Anda di halaman 1dari 20

PENGERTIAN, TUJUAN DAN FUNGSI PELAYANAN BK SERTA

KESALAHPAHAMAN TERHADAP PELAYANAN BK

Disusun oleh:

Kelompok 2

Salsabila Puti Marizki (22018161)

Rahmat Hidayat (22073112)

Regina Faradika (22031033)

Ramadhan Putra (22073072)

Airin sapna (22031055)

Rivo Mahardhika Putra (22018232)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul "Menganalisis
Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK) serta
Kesalahpahaman Terhadap Pelayanan BK". Makalah ini disusun sebagai salah satu bentuk
keterlibatan kami dalam memahami dan menggali lebih dalam tentang peran penting
pelayanan BK dalam konteks pendidikan dan pengembangan individu.

Kami juga ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua


pihak yang telah memberikan dukungan dan bimbingan selama proses penyusunan makalah
ini. Terima kasih kepada dosen pembimbing kami yang senantiasa memberikan arahan dan
masukan yang sangat berarti dalam menyusun makalah ini.

Makalah ini diawali dengan pengantar yang menjelaskan latar belakang pemilihan
topik, urgensi, serta kerangka pemikiran yang melandasi analisis kami. Kami berharap
makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam pemahaman tentang peran pelayanan
BK dan mengatasi kesalahpahaman yang mungkin ada di masyarakat.
Tentu, makalah ini tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan guna perbaikan di masa
mendatang.

Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya mereka yang ingin
mengetahui lebih dalam tentang pelayanan BK, serta dapat menjadi kontribusi kecil kami
dalam dunia pendidikan dan pengembangan manusia.

Padang, 18 Februari 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 4


A. Latar Belakang ............................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
C. Tujuan............................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 6

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 17


DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 18

HALAMAN KONTRIBUSI .................................................................................... 29

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

3
Pendidikan memiliki peran sentral dalam membentuk perkembangan individu.
Dalam konteks ini, Pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK) menjadi aspek yang
krusial untuk membantu peserta didik mengatasi berbagai tantangan dan masalah
yang mungkin dihadapi selama proses belajar-mengajar. Namun, seiring kompleksitas
tuntutan kehidupan modern, seringkali terjadi kesalahpahaman terhadap pelayanan
BK, yang dapat mempengaruhi efektivitas dan manfaat yang diberikan. Oleh karena
itu, pemahaman yang mendalam mengenai pengertian, tujuan, dan fungsi pelayanan
BK, serta pemahaman terhadap kesalahpahaman yang mungkin timbul, sangat penting
untuk diperoleh.

Bimbingan dan Konseling (BK) adalah salah satu komponen integral yang
penting dalam mencapai tujuan Pendidikan. Komponen tersebut direalisasikan dalam
bentuk layanan BK di sekolah. Kegiatan layanan BK di sekolah diselenggarakan oleh
tenaga kependidikan yang dinamakan Guru BK/Konselor. Istilah konselor telah diatur
dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 6 yang menyebutkan bahwa
“pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain
yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
Pendidikan”.

Dibeberapa sekolah, penyebutan konselor pendidikan ini berbeda-neda.


$dayang menyebut sebagai guru bimbingan dan konseling atau bisa disingkat
sebagaiguru B#, ada yang menyebut sebagai guru pembimbing begitu saja% ada pula
yangmenyebutnya sebagai konselor penddidikan. $rahan dan bantuan bimbingan
tersebutsangat penting dilakukan di sekolah agar masing-masing siswa dapat memilah
danmemilih tindakan yang tepat serta bertanggung jawab terhadap keputusan
dantindakan yang dipilihnya. &leh karena itu, makalah ini mengajak kita untuk
memahami tentang sasaran dan lingkup bimbingan dan konseling dalam pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK) dalam konteks
pendidikan?

4
2. Apa tujuan dari pelaksanaan pelayanan BK di lingkungan pendidikan?
3. Apa fungsi utama dari pelayanan BK dalam mendukung perkembangan peserta
didik?
4. Apa saja kesalahpahaman yang sering muncul terhadap pelayanan BK?
5. Apa faktor-faktor yang dapat menjadi pemicu kesalahpahaman terhadap
pelayanan BK?

