Disusun oleh:
Kelompok 2
2024
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul "Menganalisis
Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK) serta
Kesalahpahaman Terhadap Pelayanan BK". Makalah ini disusun sebagai salah satu bentuk
keterlibatan kami dalam memahami dan menggali lebih dalam tentang peran penting
pelayanan BK dalam konteks pendidikan dan pengembangan individu.
Makalah ini diawali dengan pengantar yang menjelaskan latar belakang pemilihan
topik, urgensi, serta kerangka pemikiran yang melandasi analisis kami. Kami berharap
makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam pemahaman tentang peran pelayanan
BK dan mengatasi kesalahpahaman yang mungkin ada di masyarakat.
Tentu, makalah ini tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan guna perbaikan di masa
mendatang.
Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya mereka yang ingin
mengetahui lebih dalam tentang pelayanan BK, serta dapat menjadi kontribusi kecil kami
dalam dunia pendidikan dan pengembangan manusia.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
Pendidikan memiliki peran sentral dalam membentuk perkembangan individu.
Dalam konteks ini, Pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK) menjadi aspek yang
krusial untuk membantu peserta didik mengatasi berbagai tantangan dan masalah
yang mungkin dihadapi selama proses belajar-mengajar. Namun, seiring kompleksitas
tuntutan kehidupan modern, seringkali terjadi kesalahpahaman terhadap pelayanan
BK, yang dapat mempengaruhi efektivitas dan manfaat yang diberikan. Oleh karena
itu, pemahaman yang mendalam mengenai pengertian, tujuan, dan fungsi pelayanan
BK, serta pemahaman terhadap kesalahpahaman yang mungkin timbul, sangat penting
untuk diperoleh.
Bimbingan dan Konseling (BK) adalah salah satu komponen integral yang
penting dalam mencapai tujuan Pendidikan. Komponen tersebut direalisasikan dalam
bentuk layanan BK di sekolah. Kegiatan layanan BK di sekolah diselenggarakan oleh
tenaga kependidikan yang dinamakan Guru BK/Konselor. Istilah konselor telah diatur
dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 6 yang menyebutkan bahwa
“pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain
yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
Pendidikan”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK) dalam konteks
pendidikan?
4
2. Apa tujuan dari pelaksanaan pelayanan BK di lingkungan pendidikan?
3. Apa fungsi utama dari pelayanan BK dalam mendukung perkembangan peserta
didik?
4. Apa saja kesalahpahaman yang sering muncul terhadap pelayanan BK?
5. Apa faktor-faktor yang dapat menjadi pemicu kesalahpahaman terhadap
pelayanan BK?
C. Tujuan Penulisan
5
BAB II PEMBAHASAN
Menurut Prayitno dan Amti (2008 ; 99) menjelaskan bahwa bimbingan adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang
atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang
yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Pelayanan bimbingan
diberikan tidak hanya diberikan kepada satu atau beberapa individu tersebut untuk
mempersiapkan memasuki suatu jabatan atau pekerjaan tertentu, namun
pemberian bantuan juga diberikan dalam pengentasan masalah-masalah di
berbagai bidang, seperti masalah-masalah pendidikan, sosial, dan pribadi.
Menurut Crow dan Crow (dalam Prayitno dan Amti, 2008 ; 94)
menjelaskan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang,
laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih
dengan baik kepada individu-indivu setiap usia untuk membantunya mengatur
kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri,
membuat keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri.
b. Pengertian Konseling
6
Mcleod (2010) menyatakan konseling bukan hanya sebuah peristiwa yang terjadi
diantara dua individu. Konseling juga merupakan intitusi sosial yang tertanam
dalam kultur masyarakat modern. Konseling merupakan suatu hubungan
profesional dalam bentuk pertolongan dengan menekankan ekplorasi dan
pemahaman serta proses penentuan diri. Prayitno dan Amti (2004) menjelaskan
bahwa konseling merupakan proses pemberian bantuan melalui wawancara
konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang menjalani
sesuatu masalah (konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
oleh konseli.
7
c. Tujuan dan Fungsi
Tujuan bimbingan adalah perkembangan optimal, yaitu perkembangan
yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan
benar. Perkembangan optimal bukanlah semata-mata pencapaian tingkat
kemampuan intelektual yang tinggi, yang ditandai dengan penguasaan
pengetahuan dan ketrampilan, melainkan suatu kondisi akademik, dimana
individu (1) mampu mengenal dan memahami diri; (2) berani menerima
kenyataan diri secara objektif; (3) mengarahkan diri sesuai dengan kemampuan,
kesempatan, sistem nilai dan (4) melakukan pilihan dan mengambil keputusan
atas tanggung jawab sendiri(Masdudi,2015).
Menurut Shertzer dan Stone (1980:82) tujuan konseling pada umumnya
dan di sekolah pada khususnya adalah sebagai berikut:
a) Mengadakan perubahan perilaku pada diri klien sehingga memungkinkan
hidupnya lebih produktif dan memuaskan.
b) Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif.Jika hal ini tercapai,
maka individu akan mencapai integrasi,penyesuaian dan identifikasi positif
dengan yang lainnya.
c) Penyelesaian masalah. Karena individu yang mempunyai masalah tidak dapat
menyelesaikan masalahnya sendiri.
d) Mencapai keefektifan pribadi. Yaitu pribadi yang sanggup memperhitungkan
diri, waktu dan tenaganya, serta bersedia memikul resiko-resiko ekonomis,
psikologis dan fisiknya.
e) Mendorong individu mampu mengambil keputusan yang penting bagi dirinya
8
2. Fungsi Preventif
Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya
untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini,
konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri
dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang
dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok.
Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka
mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya: bahayanya
minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan
bebas (free sex).
3. Fungsi Perbaikan
Fungsi perbaikan yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling yang akan
menghasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami
siswa.
4. Fungsi Pengembangan
Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
sifatnya konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli.
5. Fungsi Penyaluran
Fungsi Penyaluran yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam
membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler,jurusan atau program
studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan
minat, bakat, keahlian dan ciri
b) Kesalahpahaman terhadap BK
Kesalahpahaman terhadap BK dapat menjadikan anggapan yang
keliru tentang BK. Kesalahpahaman terhadap BK merupakan suatu kondisi
dimana antara penyampai dan penerima informasi tentang BK dalam
mengartikan informasi yang diterima mempunyai makna yang berbeda
dari yang dimaksud penyampai informasi tentang BK yang sesungguhnya.
Tohirin (2009:258) menjelaskan :
Munculnya persepsi negatif tentang BK dan tudingan-tudingan
miring terhadap guru BK antara lain disebabkan ketidaktahuan akan
tugas, peran, fungsi, dan tanggung jawab guru bimbingan dan konseling
baik oleh para guru mata pelajaran, pengawas, kepala sekolah, dan
madrasah, para siswa, dan orang tua siswa maupun oleh guru bimbingan
dan konseling itu sendiri. Selain itu, bisa disebabkan oleh tidak
disusunnya program bimbingan dan konseling secara terencana dan
sistematis di sekolah dan madrasah.
Prayitno&ErmanAmti (1994:122) mengungkapkan :
Kesalahpahaman terhadap BK pertama-tama perlu dicegah
penyebarannya, dan kedua perlu diluruskan apabila diinginkan agar
gerakan pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya dapat
10
berjalan dan berkembang dengan baik sesuai kaidah dan praktek
penyelenggaraannya.
11
14) Memusatkan usaha bimbingan dan konseling hanya pada penggunaan
instrumentasi bimbingan dan konseling (misalnya tes, inventori,
angket, dan alat pengungkap lainnya).
15) Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-
masalah yang ringan saja.
12
3. Cara Mengatasi Kesalahpahaman terhadap BK
Kesalahpahaman terhadap BK dapat menjadikan program dan kegiatan
BK kurang optimal, sehingga kesalahpahaman tersebut perlu diatasi.
Kesalahpahaman tersebut dapat diatasi dengan memberikan informasi tentang
program dan kegiatan dalam BK agar siswa mengerti dan memahami program
dan kegiatan-kegiatan yang ada di dalam BK. Pemberian informasi tentang
program dan kegiatan BK dapat menjadikan siswa memahami makna BK yang
sesunguhnya, dan tidak beranggapan jika kegiatan BK mencari-cari
kesalahan, mengadili dan menghukum siswa yang melakukan kesalahan.
Nurul Muallifah, dkk (dalam Anas Salahudin, 2010) menjelaskan bahwa cara
mengatasi kesalahpahaman terhadap BK yaitu : (1) guru BK sebagai tempat
pencurahan hati dan kepercayaan siswa, (2) menjadi sitawar dan sidingin bagi
siapapun yang datang kepada guru BK, (3) melaksanakan layanan dan
kegiatan pendukung dalam BK, (4) guru BK harus terus memasyarakatkan dan
mampu melihat hal-hal yang perlu diolah, ditanggulangi, diarahkan,
dibangkitkan untuk menunjuang perkembangan siswa, (5) melayani semua
siswa tanpa membeda-bedakan untuk mendapatkan pelayanan BK di sekolah.
Selanjutnya Prayitno (dalam Wardati&Mohammad jauhar, 2011)
mengungkapkan bahwa kesalahpahaman terhadap BK dapat diatasi dengan:
(1) menekankan bahwa setiap siswa berhak mendapatkan pelayanan BK, (2)
guru BK bertindak dan berperan sebagai sahabat kepercayaan siswa, (3) guru
BK bertindak sebagai pemberi informasi, penunjuk jalan, dan pembina ke arah
perilaku yang positif, (4) guru BK harus aktif, bersikap menjemput bola tidak
hanya menunggu siswa datang meminta layanan, (5) mendasarkan cara
pemecahan masalah sesuai dengan pribadi, jenis masalah, dan tujuan yang
ingin dicapai siswa.
13
pengetahuan dan wawasan siswa. Wardati&Mohammad Jauhar (2011:119)
menjelaskan, “Layanan informasi merupakan kegiatan bimbingan dan
konseling yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada siswa, dan
mengembangkan keterampilan siswa bagaimana mencari informasi
(personal-sosial, karir, pendidikan)”.
14
1) Membekali individu dengan berbagai macam pengetahuan tentang
pendidikan lanjutan untuk dapat mempersiapkan diri memasuki dunia
pekerjaan.
2) Membantu siswa untuk dapat merencanakan dan menentukan
arahhidupnya sesuai dengan lingkungannya serta dapat menyesuaikan
diri dengan baik.
3) Informasi yang diterima siswa mampu menjadikan siswa memahami
tentang sesuatu yang tetap dan yang akan berubah nantinya.
d. Jenis-Jenis Informasi
Pemberian informasi dalam pelayanan BK digolongkan menjadi
berbagai jenis. Jenis informasi tersebut dalam penyampaiannya
disesuaikan dengan kebutuhan individu. Prayitno&Erman Amti (1994:267)
menjelaskan, “jenis-jenis informasi yaitu informasi pendidikan, informasi
jabatan, dan informasi sosial-budaya”.
1) Informasi pendidikan
Berbagai informasi seputar dunia pendidikan, yang nantinya
dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
pendidikan secara tepat.
2) Informasi jabatan
Informasi seputar dunia pekerjaan yang nantinya sebagai bekal
untuk memilih dan menentukan pekerjaan yang sesuai dengan
potensi masing-masing individu agar tidak salah arah.
3) Informasi sosial-budaya
15
Informasi berbagai budaya dari dalam dan luar negeri agar
individu dapat mengenal budaya sendiri dan mampu belajar dari
budaya luar yang positif untuk menambah wawasan dan
mengikuti perkembangan zaman.
Selanjutnya penggolongan informasi menurut Prayitno (2004:6) yaitu
mencakup :
16
BAB III
PENUTUP
Dalam mengakhiri perjalanan makalah ini, kami mencapai suatu pemahaman yang
lebih mendalam mengenai pengertian, tujuan, dan fungsi pelayanan Bimbingan dan
Konseling (BK), serta upaya untuk menanggulangi kesalahpahaman terhadap pelayanan ini.
Analisis yang kami sajikan menjadi landasan untuk memahami peran penting BK dalam
membentuk individu yang sehat, berkembang, dan berdaya.
Pelayanan BK, dalam esensinya, bukan hanya sebatas menangani masalah, tetapi juga
melibatkan pencegahan dan pengembangan potensi. Tujuannya mencakup aspek pribadi,
sosial, akademis, dan karir, menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan optimal.
Meskipun demikian, terdapat kesalahpahaman di masyarakat terkait peran sebenarnya, yang
perlu kita tanggapi dengan upaya penyuluhan dan pemahaman yang lebih baik.
Dalam melangkah ke depan, penting bagi kita semua untuk memperkuat peran
pelayanan BK dalam mendukung keberhasilan individu. Dukungan dari berbagai pihak, baik
dari institusi pendidikan, keluarga, maupun masyarakat, menjadi kunci keberhasilan
implementasi pelayanan BK. Peningkatan pemahaman dan kesadaran akan peran ini dapat
menciptakan lingkungan yang lebih kondusif untuk perkembangan manusia.
17
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta,
2002, Cet.XII.
Masdudi. (2015). Bimbingan dan Konseling Perspektif Sekolah. Cirebon: Nurjati Press.
Nasution, H.S., & Abdillah. (2019). Bimbingan Konseling "Konsep, Teori dan Aplikasinya".
Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI).
Wiwin, Y. (2018). Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif dalam Perspektif Bimbingan dan
18
HALAMAN KONTRIBUSI
19
Bukti kerja
20