Anda di halaman 1dari 15

HARTA DALAM ISLAM

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Syariah


Dosen Pengampu:
Abdul Hakim, M.E

Disusun oleh :
Ismi Rahmawati 1120200020
Ninda Aulia 1120200028

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DAARUT TAUHIID
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh,


Bismillahhirrahmanirrahim,
Segala puji dan syukur panjatkan kepada Allah SWT, yang telah mencurahkan segala
rezeki dan kenikmatan yang tiada tara. Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada
baginda kita yakni Nabi Muhammad SAW, yang karena dengan kita bisa merasakan indah
islam dan iman hingga saat ini.
Kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang senantiasa memberikan bantuan
dan dukungan, khususnya kepada Dosen pengampu Mata Kuliah Akuntansi Syariah,
Ustadz Abdul Hakim yang senantiasa membantu dalam memahami dan mendalami mata
kuliah akuntansi syariah. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan. Jika ada kritik
dan saran kami sangat menerima agar kami dapat memperbaiki dan membangun bagi kami
di kemudian hari.

Bandung, 22 Oktober, 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2

BAB I...............................................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................5

2.1 Pengertian Harta........................................................................................................................6

2.2 Kedudukan Harta dalam Islam..................................................................................................6

2.3 Fungsi Harta...............................................................................................................................8

2.4 Pembagian Harta........................................................................................................................8

BAB III.........................................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Harta secara sederhana mengandung arti sesuatu yang dapat di miliki. Ia termasuk
salah satu sendi kehidupan manusia di dunia. Harta termasuk salah satu keperluan pokok
manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini, sehingga oleh para ulama ushul fiqh
persoalan harta dimasukkan ke dalam salah satu ad-daruriyyat al-khamsah (lima keperluan
pokok), yang terdiri atas, agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Atas dasar itu,
mempertahankan harta dari segala upaya yang dilakukan orang lain dengan cara yang tidak
sah, termasuk ke dalam kelompok yang mendasar dalam Islam. Sekalipun seseorang diberi
Allah memiliki harta, baik banyak atau sedikit, tidak boleh berlaku sewenang-wenang
dalam menggunakan hartanya itu.
Kebebasan seseorang untuk memiliki dan memanfaatkan hartanya adalah sebatas
yang diperbolehkan oleh syara’. Oleh sebab itu, dalam pemilikan dan penggunaan harta,
disamping untuk kemaslahatan pribadi, juga harus dapat memberikan manfaat dan
kemaslahatan pada orang lain. Inilah di antara fungsi sosial dari harta itu, karena suatu harta
sebenarnya adalah milik Allah yang dititipkan ke tangan-tangan manusia. Manusia tidak
memiliki harta secara mutlak karena harta sebagai titipan sehingga dalam pandangan
tentang harta, terdapat hak-hak orang lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan harta?
2. Bagaimana kedudukan harta dalam Islam ?
3. Bagaimana fungsi harta ?
4. Apa saja pembagian harta ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan harta
2. Agar mengetahui kedudukan harta dalam Islam
3. Agar mengetahui fungsi harta
4. Agar mengetahui pembagian harta