C. Tujuan Penulisan

1. Memberikan pemahaman yang jelas mengenai pengertian Pelayanan Bimbingan


dan Konseling (BK) dan perannya dalam konteks pendidikan.
2. Mengidentifikasi tujuan-tujuan utama yang ingin dicapai melalui pelaksanaan
pelayanan BK.
3. Mendiskusikan fungsi-fungsi yang diemban oleh pelayanan BK dalam
mendukung perkembangan peserta didik.
4. Menganalisis berbagai kesalahpahaman yang mungkin muncul terhadap
pelayanan BK.
5. Menjelaskan faktor-faktor yang dapat menjadi pemicu kesalahpahaman terhadap
pelayanan BK.
6. Memberikan rekomendasi atau strategi untuk mengatasi kesalahpahaman dan
meningkatkan efektivitas pelayanan BK.

5
BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling


a. Pengertian Bimbingan

Menurut Prayitno dan Amti (2008 ; 99) menjelaskan bahwa bimbingan adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang
atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang
yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Pelayanan bimbingan
diberikan tidak hanya diberikan kepada satu atau beberapa individu tersebut untuk
mempersiapkan memasuki suatu jabatan atau pekerjaan tertentu, namun
pemberian bantuan juga diberikan dalam pengentasan masalah-masalah di
berbagai bidang, seperti masalah-masalah pendidikan, sosial, dan pribadi.
Menurut Crow dan Crow (dalam Prayitno dan Amti, 2008 ; 94)
menjelaskan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang,
laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih
dengan baik kepada individu-indivu setiap usia untuk membantunya mengatur
kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri,
membuat keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri.

b. Pengertian Konseling

Konseling merupakan hubungan timbal balik antara konselor dan konseli.


Hubungan tersebut bersifar profesional dan bertujuan untuk membantu konseli
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Hubungan timbal balik antara
konselor dan konseli dilaksanakan secara berkesinambungan. Hal ini disebabkan
karena proses konseling kecil kemungkinan hanya terjadi satu kali pertemuan.

Terdapat beberapa ahli yang mendefinisikan konseling. Gibson & Mitchel


(2011) mendefinisikan konseling sebagai hubungan yang berupa bantuan satu-satu
yang berfokus kepada pertumbuhan dan penyesuaian pribadi dan memenuhi
kebutuhan akan penyelesaian problem dan kebutuhan pengambilan keputusan.

6
Mcleod (2010) menyatakan konseling bukan hanya sebuah peristiwa yang terjadi
diantara dua individu. Konseling juga merupakan intitusi sosial yang tertanam
dalam kultur masyarakat modern. Konseling merupakan suatu hubungan
profesional dalam bentuk pertolongan dengan menekankan ekplorasi dan
pemahaman serta proses penentuan diri. Prayitno dan Amti (2004) menjelaskan
bahwa konseling merupakan proses pemberian bantuan melalui wawancara
konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang menjalani
sesuatu masalah (konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
oleh konseli.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan


konseling adalah dua proses yang berbeda namun memiliki tujuan yang serupa,
yaitu memberikan bantuan kepada individu untuk mengatasi masalah,
mengembangkan potensi diri, dan mengambil keputusan yang tepat. Bimbingan
adalah bantuan yang diberikan oleh seorang ahli kepada individu, baik anak-anak,
remaja, maupun dewasa, dengan maksud agar individu tersebut dapat
meningkatkan kemampuan dan kemandiriannya, serta memanfaatkan potensi yang
dimilikinya sesuai dengan norma yang berlaku. Bimbingan tidak hanya bertujuan
untuk persiapan masuk ke dalam suatu pekerjaan tertentu, tetapi juga melibatkan
penyelesaian masalah-masalah dalam berbagai aspek kehidupan. Konseling, di sisi
lain, adalah interaksi profesional antara konselor dan konseli, yang bertujuan
untuk membantu konseli mengatasi permasalahan yang dihadapi. Proses konseling
melibatkan percakapan antara konselor dan konseli, di mana konselor membantu
konseli untuk memahami dan menyelesaikan masalahnya.

Dengan demikian, bimbingan dan konseling dapat dianggap sebagai dua


metode yang saling melengkapi dalam memberikan dukungan kepada individu
untuk mengatasi kesulitan dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Meskipun
ada perbedaan dalam pendekatan dan teknik yang digunakan, keduanya memiliki
tujuan yang sama, yaitu membantu individu mencapai keberhasilan dan
kesejahteraan dalam kehidupan mereka.

