Anda di halaman 1dari 16

BAGIAN PSIKIATRI REFERAT DAN LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN JANUARI 2017

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

REFERAT: GANGGUAN PENYESUAIAN (F43.2)


LAPSUS : GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE KINI MANIK
DENGAN GEJALA PSIKOTIK (F31.2)

Disusun Oleh:
Nadya Schelina Sunge
111 2016 2015

Pembimbing:
dr. Erwiani Sutono

Supervisor:
dr. Nurindah Kadir, Sp.KJ, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Gangguan penyesuaian merupakan gangguan jiwa yang paling sering


dijumpai pada pasien-pasien yang dirawat dirumah sakit untuk penyakit medis
maupun operasi namun jarang ada penelitiannya. 1
Gangguan penyesuaian, berhubungan dengan stress, jangka pendek,
gangguan non-psikotik. Berdasarkan ICD X dan DSM-V mendefinisikan
gangguan penyesuaian sebagai keadaan sementara dari tekanan dan gangguan
emosional, yang timbul dalam proses beradaptasi dengan perubahan hidup yang
signifikan, kehidupan yang stress, penyakit fisik yang serius, atau kemungkinan
penyakit serius. Stressor dapat hanya melibatkan individu bahkan mempengaruhi
masyarakat luas. 2
Gangguan penyesuaian merupakan reaksi maladaptif jangka pendek
terhadap apa yang disebut orang awam sebagai bencana pribadi tetapi didalam
istilah psikiatri disebut stressor psikososial. Gangguan penyesuaian diharapkan
pulih segera setelah stressor berhenti atau, jika menetap, diperoleh suatu tingkat
adaptasi baru. 3
Gangguan ini dapat dijumpai pada semua usia dan lebih sering pada
remaja. Prevalensi diperkirakan 2-8 % dari populasi umum. Suatu penelitian di
Amerika ,mendapatkan 5-20% pasien dewasa yang berobat di poliklinik jiwa
menderita gangguan penyesuaian, sedangkan 70% anak yang dirawat di klinik
jiwa menderita gangguan penyesuaian. 1
Pasien dengan gangguan penyesuaian biasanya terlihat seperti terbebani
atau terlalu berlebihan dalam memberikan respon terhadap stimulus yang
diberikan. Maniferstasi respon dapat berupa reaksi emosional atau perilaku
terhadap suatu peristiwa stress atau perubahan dalam hidup seseorang; misalnya
pada populasi anak, persitiwa dapat berupa perceraian kedua orang tua, kelahiran
anggota keluarga baru, atau kehilangan figure atau benda ( mis. Hewan
peliharaan). Gangguan ini memiliki batas waktu, biasanya mulai dalam waktu 3

1
bulan dari peristiwa stress. Gejala akan berkurang dalam waktu 6 bulan setelah
stressor menghilang atau ketika adaptasi baru terjadi. 4

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi
Gangguan Penyesuaian didefinisikan sebagai gejala-gejala emosional atau
perilaku yang bermakna secara klinis dan terjadi sebagai respon terhadap satu atau
lebih stressor yang nyata. 1
Gangguan penyesuaian adalah suatu keadaan distress dan gangguan
emosional, biasanya mengganggu fungsi sosial, yang timbul pada suatu periode
adaptasi terhadap perubahan hidup yang signifikan atau kejadian hidup yang
penuh stress seperti perpisahan atau kehilangan. Awitan biasanya terjadi dalam 1
bulan setelah kejadian dan gejala-gejala biasanya tidak berlangsung lebih dari 6
bulan. 5

