Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN HASIL KEGIATAN PENGOBATAN TB

Latar Belakang
Pada Bulan Maret sekitar 1,3 abad yang lalu tepatnya tanggal 2 Maret 1882 merupakan
hari saat Robert Koch mengumukan bahwa dia telah menemukan bakteri penyebab
tuberculosis (TBC) yang kemudian membuka jalan menuju diagnosis dan penyembuhan
penyakit ini.
Meskipun jumlah kematian akibat tuberkulosis menurun 22% antara tahun 2000 dan
2015, namun tuberkulosis masih menepati peringkat ke-10 penyebab kematian tertinggi di
dunia pada tahun 2016 berdasarkan laporan WHO. Oleh sebab itu hingga saat ini TBC masih
menjadi prioritas utama di dunia dan menjadi salah satu tujuan dalam SDGs (Sustainability
Development Goals).
Angka prevalensi TBC Indonesia pada tahun 2014 sebesar 297 per 100.000 penduduk.
Eliminasi TBC juga menjadi salah satu dari 3 fokus utama pemerintah di bidang kesehatan
selain penurunan stunting dan peningkatan cakupan dan mutu imunisasi. Visi yang dibangun
terkait penyakit ini yaitu dunia bebas dari tuberkulosis, nol kematian, penyakit, dan
penderitaan yang disebabkan oleh TBC.
Tema Hari TBC Sedunia tahun 2018 yaitu “Wanted: Leader for a TB Free World” yang
bertujuan pada pembangunan komitmen dalam mengakhiri TBC, tidak hanya pada kepala
negara dan menteri tetapi juga di semua level baik bupati, gubernur, parlemen, pemimpin
suatu komunitas, jajaran kesehatan, NGO, dan partner lainnya. Setiap orang dapat menjadi
pemimpin dalam upaya mengakhiri TBC baik di tempat kerja maupun di wilayah tempat
tinggal masing-masing.
Walaupun setiap orang dapat mengidap TBC, penyakit tersebut berkembang pesat pada
orang yang hidup dalam kemiskinan, kelompok terpinggirkan, dan populasi rentan lainnya.
Kepadatan penduduk di Indonesia sebesar 136,9 per 2 km dengan jumlah penduduk miskin
pada September 2017 sebesar 10,12% (Susenas, 2017).

Gambaran Kegiatan
Pelaksanaan
Hati/Tanggal : Selasa, 20 September 2022
Waktu : 10.00 WIB - Selesai
Tempat : Desa Tegalampel

Identitas
Nama : Ny. M
Usia : 37 tahun
Alamat : Tegalampel
Lama Pengobatan : 2,5 bulan (saat ini berada pada fase lanjutan)
Anamnesa singkat :
Pasien diketahui menderita TB sekitar 2,5 bulan yang lalu. Pasien mengatakan awalnya
ada benjolan dilehernya yang sempat membesar, kemudian pasien berobat ke RS dan
dilakukan pemeriksaan lanjutan diketahui bahwa pasien menderita TB Kelenjar dan hasil
TCM nya juga positif. Setelah itu pasien dikembalikan ke Puskesmas untuk mengikuti
program pengobatan TBnya.
Pasien mengatakan benjolan yang ada dilehernya semakin mengecil dan hamper tidak
terlihat. Pasien tidak mengeluhkan adanya gejala lainnya seperti batuk berdahak, demam saat
malam hari, dll, pasien hanya mengatakan bahwa berat badannya semakin bertambah. Dan
besok pasien akan datang ke Puskesmas untuk mengambil obat lagi, karena obatnya sudah
hampir habis.
Kondisi Tempat Tinggal Pasien:
Pasien tinggal di daerah padat penduduk. Rumah pasien gandeng dengan rumah ayah
dan ibunya. Dalam satu rumah terdapat 6 anggota keluarga (Pasien, Suami pasien, Anak
pasien yang berumur 7 tahun, Anak pasien yang berumur 3 tahun, dan Ayah serta ibunya).
Rumah pasien berukuran ±7x15 meter dengan jumlah kamar 3, ruang tamu 1, ruang keluarga
1, dapur 1, dan kamar mandi 2. Rumah pasien memiliki banyak jendela, namun tidak pernah
dibuka, yang dibuka hanya pintu depan dan pintu samping saja.
Rumah pasien sangat dekat dengan tetangga, jarak dengan rumah tetangga ±2 meter.
Pasien mengatakan tetangga sebelah rumahnya ada yang batuk lama (sekitar 1 tahun) tapi
tidak pernah mau berobat. Sebelum akhirnya pasien terdiagnosis TB, pasien dulu sering main
kerumah tetangganya tersebut, namun setelah pasien terdiagnosis TB pasien tidak pernah lagi
main kerumah tetangganya tersebut. Dalam 1 rumah pasien tidak ada yang sakit batuk.

Program Pengobatan TB
Pengobatan TB dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
- OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup
dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal
(monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
- Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT
= Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
- Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan lanjutan. Tahap
awal (intensif)
Pada tahap awal (intensif) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular
menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.
Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu
yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia
- WHO dan IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)
merekomendasikan paduan OAT standar, yaitu :
Kategori 1 : 1) 2HRZE/4H3R3 2)2HRZE/4HR 3)2HRZE/6HE
Kategori 2 : 1) 2HRZES/HRZE/5H3R3E3 2) 2HRZES/HRZE/5HRE
Kategori 3 : 1) 2HRZ/4H3R3 2) 2HRZ/4HR 3)2HRZ/6HE
Paduan OAT dan peruntukannya.
1. Kategori-1 Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
- Pasien baru TB paru BTA positif.
- Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
- Pasien TB ekstra paru
2. Kategori -2 Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:
- Pasien kambuh
- Pasien gagal
- Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)

Anda mungkin juga menyukai