Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENTINGNYA HUKUM DALAM MASYARAKAT DAN NEGARA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Sistem Hukum Indonesia


Dosen Pengampu: Sinta Westika Putri, S.Ap., M.A.P.

Disusun Oleh:

Randu Kurnia Putra

23042198

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji syukur
penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pentingnya Hukum dalam Masyarakat dan Negara”
dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem hukum
Indonesia.

Di dalam penyusunan makalah ini, penulis sudah berusaha untuk memberikan dan
mencapai hasil yang semaksimal mungkin. Oleh sebab itu pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya khususnya kepada Ibu Sinta Westika Putri,
S.Ap., M.A.P. Selaku dosen pengampu mata kuliah sistem hukum Indonesia.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan
keterbatasan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca. Besar harapan penulis, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan kontribusi akademik, khususnya di bidang Hukum.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat memenuhi kriteria dan
persyaratan sebagaimana mestinya.

Padang, 14 Februari 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 3

BAB I ......................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4

C. Tujuan ............................................................................................................................ 4

D. Manfaat .......................................................................................................................... 5

BAB II ....................................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6

A. PENGERTIAN HUKUM ............................................................................................. 6

B. PENGERTIAN SISTEM HUKUM ............................................................................. 8

C. TUJUAN HUKUM...................................................................................................... 10

1. Teori Etis .................................................................................................................. 10

2. Teori Utilitas ............................................................................................................ 11

D. FUNGSI HUKUM....................................................................................................... 12

BAB III.................................................................................................................................... 16

PENUTUP............................................................................................................................... 16

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 16

B. Saran ............................................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum merupakan aturan yang mengatur kehidupan manusia dalam bermasyarakat
dan bernegara. Hukum dibuat untuk menciptakan ketertiban, memberikan rasa keadilan,
serta melindungi kepentingan masyarakat. Tanpa adanya aturan hukum, hidup
bermasyarakat dan bernegara akan kacau dan tidak teratur. Oleh karena itu, negara
memerlukan hukum sebagai alat kontrol sosial dan perekat yang menyatukan masyarakat
agar dapat hidup berdampingan secara damai.
Sayangnya, masih sering dijumpai adanya pelanggaran hukum dan penyimpangan
etika di masyarakat maupun aparatur negara. Hal ini tentu menjadi masalah serius yang
harus segera ditangani. Pelanggaran hukum bukan hanya merugikan diri sendiri tetapi juga
merugikan orang lain dan negara. Jika biarkan terus menerus tanpa solusi, maka akan
tercipta kekacauan di masyarakat dan runtuhnya wibawa pemerintah suatu negara.
Atas dasar pemikiran inilah maka perlu dilakukan kajian dan pemahaman yang
lebih mendalam tentang hakikat hukum dan arti penting penegakan hukum bagi kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Dengan memahami pentingnya hukum, diharapkan semua
warga negara sadar hukum dan taat terhadap berbagai aturan yang berlaku. Hal ini pada
akhirnya akan menciptakan tatanan masyarakat yang tertib dan pemerintahan negara yang
berwibawa berdasarkan prinsip supremasi hukum.

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa hukum sangat penting peranannya dalam masyarakat dan negara?
2. Apa saja fungsi utama hukum bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara?
3. Bagaimana akibat yang akan timbul jika tidak ditegakkannya hukum di suatu
masyarakat dan negara?

C. Tujuan
1. Menjelaskan pentingnya peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat
dan negara.
2. Menganalisis berbagai fungsi penting hukum bagi masyarakat dan negara.

4
3. Mendeskripsikan akibat yang ditimbulkan jika tidak ada penegakan hukum di suatu
negara.

D. Manfaat
1. Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang arti penting hukum bagi
kehidupan.
2. Mendorong pemerintah untuk terus melakukan reformasi hukum dan penegakan
hukum demi tegaknya supremasi hukum dan keadilan di negara ini.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjunjung tinggi dan
menaati peraturan dan hukum yang berlaku.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HUKUM
Secara etimologis, istilah "hukum" (Indonesia) disebut law (Inggris), recht (Belanda
dan Jerman), droit (Perancis), hukm (Arab). Istilah recht berasal dari bahasa Latin rectum
berarti tuntunan atau bimbingan, perintah atau pemerintahan. Rectum dalam bahasa Romawi
adalah rex yang berarti raja atau perintah raja. Istilah-istilah tersebut (recht, rectum, rex) dalam
bahasa Inggris menjadi right (hak atau adil) juga berarti "hukum”.