II. Epidemiologi
Gangguan ini dapat dijumpai pada semua usia dan lebih sering pada remaja .
Prevalensi diperkirakan 2-8% dari populasi umum. Suatu Penelitian di Amerika,
mendapatkan 5-20% pasien dewasa berobat di poliklinik jiwa menderita gangguan
penyesuaian, sedangkan 70% anak dirawat di klinik jiwa menderita gangguan
penyesuaian.1
Pada Orang dewasa, perempuan dengan gangguan penyesuaian jumlahnya
dua kali daripada laki-laki. Berbeda pada anak dan remaja, baik pada perempuan
maupun laki-laki prevalensi gangguan tersebut adalah sama1
Gangguan penyesuaian merupakan salah satu diagnosis psikiatrik yang
paling lazim untuk gangguan pada pasien yang dirawat untuk masalah medis dan
pembedahan. Sampai dengan 50% orang dengan masalah atau stressor medis
spesifik telah didiagnosis mengalami gangguan penyesuaian. Lebih jauh lagi 10-
30% pasien jiwa rawat jalan dan sampai 12% pasien rawat inap di rumah sakit
umum dirujuk untuk konsultasi jiwa telah didiagnosis mengalami gangguan
penyesuaian. 3

3
III. Etiologi
Menurut definisi, gangguan penyesuaian dicetuskan oleh satu atau lebih
stresor. Keparahan stresor atau banyak stresor tidak selalu memprediksiskan
keparahan gangguan; keparahan gangguan stresor adlah fungsi derajat, kuantitas,
durasi, reversibilitas, lingkungan dan konteks pribadi yang kompleks.
Stresor dapat hanya satu, seperti perceraian, atau kehilangan pekerjaan, atau dapat
multipel, seperti kematian orang yang penting bagi pasien bersamaan dengan
penyakit fisik pasien serta kehilangan pekerjaan. Stresor dapat berulang seperti
kesulitan bisnis musiman, atau terus-menerus seperti penyakit kronis atau
kemiskinan. Hubungan keluarga yang tidak harmonis dapat menghasilkan
gangguan penyesuaian yang memengaruhi seluruh sistem keluarga, atau gangguan
dapat terbatas pada pasien yang mungkin merupakan korban kejahatan atau yang
memiliki penyakit fisik. Kadang-kadang, gangguan penyesuaian terdapat di dalam
lingkungan kelompok atau masyarakat, serta stresor memengaruhi beberapa
orang, seperti pada bencana alam atau penganiayaan rasial, sosial, atau agama.
Tahap perkembangan spesifik, Seperti mulai bersekolah, meninggalkan rumah,
menikah, gagal mencapai tujuan pekerjaan, dan pensiun sering dikaitkan dnegan
gangguan penyesuaian. 3

Psikodinamik
Yang paling penting dalam memahami gangguan penyesuaian adalah
pemahaman tiga faktor : sifat , makna stresor yang disadari dan tidak disadari, dan
kerentanan pasien yang sebelumnya telah ada. Gangguan kepribadian yang juga
ada bersamaan serta hendaya organik dapat menyebabkan seseorang rentan
terhadap gangguan penyesuaian. Kerentanan juga disebabkan kehilangan orang
tua selama masa bayi atau akibat diasuh di dalam keluarga yang mengalami
disfungsi. Dukungan sebenarnya atau yang dirasakan dari hubungan yang penting
dapat memengaruhi respons perilaku serta emosional terhadap stresor.
Riset psikoanalitik menekan peran ibu dan lingkungan asuh terhadap kapasitas
seseorang di masa mendatang untuk berespons terhadap stres. Yang terpenting
adalah konsep Donald Winnicot mengenai ibu yang cukup baik. Seseorang yang

4
beradaptasi dengan kebutuhan bayi dan memberikan cukup dukungan guna
memungkinkan anak yang sedang tumbuh menoleransi frustasi di dalam
kehidupan.
Klinisi harus menyelidiki secara rinci pengalaman pasien terhadap stresor.
Pasien tertentu ketika peristiwa yang kurang jelas mungkin memiliki arti
psikologis yang lebih bermakna bagi pasien. Peristiwa terkini dapat
membangunkan kembali trauma atau kekecewaan masa lalu dari masa kanak-
kanak, sehingga pasien harus disemangati untuk berfikir mengenai bagaimana
situasi saat ini berkaitan dengan peristiwa serupa dimasa lampau.

