Anda di halaman 1dari 12

CHEPALGIA

1.1 PENGERTIAN
Chepalgia adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di
belakang mata serta perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang.
Chepalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama
manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan
dapat menunjukkan penyakit organik (neurologi atau penyakit lain), respon
stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau
kombinasi respon tersebut. (Smeltzer & Bare, 2002)
Chepalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama
manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan
dapat menunjukkan penyakit organik (neurologi atau penyakit lain), respon
stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau
kombinasi respon tersebut. (Brunner & Suddart, 2002)
Chepalgia Kronik mengacu pada sakit kepala yang terjadi lebih dari 15
hari dalam sebulan - dalam beberapa kasus bahkan setiap hari - selama tiga
bulan atau lebih. (Silberstein, 2005)

1.2 KLASIFIKASI
Klasifikasi sakit kepala yang paling baru dikeluarkan oleh Headache
Classification Cimitte of the International Headache Society sebagai berikut:
1. Migren (dengan atau tanpa aura)
2. Sakit kepala tegang
3. Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal.
4. Berbagai sakit kepala yang dikaitkan dengan lesi struktural.
5. Sakit kepala dikaitkan dengan trauma kepala.
6. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis. Perdarahan
subarakhnoid).
7. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler
(mis. Tumor otak).

1
8. Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus obat.
9. Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik.

10. Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik


(hipoglikemia).
11. Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan kepala,
leher atau struktur sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut).
12. Neuralgia Kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial)

1.3 ETIOLOGI
Sakit kepala sering berkembang dari sejumlah faktor risiko yang umum yaitu:
1. Penggunaan obat yang berlebihan.
Menggunakan terlalu banyak obat dapat menyebabkan otak
kesebuah keadaan tereksasi, yang dapat memicu sakit kepala. Penggunaan
obat yang berlebihan dapat menyebabkan rebound sakit kepala (tambah
parah setiap diobati).
2. Stres.
Stress adalah pemicu yang paling umum untuk sakit kepala,
termasuk sakit kepala kronis. Stress menyebabkan pembuluh darah di otak
mengalami penegangan sehingga menyebabkan sakit kepala.
3. Masalah tidur
Kesulitan tidur merupakan faktor risiko umum untuk sakit kepala.
Karena hanya sewaktu istirahat atau tidur kerja seluruh tubuh termasuk
otak dapat beristirahat pula.
4. Kegiatan berlebihan
Kegiatan atau pekerjaan yang berlebihan dapat memicu datangnya
sakit kepala, termasuk hubungas seks. Kegiatan yang berlebihan dapat
membuat pembuluh darah di kepala dan leher mengalami pembengkakan.
5. Kafein.
Sementara kafein telah ditunjukkan untuk meningkatkan efektivitas
ketika ditambahkan ke beberapa obat sakit kepala. Sama seperti obat sakit
kepala berlebihan dapat memperburuk gejala sakit kepala, kafein yang

2
berlebihan juga dapat menciptakan efek rebound (tambah parah setiap kali
diobati).
6. Rokok
Rokok merupakan faktor resiko pemicu sakit kepala. Kandungan
nikotin dalam rokok dapat membuat pembuluh darah menyempit.
7. Alkohol
Alkohol menyebabkan peningkatan aliran darah ke otak. Sama
seperti rokok, alkohol juga merupakan faktor risiko umum penyebab sakit
kepala.
8. Penyakit atau infeksi
Seperti meningitis (infeksi selaput otak), saraf terjepit di leher, atau
bahkan tumor. (Smeltzer & Bare, 2002)

1.4 PATOFISIOLOGI
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bagian-bagian
diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan
ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot okspital, temporal dan frontal,
kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak sendiri
tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari
meninges, terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus
venosus serta arteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan
otak sendiri tidak peka nyeri.
Perangsangan terhadap bagian-bagian itu dapat berupa :
1. Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.
2. Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau
setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.
3. Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi
umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan
metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian
obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi
serebrovasculer akut).

