SEBAGAI SISTEM
Oleh :
-Muhammad Rayhan
-Willy Nurgian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Disaat sekarang ini pendidikan telah dipandang sebagai suatu fungsi yang
melekat dengan kehidupan sehari-hari, pendidikan telah dipandang sebagai suatu
fungsi yang melekat dengan kehidupan itu sendiri. Memperoleh pendidikan sudah
merupakan suatu keharusan dan kebutuhan dalam kehidupan pribadi, masyarakat
dan bangsa. Pendidikan telah dipandang sebagai suatu investasi dalam
pembangunan sumber daya manusia yang amat diperlukan dalam pembangunan
sosial dan ekonomi. Pendidikan makin banyak memerlukan berbagai keahlian
profesional dalam manajemennya serta memerlukan berbagai kehlian yang
bersifat interdisipliner dalam memecahkan masalahnya. Dalam makalah ini akan
membahas tentang Pendidikan sebagai sebuah Sistem.
Pendidikan merupakan sebuah sistem. Sebagai sistem, aktivitas
pendidikan terbangun dalam beberapa komponen, yaitu pendidik, peserta didik,
tujuan pendidikan, alat pendidikan, dan lingkungan pendidikan. Semua komponen
yang membangun sistem pendidikan, saling berhubungan, saling tergantung, dan
saling menentukan satu sama lain. Setiap komponen memiliki fungsi masing-
masing dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Aktivitas pendidikan akan
terselenggara dengan baik apabila didukung oleh komponen-komponen dimaksud.
Fungsi pendidikan sebenarnya adalah menyediakan fasilitas yang dapat
memungkinkan tugas pendidikan dapat berjalan lancar, baik secara struktural,
maupun secara institusional. Secara struktural menuntut terwujudnya struktur
organisasi yang mengatur jalannya proses kependidikan. Secara institusional
mengandung implikasi bahwa proses kependidikan yang terjadi dalam struktur
organisasi itu dilembagakan untuk lebih menjamin proses pendidikan itu berjalan
secara konsisten dan berkesinambungan mengikuti kebutuhan dan perkembangan
manusia yang cenderung ke arah tingkat kemampuan yang optimal.
Makna pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991 sebagai
proses dan pengubah perilaku seseorang atau kelompok dalam usaha
mendewasakan melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam GBHN tahun
1973 dikemukakan pengertian bahwa pendidikan pada hakekatnya merupakan
suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan dan
kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan
berlangsung seumur hidup.
Dalam Undang-Undang RI nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan
nasional, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang. Pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan
bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang yang dilakukan oleh orang
dewasa dalam mengubah kedewasaan setiap individu dari berbagai aspek
kepribadian manusia baik itu pengetahuan, nilai, sikap, maupun keterampilan
sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupan setiap individu, dengan menjadi
dirinya individu yang berguna untuk diri sendiri, maupun orang lain, serta
menjadi generasi emas di masa yang akan datang. Pendidikan juga modal utama
setiap individu dalam berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan sekitar.
Pendidikan tidak lepas dari peranan seorang guru. Guru, peserta didik, dan
kurikulum merupakan tiga komponen utama dalam pendidikan nasional. Sehingga
untuk menjadi seorang guru bukan merupakan suatu pekerjaan yang mudah
karena memerlukan keahlian khusus dalam melaksanakan tanggung jawabnya.
Guru merupakan anggota masyarakat yang memiliki kewajiban khusus untuk
mencerdaskan bangsa, dengan dibekali keahlian khusus untuk menunjang tugas
keprofesiannya, dalam mengembangkan pendidikan yang lebih baik sehingga
dapat membangun bangsa dan negara yang lebih maju.
Dalan keprofesiannya, seorang guru harus memiliki kemampuan untuk
membuat pembelajaran yang kreatif, variatif, dan inovatif, dengan tujuan agar
siswa dapat tertarik dengan mengikuti proses belajar mengajar yang dilaksanakan
oleh guru, sehingga tujuan pembelajaran dapat tersampaikan dengan optimal.
