MAKALAH
OLEH :
Nip. 197411202002121004
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
MASALAH
Pada tahun 2011 WHO memperkirakan di dunia terdapat sekitar 500 ribu kasus TB yang
resisten terhadap INH dan Rifampisin (TB MDR) setiap tahunnya dengan angka kematian sekitar
150 ribu.Dari jumlah tersebut baru sekitar 10% yang telah ditemukan dan diobati.Prevalensi TB
MDR di dunia diperkirakan 2-3 kali lipat lebih tinggi dari insidens. Di Indonesia pada tahun
2010 survey di Jawa Timur menunjukkan angka 2% untuk kasus TB baru dan 9,7% untuk kasus
pengobatan ulang. Secara global WHO pada tahun 2011 menggunakan angka 2% untuk kasus
baru dan 12% untuk kasus pengobatan ulang untuk memperkirakan jumlah kasus TB MDR di
Indonesia.
Resistensi kuman M.tuberculosis terhadap obat anti tuberculosis (OAT) adalah keadaan
dimana kuman tersebut tidak dapat lagi dibunuh dengan OAT. Hal ini merupakan suatu
fenomena “buatan manusia” sebagai akibat dari pengobatan pasien yang tidak adekuat maupun
penularan dari pasien TB RO langsung. Penatalaksanaannya lebih rumit dan memerlukan
perhatian yang lebih banyak dibandingkan pengobatan pasien yang tidak resisten. Faktor yang
mempengaruhi terjadinya TB RO dapat ditinjau dari sisi pemberi jasa/petugas kesehatan,
program pengendalian TB dan dari sisi pasien sendiri.
2
3. Program pengendalian TB
Persediaan OAT yang kurang
Kualitas OAT yang disediakan rendah (Pharmaco-vigillance)
Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan (RSU Tangsel) sejak awal beroperasi telah
memiliki dokter spesialis Paru dan memiliki pelayanan Poli TB dengan Strategi DOTS. Hal ini
tentu sejalan dengan program TB nasional di kementerian Kesehatan dan dinas kesehatan kota
tangsel dan sangat berguna bagi masyarakat Tangerang Selatan yang membutuhkan pelayanan
TB secara tepat. Terduga TB RO dapat berasal dari Fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes)
rujukan TB RO, fasyankes TB RO, fasyankes satelit TB RO maupun dari fasyankes lain.
Rujukan terduga TB RO dapat berupa rujukan secara fisik dimana pasien datang langsung ke
RSU Tangsel yang memiliki fasilitas TCM TB maupun rujukan contoh uji dahak dari pasien
tersebut. Sejak bulan Mei 2016 pasien terduga TB RO sudah bisa melakukan pemeriksaan dahak
dengan alat TCM Gen Xpert di RSU Tangsel sampai dengan saat ini. Sudah didapatkan hasil
yang menunjukkan terjadinya resistensi OAT sekitar 9-10% dari pasien yang diperiksa dengan
alat ini. Pasien merupakan warga tangerang selatan sendiri dan juga ada yang berasal dari
kabupaten dan kota Tangerang.
Dinas kesehatan provinsi Banten sejak tahun 2016 telah mempersiapkan RSU Tangsel
sebagai Rumah sakit yang merupakan fasyankes Sub Rujukan di Provinsi Banten untuk
pelayanan pengobatan TB RO dengan RSU Drajad Prawiranegara Serang sebagai RSU Rujukan
TB RO untuk provinsi Banten. Pada bulan Desember 2016 pelayanan pengobatan MTPTRO di
RSU Tangsel diresmikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten.Poliklinik TB RO
terletak di bagian belakang gedung RSU Tangsel dijadikan tempat minum obat dan konsultasi
serta penyuluhan pasien TB RO setiap harinya. Pasien pertama yang menjalani pengobatan TB
RO dimulai pada minggu ketiga januari 2017.sampai saat ini sudah 15 pasien yang sedang
menjalani pengobatan dengan 6 pasien menjalani terapi di puskesmas satelit dan sisanya di RSU
Tangsel. Fasilitas ruang poliklinik yang terbatas dan tidak luas masih menjadi kendala dalam
kenyamanan pasien yang sedang menjalani pengobatan pasien. Begitu juga belum tersedianya
fasilitas ruang rawat inap bagi pasien yang mempunyai indikasi rawat inap sudah tentu menjadi
kendala dalam pelayanan. Walaupun sudah ada kesepakatan awal dengan pihak dinas kesehatan
provinsi dan RSU Drajat Prawiranegara Serang sebagai RS rujukan rawat inap di Provinsi
3
Banten. Kendala jarak yang jauh bila harus ke kota Serang untuk menjalani perawatan sering
diutarakan pasien dan keluarga bila harus dirujuk untuk perawatan. Pengobatan rutin setiap hari
selama lebih kurang 2 tahun harus dijalani pasien dengan 2 tahapan pengobatan tahap awal dan
lanjutan. Tahap awal dijalani minimal 8 bulan dengan suntikan OAT lini kedua setiap hari senin
sampai Jumat disertai obat obat minum senin sampai minggu dengan jumlah obat minimal 5
jenis pada OAT standar untuk TB RO.
4
BAB III
PEMBAHASAN
5
Permasalahan kendala fasilitas ruang poliklinik dan ruang perawatan bagi pasien TB RO
sepetinya akan teratasi dengan rencana rehab gedung 2 RSU tangsel yang direncanakan tahun
ini. Bersamaan pula rencana pengembangan gedung 3 yang juga dimulai tahun ini. Diharapkan
tahun 2018 pelaksanaan program MTPTRO di RSU Tangsel akan lebih maksimal dengan
fasilitas ruang poliklinik dan ruang rawat inap yang lebih baik. Seiring dengan waktu jumlah
pasien yang ditemukan juga meningkat dengan memaksimalkan penemuan menggunakan alat
TCM Gen Xpert yang dimiliki saat ini hanya 2 modul maka perlu usulan penambahan alat TCM
atau penambahan Modul. Saat ini ada 3 orang dokter spesialis paru di RSU Tangsel ditambah 1
orang dokter umum dan 2 orang perawat yang bertugas sehari-hari di poliklinik TB RO,
semuanya telah mendapatkan pelatihan MTPTRO baik di tingkat Nasional, dan Provinsi Banten.
6
BAB IV
Tuberkulosis Resisten Obat merupakan fenomena yang harus kita hadapi dimana negara
kita saat ini termasuk negara dengan beban kasus TB yang tinggi
Manajemen terpadu pengendalian TB resisten Obat (MTPTRO) sudah seharusnya
dijalankan di seluruh RSU kabupaten/kota demi penemuan kasus dan pengobatan TB RO
RSU Tangerang Selatan menjadi rumah sakit kedua di Provinsi Banten yang sudah
memulai pelayanan TB TRO sesuai MTPTRO sejak tahun 2016
Lama pengobatan masih menjadi kendala pasien dalam menjalani pengobatan TB RO
saat ini
Paduan terapi baru jangka pendek 9-11 bulan memberi harapan baru untuk keberhasilan
pengobatan pasien
Peningkatan fasilitas dan pengembangan RSU Tangerang Selatan sangat diharapkan demi
peningkatan layanan dan kenyamanan pasien TB RO yang berobat di RSU Kota
Tangerang Selatan
7
DAFTAR PUSTAKA