Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN

PELATIHAN PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS RESISTEN OBAT

BAGI FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN TINGKAT LANJUTAN

Oleh Angkatan III:

RSUD dr. M. Ashari


RSUD Soedirman
RSUD Prembun
RSUD dr. Soetrasno
RSUD dr. R. Soetijono
RSUD dr. Soeprapto Cepu

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT
SEMARANG

2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri berbentuk batang yang dikenal dengan nama Mycobacterium
Tuberculosis. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatanya tidak
tuntas dapat menimbulkan kematian. TB diperkirakan ada didunia sejak
5000 tahun sebelum masehi, namun kemajuan dalam penemuan dan
pengendalian penyakit TB baru dalam 2 abad terakhir.
Tuberkulosis membutuhkan pengobatan jangka panjang untuk
mencapai kesembuhan. Tipe pengobatan jangka panjang yang
menyebabkan pasien tidak patuh dalam mengkonsumsi obat anti
tuberkulosis. Perilaku yang tidak patuh dalam menjalani pengobatan TB
membuat bakteri TB menjadi resisten.
Seiring dengan semakin meningkatnya penemuan kasus TB di
Indonesia, maka yang perlu menjadi perhatian adalah munculnya kasus TB
resisten obat sebagai akibat dari pengobatan yang tidak adekuat dan
penularan dari pasien TB resisten obat.
Pada tahun 2015 diperkirakan terdapat 10,4 juta insiden kasus TB
diseluruh dunia dimana 580.000 diantaranya merupakan kasus TB
multidrug resistant tuberculosis (MDR)/ Rifampicin resistance (RR). Dari
perkiraan 580.000 TB resisten obat hanya 125.000 yang berhasil
ditemukan dan diobati. Tatalaksana TB resisten obat saat ini
membutuhkan periode pengobatan yang terlalu lama ( minimal 18 bulan).
Data survailens diseluruh dunia juga menunjukan hasil yang kurang
memuaskan dalam hal keberhasilan pengobatan dengan panduan jangka
panjang, yaitu 50%.
Rekomendasi penggunaan panduan pengobatan jangka pendek 9-
11 bulan untuk pasien TB resisten obat telah dikeluarkan oleh WHO pada
Mei 2016, sebagai upaya untuk meningkatkan enrollment pengobatan,
menurunkan angka putus obat dan meningkatkan angka keberhasilan
pengobatan TB resisten obat.
Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resisten Obat (MTPTRO)
adalah kegiatan yang bertujuan untuk menangani TB resisten obat. Tujuan
dari MTPTRO yang utama adalah mencegah terjadinya TB resisten obat
melalui pelayanan Directly Observed Treatment Short-course
(DOTS) yang bermutu dan melaksanakan manajemen penanganan TB
resisten obat yang terstandarisasi. MTPTRO memerlukan dukungan dan
keterlibatan aktif dari pemangku kepentingan baik ditingkat pusat, provinsi
ataupun daerah.
Indonesia menerapkan strategi DOTS sesuai rekomendasi WHO.
Namun belum semua petugas pelaksana program pencegahan dan
penanggulangan TB paru (P2TB) mampu melaksanakan dengan benar
strategi DOTS tersebut.
Oleh karena itu diperlakukan pelatihan bagi petugas pelaksana
disemua tingkat fasilitas pelayanan kesehatan mulai dari fasilitas
kesehatan tingkat pertama hingga tingkat lanjut maupun rujukan. Praktek
lapangan merupakan salah satu bagian dari pelatihan petugas P2TB
sebagai bentuk penerapan materi pembelajaran P2TB.
B. Tujuan Praktik Lapangan
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran secara nyata mengenai pelayanan kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan identifikasi dalam kaitanya dengan penemuan
kasus TBC di fasilitas kesehatan masing-masing
b. Mampu melakukan pengobatan pada pasien dengan kasus TBC dan
TBC resisten obat
c. Mampu menerapkan manajemen penanggulangan TBC di fasilitas
kesehatan rujukan
d. Membuat laporan dan mempresentasikan hasil laporan
C. Sasaran
Sasaran pelatihan ini adalah semua peserta pelatihan yang terdiri dari
perawat dan dokter dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut
D. Waktu dan Tempat
Waktu : Kamis, 11 Juli 2019 jam 07.30-12.00
Tempat : RSUP dr. Kariadi Semarang
BAB II
PROSES KEGIATAN PRAKTIK LAPANGAN