7
c. Tujuan dan Fungsi
Tujuan bimbingan adalah perkembangan optimal, yaitu perkembangan
yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan
benar. Perkembangan optimal bukanlah semata-mata pencapaian tingkat
kemampuan intelektual yang tinggi, yang ditandai dengan penguasaan
pengetahuan dan ketrampilan, melainkan suatu kondisi akademik, dimana
individu (1) mampu mengenal dan memahami diri; (2) berani menerima
kenyataan diri secara objektif; (3) mengarahkan diri sesuai dengan kemampuan,
kesempatan, sistem nilai dan (4) melakukan pilihan dan mengambil keputusan
atas tanggung jawab sendiri(Masdudi,2015).
Menurut Shertzer dan Stone (1980:82) tujuan konseling pada umumnya
dan di sekolah pada khususnya adalah sebagai berikut:
a) Mengadakan perubahan perilaku pada diri klien sehingga memungkinkan
hidupnya lebih produktif dan memuaskan.
b) Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif.Jika hal ini tercapai,
maka individu akan mencapai integrasi,penyesuaian dan identifikasi positif
dengan yang lainnya.
c) Penyelesaian masalah. Karena individu yang mempunyai masalah tidak dapat
menyelesaikan masalahnya sendiri.
d) Mencapai keefektifan pribadi. Yaitu pribadi yang sanggup memperhitungkan
diri, waktu dan tenaganya, serta bersedia memikul resiko-resiko ekonomis,
psikologis dan fisiknya.
e) Mendorong individu mampu mengambil keputusan yang penting bagi dirinya

Menurut Nasution & Abdillah (2019), Fungsi bimbingan dan konseling


ditinjau dari segi kegunaan dan manfaat pelayanan dapat dikelompokkan menjadi
empat fungsi pokok, yaitu :
1. Fungsi Pemahaman
Fungsi pemahaman yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai
dengan keperluan pengembangan siswa yang mencakup pemahaman tentang
diri siswa, lingkungan siswa, dan lingkungan yang lebih luas terutama oleh
siswa.

8
2. Fungsi Preventif
Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya
untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini,
konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri
dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang
dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok.
Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka
mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya: bahayanya
minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan
bebas (free sex).

3. Fungsi Perbaikan
Fungsi perbaikan yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling yang akan
menghasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami
siswa.

4. Fungsi Pengembangan
Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
sifatnya konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli.

5. Fungsi Penyaluran
Fungsi Penyaluran yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam
membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler,jurusan atau program
studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan
minat, bakat, keahlian dan ciri

d. Kesalahpahaman terhadap pelayanan BK


1. Tinjauan Kesalahpahaman terhadap BK
a) Pengertian Kesalahpahaman
Kesalahpahaman merupakan suatu keadaan dalam memahami
sesuatu kurang tepat atau keliru terhadap kenyataan yang sebenarnya. Setia
Budi (2009) mengungkapkan, “kesalahpahaman adalah suatu informasi
9
yang diterima oleh seseorang memiliki makna atau esensi yang berbeda
dari yang dimaksudkan oleh si pemberi atau penyampai informasi”.
Selanjutnya Sjafri Mangkuprawira (2010) berpendapat, “kesalahpahaman
adalah penyimpangan penafsiran antara yang dimaksud pengirim dan yang
diinterpretasikan sang penerima pesan”.
Merujuk dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kesalahpahaman merupakan suatu kondisi dimana antara penyampai dan
penerima informasi dalam mengartikan informasi yang diterima
mempunyai makna yang berbeda dari yang dimaksud penyampai
informasi. Kesalahpahaman dapat menjadikan suatu anggapan-anggapan
yang salah, maka dari itu perlu dicegah penyebarannya dengan cara
memberikan informasi yang jelas agar penerima informasi mampu
mengerti dan memahami informasi yang telah didapat agar tidak terjadi
kesalahpahaman.

