Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

JENIS-JENIS PENDEKATAN SISTEM PENDIDIKAN

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Pendekatan Sistem Dalam Pendidikan

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Deden Makbulloh, M.Ag.

Kelas : C

Disusun Oleh:

DESNILAWATY (2086131012)
EVITA PRAMIDA (2086131015)
FERA WATI (2086131017)

PROGRAM PASCA SARJANA (PPs)


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI REDEN INTAN LAMPUNG
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karna
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami (penulis), sehingga dengan
izin dan kekuatan dari-Nya untuk penulis, penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya, sebagai bentuk
tugas makalah mata kuliah “Pendekatan Sistem Dalam Pendidikan” yang
membahas mengenai makalah keterkaitan Jenis – jenes pendekatan sistem
Penulis mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan dan juga semua
unsur yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan
makalah ini dari awal hingga akhir. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat baik bagi diri pribadi penulis sendiri maupun bagi pembaca pada
umumnya, baik sebagai bahan bacaan ataupun sebagai bahan referensi dalam
penyusunan suatu tulisan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan
saran serta kritik yang dapat membangun penulis. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat diharapkan untuk menyempurnakan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 19 September 2021

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan dalam Sistem Pendidikan...............................7
B. Jenis–Jenis Pendekatan Sistem Pendidikan…………………………….8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk memiliki sekolah atau lembaga yang baik tentunya perlu adanya
pengembangan perencanaan dan desain pembelajaran yang baik. Sehingga semua
komponen terkoordinasi dengan baik pula. Karena Pembelajaran itu berkaitan
dengan hal bagaimana guru mengajar serta bagaimana siswa belajar. Namun
demikian, baik pengembangan perencanaan maupun pengembangan desain
pembelajaran keduanya disusun berdasarkan pendekatan sistem.1 Berbicara
tentang sistem, maka tidak lepas dari yang namanya unsur/komponen dan jenis-
jenis pendekatan sistem, serta bagaimana pendekatan sistem itu dipalikasiakan
dalam pembelajaran.

Begitu pentingnya pendekatan dalam pendidikan, maka pendidik dituntut


profesionalitasnya dalam mengembangkan pendekatan dan metode tersebut.
Pendidik harus mengetahui keunggulan dan kelemahan dari masing-masing
pendekatan dan metode yang akan digunakan serta menentukan pilihan yang
paling tepat sehingga peserta didik lebih aktif dan kritis dalam proses
pembelajaran. Dan yang paling terpenting adalah dengan pendekatan itu, peserta
didik sampai kepada tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, Agar mengetahui
lebih lanjut mengenai Pendekatan dalam Sistem Pendidikan, akan dipaparkan
lebih detail dalam makalah ini.

Sistem sebagaimana didefinsikan adalah kumpulan atau sekelompok elemen


bebas yang bekerjasama untuk menyelesaikan tujuan tertentu. Definisi lain sistem
adalah susunan yang saling berhubungan dari elemen-elemen yang saling

1
Wina sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana
Perdana Media Group, 2008), hal. 9.

1
berinteraksi di desain untuk menyelesaikan fungsi yang telah di tentukan
sebelumnya. ( Dimitris Chorofas, 1965 ). Berdasarkan kaidah ini, pendekataan
sistem dalam perencanaan, ada elemen yang saling berhubungan, baik proses
maupun desain strukturnya, sehingga setiap fungsinya merupakan satu kesatuan
dan bekerjasama untuk menghasilkan suatu keluaran atau produk. Akibatnya
seseorang perencana harus memperhatikan variable dan kendala kritis, serta akibat
interaksi antar berbagai variable dalam sistem. Dalam kaitan ini, Kaufman
(1973:10) menegaskan bahwa pendekatan system merupakan cara
mengidentifikasi kebutuhan, menseleksi masalah, menyusun identifikasi
persyaratan solusi masalah, membat beberapa alternative solusi, mengevaluasi
hasil, merevisi persyaratan pada sebagaian atau seluruh system terkait dengan
keterbatasan memenuhi kebutuhan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendekatan dalam sistem pendidikan ?
2. Apa saja jenis-jenis pendekatan ?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa pengertian pendekatan dalam sistem pendidikan?
2. Mengetahui apa saja jenis-jenis pendekatan ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan dalam Sistem Pendidikan

Pendekatan bisa diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang pada proses
pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada bagaimana kita memandang
tentang terjadinya suatu proses, yang sifatnya masih sangat umum. Ada dua
pendekatan terhadap pembelajaran yaitu pendekatan yang berpusat kepada guru
(teacher centered approaches) dan pendekatan yang berpusat kepada siswa
(student centered approaches).2 Pengertian pendekatan yang berpusat pada guru
adalah pendekatan yang menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct
instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Pada strategi
ini peran guru sangat menentukan baik dalam pilihan isi atau materi pelajaran
maupun penentuan proses pembelajaran. Pengertian pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada siswa adalah pendekatan yang menurunkan strategi
pembelajaran inkuiri dan diskoveri serta pembelajaran induktif (maksudnya
adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa). Adapun didalam strategi ini
peran guru lebih menempatkan diri pada posisi sebagai fasilitator dan atau
pembimbing sehingga kegiatan belajar siswa menjadi lebih terarah.

Sistem adalah kumpulan dari komponen-komponen yang memiliki unsur


keterkaitan antara satu dengan lainnya. Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani
“systema” yang mempunyai pengertian : 1. Suatu keseluruhan komponen yang
tesusun dari sekian banyak bagian. 2. Hubungan yang berlangsung di antara
satuan satuan atau komponen komponen secara teratur. Dari kedua pengertian
tersebut kita dapat menarik suatu pengertian lagi bahwa sistem adalah suatu
keseluruhan / keutuhan yang terdiri atas sejumlah bagian, atau komponen yang
saling berhubungan secara teratur yang biasa juga disebut sebaga sub sistem.3

2
Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 380.
3
M. Chabib Thoha dan Abdul mu‟ti, PBM-PAI DI SEKOLA Heksistensi dan proses beajar-
mengajar pendidikan agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka belajar offset,1998), hal. 3-4.

