CASE REPORT:
OPEN COMMUNITIVE FRACTURE PROXIMAL PHALANX RIGHT THUMB +
TOTAL RUPTURE FLEXOR POLICIS LONGUS TENDON AND ADDUCTOR
POLICIS TENDON RIGHT THUMB + TOTAL RUPTURE TENDON FLEXOR
DIGITORUM PROFUNDUS AND SUPERFICIALIS RIGHT MIDDLE FINGER
DISUSUN OLEH:
NADYA SCHELINA SUNGE
111 2016 2015
PEMBIMBING:
dr. A. Dhedie Prasatia Sam, M.Kes, Sp.OT
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka Kepanitraan Klinik pada Bagian Orthopedi &
Traumatologi Fakultas Kedokteran UMI.
I.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Luka pada jari-jari tangan kanan.
Riwayat Keluhan Sekarang : Luka pada ibu jari, telunjuk dan jari tengan dialami sejak 3
jam sebelum masuk RS. Mekanisme trauma : pasien sedang menggunakan gergaji mesin
untuk memotong kayu dan kemudian jari pasien tidak sengaja mengenai gergaji tersebut.
Riwayat kesadaran menurun (-) Riwayat demam tidak ada. Riwayat trauma (+). Pasien
dominan tangan kanan.
Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi tidak ada. Diiabetes Militus tidak ada.
Riwayat Pengobatan : tidak pernah berobat sebelumnya.
Riwayat operasi: pasien tidak pernah menjalani operasi sebelumnya.
Airway : paten
C- spine control : paten
Breathing
Spesial tes :
index finger : profundus test (+)
middle finger : profundus test (-)
Foto klinis
I.5 Diagnosis
Open communitive fracture proximal phalanx right thumb + total rupture flexor
policis longus tendon and adductor policis tendon right thumb + total rupture tendon
flexor digitorum profundus and superficialis right middle finger
I.6 Penatalaksanaan
Planning terapi :
IVFD RL 20 tpm
Analgesik
Antibiotik golongan cephalosporin generasi 3
Antagonis H2 reseptor
Rencana operasi: debridement + Repair Tendon Flexor + Pasang Slab
Pada pemeriksaan laboratorium darah terdapat leukositosis. Foto polos manus dextra
didapatkan Fraktur phalang proximal digiti 1 manus dextra.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam upaya untuk menggambarkan trauma tendon secara akurat, Kleinert dan
Verdan mengklasifikasikan trauma tendon berdasar zona anatomi:1,2,4
Zona I: Zona trauma avulsi FDP (Jersey finger)
Letaknya antara insersio m. fleksor digitorum superficialis di medial phalanx media
menuju insersio m. fleksor digitorum profundus di distal phalanx. Laserasi tendon
biasanya dekat dengan insersi dan perbaikan tendon ke tulang lebih dibutuhkan
daripada perbaikan tendon ke tendon.
Zona II: No mans land
Letaknya antara caput metacarpal hingga insersio dari m. fleksor digitorum superficialis
di pertengahan phalanx media. Terdapat 2 tendon pada zona ini yakni fleksor digitorum
superfisial dan profunda. Pada fleksi jari, 2 bagian fleksor digitorum superfisial
bergerak ke tengah dan menjepit tendon fleksor digitorum profunda. Disebut no mans
land oleh Bunnel karena tendensi terbentuknya adhesi dan terjadi pembatasan fungsi
setelah perbaikan tendon pada zona ini.
Zona III: Lipatan palmar distal
Letaknya antara ligamentum carpal transversum dengan sisi distal dari canalis carpii
proximal.
Zona IV: Ligamentum carpal transversum
Letaknya di dalam canalis carpii. Trauma tendon pada zona ini jarang terjadi karena
proteksi dari ligamentum carpal transversum yang kuat.
Zona V: Proksimal
Letaknya pada bagian dorsal dari canalis carpalis pada bagian distal antebrachium.