Kegiatan praktek lapangan adalah sebagai bentuk penerapan materi


pembelajaran peserta yang diperoleh dalam kelas, terutama untuk Managemen
Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut. Pada proses kegitatan lapangan
pada peserta pelatihan penanggulangan Tubercolosis bagi petugas kesehatan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjut angkatan 3 bertempat di RSUD dr
Kariadi Semarang. Dengan kegiatan mempelajari tentang alur layanan
Tuberkolosis Resisten Obat, Dukungan Managemen, Sarana dan Prasarana serta
Sistem pencatatan dan pelaporan.
Pada proses kegiatan praktek lapangan dibagi menjadi empat
kelompok, setiap kelompok didampingi oleh fasilitator dari RSUP dr Kariadi
Semarang dan kelompok perawat didampingi oleh perawat case manager dari
RSUP dr Kariadi Semarang. Setiap kelompok akan mengunjungi ruang rawat
inap, ruang rawat jalan, laboratorium, bagian pencatatan dan pelaporan di RSUP
dr Kariadi Semarang.Dari hasil survey di lapangan tiap kelompok akan
mempresentasikan sesuai dengan apa yang telah mereka dapatkan dilapangan.
BAB III
HASIL KEGIATAN PRAKTIK LAPANGAN
BAB III

HASIL KEGIATAN PRAKTEK LAPANGAN

A. RAWAT JALAN
Peserta melakukan kunjungan ke poli TB MDR, mempelajari tentang
alur pelayanan,pencatatan dan pelaporan, pengamatan lokasi dan situasi poli
TB MDR.Pasien yang datang berkunjung ke layanan poli TB MDR diruang
teras poli TB MDR meliputi dilakukan anamnesis, penimbangan BB, vital
sign, minum obat,pengambilan sampel darah dan pengumpulan dahak. Untuk
pemeriksaan EKG dan injeksi Streptomisin dilakukan didalam ruangan. Pasien
diberikan 4 macam jenis obat dan pasien tersebut minum didepan petugas,
serta obat harus habis diminum dalam waktu maksimal 2 jam.
Kegiatan pemeriksaan dokter dan konsultasi tim ahli klinis yang lain
dilakukan di poli TB MDR. Pasien TB MDR setelah diperiksa oleh dokter dan
diindikasikan untuk rawat inap maka akan dibawa ke bangsal rawat inap TB
MDR dengan menggunakan ambulans.
Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan oleh petugas adalah masker N
95, penutup kepala dan jas yang diganti setiap hari. Masker N95 yang telah
selesai digunakan oleh petugas dimasukkan dalam kotak ultraviolet.
Sedangkan untuk pasien menggunakan masker bedah. Pintu masuk antara
petugas dan pasien berbeda. Jenis ventilasi yang digunakan di poli TB MDR
adalah ventilasi alami dan exhaust fan. Oksigen yang digunakan adalah
oksigen tabung besar. Dilengkapi juga peralatan EKG, Nebulaiser.
Pengambilan sampel dahak juga dilakukan dipoli TB MDR.
Jumlah petugas di poli TB MDR terdiri dari tim TAK, perawat 2 orang ( 1
orang perawat berperan sebagai case manager), 1 orang Data Officer (DO), 1
orang kurir yang mengantar sampel dahak dan darah dan mengurusi
pendaftaran, 1orang cleaning servis.
Untuk pencatatan dan pelaporan meliputi 3 rekam medis yaitu rekam
medis RS dan rekam medis TB MDR dan pelaporan etbmanager. Rekam
medis TB MDR meliputi antara lain :
1. Formulir KIE
2. Kohort Review
3. Formulir Pemberian Informasi
4. Hasil pemeriksaan follow up pengobatan
5. Catatan perkembangan pasien
6. Kartu pengobatan pasien TB (TB 01 MDR)
7. Formulir kunjungan rumah pasien TB MDR
8. Kesimpulan kegiatan kunjungan rumah
9. Formulir persetujuan Tim Ahli Klinis (TAK) TB MDR
Semua hasil pemeriksaan TB MDR harus tercatat di ketiga dokumen rekam
medis baik dokumen rekam medis RS, dokumen rekam medis poli TB MDR
maupun pencatatan di pelaporan etbmanager.
Pasien setelah selesai minum obat dianjurkan pulang dan dibawakan pot
sputum untuk follow up sputum bulanan. Di poli rawat jalan TB MDR
terdapat teman teman relawan dari perkumpulan SEMAR yang telah sembuh
pengobatan Teman teman tim relawan dari perkumpulan SEMAR ini
membantu dalam berbagi cerita dan pengalaman terutama dalam hal tips dan
trik dalam mengatasi efek samping yang muncul selama masa pengobatan,
memberikan semangat dan motivasi kepada seluruh pasien yang sedang
menjalani pengobatan. Pasien yang datang berkunjung di poli TB MDR dibagi
dalam kloter-kloter penjadwalan kunjungan rawat jalan dan untuk saat ini
terdapat lima kloter.
B. RAWAT INAP
Peserta berkunjung dibangsal rawat inap pasien TB MDR yaitu ke
gedung lantai 6 Ruang Rajawali B. Dibangsal Rajawali B terdapat 34 tempat
tidur pasien yang terdiri dari 24 TT untuk pasien non infeksius dan 10 TT
untuk ruang infeksius. Masing masing tempat tidur pasien dengan CCTV dan
mikrofon untuk memudahkan pemantauan pasien saat malam hari dan untuk
mengurangi kontak dengan pasien TB MDR.
Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan oleh petugas adalah
masker N95, jas dan penutup kepala yang diganti setiap shift. Masker N95
yang telah terpakai dimasukkan kedalam kotak ultraviolet. Untuk pasien dan
penunggu menggunakan masker bedah. Pintu keluar masuk petugas dan
pasien berbeda. Jenis ventilasi yang digunakan adalah ventilasi alami dan
exhaust fun. Oksigen yang digunakan adalah oksigen sentral.
Tim Ahli Klinis (TAK) mengadakan pertemuan setiap ada pasien baru
TB MDR dan menentukan regimen pengobatan yang akan digunakan. Setelah
menjalani perawatan selama kurang lebih 3 hari pasien TB MDR
dikembalikan ke faskes satelit dengan dibawakan TB 01, TB 02, pot sputum 2
buah, formulir kunjungan pasien TB MDR yang harus diisi oleh faskes satelit.
C. LABORATORIUM
Laboratorium di RSDK terdiri atas 2 bagian yaitu TB dan Non TB.
Untuk laboratorium khusus TB sudah dilengkapi alat TCM serta biakan
sehingga dapat menegakkan diagnosis TB maupun MOTT. Pencatatan pasien
TB MDR menggunakan buku register TB 04. Sebelum dimasukkan ke buku
register suspek TB 06, data pasien akan dicatat dalam buku bantu terlebih
dahulu.Laboratorium TB ini juga menerima rujukan sampel dahak dengan
sistem sitrust. Laboratorium RSDK memiliki 12 modul TCM dikerjakan
dalam 2 shiff dalam 1 hari dan dalam 1 hari dapat mengerjakan spesimen
dahak sebanyak 48 sampel.
D. FARMASI
Obat-obatan TB MDR dalam penyimpanan di farmasi dalam
penyimpanannnya diletakkan terpisah antara obat untuk TB Sensitif dan TB
Resisten Obat dengan masing-masing menggunakan lemari obat.
Prosedur pemberian obat TB Resisten obat sama dengan di fasilitas
kesehatan lainnya yang telah terstandar. Pemberian obat TB Resisten obat
diberikan sudah dalam bentuk packing untuk 3 bulan dan buffer 1 bulan.
Sistem pencatatannya dilakukan saat pertama kali serah terima ke
faskes satelit bersama obat. Apabila pada saat kontrol terdapat penambahan
atau pengurangan dosis obat misalnya terjadi perubahan BB pasien maka
jumlah obat akan ditambanhkan tetapi pencatatannya dimasukkan ke dalam
catatan 3 bulan kedepannya.
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB IV
PEMBAHASAN

