Anda di halaman 1dari 9

Laporan Kasus

Gangguan Skizoafektif: Penerapan DSM-5 pada Entitas Diagnostik


yang Hampir Dihilangkan
Theresia Citraningtyas

Staf Pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana, Jakarta
Alamat Korespondensi: theresia.citraningtyas@ukrida.ac.id

Abstrak
Gangguan skizoafektif sempat dipertimbangkan untuk tidak lagi disertakan dalam edisi kelima
Diagnostic and Statistical Manual of mental disorders (DSM-5). Padahal, gangguan skizoafektif
merupakan masalah yang lebih berat daripada skizofrenia maupun gangguan bipolar, dengan jumlah
kasus yang tidak sedikit. Makalah ini mengangkat sebuah kasus sebagai contoh penerapan DSM-5 dan
menjabarkan perbedaan-perbedaannya dengan perangkat diagnostik sebelumnya, yaitu DSM IV/DSM
IV-TR. Makalah ini kemudian menunjukkan bagaimana polemik terkait diagnosis tersebut kemudian
berdampak pada kurangnya konsensus penatalaksanaan, sehingga pada akhirnya tatalaksana harus
didasari oleh konsensus untuk diagnosis lainnya, yaitu gangguan afektif bipolar, sekalipun sebetulnya
gangguan skizoafektif dianggap lebih mendekati skizofrenia.

Kata kunci: gangguan skizoafektif, DSM-5, diagnosis, studi kasus

Schizoaffective Disorder: Application of DSM-5 on a Diagnostic Entity


that Was Almost Deleted

Abstract
Schizoaffective Disorder was almost not included in the fifth edition of the Diagnostic and Statistical
Manual of mental disorders (DSM-5), even though there are quite a few number of cases with this
condition and the condition is more severe compared to schizophrenia or bipolar disorder. This
journal article presents a case study as an example of DSM-5 application and describes differences
with the previous diagnostic reference, DSM IV/DSM IV-TR. This paper then highlights how the
polemic around this diagnosis affects the lack of consensus on treatment and management. Its
treatment thus needs to be based on the consensus on another diagnosis, bipolar affective disorder,
even though schizoaffective disorder is considered to be more aligned with schizophrenia.

Keywords: schizoaffective disorder, DSM-5, diagnosis, case study

Pendahuluan skizoafektif merupakan masalah yang lebih


berat daripada skizofrenia ataupun gangguan
Dalam penyusunan edisi kelima Diagnostic bipolar, dengan jumlah kasus yang tidak
and Statistical Manual of mental disorders sedikit.3 Menurut data tak terpublikasi dari
(DSM-5),1 gangguan skizoafektif sempat database asuransi swasta dan Medicare
dipertimbangkan untuk dihapuskan sebagai Amerika Serikat yang dapat diakses oleh
entitas diagnostik.2 Padahal, gangguan Psychosis Work-Group, 2009, gangguan

