Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan ridho-
Nya Pedoman Pelayanan Penanggulangan Tuberkulosis telah tersusun. Pedoman ini sangatlah
penting untuk membantu dalam kelancaran operasional rumah sakit.
Pedoman ini berisi tentang gambaran fungsi dan tata kelola di dalam Tim TB DOTS. Pedoman
ini dimaksudkan sebagai acuan penyelenggaraan Tim TB DOTS sehingga dapat mendukung
kelancaran pelayanan TB DOTS di Rumah Sakit Djatiroto Lumajang. Semoga pedoman ini dapat
bermanfaat bagi rumah sakit dan pihak-pihak lain yang terkait dengan penyelenggaraan Rumah Sakit.
Dan seperti pedoman lainnya, evaluasi berkala terhadap pedoman ini harus terus dilakukan
sesuai dengan perkembangan rumah sakit dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Akhirnya saran dan koreksi demi perbaikan pedoman ini sangat kami harapkan.
Penyusun
Tim TB Dots
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Pedoman TB DOTS.
di Lumajang
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
Lampiran ................................................................................................................................ 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hampir sepertiga penduduk dunia terinfeksi tuberkulosis dan di perkirakan ada 9 juta pasien
tuberkulosis baru dan 3 juta kematian akibat penyakit tuberkulosis. Sekitar 95% kasus dan 98%
kematian akibat tuberkulosis di dunia, terdapat di negara-negara berkembang.
c. Tatalaksana kasus yang belum memadai (penemuan kasus dan pengobatan yang
tidakstandar)
Menyikapi hal tersebut, WHO mencanangkan tuberkulosis sebagai kedaruratan dunia (global
emergency). WHO dan IUATLD telah mengembangkan strategi penanggulangan tuberkulosis yang
dikenal sebagai strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) dan telah terbukti sebagai
strategi penanggulangan yang efektif (cost-efective). Enam elemen kunci dalam strategi stop TB
yang direkomendasikan WHO:
2) Memberikan perhatian pada kasus TB-HIV, MDR-TB, dengan aktivitas gabungan TB-
HIV, DOTS PLUS, dan pendekatan-pendekatan lain yang relevan.
1
4) Melibatkan seluruh praktisi kesehatan, masyarakat swasta dan non pemerintah
dengan pendekatan berdasarkan Public Private Mix (PPM) untuk mematuhi
International Standars of TB Care.
2.2 Tujuan
2
BAB II
KEBIJAKAN
1. Pelayanan TB DOTS merupakan Program Nasional yang bertujuan menurunkan angka kesakitan
dan kematian akibat TB dengan memberikan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) secara gratis kepada
masyarakat.
2. Pelayanan di TB DOTS harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
3. Petugas TB DOTS memiliki sertifikat dan kompetensi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Dalam memberikan pelayanan harus selalu menghormati dan melindungi hak-hak pasien.
5. Memberikan penyuluhan tentang pencegahan penularan penyakit TB dan PHBS.
6. Mensosialisasikan tentang etika dahak yang benar dan skrining pasien di mulai dari tempat
pendaftaran pasien (TPP) dan satpam, apabila menjumpai pasien maupun keluarga pasien yang
batuk- batuk di tempat pendaftaran maka diberikan masker bedah.
7. Setiap pasien yang dicurigai menderita Tuberkulosis dilakukan pemeriksaan dahak TCM maupun
foto toraks (dewasa) serta melakukan skoring TB (anak <14 tahun).
10. Pengelolaan dan Pengambilan OAT oleh pasien dari Unit Farmasi Rumah Sakit.
11. Pemberian vaksin BCG pada bayi sesuai standar untuk menurunkan risiko tingkat keparahan
pada anak yang terkena penyakit tuberkulosis.
12. Pemberian obat pencegahan (profilaksis) pada anak usia di bawah 5 tahun yang kontak dengan
pasien TB paru aktif dan orang dengan HIV/ AIDS yang tidak terdiagnosa TB.
13. Pasien TB dengan komplikasi (batuk darah, sesak, dan/atau keadaan umum lemah) diindikasikan
rawat inap.
14. Penanganan pasien TB dilakukan dengan prinsip alat pelindung diri yang telah ditentukan oleh
tim pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI).
15. Dalam melakukan pelayanan TB DOTS dilakukan jejaring internal yang meliputi unit kerja terkait
(unit rawat jalan, instalasi gawat darurat, unit rawat inap, maupun unit penunjang diagnostik) di
3
dalam rumah sakit dan jejaring eksternal yang meliputi fasilitas pelayanan kesehatan lain (rumah
sakit, puskesmas, klinik, maupun dokter praktek mandiri).
16. Pasien terdiagnosa TB baik dari rawat jalan ataupun rawat inap yang menghendaki pengobatan
OAT di wilayah terdekat, akan dibuatkan surat rujukan sesuai standar rujukan pasien TB.
17. Pasien TB yang sudah ditegakkan diagnosanya dan memerlukan rawat inap maka ditempatkan di
ruang tersendiri (Isolasi) disesuaikan dengan ruang kapasitas satu orang yang di tempati. Jika
ruang isolasi penuh maka pasien akan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan lain yang
tersedia.
18. Pasien dinyatakan mangkir jika pasien tidak datang untuk mengambil OAT 1 hari, maka perlu di
lakukan pelacakan.
19. Pasien dinyatakan loss to follow up jika pasien tidak datang berobat selama 2 bulan lebih.
20. Pasien TB yang berusia lebih dari 60 tahun, kolaborasi dengan Tim Geriatri untuk mendapatkan
Jalur Fast Track dan konsultasi dengan dokter spesialis paru ataupun dengan dokter spesialis
yang lainnya sesuai dengan penyakit penyerta pasien.
