Anda di halaman 1dari 31

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

TAFSIR TARBAWI FATHULLAH MUNADI, S.Ag, MA

POTENSI-POTENSI/KEUNGGULAN MANUSIA YANG PERLU

DIKEMBANGKAN LEWAT PENDIDIKAN

Disusun Oleh :

KELOMPOK VII

PMTK B 2015

SELLY VERONIKA : 1501250629

SITI RAHMAH : 1501250637

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

1439 H / 2018 M
KATA PENGANTAR

‫ِبْس ِم ِهللا الَّرْح َمِن الَّرِح يم‬

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat, dan karunia-Nya.
Shalawat serta salam tidak lupa kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
memberikan kasih sayangnya, sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik dan
tepat pada waktunya.

Berikut ini akan kami persembahkan sebuah makalah yang berjudul


“Potensi-Potensi/Keunggulan Manusia Yang Perludikembangkan Lewat Pendidikan”.
Penulisan ini merupakan salah satu tugas terstruktur yang diberikan dalam mata kuliah Tafsir
Tarbawi pada Semester VI di Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Matematika.

Kami menyadari sekali bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan baik dari segi
bentuk penyusunannya ataupun secara keseluruhannya. Apabila terdapat salah penulisan
dalam makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya karena kami juga masih dalam
tahap belajar. Dan kami juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Dengan demikian, kami mengucapkan terima kasih untuk para pembaca yang telah
membaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang baik untuk kita
semua. Amiin Yaa Rabbal Alamiin.

Banjarmasin, April 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................. i

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1

A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumasan Masalah................................................................................ 1
C. Tujuan Pembahasan............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2

A. Tafsir Ayat-Ayat dalam Al-Qur’an Mengenai Potensi Manusia......... 2


B. Potensi Dasar Manusia dan Pengembangannya................................. 26

BAB III PENUTUP................................................................................................. 29


A. Simpulan.............................................................................................. 29
B. Saran.................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang sempurna dibandingkan dengan semua
makhluk yang ada. Yang membedakannya yakni akal pikiran manusia mampu
menguasai segala hal yang ada di Dunia.
Dalam Al-Qur’an dan Hadis telah dijelaskan begitu rinci mengenai aturan-aturan
kehidupan manusia sebagai khalifah dibumi serta meningkatkan derajat manusia dan
berusaha menjadi makhluk yang mulia. Semua itu tidak akan tercapai tanpa
dikembangkan potensi-potensi yang dimiliki manusia itu sendiri. Potensi merupakan
kemampuan-kemampuan terpendam yang perlu digali.
Allah tidak akan menggolongkan manusia kedalam golongan binatang selama
manusia mampu mempergunakan akal dan karunia Tuhan lainnya demi menjaga
keseimbangan sebagai khalifah dibumi. Dengan kata lain, manusia harus mampu
memaksimalkan potensi-potensi dalam dirinya tak terkecuali potensi pendidikannya.
Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih dalam mengenai potensi-potensi apa saja
yang dimiliki manusia, dalam makalah ini kami akan membahas ayat-ayat Al-Qur’an
mengenai potensi-potensi atau keunggulan manusia yang perlu dikembangkan lewat
pendidikan. Setelah mengetahui diharapkan potensi itu dikembangkan agar mencapai
taraf menjadi insan kamil.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana potensi manusia yang terkandung dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah
ayat 30-39, Al-Isra’ ayat 70 dan Ar-Ra’d ayat 11?
2. Bagaimana potensi manusia yang perlu dikembangkan lewat pendidikan?

C. Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan tentang potensi manusia yang terkandung dalam Al-Qur’an Surah
Al-Baqarah ayat 30-39, Al-Isra’ ayat 70 dan Ar-Ra’d ayat 11?
2. Menjelaskan potensi manusia yang perlu dikembangkan lewat pendidikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tafsir Ayat-Ayat dalam Al-Qur’an Mengenai Potensi Manusia
1. Q.S Al-Baqarah Ayat 30-39
Q.S Al-Baqarah : 30
          
         
         
30. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui."
Allah SWT menceritakan perihal anugerah-Nya kepada Bani Adam, yaitu sebagai
makhluk yang mulia; mereka disebutkan dikalangan makhluk yang tertinggi (yaitu para
malaikat) sebelum mereka diciptakan, untuk itu Allah SWT berfirman1
   
“Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada para Malaikat”. (QS. Al-Baqarah : 30)

Makna yang diaksud ialah ‘hai Muhammad, ingatkalh ketika Tuhan-mu berfiran kepada
para malaikat, dan ceritakanlah hal ini kepada kaummu.’2

     


“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka Bumi.” (Al-Baqarah :30)
Yakni suatu kaum yang sebagiannya menggantikan sebagian yang lain silih berganti,
abad demi abad, dan generasi demi generasi, sebagaimana pengertian yang terkandung dalam
Firman-Nya :
    
“dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi” (Q.S Al-An’am : 165)

   


“dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi” (Q.S An-Naml :62)

        

1
Bahrun Abu Bakar, Tafsir Ibnu Kasir Juz 1 (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000) H.358
2
H.359

2
“dan kalau Kami kehendaki benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi
malaikat-malaikat yang turun temurun” (Q.S Az-Zukhruf : 60)

   


“Maka datanglah sesudah mereka generasi lain” (Q.S Al-A’raf : 169)

Al-Qurtubi menukil dari Zaid ibnu Ali yang dimaksud dengan khalifah didalam ayat ini
bukanlah Nabi Adam a.s saja seperti yang dikatakan oleh sejumlah ahli tafsir. Pengertian
lahiriyah Nabi Adam a.s saat itu masih belum kelihatan dialam wujud. Karena jikalau sudah
ada, berarti ucapan para malaikat yang disitir oleh firman-Nya dinilai kurang sesuai, yaitu : 3

      


"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, (QS. Al-Baqarah : 30)

Sesungguhnya kalimat ini merupakan pertanyaan meminta informasi dan pengetahuan


tentang hikmah yang terkandung didalam penciptaan itu. Mereka mengatakan, “Wahai
Tuhan kami, apakah hikmah yang terkandung didalam penciptaan mereka, padahal diantara
mereka ada orang-orang yang suka berbuat kerusakan dimuka bumi dan mngalirkan darah ?
jikalau yang dimaksud agar engkau disembah, maka kami selalu bertasbih memuji-Mu dan
menyucikan Engkau”,yakni kami selalu beribadah kepada-Mu, sebagaimana yang disebutkan
nanti. Dengan kata lain (seakan-akan para malaikat mengatakan), “ Kami tidak pernah
melalukan sesuatu pun dari hal itu (kerusakan dan mengalirkan darah), maka mengapa
Engkau tidak cukup hanya dengan kami para malaikat saja ?”4

Allah Swt berfirman mejawab pertanyaaan tersebut :


     
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah : 30)

Dengan kata lain, seakan-akan Allah bermaksud bahwa sesungguhnya Aku


mengetahui hal-hal yang tidak kalian ketahui menyangkut kemaslahatan yang lebih kuat
dalam penciptaan makhluk jenis ini daripada kerusakan-kerusakan yang kalian sebut itu.
Kerana sesunguhnya Aku akan menjadikan dikalangan meraka paara nabi-nabi dan rasul-
rasul ; dantara mereka ada para shidiqqin, para syuhada, orang-orang shaleh, ahli ibadah, ahli
zuhud, para wali, oang-orang bertakwa, para muqarrabin, para ulama yang mengamalkan

3
Ibid.,
4
Ibid.,

3
ilmunya, orang-orang yang khusyuk, dan orang-orang yang cinta kepada Allah Swt lagi
mngikuti jejak-jejak rasul-Nya.5
Menurut pendapat lain, firman-Nya ini merupakan jawaban kepada mereka, yang
artinya, “Sesungguhnya aku mempunyai hikmah yang terperinci mengenai penciptaan
makhluk ini, sedangkan keadaan yang kalian sebut itu sebenarnya kalian tidak
mengetahuinya.”6

Sehubungan dengan makna firmman-Nya, “fil ardi”, Ibnu Abu Hatim meriwayatkan,
Bahwa Rasulullah saw telah bersabda :7 “Bumi dihamparkan mulai dari Mekkah dan yang
mula-mula melakukan tawaf di Baitullah adalah para malaikat, lalu Allah berifrman, “
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah bumi,” yakni Mekkah.”

