Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERENCANAAN SISTEM PEBELAJARAN PAI


Dosen pengampu : Ahmad Saefudin, M.Pd.i

DI SUSUN OLEH :

MUHAMMAD KHOIRUL ANAM (161310003662)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’
(UNISNU)
JEPARA TAHUN 2017
BAB I

PENDAHULUAN

1. A. LATAR BELAKANG
Belakangan ini ada beberapa kasus mengenai sekolah atau lembaga pendidikan yang
berjalan tanpa adanya sistem yang baik. Semua komponen tidak terkoordinasi dengan
baik. Akibatnya banyak dari komponen-komponen itu itu tidak berjalan secara efektif
dan efisien. Padahal pengajaran berkaitan dengan hal bagaimana guru mengajar serta
bagaimana siswa belajar. Proses pembelajaran ini merupakan suatu kegiatan yang
disadari dan direncanakan. Kegiatan yang disadari dan direncanakan mencakup tiga hal
antara lain: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengajaran dilakukan dalam waktu
yang berkala, baik untuk waktu jangka pendek, menengah ataupun jangka panjang.
Misalnya, latihan Pembina Pramuka selama satu minggu. Apakah suatu pengajaran
berjangka waktu lama ataupun singkat, tetap membutuhkan suatu program kerja, yaitu
program pengajaran yang secara singkat disebut program pengajaran. Program
Pengajaran merupakan suatu program bagaimana mengajarkan apa-apa yang sudah
dirumuskan dalam kurikulum. Dewasa ini konsep yang banyak mewarnai pengajaran di
sekolah dasar dan sekolah menengah di Indonesia adalah konsep teknologi pendidikan.
Khususnya pengajaran sebagai system. Oleh karena ini, pembahasan makalah ini,
dimulai dari konsep tentang system, dan pengajaran sebagai suatu system. Oleh
karenanya, perlu adanya perencanaan yang baik, sehingga semua komponen, baik yang
secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan proses pembelajaran bisa
berjalan dengan efektif dan efisien.

1. B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dasar pendekatan system pembelajaran PAI ?
2. Apa saja manfaat pendekatan system dalam pembelajaran ?
3. Apa saja komponen-komponen dalam sistem pembelajaran ?
4. Apa saja kriteria dan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi sistem
pembelajaran ?
5. Bagaimana cara mengaplikasikan pendekatan sistem dalam pembelajaran
PAI?

1. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui memahami konsep dasar pendekatan sistem
pembelajaran PAI.
2. Mahasiswa mengetahui manfaat pendekatan sistem dalam pembelajaran.
3. Mahasiswa mengetahui dan memahami komponen-komponen dalam sistem
pembelajaran.
4. Mahasiswa dapat memahami kriteria dan variabel-variabel yang dapat
mempengaruhi sistem pembelajaran.
5. Mahasiwa dapat mengaplikasikan pendekatan sistem dalam pembelajaran
PAI.

BAB II

PEMBAHASAN

1. A. PENGERTIAN PENDEKATAN SISTEM DALAM PEMBELAJARAN PAI


1. 1. Pengertian sistem
Kata sistem (system) dapat dimaknai sebagai
metode (method), rencana (plan), aturan (order), keteraturan (regularity), kebiasaan (
rule), susunan rencana (scheme),jalan,
cara (way), kebijakan (policy), kecerdasan (artifice),susunan
aturan (arrangement), rencana (program).[1]
Dalam cakupan pengertian sistem termuat antara lain adanya:

1. berbagai komponen (unsur),


2. berbagai kegiatan (menunjuk fungsi dari setiap komponen),
3. adanya saling hubungan yang ketergantungan antar komponen,
4. adanya keterpaduan (kesatuan organis) antar komponen,
5. adanya keluasan sistem (ada kawasan di dalam sistem dan di luar sistem), dan
gerak dinamis semua fungsi dari semua komponen tersebut mengarah
(berorientasi) ke pencapaian tujuan system yang telah ditetapkan lebih
dahulu.[2]
Istilah sistem merupakan istilah dari bahasa Yunani “systema” yang artinya adalah
himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk mencapai
tujuan bersama. Sistem adalah kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen yang
terpadu dan berproses untuk mencapai tujuan (Gordon, 1990; Puxty, 1990). Bagian
suatu sistem yang melaksanakan suatu fungsi untuk menunjang usaha pencapaian
tujuan disebut komponen. Dengan demikian sistem terdiri dari komponen-komponen
yang masing-masing komponen mempunyai fungsi khusus. (Sadiman, dkk. 1988: 13).

Ada beberapa definisi tentang sistem menurut sejumlah para ahli :

1. L. James Havery
Menurutnya sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu
rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud
untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah
ditentukan.

1. John Mc Manama
Menurutnya sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi
yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai
suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efesien.

1. C.W. Churchman.
Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan untuk
melaksanakan seperangkat tujuan.

1. J.C. Hinggins
Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang saling berhubungan.

1. Edgar F Huse dan James L. Bowdict


Menurutnya sistem adalah suatu seri atau rangkaian bagian-bagian yang
saling berhubungan dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling
pengaruh dari satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan.

1. System is defined in the dictionary as on assemblage of objects united by some


form of regular interaction or independence an organic or organized whole, as the
solar system as a new telegraph system.[3]
2. System the sum total of parts working independently and working together to
achieve required result or outcomes based or needs.[4]
3. Menurut Harjanto, system adalah merupakan jumlah keseluruhan dari bagian-
bagian yang saling bekerja sama untuk mencapai hasil yang diharapkan
berdasarkan atas kebutuhanyang telah ditentukan.[5]
4. Menurut Lembaga Administrasi Negara, system pada hakikatnya adalah
seperangkat komponen, elemen, yang satu sama lain saling berkaitan, saling
mempengaruhi dan saling tergantung, sehingga keseluruhannya merupakan suatu
kesatuan yang terintegrasi atau suatu totalitas, serta mempunyai peranan atau
tujuan tertentu.[6]
5. Menurut Tatng M.Amirin, sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang
kompleks atau terorganisir, suatu himpunan atau perpaduan bagian-bagian yang
membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang utuh untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.[7]
Dari sini dapat diambil sebuah pengertian bahwasanya sistem secara umum diartikan
sebagai satu kesatuan komponen yang saling berintegrasi, saling berfungsi secara
kooperatif dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya dalam usaha mencapai
tujuan tertentu.