3
Istilah sistem juga sering didefinisikan untuk suatu bangunan atau organisasi atau
lembaga yang terdiri dari sub komponen/elemen, yang berinteraksi,
berinterdependensi, dimana salah satu elemen/komponen apabila salah satu rusak
atau hilang maka akan mengganggu komponen yang lainnya serta
merusak/mempengaruhi kualitas kinerja dari organisasi tersebut.4 Sistem bukanlah
“cara” atau “metode” seperti yang banyak dikatakan orang. Cara hanyalah
sebagian kecil dari suatu sistem. Jadi kita bisa menyimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan sistem adalah sebagai suatu kesatuan komponen yang satu sama
lain saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut para ahli, sistem diartikan secara beragam. Menurut Ludwig Von
Bartalanfy, sistem adalah seperangkat unsur atau elemen yang saling terikat dalam
suatu antar relasi di antara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan. Anatol
Raporot mengartikan sistem itu sebagai suatu kumpulan dari kesatuan dan
perangkat hubungan antara satu sama lain. Sementara L. Ackof mengartikan
sistem sebagai satu kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-
bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lain.5

Menurut Redja Mudyaharja, pendekatan sistem adalah cara-cara berpikir dan


bekerja yang menggunakan konsep-konsep teori sistem yang relevan dalam
memecahkan masalah6.

Pada awalnya pendekatan sistem digunakan dalam bidang teknik, tetapi pada
akhir tahun 1950 dan awal 1960-an, pendekatan sistem mulai diaplikasikan dalam
bidang pendidikan seperti merumuskan masalah, analisis kebutuhan, analisis
masalah, desain metode, dan materi instruksional pelaksanaan secara
eksperimental, menilai dan merevisi dan sebagainya7. Dengan demikian
pendekatan sistem merupakan proses pemecahan masalah yang logis untuk
mencapai hasil penidikan secara efektif dan efisien.

4
Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, (Semarang: Rasail Media Group, 2008), hal. 17.
5
Sistem, diakses tgl. 23 Sept. 2017, http://www.idafazz. com.
6
Redja Mudyaharjo, op. cit., h. 40.
7
Ibid., h. 41

4
Adapun Tatang M. Amirin8, menjelaskan pengertian sistem sebagai berikut:
a. Sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks atau terorganisir;
suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk
suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau utuh.
b. Sistem merupakan himpunan komponen yang saling berkaitan dan sama-
sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
c. Sistem merupakan sehimpunan komponen atau subsistem yang
terorganisasikan serta berkaitan sesuai rencana untuk mencapai tujuan
tertentu.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem


merupakan sekumpulan unsur atau elemen yang saling terkait, memiliki
ketergantungan, dan saling mempengaruhi dalam mencapai suatu tujuan. Jika
simpulan arti sistem ini dikaitkan dengan pendidikan, maka bisa dirumuskan
bahwa sistem pendidikan adalah semua komponen yang berkaitansecara terpadu
dalam memberikan jaminan untukpenyelenggaraan pendidikan agar tujuan yang
telah dirumuskan dapat tercapai dengan maksimal.

Pendekatan sistem (System Approach), adalah suatu proses yang dengan


kebutuhan diidentifikasi, problem dipilih, syarat-syarat pemecahan problem
diidentifikasi, pemecahan dipilih dari beberapa alternatif, metode dan alat dicari
dan diterapkan, hasil evaluasi, dan revisi yang diperlukan terhadap seluruh bagian
dari sistem tersebut yang sudah dilaksanakan, sedemikian rupa sehingga
kebutuhan dapat tercapai.9

Apabila kita mengaplikasikan pendekatan sistem dalam mempelajari pendidikan,


maka dapat didefinisikan bahwa pendidikan adalah suatu keseluruhan yang
terpadu dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi dan melaksanakan
fungsi-fungsi tertentu dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
8
Tatang M. Amirin, Pokok-pokok Teori Sistem (Jakarta: Rajawali, 1992),10-11.
9
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 46.

5
Ditinjau dari asal-usul kejadiannya, pendidikan tergolong ke dalam jenis sistem
buatan manusia (a man made system); ditinjau dari wujudnya, tergolong ke dalam
jenis sistem sosial; sedangkan ditinjau dari segi hubungan dengan lingkungannya,
tergolong ke dalam jenis sistem terbuka.

Pendidikan (sistem pendidikan) berada dalam suatu supra sistem, yaitu


masyarakat. Selain sistem pendidikan, di dalam masyarakat terdapat pula berbagai
sistem lainnya seperti: sistem ekonomi, sistem politik, sistem petahanan dan
keamanan, dll. Karena sistem pendidikan merupakan sistem terbuka, maka sistem
pendidikan mengambil masukan (input) dari masyarakat dan memberikan
hasilnya/luaran (out put) kepada masyarakat. Sistem pendidikan memiliki
ketergantungan kepada sistem-sistem lainnya, dan terdapat saling hubungan atau
saling pengaruh antar sistem pendidikan dengan sistem-sistem lainnya yang ada
di dalam masyarakat.

