Disusun oleh:
Pembimbing:
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat
serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah referat yang berjudul
“Depresi pada Mahasiswa Kedokteran” ini dengan baik. Selawat serta salam tak
lupa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita
dari zaman jahiliyah hingga zaman yang terang ini dan semoga kita selalu
mendapatkan syafa’at beliau.
Terimakasih saya ucapkan kepada dr. M. Riza Syah Sp.KJ yang telah
memberikan kesempatan dan waktunya untuk menjadi pembimbing saya dalam
menyelesaikan referat ini. Makalah referat yang berjudul “Depresi pada
Mahasiswa Kedokteran” ini saya sadari masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, saya sebagai penulis memohon maaf jika terdapat beberapa kesalahan dalam
makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya dan bagi saya, penulis yang sedang menempuh kegiatan
kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan.
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
Disusun Oleh:
Muhammad Hafizh Zharfan Lubis 1920221156
Pembimbing
II. Depresi
II.1. Definisi
Gangguan depresi termasuk dalam gangguan mood, yang mengacu pada
keadaan emosi yang menetap, bukan hanya ekspresi eksternal (afektif) pada
keadaan emosional sementara. Gangguan mood terdiri atas sekelompok tanda dan
gejala yang bertahan selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, yang
menunjukkan penyimpangan nyata fungsi habitual seseorang serta kecenderungan
untuk kambuh, sering dapat berbentuk periodik atau siklik.
Pasien dalam keadaan mood terdepresi memperlihatkan kehilangan energi
dan minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, mengalami hilangnya nafsu
makan, berpikir mati atau bunuh diri, juga adanya perubahan tidur dan aktivitas.
Gangguan depresi ini terjadi tanpa riwayat episode manik, campuran, atau
hipomanik. Episode depresif harus ada setidaknya 2 minggu (Elvira &
Hadisukanto, 2017; Sadock, BA & Sadock, VA, 2010).
II.2. Epidemiologi
Gangguan depresif berat paling sering terjadi, dengan prevalensi seumur
hidup sekitar 15%. Penderita perempuan dapat mencapai 25 persen. Pada anak
sekolah didapatkan prevalensi sekitar 2 persen dan usia remaja 5 persen. Jenis
kelamin perempuan dua kali lebih besar dibandingkan laki-laki. Diduga karena
adanya perbedaan hormone, pengaruh melahirkan, dan perbedaan stressor
psikososial. Usia rata-rata sekitar 40 tahun dengan hampir 50 persen awitan
diantara usia 20-50 tahun. Depresi juga lebih sering terjadi pada perempuan yang
menikah, namun hal ini berbanding terbalik dengan laki-laki. Depresi lebih sering
terjadi di daerah pedesaan dibanding daerah perkotaan (Elvira & Hadisukanto,
2017).
II.3. Etiologi
II.3.1. Faktor Biologis
Terdapat kelainan atau disregulasi pada metabolit amin biogenik seperti 5-
hydroxyindoleacetic acid (5-HLAA), homovanilic acid (HVA), dan 3-methoxy-4-
hydroxypheyl-glycol (MHPG) di dalam darah, urin dan cairan serebrospinal (CSF)
pasien dengan gangguan mood (Elvira & Hadisukanto, 2017).
a. Amin Biogenik.
Norepinefrin dan serotonin adalah dua neurotransmitters yang paling terlibat
patofisiologi gangguan mood (Elvira & Hadisukanto, 2017).
1) Norepinefrin. Penurunan regulasi reseptor beta adrenergik dan respons
klinis anti-depresi mungkin berperan langsung sistem noradrenergik pada
depresi. Bukti lain yang juga melibatkan reseptor b2-presipnatik pada
depresi, yaitu aktifnya reseptor yang mengakibatkan pengurangan jumlah
pelepasan norepinefrin. Reseptor b2-presipnatik juga terletak pada neuron
serotonergik dan mengatur jumlah pelepasan serotonin
2) Dopamin. Aktivitas dopamin mungkin berkurang pada depresi. Dua teori
terbaru tentang dopamine dan depresi adalah jalur dopamine mesolimbik
mungkin mengalami disfungsi pada depresi dan reseptor dopamin D 1
mungkin hipoaktif pada depresi.
3) Serotonin. Aktivitas serotonin berkurang pada depresi. Serotonin
bertanggung jawab untuk kontrol regulasi afek, agresi, tidur dan nafsu
makan. Pada beberapa penelitian ditemukan jumlah serotonin yang
berkurang di celah sinap dikatakan bertanggung jawab untuk terjadinya
depresi.
b. Regulasi Neuroendokrin
Berbagai disregulasi neuroendokrin dilaporkan pada pasien dengan
gangguan mood. Aksis neuroendokrin utama yang dimaksud disini adalah
aksis adrenal, tiroid, serta hormon pertumbuhan. Kelainan neuroendokrin lain
yang telah digambarkan pada pasien dengan gangguan mood mecakup
berkurangnya sekresi melatonin nocturnal, pelepasan prolactin pada
pemberian triptofan, kadar basal follicle-stimulating hormone (FSH) dan
luteinizing hormone (LH), serta kadar testosterone pada laki-laki (Sadock, BA
& Sadock, VA, 2010)
c. Pencitraan Otak
Pada pasien depresi berat dengan ciri psikotik, ventrikel sererbri
cenderung membesar. Studi MRI juga menunjukkan bahwa pasien gangguan
depresif berat memiliki nucleus kaudatus dan lobus frontalis yang lebih kecil
(Sadock, BA & Sadock, VA, 2010).