Namun pada kenyataannya pendidikan belum dapat meningkatkan kualitas
kehidupan.
Berdasarkan data Survey United Nation Education, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO) bahwa kualitas pendidikan Indonesia menempati
peringkat 10 dari 14 negara-negara berkembang di Asia Pasifik, sedangkan
kualitas para guru berada pada level 14 dari 14 negara berkembang. Salah satu
faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya para
guru dalam menggali potensi anak.
-Rizky sebagai pembuat ppt dan finishing makalah sekaligus membuat 10 soal
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Apa pengertian sistem dan pendidikan?
Istilah sistem menurut Shrode dan Voice (1974:115) berasal dari bahasa Yunani
yakni “Sistema”, sedang sistema mempunyai arti “suatu keseluruhan yang terdiri
dari sejumlah bagian-bagian.” Pengertian sistem dalam dunia keilmuan, lama-
kelamaan menjadi beraneka ragam, hal ini disebabkan adanya perbedaan selera,
pengungkapan, disiplin ilmu dan maksud penggunaan.
Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas komponen-komponen atau elemen-
elemen atau unsur-unsur sebagai sumber-sumber yang mempunyai hubungan
fungsional yang teratur, tidak sekedar acak, yang saling membantu untuk
mencapai suatu hasil (product) (Zahara Idris 1987). Pendidikan merupakan sustu
usaha untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.
Bila pendidikan dipandang sebagai suatu sistem, maka secara sederhana dapat
dikatakan bahwa sistem pendidikan adalah suatu keseluruhan yang terbentuk dari
bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam mengubah masukan
menjadi hasil yang diharapkan.
Dalam pengertian umum sistem pendidikan adalah suatu strategi atau cara yang
akan di pakai untuk melakukan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan
agar para pelajar tersebut dapat secara aktif mengembangkan potensi di dalam
dirinya yang diperlukan untuk dirinya sendiri dan masyarakat. Setiap sistem pasti
mempunyai tujuan, dan semua kegiatan dari semua komponen atau bagian-
bagiannya adalah diarahkan untuk tercapainya tujuan tersebut. Karena itu, proses
pendidikan merupakan sebuah sistem, yang disebut sebagai sistem pendidikan.
Masukan usaha pendidikan ialah peserta didik dengan berbagi ciri-ciri yang ada
pada diri peserta didik itu (antara lain, bakat minat, kemampuan, keadaan
jasmani). Dalam proses pendidikan terkait berbagai hal, seperti pendidik,
kurikulum gedung sekolah, buku, metode mengajar, dan lain-lain, sedangkan hasil
pendidikan dapat meliputi hasil belajar (yang berupa pengetahuan, sikap dan
keterampilan) setelah selesainya proses belajar mengajar tertentu. Dalam rangka
yang lebih besar, hasil proses pendidikan dapat berupa lulusan dari lembaga
pendidikan (sekolah) tertentu.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1979) menjelaskan pula bahwa
“pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai unsur-unsur pendidikan,
struktur atau jenjang, kurikulum dan peralatan atau fasilitas.” [3]
Setiap unsur dalam sistem pendidikan saling berkaitan dan pengaruh
mempengaruhi. Kelemahan salah satu unsur dalam sistem tersebut akan
mempengaruhi seluruh sistem pendidikan lain. Oleh karena itu dalam usaha
mengembangkan sistem pendidikan, setiap unsur pokok dalam sistem pendidikan
harus mendapat perhatian dan pengembangan yang utama.
P.H Combs (1982) mengemukakan dua belas komponen pendidikan, seperti
berikut:[4]
1. Tujuan dan Prioritas. Fungsi mengarahkan kegiatan sistem. Hal ini
merupakan informasi tentang apa yang hendak dicapai oleh sistem dan urutan
pelaksanaannya. Contohnya: ada tujuan umum pendidikan, yaitu tujuan yang
tercantum dalam peraturan perundangan negara, yaitu tujuan pendidikan nasional.