Menurut Philip.H.Coombs10, ada 12 komponen pokok dalam sistem pendidikan,


yaitu:

a. Tujuan dan prioritas, fungsinya untuk mengarahkan kegiatan di dalam sistem.


b. Anak didik atau siswa, fungsinya adalah belajar hingga mencapai tujuan
pendidikan.
c. Pengelolaan fungsinya adalah merencanakan, mengkoordinasikan,
mengarahkan dan menilai sistem.
d. Struktur dan jadwal yang berfungsi untuk mengatur waktu dan
mengelompokkan anak didik berdasarkan tujuan tertentu.
e. Isi (kurikulum), fungsinya sebagai bahan yang harus dipelajari oleh anak
didik.
f. Pendidik atau guru, fungsinya menyediakan bahan, menciptakan kodisi
belajar dan menyelenggarakan pendidikan.

10
Philip. H. Coombs dalam Depdikbud, Pengembangan Kurikulum dan SistemInstruksional
(Jakarta: Dirjen Dikti, 1984/1985), 68.

6
g. Alat bantu belajar fungsinya untuk memungkinkan proses belajar mengajar
agar menarik, lengkap, dan bervariasi,
h. Fasilitas, berfungsi sebagai tempat terselenggaranya pendidikan.
i. Teknologi, berfungsi untuk mempermudah atau memperlancar pendidikan.
j. Pengawasan mutu, berfungsi membina peraturan peraturan dan standar
pendidikan (peraturan penerimaan anak didik, pemberian nilai ujian, kriteria
baku).
k. Penelitian, berfungsi mengembangkan pengetahuan, penampilan sistem dan
hasil kerja sistem.
l. Biaya, berfungsi sebagai petunjuk efisiensi sistem.

Komponen-komponen pokok di atas memiliki peranan yang cukup menentukan


dalam sistem pendidikan. Oleh karena itu, setiap komponen tersebut harus
mendapat perhatian yang serius dan harus difungsikan dengan maksimal agar
sistem pendidikan dapat berjalan dengan baik. Manakala sistemnya sudah masing-
masing berfungsi, maka tujuan akan bisa dicapai dengan maksimal sesuai
harapan.

Menurut Reja Mudyaharja, sistem tersebut ada yang tertutup dan ada yang
terbuka.
1. Sistem tertutup

Sistem yang struktur organisasi bagian-bagiannya tidak mudah menyesuaikan diri


dengan lingkungannya, sekurang-kurangnya dalam jangka waktu pendek.Struktur
bagian-bagian tersusun secara tetap dan bentuk operasinya berjalan otomatis.

2. Sistem terbuka

Sistem yang terstruktur bagian depannya terus menyesuaikan diri dengan masukan
dari lingkungan yang terus menerus berubah-ubah, dalam usaha dapat mencapai
kapasitas optimalnya.Struktur bagian-bagian bersifat lentur dan bentuk operasinya

7
dinamis, karena bagian-bagian dalam sistem dapat berubah karakteristik dan
posisinya11.

Pendidikan islam dalam satu sisi biasa dikategorikan sebagai system tertutup
karena ada prinsip-prinsip dasar dalam system tersebut yang sudah baku (tidak
berubah dan tidak boleh diubah) yaitu Al-Qur‟an dan Hadis, tapi dalam sisi lain
system pendidikan islam dikategorikan sebagai sistem terbuka dalam
perkembangannya selalu berkaitan erat dengan berbagai sistem dalam kehidupan
masyarakat, seperti sistem ekonomi, politik, system sosial budaya dari masyarakat
yang mempengaruhi sistem pendidikan islam.

B. Jenis-Jenis Pendekatan Sistem Pendidikan

Jenis Pendekatan Pendidikan, pendidikan tidak akan efektif jika tidak melakukan
pendekatan ketika menyampaikan suatu materi dalam proses belajar mengajar.
Dalam proses pendidikan Islam, pendidikan yang tepat guna adalah pendidikan
yang mengandung nilai-nilai yang sejalan dengan materi pelajaran dan secara
fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung
dalam tujuan pendidikan Islam.

Sejalan dengan pendekatan sistem, orientasi pendidikan islam itu memiliki


karakteristik (ciri pokok) yang bersifat goal oriented secara operasional,
pendidikan islam yang dilandaskan berdasarkan pendekatan system itu dapat di
kembangkan ke dalam model sebagai berikut:
1. Secara sistematik, manusia didik dipandang sebagai makhluk yang
integeralistik, total berkebulatan yang terbentuk dari unsur rohaniah dan
jasmaniah yang tak dapat dipisahkan satu sama lain.
2. Secara pedagogis, pendidikan islam diletakkan pada strategi pengembangan
seluruh kemampuan dasar (fitrah) secara integralistik, menuju ke arah
pembentukan pribadi muslim paripurna dalam dimensi rohaniah dan

11
Ibid., h. 46

8
jasmaniahnya untuk menghayati dan mengamalkan ajaran islam yang
berorientasi kepada kesejahteraan hidup duniawi-ukhrawi secara simultan.
3. Institusionalisasi (pelembagaan) pendidikan islam diwujudkan dalam struktur
yang hierarkis berjenjang sejalan dengan tingkat perkembangan jiwa manusia
didik, menuju kearah optimalisasi kemampuan belajarnya semakin mendalam
dan meluas.
4. Secara kurikuler, pendidikan islam mengarahkan seluruh input instrumental
(guru, metode, kurikulum, dan fasilitas) dan input environmental (tradisi
kebudayaan, lingkungan masyarakat, dan lingkungan alam) menjadi suatu
bentuk program kegiatan kependidikan islam yang diharapakan. Proses
pelaksanaan kurikuler itu harus berdasarkan efisiensi dan efektivitas
pengelolaan secar bertahap, sesuai dengan tingkat kemampuan manusia didik.