Firman Allah, “Khalifah” menurut As-Saddi didlam kitab tafsirnya, disebutkan bahwa
Allah Swt berfirman kepada para Malaikat, “Sesunguhnya Aku hedak menjadikan kalifah
dibumi,” mereka bertanya, wahai Tuhan Kami, siapakah khalifah tersebut ?”Allah berfirman,
“kelak dia mempunyai keturunan yang suka membuat kerusakan diimuka bumi, saling
mendengki, dan sebagian mereka membuunuh sebagian yang lain. “8

Ibnu Jarrir mengatakan bahwa takwil ayat ini seperti berikut, “Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan dibumi seorang khaifah dari–Ku yang berkedudukan menggantikan diri-
Ku dalam memutuskan hukum secara adil dikalangan makhluk-Ku.” Sesungguhya khalifah
itu adalah Adam dan orang-orang yang menempati kedudukannya dalam ketaatan kepada
Allah dan memutuskan hukum dengan adil di kalangan makhluk-Nya. Mereka yang suka
menimbulkan kerusakan dan mengalirkan darah tanpa alasan yang dibenarkan, hal itu bukan
berasal dari khalifah-khalifah-Nya.9

Q.S. Al-Baqarah : 31-33

        


         
           
       
         
    

5
H.362
6
H.363
7
H.364
8
Ibid.,
9
Ibid.,

4
31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama
benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" 32. mereka menjawab:
"Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan
kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."33.
Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Nama-nama benda ini." Maka
setelah diberitahukannya kepada mereka Nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah
sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi
dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"

Hal ini merupakan sebutan yang dikemukakan oleh Alah SWT, didalamnya terkandung
keutamaan Adam atas Malaikat berkat apa yang telah dikhususka oleh Allah baginya berupa
ilmu tentang nama-nama segala sesuatu, sedangkan para malaikat tidak mengetahuinya. Hal
ini terjadi sesudah para malaikat diperitahkan untuk bersujud kepada Adam.10
Sesungguhnya bagian yang ini didahulukan atas bagian tersebut (yang mengandung
perintah Allah kepada para malaikat untuk bersujud kepada Adam) karena bagian ini
mempunyai kaitan erat dengan ketiadaktahuan para malaikat tentang hikmah penciptaan
khalifah, yaitu disaat mereka menanyakan hal tersebut. Kemudian Allah SWT
memberitahukan bahwa Dia lebih mengetahui apa yang tidak mereka ketahui. Karena itulah
Allah menyebutkan bagian ini sesudah hal tersebut, unutk menjelaskan kepada mereka
keutamaan Adam, berkat kelebihan yang dimilikinya diatas mereka berupa ilu pengetahuan
tentang nama-nama segala sesuatu. Untuk itu Allah Swt berfirman,”Dan Dia mengajarkan
kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya” (AL-Baqarah : 31).11

Menurut Mujahid, makna ayat ini adalah Allah mengajarkan kepada Adam nama
semua hewan, semua jenis burung, dan nama segala sesuatu. Hal yang sama dikatakan pula
oleh riwayat dari Sa’id Ibnu Jubair, Qatadah, dan lain-lain dari kalangan ulama salaf, bahwa
Allah mengajarkan kepadanya nama-nama segala sesuatu. Ar-Rabi’ dalam salah satu
riwayatnya mengatakan bahwa yang dimaksud ialah nama-nama malaikat. Hamid Asy-Syami
mengatakan nama-nama binatang. Abdur Rahman ibnu Zaid mengatakan bahwa Allah
mengajarkan kepadanya nama-nama seluruh keturunannya. Ibnu Jarir memilih pendapat yang
mengatakan bahawa Allah mengajarkan kepadanya nama-nama para malaikat dan nama-
nama anak cucunya. Karena Allah swt berfirman :12
10
H.379
11
Ibid,.
12
H.380

5
 
“Kemudian Allah mengemukakan nama-nama itu” (Al-Baqarah :31)

Kalimat ini menunjukkan pengertian makhluk yang berakal. Tetapi apa yang dipilih
oleh Ibnu Jarir inibukanlah merupakan suatu hal yang pasti kebenarannya, mengingat tidak
mustahil bila diantara mereka termasuk jenis lain yang tidak berakal, kemudian diungkapkan
semuanya dalam bentuk shigat makhluk yang berakal sebagai suatu prioritas.13

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qatada, telah menceritakan
kepada kami Al-Husin telah menceritkan kepadaku Al-Hajjaj, dari Jarir Ibnu Hazim dan
Mubarak Ibnu Fudalah, dari Al-Hasan dan Abu Bakar, dari Al-Hasan danQatadah ; keduanya
mengatakan bahwa Allah , mengajarkan kepada Adam nama segala sesuatu, dan Allah
menyebutkan segala sesuatu dengan namanya masing-masing serta Dia mengemukakannya
kepada Adam satu demi satu kelompok.14

Dengan sanad yang sama dari Al-Hasan dan Qatadah sehubungan dengan makna
firman-Nya :

  


“jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (Al-Baqarah : 31)

Disebutkan bahwa sesungguhnya Aku tidak sekali-kali menciptakan makhluk


melainkan kalian (para malaikat) lebih mengetahui dariapada dia (Adam), maka sebutkanlah
kepadaku nama-nama semuanya itu jika memang kalian oang-orang yang benar.15

Makna hal tersebut ialah bahwa Allah Swt befirman, “sebutkanlah kepada-Ku nama
benda-benda yang telah Ku kemukakan kepada kalian, hai Malaikat yang
mengatakan,’Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah dimuka bum itu orang-orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah ? apakah dari kalangan
selain kami ataukah dari kalangan kami ?padahal kami senantiasa bertasbih menyucikan
Engkau,’ jika Aku menjadikan khalifah-Ku dimuka bumi dari kalangan selain kalian, niscaya
dia durhaka kepada-Ku, begitu pula keturunannya, lalu mereka membuat kerusakan dan
mengalirkan darah. Tetapi jika Aku menjadikan khaifah di muka bumi dari kalangan kalian
niscaya kalain taat kepada-Ku dan mengikuti semua perintah-Ku dengan mengagungkan dan
menyucikan-Ku. Apabila kalian tidak mengetahui nama-nama mereka yang Ku ketengahkan
kepada kalian dan kalian saksikan sendiri, berarti terhadap semua hal yang belum ada dari
13
H. 381
14
H. 385
15
H.386

6
hal-hal yang akan ada–hanya belum diwujudkan- kelian lebih tidak mengetahuinya lagi.”
Mereka (para Malaikat) menjawab :16
           
"Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan
kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Al-
Baqarah : 32)