Ada tujuan institusional, yaitu tujuan lembaga pendidikan dan tujuan program,
seperti S1, S2, S3. Ada tujuan kurikuler, yaitu tujuan setiap mata pelajaran/mata
kuliah. Tujuan terakhir ini dibagi dua pula, yaitu tujuan pengajaran (intruksional)
umum dan tujuan pengajaran (intruksional khusus).
2. Peserta Didik. Fungsinya ialah belajar. Diharapkan peserta didik
mengalami perubahan proses tingkah laku sesuai dengan tujuan sistem
pendidikan. Contohnya, berapa umurnya, berapa jumlahnya, bagaimana tingkat
pengembangannya, pembawaannya, motivasi untuk belajar, dan sosial ekonomi
orang tuanya.
3. Manajemen atau Pengelolaan. Fungsinya mengkoordinasikan,
mengarahkan, dan menilai sistem pendidikan. Komponen ini bersumber pada
sistem nilai dan cita-cita yang merupakan informasi tentang pola kepemimpinan
dalam pengelolaan sistem pendidikan, contohnya, pemimpin yang mengelola
sistem pendidikan itu bersifat otoriter, demokratis, atau laissez-faire.
4. Struktur dan Jadwal Waktu. Fungsinya mengatur pembagian waktu dan
kegiatan. Contohnya, pembagian waktu ujian, kegiatan perkuliahan, seminar,
kuliah kerja nyata, kegiatan belajar mengajar dan pengalaman lapangan.[5]
5. Isi dan Bahan Pengajaran. Fungsinya untuk menggambarkan luas dan
dalamnya bahan pelajaran yang harus dikuasai peserta didik. Juga mengarahkan
dan mempolakan kegiatan-kegiatan dalam proses pendidikan. Contohnya, isi
bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran atau mata perkuliahan, dan untuk
pengalaman lapangan.
6. Guru dan Pelaksana. Fungsinya menyediakan bahan pelajaran dan
menyelenggarakan proses belajar untuk peserta didik. Contohnya, pengalaman
dalam mengajar, status resminya guru yang sudah diangkat atau tenaga sukarela
dan tingkatan pendidikannya.[6]
7. Alat Bantu Belajar. Fungsinya untuk memungkinkan terjadinya proses
pendidikan yang lebih menarik dan lebih bervariasi. Contohnya, film, buku, papan
tulis, peta.
8. Fasilitas. Fungsinya untuk tempat terselenggaranya proses pendidikan.
Contohnya, gedung dan laboratorium beserta perlengkapannya.
9. Teknologi. Fungsinya memperlancar dan meningkatkan hasil guna proses
pendidikan. Yang dimaksud dengan teknologi ialah semua teknik yang digunakan
sehingga sistem pendidikan berjalan dengan efisien dan efektif. Contohnya, pola
komunikasi satu arah, artinya guru menyampaikan pelajaran dengan berceramah,
peserta didik mendengarkan dan mencatat; atau pola komunikasi dua arah, artinya
ada dialog antara guru dan peserta didik. Pada pola terakhir ini peserta didik
banyak yang mempunyai kesempatan untuk bertanya, mengajukan pendapat
kepada guru, teman-teman yang duduk di kiri-kanannya, atau antar peserta
didik. Contoh yang lain, teknik yang digunakan guru tidak pernah alat bantu
belajar, hanya berceramah.
10. Pengawasan Mutu. Fungsinya membina peraturan-peraturan dan standar
pendidikan. Contohnya, peraturan tentang penerimaan anak/peserta didik dan staff
pengajar, peraturan ujian dan penilaian.
11. Penelitian. Fungsinya untuk memperbaiki dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan penampilan sistem pendidikan. Contohnya, dulu bangsa
indonesia belum mampu membuat kapal terbang dan mobil, tapi sekarang bangsa
indonesia sudah pandai. Sebelum tahun 1980-an, kebanyakan sistem perguruan
tinggi di Indonesia belum melaksanakan sistem satuan kredit semester, sekarang
hampir seluruh perguruan tinggi telah melaksanakannya.
