Istilah sistem menurut Shrode dan Voice (1974:115) berasal dari bahasa Yunani
yakni “Sistema”, sedang sistema mempunyai arti “suatu keseluruhan yang terdiri dari sejumlah
bagian-bagian.” Pengertian sistem dalam dunia keilmuan, lama-kelamaan menjadi beraneka
ragam, hal ini disebabkan adanya perbedaan selera, pengungkapan, disiplin ilmu dan maksud
penggunaan.
Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas komponen-komponen atau elemen-elemen atau
unsur-unsur sebagai sumber-sumber yang mempunyai hubungan fungsional yang teratur, tidak
sekedar acak, yang saling membantu untuk mencapai suatu hasil (product) (Zahara Idris 1987).
Pendidikan merupakan sustu usaha untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa sistem adalah keseluruhan himpunan
bagian-bagian yang satu sama lain berinteraksi dan bersama-sama melakukan kegiatan untuk
mencapai tujuan dalam suatu organisasi.
Bila pendidikan dipandang sebagai suatu sistem, maka secara sederhana dapat dikatakan bahwa
sistem pendidikan adalah suatu keseluruhan yang terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai
hubungan fungsional dalam mengubah masukan menjadi hasil yang diharapkan. Sedangkan
pendekatan sistem adalah cara-cara berfikir dan bekerja yang mnggunakan konsep-konsep teori
sistem yang relevan dalam memecahkan masalah.
Dalam pengertian umum sistem pendidikan adalah suatu strategi atau cara yang akan di pakai
untuk melakukan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan agar para pelajar tersebut dapat
secara aktif mengembangkan potensi di dalam dirinya yang diperlukan untuk dirinya sendiri dan
masyarakat. Setiap sistem pasti mempunyai tujuan, dan semua kegiatan dari semua komponen
atau bagian-bagiannya adalah diarahkan untuk tercapainya tujuan tersebut. Karena itu, proses
pendidikan merupakan sebuah sistem, yang disebut sebagai sistem pendidikan.
Pendidikan dilaksanakan bisa saja di rumah tangga, di masyarakat dan atau di sekolah sebagai
satuan pendidikan, ketiga satuan pendidikan tersebut bukanlah berdiri sendiri, tetapi saling
melengkapi. Dengan demikian pendidikan Nasional Indonesia merupakan sistem sosial dan salah
satu sektor dalam keseluruhan kehidupan bangsa yang sedang membangun.
Sistem persekolahan atau pendidikan formal mempunyai aturan permainan yang lebih tersurat
dan lengkap dibanding dengan sistem pendidikan keluarga ataupun sistem pendidikan
masyarakat. Bagian-bagian yang mempunyai fungsi tertentu dalam mencapai tujuan sistem
pendidikan disebut komponen sistem pendidikan. Sedangkan fungsi-fungsi yang bekerja dalam
pencapaian tujuan pendidikan disebut proses pendidikan. Kesemuanya ini menggambarkan
kegiatan dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan.
Komponen sistem pendidikan adalah bagian-bagian yang mempunyai fungsi tertentu dalam
mencapai tujuan sistem pendidikan. Secara teoritis, suatu pendidikan terdiri dari komponen-
komponen yang menjadi inti dari proses pendidikan. Menurut P.H. Combs (1982) komponen
pendidikan yaitu sebagai berikut:
Fungsinya mengarahkan kegiatan sistem. Hal ini merupakan informasi tentang apa yang hendak
dicapai oleh sistem pendidikan dan urutan pelaksanaannya.Contoknya ada tujuan umum
pendidikan,yaitu tujuan yang tercantum dalam peraturan perundangan negara, yaitu tujuan
pendidikan nasional, ada tujuan institusional, yaitu tujuan lembaga tingkat pendidikan dan tujuan
program, seperti S1 ,S2 ,S3, dan tujuan kulikuler,yaitu tujuan setiap suatu mata pelajaran/mata
kuliah. Tujuan yang terakhir ini dibagi dua pula, yaitu tujuan pengajaran (instrusional) umum
dan tujuan pengajaran (instruksional khusus).
Peserta Didik
Fungsinya ialah belajar. Diharapkan peserta didik mengalami proses perubahan tingkah laku
sesuai dengan tujuan sistem pendidikan.Conthnya, berapa umurnya, berapa jumblahnya,
bagaimana tingkat perkembangannya, pembawaannya, motivasinya untuk belajar, dan social
ekonomi orang tuanya.