Sedangkan dalam pendekatan sistem dalam menejemen pendidikan dilakukan


dengan berbagai model antara lain :

1. Model sistem instruksional

Teknologi instruksional adalah mesin-mesin yang diterapkan pada proses belajar


mengajar. Ini adalah cara berpikir yang didasarkan atas pendekatan baru tentang
sistem belajar atau pengaturan organisasi tentang proses belajar, yang lebih
mementingkan pelajar perangkat keras (hardware). Teknologi instruksional
mempergunakan alat-alat untuk mengorganisasikan pikiran dalam berbagai bentuk
teknologi instruksional12.

Prinsip-prinsip teknologi yang diterapkan dalam proses belajar mengajar, yaitu


sebagai berikut:
b. Teknologi dapat digunakan untuk mengkaji kembali, teknologi juga dapat
mendorong kegairahan guna mengembangkan sasaran-sasaran prilaku belajar
mengajar.

12
American Assosiation of School Administration (AASA), Instructional technology and The
School Administration, hlm. 31-32

9
c. Teknologi dapat mengotomatisasikan proses belajar melalui pengembangan
yang lebih teratur terhadap unsur-unsur kegiatan tersebut.
d. Teknologi dapat membantu mengidifidualisasikan beberapa tipe belajar
secara individual sesuai dengan bakat dan kemampuan murid dapat lebih
berdaya guna (efektif) dan efisien manakala dilakukan dengan program
pengajaran yang efektif.
e. Teknologi juga dapat mengerjakan hal-hal tertentu yang tak dapat dilakukan
dengan cara lain, contoh: „belajar dengan cara simulasi dan bermain akan
lebih berdampak situasional terhadap murid.
f. Teknologi juga dapat memperkuat kegiatan suatu penelitian dengan
kemungkinan para peneliti untuk melakukan rangkaian perhitungan yang tak
dapat dikerjakan dengan cara yang lainnya, teknologi juga dapat
mensentralisasikan dan membakukan sejauh mana keberadaan teknologi
berpengaruh terhadap proses belajar.
g. Teknologi membantu menejemen pengajaran secara rinci. Termasuk testing
dan sistem pengukuran kemajuan murid.
h. Teknologi juga dapat member dampak positif terhadap penyuluhan
kependidikan karena konseling memerlukan informai yang memadai tentang
murid.

Adapun ciri-ciri pola pikir instruksional tampak dalam kegiatan berpikir sebagai
berikut :
1. Mendefinisikan melalui proses:
a. Mengidentifikasikan permasalahan (problema) mengenai kebutuhan anak
didik dan mengidentifikasikan yang mendesak dan kurang mendesak.
b. Menganalisis setting (keadaan lingkungan) yang menyangkut situasi dan
kondisi murid serta sumber belajar yang relevan.
c. Mengatur (mengorganisasikan manajemen yang menyangkut tugas dan
tanggung jawab serta waktu yang diperlukan untuk melaksanakan dan
sebagainya.

10
2. Mengembangkan melalui proses:
a. Mengidentifikasi sasaran-sasaran yang hendak digarap, misalnya sasaran-
sasaran terminal (seperti pendidikan kejuruan) ataukah sasaran yang
berupa kemampuan akademik (seperti pendidikan umum di sekolah-
sekolah umum tingkat atas dan perguruan tinggi)
b. Mengidentifikasi factor metode yang hendak diterapkan dalam proses
belajar serta apa medianya.
c. Membantu prototipe (model) proses belajar mengajar, materinya, dan
teknik evaluasi apa yang dapat dipergunakan.

3. Melakukan evaluasi dengan cara:


a. Mengkaji ujian(try-out) yang dilakukan dan mengumpulkan data-data.
b. Melakukan penilaian tentang hasil-hasil yang menyangkut tujuan, metode
yang dipergunakan, dan teknik-teknik evaluasinya.
c. Mengadakan review (perulangan), membuat keputusan untuk tindak lanjut.

2. Model Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Sistem Manajemen Program

Jika kita melihat proses kependidikan dari segi manajemen maka harus
direncanakan sesuai dengan sasaran atau tujuan-tujuan yang hendak dicapai secara
tepat. Perencanaan tersebut harus memperhitungkan sejauh mana efektivitas dan
efesiensinya dalam pelaksanaan.

Dalam perkembangan berpikir manajemen modern, beberapa manajemen


pendidikan, antara lain Roger A. Kaufmann, mengembangkan berbagai teori yang
melatar belakangi oleh ilmu matematika sehingga sistematisasinya tampak
matematis pula. Ia membuat model-model proses manajemen perencanaan
program pendidikan yang harus berlangsung secara mutlak melalui 6 tahapan
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi dahulu kebutuhan prioritas (paling utama) pendidikan
beserta permasalahan-permasalahannya.

11
b. Menetapkan persyaratan-persyaratan bagi pemecahan masalah serta
mengidentifikasikan berbagai alternative (pilihan) pemecahannya dalam
rangka memenuhi tuntutan akan kebutuhan yang bersifat khusus.
c. Memilih strategi dan alat-alatpendidikan guna memecahkan kesulitan-
kesulitan dangan memilih alternatif yang paling baik.
d. Melaksanakan strategi pemecahan masalah termasuk pengelolaan
danpengendalian atau pengawasan terhadap pelaksanaan strategi yang dipilih.
e. Melakukan evaluasi tehadap sejauh mana efektivitas dan efisiensi proses
belajar mengajar yang dapat dilakukan, berdasarkan kebutuhan dan
persyaratan-persyaratan yang telah diidentifikasi.
f. Mengadakan revisi (perbaikan) terhadap sebagian atau keseluruhan langkah-
langkah (proses) yang sedang berlangsung guna menjamin agar proses
tersebut dapat berjalan efektif dan efisien serta responsif konstruktif13.

Menurut R. A. Kaufmaan, analisis system dengan langkah-langkah tersebut pada


prinsipnya tidak jauh berbeda dari system instruksional seperti system atau model
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), model Brigg, atau model
Kamp, dan model Bela H. Benathy dan sebagainya14. Karena model ini dipilih
oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk diterapkan dalam
kurikulum sekolah semua jenjang sejak tahun 1975.

