Anda di halaman 1dari 9

BAB 3

Makalah Manajemen Sekolah


Sekolah Efektif

A.Latar Belakang
Pendidikan sangatlah penting oleh karena itu sekolah berperan penting bagi semua orang.
Sekolah sebagai suatu institusi tidaklah berdiri sendiri karena sekolah terkait erat dengan
nilai, budaya, dan kebiasaan yang hadir di masyarakat. Sekolah Merupakan ujung tombak
proses modernisasi (agent of change) yang diupayakan melalui kebijakan pemerintah. Produk
dari sebuah sekolah harus berupa lulusan yang memiliki kompetensi unggul agar mampu
menghadapi kompetisi di jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau “di pasar” tenaga kerja.

Sekolah efektif dapat dikatakan sebagai sekolah yang menunjukkan tingkat antara hasil yang
dicapai dengan hasil yang diharapkan sebelumnya dimana telah ditetapkan kemampuan
siswanya pada keterampilan dasar yang dapat diukur melalui tes kemampuan dan proses
penyelenggaraannya terdiri atas manajemen, pengajaran, serta kepemimpinan.

B, Tujuan Pembelajaran
setelah menyelesaikan bab ini, anda diharapkan dapat:

1. menjelaskan apa yang dimaksud sekolah sebagai sistem


2. menjelaskan apa yang dimaksud dengan sekolah efektif
3. apa saja konsep sekolah efektif
4. Apa saja ciri-ciri dan karakteristik sekolah efektif
5. kepemimpinan sekolah efektif

C. Materi pembelajaran
1. Sekolah Sebagai Suatu Sistem

Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “systema”, yang berarti himpunan bagian atau
komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Sistem
merupakan istilah yang memiliki makna sangat luas dan dapat digunakan sebagai sebutan
yang melekat pada sesuatu. Suatu perkumpulan atau organisasi adalah sebagai sistem, yang
kemudian orang menyebutnya dengan istilah sistem organisasi. Pendidikan sebagai sebuah
sistem, yang kemudian orang menyebutnya dengan istilah sistem pendidikan. Begitu
seterusya, bahwa setiap, jenis organisasi, apapun bentuknya, akan disebut sistem. Sistem
menurut para tokoh diantaranya Bela H. Banathy dalam bukunya Instructional System
mengemukakan bahwa sistem berarti satuan objek yang disatukan oleh suatu interaksi atau
saling ketergantungan. Menurut Suhardjo sistem adalah kesatuan fungsional daripada unsur-
unsur yang ada untuk mencapai tujuan. Jadi, sistem terdiri dari unsur-unsur, fungsi dari
masing- masing unsur, ada kesatuan fungsi dari setiap unsur, dan ada tujuan yang ingin
dicapai. Setiap organisasi yang ada dalam kehidupan ini dapat disebut sebagai sistem,
walaupun di setiap organisasi memiliki batasan-batasan yang berbeda. Zahara Idris
mengemukakan bahwa sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas komponen – komponen
atau elemen – elemen atau unsur – unsur sebagai sumber – sumber yang mempunyai
hubungan fungsional yang teratur, tidak sekedar acak, yang saling membantu untuk mencapai
suatu hasil (product). Sebagai ontoh, tubuh manusia merupakan suatu sistem yang terdiri atas
komponen – komponen antara lain jaringan daging, otak, urat – urat, darah, syaraf dan tulang
– tulang. Setiap komponen – komponen itu mempunyai fungsi sendiri – sendiri (fungsi yang
berbeda – beda), dan satu sama lain saling berkaitan sehingga merupakan suatu kebulatan
atau suatu kesatuan yang hidup. Dengan kata lain, semua komponen itu berinteraksi
sedemikian rupa sehingga mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Menurut Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan setiap sistem mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
a. Tujuan
Setiap sistem mempunyai memberi pelayanan pendidikan kepada yang
membutuhkan. Tujuan pengajaran adalah agar yai tujuan. Sebagai contoh tujuan
lembaga pendidikan adalah siswa belajar perilaku tertentu yang ditetapkan terlebih dahulu.
b. Fungsi – fungsi
Adanya tujuan yang harus dicapai oleh suatu sistem menuntut terlaksananya berbagai fungsi
yang diperlukan untuk menunjang usaha mencapai tujuan tersebut. Misalnya suatu
lembaga pendidikan dapat memberikan pelayanan pendidikan dengan baik, perlu adanya
fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian.
c. Komponen – komponen
Bagian suatu sistem yang melaksanakan suatu fungsi untuk menunjang usaha mencapai
tujuan sistem disebut komponen. Jadi, komponen mempunyai fungsi khusus, misalnya
komponen instruksional meliputi manusia (guru, konselor, administrator, petugas – petugas
lainnya), material (buku, papan tulis, fotografi, slide, film). Masing – masing komponen
diatas menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan belajar yang sudah ditetapkan.
Komponen diatas
disebut juga komponen integral, yaitu komponen yang harus ada pada setiap kegiatan
kegiatan instruksional