FDP berfungsi sebagai fleksor jari utama, sedangkan FDS dan intrinsic muscle
bergabung untuk memperkuat cengkeraman. Kekuatan tendon FDS dua hingga tujuh
kali lebih kecil daripada yang dihasilkan FDP saat menggenggam dan mencubit Pada
jari, tendon fleksor terbungkus oleh selubung tendon yang dilapisi oleh lapisan synovial
visceral dan parietal yang berisi cairan synovial.1,2,4
Selubung tendon fleksor jari merupakan suatu trowongan ligamen yang kuat
(fibro osseous tunnel) yang terdiri dari bagian yang tebal yaitu 5 buah annular pulleys
(Al - A5) dan bagian yang tipis berupa 3 buah cruciate ligamen / pulleys (C1 - C3).1,2,4
Pulley A2 dan A4 berasal dari periosteum setengah proksimal phalang proksimal
dan pertengahan phalang media, sedangkan pulleys Al, A3 dan A5 merupakan
pulley pada persendian yang berasal dari bagian palmar sendi metacarpophalangeal
(MP), proksimal interphalangeal (PIP) dan distal interphalangeal (DIP). Pulleys palmar
apponeurosis terdiri dari fascia palmar serat vertikal dan serat transversal yang secara
klinis penting apabila komponen selubung tendon bagian proksimal lainnya hilang.
Cruciate pulleys yang tipis terdiri dari Cl yang terletak antara annular pulley A2 dan
A3, C2 antara A3 dan A4 dan C3 antara A4 dan A5. Cruciate pulley memfasilitasi
koiap dan ekspansi tendon sheath selama gerakan jari. Selubung tendon jari mencegah
tendon tertarik keluar dari bagian konkaf aspek anterior jari saaat jari fleksi.1,2,4
4. Biomekanik Tendon
Fungsi tendon merupakan suatu kabel fleksibel sebagai penghubung struktur otot
yang dinamis dan struktur tulang yang rigid, sehingga jaringan ini harus mempunyai
kemampuan untuk meredam goncangan (shock absorbing) dan kemampuan untuk
menahan tarikan (tensile strength).1,5
Tendon merupakan penghubung antara otot dan tulang. seperti halnya tulang
rawan, tendon, di sini matriksnya sebagian besar terdiri dari kolagen tipe 1 dan sedikit
proteoglikan. Serat kolagen tersusun longitudinal dengan pembuluh darah dan saraf
yang berada di sekeliling jaringan ikat longgar. Susunan geometris pembuluh darah dan
saraf ini berhubungan dengan fungsi tendon untuk menahan gaya regangan yang
dihasilkan otot untuk diteruskan ke tulang.1,5
Menurut fungsinya tendon dibagi menjadi tendon yang diselubungi oleh selubung
tendon (tendon sheath) dan tendon yang diselubungi jaringan ikat longgar paratenon.
Selubung tendon memungkinkan tendon untuk melekuk dan terutama pada tendon
fleksor. Pada tendon yang tidak melekuk dikelilingi paratenon. Sekeliling tendon yang
berupa jaringan ikat yang longgar.1,2,5
Jaringan ini mempunyai struktur kolagen tipe 1 yang tersusun longitudinal
sehingga mempunyai kemampuan untuk menahan tarikan yang besar (tensile strength).
Kurva stress/strain berbentuk khas yang mempunyai 3 daerah yang berbeda. Daerah
yang pertama ditandai dengan strain yang tinggi pada stress yang rendah disebut toe
region. Pada tendon daerah ini relatif sempit dan daerah ini memberikan kemampuan
tendon untuk meredam goncangan (shock-absorbing). Daerah yang kedua disebut
linear (straight region), yaitu daerah yang kemiringan kurvanya lebih besar dan
menunjukkan modulus elastik tendon tersebut. Daerah yang ketiga disebut yield and
failure region dengan kurva yang mencapai puncak dan kemudian turun menunjukkan
regangan yang permanen dan kemudian kegagalan untuk menahan tarikan. Paramater
utama kurva ini adalah modulus elastis (pada linier region), puncak kekuatan tarikan
(tensile strength) yang disebut maximum load atau maximum stress, puncak strain
(tergantung dari kegagalan deformitas) dan energi regangan (strain energy) yaitu area
dibawah kurva. Kembalinya regangan elastik (elastic strain recovery) tendon mencapai
90-96% setelah pembebanan.2,5
A. RUPTUR TENDON
1. Definisi
Tendon merupakan bagian dari jaringan lunak, sebagai kelanjutan otot, baik
mulai maupun bertaut pada tulang (origo dan insertio).1,2
Tendon adalah struktur dalam tubuh yang menghubungkan otot ke tulang. Otot
rangka dalam tubuh bertanggung jawab untuk menggerakkan tulang, sehingga
memungkinkan untuk berjalan, melompat, mengangkat dan bergerak dalam banyak
cara. Ketika otot kontraksi, tendon menarik tulang dan menyebabkan terjadinya
gerakan.1,2
Ruptur adalah robek atau koyaknya jaringan secara paksa. Ruptur tendon adalah
robek, pecah atau terputusnya tendon yang diakibatkan karena tarikan yang melebihi
kekuatan tendon.1,2
2. Etiologi1,2
a. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes
b. Obat – obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotic yang dapat
meningkatkan resiko rupture
c. Cedera dalam olahraga, seperti melompat dan berputar pada olahraga badminton,
tenis, basket, dan sepakbola
d. Trauma benda tajam atau tumpul
3. Faktor Resiko1,2
a. Umur : 30 – 40 th (> 30 th)
b. Jenis kelamin : Laki – laki > Perempuan (5 : 1)
c. Obesitas
d. Olahraga
e. Riwayat ruptur tendon sebelumnya
f. Penyakit tertentu arthritis, DM
g.
