Staf Pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana, Jakarta
Alamat Korespondensi: theresia.citraningtyas@ukrida.ac.id
Abstrak
Gangguan skizoafektif sempat dipertimbangkan untuk tidak lagi disertakan dalam edisi kelima
Diagnostic and Statistical Manual of mental disorders (DSM-5). Padahal, gangguan skizoafektif
merupakan masalah yang lebih berat daripada skizofrenia maupun gangguan bipolar, dengan jumlah
kasus yang tidak sedikit. Makalah ini mengangkat sebuah kasus sebagai contoh penerapan DSM-5 dan
menjabarkan perbedaan-perbedaannya dengan perangkat diagnostik sebelumnya, yaitu DSM IV/DSM
IV-TR. Makalah ini kemudian menunjukkan bagaimana polemik terkait diagnosis tersebut kemudian
berdampak pada kurangnya konsensus penatalaksanaan, sehingga pada akhirnya tatalaksana harus
didasari oleh konsensus untuk diagnosis lainnya, yaitu gangguan afektif bipolar, sekalipun sebetulnya
gangguan skizoafektif dianggap lebih mendekati skizofrenia.
Abstract
Schizoaffective Disorder was almost not included in the fifth edition of the Diagnostic and Statistical
Manual of mental disorders (DSM-5), even though there are quite a few number of cases with this
condition and the condition is more severe compared to schizophrenia or bipolar disorder. This
journal article presents a case study as an example of DSM-5 application and describes differences
with the previous diagnostic reference, DSM IV/DSM IV-TR. This paper then highlights how the
polemic around this diagnosis affects the lack of consensus on treatment and management. Its
treatment thus needs to be based on the consensus on another diagnosis, bipolar affective disorder,
even though schizoaffective disorder is considered to be more aligned with schizophrenia.
kali putus obat. Hingga pemeriksaan terakhir, dan halusinasi auditorik (suara "Allah" dan
pasien berobat jalan teratur dengan suara yang tidak dikenal), yang terkadang
farmakoterapi risperidon 2x3 mg dan bersifat commanding (untuk sholat dan berbuat
divalproat 2x500mg. ”kebaikan” - tidak jelas bentuknya). Pasien
Pasien tidak pernah menderita penyakit tidak dapat mengartikan peribahasa, dan
berat/kronis atau mengalami kecelakaan berat. banyak melakukan kesalahan saat
Pasien mengkonsumsi alkohol anggur merah mengerjakan soal matematika perkalian dan
oplosan 2-3 gelas semalam 1-2x/minggu. pembagian. Uji penilaian realita terganggu
Pasien merokok 2-3 bungkus per hari. Pasien dengan tilikan derajat dua. Skor Positive and
mengatakan pernah satu kali menghisap dua Negative Syndrome Scale (PANSS) 78.
linting ganja. Pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Pasien lamban dalam tumbuh dan Pemeriksaan darah perifer lengkap, fungsi
berkembang, berjalan setelah usia dua hati, ginjal, profil lipid, dan urin rutin dalam
setengah tahun, dan pada usia empat tahun batas normal. Pasien sejak kecil sering
belum lancar bicara. Pasien sering mengalami mengompol di malam hari (tidak terbangun
kesulitan akademik di sekolah sejak SD. sendiri bila ingin buang air kecil, harus
Selama SMP, ibu pasien mengerjakan semua dibangunkan). Di puskesmas diberi Tofranil
pekerjaan rumah/tugas sekolah pasien. Ketika (Imipramin) 1x25 mg yang membantu pasien
SMA kelas 1, pasien sempat tidak naik kelas untuk dapat tidur malam tanpa mengompol.
lalu dipindahkan ke SMA lain yang mau Pada konsul urologi ditemukan rembesan urin
dibayar untuk mengusahakan pasien naik kelas saat batuk.