Di sepanjang masa perkembangan dini, setiap anak membentuk


serangkaian unik mekanisme pertahanan untuk menghadapi peristiwa penuh
tekanan. Karena jumlah trauma yang lebih besar atau kerentanan konstitusional
yang lebih besar, beberapa anak memiliki kumpulan pertahanan yang kurang
matur dibandingkan anak lainnya. Kerugian ini dapat membuat mereka sebagai
orang dewasa, bereaksi dengan fungsi yang sangat terganggu ketika mereka
menghadapi kehilangan, pereraian, atau kemerosotan keuangan; mereka yang
mengembangkan mekanisme defensi yang matur tidak terlalu rentan dan dapat
pulih kembali dengan lebih cepat dari stesor. Ketahanan juga sangat ditentukan
oleh sifat hubungan anak dengan orang tuanya. Studi mengenai trauma secara
berulang menunjukkan bahwa hubungan yang suportif dan bersifat mengasuh
mencegah peristiwa traumatik menimbulkan kerusakan psikologis permanen.

Klinisi psikodinamik harus mempertimbangkan hubungan antara stresor


dan siklus perkembangan manusia. Ketika remaja meninggalkan rumah untuk
kuliah, contohnya mereka memiliki risiko perkembangan yang tinggi untuk
bereaksi dengan gambran simptomatik sementara. Demikian juga, jika anak muda
yang meninggalkan rumah adalah anak bungsu di dalam keluarga, orang tua
mungkin secara khas rentan terhadap reaksi gangguan penyesuaian. lebih jauh agi,
orang di usia pertengahan yang sedang menghadapi kematiannya sendiri, mungkin
secara khas sensitif teradap efek kehilangan atau kematian. 3

5
Faktor Genetik dan Keluarga

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang-orang tertentu tampaknya


memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami peristiwa hidup yang tidak
menguntungkan ini serta untuk timbulnya patologi sekali peristiwa tersebut
terjadi. Temuan dari penelitian lebih dari 2000 pasangan anak kembar
menunjukkan bahwa peristiwa kehidupan serta stresor cukup berhubungan pada
pasangan kembar; kembar monozigot menunjukkan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan dizigot. Faktor keluarga dan genetik masing-masing
berperan untuk kira-kira 20 persen varian di dalam penelitian tersebut. Penelitian
kembar lain, yang memeriksa kontribusi genetik di dalam timbulnya gejala
gangguan stres pascatrauma (bukan pada tingkat gangguan sepenuhnya, sehingga
relevan dengan gangguan penyesuaian), juga menyimpulkan bahwa kemungkinan
gejala yang timbul sebagai respons terhadap peristiwa kehidupan yang
menimbulkan trauma sebagian berada di bawah kendali genetik. 3

IV. Diagnosis dan Gambaran Klinis


Kriteria diagnostik menurut DSM-V-TR gangguan penyesuaian (309):7
A. Perkembangan gejala-gejala emosional dan tingkah laku sebagai respons
terhadap suatu stressor.
B. Gejala-gejala atau tingkah laku bermakna secara klinis ditandai oleh salah
satu dari hal berikut:
1. Penderitaan yang jelas melebihi apa yang diharapkan dari pemaparan
stressor
2. Hendaya yang bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau
akademik
C. Gangguan tersebut berhubungan dengan stress dan tidak memenuhi criteria
untuk gangguan Aksis I spesifik lain, serta tidak semata-mata suatu
eksaserbasi gangguan Aksis I atau Aksis II yang telah ada sebelumnya
D. Gejala-gejala tidak mencerminkan kondisi berkabung
E. Jika stressor (dan konsekuensinya) telah berhenti, gejala-gejala tidak
menetap selama lebih dari 6 bulan lagi