Dari konsep tersebut, ada tiga ciri utama suatu system. Pertama, suatu system memiliki
tujuan tertentu; kedua, untuk mencapai tujuan sebuah system memiliki fungsi-fungsi
tertentu; ketiga, untuk menggerakan fungsi, suatu system harus ditunjang oleh berbagai
komponen.[8]
1. Setiap system bertujuan
Setiap system pasti memiliki tujuan. Tujuan keberadaan lembaga pendidikan adalah
agar dapat melayani setiap anak didik untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan
demikian, setiap system mesti memiliki tujuan yang pasti. Tujuan itulah yang
menggerakkan system.

1. Setiap system memiliki fungsi


Untuk mencapai tujuan, setiap system memiliki fungsi tertentu. Misalnya, agar proses
pendidikan berjalan dan dapat mencapai tujuan secara optimal diperlukan fungsi
perencanan, fungsi administrasi, fungsi kurikulum, fungsi bimbingan. Fungsi inilah yang
terus menerus berproses hingga tercapainya tujuan.

1. Setiap system memiliki komponen


Untuk ,melaksanakan fungsi-fungsinya, setiap system mesti memiliki komponen-
komponen yang satu sama lain saling berhubungan. Komponen-komponen inilah yang
dapat menentukan kelancaran proses suatu system. Sebagai suatu system setiap
komponen harus dapat melaksanakan fungsinya dengan tepat. Manakala salah satu
komponen tidak berfungsi, maka akan mempengaruhi system tersebut.

1. Adanya interaksi antar komponen


Antar komponen dalam suatu sistem terdapat saling hubungan, saling mempengaruhi,
dan saling ketergantungan.

1. Adanys transformasi dan sekaligus umpan balik


Fungsi dari setiap komponen merupakan bagian tak terpisahkan dari keseluruhan
fungsi sistem.

1. Adanya daerah batasan dan lingkungan sistem[9]

Beberapa sifat komponen dalam suatu system, antara lain :

1. Dilihat dari fungsinya setiap komponen itu ada komponen yang bersifat integral
dan non-integral. Komponen integral adalah komponen yang tidak dapat
dipisahkan dari keberadaan system itu sendiri. Misalnya, komponen siswa dan
guru dari system lembaga pendidikan. Keberadaan dan eksistensi sekolah sangat
ditentukan oleh keberadaan komponen siswa dan guru. Komponen non-integral
sama dengan komponen pelengkap. Artinya, walaupun komponen itu tidak ada,
maka tidak akan mempengaruhi keberadaan suatu system, walaupun mungkin
akan menganggu perjalanan system itu sendiri. Misalnya komponen perpustakaan
dalam suatu lembaga sekolah. Walaupun suatu sekolah tidak memiliki
perpustakaan akan tetapi tidak akan menggoyahkan keberadaan sekolah tersebut.
2. Setiap komponen dalam suatu system saling berhubungan atau saling
berinteraksi, saling mempengaruhi, dan saling berkaitan.
3. Setiap komponen dalam suatu system merupakan keseluruhan yang bermakna.
4. Setiap komponen dalam suatu system adalah bagian dari system yang lebih besar.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa kelimanya merupakan bagian yang saling
berintegrasi sebagai satu kesatuan (totalitas) yang satu sama lain tidak bisa berdiri
sendiri, saling mengisi dan menguatkan dalam mencapai tujuan.

1. 2. Pengertian Pendekatan Sistem Dalam Pembelajaran PAI


Pendekatan sistem pada mulanya digunakan di bidang teknik mesin (engineering)
untuk merancang sistem-sistem elektronik, mekanik dan militer. Kemudian pendekatan
sistem melibatkan sistem manusia mesin, dan selanjutnya dilaksanakan dalam bidang
keorganisasian dan manajemen. Pada akhir tahun 1950 dan awal 1960-an mulai
diterapkan dalam bidang pendidikan dan pelatihan.[10]
Pendekatan sistem yang diterapkan dalam pembelajaran bukan saja sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga sesuai dengan
perkembangan dalam psikologi belajar sistematik, yang dilandasi dengan prinsip-
prinsip psikologi behavioristik dan humanistik. Aspek-aspek pendekatan sistem
pembelajaran, meliputi aspek filosofis dan aspek proses. Aspek filosofis ialah
pandangan hidup yang melandasi sikap si perancang, sistem yang terarah pada
kenyataan. Sedangkan aspek proses ialah suatu proses dan suatu perangkat alat
konseptual.

Ciri-ciri pendekatan sistem pembelajaran, yaitu ada dua ciri utama, yakni

1. pendekatan sistem sebagai suatu pandangan tertentu mengenai proses


pembelajaran dimana berlangsung kegiatan belajar mengajar, terjadinya interaksi
antara siswa dan guru, dan memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar
secara efektif;
2. penggunaan metodologi untuk merancang sistem pembelajaran yang meliputi
prosedur perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penilaian keseluruhan
proses pembelajaran yang tertuju pada konsep pencapaian tujuan pembelajaran.