12. Biaya. Fungsinya melancarkan proses pendidikan dan menjadi petunjuk
tentang tingkat efesiensi sistem pendidikan. Contohnya, sekarang biaya
pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, pemerintah dan
masyarakat.[7]
Pendidikan sebagai suatu sistem dapat pula digambarkan dalam bentuk model
dasar input-output berikut ini.
Segala sesuatu yang masuk dalam sistem dan berperanan dalam proses
pendidikan disebut masukan pendidikan. Lingkungan hidup menjadi sumber
masukan pendidikan.
.
1.Visi
Pendidikan nasional itu mempunyai visi yaitu terwujudnya sistem
pendidikan nasional sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia
yang berkualitas, sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah.
2. Misi
Dengan adanya visi pendidikan nasionaltentu akanada misi dari
pendidikan nasional tersebut yaitu :
a. Mengupayakan peluasan dan pemerataan kesempatan memperolel pendidikan
yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh
sejak dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar.
c. Meningkatkan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan
pembentukan kepribadian yang bermoral.
d. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai
pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pegalaman, siakap dan nilai
berdasarkan standar nasional dan global
e. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan RI.
2.4 Bagaimana perkembangan teori sistem?
Sistem teori umum muncul pertama kali didahului oleh hadirnya teori cibernatika,
sistem keteknikan dan bidang pengetahuan yang saling berhubungan. Pengertian
sistem telah melewati sejarah yang panjang, walaupun kondisi sistem tidak
mengutamakan sejarah dari pengertian yang meliputi banyak nama dan
ilustrasi.Nicolas dari cusa’s Deludo globy, Bertalanffy dan Hermann Hasse’s
Glasperlenspielyang mengamati bahwa pengerjaan dunia direfleksikan dalam
sebuah desain yang cakap dan permainan yang abstrak.
Dalam pandangan Kohler sebuah sistem teori dimaksudkan untuk lebih
mengerjakan sifat yang paling umum seperti properti organik daripada sistem
organik untuk satu derajat, permintaan ini dipenuhi dengan teori sistem terbuka.
Kemampuan mengerjakan disebabkan oleh berbagai perkembangan baru teoritis,
epistemologis, matematis dan lain–lain. Dalam hubungannya dengan pekerjaan
eksperimen pada metabolisme dan pertumbuhan pada satu sisi dan sebuah usaha
untuk mengkongkretkan sebuah program organismik pada sisi yang lain, teori
sistem terbuka adalah sebuah lanjutan berdasar pada fakta yang biasa bahwa
organisme adalah suatu sistem terbuka.
Tujuan pendidikan adalah harapan dari pendidikan nasional sesuai UU No. 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 adalah “Bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Tapi dalam
pelaksanaannya kali ini masih belum sempurna karena masih mengembangkan nilai saja
dan kurang mengembangkan kreatifitas dan pengembangan karakter.
Jika di perhatikan secara umum, memang ada banyak faktor yang menjadi
penghambat kemajuan pendidikan nasional kita, tetapi penulis hanya merinci tiga
faktor utama saja, yang menurut penulis sangat krusial untuk segera diperbaiki, di
antaranya adalah:
Budaya Feodalisme
Siswa masih terbelenggu dengan batasan bahwa guru harus selalu didengarkan,
karena apa kata guru sudah pasti benar. Guru tidak boleh dibantah perkataannya.
Begitupun dalam suasana belajarnya, siswa harus duduk manis di kelas, melipat
tangannya di atas meja, dan hanya membayangkan saja apa yang guru
informasikan kepada mereka.
Siswa belum bisa mendapatkan rangsangan yang kuat dari sistem pendidikan
nasional untuk menjadi pemikir-pemikir yang kritis terhadap sebuah
permasalahan. Hal ini salahsatunya juga disebabkan karena masih lemahnya
kurikulum pembelajaran kita dalam penguasaan serta teknik penyelesaian masalah
dengan menggunakan system Higher Order Thinking Skills (HOTS), sebuah
turunan metode belajar yang dicetuskan oleh Benjamin Bloom lewat teori
“Taksonomi Bloom”. Sedangkan, yang masih digunakan oleh sIstem pendidikan
nasional kita masih berupa Lower-Middle Order Thinking Skills (LEMOTS).