Istilah law (Inggris) berasal dari bahasa Latin lex atau dari kata lesere yang berarti
mengumpulkan atau mengundang orang-orang untuk diberi perintah. Lex juga dari istilah legi
berarti peraturan atau undang-undang. Peraturan yang dibuat dan disahkan oleh pejabat atau
penguasa yang berwenang disebut legal atau legi yang berarti "undang-undang". Dengan
demikian, istilah law (Inggris), lex atau legi (Latin), loi (Perancis), wet (Belanda), gesetz
(Jerman), selain berarti "hukum" juga berarti undang-undang.

Secara umum, kita dapat melihat bahwa hukum merupakan seluruh aturan tingkah laku
berupa norma/kaidah baik tertulis maupun tidak tertulis yang dapat mengatur dan menciptakan
tata tertib dalam masyarakat yang harus ditaati oleh setiap anggota masyarakatnya berdasarkan
keyakinan dan kekuasaan hukum itu. Berikut adalah pengertian hukum menurut pendapat para
ahli hukum:
1. Immanuel Kant, hukum adalah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas
dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang yang lain,
menurut peraturan hukum tentang kemerdekaan.
2. Utrecht, hukum adalah himpunan petunjuk-petunjuk hidup (perintah-perintah dan
larangan-larangan) yang mengatur suatu tata tertib dalam suatu masyarakat dan oleh karena
itu harus ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan.
3. Achmad Sanusi, hukum adalah himpunan kaidah berisi keharusan atau larangan tentang
tingkah laku manusia, kaidah mana memang dianut oleh masyarakat. Pelanggaran atau
kelalaian atas kaidah-kaidah tersebut dikenakan sanksi yang apabila perlu dapat dipaksakan
oleh penguasa.
4. Marhainis Abdul Hay, hukum ialah segala ketentuan yang mengatur tingkah laku orang di
dalam pergaulan masyarakat.

6
5. J. van Kan, hukum adalah keseluruhan ketentuan-ketentuan penghidupan bersifat memaksa
yang diadakan untuk melindungi kepentingan orang dalam masyarakat.
6. Satjipto Rahardjo menjelaskan, hukum adalah karya manusia berupa norma-norma
berisikan petunjuk-petunjuk tingkah laku. Hukum merupakan pencerminan dari kehendak
manusia tentang bagaimana seharusnya masyarakat dibina dan ke mana harus diarahkan.
Oleh karena itu, pertama-tama hukum mengandung rekaman dari ide-ide yang dipilih oleh
masyarakat tempat hukum diciptakan. Ide-ide tersebut berupa ide mengenai keadilan.
7. Sudikno Mertokusumo menjelaskan, hukum adalah kaidah hukum yang merupakan
ketentuan atau pedoman tentang apa yang seyogianya atau seharusnya dilakukan. Pada
hakikatnya, kaidah hukum merupakan perumusan pendapat atau pandangan tentang
bagaimana seharusnya atau seyogianya seseorang bertingkah laku. Sebagai pedoman
kaidah hukum bersifat umum dan pasif.
8. Abdul Manan menjelaskan, hukum adalah suatu rangkaian peraturan yang menguasai
tingkah laku atau perbuatan tertentu dari manusia dalam hidup bermasyarakat. Hukum itu
sendiri mempunyai ciri yang tetap, yakni hukum merupakan suatu organ peraturan-
peraturan abstrak, hukum untuk mengatur kepentingan-kepentingan manusia, siapa saja
yang melanggar hukum akan dikenakan sanksi sesuai dengan apa yang telah ditentukan.
9. Achmad Ali menjelaskan bahwa hukum adalah seperangkat kaidah atau aturan, baik tertulis
maupun tidak tertulis, yang tersusun dalam satu sistem yang menentukan apa yang boleh
dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh manusia sebagai warga masyarakat dalam
kehidupan bermasyarakat, yang bersumber baik dari masyarakat sendiri maupun dari
sumber lain, yang diakui keberlakuannya oleh otoritas tertinggi (negara) dalam masyarakat
itu, serta benar-benar diberlakukan secara nyata oleh warga masyarakat (sebagai suatu
keseluruhan; meskipun mungkin dilanggar oleh warga tertentu secara individual) dalam
kehidupannya, dan jika dilanggar akan memberikan kewenangan bagi otoritas tertentu
untuk menjatuhkan sanksi yang bersifat eksternal bagi pelanggarnya.
10. Mochtar Kusumaatmadja, sebagaimana dikutip oleh M.L. Tobing, mendefinisikan hukum
sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur hubungan manusia dalam
masyarakat. Pada panel diskusi V Majelis Hukum Indonesia, beliau mengatakan bahwa
hukum adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan manusia
dalam masyarakat dan juga meliputi lembaga-lembaga, institutions, dan proses-proses yang
mewujudkan berlakunya kaidah itu dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan.