3
4. Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren
dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis).
5. Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala,
seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis.
6. Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus
(sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar
III yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis deforman
servikalis).
7. Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada
keadaan depresi dan stress.(Sylvia G. Price, 1997)

1.5 MANIFESTASI KLINIS


1. Migren
Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada
waktu tertentu dan serangan sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang.
Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh
gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi pada wanita dan
mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga. Tanda dan gejala adanya
migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia kortikal yang
bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dan
pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan
ekstrakranial mengalami dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan
ketidaknyamanan.
Migren klasik dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
a. Fase aura.
Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan
kesempatan bagi pasien untuk menentukan obat yang digunakan untuk
mencegah serangan yang dalam. Gejala dari periode ini adalah
gangguan penglihatan ( silau ), kesemutan, perasaan gatal pada wajah
dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing.

4
Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri
yang diawali dengan perubahan fisiologi awal. Aliran darah serebral
berkurang, dengan kehilangan autoregulasi laanjut dan kerusakan
responsivitas CO2.
b. Fase sakit kepala
Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak
mampu yang dihungkan dengan fotofobia, mual dan muntah. Durasi
keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau beberapa hari.
c. Fase pemulihan
Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan
dengan sakit otot dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan
pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang.
2. Cluster Headache
Cluster Headache adalah bentuk sakit kepala vaskuler lainnya yang
sering terjadi pada pria. Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk
atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa didaerah mata dan
menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata berair dan
sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang
menguat dan menurun kekuatannya.
Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar
arteri ekstrakranualis, yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator
dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap klorpromazin.
3. Tension Headache
Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-
otot leher dan kulit kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena tegang.
Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan pada dahi,
pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai “beban berat
yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung kronik daripada berat.
Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini
merupakan ketakutan yang tidak terucapkan.

5
Bantuan simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada
lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot.

1.6 Pemerikasaan Penunjang


1. Pemeriksaan diagnostik
a. CT Scan
Menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan
aman untuk menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat.
b. MRI Scan
Dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula
spinalis dengan menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet
untuk membuat bayangan struktur tubuh.
c. Pungsi Lumbal
Dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan.
Hal ini tidak dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan
intrakranial dan tumor otak, karena penurunan tekanan yang mendadak
akibat pengambilan CSF.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Gula darah pada penderita chepalgia biasanya meningkat
b. Hematokrit dan hemoglobin pada penderita chepalgia menurun
c. Hitung leukosit biasanya meningkat
d. Kolesterol pada penderita chepalgia biasanya meningkat
e. Ureum pada penderita chepalgia biasanya meningkat
d. Kretinin biasanya menurun
e. Trombosit pada chepalgia biasanya menurun
f. Urine

6
1.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan keperawatan
a. Teliti keluhan intensitas dan karakteristik nyeri,mis : (berat, berdenyut,
lokasinya, lamanya)
b. Kontrol tekanan tanda-tanda vital
c. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal, mis: ekspresi wajah,
gelisah.
d. Kontrol skala nyeri
e. Berikan kompres hangat dan masase daerah kepala/leher apabila klien
dapat mentoleransi sentuhan.
f. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengontrol rasa nyeri
g. Kontrol keseimbangan cairan elektrolit mencakup pemberian nutrisi dan
perhitungan input dan output cairan yang adekuat, termasuk dalam hal
ini pengawasan BAK dan BAB.
2. Penatalaksanaan medic
a. Menjaga kesimbangan cairan dan elektrolit
b. Memberikan obat analgetik nyeri :
 Aspirin
 Asetaminofen
 Ibuprofen
c. Memberikan obat profilaksis, yang digunakan untuk mencegah sakit
kepala :
 Tizanidine
 Fluoxetine
 Amitriptyline
 Topiramate

7
1.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan chepalgia meliputi :
1. Cidera serebrovaskuler/Stroke
2. Infeksi intrakranial
3. Trauma kranioserebral
4. Cemas
5. Gangguan tidur
6. Depresi
7. Masalah fisik dan psikologis lainnya.

1.9 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Chepalgia


a. Pengkajian
meliputi:
1) aktivitas atau istirahat
lelah, letih, malaise, ketegangan mata, kesulitan membaca, insomnia.
2) sirkulasi
denyutan vaskuler misalnya daerah temporal pucat, wajah tampak
kemerahan.
3) integritas ego
ansietas, peka ransang selama sakit kepala.
4) makanan/cairan
mual/muntah, anoreksia selama nyeri.
5) neuro sensori
pening, disorientasi (selama sakit kepala).
6) kenyamanan
respon emosional/perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
7) interaksi sosial
perubahan dalam tanggung jawab peran.

