TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Abortusadalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup di luar kandungan dengan berat badan janin
kurang dari 500 gram(Ratnawati, 2018).
Abortus inkomplit adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa tertinggaldalam uterus
(Pitriani, 2013).Abortus Inkompitberkaitan dengan retensi sebagian produk
pembuahan (hampir seluruh plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas pada
kehamilan dini seperti halnya kehamilan aterm.Dalam keadaan ini perdarahan
tidak segera berkurang sementara servikstetap terbuka (Hutapea M. , 2017).
2. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya abortus adalah :
a. Faktor Fetal
Abortus pada usia kehamilan awal pada umumnya disebabkan oleh
abnormalitas zigot, atau plasenta. Abnormalitas kromosom ditemukan
sekitar 60-75% kasus abortus spontan. Dan angka abortus yang
disebabkan kelainan kromosom akan semakin berkurang seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan. Abnormalitas kromosom diturunkan dari
gen kedua orang tuanya.
b. Faktor maternal
1) Kelainan anatomi uterus
Adanya kelainan anatomi uterus seperti Leiomyoma yang besar dan
multipel atau adanya sinekia uterus (Ashermann Syndrome) dapat
5
6
4) Faktor Imunologi
7
3. Patofisiologi
Pada awal abortus, terjadi pendarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosi jaringan sekitarnya.Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya sehingga merupakan benda asing
dalam uterus.Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya.Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi
itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena vili korialis belum menembus
desidua secara mendalam.Pada kehamilan antara 8 dan 14 minggu, vili
korinalis menembus desidua lebih dalam dan umumnya plasenta tidak
dilepaskan dengan sempurna sehingga dapat menyebabkan banyak
8
Pathway
Kelainan
Kelainan Infeksi Kelainan traktus
pertumbuhan
plasenta akut genitalis
hasil konsepsi
9
Oksigenasi Toksin
plasenta terganggu bakteri virus
Uterus
Tindakan kuret Penurunan
berkontraksi
intake caiaran
Hb ↓
Nyeri
Risiko ketidak
abdomen
seimbangan
Risiko infeksi caiaran
Frekuensi
nadi ↑ Nyeri akut TD ↓
Risiko syok
Gelisah Ansietas
5. Komplikasi
Ada pun komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu :
1) Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada
kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke
rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing.Oleh
sebab itu, letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada
awal tindakan, dan pada dilatasi serviks tidak boleh digunakan tekanan
berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi
penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar.
Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis.
2) Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul
sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit.Apabila terjadi luka pada
11
ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan
yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina.
3) Perdarahan
Diatasi dengan pengosongan uterus dan sisa hasil konsepsi dan jika perlu
pemberian transfusi darah.Kematian karena perdarahan dapat terjadi
apabilapertolongan tidak diberikan pada waktunya.
4) Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya
infeksi sangat besar.Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke
seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian.
6. Pemeriksaan Penunjang
USG kehamilan untuk mendeteksi adanya retensi produk/sisa kehamilan.
Pemeriksaan Ginekologi
Pada pemeriksaan dalam, untuk abortus yang baru terjadi didapatkan serviks
terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis
servikalis atau kavum uteri.
7. Penatalaksanaan
Ibu hamil sebaiknya segera periksa apabila terjadi perdarahan, Ibu harus
beristirahat total dan dianjurkan untuk relaksasi. Terapi intravena atau
transfusi darah dapat dilakukan apabila diperlukan (Ratnawati, 2018).
minum), keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter And Patricia,
1997).
Aktualisasi
Diri
Harga Diri
Rasa Cinta
Memiliki dan Dimiliki
Rasa Aman dan Perlindungan
Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan rasa aman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang selalu
dirasakan dan diinginkan oleh masing-masing setiap individu.Risiko perdarahan dan
risiko infeksi juga masuk kedalam kebutuhan keamanan yang harus cepat diatasi
untuk mencegah terjadinya syok dan pencegahan terjadinya infeski pada klien.Nyeri
adalah salah satu respon yang tidak menyenangkan baik ringan maupun berat yang
dapat timbul pada seseorang yang mengalami kondisi tidak sehat.Nyeri dapat timbul
13
karena ada susunan saraf pusat, nyeri terjadi karena terdapat gangguan pada suatu
jaringan dan di jaringan itu juga dapat mengenai setiap individu.Tindakan non
farmakologis dan farmakologis merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
nyeri.Kenyaman atau rasa aman suatu keadaan yang telah terpenuhi kebutuhan
dasar manusianya yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan akan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan yang sudah
terpenuhi), dan transenden (keadaan sesuatu yang melebihi telah melebihi suatu
masalah dan nyeri). Kenyamanan terpandang secara holistik yang telah mencangkup
empat aspek yaitu : fisik berhubungan dengan sensasi tubuh, sosial berhubungan
dengan hubungan interpersonal, keluarga dan sosial, psikospiritual berhubungan
dengan kewaspadaan internal diri sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan
makna kehidupan, lingkungang berhubungan dengan latar belakang pengalaman
eksternal manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna dan unsur alamiah
lainnya (Perry & Potter, 2006).
dalam uterus, serviks terbuka, uterus membesar, terdapat rasa mulas dan
keluhan nyeri pada perut bagian bawah, penurunan tekanan darah, adanya
perasaan takut, khawatir dan gelisah(Huda & Kusuma, 2015).