Pola pendekatan sistem pembelajaran, menurut Oemar Hamalik,[11] melalui langkah-


langkah sebagai berikut:
1. identifikasi kebutuhan pendidikan (merumuskan masalah);
2. analisis kebutuhan untuk mentransfomasikan menjadi tujuan pembelajaran
(analisis masalah);
3. merancang metode dan materi pembelajaran (pengembangan suatu pemecahan);
4. pelaksanaan pembelajaran (eksperimental); dan
5. menilai dan merevisi.
System pembelajaran adalah sutau kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur berinteraksi untuk mencapai
suatu tujuan.

Pendekatan sistem pada pembelajaran bertujuan agar kita dapat mengerti masalah
pengajaran sebagai keseluruhan secara tuntas dan dapat mendalami pula apa bagian-
bagiannya. Selain itu diharapkan kita dapat memahami pula cara bagaimana masing-
masing bagian itu saling berinteraksi, saling berfungsi dan saling bergantung di dalam
sebuah sistem untuk mencapai tujuan pembelajaran.[12]
Sebagai suatu system seluruh unsur yang membentuk system itu memiliki ciri saling
ketergantungan yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Keberhasilan system
pembelajaran adalah keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Maka dengan
demikian, tujuan utama system pembelajaran adalah keberhasilan siswa mencapai
tujuan.

Pendekatan sistem pembelajaran PAI adalah kumpulan dari sekian banyak komponen
yang saling berintegrasi, saling berfungsi secara kooperaatif dan saling mempengaruhi
dalam rangka mewujudkan generasi-genarasi yang beriman dan bertakwa.

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

Menurut Tafsir (2002), bagi umat Islam, dan khususnya dalam pendidikan Islam,
kompetensi iman dan takwa serta memiliki akhlak mulia tersebut sudah lama disadari
kepentingannya, dan sudah diimplementasikan dalam lembaga pendidikan Islam.
Dalam pandangan Islam, kompetensi iman dan takwa (imtak) serta ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek), juga akhlak mulia diperlukan oleh manusia dalam melaksanakan
tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Jadi, dalam pandangan Islam, peran
kekhalifahan manusia dapat direalisasikan melalui tiga hal, yaitu: landasan yang kuat
berupa iman dan takwa, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi akhlak mulia.

Dari uraian di atas, dapat penulis rumuskan bahwa untuk mencapai pembelajaran
efektif dan efisien dibutuhkan pengelolaan komponen pembelajaran secara baik. Dalam
pendekatan sistem bahwasanya untuk mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal
harus didukung dengan komponen pembelajaran yang baik, yang meliputi tujuan, siswa,
guru, metode, media, sarana, lingkungan pembelajaran dan evaluasi.

Masing-masing komponen memberikan pengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran.


Akan tetapi dari beberapa komponen-komponen tersebut guru merupakan komponen
terpenting dalam pembelajaran, karena guru bersifat dinamis, sehingga dapat
mengelola dan menggerakkan komponen-komponen yang lain. Oleh karena itu,
Pendekatan sistem pembelajaran PAI adalah kumpulan dari sekian banyak komponen
yang saling berintegrasi, saling berfungsi secara kooperaatif dan saling mempengaruhi
dalam rangka mewujudkan generasi-generasi yang berwawasan luas, beriman dan
bertakwa serta memiliki akhlak yang mulia.[13]
1. B. MANFAAT PENDEKATAN SISTEM DALAM PEMBELAJARAN
Merencanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan system memiliki
beberapa manfaat, di antaranya:[14]
1. Melalui pendekatan system, arah dan tujuan pembelajaran dapat direncanakan
dengan jelas. Dapat kita bayangkan apa yang akan terjadi, manakala dalam suatu
proses pembelajaran tanpa adanya tujuan yang jelas. Tentu, proses pembelajaran
tidak akan menjadi fokus, dalam arti pembelajaran akan menjadi tidak bermakna
serta sulit menentukan efektifitas proses pembelajaran..
2. Pendekatan system menuntun guru pada kegiatan yang sistematis.
3. Pendekatan system dapat merancang pembelajaran dengan mengoptimalkan
segala potensi dan sumber daya yang tersedia.
4. Pendekatam system dapat memberikan umpan baik. Melalui proses umpan balik
dalam pendekatan system dapat diketahui apakah tujuan itu telah berhasil dicapai
apa belum. Hal ini sangat penting sebab mencapai tujuan merupakan tujuan
utama dalam berfikit sistemik.

C. KOMPONEN SISTEM PEMBELAJARAN


Dalam pengembangan perencanaan maupun pengembangan desain pembelajaran
keduanya disusun berdasarkan pendekatan system. Jika perencanaan pembelajaran
sebagai suatu system, maka didalamnya harus memiliki komponen-komponen yang
berproses sesuai dengan fungsinya hingga tujuan-tujuan pembelajaran tercapai secara
optimal. Komponen system pembelajaran menurut Brown (1983), antara lain:

1. Siswa
Proses pembelajaran pada hakikatnya diarahkan untuk membelajarkan siswa untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sehingga dalam proses pengembangan desain
dan perencanaan, siswa harus dijadikan pusat pertimbangan. Artinya, keputusan-
keputusan yang diambil harus disesuaikan dengan kondisi siswa, baik kemampuan
dasar, minat, bakat, motivasi belajar, gaya belajar siswa itu sendiri.

1. Tujuan
Tujuan adalah komponen terpenting dalam pembelajaran setelah komponen siswa.
Tujuan sebenarnya merupakan arah yang harus dijadikan rujukan dalam pembuatan
desain dan perencanaan serta pembelajaran di kelas. Adapun tujuan khusus yang
direncakan oleh guru adalah: pengetahuan, informasi serta pemahaman sebagai bidang
kognitif, sikap dan apresiasi sebagai tujuan dari bidang afektif.
Berbagai kemampuan sebagai bidang psikomotorik. Adapun dalam Pembelajaran PAI
adalah mewujudkan generasi-genarasi yang berwawasan luas, beriman dan bertakwa
serta memiliki akhlak yang mulia.