J. Kedokt Meditek Volume 23, No.64 Okt-Des 2017 47


Gangguan Skizoafektif

skizoafektif ditegakkan untuk sepertiga kasus maupun pandangan yang menyatukan


psikotik non-afektif.4 gangguan spektrum skizofrenia dengan
Gangguan skizoafektif dikatakan kurang gangguan afektif.4
mendapat perhatian karena (1) masalah dalam Makalah ini mengangkat sebuah kasus
penegakan diagnosis di awal, (2) persepsi sebagai contoh penerapan DSM-51 dan
bahwa skizoafektif merupakan sekedar menjabarkan perbedaan-perbedaannya dengan
gabungan tumpang-tindih antara skizofrenia perangkat diagnostik sebelumnya, yaitu DSM
dan gangguan bipolar yang IV7/DSM IV-TR8. Makalah ini kemudian
penatalaksanaannya dengan gabungan menunjukkan bagaimana polemik terkait
pengobatan dari kedua entitas tersebut, dan (3) diagnosis tersebut kemudian berdampak pada
anggapan bahwa gangguan skizoafektif kurangnya konsensus penatalaksanaan,
merupakan bentuk ekstrem dari skizofrenia sehingga pada akhirnya tatalaksana harus
atau gangguan bipolar.3 Pada kebanyakan didasari oleh konsensus untuk diagnosis
penelitian tentang gangguan skizoafektif, skizofrenia dan gangguan afektif bipolar.
pasien dikelompokkan dengan skizofrenia atau
gangguan bipolar dengan ciri psikotik.4 Laporan Kasus
Reliabilitas diagnostik untuk gangguan
skizoafektif rendah sering terdapat Seorang laki-laki berusia 32 tahun dibawa
misdiagnosis dengan skizofrenia.5,6 Gangguan keluarga ke IGD dengan bantuan polisi karena
skizoafektif bahkan sering dianggap sebagai meracau, marah-marah, mengancam dan
diagnosis yang lebih ringan daripada merusak barang-barang di rumah sejak dua
skizofrenia, yang ditegakkan ketika keadaan hari sebelum masuk rumah sakit. Menurut
pasien tidak memenuhi kriteria diagnosis keluarga, sejak satu minggu sebelum masuk
untuk skizofrenia maupun bipolar.4 Menurut rumah sakit, pasien hampir setiap hari dan
sebuah tim dari enam belas sentra di empat sepanjang hari cepat tersinggung, marah-
negara, masalah kurangnya reliabilitas kriteria marah, minta-minta uang, dan banyak bicara.
diagnostik untuk gangguan skizoafektif adalah Pasien mandi dan dandan berjam-jam hingga
karena masih kuatnya pengaruh Kraepelin 4-5x sehari, beres-beres rumah, bergerak terus,
sejak hampir seratus abad yang lalu (1920), sangat sedikit tidur namun tidak mengeluh
yang menekankan dikotomi antara skizofrenia mengantuk/lelah, dan berjalan-jalan hingga
(yang dulu disebut dementia praecox) dan dini hari. Pada pasien terdapat waham kejar
gangguan mood (manic-depressive).4 Hal ini (orang-orang yang bermaksud memfitnah,
dibandingkannya dengan pandangan Kasanin menjebak, dan membunuh pasien), waham
(1933) tentang gangguan skizoafektif sebagai kebesaran (bisa membaca pikiran orang, bisa
gangguan dengan episode afektif dan psikotik bicara jarak jauh), waham erotomanik (ada
yang akut dan singkat “buffée délirante”. 4 artis yang hendak menikahinya), dan waham
Saat ini, sebagian peneliti menekankan bizarre (uang seribuan pasien dicuri dan
gangguan skizoafektif sebagai entitas terpisah membawa keluar angkasa, pasien memiliki
dari baik skizofrenia maupun gangguan mata kucing yang bisa melihat supranatural,
bipolar,3 sementara yang lain menekankan dan pasien bertugas menghindarkan semua
tumpang tindih antara skizofrenia dan orang dari api neraka). Waham ini sudah ada
gangguan bipolar yang antara lain didasari atas sejak sebelum muncul masalah terkait mood.
hasil penelitian genetik seperti Schizophrenia Pasien sudah delapan kali dirawat di
Psychiatric Genome-Wide Association Study bangsal jiwa sebuah rumah sakit sejak tahun
(GWAS) Consortium 2011.4 Oleh karena itu, 1997 hingga 2010 dengan waham kejar,
pencanangan DSM-5 sempat memerdebatkan waham kebesaran, waham erotomanik, dan
dihapuskannya diagnosis tersebut, dan waham bizarre, halusinasi auditorik, visual,
dimasukkannya unsur afektif sebagai dimensi taktil, dan bicara kacau. Pasien juga pernah
dalam spektrum skizofrenia.4 Namun, hal ini mengalami dua kali episode (2-3 minggu)
dianggap terlalu dini, sehingga akhirnya sedih berlebih dengan waham nihilistik dan
klasifikasi skizoafektif dalam DSM-5 usaha bunuh diri. Pasien juga sering marah-
ditujukan untuk mengumpulkan data untuk marah, berkelahi, dan merusak barang. Pasien
konseptualisasi gangguan tersebut di masa sudah pernah diobati dengan haloperidol dan
yang akan datang.4 Prinsip DSM-5 adalah trihexyphenidyl, kemudian risperidon,
memberi ruang untuk pandangan dikotomi divalproat, dan stelazine, dan sempat beberapa

