Anda di halaman 1dari 15

Tugas Psikologi dan Sosial Dan Budaya

“ Konsep Adaptasi dan Proskep Terhadap Stress”

Dosen Pengampu :

Yunita Gabriela madu Ns,M., Kes

KELOMPOK 3

Indri Nova Again C2114201020

Jeane Marlen Malawau C2114201022

Jesika Herman C2114201023

Kristiani Rita C2114201025

Maria Ivoni Melti C2114201026

Marshanda Naddah pongantung C2114201028

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR
TAHUN 2022
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan izin dan kuasaNyalah
penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “Konsep Adaptasi dan Proskep Terhadap Stress”
ini dengan baik.

Ucapan terima kasih, kepada Teman-teman pembimbing yang telah memberikan bimbingan
serta pengarahan dalam hal struktur maupun penyusunan makalah ini, sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan-
kekurangan dan kelemahan-kelemahan, untuk ini saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi untuk perbaikan pada masa yang akan datang.
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................
A. Latar Belakang..........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................
A.Pengertian Adaptasi..................................................................................................
B. Pengertian Stress.......................................................................................................
C.Proskep Stress............................................................................................................
BAB III PENUTUP.............................................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
Bab II

Pembahasan
A. Pengertian Adaptasi
Adaptasi/penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi
juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). Mengubah diri sesuai
dengan keadaan lingkungan sifatnya pasif (autoplastik), misalnya seorang bidan desa
harus dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma dan nilai nilai yang dianut
masyarakat desa tempat ia bertugas. Sebaliknya, apabila individu berusaha untuk
mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan sendiri sifatnya adalah aktif (alloplastis),
misalnya seorang bidan desa ingin 1956 mengubah perilaku ibu-ibu di desa untuk
menyusui bayi sesuai degan menajemen laktasi (Sunaryo, 2002).
Menurut Robbins (2003), adaptasi adalah suatu proses yang menempatkan manusia yang
berupaya mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan untuk menghadapi lingkungan dan
kondisi sosial yang berubah-ubah agar tetap bertahan.
Berdasarkan dua pengertian di atas dapat disimpulkan adaptasi merupakan pertahanan
yang didapat sejak lahir atau diperoleh karena belajar dari pengalaman untuk mengatasi
masalah. Yaitu secara individu atau kelompok dituntut beradaptasi ketika memasuki
suatu lingkungan baru, misalnya; keluarga, perusahaan, Bangsa, menata atau menanggapi
lingkungannya.
Adaptasi terbagi menjadi 2:
1. Adaptasi Fisologis
Merupakan proses penyesuaian tubuh secara alamiah atau secara fisiologis untuk
mempertahankan keseimbangan dan berbagai faktor yang menimbulkan atau
mempengaruhi keadaan menjadi tidak seimbang Adaptasi secara fisiologis dapat
dibagi menjadi dua yaitu sindrom adaptasi lokal atau LAS (local adaptation
syndroma) dan Sindrome adaptasi umum atau GAS (General adaptation Syndrome).
a. Sindrom Adaptasi Umum
Sejak tahun 1930 hingga 1950, Hans selye mengembangkan hipotesis atau lawan
dari cannon untuk mendeskripsikan sindrom adaptasi umum (general adaptation
syndrome/GAS), yaitu tiga tahap reaksi stress dan gas menggambarkan
bagaimana respon tubuh respon tubuh terhadap stressor melalui reaksi
peringatan, tahap pertahanan dan tahap kelelahan dan GAS dirancang secara
tidak langsung oleh kejadian fisik atau secara tidak langsung oleh kejadian
fisiologis.
1) Reaksi alarm terjadi ketika system saraf simpatik dan saraf endokrin
bereaksi tehadap stress(misalnya system fight to fight) tahap sinyal ini
adalah mobilisasi awal dimana badan menemui tantangan yang diberikan
oleh penyebab stress. Ketika penyebab stress ditemukan, otak mengirimkan
suatu pesan biokimia kepada semua sistem tubuh. Pernafasan meningkat,
tekanan darah naik, ketegangan otot naik dan seterusnya jika penyebab
stress terus aktif maka akan beralih pada tahap perlawanan (Yosep,I:2007).