Fungsinya mengatur pembagian waktu dan kegiatan.Contohnya, pembagian waktu ujian, wisuda,
kegiatan perkuliahan, seminar, kuliah kerja nyta, kegiatan belajar mengajar dan program
pengamalan lapangan.
Fungsinya untuk menggambarkan luas dan dalamnya bahan pelajaran yang harus dikuasai
peserta didik. Selain itu untuk mengarahkan dan mempolakan kegiatan-kegiatan dalam proses
pendidikan.Contohnya, isi bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran atau mata kuliah, dan
untuk pengamalan lapangan.
Fungsinya menyediakan bahan pelajaran dan menyelenggarakan proses belajar untuk peserta
didik. Selain itu, guru dan pelaksana juga berfungsi sebagai pembimbing, pengaruh, untuk
menumbuhkan aktivitas peserta didik dan sekaligus sebagai pemegang tanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan.Contonya, pengalaman dalam mengajar, status resminya guru yang
sudah di angkat atau tenaga sukarela dan tingkatan pendidikannya.
Maksudnya adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, yang
berfungsi untuk mempermudah atau mempercepat tercaainya tujuan pendidikan. Contohnya :
film, buku, papan tulis, peta.
Fasiliatas
Teknologi
Fungsinya memperlancar dan meningkatkan hasil guna proses pendidikan. Yang dimaksud
dengan teknologi ialah semua teknik yang digunakan sehingga sistem pendidikan berjalan
denhgan efisien dan efektif.Contohnya, pola komonikasi satu arah, artinya guru menyamoaikan
pelajaran dengan berceramah, peserta didik mendengarkan dan mencatat:atau pola komonikasi
dua arah, artinya ada dialog antara guru dan peserta didk.
Pengawasan Mutu
Penelitian
Fungsinya untuk memperbaiki dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan penampilan sistem
pendidikan.Contohnya, dulu bangsa Indonesia belum mampu membuat kapal terbang dan mobil
tetapi sekarang bangsa Indonesia sudah pandai. Sebelum tahun 1980-an, kebanyakan perguruan
tinggi di Indonesia belum melaksanakan sistem satuan kredit semester (SKS), sekarang hamper
seluruh perguruan tinggi telah melaksanakannya.
Biaya
Fungsinya melancarkan proses pendidikan dan menjadi petunjuk tentang tingkat efisiensi sistem
pendidikan.Contohnya, sekarang biaya pendidkan menjadi tanggung jawabbersama antara
keluarga, pemerintah dan masyarakat.
Pendidikan nasional adalah suatu sistem pendidikan yang berdiri diatas landasan dan dijiwai oleh
falsafah hidup suatu bangsa dan tujuannya bersifat mengabdi kepada kepentingan dan cita-cita
nasional bangsa tersbut (menurut Sunarya 1969). Sedangkan menurut Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Pendidikan nasional adalah suatu usaha untuk membimbing para warga negara
Indonesia menjadi Pacasila, yang berpribadi, berdasarkan akan Ketuhanan berkesadaran
masyarakat dan mampu membudayakan alam sekitar.
Sistem pendidikan nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan aktivitas
pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujun
pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional tersebut merupakan suatu supra sistem, yaitu
suatu sistem yang besar dan kompleks, yang didalamnya terecakup beberapa beberapa bagian
yang juga merupakan sistem-sistem.
Tujuan sistem pendidikan nasional
Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, agar
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa,
berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Jalur Pendidikan
Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional pada Pasal 13 ayat (1)
disebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal dan informal yang
dapat saling melengkapi dan memperkaya.
Pendidikan formal
Pendidikan formal yang disebut juga dengan Pendidikan pesekolahan, yang sudah tidak asing
lagi kita degar yaitu:
Pendidikan Dasar
Pendidikan Menegah
Madrasah Aliyah ( MA )
Mengenyam pendidikan pada pendidikan formal yang diakui oleh lembaga pendidikan Negara
adalah sesuatu yang wajib dilakukan diindonesia. Mulai dari kalangan yang miskin samnpai
yang kaya itu harus bersekolah, minimal 9 tahun lamanya hingga lulus SMP.
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif dan
efisien dari pemerintah untuk masyarakat merupakan perangkat yang berkewajiban untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam menjadi warga Negara.