48 J. Kedokt Meditek Volume 23, No.64 Okt-Des 2017


Gangguan Skizoafektif

kali putus obat. Hingga pemeriksaan terakhir, dan halusinasi auditorik (suara "Allah" dan
pasien berobat jalan teratur dengan suara yang tidak dikenal), yang terkadang
farmakoterapi risperidon 2x3 mg dan bersifat commanding (untuk sholat dan berbuat
divalproat 2x500mg. ”kebaikan” - tidak jelas bentuknya). Pasien
Pasien tidak pernah menderita penyakit tidak dapat mengartikan peribahasa, dan
berat/kronis atau mengalami kecelakaan berat. banyak melakukan kesalahan saat
Pasien mengkonsumsi alkohol anggur merah mengerjakan soal matematika perkalian dan
oplosan 2-3 gelas semalam 1-2x/minggu. pembagian. Uji penilaian realita terganggu
Pasien merokok 2-3 bungkus per hari. Pasien dengan tilikan derajat dua. Skor Positive and
mengatakan pernah satu kali menghisap dua Negative Syndrome Scale (PANSS) 78.
linting ganja. Pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Pasien lamban dalam tumbuh dan Pemeriksaan darah perifer lengkap, fungsi
berkembang, berjalan setelah usia dua hati, ginjal, profil lipid, dan urin rutin dalam
setengah tahun, dan pada usia empat tahun batas normal. Pasien sejak kecil sering
belum lancar bicara. Pasien sering mengalami mengompol di malam hari (tidak terbangun
kesulitan akademik di sekolah sejak SD. sendiri bila ingin buang air kecil, harus
Selama SMP, ibu pasien mengerjakan semua dibangunkan). Di puskesmas diberi Tofranil
pekerjaan rumah/tugas sekolah pasien. Ketika (Imipramin) 1x25 mg yang membantu pasien
SMA kelas 1, pasien sempat tidak naik kelas untuk dapat tidur malam tanpa mengompol.
lalu dipindahkan ke SMA lain yang mau Pada konsul urologi ditemukan rembesan urin
dibayar untuk mengusahakan pasien naik kelas saat batuk.
dan lulus. Dari kecil pasien sering diolok-olok
oleh teman-temannya sehingga pasien marah Diskusi
dan berkelahi. Sesudah lulus SMA, pasien
lebih banyak menganggur, sempat berganti- Pada DSM-5,1 tidak lagi diberlakukan
ganti pekerjaan sebagai kenek/tukang diagnosis lima aksis, melainkan dilakukan
parkir/penjaga, dan bertahan beberapa hari penyatuan Aksis I hingga III, dengan catatan
beberapa bulan, berhenti karena masalah untuk faktor psikososial dan kontekstual
keuangan atau relasi di tempat kerja. penting (yang dulu Aksis IV pada DSM
Sejak dulu sehari-hari pasien di rumah IV7/DSM IV-TR8) dan disabilitas (dulu Aksis
menghabiskan waktu lama untuk kebersihan V). Global Assessment of Functioning (GAF)
dan penampilan, dan sering marah-marah bila tidak lagi digunakan, dengan digantikan oleh
anggota keluarga tidak ikut memastikan bahwa pengukuran disabilitas berdasarkan WHO
keadaan rumah sesuai kehendak pasien. Pasien Disability Assessment Schedule (WHODAS).
tinggal bersama ayah, ibu, dan adik Langkah-langkah penegakan diagnosis
perempuan pasien yang didiagnosis dengan dijabarkan seperti berikut ini.
retardasi mental ringan-sedang dan Pertama-tama, pada pasien ini mengalami
skizofrenia. Ayah pasien sering memaki dan keadaan yang memenuhi definisi gangguan
memukuli pasien, ibu pasien, dan kakak-adik jiwa menurut DSM-5.1 Menurut DSM-5
pasien (kakak sudah tidak tinggal di rumah), (hlm.20):1
terutama terkait masalah keuangan. Gangguan jiwa adalah sindrom
Pada pemeriksaan status mental ditemukan yang ditandai dengan gangguan yang
penampilan seorang laki-laki sesuai dengan bermakna secara klinis dalam
usianya, mengenakan topi dan jaket. kognisi, regulasi emosi, atau
Perawatan dirinya cukup. Pasien cukup perilaku seseorang yang
kooperatif selama wawancara walaupun mencerminkan disfungsi dalam
terkadang marah-marah tentang keluarganya dasar proses psikologis, biologis,
dan marah-marah bahwa ia dirawat. atau perkembangan dalam fungsi
Pembicaraan spontan, logorrhea, volume suara mental seseorang. Gangguan jiwa
keras. Mood iritabel, afek labil, sesuai topik, biasanya terkait dengan distres atau
ekspresi berlebih. Proses pikirnya asosiasi hendaya yang bermakna dalam
longgar, flight of ideas, sirkumstansial; isi bidang sosial, pekerjaan, atau
pikir waham kejar, waham kebesaran, dan kegiatan penting lainnya. Respons
waham erotomanik, dan waham bizarre. yang sesuai dengan ekspektasi atau
Terdapat halusinasi visual (bayangan pocong) diterima secara budaya terhadap