7
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa hukum itu meliputi unsur-unsur
sebagai berikut:
1. Peraturan tingkah laku manusia.
2. Peraturan diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.
3. Peraturan itu bersifat imperatif (memaksa).
4. Sanksi bagi pelanggar terhadap peraturan itu adalah tegas (pasti dan dapat dirasakan nyata
bagi yang bersangkutan).

Soediman Kartohadiprodjo mengemukakan unsur-unsur pokok hukum, yaitu sebagai


berikut:
1. Hukum adalah sesuatu yang berkenan dengan manusia, yakni manusia dalam pergaulan
hidup.
2. Hukum berfungsi untuk memperoleh tata tertib dalam pergaulan hidup manusia.
3. Faktor yang sangat penting dalam hukum adalah keadilan.

Menurutnya, hukum adalah sesuatu yang berkenaan dengan kehidupan manusia, yaitu
manusia dalam hubungan antarmanusia untuk mencapai tata tertib di dalamnya berdasarkan
keadilan. Pendapat ini dapat dihubungkan dengan pandangan Aristoteles yang menyebutkan
bahwa manusia sebagai zoon politicon, yaitu manusia adalah makhluk sosial dan berpolitik
(man is a social and political being). Oleh karena itu, manusia mencari sesamanya untuk hidup
bersama.

B. PENGERTIAN SISTEM HUKUM


Sistem menurut Sri Soemantri sistem adalah sekelompok bagian-bagian (alat dan
sebagainya) yang bekerja bersama-sama untuk melakukan sesuatu maksud, seperti sistem urat
syaraf dalam tubuh, sistem pemerintah dan lain-lain.

Pengertian sistem, dalam kamus Bahasa Inggris yang berjudul the American Heritage
Dictionary of English Language disebutkan bahwa "a group of interacting, interrelated or
interdependent elements forming or regarded as forming a collective entity". Pengertian
tersebut adalah salah satu yang disebutkan dalam kamus tersebut. Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan dua ciri, yaitu pertama, hubungan dan saling ketergantungan di antara
bagian-bagian atau elemen-elemen dalam sistem, dan kedua merupakan suatu entity.

Sistem hukum atau dengan kata lain tata hukum adalah susunan hukum yang berasal
mula dan istilah rechts orde (Bahasa Belanda). Susunan hukum terdiri atas aturan-aturan

8
hukum yang bertata sedemikian rupa sehingga orang mudah menemukannya bila suatu ketika
ia membutuhkannya untuk menyelesaikan peristiwa hukum yang terjadi dalam masyarakat.
Aturan-aturan yang ditata sedemikian rupa yang menjadi "tata hukum" tersebut antara satu dan
lainnya saling berhubungan dan saling menentukan.

Suatu tata hukum berlaku dalam suatu masyarakat disahkan oleh pemerintah
masyarakat itu. Jika masyarakat itu adalah masyarakat negara itu. Tata hukum yang sah dan
berlaku pada waktu tertentu dan di negara tertentu dinamakan hukum positif (ius constitutum).