dan lulus. Dari kecil pasien sering diolok-olok
oleh teman-temannya sehingga pasien marah Diskusi
dan berkelahi. Sesudah lulus SMA, pasien
lebih banyak menganggur, sempat berganti- Pada DSM-5,1 tidak lagi diberlakukan
ganti pekerjaan sebagai kenek/tukang diagnosis lima aksis, melainkan dilakukan
parkir/penjaga, dan bertahan beberapa hari penyatuan Aksis I hingga III, dengan catatan
beberapa bulan, berhenti karena masalah untuk faktor psikososial dan kontekstual
keuangan atau relasi di tempat kerja. penting (yang dulu Aksis IV pada DSM
Sejak dulu sehari-hari pasien di rumah IV7/DSM IV-TR8) dan disabilitas (dulu Aksis
menghabiskan waktu lama untuk kebersihan V). Global Assessment of Functioning (GAF)
dan penampilan, dan sering marah-marah bila tidak lagi digunakan, dengan digantikan oleh
anggota keluarga tidak ikut memastikan bahwa pengukuran disabilitas berdasarkan WHO
keadaan rumah sesuai kehendak pasien. Pasien Disability Assessment Schedule (WHODAS).
tinggal bersama ayah, ibu, dan adik Langkah-langkah penegakan diagnosis
perempuan pasien yang didiagnosis dengan dijabarkan seperti berikut ini.
retardasi mental ringan-sedang dan Pertama-tama, pada pasien ini mengalami
skizofrenia. Ayah pasien sering memaki dan keadaan yang memenuhi definisi gangguan
memukuli pasien, ibu pasien, dan kakak-adik jiwa menurut DSM-5.1 Menurut DSM-5
pasien (kakak sudah tidak tinggal di rumah), (hlm.20):1
terutama terkait masalah keuangan. Gangguan jiwa adalah sindrom
Pada pemeriksaan status mental ditemukan yang ditandai dengan gangguan yang
penampilan seorang laki-laki sesuai dengan bermakna secara klinis dalam
usianya, mengenakan topi dan jaket. kognisi, regulasi emosi, atau
Perawatan dirinya cukup. Pasien cukup perilaku seseorang yang
kooperatif selama wawancara walaupun mencerminkan disfungsi dalam
terkadang marah-marah tentang keluarganya dasar proses psikologis, biologis,
dan marah-marah bahwa ia dirawat. atau perkembangan dalam fungsi
Pembicaraan spontan, logorrhea, volume suara mental seseorang. Gangguan jiwa
keras. Mood iritabel, afek labil, sesuai topik, biasanya terkait dengan distres atau
ekspresi berlebih. Proses pikirnya asosiasi hendaya yang bermakna dalam
longgar, flight of ideas, sirkumstansial; isi bidang sosial, pekerjaan, atau
pikir waham kejar, waham kebesaran, dan kegiatan penting lainnya. Respons
waham erotomanik, dan waham bizarre. yang sesuai dengan ekspektasi atau
Terdapat halusinasi visual (bayangan pocong) diterima secara budaya terhadap
2. Kebutuhan untuk tidur yang yang kurang, bicara lebih banyak dari
berkurang (cukup tidur hanya biasanya, gagasan berlompat, dan peningkatan
setelah tiga jam tidur). kegiatan bertujuan (bersih-bersih, mandi dan
3. Lebih banyak bicara daripada dandan 4-5 kali sehari, pergi mencari-cari di
biasanya, atau tekanan untuk terus mana pun ada orkes meskipun jauh), dan
bicara. menghabiskan banyak uang. Pasien marah-
4. Gagasan berlompat (flight of ideas) marah, merusak barang-barang, dan
atau pengalaman subjektif bahwa mengancam keluarga, sehingga keluarga
pikiran seperti berlomba-lomba. mendatangkan polisi untuk membawa pasien
5. Distraktibilitas (pikiran mudah untuk dirawat. Pasien tidak dalam pengaruh
teralih pada stimulus eksternal yang zat tertentu.