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian harta
Harta dalam bahasa arab disebut al-maal, yang merupakan akar kata dari lafadz
yang berarti condong, cenderung, dan miring. Dalam al-Muhith dan Lisan Arab,
menjelaskan bahwa harta merupakan segala sesuatu yang sangat diinginkan oleh manusia
untuk menyimpan dan memilikinya. Dengan demikian unta, kambing, sapi, tanah, emas,
perak, dan segala sesuatu yang disukai oleh manusia dan memiliki nilai (qimah), ialah harta
kekayaan.
Ibnu Asyr mengatakan bahwa “Kekayaan pada mulanya berarti emas dan perak,
tetapi kemudian berubah pengertiannya menjadi segala barang yang disimpan dan dimiliki
Sedangkan harta (al-maal), menurut Hanafiyah ialah sesuatu yang di gandrungi oleh tabiat
manusia dan memungkinkan untuk disimpan hingga dibutuhkan”
Maksud pendapat di atas definisi harta pada dasarnya merupakan sesuatu yang
bernilai dan dapat disimpan. Sehingga bagi sesuatu yang tidak dapat disimpan, tidak dapat
dikatagorikan sebagai harta. Adapun manfaat termasuk dalam katagori sesuatu yang dapat
dimiliki, ia tidak termasuk harta. Sebaliknya tidaklah termasuk harta kekayaan sesuatu yang
tidak mungkin dipunyai tetapi dapat diambil manfaatnya, seperti cahaya dan panas
matahari. Begitu juga tidaklah termasuk harta kekayaan sesuatu yang pada gahlibnya tidak
dapat diambil manfaatnya, tetapi dapat dipunyai secara kongrit dimiliki, seperti segenggam
tanah, setetes air, seekor lebah, sebutir beras dan sebagainya.
Harta yang kita miliki baik berupa benda bergerak maupun benda tidak bergerak
disadari atau tidak merupakan amanah yang harus dipegang dan dijalankan menurut
ketentuan hukum yang berlaku. Bagi umat Islam ketentuan itu berdasarkan al Quran dan
Hadist.

2.2 Kedudukan Harta Dalam Islam


Disebutkan bahwa harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalam
menjalani salah satu ad-dharuhiyat al-khomsah (lima keperluan pokok), yang terdiri atas :
agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Oleh karena itu banyak manusia yang
mempertahankan harta dengan segala upaya yang dilakukan, sehingga dalam al Quran dan
hadist banyak membicarakan harta serta kedudukannya.
1. Kedudukan harta di dalam al Quran :
a. Harta adalah milik Allah, Manusia bukanlah pemilik mutlak, tetapi dibatasi oleh
hak-hak Allah sehingga wajib dikeluarkan zakatnya dan peruntukan ibadah lain dari
harta tersebut. Allah berfirman didalam Al-Qur’an:

‫ني فِ ِيه‬ ِ ‫ِِ ِ مِم‬ ِ ِ


َ ‫آمنُوا! بِاللَّه َو َر ُسوله َوَأنْف ُقوا َّا َج َعلَ ُك ْم ُم ْستَ ْخلَف‬
Artinya :
” Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian
dari harta mu yang telah Allah pinjamkan kepada mu. ( QS. Al-Hadid:7 )
b. Harta sebagai sarana untuk memperoleh bekal menuju kehidupan akhirat.
Allah swt berfirman :
ِ ‫اَلَّ ِذين يْن ِف ُقو َ!ن اَمواهَل م ىِف سبِي ِل‬
‫اهلل مُثَّ اَل يُْتبِعُ ْو َ!ن َما اَْن َف ُق ْوا َواَل اَ ًذا هَلُ ْم اَ ْج ُر ُه ْم ِعْن َد َرهِّبِ ْم‬ ْ َ ُْ َ ْ ْ ُ َ ْ
‫ف َعلَْي ِه ْم َواَل ُه ْم حَيَْزنُ ْو َن‬
ٌ ‫واَل َخ ْو‬.
َ
Artinya : “orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah, kemudian mereka
tidak mengiringi apa yang dinafkahkanya itu dengan menyebut-nyebut pemberianya
dan dengan tidak menyakiti (perasaan sang penerima), mereka memperoleh pahala
di sisi tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati”. ( Q.S Al-Baqarah: 262 )
c. Harta merupakan sarana untuk memenuhi kesenangan (Q.S. Al-Imran: 14 )
d. Harta sebagai ujian, ( Q.S.Ath-Taghabun : 15 )
e. Harta sebagai perhiasan, Harta merupakan perhiasan dunia yang hanya bersifat
sementara dan untuk itulah maka sebagai seorang muslim hendaknya dapat
memanfaatkan harta dengan sebaik-baiknya untuk beribadah kepada Allah ( Q.S.
Al-Kahfi : 46 )
2. Kedudukan harta di dalam hadist
a. Harta adalah penyebab fitnah
“Dari Ka’ab bin “Iyyadh telah berkata, aku mendengar nabi bersabda,” sesungguhnya
bagi setiap umatku adanya fitnah (ujian) nya dan fitnah bagi umatku adalah masalah
harta”.
2.3 Fungsi Harta
Harta dipelihara manusia karena manusia membutuhkan manfaat harta tersebut, maka
fungsi harta amat banyak, baik kegunaan dalam yang baik, maupun kegunaan dam hal yang
tidak baik, yaitu :
a) Untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah yang khas (mahdhah), sebab untuk ibadah
memerlukan alat-alat seperti kain untuk menutup aurat dalam pelaksanaan shalat, bekal
untuk melaksanakan ibadah haji, berzakat, shadaqah, hibbah dan yang lainnya.
b)  Untuk meningkatkan keimanan (ketaqwaan) kepada Allah.
c)  Untuk menyelaraskan (menyeimbangkan) antara kehidupan dunia dan akhirat.
d)  Untuk meneruskan kehidupan dari satu periode ke periode berikutnya.
e)   Untuk mengembangkan dan menegakkan ilmu-ilmu, karena menurut ilmu tanpa modal
akan tersa sulit, seperti sesorang tidak bisa kuliah di perguruan tinggi bila ia tidak memiliki
biaya.
f)  Untuk memutarkan (mentasharuf) peranan-peranan kehidupan yakni adanya pembantu
dan tuan. Adanya orang kaya dan miskin sehingga antara pihak saling membutuhkan
karena itu tersusunlah masyarakat yang harmonis dan berkecukupan.
g)  Untuk menumbuhkan silahturrahim, karena adanya perbedaan dan keperluan sehingga
terjadilah interaksi dan komunikasi silaturrahim dalam rangka saling mencukupi kebutuhan.

2.4 Pembagian Harta


1.  Mal Mulutaqawwim dan Ghair Mutaqawwim
a.  Harta Mulutaqawwim adalah sesuatu yang boleh diambil manfaatnya menurut syara’.
Atau semua harta yang baik jenisnya maupun cara memperoleh dan penggunaanya,
misalnya kerbau adalah halal dimakan oleh umat Islam tetapi kerbau tersebut disembelih
tidak sah menurut syara’, dipukul misalnya, maka daging kerbau tidak bisa dimanfaatkan
karena cara penyembelihannya batal menurut syara’.
b.  Harta Ghair Mutaqawwim adalah sesuatu yang tidak boleh diambil manfaatnya, baik
jenisnya, cara memperolehnya maupun cara penggunaanya. Seperti babi karena jenisnya.
Sepatu yang diperoleh dengan cara mencuri termasuk ghair mutaqawwim karena cara
memperolehnya yang haram.

2. Mal Mitsli dan Mal Qimi


a.  Harta Mitsli adalah benda-benda yang ada persamaan dalam kesatuan-kesatuannya,
dalam arti dapat berdiri sebagaimana di tempat yang lain tanpa ada perbedaan yang perlu
dinilai.
b.  Harta Qimi adalah benda-benda yang kurang dalam kesatuan-kesatuannya karena tidak
dapat berdiri sebagian di tempat sebagian yang lainnya tanpa ada perbedaan.
c. Dengan perkataan lain, harta mitsli adalah harta yang jenisnya diperoleh di pasar (secara
persis) dan qimi adalah harta yang jenisnya sulit didapatkan di pasar, bisa diperoleh tapi
jenisnya berbeda kecuali dalam nilai dan harga.

3.  Harta Istihlak dan harta Isti’mal


a.  Harta Istihlak adalah sesuatu yang tidak dapat diambil kegunaanya dan manfaatnya
secara biasa kecuali dengan menghabiskannya.
Harta Istihlak terbagi menjadi dua, yaitu:
a)  Istihlak Haqiqi adalah suatu benda yang menjadi harta yang secara jelas (nyata) zatnya
habis sekali digunakan.
b) Istihlak Buquqi adalah suatu harta yang sudah habis nilainya bila telah digunakan tetapi
zatnya masih tetap ada.
b. Harta Isti’mal adalah sesuatu yang dapat digunakan berulanag kali dan materinya tetap
terpelihara. Harta isti’mal tidaklah habis dengan satu kali menggunakan tetapi dapat
digunakan lama menurut apa adanya

4. Harta Manqul dan Harta Ghair Manaqul


a. Harta Manqul adalah segala harta yang dapat dipindahkan (bergerak) dari satu tempat ke
tempat lain.
b. Harta Ghair Manaqul adalah sesuatu yang tidak bisa dipindahkan dan dibawa dari satu
tempat ke tempat lain.

5. Harta ‘Ain dan Harta Dayn


a. Harta ‘ain adalah harta yang berbentuk benda, seperti rumah, pakaian, beras, kendaraan.
Harta ‘ain terbagi menjadi dua, yaitu:
Harta ‘ain dzati qimah, yaitu benda yang memiliki bentuk yang dipandang sebagai harta
karena memiliki nilai yang dipandang sebagai harta, karena memiliki nilai ‘ain dzati qimah
meliputi:
-          Benda yang dianggap harta yang boleh diambil manfaatnya
-          Benda yang dianggap hartta yang tidak boleh diambil manfaatnya
-          Benda yang dianggap sebagai harta yang ada sebangsanya
-          Benda yang dianggap harta yang tidak ada atau sulit dicari seumpamanya
-          Benda yang dianggap harta yang berharga dan dapat dipindahkan (bergerak)
-          Benda yang dianggap harta yang berharga dan tidak dapat dipindahkan (benda
tetap).
Harta ‘ain ghayr dzalti qimah, yaitu benda yang tidak dapat dipandang sebagai harta,
karena tidak memiliki harga seperti sebiji beras.
b. Harta Dayn adalah sesuatu yang berada dalam tanggung jawab, seperti uang yang
berada dalam tanggung jawab seseorang.

6.  Mal al-‘ain dan al-naf’i (manfaat)


a. Harta ‘aini adalah benda yang memiliki nilai dan bentuk (berwujud), seperti rumah,
ternak, dll.
b. Harta nafi’ adalah a’radl yang berangsur-angsur tumbuh menurut perkembangan masa,
oleh karena itu mal al-naf’i tidak berwujud dan tidak mungkin disimpan.

7. Harta Mamluk, Mubah, dan Mahjur


a. Harta Mamluk adalah sesuatu yang masuk ke bawah milik milik perseorangan maupun
milik badan hukum seperti pemerintah atau yayasan.
Harta mamluk (yang dimiliki) terbagi kepada dua macam, yaitu:
  Harta Perorangan (mustaqil) yang berpautan dengan hak bukan pemilik, seperti rumah
yang dikontrakkan. Harta perorangan yang tidak berpautan dengan hak bukan pemilik,
seperti seseorang yang mempunyai sepasang sepatu yang dapat digunakan kapan saja.
  Harta Perkongsian (masyarakat) antara dua pemilik yang berkaitan dengan hak yang
bukan pemiliknya, seperti dua orang tang berkongsi memiliki sebuah pabrik dan lima buah
mobil, salah satu mobilnya disewakan selama satu bulan kepada orang lain.
Harta yang dimiliki oleh dua orang yang tidak berkaitan dengan hak bukan pemiliknya,
seperti dua orang yang berkongsi memiliki sebuah pabrik, maka pabrik tersebut diurus
bersama.
b. Harta Mubah adalah sesuatu yang pada asalnya bukan milik seseorang, seperti air pada
mata air, binatang buruan darat, laut, pohon-pohon di hutan.
Tiap-tiap manusia boleh memiliki harta mubah sesuai dengan kesanggupannya, orang yang
mengambilnya maka ia akan menjadi pemiliknya.
c. Harta Mahjur adalah sesuatu yang tidak dibolehkan dimiliki sendiri dan memberikan
kepada orang lain menurut syari’at, adakalanya benda itu benda wakaf ataupun benda yang
dikhususkan untuk masyarakat umum, seperti jalan raya, masjid-masjid, kuburan-kuburan
dan yang lainnya.