b. Faktor kepribadian
Semua orang, apapun pola kepribadiannya, dapat mengalami depresi
sesuai dengan situasinya. Orang dengan gangguan kepribadian obsesi-
kompulsi, histrionik dan ambang, berisiko tinggi untuk mengalami depresi
dibandingkan dengan gangguan kepribadian paranoid atau antisosial. Pasien
dengan gangguan dan siklotimik berisiko distimik mengalami gangguan
depresi berat (Elvira & Hadisukanto, 2017).
c. Faktor psikodinamik pada depresi
Pemahaman psikodinamik depresi yang dikemukakan oleh Sigmund
Freud dan dilanjutkan oleh Karl Abraham dikenal sebagai pandangan klasik
depresi. Teori tersebutmencakup empat hal utama: (1) gangguan hubungan
ibu-anak selama fase oral (10-18 bulan) menjadi faktor predisposisi untuk
rentan terhadap episode depresi berulang; (2) depresi dapat dihubungkan
dengan cinta yang nyata maupun fantasi kehilangan objek; (3) introjeksi
merupakan terbangkitnya mekanisme pertahanan untuk mengatasi penderitaan
akibat kehilangan objek cinta, (4) Kehilangan objek cinta, diperlihatkan dalam
bentuk campuran antara benci dan cinta, serta perasan marah yang diarahkan
pada diri sendiri (Elvira & Hadisukanto, 2017).
II.6.2. Farmakoterapi
Penggunaan farmakoterapi spesifik diperkirakan melipatgandakan
kemungkinan pasien depresi akan pulih dalam waktu satu bulan. Namun, semua
antidepresan yang saat ini tersedia membutuhkan 3 sampai 4 minggu hingga
memberikan efek terapetik yang bermakna. Indikasi utama antidepresan adalah
episode depresif berat. Gejala pertama yang akan membaik adalah pola tidur dan
nafsu makan yang buruk. Agitasi, ansietas, episode depresif, dan rasa putus asa
selanjutnya akan membaik. Gejala target lain adalah kurang tenaga, konsentrasi
buruk, ketidakberdayaan, dan menurunnya libido (Sadock, BA & Sadock, VA,
2010). Tabel 1 menguraikan golongan obat antidepresan dan contohnya (Maslim
R, 2014):
Tabel 1. Golongan Obat Anti-Depresi
Golongan Obat Contoh Obat
MAOI-Reversible Moclobemide
Melatonergic Agomelatine
BAB III
KESIMPULAN
III.1. Kesimpulan
Gangguan depresi termasuk dalam gangguan mood, dimana pasian dalam
keadaan mood terdepresi memperlihatkan kehilangan energi dan minat, merasa
bersalah, sulit berkonsentrasi, mengalami hilangnya nafsu makan, berpikir mati
atau bunuh diri, juga adanya perubahan tidur dan aktivitas. Depresi dapat
diakibatkan oleh beberapa faktor, salah satunya faktor psikososial, yaitu peristiwa
kehidupan dan stress lingkungan. Mahasiswa kedokteran mangalami kejadian
depresi dan burnout yang lebih tinggi dibanding populasi umum. Pada mahasiswa
kedokteran apabila terjadi burnout akan menyebabkan adanya distress dan
disfungsi emosional yang tinggi, munculnya gejala depresi dan meningkatnya ide
untuk bunuh diri. Penting untuk menerapkan tatalaksana yang tepat baik secara
psikososial maupun farmakoterapi untuk mengobati pasien secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Elvira, SD & Hadisukanto, G 2017. Buku Ajar Psikiatri Edisi 3. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2017.h.259-74
Kroska, E. B., Calarge, C., O’Hara, M. W., Deumic, E., & Dindo, L. (2017).
“Burnout and depression in medical students: Relations with avoidance and
disengagement”. Journal of Contextual Behavioral Science, 6(4), 404–408
Pacheco, J. P. G., Silveira, J. B., Ferreira, R. P. C., Lo, K., Schineider, J. R.,
Giacomin, H. T. A., & Tam, W. W. S. (2019). “Gender inequality and
depression among medical students: A global meta-regression analysis”.
Journal of Psychiatric Research
Puranitee, P., Saetang, S., Sumrithe, S., Busari, J., O., Mook, W. N. K. A. V.,
Heeneman, S (2019). “Exploring burnout and depression of Thai medical
students: the psychometric properties of Maslach burnout inventory”.
International Journal of Medical Education; 10;223-229
Sadock BJ & Saadock VA, 2010, Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis
Edisi 2, Jakarta: EGC
Rotenstein, L. S., Ramos, M. A., Torre, M., Segal, J. B., Peluso, M. J., Guille, C.,
Sen, S., Mata, D. A. (2016). “Prevalence of Depression, Depressive
Symptoms, and Suicidal Ideation Among Medical Students”. JAMA, 316(21),
2214.
Vargas, M., Talledo-Ulfe, L., Heredia, P., Quispe-Colquepisco, S., & Mejia, C. R.
(2018). “Influence of habits on depression in the Peruvian medical student:
Study in seven administrative regions.” Revista Colombiana de Psiquiatría
(English Ed.), 47(1), 32–36.