Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi
pengajaran keahlian khusus dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi
lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan
kebijaksanaan.
Dalam hal ini dilakukan diferensiasi sehingga setiap komponen memiliki
fungsi-fungsi khusus. Namun demikian, karena pendidikan adalah suatu
sistem, maka dalam hal ini semua komponen pendidikan idealnya
melaksanakan fungsinya masing-masing dan berinteraksi satu sama lain yang
mengarah kepada pencapaian tujuan pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian atau Definisi Komponen – Komponen Pendidikan?
2. Bagaimana Teori yang Mendukung tentang Komponen – Komponen
Pendidikan?
3. Bagaimana cara Menerapkan Komponen Pendidikan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui Arti atau Definisi Komponen – Komponen Pendidikan
2. Mengetahui Teori yang Mendukung tentang Komponen – Komponen
Pendidikan
3. Mengetahui cara Menerapkan Komponen Pendidikan

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN Page 1


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Definisi Komponen Pendidikan


Komponen adalah bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam
keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem.
Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan,
yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses
pendidikan. Bahkan dapat diaktan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja
pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut.
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan pendidikan.
Suatu usaha pendidikan menyangkut tiga unusur pokok, yaitu unsur masukan,
unsur proses usaha itu sendiri, dan unsur hasil usaha.
Pendidikan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan yang terpadu dari
sejumlah komponen yang saling berinteraksi dan melaksankan fungsi-fungsi
tertentu dalam rangka membantu anak didik agar menjadi anak terdidik sesuai
tujuan yang telah ditetapkan.
- Ditinjau dari asal usul kejadiannya, pendidikan kepada sistem buatan
manusia (a man made system)
- Ditinjau dari wujudnya pendidikan tergolong kepada sistem social
- Ditinjau dari segi hubungan dengan lingkungannya, pendidikan
merupakan sistem terbuka
Proses kegiatan pendidikan merupakan pelayanan terhadap fitrah manusia
sebagai makhluk yang memiliki keyakinan terhadap “sesuatu” zat yang maha
suci (spiritual aspect), kemampuan dan perkembangan jiwa (psychological
aspect), kemampuan akal pikiran (cultural aspect).
Melalui pendidikan, pengetahuan, ilmu dan kemampuan teknologi
manusia (cultural aspect) makin berkembang dan meningkat, dalam upaya
memanfaatkan sumber daya lingkungan menjadi kebutuhan hidup (economic
aspect).

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN Page 2


Proses kegiatan pendidikan sebagai pelayanan dan pewarisan pengetahuan,
ilmu, teknologi, serta nilai-nilai (cultural aspect) , berkembang dari waktu ke
waktu (temporary aspect), yang menjadi landasan kemajuan inovasi
pendidikan.
Proses perkembangan pendidikan dari waktu ke waktu (historical aspect),
menjadi indikator dinamika (maju, mandeg, mundur) pendidikan. hal tersebut
menjadi landasan kajian lebih lanjut tentang visi, misi dan tujuan pendidikan.
Manusia yang membutuhkan pelayanan, tersebar di tempat-tempat yang
berbeda-beda (spatial/geographic aspect) yang menuntut pelayanan yang juga
berbeda-beda. di sini dituntut pendekatan regional (regional approach) sesuai
dengan kondisi geografis masing-masing.
Proses kegiatan pendidikan memcapai tujuan memberdayakan manusia
menjadi sdm sesuai dengan fitrahnya sebagai makhluk tuhan yang maha
kuasa, menuntut adanya kelembagaan (institute) dan kepemimpinan
(leaderships) yang mengelola kemajuan serta keberlangsungannya (social,
cultural, political aspects).
Proses kegiatan pendidikan yang serasi dengan tuntutan kemajuan,
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan, menuntut adanya program yang
dinamik yang mampu mensikapi, mengantisipasi serta mengakomodasi segala
kemajuan dan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan tadi.
Proses kegiatan pendidikan sebagai suatu pemberdayaan (empowering
process), menuntut keterlibatan semua pihak (orang tua, masyarakat,
pemerintah) dalam menjamin keberhasilan mencapai/merealisasikan tujuan.
Pendidikan sebagai suatu sistem, berkarakter multidimensional,
multiaspek, multidisiplin, interdisiplin, dan lintas disiplin (lintas sektoral).

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN Page 3


B. Teori yang Mendukung tentang Komponen – Komponen Pendidikan

Menurut Philip.H.Coombs (Odang Muchtar, 1976 : 8 ) mengelompokan 3


jenis sumber input utama bagi sistem pendidikan, yaitu:
1. Ilmu pengetahuan : nilai-nilai dan tujuan-tujuan yang berlaku didalam
masarakat
2. Penduduk dan tenaga kerja yang tersedia
3. Faktor ekonomi
Input sistem pendidikan dibedakan dalam 3 jenis, yaitu :
a) Input mental (Raw Input) yaitu anak didik atau siswa
b) Input alat (Instrumental Input) seperti kurikulum, pendidikan atau guru,
gedung, peralatan, kegiatan belajar mengajar, metode
c) Input lingkungan (Environmental Input) seperti keadan cuaca keamana
masarakatKeg

Menurut Philip.H.Coombs (Depdikbud, 1984/1985 : 68) mengidentifikasi


adanya 12 kompenen pokok sistem pendidikan, yaitu :

a) Tujuan dan prioritas, fungsinya untuk mengarahkan kegiatan sistem


b) Anak Didik (Siswa) Fungsinya adalah belajar hingga mencapai tujuan
pendidikan
c) Pengelolaan fungsinya adalah merencanakan, mengkoordinasikan,
mengarahkan dan menilai sistem
d) Struktur dan jadwal fungsinya mengatur waktu dan mengelompokkananak
didik berdasarkan tujuan tertentu
e) Isi (Kurikulum) fungsinya sebagai bahan yang harus dipelajari anak didik
f) Pendidik (Guru) berfungsi untuk menyediakan bahan, menciptakan kodisi
belajar dan menyelenggarakan pendidikan
g) Alat bantu belajar fungsinya memungkinkan proses belajar mengajar
sehinga menarik , lengkap dan bervariasi
h) Fasilitas berfungsi sebagai tempat terselenggaranya pendidikan

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN Page 4


i) Tehnologi berfungsi mempermudah atau memperlancar pendidikan
j) Pengawasan mutu berfungsi membina peraturan-peraturan dan standar
pendidikan (Peraturan penerimaan anak didik, pemberian nilai ujian,
kriteria baku)
k) Penelitian berfungsi mengembangakan pengetahuan, penampilan sistem
dan hasil kerja sistem
l) Biaya berfungsi sebagai petunjuk efisiensi sistem
Dalam sistem pendidikan terjadi proses transformasi, yaitu proses
mengubah raw input (anak didik) agar menjadi manusia terdidik sesuai
tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Sunarya (1996), Pendidikan Nasional adalah suatu sistem


pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh falsafah hidup suatu
bangsa dan tujuannya bersifat mengabdi kepada kepentingan dan cita-cita nasional
bangsa tersebut.

Sedangkan menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1976),


merumuskan bahwa pendidikan nasional ialah suatu usaha untuk membimbing
para warga negara Indonesia menjadi Pancasila, yang berpribadi, berdasarkan
akan Ketuhanan berkesadaran masyarakat dan mampu membudayakan alam
sekitar.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989, tentang


Sistem Pendidikan Nasional dikemukakan Pendidikan Nasional adalah usaha
sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran dan atau
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN Page 5


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1979) menjelaskan pula bahwa,
“Pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai unsur-unsur tujuan/sasaran
pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan, struktur/jenjang. Kurikulum dan
peralatan/fasilitas.”