Rusadi Kantaprawira, mengartikan sistem sebagai suatu kesatuan yang terbentuk dari
beberapa unsur (elemen). Unsur, komponen, atau bagian yang banyak ini satu sama lain berada
dalam keterikatan yang kait-mengkait dan fungsional. Masing-masing kohesif satu sama lain,
sehingga ketotalitasan unit terjaga utuh eksistensinya.

Dengan demikian sistem adalah seperangkat komponen atau unsur yang menyusun
sesuatu sehingga menjadi berfungsi atau tercapai tujuan dari sesuatu tersebut. Bila mana
sesuatu itu adalah hukum maka sistem di sini meliputi seperangkatan komponen atau unsur
yang meliputi hukum tersebut. L.M Friedmann misalnya menyebut unsur-unsur yang
melingkupi hukum itu ada 3 yaitu substansi, struktur dan budaya dari hukum tersebut.

Pengertian dari sistem dapat diketahui dari kamus besar Bahasa Indonesia badudu-zain
yang dimana di dalamnya terdapat pengertian dari sistem salah satunya yaitu, susunan
kesatuan-kesatuan yang masing-masing tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi berfungsi
membentuk kesatuan secara keseluruhan. Pernyataan lain yang melengkapi pengertian dari
sistem yaitu pernyataan Sri Soemantri dan Van de Poel yang dimana suatu sistem berorientasi
pada maksud atau tujuan tertentu.

sistem hukum merupakan suatu kesatuan sistem yang tersusun atas integralitas berbagai
komponen sistem hukum, yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri dan terikat dalam
satu kesatuan hubungan yang saling terkait, bergantung, memengaruhi, bergerak dalam
kesatuan proses, yaitu proses sistem hukum, untuk mewujudkan tujuan hukum. Sistem hukum
merupakan satu kesatuan sistem besar yang tersusun atas sub-subsistem yang lebih kecil, yaitu
subsistem pendidikan, pembentukan hukum, penerapan hukum, dan lain-lain, yang hakikatnya
merupakan sistem tersendiri dengan proses tersendiri pula. Ada pun komponen sistem hukum
tersebut, yaitu:
1. Masyarakat hukum; himpunan kesatuan-kesatuan hukum, baik individu maupun kelompok,
sekaligus tempat hukum itu diterapkan.

9
2. Budaya hukum; pemikiran-pemikiran manusia dalam usahanya mengatur kehidupannya.
3. Filsafat hukum; formulasi nilai tentang cara mengatur kehidupan manusia.
4. Ilmu hukum; media komunikasi antara teori dan praktik hukum sekaligus media
pengembangan teori, desain, konsep hukum.
5. Konsep hukum; formulasi kebijaksanaan hukum yang ditetapkan oleh suatu masyarakat
hukum.
6. Pembentukan hukum; bagian proses hukum yang meliputi lembaga aparatur dan saran
pembentukan hukum.
7. Bentuk hukum; hasil proses pembentukan hukum.
8. Penerapan hukum; proses kelanjutan dari proses pembentukan hukum, meliputi lembaga-
aparatur-saran-prosedur penerapan hukum.
9. Evaluasi hukum; proses pengujian kesesuaian antara hasil pener- apan hukum dan undang-
undang atau tujuan hukum yang telah dirumuskan sebelumnya.

C. TUJUAN HUKUM
Dari sekian banyak pendapat yang ada mengenai tujuan hukum, apabila hendak
diinventarisasi hanyalah terdapat dua teori, yaitu teori etis dan teori utilitas. Kedua teori ini
merupakan landasan dari teori atau pendapat lainnya, dan terori lainnya itu merupakan varian
atau kombinasi dari teori etis dan/atau teori utilitas.

1. Teori Etis
Filsuf Aristoteles memperkenalkan teori etis dalam bukunya yang berjudul Rhetorica
dan Ethica Nicomachea. Teori ini berpendapat bahwa tujuan hukum itu semata-mata untuk
mewujudkan keadilan. Keadilan di sini adalah ius suum cuique tribuere (slogan lengkapnya
iustitia est constans et perpetua voluntas ius suum cuique tribuere) yang dapat diartikan
"memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi bagian atau haknya". Selanjutnya
Aristoteles membagi keadilan menjadi dua, yaitu keadilan komutatif (keadilan yang
memberikan kepada tiap orang menurut jasanya) dan keadilan distributif (keadilan yang
memberikan jatah kepada setiap orang sama banyaknya tanpa harus mengingat jasa-jasa
perseorangan).