tidak penting atau tidak relevan), Kriteria A Skizofrenia menurut DSM-5
seperti yang dilaporkan atau (hlm.99) adalah:1
diamati. A. Dua (atau lebih) dari yang berikut ini,
6. Peningkatan kegiatan bertujuan masing-masing terdapat pada masa yang
(baik secara sosial, di tempat kerja bermakna selama satu bulan (atau kurang
atau di sekolah, atau secara seksual) bila berhasil ditata laksana). Minimal salah
atau agitasi psikomotor (kegiatan satu harus [terdiri atas subkriteria] (1), (2),
yang sia-sia/tidak bertujuan). atau (3):
7. Keterlibatan berlebih dalam 1. Waham.
kegiatan dengan potensi tinggi 2. Halusinasi.
konsekuensi menyakitkan (contoh, 3. Bicara kacau (contoh: derailment
belanja berlebihan, berhubungan atau inkoheren).
seksual tanpa pertimbangan, 4. Perilaku yang sangat kacau atau
investasi bisnis yang merugikan) katatonik.
5. Gejala negatif (yaitu, ekspresi emosi
C. Gangguan mood cukup berat untuk atau avolisi).
menyebabkan disfungsi sosial atau Kriteria diagnosis C dan D pada
pekerjaan atau untuk membutuhkan gangguan skizoafektif harus didasari oleh
rawat inap untuk mencegah cedera pada temuan dalam kehidupan semasa sakit pasien.
diri atau orang lain, atau terdapat ciri- Menurut keluarga dan berdasarkan catatan
ciri psikotik. rekam medis, dalam perjalanan penyakit
D. Episode tidak dikarenakan dampak selama hidup pasien, sejak 1997 sudah
fisiologis dari zat (contoh berulang kali terdapat waham atau halusinasi
penyalahgunaan zat, obat, atau tersebut selama dua minggu atau lebih di luar
pengobatan lain) atau akibat keadaan Episode Mood Mayor. Selain itu, menurut
medis. keluarga pasien gejala yang memenuhi kriteria
gangguan mood mayor ditemukan pada
Pada pasien ditemukan mood yang iritabel, sebagian besar dari masa aktif dan residual
yang menurut keluarga lebih dari biasanya, dari penyakit tersebut.
serta kegiatan bertujuan yang abnormal dan Kriteria diagnostik pada DSM IV7/DSM
berlebih hampir sepanjang hari, hampir setiap IV-TR8 sekilas tidak tampak banyak berbeda
hari selama satu minggu (dan dibutuhkan dengan DSM-51, seperti ditampilkan dalam
rawat inap). Selama itu ditemukan lima gejala tabel berikut ini (bagian yang di-bold
Kriteria B, yaitu: rasa percaya diri yang menunjukkan perubahan):
berlebih (waham kebesaran), kebutuhan tidur
Perubahan pertama pada kriteria diagnosis Seperti yang disampaikan oleh Malaspina
ini berkaitan dengan perubahan pada kriteria et al., poin terpenting yang hendak ditekankan
diagnosis lainnya, terutama dihapusnya pada DSM-5 adalah bahwa gangguan
Episode Campuran pada DSM-5.1 Perubahan- skizoafektif merupakan diagnosis yang harus
perubahan pada Episode Depresi Mayor dan memertimbangkan perjalanan penyakit seumur
Manik maupun kriteria A skizofrenia, otomatis hidup, dengan kata lain gangguan skizoafektif
juga dapat memengaruhi penetapan diagnosis merupakan "diagnosis longitudinal".4
gangguan skizoafektif. Perubahan-perubahan Menurut pandangan tersebut diagnosis
tersebut tidak cukup bermakna pada kasus ini. skizoafektif hanya dapat ditegakkan setelah
Tabel 1. Perbedaan antara Kriteria Diagnosis DSM IV7/DSM IV-TR8 dan DSM-51
IV. Perilaku psikomotor abnormal belum dilakukan uji validitas untuk konteks
derajat 0 - tidak ada. dan Bahasa Indonesia. Stres psikososial yang
V. Gejala negatif derajat 0 - tidak berkontribusi pada gangguan jiwa pada pasien
ada. ini adalah ekspresi emosi keluarga tinggi,
VI. Hambatan kognisi derajat 1 kekerasan dalam rumah tangga oleh ayah, dan
(fungsi kognitif tidak jelas di perselisihan soal uang. Ayah pasien sering
luar rentang ekspektasi untuk memaki dan memukuli pasien dan
usia atau status sosioekonomik, keluarganya.