Ayat ini menerangkan tentang sanjungan para malaikat kepada Allah dengan
menyucikan dan membersihkan-Nya dari semua pengetahun yang dikuasai oleh seseorang
dari ilmu-Nya, bahwa hal itu tidak ada kecuali menurut apa yang dikehandaki-Nya. Dengan
kata lain, tidaklah mereka mengetahui sesuatu pun kecuali apa yang diajarkan oleh Allah swt
kepada mereka karena itulah para Malaikat berkata dalam jawabannya : 17

        


          
      
"Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan
kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS.
Al-Baqarah : 32)

Yakni Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, Yang Mahabijaksana dalam ciptaaan
dan urusan-Mu serta dalam mengajarkan segala sesuatu yang Engkau kehendaki serta
mencegah segala segala sesuatu yang Engkau kehendeaki, hanya Engkaulah yang memiliki
kebijaksanaan dan keadilan yang sempurna dalam hal ini.18

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kemi Abu Sa’id Al-Asyaj,
telah menceritakan kepada kami Hafs Ibnu Gayyas, dari Hajjaj, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari
Ibnu Abbas sehubungan dengan makna kalimat subhananallah; hal itu artinya pujian Allah
kepada diri-Nya sendiri yang menyucikan-Nya dari semua keburukan.19
Firman Allah Saw :

       


          
    

16
Ibid,.
17
H.387
18
Ibid,.
19
Ibid,.

7
“Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Nama-nama benda ini." Maka
setelah diberitahukannya kepada mereka Nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah
sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi
dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" (Al-Baqarah :
33)

Zaid Ibnu Aslam mengatakan, Adam menyebutkan semua nama, antara lain : “Kamu
Jibri, Kamu Mikail, dan Kamu Israfil,” dan nama semua makhluk satu persatu hingga sampai
pada nama burung gagak. Mujahid mengatakan, sehubungan dengan firman-Nya :20

    


Allah berfirman ,”Hai Adam, beritahukan kepada mereka nama-nama benda ini” (QS. Al-
Baqarah :33)

Menurutnya yang disebut adalah nama burung merpati, burung gagak, dan nama segala
sesuatu. Diriwayatkan hal yang semisal dari Sa’id Ibnu Jubai, Al-Hasan, dan Qatadah.

Setelah keutamaan Adam tampak jelas oleh para malaikat karena dia telah
menyebutkan nama-nama segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Allah kepadanya,
(sedangkan para malaikat tidak mengetahuinya), maka Allah berfirman kepada para
malaikat :21

         
   
“Bukankah sudah Ku katakan kepada kalian, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia
langit dan bumi dan mengetahui apa yang kalian lahirkan dan apa yang kalian
sembunyikan ?(Al-Baqarah :33)

Dengan kata lain, Allah bermaksud, ‘bukankah Aku sudah menjelaskan kepada kalian
bahwa Aku mengetahui yang ghaib, yakni yang lahir dan yang tersembunyi’ 22. As-Saddi
meriwayatkan dari Abu Malik dan dari Abu Shaleh, dari Ibnu Abbas, juga dari Murrah, dari
Mas’ud serta dari sejumlah sahabat sehubungan dengan ucapan para malaikat yang disitir
oleh firman-Nya23 :

      

20
H.388
21
Ibid,.
22
H.389
23
H. 391

8
Mengapa Engkau hendak menjadikan (khlaifah) di bumi orang yang akan membuat
kerusakan pedanya dan menumpahkan darah.(Al-Baqarah :30)

Hingga akhir ayat, hal inilah yang dimaksud dengan apa yang mereka lahirkan.
Sedangkan mengenai firman-Nya :
      
“Dan Aku mengetahui apa yang kalian sembunyikan”. (QS. Al-Baqarah : 33)

Maksudnya, apa yang disembunyikan oleh iblis di dalam hatinya berupa sifat takabur.24

Disebutkan bahwa termasuk diantara apa yang dilahirkan oleh mereka (para malaikat)
ialah ucapan mereka, :mengapa Engkau hendak menjadikan Khalifah di Bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan mengalirkan darah ?” sedangkan diantara apa yang
mereka sembunyikan ialah ucapan mereka diantara sesamanya, yaitu “tidak se kali-kali
Tuhan kita menciptakan suatu makhluk kecuali kita lebiih alim dan lebih mulia daripadanya.”
Tetapi akhirnya mereka mengetahui bahwa Allah mengutamakan Adam diatas diri mereka
dalam hal ilmu dan kemuliaan.25

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Wahb, dari Abdurrahman Ibnu Zaid ibnu Aslam dalam kisah para
malaikat dan Adam, bahwa Allah berfirman kepada para Malaikat, “sebagaimana kalian tidak
mengetahui nama benda-benda ini, maka kalian pun tidak membpunyai ilmu. Sesungguhnya
Aku hanya bermaksud menjadikan mereka agar membuat kerusakan dimuka bumi dan hal ini
sudah Ku ketahui dan telah berada dalam pengatahuan Ku. Tetapi Aku pun menyembunyikan
suatu hal, yakni bahwa Aku hendak menjadikan dibni itu orang-orang yang durhaka kepada
Ku dan orang-orang yang taat kepada-Ku.” 26

Sedangkan para malaikat belum mengetahui dan belum mengerti hal ini. Ketika mereka
melihat apa yang telah dianugerahkan Allah kepada Adam berupa ilmu, akhirnya mereka
mengakui kelebihan Adam atas diri mereka.27

Q.S. Al-Baqarah : 34
24
Ibid,.
25
H.391
26
Ibid,.
27
H.392

9
        
    
“dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah[36] kamu kepada
Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk
golongan orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah : 34)

As-Saddi di dalam kitab Tafsirnya meriwayatkan dari Abu Malik dan dari Abu Saleh,
dari Ibnu Abbas, juga dari Murrah, dari Ibnu Mas’udn, dan dari sejumlah sahabat Nabi saw ;
ketika Allah telah rampung menciptakan dari apa yang Dia sukai, lalu Dia berkuasa di ‘Arsy.
Kemudian Allah menjadikan Iblis sebagai raja dilangit dunia. Dia berasal dari suatu jenis
malaikat yang dikenal dengan sebutan jin. Sesungguhnya Iblis dinamakan ‘Jin’ karena Ia
menjabat sebagai panjaga surga. Dengan demikian, disamping sebagai raja di langit dunia,
iapun sekaligus sebagai penjaga surga. Hal ini membuatnya merasa besar kepala, lalu dia
mengatakan, :tidak sekali-kali Allah memberiku tugas iini melainkan karena aku mempunyai
kelebihan diatas para malaikat.”28

Ketika iblis mulai congkak dan Allah melihat apa yang tersembunyi di dalam diri Ibis
itu, maka Allah berfirman kepada para malaikat :
     
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (Al-Baqarah :30)

Maka malaikat berkata, “Wahai Tuhan kami, apakah yang terjadi pada khalifah itu ?”
Allah menjawab, kelak dia mempunyai keturunan yang suka membuat kerusakan di bumi dan
saling mendengki serta sebagian dari mereka membunuh sebagian yang lain.” Para
malaikat,”wahai Tuhan kami, mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau ?”29

       


Allah berfirman, “sesungguhny Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.” (QS. Al-
Baqarah : 30)

Artinya, Allah mengetaui apa yang tersimpan didalam benak Iblis. Kemudian Allah
memerintahkan malaikat Jibril turun ke bumi untuk mengambil tanah liat. Tetapi bumi
berkata, ‘Aku berlindung kepada Allah dari kamu agar kamu tidak mengurangiku atau

28
H.399
29
Ibid,.

10
membuatku menjadi buruk.” Malaikat Jibril kembali tanpa mengambilnya, dan Ia berkata,
“Wahai Tuhanku, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu,” maka Aku beri ia
perlindungan. Lalu Allah mengutus malaikat Mikail, dan bumi meminta perlindungan pula
darinya, maka Ia memberi perlindungan. Akhirnya malaikat Mikail kembali dan mengatakan
seperti apa yang dikatakan oleh malaikat jibril. Pada akhirnya Allah mengiirimkan malaikat
maut dan bumi mmeinta perlindungan darinya, tetapi malaikat maut berkata,’dan akupun
berlindung kepada Allah bila aku kembali, sedangkan perintah Allah belum aku laksanakan.”
Lalu ia mengambil tanah liat dari muka bumi dan mengambilnya secara acak bukan hanya
dari satu tempat saja, lalu ia campur jadi satu, ada yang merah, ada yang putih, dan ada yang
hitam. Karena itu, keturunan Adam bermacam-macam warna kulitnya. 30

Malaikat maut membawa naik dalam bentuk tanah liat yang sebelumnya hanya berupa
tanah.tanah liat itu ialah tanah yang sebagian melekat pada sebagian yang lainnya (lengket).
Kemudian Allag berfirman kepada para malaikat :31
           
   
"Sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah
Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah
kamu tersungkur dengan bersujud kepadaNya".( As-Shad : 71-72)

Allah menciptakan Adam dengan tangan kekuasaan-Nya sendiri agar Iblis tidak takabur
terhadaonya dan dapat dikatakan.”Apakah kamu berani takabur kepada orang yang Ku
jadikan dengan tangan kekuasaan Ku sendiri, sedangkan Aku sendiri tidak takabur
terhadapnya karena menciptakannya sebagai manusia.32

Saat itu Adam masih berupa tubuh dari tanah liat selama emapt puluh tahun sejak hari
diciptakan, yaitu hari Jum’at. Kemudian para malaikat melewatinya dan mereka terkejut
ketika melihatnya. Yang paling terkejut taktakala melihatnya adalah ibllis. Lalu Iblis
melewatinya dan memukulnya, maka keluarlah suara dari tubuh Adam sebagaimana suara
yang keluar ari tembikar bila dipukul.33

Iblis mengatakan, “Untuk tujuan apa kamu diciptakan ?” lalu ia masuk kemulut dan
keluar dari duburya. Kemudian iblis berkata kepada para malaikat, “Janganlah kalian takut

30
H.400
31
Ibid,.
32
H. 401
33
ibid

11
kepaada makhluk ini, karena sesungguhnya Tuhan kalian Maha perkasa, sedangkan makhluk
ini berongga. Jika aku dapat mengusainya niscaya ia benar-benar dapat kubinasakan.”34

Setelah sampai waktu peniupan roh yang dikehendaki oleh Allah, maka Allah
berfirman kepada para malaikat,”maka apabila kutiupkan padanya sebagian roh(ciptaan)-Ku,
maka sujudlah kalian kepadanya.” Ketika roh mulai ditiupkan padanya dan roh masuk mulai
dari kepalanya, maka Adam bersin, lalu para malaikat berkata,” ucapkanlah Alhamdulillah”,
maka Adam mengucapkan Alhamdulillah (segala puji bagi Allah), Allah menjawab dengan
ucapan, “Semoga Tuhan-mu mengasihani kamu.”35

Ketika roh sampai pada kedua matanya, maka Adam dapat melihat buah-buahan surga.
Ketika roh sampai pada perutnya, maka timbullah selera makannya, lalu ia melompat
sebelum roh sampai pada kedua kakinya karena tergesa-gesa ingin memetik buah surga.
Yang demikian itu dikisahkan melalui firman-Nya :36
     
“ manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. kelak akan aku perIihatkan kepadamu
tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan
segera.” (Q.S. Al-Anbiya :37 )

Kemudian semua malaikat sujud kepada Adam, kecuali iblis, ia menolak, tidak mau
ikut bersama-sama para malaikat yang sujud. Iblis membangkang dan takabur, dia termasuk
orang-orang yang kafir. Allah berfirman kepada iblis, “mengapa kamu tidak mau bersujud
kepada makhluk yang Ku ciptakan dengan kekuasaan-Ku sendiri, ketika Ku perintahkan
kamu melakukannya?” Iblis menjawab,”aku lebih baik daripada dia, aku tidak akan bersujud
kepada manusia yang Engkau ciptakan dari tanah liat.” Lalu Allah berfirman kepadanya : 37

           
 
“Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan
diri di dalamnya, Maka keluarlah, Sesungguhnya kamu Termasuk orang-orang yang hina".
(QS Al-A’raf : 13)

34
ibid
35
ibid
36
ibid
37
H.402

12
Abu Ja’far meriwayatkan dari Ar-Rabi’, dari Abdul Aliyah sehubungan dengan firman-
Nya :38

   


“dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah : 34)

Yakni dimaksud dengan kafir ialah orang yang durhaka. Sehubbungan dengan makna
ayat ini As-Saddi mengatakan, yang dimaksud dengan orang-orang kafir ialah mereka yang
belum diciptakan oleh Allah saaat itu, tetapi ada jauh sesudah masa itu.39

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya :

    

“ dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah kamu kepada
Adam,” (QS. Al-Baqarah: 34)

Karena taat kepada Allah, maka dilakukan sujud kepada Adam. Allah memuliakan
Adam dengan memerintahkan para malaikat-Nya bersujud kepadanya. 40 Sebagian ulama
mengatakan bahwa sujud ini merupakan penghormatan dan salam serta memuliakan. 41
Sebagian ulama mengatakan bahwa sujud tersebut hanya ditunjukkan kepada Allah swt
sedangkan Adam sebagai kiblat (arah)nya.42

Q.S Al-Baqarah :35-36

         
        
        
          
 
“dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah
makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah

38
H.407
39
ibid
40
H.408
41
ibid
42
H.409

13
kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu Termasuk orang-orang yang zalim. lalu
keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari Keadaan semula
dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan
bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang
ditentukan.” (QS. Al- Baqarah : 35-36)

Allah Swt berfirman memberitakan kehormatan yang dianugerahkan-Nya kepada


Adam, sesudah memerintahkan kepada para malaikat agar bersujud kepadanya, lalu mereka
bersujud kepadanya kecuali iblis; bahwa Dia memperbolehkan baginya surga untuk tempat
tinggalnya dimanapun yang dikehendakainya. Adam boleh memakan makanan yang dia sukai
dengan leluasa, yakni dengan senang hati, berlimpah, dan penuh dengan kenikmatan.43

Disebutkan setelah iblis diusir dari surga dan Adam ditempat didalam Surga, maka
Adam berjalan didalam surga dengan perasaan kesepian karena tiada teman hidup yang
membuat ia merasa tenang dan tentram dengannya. Kemudian Adam tidur sejenak. Setelah
terbangun, ternyata didekat kepalanya terdapat seorang wanita yang sedang duduk. Allah–lah
yang telah menciptakannya dari tulang iga Adam. Lalu Adam bertanya kepadanya, “siapakah
kamu?” Hawa menjawab, “Seorang wanita.” Adam bertanya “mengapa engkau diciptakan?”
Hawa menjawab, “agar kamu merasa tenang dan tentram bersamaku.” Para Malaikat
bertanya kepada Adam seraya menguji pengetahuan yang telah dicapai Adam, “Siapa
namanya, Hai Adam?” Adam menjawab, “dia bernama Hawa” mereka bertanya
lagi.”menegapa dinamakan Hawa?” Adam menjawab, “sesungguhnya dia dijadikan dari
sesuatu yang hidup.”44 Allah berfirman :
         
“dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah
makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai” (QS. Al-
Baqarah : 35)

Adapun firman Allah swt :

   


“dan janganlah kamu dekati pohon ini” (QS. Al-Baqarah : 35)
Hal ini merupakan pilihan dari Allah swt dan sengaja dijadikan-Nya sebagai ujian buat
Adam. Para ulama berbeda pendapat mengenai jenis pohon ini.45

43
H.413
44
H.415
45
Ibid,.

14
Imam Al-Allamah Abu Jafar ibnu Jarir mengatakan, pendapat yang benar dalam hal ini
adalah yang mengataakan bahwa sesungguhnya Allah swt telah melarang Adam dan istrinya
untuk memakan buah dari satu pohon di dalam surga, tetapi bukan seluruh pohon surga, dan
ternyata Adam dan istrinya memakan buah yang terlarang baginya itu. Kami tidak
menegetahui jenis pohon apa yang terlarang bagi Adam itu secara tertentu, karena Allah tidak
memberikan suatu dalilpun bagi hamba-hamba-Nya yang menunjukkan hal tersebut, baik
didalam Al-Qur’an maupun didalam sunnah yang shahih.46

    


“dan dikeluarkan dari Keadaan semula” (QS. Al-Baqarah : 36)

Yakni dari semua kenikmatan, seperti pakaian tempat tinggal yang luas, rezeki yang
berlimpah, dan kehidupan yang enak.

         


   
“dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan
bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang
ditentukan” (QS. Al-Baqarah : 36)

Yaitu tempat tinggal, rizki , dan ajal. Yang dimaksud dengan ilaa hiin ialah waktu yang
terbatas dan yang telah ditentukan, kemudian terjadilah kiamat.

Ar-Razi meriwayatkan dari Fathul Mausuli yang pernah mengatakan bahwa kita ini
pada awalnya adalah kaum peghuni surga,kemudian kita ditawan oleh iblis ke dunia. Maka
tiadalah yang kita alami selain kesusahan dan kesedihan sebelum kita dikembalikan ke rumah
tempat kita dahulu dikeluarkan.47

Menurut sebagian ulama, dapat pula diinterpretasikan iblis menggoda keduanya (Adam
dan Hawa) dari luar pintu surga. Sebagian yang lainnya mengatakan bahwa iblis menggoda
keduanya dari bumi,sedangkan keduanya masih berada didalam surga dilangit. Demikian
menurut Az-Zamakhsyari dan lain-lainnya.48

QS. Al-Baqarah : 37
          
 

46
H.418
47
H.424
48
H.425

15
kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, Maka Allah menerima
taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.( QS. Al-
Baqarah : 37)

Abu ja’far Ar-Razi meriwayatkan dari Ar-Rabi’ Ibnu Anas, dari Abu Aliyah
sehubungan dengan makna firman-Nya :
       
“kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, Maka Allah menerima
taubatnya.”( QS. Al-Baqarah : 37)
Disebutkan bahwa sesungguhnya setelah melakukan keselahan, Adam berkata, “Wahai
Tuhanku, bagaimanakah jika aku bertaubat dan memperbaiki diriku?” Allah berfirman,
“kalau begitu, Aku akan memasukkan kamu ke surga,” Hal inilah yang dimaksudkan dengan
pengertian ‘beberapa kalimat’, Termasuk ke dalam pengertian ‘ beberapa kalimat’ ialah
perkataan Adam yang disitir oleh firman-Nya:49

         
  
“keduanya berkata: "Ya Tuhan Kami, Kami telah Menganiaya diri Kami sendiri, dan jika
Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya pastilah Kami
Termasuk orang-orang yang merugi”

    


“Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah : 37)
Yakni sesungguhnya dia menerima taubat orang yang bertaubat dan kembali kepada-
Nya. Demikian sebagian dari kelembutan Allah kepada makhluk-Nya dan kasih sayang-Nya
kepada hamba-hamba-Nya; tidak ada tuhan yang wajib disembah selain Dia Yang Maha
Penerima tobat lagi Maha Penyayang.50

Al-Baqarah, ayat 38-39

          
         
         
“Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! kemudian jika datang petunjuk-
Ku kepadamu, Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada
kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Adapun orang-orang yang

49
H. 428
50
H.430

16
kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya” (QS. Al-Baqarah: 38-39)

Allah Swt. menceritakan tentang peringatan yang ditunjuk kepada Adam dan isterinya
serta iblis ketika mereka diturunkan dari surga. Yang dimaksud ialah anak cucunya, bahwa
Allah kelak akan menurunkan kitab-kitab dan mengutus nabi-nabi serta rasul-rasul (di
kalangan mereka yang akan memberi peringatan kepada kaumnya masing-masing).
Demikianlah menurut penafsiran Abul Aliyah; dia mengatakan bahwa petunjuk tersebut
dimaksudkan adalah para nabi dan para rasul, serta penjelasan-penjelasan dan keterangan-
Nya (melalui ayat-ayat-Nya)51

Muqatil Ibnu Hayyan mengatakan, yang dimaksud dengan petunjuk dalam ayat ini
ialah Nabi Muhammad Saw.; sedangkan menurut Al-Hasan, petunjuk artinya Al-Qur’an.
Kedua pendapat ini sahih, sedangkan pengertian pendapat Abu Aliyah lebih umum.52

Barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, yakni orang yang mau menerima apa yang
diturunkan oleh Allah melalui kitab-kitab-Nya dan apa yang disampaikan oleh rasul-rasul-
Nya. Niscaya tidak ada kekhawatiran atas diri mereka dalam menghadapi nasib di akhirat
nanti.53

Tidak pula mereka bersedih hati terhadap perkara-perkara duniawi yang terlewatka oleh
mereka. Pengertiannya sama dengan makna yang terkandung di dalam firman lainnya,
yaitu;54

          


         
“Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu
menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku,
lalu Barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.”
(QS.Taha: 123)

Perihalnya sama dengan yang dikatakan dalam ayat yang sedang kita bahas sekarang, yaitu:

        


  

51
Ibid
52
H. 431
53
Ibid
54
Ibid

17
“ Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 39)

Maksudnya, mereka kekal di dalamnya, tiada jalan keluar bagi mereka dari neraka
karena mereka menjadi penghuni yang abadi. Ibnu Jarir dalam bab ini mengetengahkan
sebuah hadis yang ia kemukakan dari dua jalur periwayatan, dari Abu Salamah dan Sa’id
ibnu Yazid dari Abu Nadrah Al-Munzir ibnu Malik ibnu Qit’ah dari Abu Sa’id yang
menceritakan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:55

“Adapun ahli neraka yang menjadi penghuni tetapnya, maka mereka tidak pernah mati
didalamnya, tidak pula hidup (karena mereka selamanya di azab terus-menerus). Tetapi ada
beberapa kaum yang dimasukkan kedalam neraka karena dosa-dosa mereka, maka mereka
benar-benar mengalami kematian; dan apabila mereka sudah menjadi arang, maka baru
diizinkan beroleh syafaat.”56

2. Q.S Al-Isra’ Ayat 70

       


       
 
Artinya : “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut
mereka di daratan dan di Lautan, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka atas banyak dari siapa yang telah Kami ciptakan, dengan kelebihan
yang sempurna.”