b) Kesalahpahaman terhadap BK
Kesalahpahaman terhadap BK dapat menjadikan anggapan yang
keliru tentang BK. Kesalahpahaman terhadap BK merupakan suatu kondisi
dimana antara penyampai dan penerima informasi tentang BK dalam
mengartikan informasi yang diterima mempunyai makna yang berbeda
dari yang dimaksud penyampai informasi tentang BK yang sesungguhnya.
Tohirin (2009:258) menjelaskan :
Munculnya persepsi negatif tentang BK dan tudingan-tudingan
miring terhadap guru BK antara lain disebabkan ketidaktahuan akan
tugas, peran, fungsi, dan tanggung jawab guru bimbingan dan konseling
baik oleh para guru mata pelajaran, pengawas, kepala sekolah, dan
madrasah, para siswa, dan orang tua siswa maupun oleh guru bimbingan
dan konseling itu sendiri. Selain itu, bisa disebabkan oleh tidak
disusunnya program bimbingan dan konseling secara terencana dan
sistematis di sekolah dan madrasah.
Prayitno&ErmanAmti (1994:122) mengungkapkan :
Kesalahpahaman terhadap BK pertama-tama perlu dicegah
penyebarannya, dan kedua perlu diluruskan apabila diinginkan agar
gerakan pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya dapat
10
berjalan dan berkembang dengan baik sesuai kaidah dan praktek
penyelenggaraannya.

Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut kesalahpahaman


terhadap BK disebabkan karena ketidaktahuan tugas, peran, fungsi,
tanggung jawab, dan penyusunan program BK yang kurang terencana,
serta kesalahpahaman tersebut perlu dicegah penyebarannya agar
pelayanan BK dapat berjalan dengan baik. Kesalahpahaman terhadap BK
dapat mengakibatkan seseorang mempunyai anggapan yang keliru
terhadap BK dan dapat menimbulkan tidak berfungsinya program dan
kegiatan BK di sekolah. Prayitno&Erman Amti(1994:121)
mengemukakan 15 kesalahpahaman terhadap BK, yaitu:
1) Bimbingan dan konseling disamakan saja dengan atau dipisahkan
sama sekali dari pendidikan.
2) Konselor di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah.
3) Bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses
pemberian nasehat.
4) Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah
yang bersifat insidental.
5) Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu
saja.
6) Bimbingan dan konseling melayani “orang sakit” dan/atau “kurang
normal”.
7) Bimbingan dan konseling bekerja sendiri.
8) Konselor harus aktif, sedangkan pihak lain pasif.
9) Menganggap pekerjaan bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh
siapa saja.
10) Pelayanan bimbingan dan konseling berpusat pada keluhan pertama
saja.
11) Menyamakan pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan
dokter atau psikiater.
12) Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera
dilihat.
13) Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien.

11
14) Memusatkan usaha bimbingan dan konseling hanya pada penggunaan
instrumentasi bimbingan dan konseling (misalnya tes, inventori,
angket, dan alat pengungkap lainnya).
15) Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-
masalah yang ringan saja.

Selanjutnya Ramdzi (dalam Anas Salahudin2010:229)


memaparkan kesalahpahaman BK dalam dunia pendidikan yaitu:

1) Bimbingan dan konseling hanya pelengkap kegiatan


pendidikan.
2) Guru bimbingan dan konseling di sekolah adalah “polisi sekolah”.
3) Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk siswa tertentu saja.

2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kesalahpahaman terhadap BK


Kesalahpahaman terhadap BK dapat menjadikan anggapan yang keliru
tentang adanya BK. Anggapan yang keliru mengakibatkan penyelenggaraan
BK kurang optimal. Kesalahpahaman terhadap BK terjadi karena beberapa
faktor. Menurut Prayitno&Erman Amti (1994) menjelaskan bahwa faktor yang
meyebabkan kesalahpahaman terhadap BK yaitu : (1) BK tergolong baru di
Indonesia dan merupakan barang impor, (2) Belum ada kesepakatan dalam
penyebutan istilah penyuluhan dan konseling, (3) Penyebaran BK di Indonesia
relatif cepat ke sekolah- sekolah, (4) Latar belakang pendidikan guru yang
mengampu bidang BK tidak berlatar belakang BK, (5) Literatur BK masih
sangat kurang.