3. Model Prosedur Pengembangan System Instruksional (PPSI)

PPSI adalah system instruksional yang berorentiasi kepada tujuan pendidikan dan
pengajaran.System instruksional ini menunjukkan makna bahwa pengelolaan
kependidikan dan pengajaran itu didasarkan atas system. Artinya bahwa
pelaksaaan program pendidikan didasarkan atas keterpaduan (integrasi) yang
terorganisasikan di mana komponen-komponennya saling menjunjung dan saling
mengembangkan atau saling mempengaruhi satu sama lain dalam proses
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisian.

13
Roger A. Kaufmaan, Ibid, hlm. 11.
14
Roger A. Kaufmaan, hlm. 18

12
Pelaksaaan model PPSI ini melalui 5 tahap atau langkah sebagai berikut:
1. Lebih dahulu merumuskan tujuan-tujuan instruksional.
2. Menetapkan saran evaluasi.
3. Menentukan kegiatan belajar dan bahan pelajaran.
4. Menetapkan rencana/program kegiatan.
5. Melaksanakan program tersebut didahului dengan prestest, lalu menyajikan
pelajaran, kemudian melakukan evaluasi belajar mengajar (post test) untuk
mengetahui kemajuan belajar murid dan seterusnya.
Dalam PPSI tujuan kependidikan dirumuskan mulai dari tujuan yang paling
operasional khusus, menuju kepada tujuan yang bersifat umum, seperti tujuan
instruksional khusus (TIK), tujuan instruksional umum (TIU), tujuan kurikuler,
tujuan institusional sampai dengan tujuan nasional.

Pelaksanaan program pendidikan agama islam seperti telah diberlakukan dalam


lembaga-lembaga pendidikan/sekolah umum semua jenjang, adalah berproses
berdasarkan system instruksional tersebut sejak tahun 1975, tidak lagi berorientasi
kepada bahan mata pelajaran (subjek materi) yang separated curriculair,
melainkan keterpaduan yang bersifat integrated-curriculair.

Mata pelajaran agama islam tidak lagi diajarkan secara terpecah-pecah melainkan
dalam keterpaduan yang satu sama lain mendukung dan mengambangkan. Bahkan
antara satu bidang studi dengan bidang studi lainnya harus saling
mengembangkan dan memperkokoh.Antara bidang studi pendidikan agama harus
memperkokoh atau berkaitan dengan bidang studi ilmu akademik dan
keterampilan yang ada, karena seluruh bidang studi dalam kurikulum 1975 itu
merupakan satu system yang integral.15

Menurut Armai Arief 16, ada lima pendekatan yang dipakai dalam kegiatan proses
belajar mengajar, yaitu:

15
GBPP (Garis-Garis Program Pengajaran), kurikulum 1975, Dep. P & K dan GBPP Madrasah,
Kurkulum 1976, Kep. Men. Agama RI.
16
Arief, Armai, 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press.

13
1. Pendekatan filosofis. Berdasarkan pendekatan filosofis, bagi pendidikan
Islam dapat diartikan sebagai studi proses tentang kependidikan yang
didasari dengan nilai-nilai ajaran Islam menurut konsep filosofis,
berdasarkan Alqur‟an dan Assunnah. Berbeda dengan Barat yang dilandasi
oleh nilai-nilai dari hasil pemikiran, hasil riset para ahli, dan adat
kebiasaan. Dalam proses belajar mengajar, pendekatan filosofis dapat
diaplikasikan ketika guru mengajar. Contohnya pada pelajaran mengenai
proses terjadinya alam atau manusia, dari mana manusia berasal, bagaimana
proses kejadiannya sampai pada terciptanya bentuk manusia. Hal ini terus
berlangsung sampai batas maksimal pemikiran manusia, hingga pada zat
yang tidak dapat dijangkau oleh pemikiran, yaitu Allah SWT.

Tujuan pendekatan ini dimaksudkan agar siswa dapat menggunakan


pemikiran (rasio) seluas-luasnya sampai titik maksimal dari daya
tanggapnya, sehingga siswa terlatih untuk terus berfikir dengan
menggunakan kemampuan berfikirnya.

2. Pendekatan Induksi-Deduksi. Pendekatan induksi adalah suatu pendekatan


yang penganalisaannya secara ilmiah, bertolak dari kaidah (hal-hal,
peristiwa) khusus untuk menentukan hukum (kaidah) yang bersfat umum
(universal). Atau dengan kata lain penentuan kaidah umum berdasarkan
kaidah-kaidah khusus. Sedangkan pendekatan deduksi ada- lah kebalikan
dari pendekatan induksi. Kalau induksi bergerak dari hal-hal yang bersifat
khusus ke umum, sementara deduksi adalah sebaliknya, yaitu cara berfikir
analisa ilmiah yang bergerak dari hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal
yang bersifat khusus.

Tujuan pendekatan ini adalah untuk melatih siswa agar terbiasa berfikir
ilmiah, membanding, menimbang antara bagian- bagian dan mengambil
simpulan dan prinsip-prinsip umum.

14
Tujuan pendekatan ini sama dengan induksi, yang membedakannya terletak
pada sifat kekhususan dan keumumannya saja, dan sama-sama membimbing
siswa agar dapat mengambil kesimpulan dari berbagai persoalan analiisis
yang ada.

