Anda di halaman 1dari 10

Pengobatan TB

Tanggal : 24 februari 2022

1. Identitas : Tn. M, 49 tahun, Pungkit

Latar Belakang : Penyakit tuberculosis (TB) merupakan salah satu jenis penyakit menular yang
diakibatkan oleh infeksi bakteri yang utamanya ditularkan melalui saluran pernafasan. Hingga
saat ini Indonesia masih menempati urutan ketiga negara dengan kasus TB terbanyak di dunia.
Saat ini TB merupakan penyakit yang dapat dicegah dan bisa disembuhkan secara tuntas. Akan
tetapi, pengobatan yang tidak segera dan tidak tepat dapat berakibat fatal bagi penderitanya. Hal
tersebut menyebabkan penderita TB harus mendapatkan diagnosis yang sesuai dan pengobatan
yang tepat untuk menyembuhan penyakitnya dan menghindari komplikasi yang tidak diinginkan.
Untuk menindaklanjuti hal tersebut pemerintah berupaya untuk mengadakan program
pengobatan TB yang mudah dijangkau oleh masyarakat guna meningkatkan angka kepatuhan
berobat sekaligus menurunkan angka gagal pengobatan TB untuk menekan kasus dan
penularannya. Melalui puskesmas pemerintah mengadakan program pengobatan tb secara gratis
bersamaan dengan program-program lainnya seperti skrining dan penapisan TB.

Gambaran Pelaksanaan : Pasien TB yang mendapatkan pengobatan rutin di puskesmas


merupakan pasien dari seluruh unit pelayanan kesehatan yang ada di pusksesmas (Poli
Umum/lansia, IGD, KIA, dsb), posyandu, dan tracing tb yang biasa dilakukan dalam sebagai
upaya penapisan tb oleh puskesmas. Tn. K merupakan salah satu dari pasien TB di wilayah kerja
puskesmas MoyoUtara. Tn. k kemudian memulai pengobatan TB tahap awal/kategori 1 yang
direncanakan selama 2 bulan dengan meminum obat setiap hari, dimana pada saat datang saat ini
masih berjalan pengobatan K1 pada Tn.K. Sebelum dilanjutkan dengan pemberian obat, pada
Tn. K dilakukan penimbangan BB untuk mengetahui dosis (jumlah) obat TB yang akan
diberikan. Setelah didapatkan BB dan disesuaikan jumlah obat yang diberikan sesuai dengan
dosis tahap awal dan BB Tn.K. Setelah itu juga dilakukan anamnesis pada Tn.K. mengenai
keluhannya saat ini dan kepatuhannya dalam konsumsi obatnya. Tn. K menyatakan saat ini tidak
ada gejala yang dialami hanya batuk yang tidak sering dan Tn.K juga mengaku bahwa dirinya
rutin mengkonsumsi obat tiap hari dan mengambil obat setiap minggunya di puskesmas. Setelah
itu dilanjutkan dengan KIE untuk melanjutkan pengobatan rutin dan tidak lupa tetap
melaksanakan protocol kesehatan untuk mencegah penularan..

Jenis (kategori) dan cara tahapan pengobatan TB serta evaluasi nya :

Regimen pengobatan terdiri dari fase awal (intensif) selama 2 bulan dan fase lanjutan selama
4-6 bulan.

- Selama fase intensif yang biasanya terdiri dari 4 obat, diharapkan terjadi
pengurangan jumlah kuman disertai perbaikan klinis. Pasien yang berpotensi menularkan
infeksi menjadi noninfeksi dalam waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien dengan sputum
BTA positif akan menjadi negatif dalam waktu 2 bulan.
- Selama fase lanjutan diperlukan lebih sedikit obat, tapi dalam waktu yang lebih panjang.
Efek sterilisasi obat pada fase ini bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa kuman dan
mencegah kekambuhan.