P.H. Combs (1982) mengemukakan dua belas komponen pendidikan


seperti berikut:
a. Tujuan dan Prioritas
Fungsinya mengarahkan kegiatan sistem. Hal ini merupakan informasi tentang
apa yang hendak dicapai oleh sistem pendidikan dan urutan pelaksanaannya.
b. Peserta Didik
Fungsinya ialah belajar. Diharapkan peserta didik mengalami proses perubahan
tingkah laku sesuai dengan tujuan umum pendidikan.
c. Manajemen atau Pengelolaan
Fungsinya mengkoordinasikan, mengarahkan, dan menilai sistem pendidikan.
Komponen ini bersumber pada sistem nilai dan cita-cita yang merupakan
informasi tentang pola kepemimpinan dalam pengelolaan sistem pendidikan.
d. Struktur dan Jadwal Waktu
Fungsinya mengatur pembagian waktu dan kegiatan.
e. Isi dan Bahan Pengajaran
Fungsinya untuk menggambarkan luas dan dalamnya bahan pelajaran yang harus
dikuasai peserta didik.
f. Guru dan Pelaksana
Fungsinya menyediakan bahan pelajaran dan menyelenggarakan proses belajar
untuk peserta didik.

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN Page 6


g. Alat Bantu Belajar
Fungsinya untuk memungkinkan terjadinya proses pendidikan yang lebih menarik
dan lebih bervariasi.
h. Fasilitas
Fungsinya untuk tempat terselenggaranya proses pendidikan.
i. Teknologi
Fungsinya memperlancar dan meningkatkan hasil guna proses pendidikan. Yang
dimaksud dengan teknologi ialah semua teknik yang digunakan sehingga sistem
pendidikan berjalan dengan efisien dan efektif.
j. Pengawasan Mutu
Fungsinya membina peraturan-peraturan dan standar pendidikan.
k. Penelitian
Fungsinya untuk memperbaiki dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
penampilan sistem pendidikan.
l. Biaya
Fungsinya melancarkan proses pendidikan dan menjadi petunjuk tentang tingkat
efesiensi sistem pendidikan.

Menurut Zahar Idris (1987) mengenukakan bahwa ”Pendidikan nasional


sebagai suatu sistem adalah karya manusia yang terdiri dari komponen-komponen
yang mempunyai hubungan fungsional dalam rangka membantu terjadinya proses
transformasi atau perubahan tingkah laku seseorang sesuai dengan tujuan nasional
seperti tercantum dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN Page 7


C. Cara Menerapkan Komponen Pendidikan
Dalam penerapan system pendidikan baik secara makro maupun mikro
bertujuan untuk peningkatan mutu berbasis sekolah yang nantinya diharapkan
sekolah dapat bekerja dalam koridor-koridor tertentu antara lain sebagai
berikut: Sumber daya; sekolah harus mempunyai fleksibilitas dalam mengatur
semua sumber daya sesuai dengan kebutuhan setempat. Selain pembiayaan
operasional/adminitrasi, pengelolaan keuangan harus ditujukan untuk: (i)
memperkuat sekolah dalam menentukan dan mengalokasikan dana sesuai
dengan skala prioritas yang telah ditetapkan untuk pro-ses peningkatan mutu,
(ii) pemisahan antara biaya yang bersifat akademis dari proses pengadaannya,
dan (iii),pengurangan kebutuh-an birokrasi pusat.

Pertanggungjawaban (accountability), sekolah dituntut untuk memiliki


akuntabilitas baik kepada masyarakat maupun pemerintah. Hal ini merupakan
perpaduan atas komitmen terhadap standar keberhasilan dan harapan /tuntutan
orang tua/ masyarakat. Pertanggungjawaban (accountability) ini bertujuan
untuk meyakinkan bahwa dana masyarakat dipergunakan sesuai dengan
kebijakan yang telah ditentukan dalam rangka meningkatkan kua-litas
pendidikan dan jika mungkin untuk me-nyajikan informasi mengenai apa yang
telah dikerjakan. Untuk itu setiap sekolah harus memberikan laporan
pertanggungjawaban dan mengkomunikasikannya kepada orang
tua/masyarakat dan pemerintah, dan melaksanakan kaji ulang secara
komperehensif terhadap pelaksanaan program prioritas sekolah dalam proses
peningkatan mutu.

Kurikulum; berdasarkan kurikulum standar yang telah ditentukan secara


nasional, sekolah bertanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum baik
dari standar materi (content) dan proses penyampaiannya. Melalui penjelasan
bahwa materi tersebut ada manfaat dan relevansinya terhadap siswa (Agustiar,
2008), sekolah harus menciptakan suasana belajar yang me-nyenangkan dan
melibatkan semua indera dan lapisan otak serta menciptakan tantangan agar

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN Page 8


siswa tumbuh dan berkembang secara intelek-tual dengan menguasai ilmu
penetahuan, te-rampil, memiliki sikap arif dan bijaksana, karakter dan
memiliki kematangan emosio-nal. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam
kegiatan ini yaitu: Pengembangan kurikulum tersebut harus memenuhi
kebutuhan siswa.

Bagaimana mengembangkan keterampilan tersebut kepada siswa sedapat


mungkin secara efektif dan efisien de-ngan memperhatikan sumber daya yang
ada. Pengembangan berbagai pendekatan yang mampu mengatur perubahan
sebagai fenomena alamiah di sekolah. Untuk melihat progres pencapaian
kurikulum,siswa harus dinilai melalui proses tes yang dibuat sesuai dengan
standar nasional dan mencakup berbagai aspek kognitif, afektif dan
psikomotor maupun aspek psikologi lainnya. Proses ini akan memberikan
masukan ulang secara obyektif kepada orang tua mengenai anak mereka
(siswa ) dan kepada sekolah yang bersangkutan maupun sekolah lainnya
mengenai performan sekolah sehubungan dengan pro-ses peningkatan mutu
pendidikan.

Personil sekolah; sekolah bertanggung jawab dan terlibat dalam proses


rekrutmen (dalam arti penentuan jenis guru yang diperlukan) dan pembinaan
struktural staf sekolah (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan staf
lainnya). Sementera itu pembinaan profesional dalam rangka pembangunan
kapa-sitas/kemampuan kepala sekolah dan pembinaan keterampilan guru
dalam pengim- plementasian kurikulum termasuk staf kependidikan lainnya
dilakukan secara terus menerus atas inisiatif sekolah. Untuk itu birokrasi di
luar sekolah berperan untuk menyediakan wadah dan instrumen pendukung.
Dalam konteks ini pengembangan profesional harus menunjang peningkatan
mutu dan penghargaan terhadap prestasi perlu dikembangkan. Manajemen
peningkatan mutu berbasis se-kolah memberikan kewenangan kepada se-
kolah untuk mengontrol sumber daya manusia, fleksibilitas dalam merespon
kebutuhan masyarakat, misalnya pengangkatan tenaga honorer untuk

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN Page 9


keterampilan yang khas, atau muatan lokal. Demikian pula mengirim guru
untuk berlatih di institusi yang dianggap tepat. Konsekwensi logis dari itu,
sekolah harus diperkenankan untuk:

Mengembangkan perencanaan pendidikan dan prioritasnya di dalam


kerangka acuan yang dibuat oleh pemerintah.Memonitor dan mengevaluasi
setiap kemajuan yang telah dicapai dan menentukan apakah tujuannya telah
sesuai dengan kebutuhan untuk peningkatan mutu.
Menyajikan laporan terhadap hasil dan performanya kepada masyarakat
dan pemerintah sebagai konsumen dari layanan pendidikan (pertanggung
jawaban kepada stake-holders)

Uraian tersebut di atas memberikan wawasan pemahaman kepada kita


bahwa tanggung jawab peningkatan kualitas pendidikan secara mikro telah
bergeser dari birokrasi ke pusat unit pengelola yang lebih dasar yaitu sekolah.
Dengan kata lain, di dalam masyarakat yang kompleks seperti sekarang di
mana berbagai perubahan yang telah membawa perubahan tata nilai yang
bervariasi dan harapan yang lebih besar terhadap pendidikan terjadi bergitu
cepat, maka diyakini dan disadari bahwa kewenangan pusat tidak lagi secara
tepat dan cepat dapat merespon peru- bahan keinginan masyarakat tersebut.
Kondisi ini telah membawa kepada suatu kesadaran bahwa hanya sekolah
yang dikelola secara efektiflah (dengan manajemen yang berbasis sekolah)
yang akan mampu merespon aspirasi masyarakat secara tepat dan cepat dalam
hal mutu pendidikan.

