan Kardiovaskuler (Lambung Perkemihan Keringat lemak
dan Usus)

Pelepasan Peningkatan Peningkatan


1. Menurunkan Motilitas ureter
Nonepinefrin Sekresi Lipolisis
Motilitas
dan epinefrin Dilatasi kontraksi otot
lambung dan
bronkiolus kandung kemih;
usus
Dilatasi mengakibatkan 2. Menurunkan relaksasi
Pupil peningkatan sekresi Sfingter
frekuensi kontraksi Peningkatan
pernafasan sfingter
1. Peningkatan 1. Peningkatan sekresi
Kontraksi Glikogenolisi
jantung s dan
2. Peningkatan glukoneogen
Curah Jantung esis
Gambar () Sindrom “flight or flight” tahap awal (Towsend, 1996) 3. Peningkatan 2. Menurunkan
frekuensi denyut Sintetsis
jantung glikogen
4. Menurunkan
tekanan darah
Hipotalamus

Merangsang kelenjar hifosis


(Kelenjar bawah otak)

Mengeluarkan

Hormon Vasopresin (ADH) Hormon Pertumbuhan Hormon tirotropik Gonadotropin


adrenokortikotropik
(ACTH)

1. Peningkatan tekanan Merangsang kelenjar (pada permulaan stress)


darah melalui Efek langsung pada tiroid
penyeempitan metabolisme protein, 1. Peningkatan hormon
Vasopresin (ADH) seks,kemudian
pembuluh darah karbohidrat dan
2. Retyensi air lemak yang menetap karena stress
menyebabkan Peningkatan laju 2. Menurunnya sekresi
peningkatan glukosa metabolisme basal hormon seks
Vasopresin (ADH) dan asam lemak
bebas serum

Menurunkan libido
Frigiditas Impotensi
Peningkatan Penurunan respon Menurunkan Respon inflamasi Peningkatan retensi
Glukogenesis kekebalan (respon yang meneyebabkan natrium dan air
peradangan

