Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK

PATOLOGI PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL


( OSTEOPOROSIS )

OLEH

KELOMPOK 6 :

YUNI ASRI LESTARI P201701067

MILA CITRA DEWI P201701087

ROSTANTI BADIA P201701086

FARADILA P201701093

ARTIKA P201701075

BAU INTAN P201802009

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji serta syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa


Ta’ala, atas Rahmat dan karunia-Nya dengan disertai do’a dan restu, akhirnya
penyusun dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Medikal Bedah III ”Patologi
Pada Sistem Muskuloskeletal (Osteoporosis)”.

Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak


yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini serta dari referensi buku-
buku sumber dan media internet yang berkaitan dengan makalah ini.

Harapan penyusun semoga makalah ini membantu menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para mahasiswa. Penyusun menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna, baik dalam penyusunannya maupun dalam
tata bahasa yang dipergunakan serta isinya, mengingat terbatasnya pengetahuan
yang penyusun miliki. Penyusun dengan senang hati menerima kritik dan saran
yang membangun dari pembaca.

Kendari, 16 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................

DAFTAR ISI ......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .........................................................................................


B. Rumusan Masalah ....................................................................................
C. Tujuan Makalah .......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi ......................................................................................................
B. Klasifikasi .................................................................................................
C. Etiologi ......................................................................................................
D. Faktor – Faktor Resiko Penyebab Osteoporosis ..................................
E. Patofisiologis .............................................................................................
F. Manifestasi Klinis ....................................................................................
G. Pemeriksaan Diagnostik .........................................................................
H. Penatalaksanaan ......................................................................................
I. Pencegahan ................................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...............................................................................................
B. Saran ......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai


saat ini masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama
di negara berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25
juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50%
penduduk di atas umur 75-80 tahun. Masyarakat atau populasi
osteoporosis yang rentan terhadap fraktur adalah populasi lanjut usia yang
terdapat pada kelompok di atas usia 85 tahun, terutama terdapat pada
kelompok lansia tanpa suatu tindakan pencegahan terhadap osteoporosis.
Proses terjadinya osteoporosis sudah di mulai sejak usia 40 tahun dan pada
wanita proses ini akan semakin cepat pada masa menopause.
Sekitar 80% penderita penyakit osteoporosis adalah wanita,
termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi.
Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko
terkena osteoporosis. Penyakit osteoporosis yang kerap disebut penyakit
keropos tulang ini ternyata menyerang wanita sejak masih muda. Tidak
dapat dipungkiri penyakit osteoporosis pada wanita ini dipengaruhi oleh
hormon estrogen. Namun, karena gejala baru muncul setelah usia 50
tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara dini.
Meskipun penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita,
pria tetap memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada
wanita, penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen.
Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis
datang lebih lambat.
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas terdapat rumusan masalah sebagai berikut :


1. Apakah definisi dari osteoporosis ?
2. Apa saja klasifikasi dari osteoporosis ?
3. Apakah etiologi dari osteoporosis ?
4. Apa saja faktor – faktor resiko penyebab osteoporosis ?
5. Apakah patofisiologi dari osteoporosis ?
6. Bagaimana manifestasi klinis dari osteoporosis ?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik osteoporosis ?
8. Bagaimana penatalaksanaan osteoporosis ?
9. Apa saja pencegahan osteoporosis ?

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui definisi osteoporosis.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari osteoporosis
3. Untuk mengetahui etiologi osteoporosis
4. Untuk mengetahui faktor – faktor resiko penyebab osteoporosis
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari osteoporosis
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari osteoporosis
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik osteoporosis
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan osteoporosis
9. Untuk mengetahui pencegahan osteoporosis
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa


tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal,
kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang,
mengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif
menjadi porus, rapuh dan mudah patah, tulang menjadi mudah fraktur
dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal.
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat
khas berupa massa tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang
dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat akhirnya menimbulkan
kerapuhan tulang.

B. Klasifikasi

1. Osteoporosis Primer
   Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopause
   Tipe 2 terjadi pada orang lanjut usia baik pria maupun wanita

2. Osteoporosis Skunder
Disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan :
 Kelainan hepar

 Kegagalan ginjal kronis

 Kurang gerak

 Kebiasaan minum alkohol

 Pemakai obat-obatan atau corticosteroid


 Kelebihan kafein

 Merokok

3. Osteoporosis Idiopatik
Yaitu : Osteoporosis yang tidak di ketahui penyebabnya dan di
temukan pada usia kanak-kanak (juvenil), usia remaja (adolesen), pria
usia pertengah.