Institusi pusat memiliki peran yang penting, tetapi harus mulai dibatasi
dalam hal yang berhubungan dengan membangun suatu visi dari sistem
pendidikan secara keseluruhan, harapan, dan standar bagi siswa untuk belajar
dan menyediakan dukungan komponen pendidikan yang relatif baku atau
standar minimal. Konsep ini menempatkan pemerintah dan otoritas
pendidikan lainnya memiliki tanggung jawab untuk menentukan kunci dasar

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN Page 10


tujuan dan kebijakan pendidikan dan memberdayakan secara bersama-sama
sekolah dan masyarakat (Arnold, 2008) untuk bekerja di dalam kerangka
acuan tujuan dan kebijakan pendidikan yang telah dirumuskan secara nasional
dalam rangka menyajikan sebuah proses pengelolaan pendidikan yang secara
spesifik sesuai untuk setiap komunitas masyarakat.

Jelaslah bahwa konsep manajemen pe-ningkatan mutu berbasis sekolah ini


membawa isu desentralisasi dalam manajemen (pe- ngelolaan) pendidikan di
mana birokrasi pusat bukan lagi sebagai penentu semua kebijakan makro
maupun mikro, tetapi hanya berperan sebagai penentu kebijakan makro,
prioritas pembangunan dan standar secara keseluruhan melalui pemanfaatan
secara intensif informasi yang diperoleh melalui sistem monitoring dan
pengedalian mutu. Konsep ini sebenarnya lebih memfokuskan diri kepada
tanggung jawab individu sekolah dan ma-syarakat pendukungnya untuk
merancang mutu yang diinginkan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya,
dan seara terus menerus menyempurnakan dirinya. Semua upaya dalam
pengimplementasian manajemen pe-ningkatan mutu berbasis sekolah ini
berakhir kepada peningkatan mutu siswa (lulusan).
Sementara itu pendanaan walaupun dianggap penting dalam perspektif
proses pe-rencanaan di mana tujuan ditentukan, kebutuhan diidentifikasikan,
kebijakan diformulasikan dan prioritas ditentukan, serta sumber daya
dialokasikan, tetapi fokus perubahan kepada sistem manajemen berbasis
sekolah ini lebih kepada bentuk pengelolaan yang mengekspresikan diri secara
benar kepada tujuan akhir yaitu mutu pendidikan di mana berbagai kebutuhan
siswa untuk belajar terpenuhi. Untuk itu dengan memperhatikan kondisi geo-
grafik dan sosioekonomik ma-syarakat, maka sumber daya dialokasikan dan
didistribusikan kepada sekolah dan pemanfaatannnya dipercayakan kepada
sekolah sesusai dengan perencanaan dan prioritas yang telah ditentukan oleh
sekolah tersebut dan dengan dukungan masyarakat. Pedoman pelaksanaan
peningkat-an mutu kalaupun ada hanya bersifat umum yang memberikan
rambu-rambu mengenai apa-apa yang boleh/tidak boleh dilakukan.

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN Page 11


Secara singkat dapat ditegaskan bahwa akhir semua itu bermuara kepada
mutu pendidikan. Oleh karena itu sekolah-sekolah harus berjuang untuk
menjadi pusat mutu (center for excellence) dan ini mendorong masing-masing
sekolah agar dapat menentukan visi dan misinya (Sahron, 2009) utnuk
mempersiapkan dan memenuhi kebutuhan masa depan siswanya.