Gambar () Sindrom “flight or flight” tahap stres yang berkepanjangan (Towsend, 1996)
2. Adaptasi Psikologis
Adaptasi psikologis merupakan proses penyesuaian secara psikologis
dengan cara memberikan mekanisme pertahanan diri yang bertujuan untuk
melindungi atau bertahan dari serangan atau hal yang tidak menyenangkan.
Terdapat dua cara untuk mempertahankan diri dari berbagai stresor, yaitu
dengan cara melakukan koping atau penanganan berorientasi pada tugas atau
yang dikenal dengan pemecahan masalah (problem solving) dan koping ego
oriented atau mekanisme pertahanan diri. Indikator emosional / psikologi dan
perilaku stress :
a. Ansietas
b. Depresi, kehilangan motivasi, mudah lupa
c. Kepenatan, kehilangan harga diri
d. Peningkatan penggunaan bahan kimia
e. Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.
f. Kelelahan mental, perasaan tidak adekuat, dan sebaainya.
3. Adaptasi Perkembangan
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk
menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan,
seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan
karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress yang
berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran
menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem,
stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan, yang
meliputi :
a. Masa Bayi, mereka mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan
pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992).
b. Anak Usia Sekolah, stress ditunjukkan oleh ketidakmampuann atau
ketidakinginan untuk mengembangkan hubungan berteman.
c. Remaja, mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu yang
bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Tanpa sistem pendukung
sosial sering menunjukkan peningkatan masalah psikososial (Dubos, 1992).
d. Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke
tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung
jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor mencakup konflik antara harapan
dan realitas.
e. Usia setengah baya biasanya terlibat dalam membangun keluarga,
menciptakan karier yang stabil dan kemungkinan merawat orang tua
mereka. Mereka biasanya dapat mengontrol keinginan dan pada beberapa
kasus menggantikan kebutuhan pasangan, anak-anak, atau orang tua dari
kebutuhan mereka. Namun dapat timbul stress, jika mereka merasa terlalu
banyak tanggung jawab yang membebani mereka.
f. Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan dalam
keluarga dan kemungkinan terhadap kematian dari pasangan atau teman
hidup. Usia dewasa tua juga harus menyesuaikan terhadap perubahan
penampilan fisik dan fungsi fisiologis. Perubahan besar dalam kehidupan
seperti memasuki masa pensiun juga menegangkan.
4. Adaptasi Sosial Budaya
Adaptasi sosial budaya, merupakan cara untuk mengadakan perubahan
dengan melakukan proses penyesuaian perilaku yang sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat.
5. Adaptasi Spiritual
Adaptasi spiritual, merupakan proses penyesuaian diri dengan melakukan
perubahan perilaku yang didasarkan pada keyakinan atau kepercayaan yang
dimiliki sesuai dengan agama yang dianutnya. Stress yang berat dapat
mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin memandang
stressor sebagai hukuman.
G. Reaksi dan Respon Tubuh Terhadap Stres
Respon stres melibatkan semua fungsi tubuh, sehingga terlampau besarnya
stres yang menghabiskan sumber-sumber adaptif kita dapat menyebabkan
kelelahan, beragam masalah kesehatan, dan bahkan akibat yang fatal.
1. Respon Fisik
a) Rambut: Terjadi perubahan warna rambut menjadi kecoklat-coklatan serta
kusam, ubanan (rambut memutih) terjadi sebelum waktunya, dan kerontokan
rambut.
b) Mata: gangguan ketajaman penglihatan
c) Telinga: Timbul suara berdenging (tinitus).
d) Ekspresi wajah: Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut,
mimik nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum/tertawa.
e) Mulut: Mulut dan bibir terasa kering, sukar menelan, hal ini disebabkan
karena otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps)
sehingga serasa “tercekik”.
f) Kulit: Pada kulit dari sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau
keringat berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah, kulit
menjadi lebih kering.
g) Sistem Pernafasan: Nafas terasa berat dan sesak
h) Sistem Kardiovaskuler: Jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar
(dilatation) atau menyempit (constriction). Pembuluh darah tepi (perifer)
terutama di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga menyempit sehingga
terasa dingin dan kesemutan.
i) Sistem Pencernaan: Lambung terasa kembung, mual dan pedih, mulas,
sukar buang air besar atau sebaliknya sering diare.
j) Sistem Perkemihan: Frekuensi untuk buang air kecil lebih sering dari
biasanya.
k) Sistem Otot dan tulang: Otot terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan
tegang.
l) Sistem Endokrin: Kadar gula yang meninggi dan gangguan menstruasi yang
tidak teratur dan rasa sakit (dysmenorrhoe).
2. Respon Psikologis
Faktor-faktor Psikologis dapat mempengaruhi fungsi fisik begitupula
sebaliknya, faktor psikologis yang mempengaruhi dari masa lalu dikenal dengan
psikosomatis (psychosomatic) atau psikofisiologis.
3. Daya pikir
Pada orang seseorang yang mengalami stres, kemampuan bepikir dan
mengingat serta konsentrasi menurun. Orang menjadi pelupa dan seringkali
mengeluh sakit kepala pusing.
Menurut Steven M. Caffe, respons dibagi menjadi (3) bagian yaitu :
1. Kognitif : berkaitan dengan pengetahuan keterampilan dan informasi
seseorang terhadap sesuatu. Respons ini timbul apabila adanya perubahan
terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh banyak orang.
2. Afektif : berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap
sesuatu. Respons ini timbul ketika ada perubahan yang disenangi oleh
banyak orang.
3. Konatif : berhubungan dengan prilaku nyata yang meliputi tindakan atau
perbuatan, oleh karena itu proses perubahan sikap tersebut tergantung pada
keselarasan.
H. Cara Mengatasi Stres
Secara umum ada dua cara yang dapat dilakukan sebagai upaya mengatasi stres
yakni koping yang berfokus pada penyelesaian masalah dan koping yang berfokus
pada emosi. Tahapan atau perilaku yang dapat dilakukan sebaai upaya
penyelesaian koping yang berfokus pada emosi adalah:
1. Meniadakan fakta-fakta yang tidak menyenangkan.
2. Kontrol diri.
3. Membuat jarak.
4. Penilaian secara positif.
5. Menerima tanggung jawab.
6. Meningkatkan dukungan sosial.
7. Relaksasi.