Bagian atau Sistem Tubuh Adaptasi Terhadap Stress


Hipotalamus Stimulan system saraf simpatik
System saraf simpatik (sss) Stimulan medulla adrenal
Medulla adrenal Melepaskan epinerin dan non epinefrin
Mata Dilatasi pupil
Kelenjar air mata Meningkatkan sekresi air mata
System pernafasan Dilatasi bronkiolus dan pembuluh darah
pulmonary meningkatkan frekuensi
pernafasan
System kardiovascular Meningkatkan kekuatan kontraksi jantung
Meningkatkan curah jantung
Meningkatkan tekanan darah
System gastrointestinal Menurunkan motilitas gastrik (lambung
dan usus)
Liver Glikogenolosis (pemecahan glukosa) dan
gluconeogenesis (meningkatkan
pembentukan glukosa dari zat tubuh
lainya)
Menurunkan sintesis glikogen
Traktus urinarius Meningkatkan motilitas ureter
Kontraksi otot kandung kemih
Merelaksasikan sfingter kandung kemih
Kelenjar keringat dan sel sel Meningkatkan sekresi dan lipolysis
lemak

2) Tahap resistensi merupakan respons adaptif yang berusaha membatasi


kerusakan akibat stress tubuh mempertahankan dan merespond reaksi
peringatan dengan cara yang berlawanan. Kadar hormon, denyut jantung,
tekanan darah dan curah jantung kemali ke normal, dan tubuh
memperbaiki segala kerusakan yang terjadi. Namun, jika stresor tetap
ada dan tubuh tidak dapat beradaptasi. maka individu masuk ke tahap
ketiga yaitu kelelahan.
3) Tahap kelelahan adalah ketika kekuatan fisiologik dan psikologik telah
terkuras dan system kekebalan menjadi terdepresi.terjadi saat tubuh tidak
lagi dapat menahan efek stressor dan ketika tubuh menghabiskan energy
yang diperlukan untuk mempertahankan koping. Respon fisiologis telah
diperkuat; tetapi dengan tingkat energi yang rendah, koping seseorang
terhadap stressor akan menurun. Tuuh tidak dapat melindungi dirinya
terhadap dampak dari kejadian, perbedaan regulasi fisiologis, dan jika
stres terus berlanjut, dapat menyebabkan kematian (potter dan
perry,2010) Ilustrasi reaksi stress selama tiga fase (selye, 1982)
b. Sindrom Adaptasi Lokal
Las adalah respon dari jaringan,organ atau bagian tubuh terhadap stress karena
trauma,penyakit atau perubahan fisiologis contoh respon refleksi nyeri dan
respon inflamasi.karakteristik dari LAS yaitu respon adaptif dan tidak
melibatkan seluruh system tubuh.
2. Adaptasi Secara Psikologis
Merupakan proses penyesuaian secara psikologis akibat stressor yang ada, dengan
memberikan mekanisme pertahanan dari dengan harapan dapat melindungi atau
bertahan diri dari serangan atau hal-hal yang tidak menyenangkan. Dalam
adaptasi secara psikologis terdapat dua untuk mempertahankan diri dari berbagai
stressor yaitu dengan cara melakukan koping atau penanganan diantaranya
berorientasi pada tugas (task oriented) yang dikenal dengan problem solving
strategi dan ego oriented atau mekanisme pertahanan diri. Riset lain telah
memfokuskan pada orang yang paling tahan terhadap stres yang tidak mengalami
gangguan fisik atau emosional walaupun menghadapi peristiwa stres beral.
Karakteristik kepribadian individu yang tahan stres atau tabah diringkaskan dalam
pengertian "komitmen". "kendali". Rasa mampu mengendalikan peristiwa
kehidupan mencerminkan perasaan kompetensi dan juga mempengaruhi penilaian
terhadap peristiwa stres
a. Task oriented behavior
Perilaku berorientasi tugas mencakup penggunaan kemampuan kognitif untuk
mengurangi stres, memecahkan masalah. menyelesaikan konflik dan
memenuhi kebutuhan (Stuart & Sundeen, 2005). Tiga tipe umum perilaku
yang berorientasi tugas adalah:
1) Perilaku menyerang Adalah tindakan untuk menyingkirkan atau
mengatasi suatu stresor.
2) Perilaku menarik diri Adalah menarik diri secara fisik atau emosional
dari stresor.
3) Perilaku kompromi Adalah mengubah metode yang biasa digunakan,
mengganti tujuan atau menghilangkan kepuasan terhadap kebutuhan
untuk memenuhi lain atau untuk menghindari stres.
b. Ego Dependen
Mekanisme Perilaku tidak sadar yang memberikan perlindungan
psikologis terhadap peristiwa yang menegangkan. Mekanisme ini sering
kali diaktifkan oleh stressor jangka pendek dan biasanya tidak
mengakibatkan gangguan psikiatrik.Ada banyak mekanisme pertahanan
ego yaitu:
1) Represi Menekan keinginan, impuls/dorongan, pikiran yang tidak
menyenagkan ke alam tidak sadar dengan cara tidak sadar.
2) Supresi Menekan secara sadar pikiran, impuls, perasaan yang tidak
menyenangkan ke alam tidak sadar
3) Reaksi formasi Tingkah laku berlawanan dengan perasaan yang
mendasari tingkah laku tersebut.
4) Rasionalisasi Berusaha memperlihatkan tingkah laku yang tampak
sebagai pemikiran yang logis bukan karena keinginan yang tidak
disadari.
5) Substitusi Mengganti obyek yang bemilai tinggi dengan obyek
yang kurang bernilai tetapi dapat diterima oleh masyarakat.
6) Restitusi Mengurangi rasa bersalah dengan tindakan pengganti
7) Displacement Memindahkan perasaan emosional dari obyek
sebenarnya kepada obyek pengganti.
8) Proyeksi Memproyeksikan keinginan, perasaan, impuls,
pikiranpada orang lain/obyek lain/lingkungan untuk mengingkari.
9) Simbolisasi Menggunakan obyek untuk mewakili ide/emosi yang
menyakitkan untuk diekspresikan
10) Regresi Ego kembali pada tingkat perkembangan sebelumnya
dalam pikiran, perasaan dan tingkah lakunya.
11) Denial Mengingkari pikiran, keinginan, fakta dan kesedihan.
12) Sublimasi Memindahkan energi mental (dorongan) yang tidak
dapat diterima kepada tujuan yang dapat diterima masyarakat.

3. Adaptasi Sosial Budaya


Adaptasi sosial budaya merupakan cara untuk mengadakan perubahan dengan
melakukan proses penyesuaian perilaku sesuai dengan norma yang berlaku
dimasyarakat, berkumpul dalam masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan
(Priyoto, 2014).