Disebut dengan toeri etis karena isi hukum semata-mata harus ditentukan oleh
kesadaran etis kita mengenai mana yang adil dan mana yang tidak adil. Teori ini oleh L. J. Van
Apeldoorn dianggap berat sebelah karena terlalu mengagungkan keadilan yang pada akhirnya

10
tidak akan mampu membuat peraturan umum. Adapun peraturan umum itu merupakan sarana
untuk kepastian dan tertib hukum.

2. Teori Utilitas
Jeremy Bentham, seorang pakar hukum asal Inggris, mengemukakan bahwa hukum
bertujuan untuk mewujudkan apa yang berfaedah atau yang sesuai dengan daya guna (efektif).
Adagium yang terkenal adalah "the greatest happiness for the greatest number" (kebahagiaan
terbesar untuk jumlah yang terbanyak). Teori ini sangat mengagungagungkan kepastian hukum
dan memerlukan adanya peraturan yang berlaku umum, maka muncul lah semboyan yuridis
terkenal yang dikumandangkan oleh Ul-pianus dalam Digesta, "lex dura sed tament scripta"
atau "lex dura sed ita scripta" yang kalau diterjemahkan artinya "undang-undang itu keras,
akan tetapi memang sudah ditentukan demikian bunyinya."

Kedua teori di atas mengandung kelemahan yang sama, yaitu tidak seimbang atau berat
sebelah. Akibat mengagungkan keadilan, maka teori etis mengabaikan kepastian hukum. Jika
kepastian hukum terabaikan, maka ketertiban akan terganggu. Padahal justru dengan
ketertiban. Keadilan bisa terwujud dengan baik. Sebaliknya, karena terlalu mengagungkan
kegunaan, teori utilitas mengabaikan keadilan. Justru hukum dapat berfaedah, apabila
sebanyak mungkin menegakkan keadilan.

Berdasar dari kelemahan-kelemahan kedua teori tersebut, muncul banyak teori turunan
atau gabungan dari kedua teori tersebut, yang tidak terlalu menonjolkan keadilan atau
menonjolkan kemanfaatan. Sampai hari ini pun, perkembangan teori tujuan hukum masih tetap
berlangsung. Beberapa contoh dari perkembangan teori tujuan hukum yang dapat dipakai untuk
mendalami makna sebenarnya dari tujuan hukum antara lain:
a. Betapa pun, tujuan hukum adalah untuk menciptakan damai sejahtera dalam hidup
bermasyarakat. Oleh karena itulah perlu dirujuk pandangan Ulpianus yang menyatakan:
iuris praecepta sunt haec: honeste vivere, alterum non-ladere, suum cuique tribuere yang
kalau diterjemahkan secara bebas artinya "perintah hukum adalah: hidup jujur, tidak
merugikan sesama manusia, dan setiap orang mendapatkan bagiannya.
b. Dalam perbincangan mengenai tujuan hukum ini, perlu juga dikemukakan pendapat
Bellefroid yang menyatakan "het recht beoogt de geestelijke, zedelijke en stoffelijke
behoeften der gemenschaap op pas- sende wijze te bevredigen of ook: de persoonlijkheid
der mensen in het gemeenschapsleven te volmaken, d.w.z. de gemeenschap zo te ordenen,
dat de persoon zijn geestelijke, zedelijke, en lichamelijke vermogens daa- rin ontplooien en