3. Pendekatan Sosio-Kultural. Pendekatan ini bertumpu pada pandangan bahwa


manusia adalah makhluk yang bermasyara- kat dan kebudayaan sehingga
dipandang sebagai “homo socius” dan ”homo sapiens” dalam kehidupan
bermasyarakat dan berkebudayaan. Pada hakikatnya, manusia itu di samping
sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial, karena manusia
tidak dapat hidup sendiri, terpisah dari manusia-manusia yang lain. Manusia
senantiasa hidup dalam kelompok-kelompok kecil, seperti keluarga atau
masyarakat. Pendekatan ini sangat efektif dalam membentuk sifat
kebersamaan siswa dalam lingkungannya, baik di sekolah maupun
masyarakat. Pola pendekatan ini ditekankan pada aspek tingkah laku di mana
guru hendaklah dapat menanamkan rasa kebersamaan, dan siswa dapat
menyesuaikan diri baik dalam individu maupun sosialnya.

4. Pendekatan Fungsional. Sesuai dengan pengertian fungsional yaitu dilihat


dari segi fungsi. Maka yang dimaksud dengan pendekatan fungsional
dalam kaitannya dengan pendidikan Islam adalah “penyajian materi
pendidikan Islam dengan penekanan pada segi kemanfaatannya bagi siswa
dalam kehidupan sehari-hari”. Dengan berdasarkan kepada pende- katan
ini, materi yang dipersiapkan untuk disampaikan kepada anak didik
adalah materi yang sesuai dengan kebutuhan anak didik dalam kehidupan
bermasyarakat. Karena harus disadari sepenuhnya bahwa materi pelajaran
yang disampaikan kepada anak didik tidak hanya sekedar untuk memajukan
aspek kognitifnya, tetapi juga untuk kelangsungan hidupnya di masa
mendatang.

5. Pendekatan Emosional. Emosional secara lughawi berarti “menyentuh


perasaan, mengharukan”. Secara terminologi, pendekatan emosional adalah

15
“usaha untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini,
memahami dan menghayati ajaran agamanya”. Melalui pendekatan
emosional, setiap pendidik selalu berusaha untuk “membakar” semangat
(ghirah) anak didiknya dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama yang
sesuai tuntunan Alqur‟an dan Assunnah. Memberikan sentuhan rohani
kepada anak didik diyakini sangat besar kontribusinya dalam memicu dan
memacu semangat mereka dalam beribadah dan menuntut ilmu.

17
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Abuddin Nata ada beberapa pendekatan
dalam mengajar, yaitu: (1) Pendekatan Individual, (2) Pendekatan Kelompok, (3)
Pendekatan Bervariasi atau Campuran, dan (4) Pendekatan Edukatif.

Persamaan pendekatan dalam mengajar Syaiful Bahri Djamarah dan Abuddin


Nata
Syaiful Bahri
NO Pendekatan Dalam Mengajar Abuddin Nata
Djamarah
Pendekatan Individu Mengartikan Berasumsi peserta
bahwa peserta didik mempunyai
didik mempunyai latar belakang,
1 perbedaan dan perbedaan, tingkat
kesulitan- kecerdasan yang
kesulitan dalam berbeda
belajar
Pendekatan kelompok Bertolak dari setiap anak didik
bahwa manusia memiliki
2 itu makhluk homo kecenderungan
socious, yaitu untuk berteman dan
makhluk yang berkelompok.
bersosial.
Pendekatan bervariasi atau Masalah yang Pendekatan yang
campuran dihadapi peserta bertolak dari
3 didik bervariasi, konsepsi bahwa
maka permasalahan yang
pemecahannya dihadapi oleh

17
Taufik Makmun. 2018. PENDEKATAN DALAM MENGAJAR PERSPEKTIF SYAIFUL
BAHRI DJAMARAH DAN ABUDDIN NATA. el-Ghiroh. Vol. XIV, No. 01

16
pun juga peserta didik dalam
bervariasi belajar
bermacam macam,
maka diperlukan
teknik pemecahan
yang bervariasi
pula.
Pendekatan Edukatif Bertujuan untuk Memberikan
mendidik anak pengaruh kepada
didik agar peserta didik untuk
menghargai perbaikan sikap,
4
norma hukum, mental dan
moral yang baik, kepribadian anak
bersosial dan didik
beragama.

Selain mempunyai persamaan dalam mengartikan proses pendekatan mengajar,


juga terdapat perbedaan antara Syaiful Bahri Djamarah dan Abuddin Nata dalam
mengartikan pendekatan mengajar.
Syaiful Bahri
NO Pendekatan Dalam Mengajar Abuddin Nata
Djamarah
Pendekatan Individu Lebih bersifat Seimbang, selain
umum bersifat ke
umum, juga
mengharapkan ke
1
akhirat, terbukti
adanya Ayat-ayat
Al-Qur‟an
digunakan.
2 Pendekatan kelompok Hanya berasumsi Lebih bersifat

17
bahwa peserta dunia dan
didik adalah akhirat, ini
makhluk homo terbukti
socious yakni banyaknya
makhluk yang firman Allah
berkecenderungan yang dijadikan
untuk hidup landasan atau
bersama pedoman, seperti
Q.S Al-Maidah:
5 berkenaan
dengan tolong-
menolong, dan
juga berasumsi
bahwa
pendekatan
kelompok ini
berangkat dari
anak didik juga
seorang manusia
yang homo
socious yakni
makhluk
berkelompok,
juga berasumsi
bahwa pada
peserta didik
terdapat
perbedaan, dan
persamaan yang
antara satu dan
lainnya.