Belum lagi kendala sistemik dan struktural yang ada di pemerintahan itu sendiri,
yang notabene tidak terlalu mementingkan pendidikan. Bahkan mungkin mengerti
saja tidak tentang apa dan bagaimana mengelola pendidikan yang benar. Bahkan
celakanya, terkadang urusan pendidikan masih dijadikan komoditas politik untuk
meraup suara dukungan kepala daerah.
Jika kita bandingkan dengan negara Singapura, Jepang, Vietnam, dan Korea
Selatan misalnya, mereka tetap bisa maju dunia pendidikannya, meskipun unsur
feodalismenya kuat. Mereka memang terbawa dari sejarah yang kuat akan sulitnya
kehidupan mereka di masa lalu akibat peperangan dan penjajahan. Tetapi dari
sejarah kehidupan yang sulit itu pula mereka mempunyai tekad yang kuat untuk
maju dan pulih, juga mereka terus didorong oleh tokoh-tokoh pendiri negara
mereka untuk berfikir secara kritis dan rasional, meskipun mereka tetap berada di
dalam budaya yang feodal.
Local wisdom yang dimiliki oleh Singapura, Jepang, Vietnam, dan Korea Selatan
lebih diletakkan kepada dunia kebudayaan mereka. Sedangkan di dalam sistem
pendidikan dan politik, mereka menerapkan sistem modern yang lebih rasional,
kritis, dan demokratis. Itulah mengapa mereka menjadi Negara yang maju dalam
segala bidang, tetapi tetap mempertahankan nilai-nilai kebudayaan asli mereka.
Gagap Teknologi
Majunya teknologi juga sangat berdampak kepada semua sendi kehidupan kita,
termasuk pendidikan. Dengan demikian, tidak bisa dihindari dan dipungkiri,
bahwasannya adaptasi dari kehidupan yang non teknologi menuju kehidupan yang
berteknologi memerlukan sebuah jembatan.
Apalagi dengan banyaknya jumlah guru-guru di negara ini yang masih gagap
dengan kemajuan teknologi, menambah panjang rentetan masalah pendidikan kita.
Slogan guru yang berupa pahlawan tanpa tanda jasa mungkin sudah harus diganti
dengan guru adalah profesi dengan tanda terima. Ya, tanda terimakasih untuk guru
memang harus diutamakan, alias diberikan gaji yang lebih layak dan layak lebih.
Hal ini penting agar guru juga bisa meningkatkan kualitas diri mereka dalam
pengenalan dan penggunaan teknologi untuk pendidikan, dan juga bisa terus
belajar ke jenjang pendidikan yang paling tinggi, tanpa harus memikirkan
kekurangan kebutuhan hidup mereka.
Faktor ketokohan memang tidak bisa serta merta ditinggalkan begitu saja di dalam
memajukan pendidikan sebuah Negara. Indonesia sebenarnya adalah negara yang
kaya dengan tokoh pendidikan baik yang bertaraf nasional dan internasional
sekalipun, tetapi negara ini sepertinya masih miskin dengan penghargaan akan
ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh para tokoh pendidikan tersebut. Sehingga
bangsa ini sepertinya menjadi bangsa yang miskin keteladanan.
Padahal jika melihat sejarah bangsa ini, mayoritas pejuang kemerdekaan bangsa
ini, pada awalnya melakukan perjuangan mereka dengan berangkat dari aktifitas
mereka sebagai guru, seperti Bung Karno, Bung Hatta, Bung Syahrir, M. Natsir,
H. Agus Salim, H. Cokroaminoto, bahkan panglima besar Jenderal Soedirman pun
adalah seorang guru. Artinya, mereka tidak hanya mampu mengeluarkan energi
positif di dalam lingkungan pendidikan saja, tetapi mampu untuk
mengamalkannya dan mengimplementasikannya dengan pikiran dan fisik mereka
di kehidupan nyata. Hal itulah yang membuat diri mereka menjadi sebagai orang-
orang yang berjiwa besar yang patut untuk kita teladani, dan harus kita kenalkan
terus keteladanan mereka kepada generasi penerus bangsa ini.