J. Kedokt Meditek Volume 23, No.64 Okt-Des 2017 49


Gangguan Skizoafektif

stresor umum seperti kehilangan, dan Gangguan psikotik lainnya". Spektrum


kematian orang yang dicintai, bukan tersebut ditandai oleh abnormalitas dalam satu
gangguan jiwa. Perilaku yang atau lebih dari kelima ranah berikut ini:
bertentangan secara sosial (contoh: "waham, halusinasi, pikiran (bicara) kacau,
politik, keagamaan, atau seksual) perilaku yang sangat kacau atau perilaku
dan konflik-konflik yang terutama motorik yang abnormal (termasuk katatonia),
antara individu dan masyarakat dan gejala negatif" (hlm.87).1 Pada pasien ini
bukan gangguan jiwa, kecuali ditemukan waham, halusinasi, dan asosiasi
pertentangan atau konflik tersebut longgar.
mengakibatkan disfungsi pada Di dalam spektrum tersebut, pada pasien ini
individu seperti yang dijabarkan di dapat ditegakkan diagnosis gangguan
atas. skizoafektif menurut DSM-5, dengan kriteria
diagnosis berikut (hlm. 105):1
Pada pasien ini terdapat gangguan yang A. Masa sakit yang tidak terputus di
bermakna secara klinis, dengan gejala-gejala mana terdapat Episode Mood
kognisi (antara lain waham, asosiasi longgar), Mayor (Depresi Mayor atau Manik)
regulasi emosi (iritabel), dan perilaku (antara bersamaan dengan Kriteria A
lain menghabiskan uang, berkelahi dan Skizofrenia.
merusak barang-barang), dengan skor PANSS B. Waham atau halusinasi selama dua
awal 78. Hal ini menimbulkan distres dan minggu atau lebih di luar Episode
hendaya di bidang sosial (perkelahian dengan Mood Mayor (Depresi Mayor atau
keluarga dan masyarakat sekitar) dan Manik) selama durasi penyakit
pekerjaan (tidak dapat bekerja lama). Pada dalam kehidupan.
pasien ditemukan gejala-gejala yang C. Gejala yang memenuhi kriteria
menyebabkan penderitaan yang cukup episode mood mayor harus ada
bermakna (iritabel) dan menimbulkan hendaya untuk sebagian besar dari masa
dalam fungsi sosial dan pekerjaan pasien. aktif dan residual dari penyakit
Keadaan pada pasien tidak sesuai dengan tersebut.
ekspektasi/diterima secara budaya dan tidak D. Gangguan ini bukan karena dampak
menggambarkan pertentangan sosial umum zat (contoh penyalahgunaan zat,
seperti yang merupakan perkecualian. obat) atau kondisi medis lainnya.
Setelah ditetapkan bahwa pasien Kriteria Episode Mood Mayor yang terpenuhi
mengalami gangguan jiwa, gangguan mental pada pasien adalah episode manik, sesuai
organik disingkarkan. Gejala-gejala pada dengan kriteria pada DSM-5 (hlm.124) berikut
pasien sudah berulang untuk waktu lama dan ini:1
tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung A. Masa tertentu ketika terdapat mood
zat yang pernah digunakan oleh pasien elevasi, ekspansi, atau iritabel yang
(alkohol sesekali, rokok, marijuana 1x) atau abnormal dan persisten dan
kondisi medik umum (enuresis). kegiatan bertujuan yang abnormal
Sesuai urutan pada DSM-5, langkah dan secara persisten meningkat,
berikutnya adalah menyingkirkan gangguan selama minimal satu minggu dan
perkembangan.1 Pada pasien ini terdapat ada hampir sepanjang hari, hampir
riwayat tumbuh-kembang lamban dan setiap hari (atau selama durasi apa
kesulitan akademis yang menimbulkan kesan pun bila dibutuhkan rawat inap).
inteligensi borderline. Hal ini perlu ditegakkan B. Selama masa gangguan mood dan
dengan pemeriksaan lebih lanjut (tes IQ). peningkatan energi atau aktivitas, tiga
Namun, gejala utama yang ada pada pasien (atau lebih) dari gejala-gejala berikut
saat ini (waham, halusinasi, asosiasi longgar, ini (empat bila mood hanya iritabel) ada
kegiatan berlebih) muncul setelah pasien pada tingkat yang bermakna dan
berusia 16 tahun, sehingga pada pasien dapat menandai perubahan yang tampak dari
dinyatakan adanya gangguan jiwa yang tidak perilaku yang biasanya:
berkaitan langsung dengan gangguan 1. Rasa percaya diri yang berlebih
perkembangan yang ada. atau grandiositas.
Berdasarkan DSM-5,1 gangguan pada
pasien termasuk dalam "Spektrum skizofrenia

