Anda di halaman 1dari 10

Konsep Ilmu dalam Islam

Kondisi Ilmu Islam


Ilmu Agama wajib dimiliki oleh setiap muslim. Sebab bertambah ilmu
menyebabkan bertambah keimanan kepada Rabb. Akan tetapi apa yang terjadi,
semakin pintar seseorang dalam ilmu pengetahuan alam misalnya, tidak semakin
bertambah keyakinannya terhadap Rabbnya.
Yang demikian itu disebabkan karena adanya pemisahan nilai-nilai Ketuhanan
dari setiap ilmu yang dipelajari, yang menyebabkan adalah sekjler dari nilai-nilai
agamanya.
Sementara ada kekacauan dalam ilmu-ilmu agama dengan gejala kanker
epistemology. Kanker ini telah melumpuhkan kemampuan menilai dan dan
mengakibatkan kegagalan akal, yang pada gilirannya menggerogotikeyakinan dan
keimanan, dan akhirnya menyebabkan kekufuran.
Anehnya kanker epitemologi ini sudah menjadi kurikulum utama di
Lembaga Pendidikan Islam, dimana ditanamkan apa yang disebut dengan
Pendidikan multikulturalisme, yang misi utamanya adalah menanamkan
keyakinan bahwa Islam bukan satu-satunya agama yang benar.
Contohnya dengan diajarkannya pluralism agama yang berdampak pada
adanya fiqih lintas agama yang mengajarkan;
- Keyakinan bahwa kebenaran ada pada semua agama
- Dibenarkannya pernikahan beda agama
- Dibenarkannya ucapan selamat natal kepada pemeluk Kristen
Tuga kita
Fakta seperti ini menuntut kita untuk mengkaji ulang
konsep ilmu dalam Islam; bagaimana kedudukannya, konsep
finalitas kebenarannya, sumber-sumbernya, klasifikasinya, dan
herarkinya. Sehingga diharapkan dapat tergambar dengan jelas
seperti apa sebenarnya ilmu yang harus dipelajari dan
bagaimana mengaplikasikannya.
Ilmu dalam Ajaran dan Peradaban Islam
Islam memerangi sofisme
Islam mewajibkan pencarian ilmu pengetahuan
Ilmu menempati posisi sangat penting dalam Islam
Islam memberikan ekanan pada pembacaan sebagai wahana penting
dalam usaha keilmuan dan pengukuhan kedudukan Allaah sebagai
sumber tertinggi ilmu prngetahuan manusia.
Islam sangat membedakan antara orang yang mengetahui dan orang
yang tidak mengetahui
Islam mengangkat tinggi-tinggi derajat orang yang berilmu
Taqwa yang membentuk prisnsip utama kehidupan Islam dapat dicapai
oleh mereka yang berilmu, karena mereka mampu meyakini keagunagn
Allaah swt lewat butki-bukti penciptaanNya.
Para pencari ilmu akan dimudahkan jalannya ke surga, karena mereka
adalah pewaris Nabi, di tangan merekalah ilmu para Nabi yang lebih
berharga dari pada dinar dan emas.
Jaminan bagi orang yang berilmu dan ilmunya bermanfaat bagi orang
lain, maka pahalanya akan terus mengalir walau orang yang
bersangkutan telah meninggal dunia.
Dari mana Ilmu Islam
Dalam wahyu pertama, Allaah swt sudah menegaskan bahwasanya
ilmu itu bersumber dariNya. Dalah yang mengajarkan kepada manusia
apa yang semula tidak diketahinya. Sejumlah ayat yang lain (Al-Baqarah 31,
239 al-Rahman 1-4). Ini berarti bahwa setiap yang berasal dari Allah swt
apakah itu yang tertuang dalam AlQuran atau Sunnah, adalahilmu yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Di sinilah posisi kaidah deduktif
ilmu dalam Islam berlaku.
Dalam wahyu pertama juga Allaah telah memerintahkan manusia
untuk mencari ilmu lewat membaca, seraya meminta perhatian bahwa
Allaah telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Modus serupa
juga terdapat dalam ayat-ayat yang lain, di mana Allaah swt mengajak
manusia merenungkan dan memikirkan fenomena alam, psikologi
manusia dan sejarah (al-Baqarah 164 dan Yusuf 111).
Semua itu mengindikasikan berlakunya kaidah induktif keilmuan
dalam Islam.
Dikotomi Ilmu Pengetahuan
Islam tidak mengenal dikotomi Ilmu Pengetahuan, yang satu diakui
yang lainnya tidak, yang logis empiris dikategorikan ilmiah, sedangkan
yang berdasarkan pada wahyu tidak dikategorikan ilmiah (tidak).
Semua jenis pengetahuan apakah itu yang logis empiris apalagi yang
sifatnya wahyu (revelational), diakui sebagai sesuatu yang ilmiah. Dalam
khazanah pemikiran Islam yang dikenal hanya klasifikasi (perbedaan)
atau diferensiasi , bukan dikotomi seperti yang berlaku di Barat.
Umat Islam membagi ilmu ke dalam model seperti itu disebabkan al-
Quran menjelaskan bahwa bidang pengetahuan itu ada dua, yang tampak
dan yang ghaib. Yang tampak dapat diketahui oleh manusia, dan juga
merupakan kajian sains, sedangkan alam ghaib, meskipun dapat
diketahui dengan cara yang berbeda, merupakan wilayah wahyu. Hal ini
dapat dimegerti mengingat tidak adanya bukti fisik yang bisa diterima
ihwal alam ghaib.

Anda mungkin juga menyukai