Regimen pengobatan kategori :

Kategori 1 : Kasus baru BTA positif; BTA negatif/rontgen positif dengan kelainan
parenkim luas; Kasus TB ekstra paru berat  fase intensif tiap hari: 2HRZE, Fase
lanjutan 3x seminggu : 4H3R3

Ketegori 2: kasus Relaps BTA positif; gagal BTA positif; Pengobatan terputus  fase
intensif tiap hari: 2HRZES/ 1HRZE, Fase lanjutan 3x seminggu : 5H3R3E3

Kategori 3 : Kasus baru BTA negatif/rontgen positif sakit ringan; TB ekstra paru ringan
 fase intensif tiap hari: 2 HRZ, Fase lanjutan 3x seminggu : 4H3R3

Kategori sisipan : Bila pada ahir fase intensif, pengobatan pasien baru BTA positif
dengan kategori 1 atau pasien BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil
pemeriksaan dahak masih BTA positif.  1 HRZE

Pemeriksaan Sputum Untuk Pemantauan/evaluasi Hasil Pengobatan

- Akhir fase intensif : regimen 6 bulan  Akhir bulan kedua dan Regimen 8 bulan 
Akhir bulan kedua
- Pada fase lanjutan : regimen 6 bulan  Akhir bulan ke-empat dan Regimen 8 bulan 
Akhir bulan ke-lima
- Akhir pengobatan : regimen 6 bulan  Akhir bulan ke-enam dan Regimen 8 bulan 
Akhir bulan ke-delapan

2. 28 februari 2022
Identitas : Tn. S, 29 tahun, labuan lalar

Latar Belakang : Penyakit tuberculosis (TB) merupakan salah satu jenis penyakit menular yang
diakibatkan oleh infeksi bakteri yang utamanya ditularkan melalui saluran pernafasan. Hingga
saat ini Indonesia masih menempati urutan ketiga negara dengan kasus TB terbanyak di dunia.
Saat ini TB merupakan penyakit yang dapat dicegah dan bisa disembuhkan secara tuntas. Akan
tetapi, pengobatan yang tidak segera dan tidak tepat dapat berakibat fatal bagi penderitanya. Hal
tersebut menyebabkan penderita TB harus mendapatkan diagnosis yang sesuai dan pengobatan
yang tepat untuk menyembuhan penyakitnya dan menghindari komplikasi yang tidak diinginkan.
Untuk menindaklanjuti hal tersebut pemerintah berupaya untuk mengadakan program
pengobatan TB yang mudah dijangkau oleh masyarakat guna meningkatkan angka kepatuhan
berobat sekaligus menurunkan angka gagal pengobatan tb untuk menekan kasus dan
penularannya. Melalui puskesmas pemerintah mengadakan program pengobatan tb secara gratis
bersamaan dengan program-program lainnya seperti skrining dan penapisan TB.

Gambaran Pelaksanaan : Tn. S termasuk dalam 19 orang pasien TB yang tercatat pada
registrasi poli TB puskesmas taliwang sebagai pasien TB yang saat ini tengah menerima
pengobatan. Tn. S terdiagnosis melalui tanda dan gejala TB (+) dan pemeriksaan laboratorium
sputum BTA TB (+) pada tanggal 02 maret 2022. Dan langsung memulai pengobatan TB tahap
awal/kategori 1 yang direncanakan selama 2 bulan dan dilanjutkan dengan pengobatan kategori
2/tahap lanjutan pada 02 Mei 2022. Sebelum dilanjutkan dengan pemberian obat seperti biasa
pada Tn. S dilakukan penimbangan BB untuk mengetahui dosis (jumlah) obat tb yang akan
diberikan. Setelah didapatkan BB dan disesuaikan jumlah obat yang diberikan sesuai dengan
dosis tahap awal dan BB Tn. S. Pada Tn. S juga dilakukan anamnesis mengenai keluhannya saat
ini dan kepatuhannya dalam konsumsi obatnya serta apakah ada gejala serupa yang terjadi
disekitar lingkungan Tn. S. Tn.S menyatakan saat ini tidak ada gejala yang dialami dan dirinya
juga mengaku rutin minum obat dari puskesmas. Pada akhir pertemuan diberikan KIE untuk
melanjutkan pengobatan rutin dan tidak lupa tetap melaksanakan protocol kesehatan untuk
mencegah penularan. Pada Tn. S juga diberikan masker untuk meningkatkan kepatuhan
penerapan protokol kesehatan.
Jenis (kategori) dan cara tahapan pengobatan TB serta evaluasi nya :

