Kusmayanto Kadiman
Menteri Negara Riset dan Teknologi - Republik Indonesia
Kegelisahan Calne, dan latar belakang sosial dia sebagai anggota komunitas
neurolog yang sering menjumpai perilaku disorders pada lingkungan sosialnya, memacu
Calne untuk terus-menerus mencari jawaban tentang nalar. Dalam lingkungan
profesionalnya, Calne mencari jawaban ini melalui pengamatan terhadap neron dan otak
manusia, dalam perspektif teoretik biologi evolusioner. Melalui suatu penelusuran
historis, Calne menuturkan tentang tampilnya era Enlightment di Eropa pada abad ke-17
dan ke -18, setelah bangsa ini mengalami stagnasi intelektual selama lima belas abad. Di
masa kegelapan Barat itu, di Timur, menurut pengakuan Calne, justeru tengah terjadi
kemajuan-kemajuan di bidang nalar. Calne mencatat kemajuan-kemajuan yang dicapai
Dunia Islam dalam Matematika, Astronomi, Kedokteran dan lain-lain.
Perubahan dimensi intelektual di era Enlighment membawa bangsa Eropa pada
suatu tatanan kehidupan yang sangat berbeda dari sebelumnya. Kehidupan intelektual di
era Enlightment ini dicirikan oleh cara pandang baru terhadap alam, nalar manusia, dan
kemanusiaan. Tentang arti penting nalar manusia dan kemanusiaan ini, Calne mengutip
ucapan Isaac Newton :
”Sains terdiri dari menemukan kerangka dan cara kerja Alam,
dan sejauh mungkin mereduksinya jadi rumus dan dalil umum—
meneguhkan rumus dan dalil itu dengan hasil pengamatan dan percobaan,
lalu dari sana menarik kesimpulan mengenai sebab dan akibat.”
Kemajuan ini kemudian diiringi dengan perubahan sosial-politik di Eropa, di
mana nalar dan rasionalitas mendapat tempat yang makin tinggi dalam kehidupan
bernegara dan bermasyarakat. Pada saat yang sama, makin meningkat kepercayaan dan
harapan bahwa sains dan nalar mampu melenyapkan kemiskinan, kebodohan, dan
kekejaman di dunia.
Namun, Calne menilai bahwa harapan yang digantungkan pada nalar terlalu
berlebihan. Meletusnya perang dunia dan krisis ekonomi berulang-ulang menjadi bukti
keterbatasan nalar dalam menjalankan peranan sebagai ’dewa penyelamat.’ Gerakan
menjauhi nalar secara berangsur mulai tampil kembali dan memarak ke dalam panggung
sejarah. Bandul sejarah seperti kembali ke titik yang berlawanan, menurutnya. Bagi
Calne, keterbatasan bukan hanya pada sains, tapi juga pada dunia akademis secara umum.
Sikap Calne dalam situasi yang dia cermati ini dinyatakannya sebagai berikut:
”Bahwa kekuatan nalar betul-betul merupakan kemampuan manusia yang nyata, jelas,
dan, tidak-boleh-tidak, bekerja dalam hampir semua aspek kehidupannya. Tapi nalar
tidak bisa memberi atau mengendalikan tujuan-tujuan yang terkait dengan
(aktivitas)nalar.”
Nalar, bagi Calne, tidak memiliki sifat meraih kepuasan emosional. Sedangkan
moral, etika, yang bertautan dengan hal-hal yang seharusnya dan diinginkan, terpaut
dengan emosi dan perintah budaya. Naluri dan emosi mendorong kita karena
memuaskannya akan membawa kebahagiaan, dan mengabaikannya akan menimbulkan
kekecewaan. Kebudayaan dapat mengaitkan tujuan-tujuan dengan naluri dan emosi, dan
keduanya memunculkan motivasi. Nalar jauh dari gelora hasrat manusia. Calne melihat