Pendidikan Nonformal
Lembaga kursus
Lembaga penelitian
Kelompok belajar
Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal
setelah melalui proses penilaian peyetaraan oleh lembaga yang ditunjukan oleh pemerintah atau
pemerintahan daerah dengan mengacu pada setandar nasional pendidikan.
Pendidikan Informal
Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan
belajar mandiri.
Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta
didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Sistem pendidikan yang telah berlangsung saat ini masih cenderung mengeksploitasi peserta
didik, indikator yang digunakanpun cenderung menggunakan indikator kepintaran, sehingga
secara secara nilai dirapot maupun ijazah tidak serta merta menunjukkan peserta didik akan
mampu bersaing maupun bertahan di tengah gencarnya industrialisasi yang berlangsung saat ini.
Sistem pendidikan harus lebih ditunjukan agar terjadi keseimbangan terhadap ketersediaan
sumber daya alam serta kepentingan – kepentingan ekonomi dengan tidak meninggalkan sistem
sosial dan budaya yang telah dimiliki oleh bangsa indonesia.
. Pengertian Kebijakan Pendidikan
1. Kebijakan
Sebenarnya dengan adanya definisi yang sama dikalangan pembuat kebijakan, ahli kebijakan,
dan masyarakat yang mengetahui tentang hal tersebut tidak akan menjadi sebuah masalah yang
kaku. Namun, untuk lebih memperjelasnya bagi semua orang yang akan berkaitan dengan
a) United Nations (1975) : Suatu deklarasi mengenai suatu dasar pedoman bertindak, suatu
arah tindakan tertentu, suatu program mengenai aktifitas –aktivitas tertentu atau suatu
rencana(Wahab, 1990).
b) James E. Anderson (1978) : perilaku dari sejumlah aktor (pejabat, kelompok, instansi
pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu (Wahab, 1990).
c) Prof. Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt : a standing decision characterized by behavioral
consistency and repetitiveness on the part of both those who make it and those who abide by
it (Jones, 1997).
2. Kebiajakan Pendidikan
Ali Imron dalam bukunya Analisis Kebijakan Pendidikan menjelaskan bahwa kebijakan
pendidikan adalah salah satu kebijakan Negara. Carter V Good (1959) memberikan pengertian
kebijakan pendidikan (educational policy) sebagai suatu pertimbangan yang didasarkan atas
system nilai dan beberapa penilaian atas factor-faktor yang bersifat situasional, pertimbangan
tersebut dijadikan sebagai dasar untuk mengopersikan pendidikan yang bersifat melembaga.
Dapat disimpulakan bahwa kebijakan pendidikan adalah suatu produk yang dijadikan sebagai
panduan pengambilan keputusan pendidikan yang legal-netral dan disesuaikan dengan lingkugan
hidup pendidikan secara moderat.
Kebijakan diperoleh melalui suatu proses pembuatan kebijakan. Pembuatan kebijakan (policy
making) adalah terlihat sebagai sejumlah proses dari semua bagian dan berhubungan kepada
sistem sosial dalam membuat sasaran sistem. Proses pembuatan keputusan memperhatikan faktor
lingkungan eksternal, input (masukan), proses (transformasi), output (keluaran),
dan feedback (umpan balik) dari lingkungan kepada pembuat kebijakan.
Sedangkan Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan
pemerintah. Dengan dasar kata – kata bijak itu, maka perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia
menjadi beban bersama orang tua, Masyarakat dan pemerintah. Dalam Undang – undang no 20
tahun 2003 tentang Sistem pendidikam nasional disrbutkan beberapa peran yang dapat dilakukan
oleh masyarakat, pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pendidikan.
Berdasarkan penegasan di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan pendidikan dibuat untuk
menjadi pedoman dalam bertindak, mengarahkan kegiatan dalam pendidikan atau organisasi atau
sekolah dengan masyarakat dan pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain, kebijakan merupakan garis umum untuk bertindak bagi pengambilan
keputusan pada semua jenjang pendidikan atau organisasi.
Kebijakan pendidikan harus memiliki tujuan, namun lebih khusus, bahwa ia harus memiliki
tujuan pendidikan yang jelas dan terarah untuk memberikan kontribusi pada pendidikan.
Kebijakan pendidikan tentunya akan diberlakukan, maka perlu adanya pemenuhan atas pra-
syarat yang harus dipenuhi agar kebijakan pendidikan itu diakui dan secara sah berlaku untuk
sebuah wilayah. Maka, kebijakan pendidikan harus memenuhi syarat konstitusional sesuai
dengan hirarki konstitusi yang berlaku di sebuah wilayah hingga ia dapat dinyatakan sah dan
resmi berlaku di wilayah tersebut. Sehingga, dapat dimunculkan suatu kebijakan pendidikan
yang legitimat.