8. Harta yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi


a) Harta yang dapat dibagi (mal qubil li al-qismah) ialah harta yang tidak menimbulkan
suatu kerugian atau kerusakan, apabila harta itu dibagi-bagi, seperti beras, tepung, dan
lainnya.
b) Harta yang tidak dapat dibagi (mal ghair qabil li al qismah) ialah harta yang
menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan, apabila harta tersebut dibagi-bagi, seperti
gelas, kursi, meja, mesin dan lain sebagainya.

9.  Harta pokok dan harta hasil (buah)


a)  Harta pokok adalah harta yang mungkin darinya terjadi harta yang lain. Harta pokok
bisa juga disebut modal, seperti uang, emas, dan lainnya.
b)   Harta hasil adalah harta yang lain. Harta hasil contohnya adalah bulu domba dihasilkan
dari domba, maka domba sebagai harta pokok dan bulunya sebagai harta hasil, atau kerbau
yang beranak maka anaknya dianggap sebagai tsamarah dan induknya yang melahirkannya
disebut harta pokok.

10.  Harta khas dan harta ‘am


a)    Harta khas ialah harta pribadi, tidak bersekutu dengan yang lain, tidak boleh diambil
manfaatnya tanpa disetujui pemiliknya.
b)    Harta ‘am ialah harta milik umum (bersama) yang boleh mengambil manfaatnya.
Harta yang dapat dikuasai (ikhraj) terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
-  Harta yang termasuk milik perseorangan.
- Harta-harta yang tidak dapat termasuk milik perseorangan.
Harta yang dapat masuk menjadi milik perseorangan, ada dua macam yaitu:
  Harta yang bisa menjadi milik perorangan tetapi belum ada sebab pemiliknya, seperti
binatang buruan di hutan.
  Harta yang bisa menjadi milik perorangan dan sudah ada sebab pemilikan, seperti ikan di
sungai diperoleh seseorang dengan cara mengail.
Harta yang tidak dapat masuk menjadi milik perorangan adalah harta yang menurut syara’
tidak boleh dimiliki sendiri, seperti sungai, jalan raya, dan yang lainnya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Harta adalah sesuatu yang dibutuhkan dan di peroleh manusia,baik
berupa benda yang tampak seperti mas perak maupun yang tidak tampak
yakni manfaat seperti pakaian,tempat tinggal. Sehingga persoalan harta
dimasukkan kedalam salah satu lima keperluan pokok yang diatur oleh Al-
Qur’an dan as-sunah. Adapun fungsi harta diantaranya kesempurnaan ibadah
mahdhah, memelihara dan meningkatkan keimanan dan serta menyelaraskan
antara kehidupan dunia dan akhirat. Sedangkan pembagian harta di bagi
menjadi sepuluh bagian.

DAFTAR PUSTAKA

Taufik, Muhammad. (2016). Harta. Di akses pada 25 Oktober 2022, dari

https://www.academia.edu/attachments/58009960
Choirunnisak. (2017). Konsep pengelolaan kekayaan dalam Islam. Di akses
pada 24 Oktober 2022, dari

file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/74-Article%20Text-125-1-10-
20191016.pdf

https://www.iaei-pusat.org/memberpost/ekonomi-syariah/konsep-harta-dalam-
perspektif-hukum-islam-1?language=en

Anda mungkin juga menyukai