Anda di halaman 1dari 15

ILMU KALAM

Oleh : Muhammad Ridwan, S.Pd.I.

MAN INSAN CENDEKIA PEKALONGAN


TAHUN PELAJARAN 2021/2022
Pertemuan Pertama
Ilmu Kalam
TUJUAN
PEMBELAJARAN 1
Menganalisis perkembangan akidah pada
masa Rasulullah Saw. Sampai dengan
munculnya peristiwa tahkīm.

2 3
Menganalisis latar belakang Mengidentifikasi aliran-aliran /
munculnya pemikiran-pemikiran pemikiran akidah pada masa
akidah pada masa khulafaurrosyidin sampai
khulafaurrosyidin sampai dengan dengan masa bani Abbasiyah
masa bani abbasiyah

4
Menganalisis munculnya Tahkim
01 Akidah Islam pada Masa Nabi Muhammad SAW.

02 Akidah pada Masa Khulafaurrosyidin

Sub Materi
03 Akidah pada masa Bani Umayyah
Ilmu Kalam
04 Akidah pada masa Bani Abbasiyah

05 Akidah pada masa sesudah Bani Abbasiyyah

Peristiwa Tahkim
Akidah pada Masa Nabi Muhammad SAW

Ketika Nabi Muhammad Saw. masih hidup, umat Islam masih bersatu-padu,
belum ada aliran-aliran/firqah. Apabila terjadi perbedaan pemahaman
terhadap suatu persoalan, maka para sahabat langsung berkonsultasi
kepada Nabi. Dengan petunjuk Nabi tersebut, maka segala persoalan dapat
diselesaikan dan para sahabat mematuhinya.

Semangat persatuan sangat dijaga oleh para sahabat,


karena selalu berpegang kepada firman Allah:
Aqidah Islam Pada Masa Khulafa ar-Rasyidin

Pada masa Khulafa ar-Rasyidin, khususnya pada masa pemerintahan Abu


Bakar (11-13 H), dan Umar bin Khattab (13-23 H) persatuan umat Islam
masih bisa dipertahankan, biarpun pada awal masa kekhalifahan Abu Bakar
ash-Ṣiddiq sempat muncul beberapa nabi palsu dan keengganan sebagian
umat Islam membayar zakat, namun semua permasalahan tersebut dapat
diatasi oleh Abu Bakar ash-Ṣiddiq.

1. Abu Bakar : 11-13 H


2. Umar bin Khattab : 13-23 H
3. Ustman bin Affan : 23-35 H
4. Ali bin Abi Thalib : 35-40 H

NEXT
Aqidah Islam Pada Masa Khulafa ar-Rasyidin

Situasi politik yang tidak stabil pada masa pemerintahan Khalifah Utsman
bin Affan mencapai puncaknya dengan terbunuhnya khalifah ketiga
tersebut. Peristiwa yang menyedihkan dalam sejarah Islam ini dikenal
dengan istilah al-fitnah al-kubra (fitnah besar). Peristiwa ini dianggap
sebagai pangkal munculnya firqah-firqah dalam Islam.

Intrik politik tidak bias direda, terjadilah perang Jamal, antara Ali bin Abi
Thalib dengan pasukan ‘Aisyah yang meminta keadilan terhadap
terbunuhnya khalifah sebelumnya. Perang Jamal dapat diselesaikan
Khalifah Ali bin Abi Ṭālib dengan baik. Namun upaya damai yang ditempuh
untuk mengakhiri perang Ṣiffin melalui upaya perundingan/ tahkīm justru
membuat umat Islam terpecah menjadi beberapa golongan.

NEXT
Aqidah Islam Pada Masa Khulafa ar-Rasyidin

Kelompok Ali bin Abi Ṭālib terpecah menjadi dua golongan. Pertama,
golongan yang tetap setia kepada Ali bin Abi Ṭālib, dan inilah yang menjadi
embrio kelompok Syi’ah. Kedua, golongan yang memisahkan diri dari
pasukan Ali bin Abi Ṭālib, dan inilah yang kemudian dikenal dengan firqah
Khawārij. Di luar Syi’ah dan Khawārij, ada golongan pendukung Mu’awiyah
bin Abu Ṣufyān. Pada masa ini, tema utama perdebatan para mutakallimīn
adalah tentang hukum orang mukmin yang melakukan dosa besar.
Aqidah Islam Pada Masa Bani Umayyah

Pada masa ini, perdebatan di bidang aqidah sudah sangat tajam. Kondisi ini terjadi
karena kedaulatan Islam sudah mulai kokoh, sehingga umat Islam semakin leluasa
untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran yang sebelumnya tidak disentuh.
Masuknya pemeluk Islam yang berasal dari berbagai daerah yang masih membawa
alam pikiran dari keyakinan sebelum memeluk Islam juga menjadi factor
perkembangan pemikiran kalam. Umat Islam mulai tertarik untuk mendiskusikan
masalah qadar
Corak pemerintahan yang represif dari beberapa khalifah Bani Umayyah
menyebabkan sebagian umat Islam bersikap apatis. Mereka beranggapan
bahwa apa yang selama ini dialami oleh umat Islam pada hakikatnya sudah
menjadi suratan taqdir. Inilah yang kemudian dikenal dengan paham
Jabariyah.

NEXT
Aqidah Islam Pada Masa Bani Umayyah

Pada akhirnya ada reaksi dari sebagian umat Islam yang menginginkan adanya
perubahan, untuk menandingi paham Jabariyah dengan memunculkan konsep
teologi baru.