6
309.0 Dengan afek depresif
Manifestasi yang dominan adalah mood depresi, menangis, dan putus asa.
309.24 Dengan ansietas
Adanya gejala-gejala gelisah, khawatir, cemas dan tidak tenang. Pada
anak-anak ada ketakutan berpisah dari orang tua, menolak untuk tidur
sendiri dan masuk sekolah
309.28 Dengan campuran ansietas dan afek depresi
Didalam gangguan penyesuaian dengan campuran mood depresi dan
ansietas, pasien menunjukkan gambaran gejala ansietas dan depresi yang
tidak memenuhi criteria gangguan ansietas atau gangguan depresif yang
telah ditegakkan
309.3 Dengan gangguan tingkah laku
Manifestasi yang dominan melibatkan tingkah laku yang melanggar hak
orang lain atau mengabaikan norma dan peraturan social yang sesuai
dengan usia. Contoh perilaku adalah bolos, perusakan, menyetir dengan
ceroboh, dan berkelahi
309.4 Dengan campuran gangguan emosi dan tingkah laku
Mencakup gabungan antara perubahan tingkah laku dan perasaan depresi
dan ansietas
309.9 Gangguan penyesuaian ytt
Mencakup mereka yang kurang dapat beradaptasi terhadap stress dan
gejala-gejala yang tidak dapat dimasukkan ke dalam salah satu kategori
spesifik diatas. Contohnya mencakup respons yang tidak tepat terhadap
diagnosis penyakit fisik, seperti penyangkalan hebat, ketidakpatuhan yang
berat terhadap terapi dan penarikan sosial, tanpa mood depresi atau cemas
yang signifikan.

Berdasarkan PPDGJ-III, gangguan penyesuaian (F43.2) didiagnosa dengan


pedoman diagnostik : 7
 Diagnosis tergantung pada evaluasi terhadap hubungan antara :
(a) Bentuk, isi, dan beratnya gejala

7
(b) Riwayat sebelumnya dan corak kepribadian ; dan
(c) Kejadian, situasi yang “stressful, atau krisis kehidupan
 Adanya faktor ketiga diatas (c) harus jelas dan bukti yang kuat bahwa
gangguan tersebut tidak akan terjadi seandainya tidak mengalami hal tersebut
 Manifestasi dari gangguan bervariasi, dan mencakup afek depresif, anxietas,
campuran anxietas depresif, gangguan tingkah laku disertai adanya gangguan
disabilitas dalam kegiatan rutin sehari-hari. Tidak ada satupun dari gejala
tersebut yang spesifik untuk mendukung diagnosis
 Onset biasanya terjadi dalam 1 bulan setelah terjadinya kejadian yang
“stressful”, dan gejala-gejala biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan, kecuali
dalam hal reaksi depresif berkepanjangan (F43.21)
Karakter kelima:
F43.20 : Reaksi depresi singkat
F43.21 : Reaksi depresi berkepanjangan
F43.22 : Reaksi campuran anxietas dan depresi
F43.23 : Dengan predominan gangguan emosi lain
F43.24 : Dengan predominan gangguan perilaku
F43.25 : Dengan gangguan campuran emosi dan perilaku
F43.28 : Dengan gejala predominan lainnya YD

Menurut ICD 10, terdapat bermacam-macam manifestasi klinis dari


gangguan penyesuaian, termasuk mood depresi, cemas, khawatir (atau gabungan
antara ketiganya), perasaan tidak mampu untuk mengatasi perasaan,
merencanakan masa depan, atau melanjutkan kondisi saat ini, dan beberapa
tingkatan atas ketidakmampuan dalam penampilan sehari-hari. Mungkin saja akan
terjadi gangguan perilaku (seperti agresivitas dan disosial), terutama pada orang
dewasa. Tidak ada gejala yang predominan untuk masuk ke dalam diangosis
spesifik lainnya. Pada anak-anak biasanya terdapat fenomena regresif, seperti
mengompol, berbicara seperti bayi, atau menghisap jempol.

8
Onset biasanya terjadi dalam 1 bulan sejak terjadinya kejadian yang penuh
dengan tekanan atau mengubah kehidupan, dan biasanya durasi dari gejala
tersebut tidak melebihi 6 bulan, kecuali masuk ke dalam kasus reaksi depresi
berkepanjangan (F 43.21). Jika gejala yang muncul berlangsung lama, maka
diagnosis sebaiknya diubah sesuai dengan gambaran klinis yang muncul.

Jika penyebabnya adalah kehilangan, maka harus dipertimbangkan juga


sebagai reaksi normal dari kehilangan (bereavement), yang sesuai dengan budaya
seseorang dan biasanya tidak lebih dari 6 bulan. Untuk diagnosis tersebut
biasanya dikode dengan Z63.4 (menghilangnya atau meninggalnya anggota
keluarga).