50 J. Kedokt Meditek Volume 23, No.64 Okt-Des 2017


Gangguan Skizoafektif

2. Kebutuhan untuk tidur yang yang kurang, bicara lebih banyak dari
berkurang (cukup tidur hanya biasanya, gagasan berlompat, dan peningkatan
setelah tiga jam tidur). kegiatan bertujuan (bersih-bersih, mandi dan
3. Lebih banyak bicara daripada dandan 4-5 kali sehari, pergi mencari-cari di
biasanya, atau tekanan untuk terus mana pun ada orkes meskipun jauh), dan
bicara. menghabiskan banyak uang. Pasien marah-
4. Gagasan berlompat (flight of ideas) marah, merusak barang-barang, dan
atau pengalaman subjektif bahwa mengancam keluarga, sehingga keluarga
pikiran seperti berlomba-lomba. mendatangkan polisi untuk membawa pasien
5. Distraktibilitas (pikiran mudah untuk dirawat. Pasien tidak dalam pengaruh
teralih pada stimulus eksternal yang zat tertentu.
tidak penting atau tidak relevan), Kriteria A Skizofrenia menurut DSM-5
seperti yang dilaporkan atau (hlm.99) adalah:1
diamati. A. Dua (atau lebih) dari yang berikut ini,
6. Peningkatan kegiatan bertujuan masing-masing terdapat pada masa yang
(baik secara sosial, di tempat kerja bermakna selama satu bulan (atau kurang
atau di sekolah, atau secara seksual) bila berhasil ditata laksana). Minimal salah
atau agitasi psikomotor (kegiatan satu harus [terdiri atas subkriteria] (1), (2),
yang sia-sia/tidak bertujuan). atau (3):
7. Keterlibatan berlebih dalam 1. Waham.
kegiatan dengan potensi tinggi 2. Halusinasi.
konsekuensi menyakitkan (contoh, 3. Bicara kacau (contoh: derailment
belanja berlebihan, berhubungan atau inkoheren).
seksual tanpa pertimbangan, 4. Perilaku yang sangat kacau atau
investasi bisnis yang merugikan) katatonik.
5. Gejala negatif (yaitu, ekspresi emosi
C. Gangguan mood cukup berat untuk atau avolisi).
menyebabkan disfungsi sosial atau Kriteria diagnosis C dan D pada
pekerjaan atau untuk membutuhkan gangguan skizoafektif harus didasari oleh
rawat inap untuk mencegah cedera pada temuan dalam kehidupan semasa sakit pasien.
diri atau orang lain, atau terdapat ciri- Menurut keluarga dan berdasarkan catatan
ciri psikotik. rekam medis, dalam perjalanan penyakit
D. Episode tidak dikarenakan dampak selama hidup pasien, sejak 1997 sudah
fisiologis dari zat (contoh berulang kali terdapat waham atau halusinasi
penyalahgunaan zat, obat, atau tersebut selama dua minggu atau lebih di luar
pengobatan lain) atau akibat keadaan Episode Mood Mayor. Selain itu, menurut
medis. keluarga pasien gejala yang memenuhi kriteria
gangguan mood mayor ditemukan pada
Pada pasien ditemukan mood yang iritabel, sebagian besar dari masa aktif dan residual
yang menurut keluarga lebih dari biasanya, dari penyakit tersebut.
serta kegiatan bertujuan yang abnormal dan Kriteria diagnostik pada DSM IV7/DSM
berlebih hampir sepanjang hari, hampir setiap IV-TR8 sekilas tidak tampak banyak berbeda
hari selama satu minggu (dan dibutuhkan dengan DSM-51, seperti ditampilkan dalam
rawat inap). Selama itu ditemukan lima gejala tabel berikut ini (bagian yang di-bold
Kriteria B, yaitu: rasa percaya diri yang menunjukkan perubahan):
berlebih (waham kebesaran), kebutuhan tidur
Perubahan pertama pada kriteria diagnosis Seperti yang disampaikan oleh Malaspina
ini berkaitan dengan perubahan pada kriteria et al., poin terpenting yang hendak ditekankan
diagnosis lainnya, terutama dihapusnya pada DSM-5 adalah bahwa gangguan
Episode Campuran pada DSM-5.1 Perubahan- skizoafektif merupakan diagnosis yang harus
perubahan pada Episode Depresi Mayor dan memertimbangkan perjalanan penyakit seumur
Manik maupun kriteria A skizofrenia, otomatis hidup, dengan kata lain gangguan skizoafektif
juga dapat memengaruhi penetapan diagnosis merupakan "diagnosis longitudinal".4
gangguan skizoafektif. Perubahan-perubahan Menurut pandangan tersebut diagnosis
tersebut tidak cukup bermakna pada kasus ini. skizoafektif hanya dapat ditegakkan setelah

J. Kedokt Meditek Volume 23, No.64 Okt-Des 2017 51


Gangguan Skizoafektif

masa banyak episode psikosis di luar langsung menegakkan diagnosis gangguan


gangguan mood selama bertahun-tahun.4 Hal skizoafektif ketika pasien datang ke IGD
ini adalah aspek utama yang berubah dari berdasarkan riwayat penyakit dahulu.
DSM IV7/DSM IV-TR8 ke DSM-51. Tim Sedangkan menurut DSM IV7/DSM IV-TR8,
tersebut menekankan bahwa unsur afektif atau harus terdapat waham atau halusinasi selama
unsur psikotik dari gangguan tersebut dapat minimal dua minggu di luar gejala mood yang
ditekan atau bertambah berat dalam masa prominen pada masa sakit yang sama.
hidup pasien, dengan gambaran klinis sesaat Padahal menurut keluarga, gejala pada pasien
yang dapat berubah-ubah, sehingga tidak dapat ini baru mulai muncul kembali selama 1
didiagnosis secara "potong-lintang" (cross- minggu. Dengan demikian, seandainya
sectional). Hal ini dapat menjadi masalah bagi digunakan DSM IV7/DSM IV-TR8, pada saat
klinisi bila tidak terdapat riwayat perjalanan itu pasien ini hanya memenuhi kriteria
penyakit yang jelas. Kebetulan pasien ini diagnostik untuk Gangguan Bipolar I tipe
selalu berobat teratur ke RSCM, sehingga manik dengan ciri psikotik, sekalipun pasien
terdapat catatan lengkap perjalanan penyakit sudah pernah didiagnosis dengan gangguan
selama ini. skizoafektif sebelumnya (sudah pernah
Perubahan kriteria tersebut sangat penting terdapat waham atau halusinasi selama dua
secara klinis. Pada pasien ini, misalnya, minggu di luar gejala mood).
dengan kriteria diagnosis DSM-5,1 kita dapat