d. Interaksi atau saling hubungan


Semua komponen dalam suatu sistem, seperti komponen – komponen instruksional tadi
saling berhubungan satu sama lain, saling mempengaruhi dan saling membutuhkan.

e. Penggabungan yang menimbulkan jalinan perpaduan

Misalnya, dalam kegiatan belajar mengajar guru berusaha menimbulkan jalinan


keterpaduan antara berbagai komposer instruksional dengan melaksanakan pengembangan
sistem instruksional untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

f. Proses transformasi
Semua sistem mempunyai misi untuk mencapai suatu tujuan, untuk itu diperlukan suatu
proses yang memproses masukan (input) menjadi hasil – hasil (output).
g. Umpan balik untuk koreksi

Untuk mengetahui apakah masing – masing fungsi terlaksana dengan baik diperlukan fungsi
kontrol yang mencakup monitoring dan koreksi. Hasil monitoring dijadikan dasar
pertimbangan untuk melaksanakan perubahan – perubahan, penentuan, perbaikan, atau
penyesuaian – penyesuain agar masing – masing berprestasi tinggi.

h. Daerah batasan dan lingkungan

Antara suatu sistem dan bagian – bagian lain atau lingkungan di sekitarnya akan terjadi
interaksi. Namun, antara suatu sistem yang lain mempunyai daerah batasan tertentu. Suatu
sistem dapat pula merupakan subsistem dari sistem yang lebih besar (suprasistem).

Kata pendidikan itu berasal dari kata “Pedagogi”, kata tersebut berasal dari bahasa yunani
kuno, yang jika dieja menjadi 2 kata yaitu Paid yang artinya anak dan Agogos yang artinya
membimbing. Dengan demikian Pendidikan bisa diartikan sebagai usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan proses pembelajaran dan suasana belajar agar para pelajar di didik secara
aktif dalam mengembangkan potensi dirinya yang diperlukan untuk dirinya dan masyarakat.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa pendidikan sebagai suatu sistem adalah suatu komponen yang
saling berhubungan secara teratur dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan agar
para pelajar tersebut dapat secara aktif mengembangkan potensi di dalam dirinya yang
diperlukan untuk dirinya sendiri dan masyarakat.

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan pendidikan. Suatu usaha
pendidikan menyangkut tiga unsur pokok, yaitu unsur masukan, unsur proses usaha itu
sendiri, dan unsur hasil usaha. Hubungan ketiga unsur itu dapat digambarkan sebagai berikut
Proses Pendidikan Sebagai Suatu Sistem

Masukan usaha pendidikan adalah peserta didik dengan berbagai ciri-ciri yang ada pada diri
peserta didik itu (antara lain bakat, minat, kemampuan, keadaan jasmani,). Dalam proses
pendidikan terkait berbagai hal, seperti pendidik, kurikulum, gedung sekolah, buku, metode
mengajar, dan lain-lain, sedangkan hasil pendidikan dapat meliputi hasil belajar (yang berupa
pengetahuan, sikap, dan keterampilan) setelah selesainya suatu proses belajar mengajar
tertentu. Dalam rangka yang lebih besar, hasil proses pendidikan dapat berupa lulusan dari
lembaga

pendidikan (sekolah) tertentu Pendidikan dan Kebudayaan (1979) menjelaskan pula bahwa,
“Pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai unsur-unsur tujuan/sasaran
pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan, struktur/jenjang.

2 Pengertian Sekolah Efektif


Sekolah merupakan sebuah institusi yang memiliki komponen guru, siswa, serta staf yang
memiliki tugas khusus dalam melaksanakan program untuk mencapai tujuan suatu sekolah.
Sebagai institusi pendidikan formal, diharapkan sekolah dapat mencetak lulusan yang
berprestasi, unggul dalam sikap, keterampilan,serta kepribadian yang unggul agar mereka
dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau dapat bekerja sesuai dengan
keterampilan dan keahliannya.