B. Pengertian Stress
Stres merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin "Stingere" yang berarti
"keras" (stricus), yaitu sebagai keadaan atau kondisi dari tubuh terhadap situasi yang
menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan, dan merisaukan seseorang
(Febriana & Wahyuningsih, 2011). Stres adalah tanggapan tubuh yang bersifat non-
spesifik terhadap setiap tuntutan terhadapnya. Stres diartikan sebagai keadaan di dalam
hidup seseorang yang menyebabkan ketegangan atau dysforia (kesedihan) (Darmawan,
2008).
Menurut WHO (2003) Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor
psikososial (tekanan mental/beban kehidupan). Stresdewasa ini digunakan secara
bergantian untuk menjelaskan berbagaistimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak
disukai berupa responsfisiologis, perilaku, dan subjektif terhadap stres, konteks
yangmenjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yangmembuat stres semua
sebagai suatu sistem.
Stres adalah kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan
lingkungan, menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi
yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Stres juga
dikatakan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang
berasal dari luar diri seseorang (Legiran, Azis & Bellinawati, 2015).
1. Jenis Stress
a. Distress
Distress (stres negatif) yaitu stres individu yang tidak mampu mengatasi
keadaan emosinya sehingga akan mudah merasakan distress. Distress
memiliki arti rusak dan merugikan. Ciri-ciri individu yang mengalami distress
adalah mudah marah, sulit berkonsentrasi, cepat tersinggung, bingung,
pelupa, pemurung, penurunan akademik dan kesulitan mengambil keputusan
(Rachmadi,2014).
Terjadinya gangguan penyesuaian (distress) dapat menimbulkan gejala-gejala
gangguan psikis dan fisik (psikosomatik) sehingga seseorang tidak lagi
mampu menjalankan fungsinya secara optimal secara psikis dan fisik
Gangguan tersebut dapat berupa gangguan tidur, gangguan konsentrasi,
gangguan pola makan dan gangguan emosi. Jika kondisi ini terjadi pada
mahasiswa tentu akan menghambat proses pendidikannya. Selain itu, secara
timbal balik, proses pendidikan juga merupakan salah satu penyebab stres
(stressor) bagi mahasiswa tingkat akhir karena proses pendidikan merupakan
stresor yang lebih bagi individu. Jika mahasiswa tingkat akhir mengalami
distress akan terjadi hubungan timbal-balik yang terus akan mepengaruhi
proses belajarnya (Hardisman & Pertiwi, 2014).
b. Eustress
Eustress (stres positif) yaitu stres baik atau stres yang tidak mengganggu
individu dan memberikan perasaan senang dan bersemangat. Eustress adalah
respon terhadap stres yang bersifat positif, sehat dan konstruktif
(membangun) (Rachmadi, 2014) Eustress merupakan energi motivasi, seperi
kesenangan, pengharapan, dan gerakan yang bertujuan. Eustress dikatakan
juga sebagai stres yang membangun kesehatan namun, ide sitres yang sehat
bersifat kontroversial karena sulit untuk dikatakan apakah individu telah
diuntungkan karena stres atau beradaptasi dengan penyangkalan stres (Potter
& Perry, 2012).

2. Faktor Penyebab Stress


Munir dan Haryanto membagi stresor menjadi dua bagian, yaitu:
a. Faktor Internal
Faktor yang berasal dari dalam diriseseorang. Bagaimana kondisi emosi
orang yang bersangkutan dapat menimbulkan stres. Emosi adalah setiap
kegiatan pergolakan pikiran, perasaan, dan nafsu Emosi juga dapat diartikan
sebagai keadaan mental seseorang. Secara umum dalam diri manusia terdapat
dua emosi yang berseberangan (berlawanan), yakni positif dan negatif.
Adapun kondisi-kondisi emosional yang dapat memicu munculnya stres
antara lain sebagai berikut: perasaan cinta yang berlebihan, rasa takut yang
berlebihan, kesedihan yang berlebihan, rasa bersalah, terkejut.
b. Faktor Eksternal
Faktor penyebab stres yang berasal dari luar diri seseorang. Dalam faktor
eksternal ini dapat berupa ujian atau cobaan yang berupa kebaikan atau yang
dianggap baik oleh manusia adalah keberhasilan, kesuksesan dalam karir dan
bisnis, kekayaan yang berlimpah, kehormatan, popularitas, dan sebagainya.
Macam kebaikan di atas, jika tidak disikapi dengan baik akan dapat
menimbulkan stres bagi seseorang Berbagai persoalan dan cobaan yang
menimpa kehidupan manusia yang bersifat buruk atau yang dipandang tidak
baik juga merupakan faktor dan penyebab munculnya gangguan jiwa (stres)
pada diri seseorang, yaitu: tertimpa musibah atau bencana alam, bahaya
kelaparan dan kekeringan, kekurangan harta benda, kekurangan hasil panen,
kekurangan dalam diri (cacat tubuh), problem orangtua, dan sebagainya.

Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi stres menurut


Santrock yaitu:
a. Faktor Lingkungan Stres muncul karena suatu stimulus menjadi semakin
berat dan berkepanjangan sehingga individu tidak lagi bisa
mengahadapinya. Ada tiga tipe konflik yaitu mendekat-mendekat
(approach approach). menghindar - menghindar (avoidance avoidance)
dan mendekatmenghindar (approachavoidance). Frustasi terjadi jika
individu tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Stres dapat muncul
akibat kejadian besar dalam hidup maupun gangguan sehari-hari dalam
kehidupan individu.
b. Faktor Kognitif Lazarus percaya bahwa stres pada individu tergantung
pada bagaimana mereka membuat penilaian secara kognitif dan
menginterpretasi suatu kejadian Penilaian kognitif adalah istilah yang
digunakan Lazarus untuk menggambarkan interpretasi individu terhadap
kejadian-kejadian dalam hidup mereka sebagai suatu yang berbahaya,
mengancam, atau menantang (penilaian primer) dan keyakinan mereka
apakah mereka memiliki kemampuan untuk menghadapi suatu
kejadiandengan efektif (penilaianskunder). Strategi "pendekatan" biasanya
lebih baik dari pada strategi "menghindar".
c. Faktor Kepribadian
Pemilihan strategi mengatasi masalah yang digunakan individu
dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian seperti kepribadian optimis dan
pesimis. Menurut Carver dkk (1989) individu yang memiliki kepribadian
optimis lebih cenderung menggunakan strategi mengatasi masalah yang
berorientasi pada masalah yang dihadapi. Individu yang memiliki rasa
optimis yang tinggi lebih mensosiasikan dengan penggunaan strategi
coping yang efektif. Sebaliknya, individu yang pesimis cenderung
bereaksi dengan perasaan negatif terhadap situasi yang menekan dengan
cara menjauhkan diri dari masalah dan cenderung menyalahkan diri
sendiri
d. Faktor Sosial-Budaya
Akulturasi mengacu pada perubahan kebudayaan yang merupakan akibat
dari kontak yang sifatnya terus menerus antara dua kelompok kebudayaan
yang berbeda. Stres alkuturasi adalah konsekuensi negatif dari akulturasi.
Anggota kelompok etnis minoritas sepanjang sejarah telah mengalami
sikap permusuhan, prasangka, dan ketiadaan dukungan yang efektif
selama krisis, yang menyebabkan pengucilan, isolasi sosial, dan
meningkatnya stres.
 Tahapan Stress
Stres yang dialami seseorang dapat melalui beberapa tahapan, menurut Van
Amberg (1979 dalam Alimul 2008), tahapan stres dapat terbagi menjadi enam
tahap diantaranya:
a. Tahap Pertama
Merupakan tahap yang ringan dari stres yang ditandai dengan adanya
semangat bekerja besar, penglihatannya tajam tidak seperti pada
umumnya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan yang tidak
sepertibiasanya, kemudian merasa senang akan pekerjaannya akan tetapi
kemampuan yang dimiliknya semakin berkurang.
b. Tahapan Kedua
Pada stres tahap kedua ini seseorang memiliki ciri sebagai berikut, adanya
perasaan letih sewaktu bangun pagi yang semestinya segar, terasa lelah
setelah makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh
lambung atau perut tidak nyaman, denyut jantung berdebar-debar lebih
dari biasanya, otot-otot punggung dan tengkuk semakin tegang dan tidak
bisa santai.
c. Tahap Ketiga
Pada tahap ketiga ini apabila seseorang mengalami gangguan seperti pada
lambung dan usus seperti adanya keluhan gastritis, buang air besar tidak
teratur, ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak tenang, gangguan
pola tidur seperti sukar mulai untuk tidur, terbangun tengah malam dan
sukar kembali tidur, lemah, terasa seperti tidak memiliki tenaga.
d. Tahap Keempat
Tahap ini seseorang akan mengalami gejala seperti segala pekerjaan yang
menyenangkan terasa membosankan, semula tanggap terhadap situasi
menjadi kehilangan kemampuan untuk merespon secara adekuat, tidak
mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari, adanya gangguan pola tidur,
sering menolak ajakan karena tidak bergairah, kemampuan mengingat dan
konsentrasi menurun karena adanya perasaan ketakutan dan kecemasan
yang tidak diketahui penyebabnya.
e. Tahap Kelima
Stress tahap ini ditandai adanya kelelahan fisik secara mendalam, tidak
mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan sederhana, gangguan
pada sistem pencernaan semakin berat dan perasaan ketakutan dan
kecemasan semakin meningkat.
C. Proses Keperawatan dan Adaptasi Terhadap Stress
1. Pengkajian
a. Kaji ulang riwayat klien untuk adanya stressor
b. Catat gejala fisiologik
c. Tentukan tingkat stress klien
d. Tentukan respons kognitif klien
e. Observasi keluarga
f. Tentukan dampak distress klien terhadap keluarganya
g. Tentukan strategi koping yang digunakan klien.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Analisis stressor intemal dan eksternal yang mempengaruhi klien dan analisis
efektivitas strategi koping yang digunakan klien dan mekanisme defensifnya.
b. Rumuskan diagnosis keperawatan untuk keluarga klien atau klien dan atau
untuk keduanya
c. Gangguan penyesuaian
d. Ansietas
e. Koping individu tidak efektif
f. Koping keluarga tidakefektif
g. Konflik keputusasaan
h. Gangguan polatidur
i. Resiko kekerasan pada diri sendiri atau orang lain
3. Perencanaan dan Identifikasi Hasil
a. Bekerjasama dengan klien, keluarganya atau keduanya untuk menetapkan
tujuan yang realistic.
b. Menentukan kriteria hasil yang diinginkan yang merupakan ukuran untuk
mengevaluasi perkembangan klien sebagai hasil dari intervensi keperawatan
dan perubahan mandiri klien dalam berpikir, berkperasaan atau berperilaku.
1) Menyelidiki adanya stress
2) Mengidentifikasi adanya yang menyebakan stress
3) Menggunakan strategi koping yang baru untuk mengurangi ansietas.
4) Memodifikasi pikiran atau perilaku untuk meningkatkan koping
4. Implementasi
Perawat membantu klien mengidentifikasi steressor dan mengajarkanpada klien
cara-cara memantau respon fisik dan psikologis terhadap stress.
a. Anjurkan klien untuk membatasi asupan kafein dan nikotin
b. Bantu klien meningkatkan tidur dengan tindakan yang memberi rasa nyaman
(mis..mandi air hangat,music.usapan dipunggung)
c. Lindungi klien dari tindakan yang impulsive dengan pengawasan satu orang
d. Bantu klien mengespresikan perasaanya dengan mendengarkan secara aktif
dan memberikan respon empati
e. Beri informasi kepada klien tentang system pendukung yang ada di
komunitas seperti nomor telepon hotline krisis, rujukan kepusat kesehatan
jiwa kelompok swadaya dan klinik serta program manajemen stres.
f. Ajarkan pada klien, keluarga, tentang pengobatan yang diresepkan,
termasuk alasan penggunaanya, dosis, waktu minum obat
tindakanuntukmengatasiefeksamping yang kecil.efeksamping yang
memerlukan perhatian penyedia jasa layanan kesehatan dan apa yang
diperlukan apabila dosisnya terlewati.

Anda mungkin juga menyukai