Selanjutnya Syamsu Yusuf dan Juntikan Nurihsan (2006:101) menjelaskan :


Citra bimbingan dan konseling semakin diperburuk dengan masih
adanya guru pembimbing yang kinerjanya tidak professional dalam hal : (1)
memahami konsep-konsep BK, (2) menyusun program BK, (3) menerapkan
teknik-teknik BK, (4) kemampuan berkolaborasi dengan pemimpin sekolah
atau guru mata pelajaran, (5) mengelola bimbingan dan konseling, (6)
mengevaluasi program (proses dan hasil) bimbingan dan konseling, dan
melakukan tindak lanjut (follow up) hasil evaluasi untuk perbaikan dan
pengembangan program, dan (7) penampilan kualitas pribadinya, yaitu mereka
dinilai masih kurang percaya diri, kurang ramah, kurang kreatif, kurang
kooperatif dan kolaboratif.

12
3. Cara Mengatasi Kesalahpahaman terhadap BK
Kesalahpahaman terhadap BK dapat menjadikan program dan kegiatan
BK kurang optimal, sehingga kesalahpahaman tersebut perlu diatasi.
Kesalahpahaman tersebut dapat diatasi dengan memberikan informasi tentang
program dan kegiatan dalam BK agar siswa mengerti dan memahami program
dan kegiatan-kegiatan yang ada di dalam BK. Pemberian informasi tentang
program dan kegiatan BK dapat menjadikan siswa memahami makna BK yang
sesunguhnya, dan tidak beranggapan jika kegiatan BK mencari-cari
kesalahan, mengadili dan menghukum siswa yang melakukan kesalahan.
Nurul Muallifah, dkk (dalam Anas Salahudin, 2010) menjelaskan bahwa cara
mengatasi kesalahpahaman terhadap BK yaitu : (1) guru BK sebagai tempat
pencurahan hati dan kepercayaan siswa, (2) menjadi sitawar dan sidingin bagi
siapapun yang datang kepada guru BK, (3) melaksanakan layanan dan
kegiatan pendukung dalam BK, (4) guru BK harus terus memasyarakatkan dan
mampu melihat hal-hal yang perlu diolah, ditanggulangi, diarahkan,
dibangkitkan untuk menunjuang perkembangan siswa, (5) melayani semua
siswa tanpa membeda-bedakan untuk mendapatkan pelayanan BK di sekolah.
Selanjutnya Prayitno (dalam Wardati&Mohammad jauhar, 2011)
mengungkapkan bahwa kesalahpahaman terhadap BK dapat diatasi dengan:
(1) menekankan bahwa setiap siswa berhak mendapatkan pelayanan BK, (2)
guru BK bertindak dan berperan sebagai sahabat kepercayaan siswa, (3) guru
BK bertindak sebagai pemberi informasi, penunjuk jalan, dan pembina ke arah
perilaku yang positif, (4) guru BK harus aktif, bersikap menjemput bola tidak
hanya menunggu siswa datang meminta layanan, (5) mendasarkan cara
pemecahan masalah sesuai dengan pribadi, jenis masalah, dan tujuan yang
ingin dicapai siswa.

4. Tinjauan Layanan Informasi tentang Program dan Kegiatan BK


a. Pengertian Layanan Informasi
Layanan informasi merupakan salah satu layanan dalam BK.
Pemberian layanan informasi dimaksudkan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan siswa. Menurut W.S.Winkel&Sri Hastuti (2006) menjelaskan
bahwa pemberian layanan informasi untuk membantu siswa agar mampu
merencanakan masa depan dengan dibekali informasi untuk menambah

13
pengetahuan dan wawasan siswa. Wardati&Mohammad Jauhar (2011:119)
menjelaskan, “Layanan informasi merupakan kegiatan bimbingan dan
konseling yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada siswa, dan
mengembangkan keterampilan siswa bagaimana mencari informasi
(personal-sosial, karir, pendidikan)”.