Efektivitas menunjukkan ketercapaian sasaran atau tujuan yang telah dirancang dan
ditetapkan sebelumnya. Efektivitas sekolah terdiri atas dimensi manajemen dan
kepemimpinan sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan staf lainnya, siswa, kurikulum, sarana
prasarana, pengelolaan kelas, hubungan sekolah dan masyarakatnya, pengelolaan di bidang
khusus lainnya, hasil nyatanya merujuk pada hasil yang diharapkan bahkan menunjukkan
kedekatan atau kemiripan antara hasil nyata dengan hasil yang diharapkan . Efektifitas bukan
hanya sekedar pencapaian tujuan, tetapi berkaitan dengan komponen- komponen sistem
dengan mutu
Sekolah efektif adalah sekolah yang memiliki karakteristik kepemimpinan organisasi,
kepemimpinan kurikulum, pemimpin sebagai pengawas, serta manajemen. Sekolah efektif
adalah sekolah yang dapat mengorganisasikan dan memanfaatkan semua sumber daya agar
semua siswa dapat mempelajari materi di sekolah tanpa memandang ras, suku bangsa, jenis
kelamin, maupun status sosial dalam masyarakat (Taylor 1990)..

Sekolah efektif dapat dikatakan sebagai sekolah yang menunjukkan tingkat antara hasil
yang dicapai dengan hasil yang diharapkan sebelumnya dimana telah ditetapkan
kemampuan siswanya pada keterampilan dasar yang dapat diukur melalui tes kemampuan
dan proses penyelenggaraannya terdiri atas manajemen, pengajaran, serta kepemimpinan.

3 Konsep Sekolah Efektif

Sekolah efektif dapat diartikan sebagai sekolah yang menunjukkan tingkat kinerja yang
diharapkan dalam menyelenggarakan proses belajarnya, dengan menunjukkan hasil belajar
yang bermutu pada peserta didik sesuai dengan tugas pokoknya.Mutu pembelajaran dan
hasil belajar yang memuaskan tersebut merupakan produk akumulatif dari seluruh layanan
yang dilakukan sekolah dan pengaruh dari suasana/iklim yang kondusif yang diciptakan di
sekolah. Sekolah Efektif dalam Perspektif Mutu Pendidikan .Penyelenggaraan layanan
belajar bagi peserta didik biasanya dikaji dalam konteks mutu pendidikan yang erat
hubungannya dengan kajian kualitas manajemen dan sekolah efektif. Lingkungan sistem
persekolahan, konsep mutu pendidikan dipersepsi berbeda-beda oleh berbagai pihak.
Menurut persepsi kebanyakan orang (orang tua dan masyarakat pada umumnya), mutu
pendidikan di sekolah secara sederhana dilihat dan perolehan nilai atau angka yang dicapai
seperti ditunjukkan dalam hasil-hasil ulangan dan ujian.Sekolah dianggap bermutu apabila
para siswanya, sebagian besar atau seluruhnya,memperoleh nilai/angka yang tinggi,
sehingga berpeluang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Persepsi tersebut
tidak keliru apabila nilai atau angka tersebut diakui sebagai representasi dari totalitas hasil
belajar, yang dapat dipercaya menggambarkan derajat perubahan tingkah laku atau
penguasaan kemampuan yang menyangkut aspek kognitif,afektif dan psikomotorik.Dengan
demikian, hasil pendidikan yang bermutu memiliki nuansa kuantitatif dan kualitatif.Artinya, di
samping ditunjukkan oleh indikator seberapa banyak siswa yang berprestasi sebagaimana
dilihat dalam perolehan angka/nilai yang tinggi, juga ditunjukkan oleh seberapa baik
kepemilikan kualitas pribadi para siswanya, seperti tampak dalam kepercayaan
diri,kemandirian, disiplin, kerja keras dan ulet, terampil, berbudi-pekerti, beriman dan
bertaqwa,tanggung jawab sosial dan kebangsaan, apresiasi, dan lain sebagainya. Analisis di
atas memberikan pemahaman yang jelas bahwa konsep sekolah efektif berkaitan langsung
dengan mutu kinerja sekolah.Kemampuan profesional guru direfleksikan pada mutu
pengalaman pembelajaran siswa yang berinteraksi dalam kondisi proses belajar mengajar.
Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh:a. tingkat penguasaan guru terhadap bahan pelajaran
dan penguasaan struktur konsep-konsep keilmuan metode, pendekatan, gaya/seni dan
prosedur mengajar, pemanfaatan fasilitas belajar secara efektif dan efisien. pemahaman
guru terhadap karakteristik kelompok dan perorangan siswa