Regimen pengobatan terdiri dari fase awal (intensif) selama 2 bulan dan fase lanjutan selama
4-6 bulan.

- Selama fase intensif yang biasanya terdiri dari 4 obat, diharapkan terjadi
pengurangan jumlah kuman disertai perbaikan klinis. Pasien yang berpotensi menularkan
infeksi menjadi noninfeksi dalam waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien dengan sputum
BTA positif akan menjadi negatif dalam waktu 2 bulan.
- Selama fase lanjutan diperlukan lebih sedikit obat, tapi dalam waktu yang lebih panjang.
Efek sterilisasi obat pada fase ini bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa kuman dan
mencegah kekambuhan.

Regimen pengobatan kategori :

Kategori 1 : Kasus baru BTA positif; BTA negatif/rontgen positif dengan kelainan
parenkim luas; Kasus TB ekstra paru berat  fase intensif tiap hari: 2HRZE, Fase
lanjutan 3x seminggu : 4H3R3

Ketegori 2: kasus Relaps BTA positif; gagal BTA positif; Pengobatan terputus  fase
intensif tiap hari: 2HRZES/ 1HRZE, Fase lanjutan 3x seminggu : 5H3R3E3

Kategori 3 : Kasus baru BTA negatif/rontgen positif sakit ringan; TB ekstra paru ringan
 fase intensif tiap hari: 2 HRZ, Fase lanjutan 3x seminggu : 4H3R3

Kategori sisipan : Bila pada ahir fase intensif, pengobatan pasien baru BTA positif
dengan kategori 1 atau pasien BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil
pemeriksaan dahak masih BTA positif.  1 HRZE

Pemeriksaan Sputum Untuk Pemantauan/evaluasi Hasil Pengobatan

- Akhir fase intensif : regimen 6 bulan  Akhir bulan kedua dan Regimen 8 bulan 
Akhir bulan kedua
- Pada fase lanjutan : regimen 6 bulan  Akhir bulan ke-empat dan Regimen 8 bulan 
Akhir bulan ke-lima
- Akhir pengobatan : regimen 6 bulan  Akhir bulan ke-enam dan Regimen 8 bulan 
Akhir bulan ke-delapan

3. 29 maret 2022
Identitas : Tn. S.P, 44 tahun, Arab Kenangan
Latar Belakang : Penyakit tuberculosis (TB) merupakan salah satu jenis penyakit menular yang
diakibatkan oleh infeksi bakteri yang utamanya ditularkan melalui saluran pernafasan. Hingga
saat ini Indonesia masih menempati urutan ketiga negara dengan kasus TB terbanyak di dunia.
Saat ini TB merupakan penyakit yang dapat dicegah dan bisa disembuhkan secara tuntas. Akan
tetapi, pengobatan yang tidak segera dan tidak tepat dapat berakibat fatal bagi penderitanya. Hal
tersebut menyebabkan penderita TB harus mendapatkan diagnosis yang sesuai dan pengobatan
yang tepat untuk menyembuhan penyakitnya dan menghindari komplikasi yang tidak diinginkan.
Untuk menindaklanjuti hal tersebut pemerintah berupaya untuk mengadakan program
pengobatan TB yang mudah dijangkau oleh masyarakat guna meningkatkan angka kepatuhan
berobat sekaligus menurunkan angka gagal pengobatan tb untuk menekan kasus dan
penularannya. Melalui puskesmas pemerintah mengadakan program pengobatan tb secara gratis
bersamaan dengan program-program lainnya seperti skrining dan penapisan TB.