b. Tujuan Layanan Informasi


Pemberian layanan informasi dalam penyelenggaraan BK
bermanfaat untuk menambah wawasan siswa. Pemberian informasi
mempunyai tujuan tertentu sesuai dengan topik informasi yang
disampaikan. Prayitno (2004:2) menjelaskan, “Tujuan umum layanan
informasi adalah dikuasainya informasi tertentu oleh peserta layanan”;
Tujuan khusus agar individu mampu mengembangkan potensi yang
dimiliki, memecahkan permasalahan yang terjadi, mengantisipasi
timbulnya permasalahan dan untuk mencapai aktualisasi diri yang optimal.
Tohirin (2009:147) menjelaskan, “pemberian layanan informasi
bertujuan agar individu (siswa) mengetahui menguasai informasi yang
selanjutnya dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan
perkembangan dirinya”.
Paparan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan
dari pemberian layanan informasi adalah agar individu memahami
informasi yang didapat untuk memecahkan permasalahan,
mengembangkan diri dan potensi yang dimiliki agar dapat mencapai
aktualisasi yang optimal serta dapat mencapai perkembangan diri yang
baik. Layanan informasi dapat menambah wawasan dan dijadikan bekal
seseorang dalam berperilaku serta dapat digunakan untuk mengambil
keputusan dan merencanakan masa depan.

c. Alasan Penyelenggaraan Layanan Informasi


Penyelenggaraan layanan informasi perlu dilaksanakan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan individu. W.S.Winkel&Sri Hastuti
(2006) mengatakan bahwa ada tiga alasan penyelenggaraan layanan
informasi dalam program dan kegiatan BK, yaitu :

14
1) Membekali individu dengan berbagai macam pengetahuan tentang
pendidikan lanjutan untuk dapat mempersiapkan diri memasuki dunia
pekerjaan.
2) Membantu siswa untuk dapat merencanakan dan menentukan
arahhidupnya sesuai dengan lingkungannya serta dapat menyesuaikan
diri dengan baik.
3) Informasi yang diterima siswa mampu menjadikan siswa memahami
tentang sesuatu yang tetap dan yang akan berubah nantinya.

Selanjutnya Prayitno&Erman Amti (1994:266) ada tiga alasan utama


mengapa layanan informasi perlu diselenggarakan, yaitu :

1) Membekali individu dengan berbagai macam pengetahuan tentang


lingkungan yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi berkenaan dengan lingkungan sekitar, pendidikan, jabatan,
maupun sosial budaya.
2) Memungkinkan individu dapat menentukan arah hidupnya “kemana
dia ingin pergi”.
3) Setiap individu adalah unik.

d. Jenis-Jenis Informasi
Pemberian informasi dalam pelayanan BK digolongkan menjadi
berbagai jenis. Jenis informasi tersebut dalam penyampaiannya
disesuaikan dengan kebutuhan individu. Prayitno&Erman Amti (1994:267)
menjelaskan, “jenis-jenis informasi yaitu informasi pendidikan, informasi
jabatan, dan informasi sosial-budaya”.

Jenis-jenis informasi diatas dapat dijelaskan:

1) Informasi pendidikan
Berbagai informasi seputar dunia pendidikan, yang nantinya
dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
pendidikan secara tepat.
2) Informasi jabatan
Informasi seputar dunia pekerjaan yang nantinya sebagai bekal
untuk memilih dan menentukan pekerjaan yang sesuai dengan
potensi masing-masing individu agar tidak salah arah.
3) Informasi sosial-budaya

15
Informasi berbagai budaya dari dalam dan luar negeri agar
individu dapat mengenal budaya sendiri dan mampu belajar dari
budaya luar yang positif untuk menambah wawasan dan
mengikuti perkembangan zaman.
Selanjutnya penggolongan informasi menurut Prayitno (2004:6) yaitu
mencakup :

a) Informasi perkembangan diri


b) Informasi hubungan antar pribadi, sosial, nilai, dan moral
c) Informasi pendidikan, kegiatan belajar, dan keilmuan teknologi
d) Informasi pekerjaan/karir dan ekonomi
e) Informasi sosial budaya, politik, dan kewarganegaraan
f) Informasi kehidupan berkeluarga
g) Informasi kehidupan beragama
e. Metode Layanan Informasi
Informasi dapat menambah pengetahuan siswa. Penyelenggaraan
layanan informasi dapat dilakukan dengan berbagai macam metode.
Prayitno&Erman Amti (1994:275) menjelaskan, “pemberian informasi
kepada siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti ceramah,
diskusi, karya wisata, buku panduan, dan konferensi karier”.
SelanjutnyaTohirin (2009:149) mengungkapkan, “beberapa teknik yang
biasa digunakan untuk layanan informasi adalah ceramah, tanya jawab,
dan diskusi, media, acara khusus, nara sumber”. Metode layanan informasi
dari kedua ahli tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Ceramah, tanya jawab, dan diskusi
2) Karya wisata
3) Buku panduan
4) Konferensi karier
5) Media
6) Acara khusus
7) Nara sumber
f. Penggunaan Informasi untuk Keperluan Bimbingan
Menyelenggaraan layanan informasi merupakan salah satu program
dan kegiatan dalam BK. Pemberian layanan informasi sangat penting
untuk menambah pengetahuan dan wawasan siswa. W.S.Winkel&Sri
Hastuti (2006) mengungkapkan bahwa penggunaan informasi untuk
keperluan bimbingan dikaitkan dengan pelayanan bimbingan individual
dan pelayanan bimbingan kelompok. Selanjutnya Tohirin (2009)
menjelaskan bahwa layanan informasi digunakan sebagai bimbingan
dalam pengembangan kemandirian.