18
Pendekatan bervariasi atau Berasumsi bahwa Selain
campuran permasalahan berpendapat
yang dialami oleh permasalahan
peserta didik yang dialami oleh
berbeda-beda, peserta didik
maka pemecahan berbeda, juga
atau beranggapan
pendekatannya bahwa
juga bervariasi. pendekatan
bervariasi ini
3 adalah
pendekatan yang
bertumpu pada
upaya
menyinergikan
keunggulan yang
terdapat pada
pendekatan
individual dan
pendekatan
kelompok.
Pendekatan Edukatif Berasumsi bahwa Bertolak dari
pendekatan seberapajauh
edukatif adalah sebuah
pendekatan yang pendekatan yang
setiap tindakan, dilakukan dapat
4
sikap, dan memberikan
perbuatan yang pengaruh bagi
guru lakukan perbaikan sikap,
harus bernilai mental dan
pendidikan. kepribadian anak

19
didik.

Omar Mohammad al-Toumy al- Syaibany. Dalam bukunya, Syaibany


memaparkan beberapa metode pendidikan, yaitu:
a. Metode Pengambilan Kesimpulan atau Induktif. Metode ini bertujuan untuk
membimbing pelajar untuk mengetahui fakta-fakta dan hukum-hukum
umum melalui jalan pengambilan kesimpulan. Metode ini mulai dengan
membahas dari bagian-bagian yang kecil untuk sampai kepada undang-
undang umum. Metode ini dapat digunakan pada berbagai ilmu yang mejadi
tumpuan perhatian pendidikan Islam. Misalnya, nahwu, saraf, fiqhi,
hitungan, teknik, fisika, kimia dan dalam berbagai ilmu yang lain. Dan
metode ini telah digunakan oleh pendidik-pendidik dan cerdik pandai Islam.
Orang-orang Islamlah yang mula-mula menggunakan dan memantapkan
metode ini sebelum munculnya Roger Bacon, dan sesudah itu Francis Bacon
yang selalu dianggap orang sebagai pencipta metode tersebut.
b. Metode Perbandingan. Metode ini berbeda dengan metode induktif, dimana
perpindahan menurut metode ini dari yang umum kepada yang khusus, dari
keseluruhan kepada bagian-bagian yang kecil, dimana disebutkan prinsip
umum dahulu, kemudian diberi contoh-contoh dan perincian-perincian yang
menjelaskan dari prinsip- prinsip umum tersebut. Metode perbandingan
dapat digunakan pada pengajaran sains dan pelajaran-pelajaran yang
mengandung prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan faktafakta umum yang
dibawahnya termasuk bagian-bagian dan masalah cabang. Dapat juga
dipakai dalam mengajarkan bahasa, baik sastra atau nahwu, sejarah, saraf
dan lain-lain.

Abdurrahman Saleh Abdullah (2005: 205-220) mengemukakan beberapa metode


pendidikan, yaitu:
a. Metode cerita dan ceramah, yaitu suatu metode yang dilakukan dengan cara
penyampaian pengertian-pengertian bahan pembelajaran kepada pelajar
dengan jalan penerangan atau penuturan secara lisan dibarengi dengan cerita

20
tentang kejadian, peristiwa sejarah dalam Alqur‟an. Tujuan yang hendak
dicapai dari metode ini adalah untuk memberikan dorongan psikologis
kepada peserta didik.

b. Metode Diskusi, yaitu suatu sistem pembelajaran yang dilakukan dengan


cara berdiskusi. Dalam metode ini pertanyaan yang diajukan mengandung
suatu masalah dan tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu jawaban saja.
Jawaban yang terdiri dari berbagai kemungkinan, memerlukan pemikiran
yang saling menunjang dari peserta diskusi, untuk sampai pada jawaban
akhir yang disetujui sebagai jawaban yang paling benar atau terbaik.

c. Metode Tanya jawab dan dialog, yaitu penyampaian pembelajaran dengan


guru mengajukan pertanyaan dan pelajar atau siswa menjawabnya atau
berdialog dengan cara saling bertukar fikiran. Metode ini secara murni tidak
diawali dengan ceramah, tetapi murid sebelumnya sudah diberi tugas,
membaca materi pelajaran tertentu dari sebuah buku. Teknik ini akan
membawa kepada penarikan deduksi. Dalam pendidikan, deduksi merupakan
suatu metode pemikiran logis yang sangat bermanfaat. Formulasi dari suatu
metode umum diluar fakta ternyata lebih berguna sebab peserta didik akan
dapat membandingkan dan menyusun konsep-konsep.

Adapun jenis metode pendidikan yang dikemukakan oleh tokoh pendidikan Barat
seperti berikut:
a. Aliran idealisme, metode yang diutamakan dalam kegiatan pendidikan
meliputi metode dealektika, tetapi metode lain yang efektif dapat
dimanfaatkan.
b. Aliran realisme, metode yang diutamakan dalam kegiatan pendidikan
tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung. Metode
penyampaian harus logis dan psikologis.
c. Aliran pendidikan Pestalozzianisme, dengan tokohnya Pestalozzi, ada
beberapa metode pendidikan yang digunakan, yaitu: 1) Pendidikan adalah
perkembangan yang harmonis antara akal (intelektual), hati (moral), dan

21
tangan (keterampilan). 2) Pendidikan umum mendahului pendidikan
keterampilan. 3) Pendidikan lebih mengutamakan pengembangan
kemampuan daripada penguasaan pengetahuan. 4) Pendidikan anak muncul
dari dalam. 5) Pendidikan berlangsung secara bertahap sesuai dengan tahap-
tahap perkembangan. 6) Pendidikan mengikuti tatanan alam (the road of
nature). (Redja Mudyahardjo, 2009: 119)

Herbart melalui aliran pendidikannya “Herbartianisme” menyatakan metode


pendidikan yang terdiri atas lima langkah formal dalam pendidikan, yaitu: 1)
Persiapan. 2) Penyajian. 3) Asosiasi. 4) Generalisasi. 5) Aplikasi.