1. 3. Kondisi
Kondisi adalah berbagai pengalaman belajar yang diharapkan akan ada pada diri siswa,
agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran seperti yang telah dirumuskan.
Pengalaman ini harus dapat membuat siswa aktif belajar, baik secara fisik maupun non-
fisik. Merencakana belajar salah satunya adalah memberikan kesempatan kepada siswa
untuk belajar sesuai kecenderungan gaya belajarnya. Demikian juga desain
pembelajaran, ia harus dapat membuat siswa belajar dengan penuh motivasi dan
gairah.

1. 4. Sumber –sumber Belajar


Sumber belajar berkaitan dengan segala sesuatu yang memungkinkan siswa dapat
memperoleh pengalaman belajar. Di dalamnya meliputi lingkungan fisik, seperti tempat
belajar; alat yang digunakan, guru petugas perpustakaan, ahli media, dan sebagainnya.

1. 5. Hasil Belajar
Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai
dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian tugas utama guru adalah
merancang instrument yang dapat menghasilkan data tentang keberhasilan siswa
mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Soetopo (2005:143), pembelajaran sebagai suatu sistem yang komponen-


komponennya terdiri dari:

1. Siswa
Teori didaktik metodik telah bergeser dalam menempatkan siswa sebagai komponen
proses belajar mengajar (PBM). Siswa yang semula dipandang sebagai objek pendidikan
bergeser sebagai subjek pendidikan. Sebagai subjek, siswa adalah kunci dari semua
pelaksanaan pendidikan. tiada pendidikan tanpa anak didik. Untuk itu siswa harus
dipahami dan dilayani sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya sebagai siswa.

Siswa adalah individu yang unik, mereka merupakan kesatuan psiko-fisis yang secara
sosiologis berinteraksi dengan teman sebaya, guru, pengelola sekolah, pegawai
administrasi, dan masyarakat pada umumnya. Mereka datang ke sekolah telah
membawa potensi psikologis dan latar belakang kehidupan sosial. Masing-masing
memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda. Potensi dan kemampuan inilah yang
harus dikembangkan oleh guru. (Sardiman, 2001: 109).

1. Guru
Guru adalah sebuah profesi. Oleh karena itu, pelaksanaan tugas guru harus profesional.
Walaupun guru sebagai seorang individu yang memiliki kebutuhan pribadi dan
memiliki keunikan tersendiri sebagai pribadi, namun guru mengemban tugas
mengantarkan anak didiknya mencapai tujuan. Untuk itu guru harus menguasai
seperangkat kemampuan yang disebut dengan kompetensi guru. Oleh karena itu, tidak
semua orang bisa menjadi guru yang profesional. Kompetensi guru itu mencakup
kemampuan menguasai siswa, menguasai tujuan, menguasai metode pembelajaran,
menguasi materi, menguasai cara mengevaluasi, menguasai alat pembelajaran, dan
menguasai lingkungan belajar. (Soetopo, 2005: 144).

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses belajar mangajar. Menurut
Usman (1990:7) ada empat peran guru dalam pembelajaran, yaitu: (1) sebagai
demonstrator, lecturer (pengajar), (2) sebagai pengelola kelas, (3) sebagai mediator
dan fasilitator, dan (4) sebagai motivator.

1. Tujuan
Tujuan yang harus dipahami oleh guru meliputi tujuan berjenjang mulai dari tujuan
pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan umum pembelajaran
sampai tujuan khusus pembelajaran. Proses pembelajaran tanpa tujuan bagaikan hidup
tanpa arah. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan dan pembelajaran secara keseluruhan
harus dikuasai oleh guru. Tujuan disusun berdasarkan ciri karakteristik anak dan arah
yang ingin dicapai.

Tujuan belajar adalah sejumah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah
melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan
sikap-sikap yang baru yang diharapkan tercapai oleh siswa (Hamalik, 2003: 73)

1. Materi
Materi pembelajaran dalam arti yang luas tidak hanya yang tertuang dalam buku paket
yang diwajibkan, akan tetapi mencakup keseluruhan materi pembelajaran. Setiap
aktivitas belajar-mengajar harus ada materinya. Anak yang sedang field-trip di kebun
menggunakan materi jenis tumbuhan dan klasifikasinya. Anak yang praktikum di
laboratorium menggunakan materi simbiose katak. Semua materi pembelajaran harus
diorganisasikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh anak. Materi disusun
berdasarkan tujuan dan karakteristik siswa.

1. Metode
Metode mengajar merupakan cara atau teknik penyampaian materi pembelajaran yang
harus dikuasai oleh guru. Metode mengajar ditetapkan berdasarkan tujuan dan materi
pembelajaran, serta karakteristik anak.

1. Sarana/Alat/Media
Agar materi pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa, maka dalam proses
belajar-mengajar digunakan alat pembelajaran. Alat pembelajaran dapat berupa benda
yang sesungguhnya, imitasi, gambar, bagan, grafik, tabulasi dan sebagainya yang
dituangkan dalam media. Media itu dapat berupa alat elektronik, alat cetak, dan tiruan.
Menggunakan sarana atau alat pembelajaran harus disesuaian dengan tujuan, anak,
materi, dan metode pembelajaran.
Oleh karena itu diperlukan tenaga pengajar yang memiliki kemampuan dan kecakapan
yang memadai (Asnawir, 2002: 17) diperlukan tenaga pengajar yang handal dan
mempunyai kemampuan (capability) yang tinggi.