Gambaran Pelaksanaan : Tn. S termasuk dalam 19 orang pasien TB yang tercatat pada
registrasi poli TB puskesmas taliwang sebagai pasien TB yang saat ini tengah menerima
pengobatan. Tn. S terdiagnosis melalui tanda dan gejala TB (+) dan pemeriksaan laboratorium
sputum BTA TB (+) pada tanggal 30 Maret 2022. Dan langsung memulai pengobatan TB tahap
awal/kategori 1 yang direncanakan selama 2 bulan dan dilanjutkan dengan pengobatan kategori
2/tahap lanjutan pada 31 Mei 2022. Sebelum dilanjutkan dengan pemberian obat seperti biasa
pada Tn. S.P dilakukan penimbangan BB untuk mengetahui dosis (jumlah) obat tb yang akan
diberikan. Setelah didapatkan BB dan disesuaikan jumlah obat yang diberikan sesuai dengan
dosis tahap awal dan BB Tn. S.P Pada Tn. S.P juga dilakukan anamnesis mengenai keluhannya
saat ini dan kepatuhannya dalam konsumsi obatnya serta apakah ada gejala serupa yang terjadi
disekitar lingkungan Tn.S.P menyatakan saat ini tidak ada gejala yang dialami dan dirinya juga
mengaku rutin minum obat dari puskesmas. Pada akhir pertemuan diberikan KIE untuk
melanjutkan pengobatan rutin dan tidak lupa tetap melaksanakan protocol kesehatan untuk
mencegah penularan. Pada Tn. S.P juga diberikan masker untuk meningkatkan kepatuhan
penerapan protokol kesehatan.

Jenis (kategori) dan cara tahapan pengobatan TB serta evaluasi nya :

Regimen pengobatan terdiri dari fase awal (intensif) selama 2 bulan dan fase lanjutan selama
4-6 bulan.
- Selama fase intensif yang biasanya terdiri dari 4 obat, diharapkan terjadi
pengurangan jumlah kuman disertai perbaikan klinis. Pasien yang berpotensi menularkan
infeksi menjadi noninfeksi dalam waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien dengan sputum
BTA positif akan menjadi negatif dalam waktu 2 bulan.
- Selama fase lanjutan diperlukan lebih sedikit obat, tapi dalam waktu yang lebih panjang.
Efek sterilisasi obat pada fase ini bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa kuman dan
mencegah kekambuhan.

Regimen pengobatan kategori :

Kategori 1 : Kasus baru BTA positif; BTA negatif/rontgen positif dengan kelainan
parenkim luas; Kasus TB ekstra paru berat  fase intensif tiap hari: 2HRZE, Fase
lanjutan 3x seminggu : 4H3R3

Ketegori 2: kasus Relaps BTA positif; gagal BTA positif; Pengobatan terputus  fase
intensif tiap hari: 2HRZES/ 1HRZE, Fase lanjutan 3x seminggu : 5H3R3E3

Kategori 3 : Kasus baru BTA negatif/rontgen positif sakit ringan; TB ekstra paru ringan
 fase intensif tiap hari: 2 HRZ, Fase lanjutan 3x seminggu : 4H3R3

Kategori sisipan : Bila pada ahir fase intensif, pengobatan pasien baru BTA positif
dengan kategori 1 atau pasien BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil
pemeriksaan dahak masih BTA positif.  1 HRZE

Pemeriksaan Sputum Untuk Pemantauan/evaluasi Hasil Pengobatan

- Akhir fase intensif : regimen 6 bulan  Akhir bulan kedua dan Regimen 8 bulan 
Akhir bulan kedua
- Pada fase lanjutan : regimen 6 bulan  Akhir bulan ke-empat dan Regimen 8 bulan 
Akhir bulan ke-lima
- Akhir pengobatan : regimen 6 bulan  Akhir bulan ke-enam dan Regimen 8 bulan 
Akhir bulan ke-delapan