Tabel 1. Perbedaan antara Kriteria Diagnosis DSM IV7/DSM IV-TR8 dan DSM-51

DSM IV7/DSM IV-TR8 DSM-51


A. Masa sakit yang tidak terputus di A. Masa sakit yang tidak terputus di mana,
mana, pada suatu waktu tertentu, terdapat Episode Mood Mayor (Depresi
terdapat Episode Depresi Mayor, Mayor atau Manik) bersamaan dengan
Episode Manik, atau Episode Kriteria A Skizofrenia.
campuran bersamaan dengan gejala
yang memenuhi Kriteria A (bagian yang di-bold pada kriteria DSM-
Skizofrenia. IV/DSM IV-TR dihapus dari DSM-5)
B. Pada masa sakit yang sama, B. Waham atau halusinasi selama 2
terdapat waham atau halusinasi minggu atau lebih di luar Episode
selama minimal 2 minggu di luar Mood Mayor (Depresi Mayor atau
gejala mood yang prominen. Manik) selama durasi penyakit
dalam kehidupan.
C. Gejala yang memenuhi kriteria C. Gejala yang memenuhi kriteria
episode mood harus ada untuk episode mood mayor harus ada untuk
sebagian besar dari masa aktif dan sebagian besar dari masa aktif dan
residual dari penyakit tersebut. residual dari penyakit tersebut.
D. Gangguan ini bukan karena dampak E. Gangguan ini bukan karena dampak
zat (contoh penyalahgunaan zat, zat (contoh penyalahgunaan zat, obat)
obat) atau kondisi medis lainnya. atau kondisi medis lainnya.

Menurut DSM-5 diagnosis gangguan I. Halusinasi derajat 3/sedang (ada


skizoafektif pada pasien ini dilengkapi dengan dorongan untuk bertindak,
spesifikasi Tipe Bipolar ("Subtipe ini berlaku sedikit terganggu oleh suara-
bila Episode Manik adalah bagian dari suara)
tampilan pada pasien"), episode berulang, saat II. Waham derajat 3/sedang (ada
ini sedang dalam episode akut (minimal dua dorongan untuk bertindak
episode - remisi dan relaps) (hlm.106).1 DSM- berdasarkan waham)
5 menggunakan derajat keparahan (severity) III. Bicara kacau derajat 2/ringan
berdasarkan - Clinician-rated dimensions of (sedikit kesulitan mengikuti
psychosis symptom severity (hlm.743) sebagai pembicaraan)
berikut:1

52 J. Kedokt Meditek Volume 23, No.64 Okt-Des 2017


Gangguan Skizoafektif

IV. Perilaku psikomotor abnormal belum dilakukan uji validitas untuk konteks
derajat 0 - tidak ada. dan Bahasa Indonesia. Stres psikososial yang
V. Gejala negatif derajat 0 - tidak berkontribusi pada gangguan jiwa pada pasien
ada. ini adalah ekspresi emosi keluarga tinggi,
VI. Hambatan kognisi derajat 1 kekerasan dalam rumah tangga oleh ayah, dan
(fungsi kognitif tidak jelas di perselisihan soal uang. Ayah pasien sering
luar rentang ekspektasi untuk memaki dan memukuli pasien dan
usia atau status sosioekonomik, keluarganya.
0,5 SD dari mean) - pada pasien Untuk penilaian kondisi secara keseluruhan
ini, terdapat kesan inteligensi yang tercakup pada aksis V pada DSM-
borderline di luar dari gejala IV7/DSM-IV-TR8, DSM-51 menyertakan
psikosis, sehingga tidak jelas. WHO Disability Assessment Schedule
VII. Depresi derajat 0 - tidak ada. (WHODAS) 2.0 (hlm.745). Kuesioner tersebut
VIII. Mania derajat 4/berat (mood belum diterapkan pada pasien ini karena
iritabel setiap hari dan secara belum dilakukan uji validitas dari alat tersebut
ekstensif) dalam konteks dan bahasa Indonesia, terutama
Penilaian derajat keparahan ini merupakan hal karena alat tersebut dimaksudkan untuk
yang baru pada DSM-5.1 dijawab langsung oleh pasien (self-
Selain itu, diagnostik utama psikiatrik administered) atau seseorang yang cukup
tersebut perlu dilengkapi dengan diagnosis mengenal keadaan pasien (bila pasien tidak
penyakit fisik, lainnya. Pada DSM-IV/DSM- dapat menjawab).
IV-TR digunakan sistem aksis. Bila Sekalipun terdapat kemungkinan perbedaan
menggunakan DSM-IV/DSM-IV-TR, diagnosis berdasarkan kriteria DSM-
diagnostik psikiatrik utama ditempatkan pada IV7/DSM-IV-TR8 dan DSM-51, pada akhirnya
aksis I. Pada pasien ini aksis II akan tidak banyak terdapat perbedaan khusus antara
mencantumkan aspek kepribadian anankastik penatalaksanaan gangguan skizoafektif atau
dan inteligensi borderline, aksis III Gangguan Bipolar I tipe manik dengan ciri
menggambarkan penyakit fisik/masalah medis psikotik. Hal ini dikarenakan tidak terdapat
umum overactive bladder dengan stres panduan atau konsensus khusus untuk
incontinence interim, aksis IV masalah gangguan skizoafektif. Perhimpunan Dokter
kekerasan oleh ayah, dan aksis V skor Global Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia
Assessment of Functioning (GAF). Di lain (PDSKJI) memiliki Panduan Tatalaksana
pihak, DSM-5 sudah tidak lagi menggunakan Gangguan Bipolar9 dan Konsensus
aksis, dengan pertimbangan bahwa hal ini Penatalaksanaan Gangguan Skizofrenia10
membingungkan bagi kerja sama lintas namun tidak ada perhatian khusus pada
departemen/disiplin dan sistem administrasi gangguan skizoafektif. Kepustakaan
rumah sakit. Namun, perhatian terhadap cenderung mengelompokkan skizoafektif
aspek-aspek yang selama ini dipisahkan dalam bersama skizofrenia,4 sedangkan pada praktik
kelima aksis tersebut harus tetap mendapat di lapangan, penatalaksanaan gangguan
perhatian. skizoafektif cenderung serupa dengan
Sebagai ganti aksis IV pada DSM- gangguan bipolar I dengan ciri psikotik, yang
IV /DSM-IV-TR8, DSM-51 menganjurkan
7
memadukan antipsikotik dengan mood
penggunaan Cultural Formulation Interview stabilizer.
(CFI) untuk menilai berbagai faktor, termasuk
stres psikososial yang berkontribusi pada
gangguan jiwa pasien. Pengkajian tersebut
termasuk identitas budaya dari individu,
konseptualisasi budaya dari distres, stresor
psikososial dan ciri-ciri budaya kerentanan dan
resiliensi, ciri-ciri budaya relasi antara
individu dan klinisi, serta penilaian
(assessment) budaya secara keseluruhan. Pada
pasien ini, belum dapat digunakan CFI karena