8
b. Diagnosa Keperawatan
1) nyeri akut b.d stres agen cedera (fisiologis, zat kimia, fisik, psikologis)
2) ansietas b.d krisis situasi, hospitalisasi
3) gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur
4) resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah, anoreksia dan intake
inadekuat

c. Intervensi
1) nyeri akut b.d stres agen cedera (fisiologis, zat kimia, fisik, psikologis)
 Tujuan: rasa nyeri terkontrol atau dapat dikurangi
 K.H: nyeri berkurang ditandai dengan klien melaporkan nyeri
berkurang dengan skala nyeri ringan (1-3), ekpresi wajah rileks, TTV
dalam batas normal.
 Intervensi:
a) lakukan pengkajian karakteristik nyeri klien
R/: sebagai dasar untuk menentukan intervensi selanjutnya.
b) lakukan pengukuran TTV
R/: mengetahui kondisi klien
c) berikan kompres dingin pada kepala
R/: untuk mengurangi nyeri
d) ajarkan teknik relaksasi nafas dalam/distraksi
R/: mengalihkan perhatian klien dengan nyeri yang dirasakan
e) berikan posisi yang nyaman sesuai klien
R/: mengurangi penekanan otot pada area nyeri
f) kolaborasi pemberian obat analgetik
R/: untuk mengontrol nyeri
2) ansietas b.d krisis situasi, hospitalisasi
 Tujuan: ansietas berkurang atau hilang
 K.H: tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat
yang dapat diatasi
 Intervensi:

9
a) kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan
koping yang telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu
R/: memandukan intervensi terapeutik dan partisifatif dalam
perawatan diri, keterampilan koping pada masa lalu dapat
mengurangi ansietas.
b) dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya dan berikan
umpan balik.
R/: membuat hubungan terapeutik. Membantu orang terdekat dalam
mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress.
c) berikan lingkungan tenang dan istirahat
R/: memindahkan pasien dari stress luar, meningkatkan, relaksasi,
membantu menurunkan ansietas.
d) berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan
R/: mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan ansietas
e) kolaborasi pemberian obat sedatif
R/: dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkan
istirahat
3) gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur
 Tujuan: kebutuhan tidur terpenuhi
 K.H: memahami faktor yang menyebabkan gangguan tidur, dapat
menangani penyebabtidur yang tidak adekuat, tanda-tanda kurang tidur
dan istirahat tidak ada.
 Intervensi
a) Lakukan pengkajian masalah gangguan tidur pasien, karakteristik
dan penyebab kurang tidur pasien.
R/: memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana
keperawatan.
b) Anjurkan pasien untuk relaksasi pada waktu akan tidur.
R/: memudahkan pasien untiuk bisa tidur.
c) Ciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman.

10
R/: lingkungan dan suasana yang nyaman akan mempermudah
penderita untuk tidur.
d) Kolaborasi pemberian obat.
R/: mengurangi gangguan tidur.
4) resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah, anoreksia dan intake
inadekuat.
 Tujuan: tidak terjadiperubahan nutrisikurang dari kebutuhan.
 K.H: kebutuhan nutrisi adekuat ditandai dengan peningkatan berat
badan, menunjukkan peningkatan selera makan, klien menghabiskan
porsi makanan yang diberikan.
 Intervensi:
a) Kaji intake makanan.
R/: sebagai dasar untuk menentukan intervensi selanjutnya.
b) Berikan kebersihan oral.
R/: mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.
c) Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan
menyenangkan, dengan situasi tidak terburu-buru, temani.
R/: linkungan yang menyenangkan menurunkan stres dan lebih
kondusif untuk makan.
d) Kolaborasi pemberian obat-obatan antiematik.
R/: menghilangkan gejala mual dan muntah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Wartonah,Tarwono.2007.Keperawatan Medikal Bedah Gangguan


SistemPersyarafan.Jakarta: Sagung Seto
Dewanto,George.2007.Panduan Praktik Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit
Syaraf.Jakarta: ECG
Anonim.http://www.scumdoctor.com/Indonesian/pain/headache/cluster-
headaches/Home-Remedies-For-Cluster-Headaches.html. (06 Des
2010,11:10)
Anonim.http://traditionalmedicine.m-user.biz/?p=177#more-177.(09Des
2010,21.00)

12

Anda mungkin juga menyukai