4 Ciri-ciri dan Karakteristik Sekolah Efektif

Ciri-ciri sekolah yang efektif ditentukan dengan adanya aspek-aspek yang diperlukan dalam
menentukan keberhasilan sekolah. Untuk dapat dikatakan sebagai sekolah efektif, maka
perlu adanya indikator atau ciri khas dari sekolah itu sendiri, berikut adalah beberapa
pendapat mengenai ciri-ciri sekolah dikatakan efektif.

a) Ciri-ciri sekolah efektif menurut David A. Squires (1983), yaitu :

1. Adanya standar disiplin yang berlaku bagi kepala sekolah.


2. Memiliki suatu keteraturan dalam rutinitas kegiatan di kelas.
3. Mempunyai standar prestasi sekolah yang sangat tinggi
4. Siswa diharapkan mampu mencapai tujuan yang telah direncanakan.
5. Siswa diharapkan lulus dengan menguasai pengetahuan akademik.
6. Adanya penghargaan bagi siswa yang berprestasi.
7. Siswa berpendapat kerja keras lebih penting daripada faktor keberuntungan dalam meraih
prestasi.
8. Para siswa diharapkan mempunyai tanggung jawab yang diakui secara umum.
9. Kepala sekolah mempunyai program inservice, pengawasan, supervisi, serta
menyediakan waktu.
b) Ciri-ciri sekolah efektif menurut Jaap Scheerens (1992) yaitu :
1. Kepemimpinan yang kuat.
2. Penekanan pada pencapaian kemampuan dasar.
3. Adanya lingkungan yang nyaman.
4. Harapan yang tinggi pada prestasi siswa.
5. Penilaian secara rutin mengenai program yang dibuat siswa.

c) Ciri-ciri sekolah efektif secara umum, yaitu :


1. Tujuan sekolah dinyatakan secara jelas dan spesifik.
2. Pelaksanaan kepemimpinan pendidikan yang kuat oleh kepala sekolah.
3. Ekspektasi guru dan staf tinggi.
4. Ada kerjasama kemitraan antara sekolah, orangtua dan masyarakat.

5. Adanya iklim yang positif dan kondusif bagi siswa untuk belajar.

6. Kemajuan siswa sering di monitor.

7. Menekankan pada keberhasilan siswa dalam mencapai keterampilan aktivitas


yang esensial

8. Komitmen yang tinggi dari SDM sekolah terhadap program pendidikan.

● a) Karakteristik sekolah efektif menurut Edmonds (1979), yaitu


: 1. Kepemimpinan dan perhatian kepala sekolah terhadap pengajaran.
2. Pemahaman yang mendalam terhadap pengajaran.
3. Iklim yang nyaman dan tertib bagi berlangsungnya pembelajaran.
4. Harapan bahwa semua siswa minimal akan menguasai pengetahuan tertentu.
5. Penilaian siswa yang didasarkan pada hasil pengukuran hasil belajar.
● b) Karakteristik sekolah efektif menurut Bank Dunia (2000), yaitu :
1. Supporting inputs (input dukungan)
2. Enabling Conditions (Kondisi yang memungkikan)
3. School Climate (iklim sekolah)
4. Teaching Learning Process (proses pengajaran guru)

5 Kepemimpinan Sekolah Efektif

Kepemimpinan adalah fungsi dari susunan kepribadian maupun situasional. Dilihat


secara fungsional, kepemimpinan itu diasosiasikan dengan perilaku yang
memperkuat jaminan kelompok, atau membantu pemanduan dari berbagai unsur
suatu kelompok. Kepemimpinan Merupakan faktor penggerak organisasi melalui
penanganan perubahan dan manajemen yang dilakukan sehingga keberadaan
pemimpin bukan hanya sebagai simbol yang ada atau tidaknya tidak menjadi
masalah tetapi keberadaannya memberi dampak positif bagi perkembangan
organisasi