4. 24 februari 2022
Identitas : Tn. J, 50 tahun, Sampir

Latar Belakang : . Penyakit tuberculosis (TB) merupakan salah satu jenis penyakit menular
yang diakibatkan oleh infeksi bakteri yang utamanya ditularkan melalui saluran pernafasan.
Hingga saat ini Indonesia masih menempati urutan ketiga negara dengan kasus TB terbanyak di
dunia. Saat ini TB merupakan penyakit yang dapat dicegah dan bisa disembuhkan secara tuntas.
Akan tetapi, pengobatan yang tidak segera dan tidak tepat dapat berakibat fatal bagi
penderitanya. Hal tersebut menyebabkan penderita TB harus mendapatkan diagnosis yang sesuai
dan pengobatan yang tepat untuk menyembuhan penyakitnya dan menghindari komplikasi yang
tidak diinginkan. Untuk menindaklanjuti hal tersebut pemerintah berupaya untuk mengadakan
program pengobatan TB yang mudah dijangkau oleh masyarakat guna meningkatkan angka
kepatuhan berobat sekaligus menurunkan angka gagal pengobatan TB untuk menekan kasus dan
penularannya. Melalui puskesmas pemerintah mengadakan program pengobatan tb secara gratis
bersamaan dengan program-program lainnya seperti skrining dan penapisan TB.

Gambaran Pelaksanaan : Tn. J termasuk dalam 19 orang pasien TB yang tercatat pada
registrasi poli TB puskesmas taliwang sebagai pasien TB yang saat ini tengah menerima
pengobatan. Tn. S terdiagnosis melalui tanda dan gejala TB (+) dan pemeriksaan laboratorium
sputum BTA TB (+) pada tanggal 25 Februari 2022. Dan langsung memulai pengobatan TB
tahap awal/kategori 1 yang direncanakan selama 2 bulan dan dilanjutkan dengan pengobatan
kategori 2/tahap lanjutan pada 26 April 2022. Sebelum dilanjutkan dengan pemberian obat
seperti biasa pada Tn. J dilakukan penimbangan BB untuk mengetahui dosis (jumlah) obat tb
yang akan diberikan. Setelah didapatkan BB dan disesuaikan jumlah obat yang diberikan sesuai
dengan dosis tahap awal dan BB Tn. J .Pada Tn. J juga dilakukan anamnesis mengenai
keluhannya saat ini dan kepatuhannya dalam konsumsi obatnya serta apakah ada gejala serupa
yang terjadi disekitar lingkungan Tn.J menyatakan saat ini tidak ada gejala yang dialami dan
dirinya juga mengaku rutin minum obat dari puskesmas. Pada akhir pertemuan diberikan KIE
untuk melanjutkan pengobatan rutin dan tidak lupa tetap melaksanakan protocol kesehatan untuk
mencegah penularan. Pada Tn. J juga diberikan masker untuk meningkatkan kepatuhan
penerapan protokol kesehatan.

Jenis (kategori) dan cara tahapan pengobatan TB serta evaluasi nya :

Regimen pengobatan terdiri dari fase awal (intensif) selama 2 bulan dan fase lanjutan selama
4-6 bulan.

