EDEMA
VASOGENIK
EDEMA
SITOTOKSIK
akumu
las
dalam i cairan dan
sel yan ion Na +
pem g m enyeb di
bengk ab
akan s kan
el
ETIOLOGI
ketoasidosis
diabetikum
stroke iskemik
hipertensi
malignansi
perdarahan
hepatitis fulminan intraserebral,
keracunan CO
tumor otak,
hiponatremia
infeksi otak (meningitis,
ensefalitis, tuberkulosis,
penggunaan obat- toksoplasmosis
obatan opioid
PEMERIKSAAN PENUNJANG
MRI CT SCAN KEPALA
ditegakkan melalui :
1 kriteria diagnostik, 2 kriteria
KRITERIA
KRITERIA mayor,
MAYOR
MINOR Atau
1 kriteria mayor disertai 2
kriteria minor
PENCEGAHAN
DEHIDRASI,
OSMOTERAPI HIPOTENSI
SISTEMIK,
TATALAKSANA
PENGGUNAAN DAN
KORTIKOSTEROID PENSTABILAN
DAN DIURETIK SUHU)
HIPERVENTILASI
YANG
TERKONTROL,
1. Posisi Kepala dan Leher yang Optimal
Antipiretik
Paracetamol (10-
Ibuprofen
15
(10mg/kgbb/kali)
mg/kgbb/kali) ,
, setiap 4-6
setiap 4-6
kali/hari
kali/hari
Hiperglikemia
Pada kasus KAD : mulai pemberian insulin 1-2 jam setelah pemberian cairan
Pencegahan penurunan GD terlalu cepat , dapat diberikan Dekstrosa 5% dalam IV jika kadar GD 250-300 mg/dl (14-17
mmol/L), mencegah hiperglikemia rebound : insulin subkutan pertama harus diberikan 15-30 menit (insulin kerja cepat)
atau
atau 1-2
1-2 jam
jam (insulin
(insulin kerja
kerja pendek)
pendek) sebelum
sebelum insulin
insulin IV
IV dihentikan.
dihentikan.
Jika pemberian insulin IV kontinu tidak memungkinkan , dapat diberikan secara subkutan atau IM tiap jam
atau tiap 2 jam. Insulin yang diberikan adalah insulin kerja cepat
perlu pemantauan kalium, koreksi jika perlu, kecuali terdapat gagal ginjal
Bikarbonat dapat diberikan pada hiperkalemia berat atau jika pH darah <6.8
6. Osmoterapi
• Tatalaksana dengan terapi hiperosmotik dalam bentuk
manitol dan cairan salin hipertonik, telah digunakan
sebagai tatalaksana farmakologis sejak dahulu
• Cairan ini akan mendorong cairan masuk ke dalam
intravaskular melalui perbedaan tekanan osmotik
• Berikan manitol 0,5-1 g/kgbb IV selama 10-15 menit, ulangi
jika tidak ada respons setelah 30 menit sampai 2 jam
setelah pemberian.
• Dapat diberikan saline hipertonik (NaCl 3%) 2,5-5 ml/kgbb
selama 10-15 menit sebagai alternatif manitol, terutama
jika tidak respon terhadap manitol
7. Glukokortikosteroid
• Penggunaan glukokortikosteroid potensi tinggi
memiliki efek menguntungkan pada edema
vasogenik berhubungan dengan tumor, baik
primer dan metastasis
• Steroid ini bertindak langsung pada sel-sel
endotel, mengurangi permeabilitas
• Deksametason juga mengurangi edema
vasogenik terkait dengan abses otak dan cedera
kepala.
8. Kandidat Anti-Edema
TATALAKSANA TIK
• Level 1 :
– Elevasi kepala hingga 30º untuk meningkatkan aliran balik vena
serebral
– Sedasi dan analgesi kerja-singkat (propofol, fentanyl, midazolam)
pada pasien yang akan diintubasi
– Drainase ventrikular (jika terpasang monitor untuk menilai
tekanan intrakranial)
– CT-Scan dan pemeriksaan neurologi ulang untuk menyingkirkan
diagnosa lain sekaligus membantu dalam perencanaan
selanjutnya
• Jika tekanan intrakranial ≥ 20-25 mmHg lanjut ke
tatalaksana level 2
TATALAKSANA TIK (2)
• Level 2:
– Pada pasien yang terpasang monitor untuk menilai tekanan
intrakranial, pemasanan external ventricular drainage (EVD)
dapat dipertimbangkan agar drainase dapat dilakukan secara
intermiten
– Terapi hiperosmolar secukupnya, dan tidak diberikan secara
rutin, natrium dan osmolalitas harus dipantau secara berkala
(tiap 6 jam)
• Pemberian manitol secara bolus IV (0,25-1 gr/kgBB).
• Pemberian cairan salin hipertonik secara bolus IV (3% NaCl, atau
30ml cairan salin hipertonik 23,4%)
– Penilaian autoregulasi serebral
TATALAKSANA TIK (3)
– Target PaC02 sebesar 30-35 mmHg
– CT-Scan dan pemeriksaan neurologi ulang untuk
menyingkirkan diagnosa lain sekaligus membantu dalam
perencanaan selanjutnya
– Bila langkah-langkah diatas tidak menurunkan tekanan
intrakranial secara adekut, maka dapat dipertimbangkan
pemberian pelumpuh otot (test dose), jika terdapat
respon penurunan tekanan intrakranial, maka pemberian
pelumpuh otot dapat diberikan
• Jika tekanan intrakranial ≥ 20-25 mmHg lanjut ke
tatalaksana level 3
TATALAKSANA TIK (4)
• Level 3:
– Tindakan pembedahan dilakukan bila tatalaksana
level 1 dan 2 tidak berhasil atau bila terdapat
kontraindikasi medik
– Pemberian pelumpuh otot dapat diteruskan dan
dititrasi bila terdapat respon positif
– Barbiturat atau propofol (dosis anestesi) dapat
diberikan (test dose) hanya jika pasien gagal
memberikan respon setelah dilakukan tatalaksana
KESIMPULAN
• Edema serebri adalah keadaan fatal dimana volume
otak meningkat dan menyebabkan akumulasi
abnormal cairan di dalam parenkim otak
• Akumulasi cairan yang abnormal menyebabkan
peningkatan volume dan peningkatan tekan
intracranial karena struktur tulang yang rigid
• Peningkatan tekanan intracranial menyebabkan
kondisi yang menyimpang termasuk berkurangnya
aliran darah ke otak, hipoksia, penekanan jaringan
serebral dan herniasi
KESIMPULAN
• Berdasarkan mekanisme terjadinya edema terdapat 2
jenis edema serebri yaitu edema vasogenik dan
sitotoksik.
• Pada edema vasogenik terjadi ekstravasasi dan
akumulasi cairan ekstraseluler ke dalam parenkima otak
karena gangguan pada sawar darah otak.
• Berbeda pada edema sitotoksik terjadi ekstravasasi
cairan yang disebabkan gangguan pada gradient tekanan
osmotic menyebabkan penurunan Na ekstraseluler
berdifusi ke dalam sel tanpa gangguan sawar darah otak
KESIMPULAN
• Terapi medikamentosa untuk mengatasi edema
serebri ditentukan oleh mekanisme edema yang
mendasari
• Pada edema vasogenik pemberian
kortikosteroid terbukti memberikan hasil yang
baik namun tidak pada edema sitotoksik
• Pada edema sitotoksik penggunaan manitol
maupun cairan hipertonis memberikan hasil
yang signifikan