J. Kedokt Meditek Volume 23, No.64 Okt-Des 2017 53


Gangguan Skizoafektif

Tabel 2. Tatalaksana Gangguan Bipolar10,11

Lini Anjuran pilihan tatalaksana

I Litium, divalproat, olanzapin, risperidon, quetiapin, quetiapin XR, aripiprazol, litium


atau divalproat + risperidon, divalproat + quetiapin, litium + quetiapin, litium atau
divalproat + olanzapin, litium atau divalproat + aripiprazol
II Karbamazepin, litium + divalproat, paliperidon, atau ECT
III Haloperidol, klorpromazin, litium atau divalproat haloperidol, litium + karbamazepin,
klozapin. Pada pasien gangguan afektif bipolar dengan episode manik, tidak
direkomendasikan gabapentin, topiramat, lamotrigin, risperidon + karbamazepin,
olanzapin + karbamazepin

Di Indonesia, menurut penanganan pada III.11 Prinsip penatalaksanaannya adalah


gangguan skizoafektif cenderung mengikuti penyesuaian untuk keadaan tiap-tiap pasien
Panduan Tatalaksana Gangguan Bipolar10 dan (tailoring) berdasarkan terapi yang untuk
anjuran pakar11 seperti yang tertera pada tabel pasien paling efektif, aman, dapat ditoleransi
berikut. Bila salah satu penatalaksanaan pada efek sampingnya, mudah digunakan, dan
Lini I sudah dicoba selama teoritis enam terjangkau.11
minggu (atau kenyataan di bangsal satu Berhubung tidak ada penelitian yang
minggu) tanpa menunjukkan hasil yang komprehensif sebagai panduan resmi
bermakna, obat dapat ditingkatkan dosisnya.11 penatalaksanaan gangguan skizoafektif, sulit
Bila belum menunjukkan hasil juga, obat dapat untuk menentukan seperti apa penatalaksanaan
diganti dengan obat lain pada lini I.11 Bila itu jangka panjang yang tepat untuk pasien.
belum menunjukkan hasil, pasien dapat diberi Menurut teori pada skizofrenia dan gangguan
pengobatan Lini II.11 Bila itu pun belum bipolar, terapi rumatan dilakukan untuk waktu
memadai, dapat diberikan pengobatan Lini yang tak terhingga, seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Multifase Gangguan Bipolar12

Akut Lanjut Rumatan


Lama 3-8 minggu 2-6 bulan Tak terhingga
Gejala Sindromal Subsindromal/ tidak ada Tidak ada/
subsindromal
Episode Tampak jelas Kurang jelas/tidak terlihat Tidak ada atau
(supresi parsial/penuh) kurang jelas
Tujuan Respons, remisi Recovery, pencegahan Pencegahan
relaps; peningkatan rekurensi; fungsi
fungsi sepenuhnya
Prioritas Efficacy Keseimbangan efek yang Obat dapat ditolerir
dikehendaki/yang tidak
Pengobatan Naikkan; Lanjutkan; Optimisasi; atasi
tambahkan kurangi/naikkan prodromal
Psikososial Dukungan/ Kepatuhan; kognitif, Kepatuhan; optimasi
struktur; perilaku, keluarga; adaptasi; antisipasi
pendidikan; pengawasan prodromal
libatkan keluarga