- Selama fase intensif yang biasanya terdiri dari 4 obat, diharapkan terjadi
pengurangan jumlah kuman disertai perbaikan klinis. Pasien yang berpotensi menularkan
infeksi menjadi noninfeksi dalam waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien dengan sputum
BTA positif akan menjadi negatif dalam waktu 2 bulan.
- Selama fase lanjutan diperlukan lebih sedikit obat, tapi dalam waktu yang lebih panjang.
Efek sterilisasi obat pada fase ini bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa kuman dan
mencegah kekambuhan.
Regimen pengobatan kategori :

Kategori 1 : Kasus baru BTA positif; BTA negatif/rontgen positif dengan kelainan
parenkim luas; Kasus TB ekstra paru berat  fase intensif tiap hari: 2HRZE, Fase
lanjutan 3x seminggu : 4H3R3

Ketegori 2: kasus Relaps BTA positif; gagal BTA positif; Pengobatan terputus  fase
intensif tiap hari: 2HRZES/ 1HRZE, Fase lanjutan 3x seminggu : 5H3R3E3

Kategori 3 : Kasus baru BTA negatif/rontgen positif sakit ringan; TB ekstra paru ringan
 fase intensif tiap hari: 2 HRZ, Fase lanjutan 3x seminggu : 4H3R3

Kategori sisipan : Bila pada ahir fase intensif, pengobatan pasien baru BTA positif
dengan kategori 1 atau pasien BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil
pemeriksaan dahak masih BTA positif.  1 HRZE

Pemeriksaan Sputum Untuk Pemantauan/evaluasi Hasil Pengobatan

- Akhir fase intensif : regimen 6 bulan  Akhir bulan kedua dan Regimen 8 bulan 
Akhir bulan kedua
- Pada fase lanjutan : regimen 6 bulan  Akhir bulan ke-empat dan Regimen 8 bulan 
Akhir bulan ke-lima
- Akhir pengobatan : regimen 6 bulan  Akhir bulan ke-enam dan Regimen 8 bulan 
Akhir bulan ke-delapan

5. 19 april 2022
Identitas : Tn. SL, 57 tahun, Banjar

Latar Belakang : Penyakit tuberculosis (TB) merupakan salah satu jenis penyakit menular yang
diakibatkan oleh infeksi bakteri yang utamanya ditularkan melalui saluran pernafasan. Hingga
saat ini Indonesia masih menempati urutan ketiga negara dengan kasus TB terbanyak di dunia.
Saat ini TB merupakan penyakit yang dapat dicegah dan bisa disembuhkan secara tuntas. Akan
tetapi, pengobatan yang tidak segera dan tidak tepat dapat berakibat fatal bagi penderitanya. Hal
tersebut menyebabkan penderita TB harus mendapatkan diagnosis yang sesuai dan pengobatan
yang tepat untuk menyembuhan penyakitnya dan menghindari komplikasi yang tidak diinginkan.
Untuk menindaklanjuti hal tersebut pemerintah berupaya untuk mengadakan program
pengobatan TB yang mudah dijangkau oleh masyarakat guna meningkatkan angka kepatuhan
berobat sekaligus menurunkan angka gagal pengobatan TB untuk menekan kasus dan
penularannya. Melalui puskesmas pemerintah mengadakan program pengobatan tb secara gratis
bersamaan dengan program-program lainnya seperti skrining dan penapisan TB.

Gambaran Pelaksanaan : pengobatan TB di Puskesmas merupakan salah satu program wajib