Setelah menggambarkan anugerah-Nya ketika berada di laut dan di darat, baik terhadap
yang taat maupun yang durhaka, ayat ini menjelaskan sebab anugerah itu, yakni karena
manusia adalah makhluk unik yang memiliki kehormatan dalam kedudukannya sebagai
manusia, baik ia taat beragama maupun tidak. Dengan kata(‫ )قد‬qad, ayat ini menyatakan
bahwa dan Kami, Yakni Allah, bersumpah bahwa seseungguhnya telah Kami muliakan anak
cucu Adam dengan bentuk tubuh yang bagus, kemampuan berbicara dan berpikir, serta
berpengetahuan dan Kami beri juga mereka kebebasan memilah dan memilih. Dan Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan dengan aneka alat transport yang Kami ciptakan dan
tundukkan bagi mereka, atau yang Kami ilhami mereka pembutannya, agar mereka dapat
menjelajahi bumi dan angkasa yang kesemuanya Kami ciptakan untuk mereka. Dan Kami

55
432
56
H.432

18
juga beri mereka rezeki dari yang baik-baik sesuai kebutuhan mereka lagi lezat dan
bermanfaat untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan jiwa mereka dan Kami lebihkan
mereka atas banyak makhluk dari siapa yang telah Kami ciptakan dengan kelebihan
sempurna. Kami lebihkan mereka mereka dari hewan dengan akal dan daya cipta sehingga
menjadi makhluk yang bertanggung jawab. Kami lebihkan yang taat dari mereka atas
malaikat karena ketaatan manusia melalui perjuangan melawan setan dan nafsu, sedang
ketaatan malaikat tanpa tantangan. Demikian seterusnya dan masih banyak lainnya. 57

Kata (‫ )كّرمنا‬karrmana terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf-huruf kaf, ra’ dan
mim yang mengandung makna kemuliaan serta keistimewaan sesuai objeknya.

Terdapat perbedaan antara (‫ )فّض لنا‬fadhalna dan (‫ا‬TT‫ )كّرمن‬karramna. Yang pertama
terambil dari kata (‫ )فضل‬fadhl, yakni kelebihan, dan ini mengacu kepada “penambahan” dari
apa yang sebelumnya telah dimiliki secara sama oleh orang-orang lain. Rezeki, misalnya,
dijamin dan dianugerahkan Allah kepada semua makhluk. Kelebihan rezeki yang diberikan-
Nya kepada orang lain, dan ini mengakibatkan terjadinya perbedaan antara seseorang dan
yang lain dalam bidang rezeki. Adapun yang kedua, yakni Karramna, seperti dikemukakan
diatas, ia adalah anugerah berupa keistimewaan yang sifatnya internal. Dalam konteks ayat
ini, manusia dianugerahi Allah keistimewaan yang tidak dianugerahkan-Nya kepada
selainnya dan itulah yang menjadiakan manusia mulia serta harus dihormati dalam
kedudukannya sebagai manusia. Anugerah-Nya itu untuk semua manusia daan lahir bersama
kelahirannya sebagai manusia, tanpa membedakan seseorang dengan yang lain. Inilah yang
menjadikan Nabi Muhammad saw. berdiri menghormati jenazah seorang Yahudi, yang ketika
itu sahabat-sahabat Rasul saw. menanyakan sikap beliau itu, Nabi saw. menjawab:
“Bukankah yang mati itu juga manusia?”58

Ayat di atas tidak menjelaskan bentuk kehormatan, kemuliaan dan keistemawaan yang
dianugerahkan Allah kepada anak cucu Adam as. Itu agaknya untuk mengisyaratkan bahwa
kehormatan tersebut banyak dan ia tidak khusus untuk satu ras atau generasi tertentu, tidak
juga berdasar agama atau keturunan, tetapi dianugerahka untuk seluruh anak cucu Adam as.
Sehingga diraih oleh orang per orang, pribadi demi pribadi.59

57
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Vol 7 (Jakarta: Lentera Hati 2002) H.149
58
H.150
59
Ibid.,

19
Ada beberapa kesan yang timbul berkaitan dengan firman-Nya: (‫وفضلنا هم على كثير مّم ن‬
‫ )خلقنا‬wa fadhalnahum ‘ala katsirin mimman Khalaqna / dan Kami lebihkan mereka atas
banyak makhluk dari siapa yang telah Kami ciptakan.60

Kata dari siapa merupakan terjemahan dari kata (‫ )مّم ن‬mimman yang terdiri dari kata (
‫ )من‬min dan (‫ )من‬man. Kata man biasa digunakan untuk menunjuk makhluk berakal. Dari satu
sisi, kita dapat berkata bahwa, jika Allah melebihkan manusia atas banyak makhluk berakal,
tentu saja lebih-lebih lagi makhluk tidak berakal. Di tempat lain, Al-Qur’an menegaskan
bahwa alam raya dan seluruh isinya telah ditundukkan Allah untuk manusia (QS. Al-Jatsiyah
[45] ; 13). Di sisi lain, kita juga dapat berkata bahwa paling tidak ada dua makhluk berakal
yang diperkenalkan al-Qur’an, yaitu jin dan malaikat. Ini berarti manusia berpotensi untuk
mempunyai kelebihan dibanding dengan banyak bukan semua jin dan malaikat. Yang penulis
maksud dengan manusia tentu saja manusia-manusia yang taat karena manusia yang durhaka
dinyatakan-Nya bahwa: 61
        
“Mereka tidak lain kecuali bagikan binatang ternak, bahkan lebih buruk” (QS. Al-
Furqan [25] :44).

3. QS. Ar-Ra’d Ayat 11

           
            
             
“Ada baginya pengikut-pengkikut yang bergiliran, di hadapannya dan dibelakangnya;
mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu
kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum dari positif kenegatif atau
sebaliknya dari negatif kepositif sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka
yakni sikap mental dan pikiran mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap suatu kaum, tetapi ingat bahwa Dia tidak menghendaki kecuali jika manusia
mengubah sikapnya terlebih dahulu. Jika allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,

60
H.151
61
Ibid.,

20
maka ketika itu berlakulah ketentuan-Nya yang berdasar sunnatullah atau hukum-hukun
kemasyarakatan yang ditetapkan-Nya.62

Kata (‫ )المقبات‬al-mu’aqqibat adalah bentuk jamak dari kata (‫ )المعقبة‬al-mu’aqqibah.


Kata tersebut terambil dari kata (‫‘ )عقب‬aqib yaitu tumit. Yang dimaksud adalah malaikat-
malaikat yang ditugaskan Allah mengikuti setiap orang secara sungguh-sungguh.63

Kata (‫)يحفظونه‬ yahfazunahu/memeliharanya dapat dipahami dalam arti mengawasi


manusia dalam setiap gerak langkahnya, baik ketika dia tidak bersembunyi maupun saat
persembunyiannya. Dapat juga dalam memeliharanya dari gangguan apapun yang dapat
mengahalangi tujuan penciptaannya.64 Ketika menafsirkan Surah ath-Thariq pada Firman-
Nya:

      


“setiap jiwa pasti ada pemeliharanya” (QS. Ath-Thariq[86] : 4), penulis pada buku
Tafsir al-Qur’an al-Karim mengemukakan bahwa “manusia bergerak dengan bebas di siang
hari, matahari dan kehangatannya sangat membantu manusia dalam segala segala
aktivitasnya. Tetapi bila malam tiba dan kegelapan menyelimuti lingkungan, apakah Allah
membiarkan manusia tanpa pemeliharaan dan perlindungan? Tidak! Salah satu bentuk
pemeliharaan-Nya adalah melalui bintang-bintang yang darinya manusia dapat mengatahui
arah. Pemeliharaan Allah terhadap setiap jiwa, bukan hanya terbatas pada tersedianya sarana
dan prasarana kehidupan, seperti udara, air, matahari dan sebagainya, tetapi lebih dari itu. 65