Reaksi kehilangan dalam berbagai waktu, yang dianggap tidak normal


karena bentuk atau isinya, harus dikode sebagai F43.22, F43.23, F43.24, atau
F43.25, dan yang mana masih selalu muncul dan bertahan hingga 6 bulan dapat
dikode sebagai F43.21 (reaksi depresi berkepanjangan).9

V. Penatalaksanaan
a. Psikoterapi
Pengobatan Gangguan Penyesuaian berfokus pada psikoterapi dan
konseling intervensi yang bertujuan untuk menganalisis stressor yang
mengganggu pasien, mengurangi efek dari stresor, memperjelas pandangan pasien
terhadap kesulitannya, meningkatkan kemampuan pasien mengatasi (coping)
masalahnya , terutama jita stressor tidak dapat dihilangkan, dan menstabilkan
status mental dan system dukungan untuk memaksimalkan adaptasi.8
Psikoterapi, konseling, krisis medis, intervensi krisis, terapi keluarga,
terapi kelompok, terapi perilaku-kognitif, dan terapi interpersonal semua
mendorong individu untuk mengeskpresikan pengaruh, ketakutan, kecemasan,
kemarahan, rasa tidak berdaya, dan putus asa terhadap stressor.8
Psikoterapi interpersonal. Fase pertama umumnya terdiri atas sesi
pertama hingga ketiga. Tujuannya adalah mengumpulkan riwayat psikiatrik,
menegakkan diagnosis, dan mengenalkan kerangka kerja terapi. Riwayat

9
psikiatrik menggali fungsi sosial ssat ini. Perhatian khusus diberikan untuk
mengumpulkan informasi ekstensif mengenai peristiwa interpersonal yang dapat
mencetuskan episode depresif. Hubungan interpersonal pasien saat ini dan masa
lalu, termasuk asal keluarga, persahabatan, dann hubungan dengan masyarakat,
juga ditinjau kembali selama fase pertama ini. Data yang dikumpulkan dari
peninjauan kembali ini digunakan untuk mengidentifikasi salah satu dari keempat
area masalah yang akan menuntun terapi; berkabung yang tidak terselesaikan,
perselisihan peran sosial, transisi peran sosial, dan defisit interpersonal. Fase
pertengahan terapi diarahkan pada menyelesaikan area masalah. Tujuan spesifik
dan strategi digunakan untuk masing-masing keempat area. 3
Psikoterapi kelompok adalah terapi dengan orang-orang yang emosinya
sakit dipilih dengan teliti dipertemukan di dalam kelompok yang dipandu oleh
terapis terlatih dan saling membantu satu sama lain memengaruhi perubahan
kepribadian. Dengan mengggunakan berbagai manuver teknis dan gagasan
teoretis, pemimpin mengarahkan interaksi anggota kelompok untuk membawa
perubahan.
Psikoterapi kelompok meliputi spektrum teoretis terapi di dalam psikiatri:
suportif, terstruktur, dengan lingkungan terbatas, perilaku kognitif, interpersonal,
keluarga, dan kelompok berorientasi analisa. Dibandingkan dengan terapi
individu, dua kekuatan utama terapi kelompok merupakan kesempatan untuk
mendapatkan umpan baik langsung dari teman sebaya pasien dan kesempatan bagi
pasien dan terapis untuk mengamati respons perilaku, psikologis, emosional pada
berbagai orang, yang menimbulkan berbagai transferens. 3
Terapi kelompok bermanfaat bagi kelompok pasien yang mengalami
peristiwa yang sama misalnya para pensiunan, atau pasien yang mengalami
dialysis karena kegagalan fungsi ginjal. Terapi lainnya dapat berupa terapi
keluarga, biofeedback, teknik relaksasi, hypnosis.1
Intervensi krisis, suatu terapi singkat bertujuan untuk membantu pasien
mengatasi situasi dengan cepat secara suportif, sugestif, reassurance, manipulasi
lingkungan dan hospitalisasi bila diperlukan.