Ada tiga jenis kepemimpinan yang dipandang representatif bagi penyelenggaraan


sekolah efektif yaitu:

a. Kepemimpinan Tradisional

Menurut H. Witdarmono Pr. Kepemimpinan tradisional merupakan: “Kepemimpinan


yang mengutamakan apa yang sudah ada. Dan apa yang sudah ada itu, sungguh-
sungguh mau diteruskan, bahkan kalau bisa diwariskan secara terus-menerus. Jadi
apa yang sudah ada, atau keadaan yang sudah ada itulah yang paling penting. Dalam
model tradisional konsepsinya adalah bahwa kehidupan manusia dijamin dengan
lembaga yang historis seperti misalnya keluarga, negara, kampung, desa, RT, itulah
yang dimaksud dengan lembaga-lembaga historis yang menjamin kehidupan
manusia. Dapat dipahami kepemimpinan tradisional merupakan kepemimpinan
melalui pewaris-pewaris dalam suatu kelompok sosial. Pemimpin tradisional lahir
karena diminta oleh masyarakat berdasarkan prestasi spiritualitas dan amal
baktinya kepada masyarakat. Pemimpin tradisional biasanya menjadi penafsir, dan
penerjemah, dan juga menjadi penjaga tradisi. Pada masyarakat tradisional
kehadiran seorang pemimpin pada dasarnya juga melalui pilihan yaitu menonjolnya
kepribadiannya dalam pergaulan dan komunikasi sosial. Biasanya yang menjadi
modal kepemimpinan tradisional ini adalah kemampuan membaca kebenaran truth
reality sehingga dapat menafsirkan keterkaitan realitas dengan alam maya virtual
reality. Selanjutnya kepemimpinan tradisional itu dengan kearifan yang ada pada
sang pemimpin selalu menemukan solusi atas berbagai pertanyaan warganya.
Menurut H. Witdarmono Arah atau tujuan Kepemimpinan tradisional adalah:
“Menjaga status quo, karena yang terpenting dalam kepemimpinan tradisional
adalah apa yang sudah ada atau diwariskan jangan digoyahkan, karena merupakan
status quo, merupakan keadaan yang tetap, yang harus terus diteruskan, Dalam arti
bahwa mereka harus mempunyai ideologi, harta benda, gelar, dan lain-lain, tapi yang
paling penting adalah harus diciptakan sesuatu yang sifatnya bisa diwariskan”.
Kepemimpinan tradisional yang biasanya disebut kepemimpinan informal, yang
ditekankan adalah bagaimana kelompok dimana sang pemimpin itu ada agar
kelompok tersebut tetap berada dalam satu kesatuan yang utuh dan bisa maju
bersama-sama. Dalam kepemimpinan tradisional unsur demokrasi lebih besar
karena setiap warga dalam komunitasnya bebas berekspresi sesuai dengan adat
dan tradisi mereka. Hubungan antar anggota dalam kepemimpinan tradisional
adalah mereka saling mencakup antara satu dengan yang lain. Disini pengawasan
sangat penting. Lalu juga stabilitas sangat utama. Karena dalam kepemimpinan
tradisional yang diutamakan adalah menjaga tradisi yang diwariskan oleh nenek
moyang mereka. Menurut H. Witdarmono Pr dalam kepemimpinan Tradisional Untuk
mengambil keputusan tidak diperlukan pengertian tentang tujuan dari organisasi,
karena dalam kepemimpinan tradisional tujuan tersebut sudah dimengerti. Jadi bagi
mereka, tidak ada persoalan masalah bagaimana, atau tidak ada persoalan tentang
tujuan, karena tujuan mereka adalah menjaga tradisi yang tidak bisa diubah-ubah
artinya mereka hanya tinggal menerima saja. Untuk kepemimpinan tradisional yang
diutamakan adalah apa yang diwariskan, maka yang tua, yang bijaksana, yang
dianggap suci, yang dikeramatkan atau dimitoskan, itu merupakan teladan yang bisa
disebut sebagai pemimpin tradisional. Maka dalam kepemimpinan tradisional orang-
orang yang dilihat secara moril cukup kuat, orang mempunyai karisma, mempunyai
sesuatu yang khusus, yang mendapat wahyu dan ilham dialah yang biasanya diakui
oleh masyarakatnya sebagai seorang pemimpin. Pemimpin tradisional lahir karena
diminta oleh masyarakat berdasarkan prestasi spiritualitas dan amal baktinya
kepada masyarakat . Ciri-ciri dari kepemimpinan tradisional sama dengan
ciri dari kepemimpinan informal seperti:
1. Tidak memiliki penunjukan formal sebagai seorang pemimpin
2. Ditunjuk dan diakui oleh masyarakat
3. Tidak ada wewenang dari organisasi formal
4. Biasanya tidak memperoleh balas jasa berupa material
5. Tidak ada kenaikan pangkat

b. Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional adalah jenis kepemimpinan di mana para
pemimpin mendorong, menginspirasi, dan memotivasi karyawan mereka untuk
melampaui kepentingan diri mereka sendiri dan untuk berinovasi dan menciptakan
perubahan untuk mencapai yang terbaik bagi organisasi.