Menurut panduan di atas, dosis terapi tidak efek samping. 12 Ada lima macam titik transisi
perlu diturunkan, kecuali bila terdapat keluhan (5R’s transition points) yang perlu

54 J. Kedokt Meditek Volume 23, No.64 Okt-Des 2017


Gangguan Skizoafektif

diperhatikan, yaitu: (1) Respons, yaitu Kesimpulan


perbaikan yang bermakna secara klinis (lebih
dari 50%) dengan supresi parsial episode Kasus ini menggambarkan diagnosis
indeks; (2) Remisi, yaitu hampir tidak adanya gangguan psikiatrik yang mengalami polemik
gejala selama kurang dari dua bulan, dengan dalam perubahan dari DSM-IV7/DSM-IV-TR8
supresi sepenuhnya episode indeks; (3) ke DSM-51. Polemik terkait entitas diagnostik
Recovery (pulih), yaitu tidak ada gejala selama gangguan skizoafektif telah menyebabkan
2 bulan atau lebih (episode indeks selesai); (4) terbatasnya penelitian yang menginformasikan
Relaps, yaitu episode indeks kembali setelah penatalaksanaannya. Kenyataannya, tidak
respons atau remisi; dan (5) Rekurensi, yaitu terdapat konsensus yang jelas untuk
munculnya episode baru.12 Berdasarkan hal penanganan gangguan skizoafektif, sehingga
ini, penatalaksanaan gangguan bipolar dapat penatalaksanaannya meminjam gangguan
dibagi menjadi fase akut, fase lanjutan, dan bipolar. Kasus ini juga menunjukkan
fase rumatan. Pasien ini tadinya berada pada bagaimana gangguan jiwa pada pasien adalah
fase rumatan, namun kemudian timbul relaps puncak gunung es dari berbagai aspek
ketika mood stabilizer dihentikan. Tidak biopsikososial dan peran medis dalam
terdapat panduan untuk mengarahkan menentukan keabsahan suatu entitas
penambahan antipsikotik yang dilakukan pada diagnostik dan penatalaksanaannya.
pasien. Bila berdasarkan panduan
penatalaksanaan gangguan bipolar, bila Daftar Pustaka
respons pada pasien belum adekuat, patut
dipertimbangkan penambahan dosis lebih 1. American Psychiatric Association.
lanjut atau penggantian ke pengobatan lain lini Diagnostic and statistical manual of
I, seperti divalproat + olanzapin atau mental disorders (5th ed.). Arlington,
divalproat + quetiapin. VA: American Psychiatric Association.
Selain farmakoterapi, psikoedukasi 2013.
serta komunikasi dengan pasien dan keluarga 2. Jeffrey S. APA 2009: DSM‐V on track
sangat penting agar obat dapat dipertahankan for 2012, but difficult decisions lie ahead.
dan tidak timbul relaps yang mengakibatkan Medscape. 26 May 2009.
kesulitan dalam mencapai respons pengobatan 3. Murru A, Pacchiarotti I, Nivoli AMA,
yang sama. Selain itu, pada kasus ini, salah Colom F, Vieta E. Is schizoaffective
satu faktor stres psikososial yang paling disorder still a neglected condition in the
mencolok adalah kekerasan dalam rumah scientific literature? Psychotherapy and
tangga dan ekspresi emosi dalam keluarga psychosomatics 2012; 81:389-90.
yang tinggi. Pasien kemungkinan memiliki 4. Malaspina D, Owen MJ, Heckers S,
kerentanan biologis yang kemudian Tandon R, Bustillo J, et al.
dihadapkan dengan kekerasan fisik dan Schizoaffective disorder in the DSM‐5,
psikososial yang berkontribusi pada Schizophrenia Research. 2013;150(1):21-
munculnya gangguan jiwa pada pasien. 5.
Idealnya dilakukan terapi keluarga. Hal ini 5. Murru, A., Manchia, M., Tusconi, M.,
sempat diupayakan beberapa tahun yang lalu, Carpiniello, B., Pacchiarotti, I., Colom, F.
namun mengalami penolakan oleh ayah and Vieta, E. Diagnostic reliability in
pasien. Menurut Undang-Undang anti schizoaffective disorder. Bipolar Disord.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU KDRT) 2016; 18:78-80.
tahun 2004, kekerasan dalam rumah tangga 6. Wilson, J.E., Nian, H. & Heckers, S.
adalah pelanggaran hukum, namun keluarga The schizoaffective disorder diagnosis:
bergantung secara finansial pada pelaku a conundrum in the clinical setting. Eur
sebagai kepala keluarga.13 Untuk menangani Arch Psychiatry Clin Neurosci. 2014;
kasus ini sebetulnya diperlukan kerja sama 264:29.
lintas disiplin, misalnya kerja sama dengan 7. American Psychiatric Association.
bidang hukum dan sosial. Diagnostic and statistical manual of
mental disorders. DSM–IV (4th ed).
Washington, DC: American Psychiatric
Press. 1994.

J. Kedokt Meditek Volume 23, No.64 Okt-Des 2017 55

Anda mungkin juga menyukai