C. Etiologi

Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen


(hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan
kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita
yang berusia diantara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat
ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama
untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan
daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit
hitam.
Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari
kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan
ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan
tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia
lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali
lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis
senilis dan postmenopausal.
Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami
osteoporosis sekunder, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau
oleh obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan
kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-
obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid
yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa
memperburuk keadaan ini.
Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang
penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa
muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin
yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

D. Faktor – Faktor Resiko Penyebab Osteoporosis

1. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Di Ubah


a. Faktor Mekanis Atau Usia Lanjut
Faktor mekanis merupakan faktor yang terpenting dalarn
proses penurunan massa tulang sehubungan dengan lanjutnya usia.
Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting
antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada
umumnya aktivitas fisik akan menurun dengan bertambahnya usia,
dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa
tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.

b. Jenis Kelamin
Osteoporosis tiga kali lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pria, perbedaan ini disebabkan oleh faktor hormonal
dan rangka tulang yang lebih kecil.

c. Faktor Genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat
kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup
besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada
umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat dan berat dari
pada bangsa kulit putih. Jadi seseorang yang mempunyai tulang
kuat biasanya jarang terserang osteoporosis.
d. Riwayat Keluarga Atau Keturunan
Riwayat keluarga juga mempengaruhi penyakit
osteoporosis, pada keluarga yang mempunyai riwayat osteoporosis,
anak-anak yang dilahirkannya cenderung mempunyai penyakit
yang sama.

e. Bentuk Tubuh
Kerangka tubuh dan skoliosis vertebra yang lemah juga
dapat menyebabkan penyakit osteoporesis. Keadaan ini terutama
terjadi pada wanita antara usia 50-60 tahun dengan identitas tulang
yang rendah dan di atas usia 70 tahun dengan keadaan tubuh yng
tidak ideal.

2. Faktor Resiko Yang Dapat Di Ubah


a. Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam
proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya
uisia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan
nutrisi yang sangat penting, wanita-wanita pada masa
pascamenopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan
absorbsinya tidak baik, akan mengakibatkan keseimbangan
kalsiumnya menjadi berkurang maka kemungkinan terjadinya
osteoporosis ada, pada wanita dalam masa menopause
keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta
absorbsinya kurang dan ekskresi melalui urin yang bertambah
dapat menyebabkan kekurangan atau kehilangan estrogen serta
pergeseran keseimbangan kalsium sejumlah 25 mg per sehari pada
masa menopause.
b. Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam
mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan yang kaya
protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang
mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan
ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan secara
tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut
mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi
ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan
mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari
makanan yang mengandung protein berlebihan akan
mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium
yang negatif.

c. Estrogen
Berkurangnya estrogen dari dalam tubuh akan
mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini
disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari
makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.

d. Rokok Dan Kopi


Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak
cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-
lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme
pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak
diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium
melalui urin maupun tinja.
e. Alkohol
Alkoholi merupakan masalah yang sering ditemukan.
Individu dengan pengguna alkohol mempunyai kecenderungan
masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang
meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti
tentang pengguna alkohol.

f. Gaya hidup.
Aktifitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan
penurunan penyangga berat badan merupakan stimulus penting
bagi resorpsi tulang. Beban fisik yang terintegrasi merupakan
penentu dari puncak massa tulang.

E. Patofisiologi

  Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus


dan terjadi secara seimbang yaitu proses resorbsi dan proses
pembentukan tulang (remodelling). Setiap ada perubahan dalam
keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses
pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa tulang
  Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia
30-35 tahun untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pd bagian
trabekula
 Pada usia 40-45 th, baik wanita maupun pria akan
mengalami penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun
dan bagian trabekula pada usia lebih muda
  Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan
tulang berkisar 20-30 % dan pada wanita 40-50 %.

 
F. Manifestasi Klinis
 Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.
 Nyeri timbul mendadak
 Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang
 Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur
 Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah saat
melakukan aktivitas
 Deformitas vertebra thorakalis  Penurunan tinggi badan

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan non-invasif yaitu ;
2. Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk
memeriksa kalsium total dan massa tulang.
3. Pemeriksaan absorpsiometri
4. Pemeriksaan komputer tomografi (CT)
5. Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk
memberikan informasi mengenai keadaan osteoklas, osteoblas,
ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi tulang. Biopsi
dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka.
6. Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia
urine biasanya dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak
banyak membantu kecuali pada pemeriksaan biomakers osteocalein
(GIA protein).

H. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan adalah meningkatkan kepadatan tulang. Semua


wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi
kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi.
Wanita pasca menopause yang menderita osteoporosis juga bisa
mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau
alendronat, yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya.
Bifosfonat juga digunakan untuk mengobati osteoporosis.
Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium
dan tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan
bahwa tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi.
Jika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron.
Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul
biasanya diatasi dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan
biasanya digips atau diperbaiki dengan pembedahan. Pada kolaps tulang
belakang disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan obat pereda
nyeri, dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi fisik.

Penanganan yang dapat di lakukan pada klien osteoporosis


meliputi :
a. Diet
b. Pemberian kalsium dosis tinggi
c. Pemberian vitamin D dosis tinggi
d. Pemasangan penyangga tulang belakang (spina brace) untuk
mengurangi nyeri punggung.
e. Pencegahan dengan menghindari faktor resiko osteoporosis (mis.
Rokok, mengurangi konsumsi alkohol, berhati-hati dalam aktifitas
fisik).
f. Penanganan terhadap deformitas serta fraktur yang terjadi.
I. Pencegahan

1. Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan


mengkonsumsi kalsium yang cukup.
Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif,
terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar
umur 30 tahun). Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap
hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya
yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya
semua wanita minum tablet kalsium setiap hari, dosis harian yang
dianjurkan adalah 1,5 gram kalsium.

2. Melakukan olahraga dengan beban


Olahraga beban (misalnya berjalan dan menaiki tangga) akan
meningkatkan kepadatan tulang. Berenang tidak meningkatkan
kepadatan tulang.

3. Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu)


Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita
dan sering diminum bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih
estrogen paling efektif dimulai dalam 4-6 tahun setelah menopause;
tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah menopause, masih
bisa memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah
tulang. Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru,
yang mungkin kurang efektif daripada estrogen dalam mencegah
kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek terhadap payudara atau
rahim. Untuk mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya
alendronat), bisa digunakan sendiri atau bersamaan dengan terapi
sulih hormon.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan


menurunnya massa tulang (kepadatan tulang) secara keseluruhan
akibat ketidakmampuan tubuh dalam mengatur kandungan mineral
dalam tulang dan disertai dengan rusaknya arsitektur tulang yang
akan mengakibatkan penurunan kekuatan tulang yang dalam hal ini
adalah pengeroposan tulang, sehingga mengandung risiko mudah terjadi
patah tulang. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit yang
digolongkan sebagai silent disease karena tidak menunjukkan gejala-
gejala yang spesifik. Gejala dapat berupa nyeri pada tulang dan otot,
terutama sering terjadi pada punggung. Beberapa gejala umum
osteoporosis, mulai dari patah tulang, tulang punggung yang semakin
membungkuk, menurunnya tinggi badan, dan nyeri punggung.

B. Saran

Sebagai perawat dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan


berperan dalam upaya pendidikan dengan memberikan penyuluhan tentang
pengertian osteoporosis, penyebab dan gejala osteoporosis serta
pengelolaan osteoporosis. Berperan juga dalam meningkatkan mutu dan
pemerataan pelayanan kesehatan serta peningkatan pengetahuan, sikap dan
praktik pasien serta keluarganya dalam melaksanakan pengobatan
osteoporosis. Peran yang terakhir adalah peningkatan kerja sama dan
sistem rujukan antar berbagai tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini
akan memberi nilai posistif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Junaidi, 2007. Osteoporosis-Seri Kesehatan Populer. Jakarta : PT Bhuana Ilmu


Populer

K.St Pamoentjak, Dr. Med. Ahmad (2003). Kamus Kedokteran Arti Dan
Keterangan Istilah. Jakarta.

Lippincott, dkk. 2011. Nursing Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta :


PT Indeks.

Lukman & Nurna Ningsih. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.

Potter, Patricia A ( 2005 ). Buku Dasar Fudamental Keperawatan, Keperawatan ;


Konsep, Proses, Dan Praktik. EGC. Jakarta.

Sudoyo, Aru dkk. 2009. Buku Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3 Edisi 5. Jakarta :
Internal Publishing.

Tandra, H. 2009. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Osteoporosis
Mengenal, Mengatasi Dan Mencegah Tulang Keropos. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai