Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di dalam UUD 1945 alinea ke 4 dinyatakan bahwa tujuan kita membentuk
Negara kesatuan republic Indonesia diantaranya adalah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Bangsa yang cerdas adalah bangsa yang dapat survive di dalam
menghadapi berbagai kesulitan. Kenyataannya ialah saat ini bangsa Indonesia
dilanda dan masih berada di tengah-tengah krisis yang menyeluruh, krisis politik,
ekonmi, hukum, kebudayaan, dan tidak dapat disangkal juga di dalam bidang
pendidikan.
Sesungguhnya semenjak zaman perjuangan kemerdekaan dahulu, para
pejuang serta perintis kemerdekaan telah menyadari bahwa pendidikan merupan
factor yang sangat vital dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta
membebaskannya dari belenggu penjajahan. Oleh karena itu, mereka berpendapat
bahwa disamping melalui organisasi politik, perjuangan ke arah kemerdekaan
perlu dilakuakan melalui jalur pendidikan. Dan dalam dunia pendidikan system
pendidikan sangatlah penting demi tercapainya kualitas pendidikan yang baik.
Sistem pendidikan Indonesia yang telah dibangun dari dulu sampai
sekarang ini ternyata masih belum mampu sepenuhnya menjawab kebutuhan dan
tantangan global. Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan
didalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu
diperoleh setelah kita membandingkannya dengan negara lain. Pendidikan
memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia
Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat
meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan
sumber daya manusia di negara-negara lain.
Kita semua menyadari bahwa pada masa yang akan datang kemajuan suatu
Negara bukan hanya semata-mata dilihat dari kekayaan sumber daya alamnya,
melainkan lebih kepada kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh Negara
tersebut. Indoneisa pun melakuakan usaha tersebut yakni dibuktikan dengan
sistem pendidikan yang berkembang dari masa ke masa guna menyesuaikan

1
2

dengan pendidikan yang di perlukan rakyat Indonesia dalam menghadapi tekanan


global dari negara lain. Oleh karena itu pendidikan sebagai upaya untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia merupakan usaha besar dan vital
yang selalu diupayakan serta menjadi pusat perhatian setiap negara.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa itu sistem pendidikan?
2. Seperti apa sistem pendidikan di Indonesia?
3. Pembaharuan apa saja yang telah terjadi dalam sistem pendidikan di
Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa itu sistem pendidikan
2. Untuk mengetahui sistem pendidikan di Indonesia
3. Untuk mengetahui pembaharuan pembaharuan pada sistem pendidikan di
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Pendidikan
Kata sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu systema yang berarti cara,
strategi. Dalam bahasa Inggris system berarti system, susunan, jaringan, cara.
System juga diartikan suatu strategi, cara berpikir atau model berpikir. Definisi
tradisional menyatakan bahwa system adalah seperangkat komponen atau unsur-
unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.
Definisi modern juga tidak jauh berbeda dengan definisi tradisional seperti
apa yang dikemkakan oleh para ahli, antara lain:
1. Immegart mendefinisikan system adalah suatu keseluruhan yang
memiliki bagian-bagian yang tersusun secara sistematis, bagian-bagian itu terelasi
antara satu dengan yang lain, serta peduli terhadap kontek lingkungannya.
2. Roger A Kanfman mendefinisikan system dengan suatu totalitas yang
tersusun dari bagian-bagian yang bekerja secara sendiri-sendiri atau bekerja
bersama-sama untuk mencapai hasil atau tujuan yang diinginkan berdasarkan
kebutuhan.
3. Zahara Idris mengemukakan bahwa system adalah suatu kesatuan yang
terdiri atas komponen-komponen atau element-element, atau unsur-unsur sebagai
sumber-sumber yang mempunyai hubungan fungsional yang teratur untuk
mencapai suatu hasil.
Sedangkan kata pendidikan itu berasal dari kata Pedagogi, kata tersebut
berasal dari bahasa yunani kuno, yang jika dieja menjadi 2 kata yaitu Paid yang
artinya anak dan Agagos yang artinya membimbing. Dengan demikian Pendidikan
bisa di artikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses
pembelajaran dan suasana belajar agar para pelajar di didik secara aktif dalam
mengembangkan potensi dirinya yang diperlukan untuk dirinya dan masyarakat.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang secara sadar
dan disengaja serta penuh tanggung jawab yang dilakukan orang dewasa kepada

