Anda di halaman 1dari 3

Riska Fitriani/E02215020

PA/3/A/Agama-agama dunia

Agama Hindu

Agama Hindu adalah salah satu agama yang memiliki konsep politheisme sekaligus juga
paganism. Mereka percaya pada banyak Tuhan atau banyak dewa, sekaligus membendakan
dewa-dewa mereka. Sebagian dewa mereka adalah benda-benda langit, sebagian lagi hewan.
Bagi mereka setiap tempat, kegiatan, segalanya itu memiliki dewa, sehingga tidak mengherankan
bila dalam agama ini ada banyak sekali dewa, yang kemungkinan bila dibukukan akan menjadi
sangat tebal dan berjilid-jilid.

Lahir, dan berkembang di India sejak abad 15 SM, dan dapat dikatakan agama paling tua
yang masih eksis hingga dewasa ini. Sebagian ulama Islam meyakini bahwa Hindu termasuk
agama Samawi yang diturunkan kepada seorang nabi di India. Namun, kebanyakan lebih
mempercayai bahwa pendiri agama ini adalah mereka para kaum atau bangsa Arya. Bangsa Arya
adalah bangsa pendatang dari Kaukasia, ada pula yang mengatakan dari Eropa, apapun itu yang
jelas mereka bukan penduduk asli India. Mereka datang membawa berbagai budaya, termasuk
salah satunya ajaran agama yang sekarang kita sebut Hindu. Mereka tidak serta merta
menggantikan agama yang dianut penduduk pribumi setempat sebelumnya, melainkan
melakukan asimilasi. Mereka saling bercampur, dan mempengaruhi satu sama lainnya. Namun
kendati demikian, banyak pula yang meyakini bahwa tidak ada pendiri pasti agama ini, dengan
alasan tidak ada pembuktian sejarah yang tidak dapat membuktikan siapa pendirinya.

Hindu memiliki poros dalam konsep keTuhanan mereka yang disebut dengan trimurti.
Mereka adalah Dewa Brahma (Sang Hyang Widi) yang berarti pencipta, Dewa Wisnu yang
berarti dewa pemelihara alam, dan Dewa Shiwa yang berarti pelebur. Mereka boleh memilih
dewa mana yang akan mereka sembah, dan mereka anut. Dengan menyembah salah satu dari
mereka sudah dapat dikatakan menyembah seluruh dewa. Konsep ini hampir mirip dengan
trinitas dalam Kristiani. Dengan begini setiap ummat Hindu tidak perlu menyembah keseluruhan
dewa yang jumlahnya sangat banyak. Hindu juga memiliki keyakinan mengenai reinkarnasi,
surga dan neraka bagi balasan atas apa yang mereka perbuat di bumi, dan juga system kasta.
System kasta ini terdiri atas Brahma (pendeta, pemuka agama), Kstaria (penguasa, tentara),
Waisya (petani, pedagang), Sudra (pengrajin), Paria (kelompok yang dipandang paling rendah,
seperti penggali kubur, petugas kebersihan dan semacamnya), namun ada pula yang mengatakan
paria sebagai kasta yang terbuang. Dalam Hindu system kasta ini meliputi segala aspek
kehidupan, baik bekerja, pernikahan, strata sosial, dll. Mereka yang dilahirkan tidak dapat
memilih kasta mereka, yang terlahir dari kasta Ksatria maka akan selamanya berada dalam kasta
tersebut begitupun dengan Sudra. Seperti contoh, mereka kaum Brahma hanya boleh menikah
dengan kaum yang setara dengannya yakni kaum Brahma itu sendiri, begitu selanjutnya. Apabila
ada yang menentang sistem tersebut, semisal seorang dari kasta Ksatria menikah dengan seorang
Sudra, maka akan dibuang dari garis kasta mereka pada kasta paling hina yakni Paria. Meski
demikian, ada yang mengatakan ada beberapa upacara suci yang harus dipenuhi bagi mereka
yang telah terbuang dan ingin kembali kedalam kastanya terdahulu. Namun, dewasa ini
pemerintah India mencoba memperbaiki system ini agar tidak terjadinya diskriminasi.

Kitab suci agama ini sendiri bernama veda (baca : weda) yang didalamnya berisi regveda
yang menerangkan beberapa dewa, ayurveda/yajurveda, kitab ini dibaca oleh para biarawan saat
persembahan. Selanjutnya adalah samaveda yakni berisi lagu dan puji-pujian, do’a, juga
permohonan, dan terakhir atharveda yang berisi tulisan dan ungkapan magis untuk menolak sihir,
ilusi, setan, serta mitos. Masing-masing kitab mencakup empat aspek yakni samhita (penjelasan
doktrin agama), brahmana (petunjuk ibadah), aranyaka (do’a-do’a yang dibaca pendeta atau
pemuka agama saat berada di tempat asing), dan upanisad (ungkapan-ungkapan kebenaran
spiritual tertinggi dan anjuran juga cara untuk mencapainya).

Agama Jainisme

Jainisme adalah agama dengan gerakan rasionalisme. Mereka mengedepankan rasio


mereka dalam beragama. Pengikut para Jainisme ini adalah mereka pemeluk Hindu yang berada
dalam kasta paling rendah. Penolakan terhadap system kasta dalam Hindu disinyalir menjadi
penyebab munculnya agama ini.

Berbeda dengan Hindu, agama Jainisme memiliki pendiri pasti. Pendiri dari agama
jainisme ini adalah Vardhamana yang oleh pengikutnya disebut dengan Mahavira. Mahavira
hidup dalam lingkungan yang serba berkecukupan, bahkan dapat dikatakan sangat berkecukupan
(kaya). Rumahnya sering dijadikan tempat persinggahan atau tempat tujuan berkunjung oleh para
pemuka agama dan para ahli ibadah. Mahavira senantiasa mendengarkan cerita-cerita mereka
dan berharap dapat bergabung dengan mereka. Namun, keinginannya tidak diindahkan kedua
orang tuanya sehingga dia harus mengubur itu semua. Sepeninggal ayahnya, tahta dilimpahkan
kepada kakaknya. Mahavira tidak menyerah dan mencoba meminta izin kembali pada kakaknya,
yang kemudian diindahkan. Dia menyusuri kota, mengurangi makanan dan minuman yang
diberikan orang-orang, dan mengalami masa kerahiban selama 13 bulan. Setelah itu dia merasa
telah mencapai tahap kecerahan spiritualitas. Dia lantas melepas seluruh pakaiannya. Baginya
hanya langitlah yang dapat menjadi penutupnya. Dia menjalani pelatihan nafsu dan rohani
selama 12 tahunhingga menjadi sebagaimana yang diucapkan oleh murid atau pengikutnya. Dia
kemudian mengajak manusia lainnya, keluarga hingga lapisan masyarakat yang luas untuk
mengikuti jejaknya. Namun, Mahavira yang tidak mau mempercayai system dewa sebagaimana
Hindu, membuat dia kehilangan banyak pengikut.
System kepercayaan agama ini adalah tidak mengakui system kasta yang dinilai
diskriminasi. Dalam sisi lain Jainisme melihat bahwa kemampuan manusia tentu berbeda dalam
menanggung dan menjalankan ajarannya sehingg terbagilah kelopok atas dua golongan, yakni
golongan khusus dan umum (awam). Kitab suci agama Jainisme ini adalah sekumpulan 55
khutbah Mahavira, beberapa pidato, dan wasiat yang berhubungan dengan para murid, pendeta,
dan ahli ibadah dari aliran tersebut. Warisan ini berpindah secara lisan dari mulut ke mulut dan
baru pada abad ke-4 mulai terkumpul. Bila dikaitkan dengan Hindu sebenarnya Jainisme hampir
sama dengan aliran dari Hundi sendiri. namun bila dengan filsafat, maka Mahavira ini
sebenarnya dapat dikatakan sebagai filsuf dibandingkan dengan pendiri agama.

Anda mungkin juga menyukai