4. Diagnosis
Anamnesa
Status general pasien berupa usia, tangan yang dominan, pekerjaan / hobbi, dan
riwayat masalah tangan sebelumnya. Kapan dan dimana trauma terjadi? Pada kasus
trauma untuk mengetahui keakutan trauma dan kemungkinan kontaminasi dengan
benda asing.1,2
Bagaimana trauma terjadi? Hal ini memberi bantuan trauma yang terjadi.
Misalnya, peselancar yang terluka tangannya saat tali penarik terlepas secara kuat dari
tangannya, sepertinya terjadi trauma pada mekanisme tendon fleksornya. Bagaimana
posisi tangan saat terjadinya trauma? Struktur dalam tangan meluncur saat gerakan.
Jaringan dibawah memar atau laserasi mungkin tidak sama dengan jaringan yang
terlihat saat trauma terjadi karena pergerakan struktur dalam tangan (misal, tendon
ekstensor terluka dengan jari dalam keadaan fleksi mungkin tidak terlihat pada luka
ketika jari dalam keadaan ekstensi). Perlu juga menanyakan riwayat terapi atau
pembedahan pada tangan.1,2
Pemeriksaan Klinis
Meski deformitas berat tidak ditemukan, posisi tangan sering memberi petunjuk
tendon fleksor mana yang terpotong. Posisi normal tangan menunjukkan jari telunjuk
dalam posisi sedikit fleksi dan jari kelingking paling fleksi. Jika kedua tendon jari
terpotong, maka jari akan berada dalam posisi hiperekstensi.1,2
Fungsi tendon biasanya dievaluasi dengan gerakan aktif volunter jari, biasanya
secara langsung oleh pemeriksa. Tindakan manuver yang dilakukan dahulu pada tangan
pemeriksa atau tangan penderita yang sehat sebelum pada tangan yang terluka dapat
membantu. Jika luka pada distal pergelangan, jari yang terluka ditahan untuk
memperoleh gerakan sendi spesifik. Dengan sendi proksimal interphalanx ditahan,
fleksor digitorum profunda diduga terpotong jika sendi distal interphalanx tidak dapat
fleksi secara aktif. Jika sendi proksimal interphalanx dan distal interphalanx keduanya
tidak dapat fleksi secara aktif dengan tahanan pada sendi metacarpophalangeal, maka
kedua tendon fleksor mungkin terpotong.1,2
Pada ibu jari, untuk pemeriksaan tendon fleksor pollicis longus, sendi
metacarpophalangeal ibu jari ditahan. Jika tendon fleksor pollicis longus terpotong,
fleksi pada sendi interphalangeal tidak ada. Sedangkan jika luka terletak pada
pergelangan, sendi jari dapat fleksi secara aktif meskipun tendon jarinya terpotong. Hal
ini dikarenakan interkomunikasi tendon fleksor digitorum profunda pada pergelangan,
khususnya jari manis dan kelingking. Pada ruptur tendon parsial biasanya tetap
berfungsi, namun gerakan jari dibatasi oleh nyeri.1,2
Pemeriksaan Radiologi
Semua pasien sebaiknya mendapatkan foto rontgen posisi posteroantero lateral
dan satu atau dua posisi oblik. Foto rontgen memberikan informasi dengan sensisitifitas
menengah, spesifisitas tinggi dan biaya yang terjangkau. Ultrasonografi dapat
digunakan untuk mendeteksi ruptur tendon dan trauma ligamentum ulnaris collateral
sampai ibu jari. Dapat juga memeriksa fungsi dinamis dari tendon secara noninvasif
menggunakan USG. MRI menunjukkan sensitifitas yang tinggi dalam deteksi ruptur