Kebijakan pendidikan sebagai sebuah panduan yang bersifat umum, tentunya harus mempunyai
manfaat operasional agar dapat diimplementasikan dan ini adalah sebuah keharusan untuk
memperjelas pencapaian tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Apalagi kebutuhan akan
kebijakan pendidikan adalah fungsi pendukung pengambilan keputusan.
Kebijakan pendidikan itu harus dibuat oleh para ahli di bidangnya yang memiliki kewenangan
untuk itu, sehingga tak sampai menimbulkan kerusakan pada pendidikan dan lingkungan di luar
pendidikan. Para administrator pendidikan, pengelola lembaga pendidikan dan para politisi yang
berkaitan langsung dengan pendidikan adalah unsur minimal pembuat kebijakan pendidikan.
Dapat dievaluasi
Kebijakan pendidikan itu pun tentunya tak luput dari keadaan yang sesungguhnya untuk
ditindaklanjuti. Jika baik, maka dipertahankan atau dikembangkan, sedangkan jika mengandung
kesalahan, maka harus bisa diperbaiki. Sehingga, kebijakan pendidikan memiliki karakter dapat
memungkinkan adanya evaluasi terhadapnya secara mudah dan efektif.
Memiliki sistematika
Kebijakan pendidikan tentunya merupakan sebuah sistem jua, oleh karenanya harus memiliki
sistematika yang jelas menyangkut seluruh aspek yang ingin diatur olehnya. Sistematika itu pun
dituntut memiliki efektifitas, efisiensi dan sustainabilitas yang tinggi agar kebijakan pendidikan
itu tidak bersifat pragmatis, diskriminatif dan rapuh strukturnya akibat serangkaian faktof yang
hilang atau saling berbenturan satu sama lainnya. Hal ini harus diperhatikan dengan cermat agar
pemberlakuannya kelak tidak menimbulkan kecacatan hukum secara internal. Kemudian, secara
eksternal pun kebijakan pendidikan harus bersepadu dengan kebijakan lainnya; kebijakan politik;
kebijakan moneter; bahkan kebijakan pendidikan di atasnya atau disamping dan dibawahnya.
Salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan hak
asasi setiap warga negara Indonesia dan untuk itu setiap warga negara berhak memperoleh
pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang
status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender. Pendidikan untuk semua menjamin
keberpihakan kepada peserta didik yang memiliki hambatan fisik ataupun mental, hambatan
ekonomi dan sosial ataupun kendala geografis, dengan menyediakan layanan pendidikan untuk
menjangkau mereka yang tidak terjangkau.
Pendidikan nasional bagi negara berkembang seperti Indonesia merupakan program besar, yang
menyajikan tantangan tersendiri. Hal ini karena jumlah penduduk yang luar biasa dan posisinya
tersebar ke berbagai pulau. Ditambah lagi Indonesia merupakan masyarakat multi-etnis dan
sangat pluralistik, dengan tingkat sosial-ekonomi yang beragam. Hal ini menuntut adanya sistem
pendidikan nasional yang kompleks, sehingga mampu memenuhi kebutuhan seluruh rakyat.
Sistem pendidikan semacam itu tidak mungkin dipenuhi tanpa adanya suatu perencanaan
pendidikan nasional yang handal. Perencanaan itu juga bukan perencanaan biasa, tetapi suatu
bentuk perencanaan yang mampu mengatasi perubahan kebutuhan dan tuntutan, yang bisa terjadi
karena perubahan lingkungan global. Globalisasi yang menjangkau seluruh bagian bumi
membuat Inonesia tidak bisa terisolasi. Perkembangan teknologi telekomunikasi dan informasi,
membuat segala hal yang terjadi di dunia internasional berpengaruh juga berpengaruh ke
Indonesia.
Dalam konteks, MBS memungkinkan organisasi sekolah lebih tanggap, adaptif, kreatif, dalam
mengatasi tuntutan perubahan akibat dinamika eksternal, dan pada saat yang sama mampu
menilai kelebihan dan kelemahan internalnya untuk terus meningkatkan diri.
Tujuan utama MBS adalah meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan.
Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada, partisipasi
masyarakat dan penyederhanaan birokrasi.