11
tot hun hoogste ontwikkeling brengen" (Terjemahan Bebas: hukum berusaha untuk
memenuhi kebutuhan jasmani, kejiwaan, dan rohani masyarakatnya, atau juga
meningkatkan kepribadian individu-individu dalam hidup bermasyarakat. Dengan
demikian, apabila dikatakan bahwa masyarakat dalam keadaan tertib berarti setiap orang
di dalam masyarakat tersebut dapat mengembangkan keadaannya baik secara jasmani,
pikiran, maupun rohaninya).
c. Inilah maksud dan tujuan hukum yang sebenar-benarnya. Hukum menghendaki kerukunan
dan perdamaian dalam pergaulan hidup bersama. Hukum itu mengisi kehidupan yang jujur
dan damai dalam seluruh lapisan masyarakat.
d. Perundang-undangan tertua yang diketahui dari studi hukum ialah perundangan
Hammourabi, Raja Babylonia (+ 2000 tahun SM). Maksud tujuan hukum dalam
perundang-undangan itu, berintikan ketentuan yang menyatakan "janganlah hendaknya
yang kuat merugikan yang lemah."
e. Tujuan hukum versi teori pengayoman (pengayoman sebagai lambang keadilan yang
disimbolkan dengan pohon beringin. Ditemukan oleh Menteri Kehakiman Sahardjo untuk
menggantikan simbol keadilan negara barat yang dirupakan oleh Dewi Themis (putri Ou-
ranos dan Gala). Menurut teori pengayoman tujuan hukum adalah untuk mengayomi
manusia baik secara aktif maupun pasif. Secara aktif dimaksudkan sebagai upaya untuk
menciptakan suatu kondisi kemasyarakatan yang manusiawi dalam proses yang ber-
langsung secara wajar. Adapun yang dimaksud secara pasif, yaitu mengupayakan
pencegahan atas tindakan yang sewenang-wenang dan penyalahgunaan hak. Usaha
mewujudkan pengayoman tersebut termasuk di dalamnya yakni: (1) mewujudkan
ketertiban dan keteraturan; (2) mewujudkan kedamaian sejati; (3) mewujudkan keadilan;
dan (4) mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial.

D. FUNGSI HUKUM
Sama halnya dengan pembahasan akan tujuan hukum, pembahasan mengenai fungsi
hukum juga beraneka ragam. Pada umumnya yang dimaksud dengan fungsi adalah tugas,
hukum berperan sedemikian rupa sehingga segala sesuatunya berjalan dengan tertib dan teratur,
sebab hukum menentukan dengan tegas hak dan kewajiban mereka masing-masing. J.P. Glastra
van Loon menyebutkan, fungsi hukum yaitu:
1. Menertibkan masyarakat dan pengaturan pergaulan hidup.
2. Menyelesaikan pertikaian.

12
3. Memelihara dan mempertahankan tata tertib dan aturan-aturan, ji- ka perlu dengan
kekerasan.
4. Mengubah tata tertib dan aturan-aturan dalam rangka penyesuaian dengan kebutuhan
masyarakat.
5. Memenuhi tuntutan keadilan dan kepastian hukum dengan cara merealisasi fungsi di atas.

Sjachran Basah berpendapat bahwa fungsi hukum dalam kehidupan masyarakat


terutama di Indonesia mempunyai panca fungsi, yaitu:

1. Direktif, sebagai pengarah dalam membangun untuk membentuk masyarakat yang hendak
dicapai sesuai dengan tujuan kehidupan bernegara.
2. Integratif, sebagai pembina kesatuan bangsa.
3. Stabilitatif, sebagai pemelihara (termasuk di dalamnya hasil-hasil pembangunan) dan
penjaga keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dalam kehidupan bernegara dan
bermasyarakat.
4. Perfektif, sebegai penyempurna terhadap tindakan-tindakan administrasi negara, maupun
sikap tindak warga dalam kehidupan bernegara dan bernasyarakat.
5. Korektif, baik terhadap warga negara maupun administrasi negara dalam mendapatkan
keadilan.

Dalam literatur lain disebutkan, fungsi hukum yaitu sebagai:


1. Alat ketertiban dan keteraturan masyarakat.
2. Sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin.
3. Sarana penggerak pembangunan.
4. Kritis dari hukum.

Lebih lanjut tentang Fungsi hukum menurut Achmad Ali antara lain:
Pertama, fungsi hukum sebagai "a tool of social control." Maksud dari hukum sebagai
pengendali sosial, yaitu:
a. Fungsi hukum sebagai alat pengendalian sosial, tidaklah sendirian di dalam masyarakat,
melainkan menjalankan fungsi itu bersama-sama dengan pranata-pranata sosial lainnya
yang juga melakukan fungsi pengendalian sosial.
b. Fungsi hukum sebagai alat pengendalian sosial merupakan fungsi "pasif" di sini artinya
hukum yang menyesuaikan diri dengan kenyataan masyarakat.