1. Evaluasi
Evaluasi dapat digunakan untuk menyusun graduasi kemampuan anak didik, sehingga
ada penanda simbolik yang dilaporkan kepada semua pihak. Evaluasi dilaksanakan
secara komprehensif, obyektif, kooperatif, dan efektif. Dan evaluasi dilaksanakan
berpedoman pada tujuan dan materi pembelajaran.
Guru harus melakukan evaluasi terhadap hasil tes dan menetapkan standar
keberhasilan. Sebagai contoh, jika semua siswa sudah menguasai kompetensi dasar,
maka pelajaran dapat dilanjutkan dengan catatan guru memberikan perbaikan
(remidial) kepada siswa yang belum mencapai ketuntasan. Dengan adanya evaluasi,
maka dapat diketahui kompetensi dasar, materi, atau individu yang belum mencapai
ketuntasan. (Madjid, 2005: 224)

1. Lingkungan
Lingkungan pembelajaran merupakan komponen PBM yang sangat penting demi
suksesnya belajar siswa. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, lingkungan sosial,
lingkungan alam, dan lingkungan psikologis pada waktu PBM berlangsung. Semua
komponen pembelajaran harus dikelola sedemikian rupa, sehingga belajar anak dapat
maksimal untuk mencapai hasil yang maksimal pula. Mengelola lingkungan
pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas bukan merupakan tugas yang ringan.
Oleh karenanya guru harus banyak belajar. Doyle (1986) berpendapat bahwa hal-hal
yang menyebabkan pengelolaan kelas mempunyai beberapa dimensi. Seperti penelitian
yang dilakukan oleh Emersen, Everston dan Anderson (1980), peristiwa yang terjadi
pada waktu awal-awal sekolah banyak berpengaruh terhadap pengelolaan kelas pada
tingkat-tingkat berikutnya.

Adapun menurut Oemar Hamalik (2001: 77), komponen-komponen pembelajaran


meliputi tujuh aspek yaitu:

1. Tujuan pendidikan dan pengajaran,


2. Peserta didik atau siswa,
3. Tenaga kependidikan khususnya guru,
4. Perencanaan pengajaran sebagai suatu segmen kurikulum,
5. Strategi pembelajaran,
6. Media pembelajaran, dan
7. Evaluasi pembelajaran.

Sedangkan menurut Suharsini Arikunto (1990: 216), berpendapat bahwa unsur-unsur


atau komponen-komponen yang dapat mendukung kualitas pembelajaran, maka perlu
diperhatikan unsur-unsur yang secara langsung berkaiatan dengan berlangsungnya
proses belajar tersebut terdiri atas 6 komponen, yaitu: guru, siswa, kurikulum, konteks,
metode, dan sarana.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar di bawah ini:

Dari gambar di atas, nampaknya setiap unsur dapat dikatakan penting dan menentukan.
Namun apabila dicermati lebih mendalam satu persatu unsur-unsur selain guru, yakni
konteks, siswa, kurikulum, metode, dan sarana, tidak dapat menunjukkan peran yang
berbeda tanpa mengubah posisinya, namun disisi lain guru yang profesional mampu
mengubah, mengupayakan atau memanipulasi ke-5 (lima) variabel tersebut untuk
kepentingan pembelajaran yang ia kehendaki.

Dalam literature lain disebutkan; dari sudut pandang teknologi intruksional, komponen
sistem pengajaran diuraikan dengan lebih luas lagi sebagai berikut:

1. spesifikasi isi pokok bahan


2. spesifikasi tujuan pengajaran pengumpulan dan penyaringan data siswa
3. Penentuan cara pendekatan, metode, teknik mengajar
4. Pengelompokkan siswa
5. Penyediaan waktu
6. Pengaturan ruang
7. Pemilihan media evaluasi

Unsur minimal yang harus dalam sistem pengajaran adalah suatu tujuan, siswa serta
prosedur kerja untuk mencapai tujuan. Dalam konteks ini, guru tidak termasuk sebagai
unsur sistem dan hanya merupakan salah satu sumber belajar. Dalam dalam keadaan
lain fungsinya dapat digantikan dengan sumber balajar lain yang mempunyai fungsi
yang sama, seperti; buku, film, slide show, teks yang telah diprogram, dan sebagainya.

Fungsi guru dalam sistem pengajaran PAI adalah sebagai desainer, sekaligus sebagai
pelaksana pengajaran. Sebagai seorang perancang, guru berfungsi menyusun suatu
sistem pengajaran. Sedangkan sebagai pelaksana sistem pengajaran, guru berfungsi
dalam tranformasi ilmu yang dilakukanya di kelas. Dalam hal ini guru harus memiliki;
kompetensi mengajar, sikap professional, penguasan materi pelajaran, prinsip-prinsip
dan teknik pengajaran serta keterampilan-keterampilan dasar mengajar lainnya. Dan
yang terpenting adalah seorang guru harus memiliki keteladanan yang bisa ditiru oleh
murid-muridnya. Dalam hal ini guru harus menjadi sosok desain hasil pembelajaran
yang diharapkan muncul pada diri masing-masing siswa. Adapun fungsi yang ketiga,
adalah guru sebagai evaluator. Kegiatan pengajaran yang telah dijalankan, kemudian
diadakan evaluasi. Hasil evaluasi yang di dapat digunakan untuk mengetahui sejauh
mana tingkat keberhasilan yang telah dicapai dengan menggunakan pedoman
perencanaan. Dari sini, akan ditemukan titik-titik mana saja yang kemudian diperbaiki.
Beberapa komponen pendekatan sistem diatas bekerja secara kooperatif. Artinya
kesemuanya itu saling berkerja sama untuk mencapai sebuah tujuan. Sehingga satu
sama lain saling menguatkan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnnya.

1. D. KRITERIA DAN VARIABEL – VARIABEL YANG DAPAT MEMPENGARUHI


SYSTEM PEMBELAJARAN
1. Hasil belajar sebagai kriteria keberhasilan sistem pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang kompleks yang keberhasilannya dapat
dilihat dari dua aspek, yakni aspek produk dan aspek proses.

Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi produk adalah keberhasilan siswa mengenai
hasil yang diperoleh dengan mengabaikan proses pembelajaran. Keberhasilan
pembelajaran dilihat dari sisi hasil memang mudah dilihat dan ditentukan kriterianya,
akan tapi hal ini dapat mengurangi makna proses pembelajaran sebagai proses yang
mengandung nilai-nilai pendidikan. Dengan kata lain keberhasilan pembelajaran yang
hanya melihat sisi hasil sama halnya dengan mengerdilkan makna pembelajaran itu
sendiri.

1. Variabel yang berpengaruh terhadap keberhasilan system pembelajaran


1. Faktor Guru
Keberhasilan suatu system pembelajaran, guru merupakan komponen yang
menentukan. Hal ini disebabkan karena guru merupakan orang yang secara langsung
berhadapan dengan siswa. Dalam system pembelajaran guru bisa berperan sebagai
perencana(planer) atau desainer (designer) pembelajaran, sebagai implementator, dll.
Menurut Dunkin (1974) ada sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas guru
yaitu: teacher formative experience, teacher training experience, dan teacher
properties.

1. Faktor siswa
Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap
perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek
kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada
setiap aspek tidak selalu sama.

1. Faktor sarana dan prasarana


Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran
proses pembelajaran. Misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan
sekolah dan lain-lain.

1. Faktor Lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua factor yang dapat memengaruhi proses
pembelajaran yaitu factor organisasi kelas dan factor iklim social-psikologis.

1. E. APLIKASI PENDEKATAN SISTEM DALAM PEMBELAJARAN PAI


Menurut Gagne dan Atwi Suparman mengatakan bahwa sistem pengajaran adalah suatu
set peristiwa yang mempengaruhi siswa sehingga terjadi proses belajar. Oemar
Hamalik, mengatakan; “sistem pengajaran merupakan suatu kombinasi terorganisasi
yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur
yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Ada tiga ciri khas yang ada dalam
sistem pembelajaran yaitu:

1. Rencana, penataan intensional orang, material dan prosedur yang merupakan


unsur sistem pengajaran sesuai dengan suatu rencana khusus, sehingga tidak
mengambang.
2. Kesalingtergantungan (interdependent), unsur-unsur suatu sistem merupakan
bagian yang koheren dalam keseluruhan, masing-masing bagian bersifat esensial,
satu sama lain saling memeberikan sumbangan tertentu.
3. Tujuan, setiap sistem pengajaran memiliki tujuan tertentu. The goal is the purpose
for which the system is design.
Menurut Oemar Hamalik, langkah-langkah perencanaan (desain) pembelajaran
termasuk pelajaran PAI sebagai berikut:

Pada tahap perencanaan, komponen-komponen pembelajaran PAI yang harus


direncanakan oleh guru PAI melalui pendekatan sistem antara lain:

1. Menetapkan tujuan pembelajaran PAI


Sebagai langkah awal dalam desain pembelajaran, guru PAI harus menelaah kurikulum
untuk mengetahui tujuan dan kompetensi mata pelajaran. Kemudian, ia
mengembangkannya dalam bentuk silabus sebagai uraian program yang
mencantumkan mata pelajaran, tingkat satuan pendidikan, semester, pengelompokan
standart kompetensi dan kompetensi dasar, materi pokok, indicator, strategi
pembelajaran, alokasi waktu, sumber dan media, serta sistem penilaian.

Secara umum, PAI bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan,


dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam,sehingga menjadi muslim yang
beriman dan bertakwa kepada Allah swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan baik
pribadi, masyarakat dan berbangsa dan bernegara. Tujuan umum ini akan akan
dijabarkan dalam kompetensi dasar pada setiap topik bahan ajar sesuai tingkat kelas
dan semester siswa yang meliputi kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik.

1. Menetapkan strategi pengorganisasian isi pelajaran PAI


Materi/ bahan ajar dalam pembelajaran PAI adalah terdiri dari al-Qur’an dan al-Hadist,
keimanan, syari’ah, ibadah,muamalah, akhlaq dan sejarah yang lebih menekankan pada
perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Semua materi ini harus
direncanakan secara sistematik sesuai dengan kelas, semester, alokasi waktu, sumber
belajar, media dan karakteristik siswa yang akan menerima materi pelajaran.

1. Merencanakan peran pendidik dan siswa dalam kegaiatan pembelajaran.


Pendidik dan siswa merupakan subyek utama yang sangat berperan dan saling
membutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran PAI, sebab tanpa peran aktif
keduanya tidak akan terjadi mobilisasi pembelajaran. Karena itu, guru harus mampu
membangun kerjasama yang sinergis dengan siswa dalam semua aksi transformasi
keilmuan dan sikap sehingga siswa dapat mencapai berbagi kompetensi pembelajaran
yang tertuang dalam kurikulum.

1. Menentukan strategi pembelajaran PAI


Strategi ini merupakan tehnik mengelola kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru
dan siswa dalam interkasi pembelajaran. Menentukan strategi ini mencakup
pendekatan dan metode pembelajaran PAI yang akan digunakan agar sesuai sumber
daya sekolah dan keadaan peserta didik. Di dalam pembelajaran PAI, banyak
pendekatan dan metode yang dapat diterapkan, tetapi metode yang sering digunakan
adalah metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan diskusi.

1. Menetapkan tehnik evaluasi hasil pembelajaran PAI


Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerima pelajaran
yang telah diberikan oleh guru PAI. Penilaian pembelajaran harus direncanakan dengan
tepat agar instrument penilaiannya reabel dan valid untuk mengukur kemampuan
siswa dengan mengacu pada penilaian yang berbasis kelas, yakni penilaian proses dan
hasil ujian siswa.