Kata (‫)بأمرهللا‬ bi amr Allah dipahami oleh banyak ulama dalam arti atas perintah
Allah. Thabathaba’i memahaminya dalam arti lebih luas. Ulama ini terlebih dahulu
menggaris bawahi bahwa manusia bukan sekedar jasmani, tetapi dia adalah makhluk ruhani
dan jasmani dan yang terpokok dalam segala persoalannya adalah sisi dalamnya yang
memuat perasaan dan kehendaknya. Inilah yang terarah kepadanya perintah dan larangan,
dan atas dasarnya sanksi dan ganjaran dijatuhkan, demikian juga kenyamanan dan kepedihan
serta kebahagiaan dan kesengsaraan.66

Atas dasar itu, Thabathaba’i memahami kata (‫ )من بين يديه ومنخلفح‬min bayni yadaihi wa
min khalfihi/di hadapannya dan juga dibelakangnya pada ayat ini dalam arti luas totalitas
manusia, yakni seluruh arah yang mengelilingi jasmaninya sepanjang hayatnya, dan tercakup
62
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Vol 6 (Jakarta: Lentera Hati 2002), H.533
63
H.544
64
Ibid.,
65
Ibid.,
66
Ibid.,

21
juga semua fase kehidupan kejiwaan yang dialaminya, demikian juga kebahagiaan dan
kesengsaraannya, amal-amalnya yang baik dan yang buruk, serta apa yang yang disiapkan
baginya dari sanksi atau ganjaran. Semua itu, baik yang terjadi dimasa lalu maupun masa
datang.

Dengan demikian, para malaikat pemelihara itu melaksanakan tugasnya atas amr
Allah sekaligus mereka memelihara manusia dari kepunahan dan kebinasaan yang juga
merupakan bagian dari amr Allah. Dari sini Thabathababa’I melihat kaitan yang sangat erat
antara penggalan ayat diatas “mereka menjaganya atas perintah Allah” dengan penggalan
berikutnya yang menyatakan “sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka”. Dalam arti Allah menjadikan
para mu’aqqibat itu melakukan apa yang ditugaskan kepadanya yaitu memelihara manusia,
sebagaimana dijelaskan diatas karena Allah telah menetapkan bahwa Allah tidak mengubah
keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka yakni
konidisi kejiwaan /sisi dalam mereka seperti mengubah keyukuran menjadi kekufuran,
ketaatan menjadi kedurhakaan, iman menjadi penyukutuan Allah, dan ketika itu Allah
mengubah nikmat menjadi bencana, hidayat menjadi kesesatan, kebahagiaan menjadi
kesengsaraan dan seterusnya.67

Firman-Nya:
      
“Sesungguhanya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum,”

Firman-Nya dalam QS. QS. al-Anfal [8] : 53

          
   
“ Yang demikian itu ( siksaan yang terjadi terhadap Fir’aun dan rezimnya)
disebabkan karena Allah tidak mengubah nikmat yang telah dianugerahkannya kepada satu
kaum, sampai mereka sendiri mengubah apa yang terdapat dalam diri mereka” dan ayat
yang kedua adalah ayat yang sedang ditafsirkan ini. Kedua ayat diatas berbicara tentang
perubahan, tetapi ayat pertama berbicara tentang perubahan nikmat, sedang ayat yang kedua
yang menggunakan kata ‘Maa’ apa berbicara tentang perubahan apapun,yakni baik dari
sesuatu yang positif menuju ke sesuatu yang negatif, maupun sebaliknya dari negatif ke
positif.68

67
H.555
68
Ibid.,

22
Sisi dalam manusia dinamai (‫ )نفس‬nafs, bentuk jamaknya (‫ )أنفس‬anfus dan sisi luar
yang dinamai amtara lain (‫ )جسم‬jism yang dijamak (‫ )أجسم‬ajsam. Sisi dalam, tidak selalu
dengan sisi luar. Ini diketahui dan terlihat dengan jelas pada orang-orang munafik (Baca QS.
Al-Munafiqun[63]:4).69 Banyak hal yang dapat ditampung oleh nafs, namun dalam konteks
perubahan (pada nafs) penulis menggaris bawahi tiga hal pokok.70

Pertama, nilai-nilai yang dianut dan dihayati oleh masyarakat. Setiap nafs
mengandung nilai-nilai, baik positif maupun negatif paling tidak nafs mengandung bahwa
nafsu yang mendorong manusia kepada kebinasaan. Nilai-nilai yang mampu mengubah
masyarakat harus sedemikian jelas dan mantap. Tanpa kejelasan dan kemantapan ia tidak
akan mengahasilkan sesuatu pada sisi luar manusia, karena yang mengarahkan dan
melahirkan aktivitas manusia, adalah nilai-niai yang dianutnya. Dan nilai-nilai itulah yang
memotivasi gerak langkahnya, dan yang melahirkan akhlak baik ataupun buruk.71

Kedua, menyangkut sisi dalam manusia, yaitu iradah, yakni kekal dan kemauan
keras.72 Iradah/tekad yang kuat itulah yang menghasilkan aktivitas bila disertai dengan
73
kemampuan. Iradah lahir dari nilai-nilai atau ide-ide yang ditawarkan dan diseleksi oleh
akal. Jika akal sehat, dia akan memilih dan melahirkan iradah yang baik, demikian pula
sebaliknya. Iradah yang dituntut dalam islam adalah yang mengantar manusia berhubungan
serasi dengan Tuhan, alam, sesamanya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain yaitu kehendak
yang kuat untuk mewujudkan nilai-nilai Tauhid dengan segala tuntutannya.

Ketiga, menyangkut kemampuan. Kemampuan terdiri dari kemampuan fisik dan


kemampuan non fisik, yang dalam konteks perubahan sosial dapat dinamai kemampuan
pemahaman, Suatu masyarakat yang wilayahnya memiliki kekayaan materi, tidak dapat
bangkit menacapai kesejahteraan lahir dan batin, tanpa memiliki kemampuan dalam bidang
pemahaman ini.74

Firman-Nya :
        
“Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang
dapat menolaknya” adalah penegasan tentang kandungan penggalan sebelumnya tentang
69
H.558
70
Ibid.,
71
Ibid.,
72
H.559
73
Ibid.,
74
Ibid.,

23
sunnatullah bagi terjadinya perubahan, khususnya dari positif menjadi negatif. Yakni tidak
ada satu kekuatan pun yang dapat mengahalangi berlakunya ketentuan sunnatullah itu.
Penggalan ini menguatkan sekali hakikat yang berulang-ulang ditegaskan oleh Al-Qur’an
bahwa segala sesuatu kembali kepada pengaturan Allah dan kehendak-Nya.

B. Potensi Dasar Manusia dan Pengembangannya

Manusia merupakan makhluk Allah yang paling mulia dan sempurna apabila dapat
memerankan tugas kekhalifahannya. Namun, apabila ia tidak dapat mengemban tugas
kekhalifahannya manusia bisa rendah melebihi binatang. Oleh karena itu,untuk dapat
menjalani fungsi kekhalifahannya dimuka bumi manusia dikarunai beberapa kekuatan yang
dapat menimbulkan kreativitas untuk menata alam melalui ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dimilikinya. Untuk itu, Allah menganugerahkan kepada manusia potensi-potensi (fitrah)
yang dapat dikembangkan melalui proses pendidikan75.
Ada beberapa pendapat yang membahas tentang potensi-potensi yang dimiliki oleh
manusia, diantaranya adalah sebagai berikut76 :
a. Menurut Jalaluddin77
Ada tiga potensi yang dimiliki oleh manusia, yaitu potensi ruh, jasmani (fisik), dan
rohaniah.
1. Ruh, berisikan potensi manusia untuk betauhid, yang merupakan kecenderungan
unutk mengabdikan diri kepada Sang Pencipta
2. Jasmani, mencakup konstitusi biokimia yang secara materi teramu dalam tubuh
3. Rohani, berupa konstitusi non-materi yang terintegrasi didalam jiwa, termasuk
kedalam naluri penginderaan, intuisi, bakat, kepribadian, intelek, perasaan,akal, da
unsur jiwa yang lainnya.
b. Menurut al-Ghazali78
Manusia memunyai empat potensi (kekuatan) , yaitu :
1. Qalb, merupakan suatu unsur yang halus, beasal dari alam ke-Tuhannan, berfungsi
untuk merasa, mengetahui, mengena, diberi beban, disiksa, dicaci, dansebaginya
yang pada hakikatnya tidak diketahui.