A. PENEMUAN KASUS
Sejak berdirinya layanan MTPRO di RSUP Dr.Karyadi Semarang sejak
tahun 2013 sampai 2019 telah di temukan sejumlah 447 kasus TB MDR
yang sudah selesai pengobatan ada 154 pasien , pasien yang masih dalam
pengobatan 110. Rata-rata terdapat 15 pasien kontrol teratur di Poli MDR
RSUP Dr.Karyadi Semarang ,sedang pada rawat inapnya terdapat 7 pasien
dari total kapasitas 14.
B. PENGOBATAN KASUS
Setelah ditemukan kasus case Manager RSUP Dr.Karyadi Semarang
menghubungi Puskesmas Satelit untuk mempersiapkan pengobatan pasien
,selain itu juga dilakukan pemeriksaan baselin di RSUP Dr.Karyadi
Semarang ,jika akses pasien tidak memungkinkan pasien di suruh untuk
rawat inap.Untuk meneruskan pengobatan selanjutnya dilakukan serah
terima antara pihak RS dan puskesmas ,wasor yang terdiri dari dokter,
perawat dan petugas farmasi . Pengobatan pindah di puskesmas yang
aksesnya mudah baik untuk melakukan injeksi maupun minum obat
kecuali pada saat pasien melakukan follow up bulanan dilakukan di RS.
C. PELAKSANAAN MANAJEMEN PENANGGULANGAN TBC DI
FASKES RUJUKAN
Sudah terbentuk TIM Ahli Klinis yang terdiri dari dokter spesialis
Paru,Spesialis Penyakit Dalam ,spesialis THT, dan spesialis Jiwa,
mikrobiologi, farmasi. pada saat ditemukan pasien TB MDR sebelum obat
masuk melakukan rapat rutin setiap bulan untuk mengetahui
perkembangan pasien.
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
B. rekomendasi

Anda mungkin juga menyukai