Keteladanan inilah yang sulit kita temukan dari para tokoh-tokoh bangsa saat ini.
Ketika mereka ada di dalam lingkungan pendidikan, mereka bisa menjadi seorang
teladan bagi murid-murid mereka. Tetapi ketika mereka telah masuk dan
berkecimpung di luar dunia pendidikan, apalagi jika sudah masuk ke dalam
lingkup politik dan kekuasaan pemerintahan, maka idealisme mereka langsung
menguap dikarenakan tidak tahan dengan godaan duniawi dan segala
kemewahannya. Ilmu yang mereka miliki tiba-tiba menjadi mandul untuk
diamalkan. Nurani kebenaran menjadi hilang, kalah dengan nurani kesempatan
dan keuntungan. Lebih parahnya lagi, kebenaran mereka belokkan demi membela
kepentingan kekuasaan.
Memang sepatutnya kebanggaan kita terhadap masa lalu yang pernah gemilang
haruslah kita letakkan secara bijaksana di dalam kehidupan kita yang sekarang.
Bangga dengan masa lalu boleh saja, tetapi ingat, kita sedang hidup di masa
sekarang dan masa yang akan datang. Keteladanan akan para tokoh bangsa di
masa lalu, dan keteladanan akan para tokoh bangsa yang baik di masa sekarang
memang sangat kita perlukan, agar bangsa ini dapat keluar dari segala macam
masalah dan krisis di dalam dunia pendidikan nasional kita.
2.7 Bagaimana interaksi sistem pendidikan dan lingkungannya
– Pengetahuan dasar
a. Kelembagaan Pendidikan
1. Pendidikan umum
2. Pendidikan Kejuruan
Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja pada bidang
tertentu.
4. Pendidikan kedinasan
5. Pendidikan keagamaan
7. Pendidikan Profesional
c. Jenjang Pendidikan
2. Pendidikan Dasar
3. Pendidikan Menengah
4. Pendidikan Tinggi
d. Kurikulum Pendidikan
Isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jemjamg pendidikan wajib memuat:
1. Pendidikan Pancasila;
3. Pendidikan kewarganegaraan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem adalah suatu rangkaian keseluruhan kebulatan kesatuan dari komponen
yang saling berinteraksi atau inerdepndensi dalam mencapai tujuan. Sistem
pendidikan akan selalu bersifat dinamis kontekstusal dan terbuka tehadap tuntutan
kualitas dan relevansi. Oleh karena itu pengkajian upaya pendidikan sebagai suatu
sistem mempunyai makan yang penting.
Proses pendidikan terjadi apabila ada interaksi antar komponen pendidikan,
artinya saling berhubunga secara fungsional dalam kestauan yang terpadu. Tiga
komponen tersebut adalah pendidik, peserta didik, dan tujuan pendidikan.
Dengan adanya kemajuan zaman yang pesat hendaknya berupaya menjadikan
sistem pendidikan yang dinamis dan responsif terhadap prubahan-perubahn dan
kecendrungan-kecendrungan yang sedang berlangsung.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan interaksi komponen-komponen yang
esensial dalam upaya mencapai tujuan pendidikan.
Komponen-komponen yang ada dalam sebuah sistem antara lain pendidik, peserta
didik, alat pendidikan, lingkungan pendidikan, dan ptujuan pendidikan. Dan
pemerintah pun juga berperan penting dalam menunjang kualitas dan kuantitas
pendidikan di Indonesia.