75
M.Slamet Yahya, Pendidikan Islam dalam Pengembangan Potensi Manusia, (Jurnal Pemikiran Alternatif
Islam ), h. 4
76
Ibid,.
77
Ibid,.
78
Ibid,.

24
2. Ruh, yaitu sesuatu yang halus yang berfungsi untuk mengetahui tentang sesuatu
dan merasa, ruh juga memiliki kekuatan yang pada hakikatnya tidak bisa
diketahui.
3. Nafs, yaitu kekuatan yang menghimpun sifat-sifat tercela pada manusia
4. Aql, yaitu pengetahuan tentang hakikat segala keadaan, maka akal ibarat sifat-sifat
ilmu yang tempatnya dihati.
c. Jalaluddin dan Usman Said79
Secara garis besar manusia memiliki empat potensi dasar, yaitu :
1. Hidayah al-ghariziyyah (naluri), yaitu kecenderungan manusia untuk memenuhi
kebutuhan biologisnya, seperti makan, minum, dan lain-lain. Dalam hal ini antara
manusia dan binatang sama.
2. Hidayah al-hisiyyah (inderawi), yaitu kesempurnaan manusia sebagai makhluk
Allah SWT
3. Hidayah al-aqliyah, yaitu bahwa manusia merupaka makhluk yang dapat didik
dan mendidik
4. Hidayah diniyyah, yaitu bahwa manusia merupakan makhluk yang mempunyai
potensi dasar untuk beriman dan bertakwa kepada Allah SWT
Apabila dikaitkan dengan konteks pengembangannya, potensi ruh diarahkan kepada
ibadah mahdah (khusus) secara rutin dan kontinu. Oleh karena dengan melalui program ini
diharapkan tercipta tingkah laku lahiriah-batiniah sebagai satu pola hidup makhluk yang ber-
Tuhan. Potensi jasmaniah diprogramkan lebih dini agar manusia makan dan minum dari yang
manfaat, baik, dan benar (halalan thayyiban). Hal ini dianggap penting karena benih
(nuthfah) berasal dari makanan dan minuman, yang pada akhirnya akan menjadi bahan baku
pengembangan sumber daya insani. Potensi rohaniah, yang pada seperti naluri
mempertahankan diri dan naluri untuk berkembang biak harus disalurkan dengan jalan yang
diridhai Allah Swt.80
Sementara itu, dengan potensi fitrah dan gharizah menuntun manusia untuk senantisa
belajar dari lingkungannya. Salah satu aspek potensial dari fitrah adalah kekmampuan
berfikir manusia, dimana rasio menjadi pusat perkembangannya. Adapun potensial akal
merupakan ciri khas manusia sebagai makhluk yang memiliki kekampuan untuk memilih
(baik dan buruk) dan manusia berpotensi untuk menentukan jalan hidupnya.81

79
Ibid,.
80
Ibid,.
81
Ibid,h.5.

25
Dari uraian diatas, jelaslah bahwa Allah telah menganugerahkan beberapa potensi
kepada manusia yang dapat dikembangkan dengan seoptimal mungkin dalam rangka
melaksanakan tugas kekhalifahannya didunia.82
Dari potensi-potensi dasar tersebut, menunjukkan pada kita akan pentingnya
pendidikan untuk mengembangkan dan mengolah sampai dimana titik optimal itu dapat
dicapai. Apalagi kita saksikan kondisi manusia pada waktu dilahirkan didunia ini, mereka
dalam keadaan yang sangat lemah, yang secara tidak langsung membutuhkan pertolongan
dari kedua orangtuanya.83
Dengan demikian, pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan kepribadian
anak, potensi jasmaniah dan rohaniah tidak secara otomatis tumbuh dan berkembang dengan
sendirinya, tetapi membutuhkan adanya bimbingan, arahan, dan pendidikan. Oleh karena
itu, penulis sependapat dengan ungkapan yang dilontarkan oleh Emmanuel Kant ”manusia
menjadi manusia karena pendidikan”.84

82
Ibid,.
83
Ibid,.
84
Ibid,.

26
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Potensi manusia dijelaskan dalam Al-Qur’an surah al-baqarah ayat 30-39 yaitu
mengenai kisah Adam dan Hawa. Dalam ayat itu dijelaskan bahwa sebelum kejadian Adam,
Allah telah merencanakan agar manusia memikul tanggung jawab kekhalifahan.
Kandungan surah al-isra’ ayat 70 berisi tentang keistimewaan dan kemuliaan manusia
sebagai makhluk ciptaan Allah dibandingkan dengan makhluk lainnya. Ayat ini memberikan
ibrah kepada kita agar selalu bersyukur atas apa yang Allah berikan dan tidak menyekutukan-
Nya. Karena Allah telah melimpahkan kepada manusia apa yang ada di darat dan di
laut.bahkan memeliharanya dengan perhatian yang baik. Kemudian manusia diberi petunjuk
untuk mencipatakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan.
Kandungan surah ar-ra’d ayat 11 berisi tentang bahwasanya Allah tidak mengubah
keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan pada diri mereka sendiri. Hal ini
berarti Allah tidak memberikan hukuman tanpa adanya dosa ataupun sebaliknya.
Manusia merupakan makhluk Allah yang paling mulia dan sempurna apabila dapat
memerankan tugas kekhalifahannya. Oleh karena itu,untuk dapat menjalani fungsi
kekhalifahannya dimuka bumi manusia dikarunai beberapa kekuatan yang dapat
menimbulkan kreativitas untuk menata alam melalui ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dimilikinya. Untuk itu, Allah menganugerahkan ruh, jasmani dan rohani sebagai potensi
(fitrah) yang dapat dikembangkan melalui proses pendidikan. Dengan demikian, pendidikan
merupakan faktor yang sangat menentukan kepribadian anak, potensi jasmaniah dan rohaniah
tidak secara otomatis tumbuh dan berkembang dengan sendirinya, tetapi membutuhkan
adanya bimbingan, arahan, dan pendidikan.
B. Saran
Sebagai makhluk yang sempurna dan khalifah di bumi seharusnya kita (manusia) bisa
menjaga dan memelihara bumi dengan potensi-potensi yang dimiliki. Dan merupakan
tanggung jawab kita semua yang harus dilakukan yaitu dengan menempuh pendidikan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Bakar, Bahrun Abu. Tafsir Ibnu Kasir Juz 1. Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2000

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah Vol 6. Jakarta: Lentera Hati. 2002

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah Vol 7. Jakarta: Lentera Hati. 2002

Yahya, M.Slamet. Pendidikan Islam dalam Pengembangan Potensi Manusia. (Jurnal


Pemikiran Alternatif Islam)

28

Anda mungkin juga menyukai