16
BAB III

PENUTUP

Dalam mengakhiri perjalanan makalah ini, kami mencapai suatu pemahaman yang
lebih mendalam mengenai pengertian, tujuan, dan fungsi pelayanan Bimbingan dan
Konseling (BK), serta upaya untuk menanggulangi kesalahpahaman terhadap pelayanan ini.
Analisis yang kami sajikan menjadi landasan untuk memahami peran penting BK dalam
membentuk individu yang sehat, berkembang, dan berdaya.

Pelayanan BK, dalam esensinya, bukan hanya sebatas menangani masalah, tetapi juga
melibatkan pencegahan dan pengembangan potensi. Tujuannya mencakup aspek pribadi,
sosial, akademis, dan karir, menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan optimal.
Meskipun demikian, terdapat kesalahpahaman di masyarakat terkait peran sebenarnya, yang
perlu kita tanggapi dengan upaya penyuluhan dan pemahaman yang lebih baik.

Dalam melangkah ke depan, penting bagi kita semua untuk memperkuat peran
pelayanan BK dalam mendukung keberhasilan individu. Dukungan dari berbagai pihak, baik
dari institusi pendidikan, keluarga, maupun masyarakat, menjadi kunci keberhasilan
implementasi pelayanan BK. Peningkatan pemahaman dan kesadaran akan peran ini dapat
menciptakan lingkungan yang lebih kondusif untuk perkembangan manusia.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta,
2002, Cet.XII.

Bungin, B. 2008. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Raja Grafindo: Jakarta.

Deliani, N. 2018. Konsepsi (Kesalahpahaman) Bimbingan Dan Konseling Dalam Pendidikan.


Jurnal Bimbingan dan Konseling, UIN Imam Bonjol Padang, 2018.

Masdudi. (2015). Bimbingan dan Konseling Perspektif Sekolah. Cirebon: Nurjati Press.

Nasution, H.S., & Abdillah. (2019). Bimbingan Konseling "Konsep, Teori dan Aplikasinya".
Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI).

Supriyanto, A., & Handaka, I. B. (2016). Profesionalisme Konselor : Evaluasi Program


Bimbingan Dan Konseling Komprehensif Di Sekolah. Seminar Nasional LP3M
(Lembaga Pengembangan, Pembelajaran, Dan Penjaminan Mutu), November, 81–89.

Telaumbanua, K. (2016). Konsep Dasar Layanan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah


Dasar. Jurnal Warta, 224, 1–16.

Wiwin, Y. (2018). Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif dalam Perspektif Bimbingan dan

Konseling. Quanta, 2(2), 83

18
HALAMAN KONTRIBUSI

Salsabila Puti Marizki (22018161) • Membuat makalah


• Menjelaskan materi tentang
kesalahpahaman terhadap BK
Rahmat Hidayat (22073112) • Mencari materi tentang kesalahpahaman
terhadap BK
• Menjelaskan materi fungsi BK
Regina Faradika (22031033) • Mencari materi tentang fungsi dan tujuan
pelayanan BK
• Membaca materi tentang tujuan pelayanan
BK
• Moderator
• Mencari dan menjelaskan case method
Ramadhan Putra (22073072) • Membuat makalah
• Menjelaskan materi tentang pengertian BK

Airin sapna (22031055) • Membuat ppt


• Membuat makalah
• Merekam video presentasi
• menjelaskan materi tentang cara mengatasi
kesalahpahaman
Rivo Mahardhika Putra (22018232) • Mencari tentang pengertian BK

19
Bukti kerja

20

Anda mungkin juga menyukai