Froebel melalui aliran pendidikannya “Froebelianisme” menyatakan metode pen-


didikan yang terdiri atas lima langkah formal dalam pendidikan, yaitu: 1)
Pengarahan kegiatan sendiri. 2) Permainan sebagai pernyataan diri (self
expression). 3) Menggambar. 4) Ritme dan kegiatan- kegiatan yang bersifat
penghalusan. 5) Alat- alat pendidikan sebagai sarana untuk mengekspresikan
kegiatan.

Francis W. Paker sebagai tokoh aliran pendidikannya “Progresivisme”


menyatakan metode pendidikan yang terdiri atas enam langkah formal dalam
pendidikan, yaitu:
a. Metode belajar aktif. Metode ini lebih berupa penyediaan lingkungan dan
fasiltas yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara bebas
pada setiap anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya.
b. Metode monitoring kegiatan belajar. Mengikuti proses kegiatan-kegiatan
anak belajar sendiri, sambil memberikan bantuan-bantuan tertentu apabila
diperlukan yang sifatnya memperlancar proses berlangsungnya kegiatan-
kegiatan belajar tersebut. Bantuan-bantuan yang diberikan sebagai campur
tangan dari luar diusahakan sesedikit mungkin.
c. Metode penelitian ilmiah. Progresif merintis digunakannya motode
penelitian ilmiah yang tertuju pada penyusunan konsep, sedangkan metode
pemecahan masalah lebih tertuju pada pemecahan masalah-masalah kritis.

22
d. Metode pemerintahan pelajar. Progresif memperkenalkan pemerintahan
pelajar dalam kehidupan sekolah (student government) dalam rangka
demokratisasi dalam kehidupan sekolah, sehingga pelajar diberikan
kesempatan untuk turut serta dalam penyelenggaraan kehidupan di sekolah.
e. Metode kerjasama sekolah dengan keluarga. Progresif memperkenalkan
pemerintahan pelajar dalam kehidupan sekolah (student government) dalam
rangka demokratisasi dalam kehidupan sekolah, sehingga pelajar diberikan
kesempatan untuk turut serta dalam penyelenggaraan kehidupan di sekolah.
f. Metode sekolah sebagai laboratorium pembaharuan pendidikan. Pendidikan
progresif menganjurkan peranan baru sekolah, tidak lagi hanya tempat anak
belajar, tetapi berperanan pula sebagai laboratorium pengembangan gagasan
baru pendidikan. Hal ini baru dilaksanakan oleh J. Dewey.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari paparan mengenai pendekatan dan metode pendidikan Islam dalam


perspektif Filsafat Pendidikan Islam di atas, dapat kemukakan beberapa hal, yaitu:

Pertama, pendekatan dan metode merupakan salah satu komponen penting dalam
sistem pendidikan Islam. Sebaik apapun materi ajar yang telah disiapkan atau
direncanakan, tanpa pendekatan dan metode yang baik dan tepat, maka proses
pem- belajaran itu bisa menuai kegagalan dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu,
kemampuan pendidik dalam memilih dan menerapkan pendekatan dan metode
sangat menentukan.

Pembelajaran nampaknya akan lebih efektif, bila secara sistematik dan sistemik
dirancang, walaupun sebegitu jauh lebih menekankan pada teori pengembangan
daripada meneliti topik, kecuali untuk menerangkan ketidak benaran norma-
norma atau prinsip-prinsip.

Kadang-kadang hal itu lebih efisien untuk memulai dengan yang lebih khas atau
konsep yang sudah dikenal dari pada dengan yang sederhana.Untuk menghindari
persyaratan yang tidak diinginkan ,dalam mengajarkan konsep satupersatu harus
diperkenalkan bagian-bagian luar dari contoh yang positif, dan lebih awal dalam
satu urutan, dari pada langsung dari contoh yang mudah ke yang sukar atau dari
contoh yang umum ke contoh yang khusus.

Pendekatan Sistem juga membantu perencana pendidikan menentukan strategi


rencana terbaik dan sangat bermanfaat untuk mengorganisasikan staf, pelajar,
program dan materi.

Kedua, begitu pentingnya pendekatan dan metode dalam pendidikan, maka


pendidik dituntut profesionalitasnya dalam mengembangkan pendekatan dan

24
metode tersebut. Pendidik harus mengetahui keunggulan dan kelemahan dari
masing-masing pendekatan dan metode yang akan digunakan serta menentukan
pilihan yang paling tepat sehingga peserta didik lebih aktif dan kritis dalam proses
pembelajaran. Dan yang paling terpenting adalah dengan pendekatan dan metode
itu, peserta didik sampai kepada tujuan yang diinginkan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Harjanto. 2008. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

M.Amirin,Tatang. 1992. Pokok-pokok Teori Sistem. Jakarta: Rajawali.

Thoha , M. Chabib dan Abdul mu‟ti. 1998. PBM-PAI DI SEKOLA Heksistensi


dan proses beajar-mengajar pendidikan agama Islam. Yogyakarta: Pustaka
belajar offset.

Sanjaya,Wina. 2008 Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:


Kencana Perdana Media Group.

Coombs, Philip. H. 1984/1985. Depdikbud, Pengembangan Kurikulum dan


SistemInstruksional. Jakarta: Dirjen Dikti..

Rusman. 2013. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Saekhan Muchith,. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: Rasail Media


Group.

Taufik Makmun. 2018. PENDEKATAN DALAM MENGAJAR PERSPEKTIF


SYAIFUL BAHRI DJAMARAH DAN ABUDDIN NATA. el-Ghiroh. Vol. XIV,
No. 01

Rom Landau, The Arab Heritage of Western Civillazation, (terjemah), hlm. 110-
113

GBPP (Garis-Garis Program Pengajaran), kurikulum 1975, Dep. P & K dan GBPP
Madrasah, Kurkulum 1976, Kep. Men. Agama RI.

26

Anda mungkin juga menyukai