0,5 SD dari mean) - pada pasien Untuk penilaian kondisi secara keseluruhan
ini, terdapat kesan inteligensi yang tercakup pada aksis V pada DSM-
borderline di luar dari gejala IV7/DSM-IV-TR8, DSM-51 menyertakan
psikosis, sehingga tidak jelas. WHO Disability Assessment Schedule
VII. Depresi derajat 0 - tidak ada. (WHODAS) 2.0 (hlm.745). Kuesioner tersebut
VIII. Mania derajat 4/berat (mood belum diterapkan pada pasien ini karena
iritabel setiap hari dan secara belum dilakukan uji validitas dari alat tersebut
ekstensif) dalam konteks dan bahasa Indonesia, terutama
Penilaian derajat keparahan ini merupakan hal karena alat tersebut dimaksudkan untuk
yang baru pada DSM-5.1 dijawab langsung oleh pasien (self-
Selain itu, diagnostik utama psikiatrik administered) atau seseorang yang cukup
tersebut perlu dilengkapi dengan diagnosis mengenal keadaan pasien (bila pasien tidak
penyakit fisik, lainnya. Pada DSM-IV/DSM- dapat menjawab).
IV-TR digunakan sistem aksis. Bila Sekalipun terdapat kemungkinan perbedaan
menggunakan DSM-IV/DSM-IV-TR, diagnosis berdasarkan kriteria DSM-
diagnostik psikiatrik utama ditempatkan pada IV7/DSM-IV-TR8 dan DSM-51, pada akhirnya
aksis I. Pada pasien ini aksis II akan tidak banyak terdapat perbedaan khusus antara
mencantumkan aspek kepribadian anankastik penatalaksanaan gangguan skizoafektif atau
dan inteligensi borderline, aksis III Gangguan Bipolar I tipe manik dengan ciri
menggambarkan penyakit fisik/masalah medis psikotik. Hal ini dikarenakan tidak terdapat
umum overactive bladder dengan stres panduan atau konsensus khusus untuk
incontinence interim, aksis IV masalah gangguan skizoafektif. Perhimpunan Dokter
kekerasan oleh ayah, dan aksis V skor Global Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia
Assessment of Functioning (GAF). Di lain (PDSKJI) memiliki Panduan Tatalaksana
pihak, DSM-5 sudah tidak lagi menggunakan Gangguan Bipolar9 dan Konsensus
aksis, dengan pertimbangan bahwa hal ini Penatalaksanaan Gangguan Skizofrenia10
membingungkan bagi kerja sama lintas namun tidak ada perhatian khusus pada
departemen/disiplin dan sistem administrasi gangguan skizoafektif. Kepustakaan
rumah sakit. Namun, perhatian terhadap cenderung mengelompokkan skizoafektif
aspek-aspek yang selama ini dipisahkan dalam bersama skizofrenia,4 sedangkan pada praktik
kelima aksis tersebut harus tetap mendapat di lapangan, penatalaksanaan gangguan
perhatian. skizoafektif cenderung serupa dengan
Sebagai ganti aksis IV pada DSM- gangguan bipolar I dengan ciri psikotik, yang
IV /DSM-IV-TR8, DSM-51 menganjurkan
7
memadukan antipsikotik dengan mood
penggunaan Cultural Formulation Interview stabilizer.
(CFI) untuk menilai berbagai faktor, termasuk
stres psikososial yang berkontribusi pada
gangguan jiwa pasien. Pengkajian tersebut
termasuk identitas budaya dari individu,
konseptualisasi budaya dari distres, stresor
psikososial dan ciri-ciri budaya kerentanan dan
resiliensi, ciri-ciri budaya relasi antara
individu dan klinisi, serta penilaian
(assessment) budaya secara keseluruhan. Pada
pasien ini, belum dapat digunakan CFI karena
Menurut panduan di atas, dosis terapi tidak efek samping. 12 Ada lima macam titik transisi
perlu diturunkan, kecuali bila terdapat keluhan (5R’s transition points) yang perlu