dan memiliki poli tersendiri yang terpisah dengan pasien pada umumnya. Adapun poli TB
awalnya akan menerima data dan diagnosis pasien TB dari laboratorium dahak TB yang ada di
Puskesmas maupun hasil rontgen yang diterima dari pasien dan bersumber dari rumah sakit.
Pasien TB yang mendapatkan pengobatan rutin di puskesmas merupakan pasien dari seluruh unit
pelayanan kesehatan yang ada di pusksesmas (Poli Umum/lansia, IGD, KIA, dsb), posyandu, dan
tracing tb yang biasa dilakukan dalam sebagai upaya penapisan TB oleh puskesmas. Pasien
dengan tanda dan gejala TB serta sputum/rontgen dada yang memenuhi kriteria TB awalnya
akan didata oleh poli TB kemudian diarahkan untuk menerima pengobatan dengan mengambil
obat rutin di poli TB. Tn. SL merupakan salah satu dari total 18 pasien lainnya yang terdaftar
sebagai pasien TB di wilayah kerja puskesmas taliwang tahun 2022 menurut registrasi di poli
TB Puskesmas Taliwang. Tn. SL pertama kali terdiagnosis dengan pemeriksaan laboratorium
sputum BTA (+) pada tanggal 20 april 2022. Tn. SL kemudian memulai pengobatan TB tahap
awal/kategori 1 yang direncanakan selama 2 bulan dengan meminum obat setiap hari, dimana
pada saat datang saat ini masih berjalan pengobatan K1 pada Tn.SL. Sebelum dilanjutkan
dengan pemberian obat, pada Tn. SL dilakukan penimbangan BB untuk mengetahui dosis
(jumlah) obat TB yang akan diberikan. Setelah didapatkan BB dan disesuaikan jumlah obat yang
diberikan sesuai dengan dosis tahap awal dan BB Tn. SL. Setelah itu juga dilakukan anamnesis
pada Tn. SL mengenai keluhannya saat ini dan kepatuhannya dalam konsumsi obatnya. Tn. SL
menyatakan saat ini tidak ada gejala yang dialami hanya batuk yang tidak sering dan Tn. SL juga
mengaku bahwa dirinya rutin mengkonsumsi obat tiap hari dan mengambil obat setiap
minggunya di puskesmas. Setelah itu dilanjutkan dengan KIE untuk melanjutkan pengobatan
rutin dan tidak lupa tetap melaksanakan protocol kesehatan untuk mencegah penularan..
Pengobatan tahap awal akan dilanjutkan ke tahap lanjutan pada tanggal 21 juni 2022.

Jenis (kategori) dan cara tahapan pengobatan TB serta evaluasi nya :

Regimen pengobatan terdiri dari fase awal (intensif) selama 2 bulan dan fase lanjutan selama
4-6 bulan.
- Selama fase intensif yang biasanya terdiri dari 4 obat, diharapkan terjadi
pengurangan jumlah kuman disertai perbaikan klinis. Pasien yang berpotensi menularkan
infeksi menjadi noninfeksi dalam waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien dengan sputum
BTA positif akan menjadi negatif dalam waktu 2 bulan.
- Selama fase lanjutan diperlukan lebih sedikit obat, tapi dalam waktu yang lebih panjang.
Efek sterilisasi obat pada fase ini bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa kuman dan
mencegah kekambuhan.

Regimen pengobatan kategori :

Kategori 1 : Kasus baru BTA positif; BTA negatif/rontgen positif dengan kelainan
parenkim luas; Kasus TB ekstra paru berat  fase intensif tiap hari: 2HRZE, Fase
lanjutan 3x seminggu : 4H3R3

Ketegori 2: kasus Relaps BTA positif; gagal BTA positif; Pengobatan terputus  fase
intensif tiap hari: 2HRZES/ 1HRZE, Fase lanjutan 3x seminggu : 5H3R3E3

Kategori 3 : Kasus baru BTA negatif/rontgen positif sakit ringan; TB ekstra paru ringan
 fase intensif tiap hari: 2 HRZ, Fase lanjutan 3x seminggu : 4H3R3

Kategori sisipan : Bila pada ahir fase intensif, pengobatan pasien baru BTA positif
dengan kategori 1 atau pasien BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil
pemeriksaan dahak masih BTA positif.  1 HRZE

Pemeriksaan Sputum Untuk Pemantauan/evaluasi Hasil Pengobatan

- Akhir fase intensif : regimen 6 bulan  Akhir bulan kedua dan Regimen 8 bulan 
Akhir bulan kedua
- Pada fase lanjutan : regimen 6 bulan  Akhir bulan ke-empat dan Regimen 8 bulan 
Akhir bulan ke-lima
- Akhir pengobatan : regimen 6 bulan  Akhir bulan ke-enam dan Regimen 8 bulan 
Akhir bulan ke-delapan

Anda mungkin juga menyukai