Dalam rangka mengimplementasian konsep manajemen peningkatan mutu


yang berbasis sekolah ini, maka melalui partisipasi aktif dan dinamis dari
orang tua, siswa, guru dan staf lainnya termasuk instansi yang memiliki
kepedulian terhadap pendidikan, sekolah harus melakukan tahapan sebagai
berikut:
Penyusunan basis data dan profil sekolah yang lebih presentatif, akurat,
valid, dan secara sistematis menyangkut berbagai aspek akademis,
administratif (siswa, guru , staf) dan keuangan.
Melakukan evaluasi diri (self assesment) untuk menganalisa kekuatan dan
kelemahan me-ngenai sumber daya sekolah, personil sekolah, kinerja dalam
mengembangkan dan mencapai target kurikulum dan hasil-hasil yang dicapai
siswa berkaitan dengan aspek-aspek intelektual dan keterampilan, maupun
aspek lainnya.
Berdasarkan analisis tersebut sekolah harus mengidentifikasikan
kebutuhan sekolah dan merumuskan visi, misi, dan tujuan dalam rangka
menyajikan pendi-dikan yang berkualitas bagi siswanya sesuai dengan konsep
pembangunan pendidikan nasional yang akan dicapai. Hal penting yang perlu
diperhatikan sehubungan dengan identifikasi kebutuhan siswa belajar,
penyediaan sumber daya , dan pengelolaan kurikulum termasuk indikator
pencapaian peningkatan mutu tersebut.

Berangkat dari visi, dan misi tujuan peningkatan mutu tersebut, sekolah
bersama-sama dengan masyarakatnya merencanakan dan menyusun program
jangka panjang atau jangka pendek (tahunan) termasuk anggarannya. Progam

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN Page 12


tersebut memuat sejumlah program aktivitas yang akan dilaksanakan sesuai
dengan kebijak-an nasional yang telah ditetapkan dan harus memperhitungkan
kunci pokok dari strategi perencanaan tahun itu dan tahun-tahun yang akan
datang. Perencanaan program sekolah ini harus mencakup in- dikator atau
target mutu apa yang akan dicapai dalam tahun tersebut sebagai proses
peningkatan mutu pendidikan (misalnya kenaikan NEM rata-rata dalam
prosentase tertentu, perolehan prestasi dalam bidang keterampilan, olah-raga,
dsb.) Program sekolah yang disusun bersama-sama antara se-kolah, orang tua
dan masyarakat ini-sifatnya berbeda satu sekolah dengan sekolah lainnya
sesuai dengan pela-yanan mereka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
setempat. Karena fokus kita dalam pengimplementasian konsep manajemen
ini adalah mutu siswa, maka program yang disusun harus mendukung
pengembangan kurikulum dengan memperhatikan kurikulum nasional yang
telah ditetapkan, langkah-langkah untuk penyampaiannya di dalam proses
pembelajaran dan siapa yang akan menyampaikannya.

Dua aspek penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini adalah
kondisi alamiah total sumber daya yang tersedia dan prioritas untuk
melaksanakan program. Oleh karena itu, sehubungan dengan keterbatasan
sumber daya dimungkinkan bahwa program tersebut menentukan skala
prioritas dalam melaksanakan program tersebut. Seringkali prioritas dikaitkan
dengan pengadaan peralatan bukan kepada output pembelajaran. Oleh karena
itu dalam pelaksanaan konsep manajemen tersebut sekolah harus membuat
skala prioritas yang mengacu kepada program-program pembelajaran bagi
siswa. Sementara persetujuan dari proses pendanaan harus bukan semata-mata
berdasarkan pertimbangan keuangan melainkan harus merefleksikan kebijakan
dan prioritas tersebut.