3
4

anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai
kedewasaan.
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan setiap system pasti
mempunyai ciri-ciri, antara lain:
1. Komponen-komponen, Komponen adalah bagian suatu system yang
melaksanakan suatu fungsi untuk menunjang usaha mencapai tujuan system.
2. Interaksi atau saling berhubungan, semua komponen dalam sustu
system pasti saling mempengaruhi dan saling berhubungan antara satu dengan
yang lainnya.
3. Proses transformasi, semua system dalam mencapai tujuannya pasti
memerlukan sebuah proses.
4. Koreksi, untuk mengetahui apakah semuanya berjalan dengan baik dan
sesuai dengan tujuan yang diinginkan, maka diperlukan adanya koreksi terhadap
semua itu.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, mungkin dapat kita simpulkan
bahwa sistem pendidikan adalah suatu system yang terdiri dari komponen-
komponen yang ada dalam proses pendidikan, dimana antara satu komponen
dengan komponen yang lainnya saling berhubungan dan berinteraksi untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Secara teoritis, suatu pendidikan terdiri dari komponen-komponen yang
menjadi inti dari proses pendidikan. Menurut P.H. Combs (1982) komponen
pendidikan yaitu sebagai berikut:
1. Tujuan dan Prioritas
Fungsinya mengarahkan kegiatan sistem. Hal ini merupakan informasi
tentang apa yang hendak dicapai oleh sistem pendidikan dan urutan
pelaksanaannya.Contoknya ada tujuan umum pendidikan,yaitu tujuan yang
tercantum dalam peraturan perundangan negara, yaitu tujuan pendidikan nasional,
ada tujuan institusional, yaitu tujuan lembaga tingkat pendidikan dan tujuan
program, seperti S1 ,S2 ,S3, dan tujuan kulikuler,yaitu tujuan setiap suatu mata
pelajaran/mata kuliah. Tujuan yang terakhir ini dibagi dua pula, yaitu tujuan
pengajaran (instrusional) umum dan tujuan pengajaran (instruksional khusus).
5

2. Peserta Didik
Fungsinya ialah belajar. Diharapkan peserta didik mengalami proses
perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan sistem pendidikan.Conthnya, berapa
umurnya, berapa jumblahnya, bagaimana tingkat perkembangannya,
pembawaannya, motivasinya untuk belajar, dan social ekonomi orang tuanya.
3. Manajemen atau Pengelolaan
Fungsinya mengkoordinasikan, mengarahkan, dan menilai sistem
pendidikan. Komponen ini bersumber pada sistem nilai dan cita-cita yang
merupakan tenytang pola kepemimpinan dalam pengelolaan sistem pendidikan,
Contohnya pemimpin yang mengelola system pendidikan itu bersifat
otoriter,demokratis, atau laissez-faire.
4. Struktur dan Jadwal Waktu
Fungsinya mengatur pembagian waktu dan kegiatan.Contohnya, pembagian
waktu ujian, wisuda, kegiatan perkuliahan, seminar, kuliah kerja nyta, kegiatan
belajar mengajar dan program pengamalan lapangan.
1. Isi dan Bahan Pengajaran
Fungsinya untuk menggambarkan luas dan dalamnya bahan pelajaran yang
harus dikuasai peserta didik. Selain itu untuk mengarahkan dan mempolakan
kegiatan-kegiatan dalam proses pendidikan.Contohnya, isi bahan pelajaran untuk
setiap mata pelajaran atau mata kuliah, dan untuk pengamalan lapangan.
5. Guru dan Pelaksana
Fungsinya menyediakan bahan pelajaran dan menyelenggarakan proses
belajar untuk peserta didik. Selain itu, guru dan pelaksana juga berfungsi sebagai
pembimbing, pengaruh, untuk menumbuhkan aktivitas peserta didik dan sekaligus
sebagai pemegang tanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan.Contonya,
pengalaman dalam mengajar, status resminya guru yang sudah di angkat atau
tenaga sukarela dan tingkatan pendidikannya.
6. Alat Bantu Belajar
Maksudnya adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan, yang berfungsi untuk mempermudah atau mempercepat
tercaainya tujuan pendidikan. Contohnya : film, buku, papan tulis, peta.
6

7. Fasiliatas
Fungsinya untuk tempat terselenggaranya proses pendidikan.Contohnya,
gedung dan laboraterium beserta perlengkapannya.
8. Teknologi
Fungsinya memperlancar dan meningkatkan hasil guna proses pendidikan.
Yang dimaksud dengan teknologi ialah semua teknik yang digunakan sehingga
sistem pendidikan berjalan denhgan efisien dan efektif.Contohnya, pola
komonikasi satu arah, artinya guru menyamoaikan pelajaran dengan berceramah,
peserta didik mendengarkan dan mencatat:atau pola komonikasi dua arah, artinya
ada dialog antara guru dan peserta didk.
9. Pengawasan Mutu
Fungsinya membina peraturan-peraturan dan standar pendidikan.Contohnya,
peraturan tentang penerimaan anak/peserta didik dan staf pengajar, peraturan ujian
dan penilaian.
10. Penelitian
Fungsinya untuk memperbaiki dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
penampilan sistem pendidikan.Contohnya, dulu bangsa Indonesia belum mampu
membuat kapal terbang dan mobil tetapi sekarang bangsa Indonesia sudah pandai.
Sebelum tahun 1980-an, kebanyakan perguruan tinggi di Indonesia belum
melaksanakan system satuan kredit semester(SKS), sekarang hamper seluruh
perguruan tinggi telah melaksanakannya.
11. Biaya
Fungsinya melancarkan proses pendidikan dan menjadi petunjuk tentang
tingkat efisiensi sistem pendidikan.Contohnya, sekarang biaya pendidkan menjadi
tanggung jawab bersama antara keluarga, pemerintah dan masyarakat.
B. Sistem Pendidikan di Indonesia.
Sistem Pendidikan Indonesia saat ini selalu gembar-gembor tentang
kurikulum baru yang katanya lebih bagus, lebih tepat sasaran, lebih kebarat-
baratan atau apapun. Yang jelas, Menteri Pendidikan berusaha eksis dengan
mengujicobakan formula pendidikan baru dengan mengubah kurikulum.
7