13
Kedua, fungsi hukum sebagai "a tool of social engineering." Perubahan pada hukum
baru akan terjadi apabila dua unsurnya telah bertemu pada satu titik singgung. Kedua unsur
tersebut adalah (1) keadaan baru yang timbul dan (2) kesadaran akan perlunya perubahan pada
masyarakat yang bersangkutan itu sendiri, atau dalam kata-kata Sinzheimer sendiri: "Syarat-
syarat bagi terjadinya perubahan pada hukum itu baru ada, manakala dengan terjadinya
perubahan-perubahan (timbulnya hal-hal yang baru) itu timbul emosi-emosi pada pihak-pihak
yang terkena, yang dengan demikian akan mengadakan langkah-langkah menghadapi keadaan
itu serta menuju kepada bentuk-bentuk kehidupan yang baru.

Peranan yang dilakukan oleh hukum untuk menimbulkan perubahan-perubahan di


dalam masyarakat dapat dilakukan melalui dua saluran, yaitu langsung dan tak langsung. Di
dalam peranannya yang tak langsung maka hukum misalnya dapat menciptakan lembaga-
lembaga di dalam masyarakat yang pada gilirannya nanti akan menyebabkan timbulnya
perubahan-perubahan di dalam masyarakat. Hukum yang mengatur tentang pendirian lembaga-
lembaga pendidikan yang modern mulai dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi
menyebabkan bahwa banyak anggota masyarakat akan memperoleh pendidikan yang modern
yang berarti berkenalan dengan pemikiran-pemikiran yang modern di dunia dalam berbagai
macam bidang. Barang tentu penyebaran pikiran-pikiran seperti itu akan mendorong
diambilnya tindakan-tindakan yang mengubah susunan dan hubungan-hubungan di dalam
masyarakat, yang berarti terjadinya perubahan sosial.

Di samping dengan cara yang demikian itu, maka hukum juga dapat menjadi perantara
yang langsung bagi terjadinya perubahan sosial. Dengan pengundangan undang-undang
tentang ketentuan pokok agraria, maka hukum telah menimbulkan semacam revolusi di bidang
pertanahan di Indonesia. Status tanah yang semula pluralistik sekarang dirubah menjadi
unifrom batas-batas luas pemilikan tanah ditentukan. Kriteria pemilik tanah juga ditetapkan.
Kesemuanya ini menimbulkan perombakan di dalam bidang pemilikan tanah. Undang-undang
Perkawinan juga dapat dimasukkan ke dalam kategori ini oleh karena ia menimbulkan suatu
prosedur dan tertib baru dalam bidang perkawinan yang sebelumnya pengaturannya dilakukan
secara sektoral.

Jadi peranan hukum yang diharapkan sebagai alat untuk mengubah masyarakat sebagai
alat rekayasa sosial, tidak lain menempatkan hukum itu sebagai motor yang nantinya akan
menyebarkan dan menggerakkan ide-ide yang ingin diwujudkan oleh hukum tersebut. Jadi

14
bekerjanya hukum bukan hanya merupakan fungsi perundang-undangan belaka, melainkan
juga aktivitas birokrasi pelaksanaannya.

Ketiga, fungsi hukum sebagai simbol. Simbolis itu mencakup proses-proses dalam
mana seseorang menerjemahkan, menggambarkan atau mengartikan dalam suatu istilah yang
sederhana tentang perhubungan sosial serta fenomena-fenomena lainnya yang timbul dari
interaksinya dengan orang lain. Contohnya dalam hukum: Seseorang yang mengambil barang
orang lain dengan maksud memiliki, dengan jalan melawan hukum, oleh hukum pidana
disimbolkan sebagai tindakan pencurian yang seyogianya dihukum.

Keempat, fungsi hukum sebagai alat politik (political instrument). Dalam sistem
hukum kita di Indonesia, undang-undang adalah produk bersama Dewan Perwakilan Rakyat
dan pemerintah. Kenyataan ini tak mungkin disangkal betapa para politisilah yang
memprodukkan undang-undang (bukan tertulis).