1. Memilih fasilitas, media dan lingkungan pembelajaran PAI


Perencanaan terhadap fasilitas, media dan lingkungan pembelajaran PAI yang tepat
akan mampu memberikan pengalaman belajar dan mempermudah peserta didik untuk
menerima pelajaranyang disampaikan guru. Pemilihan fasilitas, media dan lingkungan
pembelajaran PAI dimaksudkan untuk menghemat dana, waktu, dan tempat atau guru
dapat merencanakan kegiatan pembelajaran PAI sesuai dengan kondisi dan sumber
daya sekolah yang tersedia.

Pada tahap pelaksanaannya, guru PAI harus melaksanakan proses pembelajarannya


dengan berpedoman pada rancangan pembelajaran yang sudah disusun dengan
pendekatan sistem. Bentuk rancangan yang dipergunakan saat ini adalah Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memiliki beberapa komponen yang saling
berkaitan dalam menapai tujuan pembelajaran. Model satuan pelajaran ini meruapakan
istilah yang diperkenalkan melalui KBK dan KTSP yang saat ini harus dipahami oleh
semua guru.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana atau program yang disusun
oleh guru untuk satu atau dua kali pertemuan untuk mencapai target satu kompetensi
dasar. RPP diturunkan dari silabus yang telah disusun dan bersifat aplikatif di kelas.
Secara sistematik, sebuah RPP memiliki komponen-komponen sebagai berikut:
identitas mata pelajaran, standart kompetensi mata pelajaran, kompetensi dasar setiap
topik materi, dan indicator yang hendak dicapai setiap materi, pokok materi, kegiatan
pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, dan evaluasi. Semua komponen ini
harus dirancang oleh guru PAI dalam bentuk RPP yang akan dijadikan pedoman selama
berlangsungnya kegiatan pembelajaran pada setiap semester.

Pada komponen kegiatan pembelajaran, sebuah RPP menyajikan langkah-langkah


operasional yang akan dikerjakan oleh guru dan siswa selama berlangsungnya proses
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran ini terdiri dari tiga tahap yaitu: awal, inti dan
akhir. Pada kegiatan awal, guru PAI membuka pelajaran dengan salam dan berdoa,
menyiapkan kondisi kelas dan siswa, memberikan apersepsi dan menyampaikan tujuan
pembelajaran dan materi pertemuan yang berjalan. Pada kegiataan inti, guru PAI harus
mampu mengelola aksi belajar siswa, sehingga peran aktif mengikuti pembelajaran.
Karena itu, guru PAI senantiasa memulai materi pelajaran dengan memberikan
penjelasan singkat, memperkenalkan dan mencontohkan cara menggunakan media
peraga, membagi siswa menjadi beberapa kelompok belajar, berdiskusi, memberikan
tugas latihan, membuka sesi tanya jawab, meminta siswa memperagakan media melalui
praktik kelas. Pada kegiatan akhir, guru PAI melaksanakan prosedur penutupan yang
berorientasi pada pemantapan pemahaman siswa dan tindak lanjut materi. Kegiatan
akhir ini mencakup; penyimpulan materi yang sudah dipelajari, memberikan tindak
lanjut berupa tugas praktik/latihan dan PR serta mengakhiri pembelajaran dengan doa
dan salam.

Guru PAI menilai kemampuan siswa dengan mengacu pada konsep penilaian berbasis
kelas yang terfokus pada dua aspek penilaian yakni proses pembelajaran dan hasil
belajar siswa. Penilaian proses dimulai sejak awal masa pembelajaran dengan
mengukur perkembangan aspek afektif siswa melalui internalisasi dan penghayatan
nilai beragama siswa selama di sekolah dan unjuk kerja psikomotorik yang sudah
dihasilkan berupa aksi ibadah yang bersifat mahdhah, gambar islami, etika social dalam
bergaul di sekolah ataupun di masyarakat.

Penilaian proses ini disebut juga dengan penilaian Authentic Assesment yang
mengandung makna bahwa penilaian yang mengacu pada pembelajaran yang telah
terjadi, menyatu dalam proses belajar mengajar dan memberikan kesempatan serta
arahan kepada siswa untuk maju. Authentic Assesment sekaligus dipergunakan sebagai
alat control untuk melihat kemajuan siswa dan feedback bagi praktek pengarahan
selanjutnya. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang
proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir periode pembelajaran
seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar,tetapi dilakukan bersama-sama secara
terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiataan pembelajaran.

Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian bukanlah untuk mencari informasi
tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada
upaya membantu siswa agar mampu mempelajari, bukan ditekankan kepada sebanyak
mungkin informasi di akhir periode pembelajaran.

Perencanaan penilaian autentik dalam pembelajaran PAI tentu akan menilai


pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa selama mengikuti pembelajaran.
Penilai tidak hanya guru, tetapi dapat juga teman atau orang lain.

Karateristik penilaian autentik:

1. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran PAI berlangsung


2. Bias digunakan untuk ujian formatif maupun sumatif
3. Yang diukir keterampilan dan performansi beragama
4. Berkesinambungan
5. Terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran PAI
6. Dapat digunakan sebagai feedback pembelajaran PAI selanjutnya.
Penilaian hasil belajar siswa lebih cenderung mengukur kemajuan belajar kognitif siswa
yang terkadang pencapaian hasil nominalnya sering direkayasa dengan berbagai
siasatoleh siswa ketika mengikuti ujian akhir.kondisi yang perlu dipahami oleh setiap
guru PAI dalam menilai hasil belajar siswa melalui berbagai bentuk item soal ini, yaitu
ketepan dan kebenaran soal ujian yang berkaitan dengan tujuan dan kompetensi
pelajaran PAI yang termuat dalam kurikulum/ silabus dan materi ajar yang sudah
dipelajari siswa selama mengikuti pembelajaran di kelas.