I. Cara Mencegah Stres

Stress merupakan suatu permasalah yang sering kali dialami oleh setiap
individu dan akan berdampak negatif apabila hal ini terus menrus terjadi. Oleh
sebab itu, ada beberapa cara yang dapat dilakukan sebaai upaya preventif dalam
menghindari stres seperti:
1. Pengaturan diet dan nutrisi.
2. Istirahat dan tidur yang cukup.
3. Olahraga atau latihan yang teratur.
4. Tidak merokok.
5. Tidak minum minuman beralkohol.
6. Pengaturan berat badan.
7. Mengelola waktu.
J. Konsep Kehilangan, Kematian, dan Berduka
1. Konsep Kehilangan
Menurut Yosep, 2010 (dalam Laluyan, Kanine, Wowiling, 2014),
Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan.Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan, tergantung
dari :
⚫ Arti dari kehilangan
⚫ Sosial budaya
⚫ Kepercayaan/spiritual
⚫ Peran seks
⚫ Status social ekonomi
⚫ Kondisi fisik dan psikologi individu
a. Bentuk bentuk kehilangan
1) Kehilangan orang yang berarti
2) Kehilangan kesejahteraan
3) Kehilangan milik pribadi
b. Sifat kehilangan
1) Tiba-tiba (tidak dapat diramalkan)
2) Berangsur-angsur (dapat diramalkan)
c. Tipe kehilangan
1) Actual Loss: Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh
orang lain, sama dengan individu yang mengalami kehilanhan.
2) Perceived Loss (psikologis): Perasaan individual, tetapi menyangkut
hal-hal yang tidak dapat dira atau dinyatakan secara jelas.
3) Anticipatory Loss: Perasaan kehilangan terjadi sebe;um terjadi.
Individu memperhatikan perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu
kehilangan yang akan berlangsung. Sering terjadi pada keluarga
dengan klien (angota) menderita sakit terminal.
d. Lima kategori kehilangan
1) Kehilangan objek eksternal.
2) Kehilangan lingkungan yang telah dikenal
3) Kehilangan orang terdekat
4) Kehilangan aspek diri
5) Kehilangan hidup
e. Tahapan proses kehilangan
1) Stressor internal atau eksternal - gangguan dan klien - individu
berfikir positif - kompensasi positif terhadap kegiataan yang
dilakukan-perbaikan-mampu beradaptasi dan merasa nyaman.
2) Stessor internal atau eksternal-gangguan dan kehilangan-indidu
berfikir negatif- tidak berdaya-marah dan berlaku agresif-
diekspresikan ke dalam diri(tidak diungkapkan)-muncul gejala sakit
fisik.
3) Stressor internal atau eksternal-gangguan dan kehilangan-individu
berfikir negatif- tidak destriktif- perasaan bersalah- ketidaberdayaan.
2. Konsep Kematian
Kematian adalah terhentinya fungsi jantung dan paru – paru secara
menetap,atau terhentinya kerja otak secara permanen.ini dapat dilihat dari tiga
sudut pandang tentang definisi kematian,yakni kematian jaringan,kematian
otak,yakni kerusakan otak yang tidak dapt pulih dan kematian klinik,yakni
kematian orang tersebut.
a. Tanda – tanda kematian
Secara tradisional, pandangan masyarakat tentang kematian telah
mengalami perubahan – perubahan nadi, respirasi dan tekanan darah.
World Medical Assembly menetapkan beberapa petunjuk tentang indikasi
kematian, yaitu tidak ada respons terhadap rangsangan dari luar secara
total,tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan,tidak ada
refleks,dan gambaran mendatar pada EKG.
Tanda – tanda kematian terbagi kedalam tiga tahap, yakni menjelang
kematian, saat kematiaan, dan setelah kematian.
1) Mendekati kematian: Tanda – tanda fisik menjelang kematian meliputi
sebagian berikut .