tendon. Namun demikian, MRI tidak berperan dalam penanganan emergensi dari luka
pada tangan.2
5. Penatalaksanaan
Penanganan Trauma Tendon Fleksor
1. Reparasi ruptur tendon pada zona I
Laserasi dari tendon FDP distal dari insersi FDS atau avulsi dari tempat insersi pada
base phalanx distal didefinisikan dengan cedera pada zona I dari tendon fleksor. Bila
terjadi ruptur dan bagian distal tendon kurang dari 1 cm jaraknya dari tempat insersi
maka tendon advancement dan reparasi primer ke tulang diindikasikan. Bila lebih dari 1
cm panjang tendon yang tersisa pada bagian distal maka dapat dilakukan tenorrhaphy
primer diindikasikan karena apabila terjadi pemendekan lebih dari 1 cm maka akan
terjadi efek quadrigia. Pada situasi klinis seperti ini laserasi dapat terjadi diantara pulley
A4, sehingga membuat reparasi teknik menjadi sulit.
Gambar 5. Salah satu cara melekatkan tendon ke tulang.
Dikutip dari : Campbell.9
Reparasi tendon ke tulang
Berbagai teknik untuk melakukan penjahitan inti telah direkomendasikan untuk
menjahit dari ujung tendon ke tulang. Secara teoritis tekniknya hampir sama dengan
penyambungan tendon ke tendon. Penggunaan material jahit yang sangat kuat yang
diabsorbsi setelah beberapa bulan semakin meningkatkan teknik penjahitan inti.
Penggunaan jangkar pada reparasi fleksor tendon sudah sangat meluas.1,2
Teknik klasik untuk reparasi FDP tendon ke tulang meliputi penarikan ujung stump
yang telah dijahit masuk menembus phalang distal dengan menggunakan jarum lurus
dan mengikatkannya pada ujung kancing diatas kuku bagian distal dari lunula.
Penelitian in vivo menunjukkan bahwa penggunaan teknik Becker sangat baik. Apapun
teknik yang digunakan aposisi dari FDP ke tulang harus dikonfirmasi secara visual.
Sebelum mengencangkan dan mengikat simpul.
1. Strickland JW. Flexor tendon – acute injuries. In: Green DID, Hotchkiss RN,
Pederson WC, editor. Green’s operative orthopedic hand surgery. 4th ed. Philadelpia:
Churchill Livingstone; 1999 : 1851 – 83.
2. Boyer MI, Strickland JW. Et al. Flexor Tendon Repair and Rehabilitation : State of
The Art in 2002. JBJS. 2002.
3. Holm CL, Embick RP. Anatomical consideration in the primary treatment of tendon
injuries of the hand. JBJS. 2016
4. Thompson JC. Hand section. In: Netter’’s Concise Atlas of Orthopaedic Anatomy. 1st
ed. Philadelphia: Elsevier Inc; 2002 : 121 – 45
5. Ricci JL. Tissue anatomy. In: Orthopaedics a study guide. New York: Mc Graw Hill;
1999: 13 – 14.
6. Thurman RT. Two, four, and six strand zone II flexor tendon repairs: an in situ
biomechanical comparison using a cadaver model. J Hand Surg 1998; 23A: 262 - 5
7. Leddy JP. Flexor tendons – acute injuries. In: Operative hand surgery. New York:
Churchill Livingstone; 1993: 1823 – 45.
8. Harrison. Hand surgery-tendon healing project. J hand surg. 2003:105-14.
9. Wright PE. Flexor and extensor tendon injuries. In: Campbell’s operative
orthopaedics. St. Louis: Mosby; 1992 : 3003 – 57.
10. Amadio PC. Tendon injuries in the upper extremity. In: Principles of orthopaedic
practice. New York: Mc. Graw-Hill Co; 1998: 699 – 715.