Kelima, fungsi hukum sebagai mekanisme untuk integrasi. Hukum berfungsi sebagai
mekanisme untuk melakukan integrasi terhadap berbagai kepentingan warga masyarakat, dan
juga berlaku baik jika tidak ada konflik maupun setelah ada konflik. Namun demikian harus
diketahui bahwa dalam penyelesaian konflik-konflik kemasyarakatan, bukan hanya hukum
satu-satunya sarana pengintegrasi, melainkan masih terdapat sarana pengintegrasi lain seperti
kaidah agama, kaidah moral, dan sebagainya.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hukum memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatur kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Hukum berfungsi untuk menciptakan ketertiban, memberikan
kepastian dan perlindungan, serta menjaga agar setiap orang dapat menjalankan hak dan
kewajibannya. Tanpa hukum yang ditaati dan ditegakkan, masyarakat dan negara akan runtuh
ke dalam kekacauan.
Hukum merupakan pilar utama yang menopang sebuah tatanan masyarakat dan negara.
Tanpa hukum yang memadai dan ditegakkan secara konsisten, niscaya kekacauan dan
ketidakpastian yang merajalela. Bayangkan jika di jalanan tiada lagi rambu lalu lintas yang
mengatur, tentu kemacetan dan kecelakaan tak terelakkan. Begitu pula jika dalam hidup
berdampingan tiada aturan main dan norma yang disepakati bersama, yang kuat bisa seenaknya
melindas yang lemah tanpa kontrol. Maka dari itu, hukum memiliki arti penting yang
fundamental.
Maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa hukum ibarat nyawa bagi setiap bangsa
dan negara. Ia yang menopang, menata, dan menggerakkan seluruh sendi kehidupan bersama.
Karenanya wajar apabila negara-negara demokratis menempatkan hukum di tempat tertinggi
dengan menjunjung supremasi dan kepastian hukum. Sebab pada hakikatnya, hukum hadir
untuk mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat, bukan sebaliknya. Itulah mengapa hukum
penting.

B. Saran
Agar hukum benar-benar dapat mengemban peran vitalnya dalam menopang kehidupan
berbangsa dan bernegara, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan penyempurnaan.
Pertama, substansi hukum harus terus disempurnakan agar selaras dengan semangat
demokrasi, hak asasi manusia, serta kebutuhan masyarakat modern. Upayakan agar hukum
tidak ketinggalan zaman dan bisa menjawab beragam persoalan kontemporer.
Kedua, sistem penegakan hukum mesti diperkuat melalui peningkatan kapasitas dan
integritas aparat hukum, terutama polisi dan hakim. Mereka harus profesional, jujur, serta
bekerja tanpa tekanan dari pihak manapun. Ketiga, akses masyarakat terhadap sistem peradilan

16
perlu dipermudah agar hukum benar-benar dirasakan manfaat serta kehadirannya oleh segenap
lapisan masyarakat.
Terakhir, penting untuk terus mendorong partisipasi publik dalam proses pembuatan,
pengawasan dan penegakkan hukum. Dengan kontrol dan advokasi masyarakat sipil,
diharapkan supremasi hukum benar-benar dapat terwujud demi tegaknya keadilan substantif
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Itulah beberapa rekomendasi singkat untuk mengoptimalkan peran hukum dalam
kehidupan bersama di bumi pertiwi. Mari kita wujudkan bersama demi kemajuan bangsa dan
negara tercinta.

17
DAFTAR PUSTAKA

Imaniyati, Neni Sri & Panji Adam. 2018. Pengantar Hukum Indonesia: Sejarah dan Pokok-
Pokok Hukum Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Hajati, Sri. dkk. 2019. Buku Ajar Pengantar Hukum Indonesia. Surabaya: Airlangga University
Press.
Syamsuddin, Rahman. 2019. PENGANTAR HUKUM INDONESIA. Jakarta: Kencana.
Febrianty, Yenny. dkk. 20233. SISTEM HUKUM INDONESIA. Solok: Mafy Media Literasi
Indonesia.
Hasugian, C. R. (2022). Pentingnya Penerapan Kesadaran Hukum dalam Hidup
Bermasyarakat. De Cive: Jurnal Penelitian Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan, 2(9), 328-336.

18

Anda mungkin juga menyukai