10
Intervensi krisi dilakukan terhadap pasien yang sedang mengalami suatu
krisis dan memerlukan tindakan segera ( catatan : krisis yaitu suatu respons
terhadpa keadaan bahaya atau penuh resiko dan dirasakan/ dihayati sebagai
keadaan yang menyakitkan, agar tercapai kembali keadaan seimbang (emotional
equilibrium). Dalam terapi ini kita harus secepatnya membina hubungan
interpersonal yang adekuat serta mengerti peran psikodinamik dan hubungannya
terhadap krisis yang terjadi. Teknik yang dilakukan yaitu reassurance, sugesti,
manipulasi lingkungan dan medikasi psikotropik. Kita ajarkan kepada pasien
untuk menghindari situasi yang berbahaya untuk mencegah terjadinya kembali
krisis dimasa yang akan datang. 1
b. Fakrmakoterapi
Medikasi dengan obat-obatan harus diberikan untuk waktu yang singkat,
tergantung dari tipe gangguan penyesuaian, dapat diberikan pengobatan yang
efektif.1
Tidak ada studi yang mengkaji efektivitas interfensi farmakologis pada
seseorang dengan gangguan penyesuaian, tetapi mungkin beralasan untuk
meggunakan obat guna mengobati gejala spesifik untuk waktu yang singkat.
Penggunaan obat yang bijaksana dapat membantu pasien dengan gangguan
penyesuaian, tetapi obat tersebut harus diresepkan untuk periode yang singkat.
Bergantung pada jenis gangguan penyesuaian, seorang pasien dapat memberikan
respon terhadap agen antiansietas dan antidepresan. Pasien dengan ansietas berat
yang hampir panik dapat memperoleh keuntungan dari ansiolitik seperti diazepam
(valium), dan mereka yang menarik diri dan berada pada keadaan inhibisi dapat
dibantu dengan psikostimulan untuk suatu periode yang pendek. Obat antipsikotik
dapat digunakan jika terdapat tanda-tanda dekompensasi atau psikosis yang akan
terjadi. Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) diketahui berguna di dalam
mengobati gejala berkabung traumatik. Baru-baru ini, terdapat peningkatan
penggunaan anti-depresan untuk menguatkan psikoterapi pada pasien dengan
gangguan peyesuaian. Meskipun demikian, intervensi farmakologis pada populasi
ini biasanya paling sering digunakan untuk menguatkan strategi psikososial,
bukan sebagai modalitas utama.

11
Antidepresan

Secara umum diklasifikasikan sebagai berikut : 1

1. Derivat Trisiklik : Impramin dan Amitriptilin


2. Derivat Tetrasiklik : Maproptilin dan Mianserin
3. Derivat MAOI (MonoAmine Oksidase Inhibitor) : Moclobemide
4. Derivat SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) : Setralin,
Fluoxetine, Fluvoxamine, Paroxetine dan Escitalopram
5. Derivat SNRI (Serotonin Norepineprin Reuptake Inhibitor) : Venlafaxine,
Desvenlafaxine an Duloxetine

Antiansietas

Kalsifikasi yang serung dipakai adalah :1

1. Derivat Benzodiazepin : Diazepam, Bromazepam, Lorazepam,


Alprazolam, Clobazam, dan Buspiron
2. Derivat Gliserol : Meprobamat
3. Derivat Barbiturat : Fenobarbital

VI. Prognosis
Dengan terapi yang efektif, prognosis pada umumnya adalah baik.
Kebanyakan pasien kembali ke fungsi semula dalam waktu 3 bulan. Ada
gangguan penyesuaian yang berlangsung sementara dan dapat sembuh sendiri atau
setelah mendapat terapi.
Remaja membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih kembali
dibandingkan dengan orang dewasa . Terdapat penelitian follow-up setelah 5
tahun mendapatkan 71 % pasien dewasa sembuh tanpa gejala residual, 21 %
perkembang menjadi gangguan depresi mayor atau alkoholisme.
Pada remaja prognosis kurang baik, karena 43% menderita gangguan
skizofrenia dengan gangguan skizoafektif, depresi mayor. Gangguan
penyalahgunaan zat, serta gangguan kepribadian. Adapun risiko bunuh diri cukup
tinggi.1