21. Pasien TB yang terdiagnosis kasus MDR (Multiple Drug Resisten), maka akan dibuat pengantar
rujukan sesuai standar penanggulangan TB MDR.
22. Menerima pasien TB yang di rujuk dari instansi lain di luar Rumah Sakit Djatiroto.
23. Standar pelayanan minimal atau indikator keberhasilan pelayanan TB di rumah sakit meliputi :
penjaringan suspek, kejadian pasien mangkir atau drop out, kejadian konversi, keberhasilan
rujukan, keberhasilan pengobatan maupun kesembuhan. Hal ini dapat digunakan sebagai data
surveilans tuberkulosis.
4
BAB III
STRUKTUR ORGANISASI
BAB IV
URAIAN TUGAS
5
b. Bekerjasama dengan PPI dalam memperoleh data surveilans tuberculosis
c. Bekerjasama dalam hal pengendalian faktor resiko
d. Kolaborasi dengan unit kebidanan mengenai pemberian Vaksinasi sesuai jadwal
e. Membantu anggota dalam pelaksanaan pelayanan Tim TB DOTS
f. Memberian obat pencegahan TB terhadap anak usia dibawah 5 tahun yang kontak erat
dengan pasien BTA positif, orang dengan ODHA yang terdiagnosa TB dan populasi
tertentu
2. Tanggung Jawab
a. Bertanggung jawab atas perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan pelayanan
TB DOTS di Rumah Sakit
3. Kualifikasi
a. Dokter spesialis penyakit paru atau dokter spesialis penyakit dalam atau dokter umum
yang telah mendapatkan sertifikat pelatihan TB DOTS
C. SEKRETARIS
1. Uraian Tugas
6
a. Membantu ketua dalam melaksanakan tugasnya
b. Bertindak sebagai sekretaris yang bertanggungjawab terhadap ketua tim
c. Melakukan pencatatan dan pelaporan Tim TB DOTS
d. Membantu kelancaran pelayanan Tim TB DOTS
2. Tanggung Jawab
a. Bertindak sebagai sekretaris yang bertanggung jawab terhadap ketua tim
b. Bertanggungjawab pencatatan dan pelaporan pelayanan TB DOTS di Rumah Sakit 3.
Kualifikasi
Perawat
2. Tanggung Jawab
a. Melakukan Penemuan (Diagnosis) Kasus TB
b. Mengidentifikasi suspek dan mengisi buku daftar suspek TB (TB 06)
c. Mengisi formulir untuk pemeriksaan dahak (TB 05)
d. Mengisi formulir untuk hasil pemeriksaan dahak (TB 04)
e. Mendiagnosis TB pada orang dewasa dan anak sesuai dengan Standart
Penanggulangan TB
7
BAB V
SARANA DAN FASILITAS PENUNJANG
1. Poli TB
Ruangan ini berfungsi sebagai pusat pelayanan TB di Rumah Sakit Djatiroto yang meliputi
kegiatan diagnostik, pengobatan, pencatatan dan pelaporan serta melakukan jejaring
internal/external. Ruangan ini mempunyai ventilasi alami yang memiliki jendela sehingga
memungkinkan sinar matahari dapat masuk. Ventilasi alami mempunyai pintu dan jendela harus
selalu terbuka, dapat menggunakan kipas angin untuk aliran udara, dan petugas kesehatan
duduk dekat dengan sumber udara bersih.
Untuk melakukan pelayanan medis, ruang pelayanan TB DOTS juga dilengkapi stetoskop, tensi
meter, maupun timbangan badan. Juga untuk sarana edukasi dilengkapi dengan alat peraga/flit
chat/brosur tentang program TB DOTS.
2. Lembar pencatatan dan pelaporan pasien yang mendapat pengobatan, terdiri dari:
a. Form TB 01 (kartu pengobatan pasien TB)
b. Form TB 02 (kartu identitas pasien TB)
c. Form TB 03 (register TB unit pelayanan kesehatan)
d. Form TB 04 (register laboratorium)
e. Form TB 05 ( permohonan pemeriksaan dahak)
f. Form TB 06 (daftar suspek pasien TB)
g. Form TB 09 ( formulir rujukan)
h. Form TB 10 (formulir hasil akhir pengobatan pasien tb pindahan)
i. Form TB 12 ( formulir pengiriman pemeriksaan dahak untuk crosscheck)
3. Unit Laboratorium
Unit laboratorium mampu melakukan pemeriksaan mikroskopis dahak.
4. Unit Radiologi
Unit radiologi sebagai unit penunjang untuk pemeriksaan diagnostic secara imaging.
5. Unit Farmasi
Unit farmasi sebagai tempat pengelolaan dan penyimpanan OAT.
8
BAB VI
PENUTUP
Demikian Pedoman Penanggulangan TB ini disusun agar semua pihak yang terkait dalam
penyelenggaraan pelayanan TB DOTS dapat melaksanakan semua ketentuan dan prosedur yang
diatur dalam Pedoman ini, sesuai dengan kebutuhan pelayanan medis kepada pasien. Apabila di
kemudian hari didapatkan kondisi yang tidak lagi dimungkinkan menggunakan ketentuan dalam
Pedoman ini, dapat dilakukan pembicaraan dengan semua pihak terkait untuk dilakukan perubahan
kebijakan dan sistem pelayanan TB DOTS sesuai dengan kondisi tersebut.
9
LAMPIRAN
a. Form TB 01
b. Form TB 02
10
Form T
c. B 03
d. Form TB 04
11
Form T
12
Form T
e. B 05
13
Form T
f. B 06
g. Form TB 09
14
Form T
h. B 10
15
i. Form TB 12
16