Anggaran harus jelas terkait dengan program yang mendukung pencapaian


target mutu. Hal ini sebelum sejumlah program dan pendanaan disetujui atau
ditetapkan. Priortias seringkali tidak dapat dicapai dalam jangka waktu satu

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN Page 13


tahun program sekolah, oleh karena itu sekolah harus membuat strategi
perencanaan dan pengembangan jangka panjang melalui identifikasi kunci
kebijakan dan prioritas. Perencanaan jangka panjang ini dapat dinyatakan
sebagai strategi pelaksanaan perencanaan yang harus memenuhi tujuan
esensial, yaitu: (i) mampu mengidentifikasi perubahan pokok di sekolah dalam
periode satu tahun, dan (ii) keberadaaan dan kondisi natural dari strategi
perencanaan tersebut harus meyakinkan guru dan staf lain yang
berkepentingan (yang seringkali merasakan tertekan karena perubahan
tersebut dirasakan harus dilaksanakan total dan segera) bahwa walaupun
perubahan besar diperlukan dan direncanakan sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran siswa, tetapi mereka disediakan waktu yang re-presentatif untuk
melaksanakannya, sementara urutan dan logika pengembang- an telah juga
disesuaikan. Aspek penting dari strategi perencanaan ini adalah program dapat
dikaji ulang untuk setiap periode tertentu dan perubahan mungkin saja
dilakukan untuk penyesuaian program di dalam kerangka acuan perencanaan
dan waktunya.

Melakukan monitoring dan evaluasi untuk meyakinkan apakah program


yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, apakah
tujuan telah dicapai , dan sejauhmana pencapaiannya. Karena fokus kita
adalah mutu siswa, maka kegiatan monitoring dan evaluasi harus memenuhi
kebutuhan untuk mengetahui proses dan hasil belajar siswa. Secara
keseluruhan tujuan dari ke-giatan monitoring dan evaluasi ini adlaah untuk
meneliti efektivitas dan efisiensi dari program sekolah dan kebijakan yang
terkait dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Seringkali evaluasi tidak
selalu bermanfaat dalam kasus-kasus tertentu, oleh karenanya selain hasil
evaluasi juga diperlukan infomasi lain yang akan dipergunakan untuk
pembuatan keputusan selanjutnya dalam perencanaan dan pe-laksanaan
program di masa mendatang. Demikian aktivitas tersbut terus menerus
dialakukan sehingga merupakan suatu proses peningkatan mutu yang
berkelanjutan.

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN Page 14


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Komponen pendidikan merupakan bagian-bagian dari sistem proses


pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses
pendidikan.
Input sistem pendidikan dibedakan dalam tiga jenis, yaitu:
1.      Input masukan (raw input): peserta didik.
Komponen masukan (raw input), adalah kualitas siswa yang akan mengikuti
proses pendidikan. Kualitas tersebut dapat berupa potensi kecerdasan, bakat,
minat belajar, kepribadian siswa, dan sebagainya.
2.      Input alat (instrumental input)  : kurikulum, dan pendidik Komponen masukan
yang berperan sebagai alat pendidikan (insrumental input) adalah semua faktor
yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi proses pembelajaran,
misalnya kurikulum, media pengajaran, alat evaluasi hasil belajar, fasilitas/sarana
dan prasarana, guru, dan sejenisnya.
3.      Input lingkungan (environmental input) : keadaan cuaca, situasi keamanan
masyarakat dll. yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
mempengaruhi proses pendidikan.

Saran

Apabila di dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan dan


kesalahan mohon untuk dimaafkan. Kami sangat mengharapkan kritik dan
sarannya dari Dosen Pengajar Mata Kuliah Pengantar Pendidikan serta rekan-
rekan mahasiswa, agar dalam pembuatan makalah berikutnya dapat menjadi baik
dan benar.

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN Page 15


DAFTAR PUSTAKA

DPNasional -Jakarta(ID):Depdiknas“ Sistem pendidikan nasional”,13oktober2017.
http://www.academia.edu/download/32220126/1._SISTEM-PENDIDIKAN.docx

Aman, Darul”Penerapan Sistem Pendidikan Secara Makro dan Mikro”,13oktober2017


http://www.lintasgayo.com/10579/penerapan-sistem-pendidikan-secara-makro-dan-mikro.html

(Uno, Hamzah & Nina Lamatenggo. 2013. Landasan Pendidikan. Kota Gorontalo : Ideas
Publishing)

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN Page 16

Anda mungkin juga menyukai