12
Gangguan penyesuaian tidak separah dibandingkan kondisi kejiwaan
lainnya dalam hal durasi sakit yang lebih pendek, lebih mudah kembali untuk
keefektifan kerja dan sedikit yang harus masuk ke rumah sakit, atau jika masuk ke
rumah sakit, membutuhkan waktu yang lebih pendek dalam perawatan. Dalam
sebuah penelitian yang dilakukan terhadap personel Sri Lankan Air Force, 45
pasien dengan gangguan penyesuaian kembali bekerja dalam 6 bulan

Beberapa penelitian menyarankan jika stressornya berlanjut (contoh, sakit


yang berkepanjangan, atau tekanan finansial), gangguan penyesuaian dapat
berkepanjangan. Gangguan penyesuaian dapat sembuh tanpa intervensi medis.
Penanganannya biasanya suportif, membantu pasien untuk mengekspresikan
perasaannya dan menyelesaikan masalah mereka. 10

VII. Kesimpulan
Gangguan penyesuaian adalah suatu keadaan distress dan gangguan
emosional, biasanya mengganggu fungsi sosial, yang timbul pada suatu periode
adaptasi terhadap perubahan hidup yang signifikan atau kejadian hidup yang
penuh stress. Awitan biasanya terjadi dalam 1 bulan setelah kejadian dan gejala-
gejala biasanya tidak berlangsung lebih dari 6 bulan.
Gangguan penyesuaian diperkirakan tidak akan terjadi tanpa adanya
stressor. Walaupun adanya stressor merupakan komponen esensial dari gangguan
penyesuaian, namun stress adalah salah satu dari banyak faktor yang menentukan
berkembangnya, jenis dan luasnya psikopatologi.
Berdasarkan DSM V-TR gangguan penyesuaian ditandai dengan gejala
berdasarkan beberapa kriteria. Gejala emosional dan perilaku bisa muncul dalam
jangka waktu 3 bulan setelah onset stressor dan seharusnya pulih dalam jangka
waktu 6 bulan setelah stressor hilang. Menurut PPDGJ-III, gangguan penyesuaian
dapat terdiagnosis jika gejala muncul 1 bulan setelah onset stressor dan biasanya
tidak bertahan melebihi 6 bulan
Pada gangguan penyesuaian, dapat diberikan psikoterapi atau
farmakoterapi atau kombinasi kedua terapi. Psikoterapi adalah pilihan utama
dengna tujuan untuk menganalisis stressor yang mengganggu pasien, mengurangi

13
efek dari stresor, memperjelas pandangan pasien terhadap kesulitannya,
meningkatkan kemampuan pasien mengatasi (coping) masalahnya, terutama jika
stressor tidak dapat dihilangkan, dan menstabilkan status mental dan system
dukungan untuk memaksimalkan adaptasi. Medikasi dengan obat-obatan harus
diberikan untuk waktu yang singkat, tergantung dari tipe gangguan penyesuaian,
dapat diberikan pengobatan yang efektif.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Kandou JE. Gangguan Penyesuaian. In: Elvira SD, Hadisukanto G, Buku Ajar
Psikiatri Edisi kedua. Jakarta. FK UI:2014
2. Wilson DS. Adjustment Dsiorder. 2008: 1-3.
http://www.veteranus-uk.info/publications/adjustment_disorder.pdf
3. Sadock,Benjamin J. 2014 Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta : EGC
4. Tami D Benton M. Adjustment Disorder Medscape. 2012. In:
http://emedicine.medscape.com/article/292759-overview
5. Puri, Basant K, dkk. 2013. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. Jakarta : EGC
6. Mansoer A, Suprohaita, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta. Media
Aesculapius
7. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-
5. Jakarta: PT Nuh Jaya; 2013
8. Stress Related and Adjustment Disorder In:
http://www.welfare.ie/en/downloads/protocol3.pdf
9. World Health Organization. The ICD-10 Classification of Mental and
Behavioural Disorders: Clinical Description and diagnostic guidelines. Geneva:
World Health Organization; 1992.
10. Wilson, S. Synopsis of Causation: Adjustment Disorder. The Ministry of
Defence; 2008.
http://behavenet.com/adjustment-disorder

15

Anda mungkin juga menyukai