3.2 Saran
Pendidikan di indonesia saat ini memang mengalami perubahan yang
signifikan terutama bagian sistem pengajaran dan mendidik pelajar, karena adanya
kecanggihan teknologi diharapkan bagi tempat belajar seperti sekolah atau
kampus agar dapat mengupdate kurikulum yang digunakan dalam mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.fauzinesia.com/2012/06/pengertian-sistem-pendidikan.html
https://www.maxmanroe.com/vid/manajemen/pengertian-sistem.html
https://moondoggiesmusic.com/pengertian-sistem/
https://boscodoho.wordpress.com/2013/04/22/teori-sistem-umum-
perkembangan-filosofi-dan-teori-sistem-dari-perspektif-keilmuan/
https://www.academia.edu/34731835/
Pendidikan_sebagai_sebuah_system_dan_Komponen_Pendidikan
LAMPIRAN
SOAL PILGAN
Soal
a. beberapa komponen
b. beberapa masalah
c. beberapa atribut
d.beberapa bahasan
e. beberapa sistem
Jawaban: A
b. Sistem Ketergantungan
c. Sistem Kualitas
Jawaban:D
a. biasa saja
b. rendah
c. tinggi
d. standart
e. melebihi target
jawaban:B
a. industri
b. ekonomi
c. insfrastruktur
d. Sdm
e. Pendidikan
Jawaban:E
c. pendidikan
d. Bahan Pangan
e. industri
Jawaban:C
b. kehebatannya
c. kesukaannya
d. kecerdasanya
e. keahliannya
Jawaban:A
7. Salah satu cara untuk memperoleh gambaran yang lebih mantap tentang
pendidikan adalah menggunakan pendekatan
a. iternal
b. eksternal
c. konsep
d. Sistem
e. Tujuan
Jawaban: D
8. Sistem merupakan suatu totalitas yang terpadu dari semua elemen dan semua
kegiatan saling berkaitan satu sama lain secara fungsional agar dapat
mencapai
a. Tujuan
b. Target
c. Manfaat
d. Hasil
e. konsep
Jawaban:A
9. Maksud dari pendidikan sebagai suatu sistem adalah pendidikan sendiri terdiri
dari elemen-elemen atau unsur- unsur pendididkan yang dalam kegiatannya
saling terkait secara
a. simetris
b. fungsional
c.bersamaan
d. terpisah
e. horizontal
Jawaban:B
a. Pengelolaan
c. dana
d. materi
e. benar semua
jawaban: E
11. Sistem menurut Shrode dan Voice berasal dari bahasa Yunani Yaitu:
a. System
b. Sistema
c. Sistemia
d. Sistima
Jawaban: (B)
12. Landasan pendidikan yang memiliki asumsi bersumber pada disipli ilmu
sebagai titik tolaknya adalah?
a. Filsofis Pendidikan
b. Religius pendidikan
c. Hukum pendidikan
d. Ilmiah pendidikan
Jawaban: (D)
17. Sistem pendidikan Indonesia menjadi wahana yang dilewati para peserta didik
untuk mengembangkan kemampuan diri sesuai dengan tujuan pendidikan, hal
tersebut terkandung dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pada?
a. Pasal 1 ayat 7
b. Pasal 2 ayat 7
c. Pasal 1 ayat 5
d. Pasal 1 ayat 3
Jawaban: (A)
18. Pendidikan adalah suatu upaya agar manusia hidup sesuai dengan martabat
kemanusiaanya. Hal ini dijelaskan karena pendidikan bersifat?
a. Potensialitas
b. Sosialitas
c. Humanisasi
d. Dinamika
Jawaban: (C)
19. Gerakan wajib belajar 9 tahun dirancangkan oleh pemerintah pada tanggal?
a. 2 Mei 1984
b. 2 Mei 1985
c. 2 Mei 1983
d. 2 Mei 1995
Jawaban: (A)
20. Pengadaan pendidikan untuk peserta didik dengan kecerdasan luar biasa atau
mempunyai kelainan. Penjelasan tersebut adalah pengertian dari?
a. Pendidikan nonformal
b. Pendidikan informal
c. Pendidikan formal
d. Pendidikan khusus