a) penurunan tonus otot: gerakan ekstermitas berangsur – angsur
menghilang, khususnya pada kaki dan ujung kaki.
• Sulit berbicara
• Tubuh semakin lemah
• Aktivitas saluran pencernaan menurun sehingga perut
membuncit.
• Otot rahang dan muka mengendur sehingga dagu menjadi turun.
• Rahang bawa cenderung turun.
• Sulit menelan, refleks gerakan menurun.
• Mata sedikit terbuka.
• Penurunan gekgiatan traktus gastrointestinal, ditandai dengan
nausea,, muntah, kembung, obtisipasi, dan sebagainnya
• Penurunan kontrol sfingter urinari dan rektal
• Gerakan tubuh yang terbatas
b) Sirkulasi melemah
• Suhu klien tinngi, tetapi kaki, tangan, dan ujung hidung klien
tersa dingin dan lembab
• Kulit ektermitas dan ujung hidung tanpa kebiruan, kelabu, atau
pucat.
• Nadi mualai teratur, dan cepat.
• Tekanan darah menuru.
• Peredaran perifer terhenti.
• Kemunduran dalam sensasi.
c) Kegagalan fungsi sensorik
• Sensasi nyeri menurun atu hilang.
• Pandangan mata kabur/berkabut.
• Kemapuan indra beransur- ansur.
• Sensasi panas, lapar, dingin, dan tajam menurun
• Gangguan penciuman dan perabaan.
• Variasi variasi tingaka dapat di lihat sebelum kematian. Kadang
–kadang klien tetap sadarsampai meninggal.
• Penudengaran merupakan sensori terakhir yang berfungsi
sebelum meninggal.
d) Penurunan / keggagalan fungsi pernafasan
• Mengerok (deat reattle) / bunyi napas terdengar kasar.
• Pernapasan tidak teratur dan berlangsung melalui mulut.
• Pernapasan sheyne stokes.
e) Perubahan –perubahan dalam tanda- tanda vital
• Nadi lambat dan lemah
• Tekanan darah turn
• Pernapsan cepat, cepat dangkal, dan tidak teratur.
2) Saat kematian. Fase ini di tandai dengan ciri – ciri sebagai berikut.
a) Terhentinya pernapasan, nadi, tekanan darah, dan fungsi otak ( paru,
jantung, dan otak)
b) Hilangnya responds terhadap stimulus
c) Hilangnnya kontron atas sfingter kandung kemih dan rectum
(inkontienennsia) akkibat peredaran yang terhambat , kaki dan
ujung hidung menjadi dingin.
d) Hilangnya kemampuan panca indra, hanya indra pendengar yang
paling lama dapat berfunsi.
e) Adanaya garis dasar pada mesin elekttroensefalografi
menunjukkan terhentinya aktivitas listrik otak untuk penilaian pasti
suatu kematian.
3) Setelah kematian. Fase ini di tandai dengan ciri cirisebagai berikut.
a) Rigor mortis (kaku).tubuh menjadi kaku. 2- 4 jam setelah kematian
b) Argor mortis ( dingin) suhu tutuh pelahan- lahan turun
c) Livor mortis ( post mortem dikompesition) perubahan pada daerah
yang tertekan, jarimgan melunak dan bakteri sangatbanyak.\
Setelah klien meninngal, perawat bertugas melakukan perawatan pada
jenazahnya. Disamping itu perawat juga bertugas memberikan asuhan
keperawatankepada keluarg dan orang terdekat klien.
b. Sebab – sebab kematian
1) Penyakit
2) Kecelakaan.
c. Tipe – tipe perjalanan menjelang kematian
1) Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui
2) Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui
3) Kematian yang belum pasti
4) Kemungkinan mati dan sembuh
5) Kematian yang belum pasti
6) Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu
3. Konsep Berduka
Berduka (grieving) merupakan kondisi dimana individu atau keluarga
mengalami respon alamiah yang melibatkan reaksi psikososial dan psikologis
terhadap kehilangan aktual atau kehilangan yang dirasakan (Carpenito-Moyet,
2009). Ada beberapa teori yang mengemukakakan mengenai berduka:

PERBANDINGAN EMPAT TEORI PROSES BERDUKA


KUBLER-ROSS MARTOCCHIO
ENGEL (1964) RANDO (1991)
(1969) (1985)
Shock and
Shock dan tidak percaya Menyangkal Penghindaran
disbelief

Yearning and
Berkembangnya kesadaran Marah
protest

Anguish,
Restitusi Tawar-menawar disorganization Konfrontasi
and despair

Idealization
(Bisa merasa bersalah dan
sangat menyesal tentang Identification in
Depresi
kurang perhatiannya di bereavement
masa lalu terhadap
almarhum)
Reorganization / the out
come Reorganization
Penerimaan akomodasi
(Kesadaran baru telah and restitution
berkembang)

a. Jenis-jenis Berduka
1) Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang
normal terhadap kehilangan.
2) Berduka antisipatif, yaitu proses’melepaskan diri’ yang muncul
sebelum kehilangan atau kematian yang sesungguhnya terjadi.
3) Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju
ke tahap berikutnya,yaitu tahap kedukaan normal.
b. Tanda dan Gejala Berduka
1) Ungkapan kehilangan
2) Menangis
3) Gangguan tidur
4) Kehilangan nafsu makan
5) Sulit berkonsentrasi
6) Karakteristik berduka yang berkepanjangan,yaitu:
7) Mengingkari kenyataan kehilngan terjadi dalam waktu yang lama
8) Sedih berkepanjangan
9) Adanya gejala fisik yang berat
10) Keinginan untuk bunuh diri
c. Rentang Respon Emosional

Adaptif
Maladaptif

Respon Reaksi Supresi Reaksi Depresi/mania


emosional berduka rumit emosi berduka tertunda
DAFTAR PUSTAKA
Cavanaugh, M. A. "An Empirical Examination of Self-Reported Work Stress Among
U.S. Managers", Journal of Applied Psychology, hal. 65-74
Definition and Conceptualization of Stress in Organizations, Thousand Oaks: Sage,
2002, hal. 189.
Girdano, L A. 2005. Controlling Stress and Tension 7th edition. San Fransisco :
Benjamin Cumming
Hawari, D. 2011. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta:Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Henricus Dimas Frandi Cahyo Broto. 2016. Stres Pada Mahasiswa Penulis Skripsi
[Skripsi]. Yogyakarta (ID). Universitas Sanata Darma.
Ike Mardiati A, Fatkhulhq Hidayatullah, Cokro Aminoto. 2018. Faktor Eksternal
Tingkat Stres Mahasiswa Keperawatan dalam Adaptasi Proses Pembelajaran.
STIKESPKU Muhammadiyah Surakarta. The 7th University Research
Colloqium 2018 STIKESPKU Muhammadiyah Surakarta.
LePine, J. A.;LePine, M. A.;Jackson, C. (en)"Challenge and Hindrance Stress:
Relationships with Exhaustion, Motivation to Learn, and Lerning Performance,"
Journal of Applied Psychology, Oktober 2004, hal. 883-891.

Mega Maria Laluyan, Esrom Kanine, Ferdinand Wowiling. 2014. Gambaran Tahapan
Kehilangan Dan Berduka Pasca Banjir Pada Masyarakat Di Kelurahan Perkamil
Kota Manado.
Nasib Tua Lumban Gaol. 2016. Teori Stres: Stimulus, Respons, dan Transaksional.
Buletin Psikologi 2016 Vol. 24, No. 1, 1 – 11, ISSN 2528-5858 (Online).
Sutejo. 2016. Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Jiwa: Gangguan Jiwa dan
Psikososial. Yogyakarta: Pustaka Baru
Uliyah, Musrifatul, dan Alimul Hidayat,A.Aziz.2006.Keterampilan Dasar Praktik
Klinik Untuk Kebidanan.Jakarta : Salemba Medika

Yudi Suharsono, Zainul Anwar. 2020. Analisis Stres dan Penyesuaian Diri pada
Mahasiswa. Jurnal Online Psikologi 2020, Vol. 8, No. 1, 1 – 12.

Yuni, Siti Nurjanah. 2020. Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Proses Adaptasi
Pada Mahasiswa Baru Keperawatan S1 Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah September 2020

Anda mungkin juga menyukai