Tapi pada kebanyakanya penerapan sistem pendidikan yang top-down (dari


atas ke bawah) atau kalau menggunakan istilah Paulo Freire (seorang tokoh
pendidik dari Amerika Latin) adalah pendidikan gaya bank. Sistem pendidikan ini
sangat tidak membebaskan karena para peserta didik (murid) dianggap manusia-
manusia yang tidak tahu apa-apa. Guru sebagai pemberi mengarahkan kepada
murid-murid untuk menghafal secara mekanis apa isi pelajaran yang diceritakan.
Guru sebagai pengisi dan murid sebagai yang diisi. Otak murid dipandang sebagai
safe deposit box, dimana pengetahuan dari guru ditransfer kedalam otak murid
dan bila sewaktu-waktu diperlukan, pengetahuan tersebut tinggal diambil saja.
Murid hanya menampung apa saja yang disampaikan guru.
Jadi hubungannya adalah guru sebagai subyek dan murid sebagai obyek.
Model pendidikan ini tidak membebaskan karena sangat menindas para murid.
Freire mengatakan bahwa dalam pendidikan gaya bank pengetahuan merupakan
sebuah anugerah yang dihibahkan oleh mereka yang menganggap dirinya
berpengetahuan kepada mereka yang dianggap tidak mempunyai pengetahuan
apa-apa.
Selain diatas permasalahan lain muncul seperti agak miris melihat kondisi
pendidikan di institusi saat ini. Tidak sedikit Institusi pendidikan tidak ubahnya
seperti pencetak mesin ijazah. Agar laku, sebagian memberikan iming-iming lulus
cepat, status disetarakan, dapat ijazah, absen longgar dan lain-lain. Apa yang bisa
diharapkan dari pendidikan kering idealisme seperti itu. Ki Hajar Dewantoro
mungkin bisa menangis melihat kondisi pendidikan saat ini. Bukan lagi bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa (seperti yang masih tertulis di UUD 45), tapi
lebih mirip mesin usang yang mengeluarkan produk yang sulit diandalkan
kualitasnya.
Pada beberapa sekolah Pendidikan lebih diarahkan pada menyiapkan tenaga
kerja "buruh" saat ini. Apalagi dengan pengoptimalan pada SMK. Bukan lagi
pemikir-pemikir handal yang siap menganalisa kondisi. Karena pola pikir
"buruh"lah, segala macam hapalan dijejalkan kepada anak murid. Dan semuanya
hanya demi satu kata: IJAZAH! Ya ijazah yang diperlukan untuk mencari
pekerjaan. Sangat minim idealisme untuk mengubah kondisi bangsa yang terpecah
8

belah ini, sangat minim untuk mengajarkan filosofi kehidupan, dan sangat minim
pula dalam mengajarkan moral.
C. Pembaharuan Sistem Pendidikan Di Indonesia
Sistem pendidikan selalu menghadapi tantangan baru seiring dengan
timbulnya kebutuhan-kebutuhan baru dan untuk menghadapinya diperlukan
pembaharuan terhadap pendidikan dengan jalan menyempurnakan sistemnya.
Pembaharuan yang terjadi meliputi landasan yuridis, kurikulum dan perangkat
penunjangnya, struktur pendidikan dan tenaga pendidikan.
1. Pembaharuan Landasan Yuridis
Pembaharuan pendidikan yang sangat mendasar ialah pembaharuan yang
tertuju pada landasan yuridisnya karena landasan yuridis berhubungan langsung
dengan hal-hal yang bersifat mendasari semua kegiatan pelaksanaan pendidikan
dan mengenai hal-hal yang penting seperti struktur pendidikan, kurikulum,
pegelolaan, pengawasan, dan ketenagakerjaan.
Undang-undang 1945 sebagai landasan yuridis merupakan hukum
tertinggi dari organisasi kenegaraan yang memuat garis besar, dasar dan
tujuan negara. Sifatnya lestari dalam arti menjadi petunjuk untuk hidup bangsa
dalam jangka waktu relatif panjang dan bahkan jika memungkinkan selama
negara berdiri. Dalam penyelenggaraan segala sesuatu yang ditetapkan dalam
UUD 1945 diperlukan ketetapan-ketetapan yang lebih rendah yaitu yang tertuang
dalam UU organik. UU organik adalah peraturan-peraturan untuk
menyelenggarakan aturan dasar yang tercantum dalam UUD sebagai usaha untuk
mewujudkan tujuan Negara (Tirtaraharja, 2005:294).
UUD 1945 mengamanatkan pemerintah untuk mengusahakan dan
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketagawaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak yang mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang-
undang. Sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efesiensi
manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan
9

perubahan kehidupan lokal, nasional dan global sehingga perlu dilakukan


pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.
Dikarenakan UU nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
tidak memadai lagi serta perlu diganti dan disempurnakan agar sesuai dengan
amanat perubahan UUD 1945 maka pemerintah membentk UU baru yaitu UU
Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
ditandatangani oleh Presiden Megawati pada 8 Juni 2003.
2. Pembaharuan Kurikulum
Kurikulum yang memiliki peran sentral dalam dunia pendidikan telah
mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984,
1994, 2004, dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari
terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam
masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat
rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan
dan perubahan yang terjadi di masyarakat.
Berikut ini adalah beberapa perubahan kurikulum yang terjadi di
Indonesia, antara lain:
1. Tahun 1947 Leer Plan (Rencana Pelajaran)
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer
plan yang artinya rencana pelajaran. Kurikulum ini lebih bersifat politis dimana
terdapat perubahan orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional.
Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari
Kurikulum 1950 karena Leer Plan 1947 baru mulai digunakan pada tahun 1950.
Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya,
plus garis-garis besar pengajaran. Rencana Pelajaran 1947 memberikan
keutamaan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi
pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian
dan pendidikan jasmani.
2. Tahun 1952 - Rencana Pelajaran Terurai
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran dengan merinci silabus
setiap mata pelajaran.
10

3. Tahun 1964 - Rentjana Pendidikan


Pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali
ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964
yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah: bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada
jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana
(Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik,
keprigelan, dan jasmani.
4. Tahun 1968 - Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu
dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana
menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Kurikulum ini merupakan kurikulum terintegrasi pertama. Beberapa mata
pelajaran, seperti Sejarah, Ilmu Bumi, dan beberapa cabang ilmu sosial
mengalami fusi menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial. Beberapa mata pelajaran,
seperti Ilmu Hayat, Ilmu Alam, dan sebagainya mengalami fusi menjadi Ilmu
Pengetahun Alam (IPS) atau yang sekarang sering disebut Sains.
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rentjana Pendidikan
1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan
manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi
materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
5. Tahun 1975 - Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan
efektif. Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen,
yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu, kata Drs. Mudjito,
Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas.
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah satuan pelajaran, yaitu
11

rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi:
petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat
pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Pada Kurikulum 1975 guru
dibuat sibuk dengan berbagai catatan kegiatan belajar mengajar.
6. Tahun 1984 - Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering
disebut Kurikulum 1975 yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai
subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan,
hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau
Student Active Leaming (SAL).
7. Tahun 1994 dan 1999 - Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya yaitu mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 yang berorientasi
tujuan dan pendekatan proses yang dimiliki Kurikulum 1984.
Beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal.
Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing,
misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai
kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu
tertentu masuk dalam kurikulum sehingga Kurikulum 1994 menjelma menjadi
kurikulum super padat.
Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum
1999. Tapi perubahannya lebih pada merevisi dan pengurangan beban sejumlah
materi.
8. Tahun 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar
kompetensi yang harus dicapai siswa. Kurikulum ini cenderung Sentralisme
Pendidikan, Kurikulum disusun oleh Tim Pusat secara rinci; Daerah/Sekolah
hanya melaksanakan. Kurikulum yang tidak disahkan oleh keputusan/Peraturan
Mentri Pendidikan ini mengalami banyak perubahan dibandingkan Kurikulum
12

sebelumnya baik dari orientasi, teori-teori pembelajaran pendukungnya bahkan


jumlah jam pelajaran dan durasi tiap jam pelajarannya.
Berdasarkan hal tersebut pemerintah baru menguji cobakan KBK di sejumlah
sekolah kota-kota di Pulau Jawa, dan kota besar di luar Pulau Jawa saja. Hasilnya
kurang memuaskan. Maka sebagian pakar pendidikan menganggap bahwa pada
tahun 2004 tidak terjadi perubahan kurikulum, yang ada adalah Uji Coba
Kurikulum di sebagian sekolah yang disebut dengan KBK untuk kemudian
disempurnakan pada tahu 2006.
9. Tahun 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi
pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan
Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol pada Kurikulum ini adalah
lebih konstruktif sehingga guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan
pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah
berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan
(SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran
untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan
Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem
penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah
koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.
10. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh pemerintah
untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang telah berlaku
selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu
aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam
Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang
dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat
ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan materi yang
ditambahkan adalah materi Matematika. Kurikulum 2013 masuk dalam masa
13

percobaanya pada tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi


sekolah percobaan.
Pada tanggal 5 Desember 2014, kurikulum ini sempat dinyatakan di
berhentikan pelaksanaannya oleh mentri pendidikan saat itu yakni Anies
Baswedan dikarenakan perlunya tinjauan ulang mengenai sistem kurikulum dan
penerapannya agar sesuai dengan keadaan dan keperluan peserta didik dalam
pembelajaran.
. Mulai 2016, munculnya perbaikan Kurikulum 2013 baru dan diberi nama
Kurikulum 2013 revisi 2016 dan setahun kemudian juga muncul kembali revisi
dari kurikulum ini yakni kurikulum 2013 revisi 2017 yang diberlakukan secara
nasional diseluruh Indonesia.
3. Pembaharuan Pola Masa Studi
Pembaharuan pola masa studi termasuk pendidikan yang meliputi
pembaruan jenjang dan jenis pendidikan serta lama waktu belajar pada suatu
satuan pendidikan. Pembaruan pola masa studi sebagai suatu pertanda adanya
pembaruan pendidikan berupa penambahan (perpanjangan masa studi) atau pun
pengurangan (perpendekan masa studi). Perubahan pola tersebut dilakukan
dengan tujuan dan alasan-alasan tertentu.
4. Pembaharuan Tenaga Pendidikan
Menurut UU Sisdiknas no. 20 tahun 2003, tenaga kependidikan adalah
anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan. Dan pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan. Pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
14

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada


perguruan tinggi.
Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh:
a. Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai;
b. Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;
c. Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas;
d. Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil
kekayaan intelektual; dan
e. Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan
untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban:
a. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,
dinamis, dan dialogis;
b. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan; dan
c. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan
sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memfasilitasi satuan pendidikan
dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang diperlukan untuk menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu, wajib membina dan mengembangkan
tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakannya, dan wajib
membantu pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan pada satuan
pendidikan formal yang diselenggarakan oleh masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem pendidikan adalah suatu system yang terdiri dari komponen-
komponen yang ada dalam proses pendidikan, dimana antara satu komponen
dengan komponen yang lainnya saling berhubungan dan berinteraksi untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Diperlukan pembaharuan terhadap pendidikan dengan jalan
menyempurnakan sistemnya. Pembaharuan yang terjadi meliputi landasan yuridis,
kurikulum dan perangkat penunjangnya, struktur pendidikan dan tenaga
pendidikan.
Adapun perkembangan kurikulum pendidikan Indonesia, yaitu:

a) Kurikulum 1968 dan sebelumnya


b) Kurikulum 1975
c) Kurikulum 1984
d) Kurikulum 1994
e) Kurikulum 2004 (KBK)
f) Kurikulum 2006 (KTSP)

Pembaharuan pola masa studi termasuk pendidikan yang meliputi pembaruan


jenjang dan jenis pendidikan serta lama waktu belajar pada suatu satuan pendidikan.

Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,


pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan
pada satuan pendidikan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Cipto, 2008. Selayang Pandang Perjalanan Kurikulum Nasional, (Online),


(http://www.e-smartschool.com, diakses 30 Oktober 2017).
Putra,N.2006.InovasiPendidikan,(Online),(http://pustaka.ut.ac.id/puslata/o
nline.php?menu=puslata, diakses 30 Oktober 2017).
Tirtahardja, Umar & Sulo, L. 2005. Pengantar Pendidikan. Edisi
Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Hasbullah. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
http:/sistempendidikanasional.blogspot.com/

http://fauzinesia.blogspot.com/2012/06/pengertian-sistem-pendidikan.html
H. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.

16

Anda mungkin juga menyukai