Dari semua penjelasan diatas, sebenarnya aplikasi pendekatan sistem pembelajaran PAI
terdiri tiga bagian, memiliki ciri-ciri adanya perencanaan, kesalingtergantungan dan
tujuan yang hendak dicapai. Dalam perencanaan itu terdapat beberapa komponen yang
saling mempengaruhi, dan bekerja sama untuk mencapai sebuah tujuan. Sehingga
dalam pendekatan sistem pembelajaran PAI, semua komponen memiliki makna dalam
pencapaian sebuah tujuan. Artinya, pencapaian tujuan itu akan terhambat manakala ada
beberapa komponen yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Jika kita ingin
memodifikasi pembelajaran PAI, maka harus memperhatikan semua variabel, aspek dan
unsur-unsur serta faktor-faktor yang terlingkupi dalam sistem pembelajaran, seperti
sistem struktur kurikulum, sistem bahan ajar, media dan sarana, juga aspek rencana,
proses dan evaluasi pembelajaran PAI dan lain-lain.
BAB III

KESIMPULAN

1. Sistem adalah kumpulan dari sekian banyak komponen yang saling berintegrasi,
saling berfungsi secara kooperaatif dan saling mempengaruhi dalam rangka
mencapai tujuan tertentu.
2. Pendekatan sistem pembelajaran PAI adalah kumpulan dari sekian banyak
komponen yang saling berintegrasi, saling berfungsi secara kooperaatif dan saling
mempengaruhi dalam rangka mewujudkan generasi-genarasi yang beriman dan
bertakwa.
3. Dalam perencanaan itu terdapat beberapa komponen yang saling mempengaruhi,
dan bekerja sama untuk mencapai sebuah tujuan. Sehingga dalam pendekatan
sistem pembelajaran PAI, semua komponen memiliki makna dalam pencapaian
sebuah tujuan. Artinya, pencapaian tujuan itu akan terhambat manakala ada
beberapa komponen yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
4. Kriteria dan variabel – variabel yang dapat mempengaruhi system pembelajaran
itu terdiri dari hasil belajar, faktor guru, faktor siswa, faktor sarana dan prasarana
dan faktor lingkungan.
5. Aplikasi pendekatan sistem pembelajaran PAI terdiri tiga bagian, memiliki ciri-ciri
adanya perencanaan, kesalingtergantungan dan tujuan yang hendak dicapai.
Sehingga dalam pandangan Islam, peran kekhalifahan manusia dapat
direalisasikan melalui tiga hal, yaitu:
6. landasan yang kuat berupa iman dan takwa
7. penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
8. akhlak mulia

DAFTAR PUSTAKA

Banathy, Bela,H. Instructional System. California: Fearon Publisher Inc. 1972.

Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta:


Bumi Aksara, 2005.

Harjanto. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2000.

Kemp. Intructional Design. California: Fearon Publisher Inc.1977.


Lembaga Administrasi Negara RI. Sistem Administrasi Negara Republik
Indonesia, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung. 1997.
Pidarta Made. Perencanakan Pendidikan Partisipasi dengan Pendekatan Sistem. Jakarta
: Rineka Cipta. 1990.

Roestiyah N,K. Masalah Pengajaran sebagai suatu sistem. Jakarta: Rineka Cipta. 1994.

Roger A, Kaufman. Educational System Planning New. Jersey: Prentice Hall Ink. 1972.

Samana. Sistem Pengajaran Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional dan


Pertimbangan Metodologisnya. Yogyakarta: Kanisius. 1992.

Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana. 2008.

Supli Efendi Rahim, Atwi Suparman, Desain Instruksional. Jakarta: Pusat Antar
universitas untuk peningkatan dan pengembangan aktivitas intruksional Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Syah Darwyn, dkk. Perencanaan Sistem Pengajaran PAI. Jakarta: Gaung Persada Press.
2007.

Yusuf Enoch. Dasar-dasar Rencana Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.1995.


.

Tatang M Amirin. Pokok-Pokok Teori Sistem. Jakarta : Rajawali Press.tt.

[1] Devlin, Joseph, A Dictionary od Synobyms and Antonyms, (Bandung : Angkasa,


1961) hal.307.
[2] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada
Media Group, 2008), hal.1-2.
[3] Banathy, Bela,H. Instructional System. (California: Fearon Publisher Inc, 1972),hal.1.
[4] Roger A, Kaufman. Educational System Planning New, (Jersey: Prentice Hall
Ink,1972),hal.1.
[5] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta,1997), hal. 46-47.
[6] Lembaga Administrasi Negara RI, Sistem Administrasi Negara Republik
Indonesia, (Jakarta : Gunung Agung:1997), hal.1.
[7] Tatang M Amirin, Pokok-Pokok Teori Sistem, (Jakarta : Rajawali Press,-), hal.10.
[8] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada
Media Group, 2008), hal. 2-6.
[9] Samana A, Sistem Pengajaran Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional dan
Pertimbangan Metodologisnya, (Jakarta: Kanisius, 1992), hal.24-27.
[10] Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta
: Bumi Aksara, 2002), hal. 4-6.
[11] Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta
: Bumi Aksara, 2002), hal. 8-9.
[12] Rostiyah NK, Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, (Jakarta: Rineka Cipta,
1994), hal.1-16)
[13] Darwyn Syah, dkk, Perencanaan Sistem Pembelajaran PAI,(Jakarta : Gaun Persada
Press,2007). Hal 61.
[14] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada
Media Group, 2008), hal. 7-8.
[15] Burharuddin, Kedudukan Managemen Dalam Pembelajaran,( – : – , 2002) hal.6.

Anda mungkin juga menyukai