Pada masa Daulah Umayyah ini juga muncul pemikir yang cerdas yaitu
Hasan al-Baṣri yang kemudian dijadikan rujukan oleh mayoritas Umat Islam
dengan pendapatnya bahwa orang mukmin yang melakukan dosa besar
dipandangnya sebagai orang fasik, tidak keluar dari golongan mu’min.
Aqidah Islam Pada Masa Bani Abbasiyah

Pada masa ini, hubungan antara bangsa Arab dengan bangsa Ajam mencapai
puncaknya. Komunikasi yang intens ini melahirkan corak pemikiran yang baru di
dunia Islam. Gerakan penerjemahan filsafat Yunani dan Persia gencar dilakukan,
sehingga terjadi transfer ilmu pengetahuan yang berasal dari luar Islam. Corak
pemikiran baru ini kemudian dikembangkan oleh para pemikir Islam dalam
disiplin ilmu yang dikenal dengan Ilmu kalam.

Pada masa pemerintahan al-Ma’mun, al-Mu’tashim, dan al-Watsiq, aliran


Mu’tazilah dijadikan sebagai faham resmi kekhalifahan Bani Abasiyah,
sehingga para ulama yang berpengaruh diuji aqidahnya, yang dalam
sejarah dikenal dengan mihnah. Para ulama yang tidak sepaham dengan
Mu’tazilah dalam hal kemakhlukan al-Qur’an maka akan dijatuhi hukuman
bahkan dijebloskan ke dalam penjara.
NEXT
Aqidah Islam Pada Masa Bani Abbasiyah

Dalam keadaan yang demikian itu muncullah Abu Hasan al-Asy’ari yang
merupakan murid utama dari al-Jubbai al-Mu’tazili mengeluarkan pemikiran garis
tengah dengan menggunakan dalil-dalil naqli dan aqli untuk menopang
argumentasi aqidahnya. Dan bersamaan itu. muncul tokoh Abu Mansur al-
Maturidi yang mempunyai corak pemikiran yang sama dengan Abu Hasan al-
Asy’ari.

Adapun faham aqidah yang dikembangkan oleh Abu Hasan al-Asy’ari dan
Abu Mansur al-Maturidi dapat tersebar luas karena beliau mempunyai
murid-murid yang mampu mengembangkan pemikiran gurunya. Diantara
Ulama yang mengembangkan pemikiran Abu Hasan al-Asy’ari adalah: Abu
Bakar al-Baqillani, Abu Ishaq alIsfarayini, Imamul Haramain al-Juwaini, dan
al-Ghazali.
Aqidah Islam sesudah Bani Abbasiyah

Pada masa ini, paham Asy’ariyah dan Maturidiyah mengalami perkembangan


yang sangat pesat sehingga menjadi paham mayoritas umat Islam. Corak
pemikiran yang mudah dipahami, dan mampu mengkolabirasikan antara dalil
naqli/nash dan pendekatan akal/filsafat menjadikan aliran Asy’ariyah dan
Maturidiyah menjadi aliran yang banyak dikikuti oleh umat Islam. Aliran ini
kemudian dikenal dengan sebutan ahlu al-sunnah wa al-jama’ah dan menjadi
paham mayoritas umat Islam.
PERISTIWA TAHKIM
Dalam pertempuran di Ṣiffin, pasukan Ali bin Abi Ṭālib hampir mencapai
PERISTIWA TAHKIM kemenangan. ‘Amr bin ‘Ash dari pihak Mu’awiyah yang mengamati pasukannya
semakin terpojok dan menuju kepada kekalahan maka mengajukan usul supaya

DIALAMI diadakan perundingan. Usulan tersebut pada awalnya diragukan ketulusannya oleh
Ali bin Abi Ṭālib. Namun pada akhirnya Ali bin Abi Ṭālib menerima ajakan damai
tersebut setelah didesak oleh sebagian pasukannya.
PEMERINTAHAN ALI Dampak dari peristiwa tahkīm tersebut, maka umat Islam terpecah menjadi tiga
faksi, yaitu:
BIN ABI THALIB 1. Kelompok yang tetap setia kepada Ali bin Abi Ṭālib , yang kemudian menjadi
embrio kelompok Syi’ah.
2. Pecahan kelompok Ali bin Abi Ṭālib , yang kemudian dikenal dengan sebutan
Mu’awiyah yang merasa representasi keluarga Utsman bin Affan Khawārij.
mengajukan tuntutan agar Ali bin Abi Ṭālib memprioritaskan 3. Kelompok yang mendukung Mu’awiyah bin Abi Ṣufyān.
pengusutan pembunuhan Utsman bin Affan. Sebenarnya Ali bin
Abi Ṭālib sudah bersungguh-sungguh berupaya membongkar
kasus pembunuhan Utsman tersebut, tetapi belum berhasil. Pada awalnya, aliran Khawārij hanya memperdebatkan persoalan politik, namun
kemudian menjalar ke persoalan teologi/akidah. Misalnya sikap mereka terhadap
Mu’awiyah bin Abi Ṣufyān, yang saat itu menjabat gubernur di Utsman, Ali bin Abi Ṭālib dan Mu’awiyah yang dinilainya sebagai kafir karena
Syam menyusun kekuatan untuk melawan kekhalifahan Ali bin dianggap mencampuradukkan antara yang benar (haq) dengan yang palsu (bāṭil).
Abi Ṭālib. Pada akhirnya bertempurlah dua kekuatan pasukan di Karena itu mereka merencanakan untuk membunuh Ali bin Abi Ṭālib, Mu’awiyah
Ṣiffin pada bulan Ṣafar 37 H/657 M. bin Abi Ṣufyān, dan ‘Amr bin ‘Ash .
THANK YOU
Presentasi/Materi Pertama Ilmu Kalam

Anda mungkin juga menyukai