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan gejala yang muncul pada pasien dengan abortus maka sesuai
dengan standar SDKI dan NANDA data-data tersebut dapat menjadi dasar
dalam penegakaan diagnosa keperawatan :
Diagnosa keperawatan pada kasus abortus inkomplit terdapat pada tabel 2.1
Tabel 2.1
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
Data Faktor Risiko Diagnosa SDKI
NANDA
1 2 3 4
- Perdarahan Risiko Risiko
- Lemah ketidakseimbanga ketidakseimbangan
- Penurunan n cairan cairan
intake cairan
- Kekurangan Risiko syok Risiko syok
volume cairan
- Penurunan
tekanan darah
- Efek prosedur Risiko infeksi Risiko infeksi
invasive
(Currate/operasi
)
- Penurunan Hb
- Nyeri abdomen Nyeri akut Nyeri akut
bagian bawah
- Agen cidera
fisik (kontraksi
uterus)
- Frekuensi nadi Ansietas Ansietas
meningkat
- Merasa takut
- Gelisah
15
3. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan suatu perawatan yang dilakukan perawat berdasarkan
penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk meningkatkan outcome
klien.Rencana keperawatan mencangkup baik perawatan langsung dan tidak
langsung yang ditunjukkan pada individu, keluarga, dan masyarakat.Serta
orang-orang yang dirujuk oleh perawat, dokter, dan pemberi layanan
kesehatan lainnya (M.Bulechek, K.Butcher, M.Dochterman, & M.Wagner,
2017).
Rencana keperawatan yang dapat disusun sesuai data dan diagnosa
keperawatan yang telah teridentifikasi, adalah sebagai berikut terdapat pada
tabel 2.2
Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan
Diagnosa NOC NIC
1 2 3
Resiko Keseimbangan cairan Monitor cairan(4130)
ketidakseimba (0601) 1. Menentukan jumlah intake
ngan cairan - Tekanan darah normal /asupan cairan
- Turgor kulit elastic 2. Memeriksa turgor kulit dengan
- Membran mukosa lembab memegang jaringan seperti
- Tidak kehausan mencubit kulit
3. Mengukur tekanan darah
Hidrasi (0602) 4. Memantau warna, kualitas dan
- Tidak ada peningkatan berat jenis urin
suhu tubuh 5. Memeriksa membran mukosa
- Tidak haus dan respon haus
- Intake cairan normal 6. Memantau cairan melalui
- Output urin normal Intravena (IV)
Manajemen cairan(4120)
1. Memantau status gizi
2. Timbang berat badan setiap hari
3. Memantau status hidrasi seperti
denyut nadi, tekanan darah dan
membran mukosa
16
1 2 3
Risiko syok Keparahan syok : Manajemen hipovolemi(4180)
Hipovolemik (0419) 1. Pemeriksa tanda dan gejala
- Tidak ada penurunan hipovolemi (frekuensi nadi
tekanan darah meningkat, tekanan darah
- Nadi normal menuru, turgor kulit kering,haus)
- Tidak lesu 2. berikan asupan cairan oral
- Tidak akral dingin, kulit 3. berikan cairan IV RL
lembab 4. berikan produk darah untik
- Tidak pucat mengganti volume darah
Manajemen pendarahan(4010)
1. identifikasi penyebab
pendarahan
2. pantau nilai hemoglobin
3. pantau intake output
4. kolaborasi dalam pemberian
transfusi darah jika diperlukan
1 2 3
Ansietas Tingkat Kecemasan(1211) Terapi Relaksasi(6040)
- Perasaan tidak gelisah 1. Periksa penurunan tingkat
- Rasa takut secara lisan energy, ketidak mampuan
yang disampaikan tidak berkonsentrasi
ada 2. Periksa ketegangan otot, nadi,
- Tekanan darah normal tekanan darah, suhu
- Frekuensi nadi normal 3. Berikan informasi tentang
- Tidak berkeringat dingin mempersiapkan dan melakukan
- Tidak mengalami teknik relaksasi
gangguan pada tidur 4. Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, jenis relaksasi
5. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
6. Demonstrasikan dan latih tehnik
relaksasi
7. Anjurkan sering mengulang
tehnik yang dipilih
18
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
merupakan tindakan keperawtan berdasarkan analisis dan kesimpulan
perawat, serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Di sisi lain, tindakan
kolaborasi adalah tindakan keperawtan yang didasarkan oleh keputusan
bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya (Ratnawati, 2018).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan penilaian perkembangan ibu hasil
implementasi keperawatan dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang
hendak dicapai (Ratnawati, 2018).
Menurut (Debora, 2013) evaluasi adalah tahap kelima dari proses
keperawatan. Pada tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan yang
telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai
apakah masalah yang teratasi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian, atau
bahkan belum teratasi semuanya.