Pemimpin transformasional sering kali menginspirasi perubahan yang didorong oleh


tujuan yang kuat dan pada akhirnya menciptakan lingkungan yang dicirikan oleh
kepercayaan dan inovasi.

c. Kepemimpinan VIsioner( Visionary Leadership )

Kepemimpinan VIsioner adalah kemampuan pemimpin dalam menciptakan merumuskan ,


mengkomunikasikan / mensosialisasikan mentransformasikan dan mengimplikasikan /
pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi
sosial antara organisasi dan stakeholders yang diyakini sebagai cita-cita organisasi
di masa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui komitmen semua
personel. Kepemimpinan visioner akan menunjukan ciri-ciri kepemimpinannya yang
berkualitas dimana John Adair
mengemukakan ciri- ciri pemimpin yang berkualitas tinggi :

1. Memiliki integritas tinggi

2. Memiliki antusiasme terhadap perkembangan lembaga yang dipimpin

3. mengembangkan kehangatan , budaya dan iklim organisasi

4. memiliki ketenangan dalam manajemen berorganisasi

5. tegas dan adil dalam mengambil tindakan atau kebijakan kelembagaan


Kesimpulan

sekolah adalah suatu sistem yang menjadi satu kesatuan yang terdiri dari
berbagai komponen - komponen yang berkaitan satu sama yang lain agar
membentuk satu kesatuan yang utuh. agar sekolah dapat dikatakan sebagai suatu
sistem maka sekolah itu harus mempunyai beberapa komponen ( input, proses
dan output ) yang saling berhubungan dan berkaitan.
Pengertian sekolah efektif yaitu sekolah yang memiliki sistem pengelolaan yang
baik, transparan dan akuntabel, serta mampu memberdayakan setiap komponen
penting sekolah, baik secara internal maupun eksternal, dalam rangka pencapaian
visi-misi-tujuan sekolah secara efektif dan efisien .
Sekolah memiliki misi mendidik siswanya agar dapat melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi,meningkatkan pengetahuan dan hubungan timbal balik
dengan masyarakat.
Sekolah memiliki tugas untuk mengoptimalkan kemampuan siswa secara teoritis
maupun praktik agar mereka dapat survive di era globalisasi dengan memanfaatkan
peluang dan usaha atau keterampilan praktis yang dimilikinya sebagai hasil
pembelajaran di sekolah.
Keefektifitasan sekolah dapat tercermin dari profil sekolah yang memiliki keteraturan
dalam berbagai aspek untuk mencapai tujuan suatu pendidikan .Aspek -aspek
tersebut antara lain siswa,guru,dan tenaga kependidikan,kurikulum,sarana
prasarana ,kegiatan belajar,ekstrakurikuler,bimbingan dan konseling,kemitraan
sekolah dengan masyarakat sampai pada kegiatan-kegiatan khusus yang
berkembang atas kebutuhan dan inspirasi sekolah.
Maka keefektifan suatu sekolah dapat dilihat sejauh mana sinergi dari aspek-aspek
berikut untuk mencapai suatu target yang telah ditetapkan. kepemimpinan adalah
gaya dan karakter seorang pemimpin. Secara garis besar, peran seorang pemimpin
adalah bertanggung jawab penuh dalam menggerakkan dan memotivasi anggota
kelompoknya untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu pemimpin juga berperan
sebagai pencetus ide, penyemangat kelompok, pengarah anggota, mengaktifkan
anggota, mengawasi kegiatan, dan mengayomi anggotanya.

DAFTAR PUSTAKA

Dr.Sri Maryati Deliana, D. T. (2018). Manajemen Sekolah.

buku manajemen sekolah

https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_sekolah
Handoko, T.Hani.1984.Manajemen.Yogyakarta: BPFE

Anda mungkin juga menyukai